ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN SIMALUNGUN
SKRIPSI
OLEH : FITRI AYU DIANTI 150304151 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN SIMALUNGUN
SKRIPSI
FITRI AYU DIANTI 150304151 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RINGKASAN
FITRI AYU DIANTI (150304151), dengan judul Penelitian“Analisis Potensi Pengembangan Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun”. Penelitian ini dibimbing olehBapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., selaku Ketua Komisis Pembimbing dan BapakIr. Luhut Sihombing, MP., selaku Anggota Komisi Pembimbing.
Indonesia merupakan produsen besar kelapa sawit, sumbangan PDRB Sumatera Utara terbesar dari sektor pertanian dari subsektor perkebunan, dan kelapa sawit memberikan produksi tertinggi pada komoditi perkebunan dan harga yang tertinggi maka penulis tertarik untuk meneliti komoditi kelapa sawit oleh karena itu Simalungun memiliki potensi pengembangan kelapa sawit dan layak dipilih sebagai salah satu daerah yang akan diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis posisi kelapa sawit dalam subsektor pertanian di Kabupaten Simalungun; untuk menganalisis pertumbuhan kelapa sawit dalam sektor pertanian di Kabupaten Simalungun; untuk menganalisis kelapa sawit menjadi subsektor unggulan di Kabupaten Simalungun. Metode analisis data menggunakan Matriks Tipologi Klassen; Analisis Model Rasio Pertumbuhan; Location Quotient (LQ). Di peroleh hasil yaitu Posisi kelapa sawit dalam subsektor pertanian di Kabupaten Simalungun terdapat pada kuadran II (subsektor maju tapi tertekan); Pertumbuhan kelapa sawit dalam subsektor pertanian di Kabupaten Simalungun yaitu berpotensi untuk dikembangkan, karena nilai RPip yang didapat adalah 1.261611776; LQ komoditi kelapa sawit memiliki nilai LQ>1 sehingga dapat disebutkan bahwa komoditi kelapa sawit merupakan komoditi unggulan yang berpotensi baik di Kabupaten Simalungun.
Kata Kunci: Kelapa Sawit, Potensi, Pengembangan
i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRACT
FITRI AYU DIANTI (150304151), with the title is “Analysis of Potential Palm Oil Development in Kabupaten Simalungun”. Guidance by Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., as a Chair of the Advisory Committee and BapakIr. Luhut Sihombing, MP.,as a Member of the Supervisory Commission.
Indonesia is a large producer of oil palm, the largest contribution of North Sumatra GRDP from the agricultural sector to the plantation subsector, and oil palm provides the highest production of plantation commodities and the highest price, the authors are interested in researching the commodity of oil palm, therefore Simalungun has the potential to develop oil palm and deserves to be chosen as one of the areas to be studied. The purpose of this study was to analyze the position of oil palm in the agricultural sub-sector in Simalungun Regency; to analyze the growth of oil palm in the agricultural sector in Simalungun Regency; to analyze oil palm as a leading sub-sector in Simalungun Regency. Methods of data analysis using the Klassen Typology Matrix; Model Growth Ratio Analysis; Location Quotient (LQ). The results obtained were the position of oil palm in the agricultural sub-sector in Simalungun Regency in quadrant II (advanced but depressed subsector); The growth of oil palm in the agricultural sub-sector in Simