BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Mie

1. Pengertian Mie

Mie adalah produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau

tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang

diizinkan, berbentuk khas mie. Sekitar empat puluh persen konsumsi

gandum di Asia adalah mie.3

Mie merupakan salah satu produk yang banyak digemari oleh

masyarakat . Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan mie

adalah tepung terigu. Sedangkan Indonesia tidak bisa memproduksi sendiri

gandum sebagai penghasil tepung terigu, karena iklim yang kurang cocok.

Pada saat ini pola kehidupan masyarakat semakin modern. Banyak

masyarakat yang beralih untuk memilih makanan cepat saji yaitu salah

satunya adalah mie. Mie merupakan produk makanan yang dibuat dari

tepung gandum atau tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan

makanan lain dan bahan tambahan yang diizinkan, berbentuk khas mie

yang tidak dikeringkan.4

Mie basah merupakan salah satu contoh produk pangan yang

dihasilkan oleh UKM. Mie basah telah menjadi makanan populer dan

3 Sudarmadji, dan S.Haryono dan B, Suhardi.Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan Dan Pertanian(Yogyakarta : Liberty, 1997), halaman 57 4Astawan, M.Membuat Mie dan Bihun(Jakarta: Penebar Swadaya, 1999),halaman28

14 merupakan bagian yang penting dalam diet masyarakat Indonesia.

Pembuatan mie saat ini menggunakan bahan tambahan, dengan tujuan

memperbaiki sifat fisik dan daya tahan mie. Biasanya, bahan tambahan

yang digunakan adalah K2CO3, Na2CO3, dan polifosfat yang pada kadar

tertentu boleh digunakan.5

2. Jenis - Jenis Mie

Dalam ilmu pangan, mie dapat dibedakan menjadi beberapa jenis

yaitu mie segar atau mie mentah, mie basah, mie kering, dan

mie instan. Beberapa jenis mie diatas, saat ini telah dikonsumsi sebagai

salah satu alternatif pengganti nasi. Hal ini tentu menguntungkan ditinjau

dari sudut penganekaragaman bahan pangan. Dengan menganekaragamkan

konsumsi bahan pangan, kita dapat terhindar dari ketergantungan pada

suatu bahan pangan terpopuler saat ini, yaitu beras.6

Mie diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, diantaranya ukuran

diameter produk, bahan baku, cara pengolahan, dan karakteristik produk

akhirnya. Berdasarkan bahan bakunya, terdapat dua macam mie, yaitu mie

yang bahan bakunya berasal dari tepung terutama tepung terigu dan mie

transparan (transparence ) dari bahan baku pati, misalnya soun dan

bihun.7

5 Nugrahani, M.D.Perubahan Karakteristik Dan Kualitas Protein Pada Mie Basah Matang Yang Mengandung Formaldehid dan Boraks(Bogor: Institut Pertanian Bogor,2005), halaman 53 6 Astawan, M. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami (Jakarta: Tiga Serangkai, 2004), halaman 35 7 Puspasari, K. Aplikasi Teknologi dan Bahan Tambahan Pangan Untuk Meningkatkan Umur Simpan Mie Basah Matang(Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2007), halaman 55

15 Mie dengan bahan dasar utama terigu dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu mie basah dan mie instan. Berdasarkan proses lanjutannya, mie basah dapat dibagi lagi menjadi mie basah mentah, mie matang dan mie kering.8

Berdasarkan kadar airnya serta tahap pengolahannya, mie dapat dibagi menjadi 5 golongan, yaitu: a. Mie mentah atau segar, dibuat langsung dari proses pemotongan

lembaran adonan dengan kadar air 35%. Penyimpanan dalam

refrigerator dapat mempertahankan kesegaran mie ini hingga 50-60

jam. Umunya digunakan untu bahan baku . b. Mie basah mentah merupakan untaian mie hasil dari pemotongan

lembaran adonan, tanpa perlakuan pengolahan lanjutan. Mie basah

mentah memiliki kadar air 35% dan biasanya ditaburi dengan tapioka

untuk menjaga mie tidak saling lengket. c. Mie matang dihasilkan dari mie mentah yang dikukus atau direbus.

Kadar air mie matang sekitar 52%, dan biasanya setelah pengukusan

dicampur dengan minyak sayur untuk mencegah lengket. d. Mie kering berasal dari mie mentah yang dikeringkan dengan kadar air

sekitar 10%. Pengeringan dilakukan pada suhu 35- 40°C dengan

kelembaban 70-75 % selama kurang lebih 5 jam.

8 Astawan, M.Membuat Mie dan Bihun (Jakarta: Penebar Swadaya, 1999), halaman. 28

16 e. Mie instan atau mie siap hidang adalah mie mentah yang telah

mengalami pengukusan dan dikeringkan sehingga menjadi mie instan

kering atau digoreng sehingga menjadi mie instan goreng. 9

B. Tinjauan tentang Pasar

1. Pengertian Pasar

Pasar sebagai area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual

lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar

tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan

lainnya.9

Pasar adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa

bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa bangunan

yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau

disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan

kegiatan perdagangan barang.10

Perpasaran adalah kegiatan penyaluran, perputaran barang dan/atau

jasa di pasar yang bertalian dengan penawaran dan permintaan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.11

Pasar tradisional yang selanjutnya disebut pasar adalah lahan

dengan batas-batas tertentu yang ditetapkan oleh Walikota dengan atau

9 Pasal 1 Angka (1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Moderen 10 Ibid., Pasal 1 Angka (3) 11 Pasal 1 Angka (10) Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Moderen

17 tanpa bangunan yang dipergunakan untuk tempat berjual beli barang dan

atau jasa yang meliputi kios, los dan lapak.12

2. Jenis - Jenis Pasar

a. Pasar Tradisional

Merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung,

bangunannya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka

yang dibuka penjual maupun suatu pengelola pasar.

Pada pasar tradisional ini sebagian besar menjual kebutuhan

sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur

sayuran, telur, daging, kain, barang elektronik, jasa, dll. Selain itu juga

menjual tradisional dan makanan nusantara lainnya.

Sistem yang terdapat pada pasar ini dalam proses transaksi

adalah pedagang melayani pembeli yang datang ke stan mereka, dan

melakukan tawar menawar untuk menentukan kata sepakat pada harga

dengan jumlah yang telah disepakati sebelumnya. Pasar seperti ini

umumnya dapat ditemukan di kawasan permukiman agar masyarakat

atau pembeli mudah untuk mencapai pasar.

b. Pasar Modern

Merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dan

ditandai dengan adanya transaksi jual beli secara tidak langsung.

Pembeli melayani kebutuhannya sendiri dengan mengambil di rak-rak

12 Pasal 1 Angka (6) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pasar

18 yang sudah ditata sebelumnya. Harga barang sudah tercantum pada

tabel- tabel yang pada rak-rak tempat barang tersebut diletakan dan

merupakan harga pasti tidak dapat ditawar.13

C. Tinjauan Pengawasan Terhadap Pangan Olahan Oleh BPOM

1. Pengertian Pengawasan

Secara umum pengertian pengawasan adalah proses untuk

menjamin segala kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan

perencanaan yang ditetapkan. Lebih lengkapnya definisi pengawasan

adalah usaha yang disusun secara sistematis untuk menentukan acuan kerja

pada proses perencanaan sistem feedback informasi, mengkomarasi hasil

kerja dengan acuan kerja, menganalisis terjadinya penyimpangan, dan

segera mengambil langkah perbaikan yang dibutuhkan untuk keterjaminan

penggunaan sumber daya organisasi/perusahaan secara efektif dan efisien

dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Berdasarkan pengertian

pengawasan tersebut pada dasarnya kegiatan pengawasan dilaksanakaan

untuk mengetahui secara segera terkait penyimpangan, penyalahgunaan,

pemborosan, maupun problematika organisasi yang lain, kemudian

dilakukan langkah koreksi dan perbaikan terhadap permasalahan tersebut.

Selain itu pengertian pengawasan menurut pendapat para ahli

manajemen juga mengemukakan beberapa definisi pengawasan.

Pengertian pengawasan antara satu ahli dengan lain mungkin berbeda

13 Belshaw, Cyril S., Tukar Menukar di Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Jakarta: LP3ES, 2005), halaman 28

19 namun memiliki makna yang kurang lebih sama hanya berbeda cara pandang.

Menurut Winardi, pengawasan adalah seluruh kegiatan yang dijalankan oleh pihak manajer untuk memastikan bahwa hasil sesungguhnya sesuai dengan hasil dari perencanaan.

Menurut Basu Swasta, pengertian pengawasan adalah fungsi penjaminan bahwa segala aktivitas akan memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Sondang P. Siagian, pengawasan ialah proses mengamati suatu pelaksanaan dari keseluruhan aktivitas organisasi untuk menjamin supaya seluruh tugas yang sedang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan sebelumnya.

Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir menyatakan bahwa arti pengawasan yaitu segala bentuk upaya dan perbuatan yang ditujukan untuk mengetahui sejauh mana keberjalanan pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan aturan dan tujuan yang akan diraih.

Menurut Henry Fayol menyatakan bahwa pengawasaan terdiri proses pengujian untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai perencanaan dan sesuai perintah dan aturan yang ada.

Pengertian pengawasan secara keseluruhan merupakan aktivitas membandingkan antara hasil yang telah dilaksanakan dengan perencanaan

20 yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dalam pengawasan diperlukan

adanya acuan, standar, alat ukur terkait hasil yang ingin dicapai. 14

2. Jenis - Jenis Pengawasan

Pengawasan dibagi menjadi dua yaitu pengawasan internal dan

eksternal. Pengertian pengawasan internal yaitu kegiatan pengawasan yang

dijalankan oleh badan pengawasan yang ada di dalam organisasi yang

bersangkutan. Kemudian pengawasan ekternal ialah pengawasan yang

dilaksanakan oleh unit pengawasan yang berada di lingkungan luar

organisasi yang diawasi.

Berdasarkan dua tipe tersebut terdapat jenis - jenis pengawasan

yang perlu diketahui sebagai berikut :

a. Preventif dan Represif.

Pengawasan preventif dilaksanakan sebelum suatu aktivitas

maupun program dijalankan. Pengawasan ini memiliki tujuan agar

mencegah penyimpangan dalam suatu kegiatan. Sebagai contoh

pengawasan dalam perusahaan pada bidang keuangan terkait

penyusunan usulan anggaran. Pengawasan ini dilaksanakan sebagai

usaha menghindari adanya penyelewengan anggaran dalam

keberjalanan program yang akan merugikan perusahaan. Adapun

pengawasan represif yaitu pengawasan yang dilaksanakan pada

aktivitas setelah aktvitas tersebut telah selesai dijalankan. Contohnya

14 Erlis Milta Rin Sondole dkk, Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi dan Pengawasan terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran VII Pertamina BBM Bitung, Jurnal EMBA, 2015, Vol. 3, hlm. 652.

21 pengawasan yang dilakukan pada akhir tahun anggaran baik

pengawasan dana desa hingga anggaran nasional dimana dana telah

ditetapkan saat perencanaan kemudian telah dilaksanakan kegiatan

hingga laporan pertanggungjawabannya.

b. Aktif dan Pasif.

Pengawasan aktif disebut juga pengawasan dekat. Pengawasan

ini dijalankan langsung di lokasi kegiatan yang akan diawasi.

Sedangkan pengawasan pasif dilakukan dari jarak jauh seperti

pengawasan dengan penelitian dan pengujian pada surat ataupun

laporan hasil kegiatan yang disertai bukti-bukti terkait dengan

pelaksanakan kegiatan.

c. Pengawasan Kebenaran Formil.

Jenis pengawasan ini merupakan pengawasan menurut hak

(rechtimatigheid) dan memeriksa kebenaran materiil terkait tujuan

dilakukannya pengeluaran (doelmatigheid).15

3. Pengertian Badan Pengawasan Obat Dan Makanan

BPOM adalah sebuah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian

(LPNK) yang bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional,

suplemen kesehatan, kosmetik dan makanan di wilayah Indonesia.

Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan merupakan unit Pelaksanaan

Teknis di bidang pemeriksaan obat dan makanan. Pada awalnya BPOM ini

15 Yusuf, Pengertian Pengawasan Dalam Manajemen Beserta Fungsi dan Tujuan, (https://jurnalmanajemen.com/pengertian-pengawasan.html/, diakses pada tanggal 5 September 2018)

22 berada dalam lingkungan Departemen Kesehatan dan berada dibawah serta

bertanggungjawab (teknis) kepada Kepala Pusat Pemeriksaan Obat dan

Makanan.

BPOM sebagai lembaga pengawasan obat dan makanan sangat

penting untuk diperkuat, baik dari sisi peraturan pendukung maupun

kelembagaan, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM), serta

sarana pendukung lainnya seperti laboratorium, sistem teknologi dan

informasi.16

4. Tugas, Fungsi dan Wewenang Badan Pengawasan Obat dan Makanan

BPOM bertugas melaksanakan pemeriksaan dan pengujian mutu

obat, makanan, dan minuman, kosmetika dan alat kesehatan, obat

tradisional, narkotika dan bahan obat berbahaya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas tersebut

BPOM mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Melaksanakan pemeriksaan terhadap sarana produksi obat dan

makanan, minuman, kosmetika, dan alat kesehatan, obat tradisional,

narkotika, bahan obat berbahaya.

b. Melakukan pemantauan, sampling, dan uji laboratorium.17

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

80 Tahun 2017 sebagai berikut :

16Yusrizalhasbi, Keamanan Pangan Dan Peran BPOM (http: // blogger yusrizalhasbi .blogspot.co.id/2013/01/ keamanan - pangan - dan peran - bpom.html/, diakses pada tgl 23- November-2017) 17 Kepmen Kesehatan Nomor 146/Men.Kes/SK/IV/78

23 a. BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di

bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

b. Obat dan makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

obat, narkotika, psikotropika, precursor, zat adiktif, obat tradisional,

suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.18

Sesuai amanat ini, BPOM menurut Pasal 3, dalam melaksanakan

tugas pengawasan obat dan makanan , BPOM menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan

makanan;

b. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan

makanan;

c. Penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang pengawasan sebelum beredar dan pengawasan selama beredar;

d. Pelaksanaan pengawasan sebelum beredar dan pengawasan selama

beredar;

e. Koordinasi pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan

instansi pemerintah pusat dan daerah;

f. Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang pengawasan obat

dan makanan;

18 Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan

24 g. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan; h. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM; i. Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawab BPOM; j. Pengawasan atas pelaksanaan tugas dilingkungan BPOM; dan k. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantive kepada seluruh unsur

organisasi di lingkungan BPOM;

Pengawasan sebelum beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengawasan Obat Dan Makanan sebelum beredar sebagai tindakan pencegahan untuk menjamin Obat Dan Makanan yang beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat / manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan.

Pengawasan selama beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengawasan obat dan makanan selama beredar untuk memastikan obat dan makanan yang beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat / manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan serta tindakan penegakan hukum.19

Dalam melaksanakan tugas pengawasan obat dan makanan, BPOM mempunyai kewenangan :

19 Ibid., Pasal 3

25 a. Menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan

persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat

dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Melakukan intelijen dan penyidikan dibidang pengawasan obat dan

makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c. Pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. 20

Dilihat dari fungsi BPOM secara garis besar, terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga BPOM, yakni: a. Penapisan produk dalam rangka pengawasan obat dan sebelum beredar

(pre-market) melalui:

1) Perkuatan regulasi, standar dan pedoman pengawasan obat, obat

dan makanan serta dukungan regulatori kepada pelaku usaha untuk

pemenuhan standar dan ketentuan yang berlaku;

2) Peningkatan registrasi/penilaian obat dan makanan yang

diselesaikan tepat waktu;

3) Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi obat dan

makanan dalam rangka pemenuhan standar Good Manufacturing

Practices (GMP) dan Good Distribution Practices (GDP) terkini;

dan

4) Penguatan kapasitas laboratorium BPOM.

20 Ibid., Pasal 4

26 b. Pengawasan obat dan makanan paska beredar di masyarakat (post-

market) melalui:

1) Pengambilan sampel dan pengujian;

2) Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi

obat dan makanan di seluruh Indonesia oleh 33 Balai Besar (BB) /

Balai POM, termasuk pasar aman dari bahan berbahaya;

3) Investigasi awal dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang obat

dan makanan di pusat dan balai. c. Pemberdayaan masyarakat melalui komunikasi informasi dan edukasi

serta penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan

dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan obat dan makanan

di pusat dan balai melalui:

1) Public warning;

2) Pemberian informasi dan penyuluhan/komunikasi informasi dan

edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang obat dan

makanan, serta;

3) Peningkatan pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah

(PJAS), peningkatan kegiatan BPOM Sahabat Ibu, dan advokasi

serta kerjasama dengan masyarakat dan berbagai pihak/lembaga

lainnya.

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada BPOM sebagai lembaga pemerintah yang merupakan garda depan dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Di sisi lain, tugas fungsi BPOM sangat penting dan strategis

27 dalam kerangka mendorong tercapainya Agenda Prioritas Pembangunan

(Nawa Cita) pada :

Butir 5 : Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, utamanya

disektor kesehatan;

Butir 2 : Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,

demokratis dan terpercaya;

Butir 3 : Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan;

Butir 6 : Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

internasional;

Butir 7 : Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan

sektor - sektor strategis ekonomi domestik.21

5. Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM

Struktur organisasi dan tata kerja BPOM disusun berdasarkan

Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan,

sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor

HK.00.05.21.4231 Tahun 2004.

21 Pasal 2 Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019

28 Khusus organisasi dan tata kerja Balai Besar/Balai POM disusun

berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan

Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Dilihat dari struktur organisasi yang ada pada bagan 2.1, secara

garis besar unit - unit kerja BPOM dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Bagan 2.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM RI

6. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis BBPOM di

Lingkungan Kota Semarang

Balai Besar POM di Semarang merupakan salah satu Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Badan POM yang dibentuk berdasarkan SK

29 Kepala Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tanggal 17 Mei 2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan

Pengawas Obat dan Makanan. Sebagai UPT, tentunya Balai Besar POM di

Semarang mempunyai peranan penting sebagai perpanjangan tangan dari

Badan POM dalam melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya.

Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di

Lingkungan BBPOM di Kota Semarang disusun berdasarkan Peraturan

BPOM Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis Di Lingkungan Badan Pengawas Obat Dan Makanan.

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis diselenggarakan oleh BPOM yang ada pada bagan 2.3 sebagai berikut :

Kepala Bagian Tata Usaha

Subbagian Kelompok Subbagian Program dan Jabatan Umum Evaluasi Fungsional

Bidang Bidang Bidang Bidang Informasi dan Pengujian Pemeriksaan Penindaka Komunikasi n

Seksi Seksi Inspeksi Pengujian Kimia

Seksi Kelompok Jabatan Seksi Pengujian Sertifikasi Fungsional Mikrobiologi

Bagan 2.3 Organisasi Dan Tata Kerja BBPOM di Kota Semarang

30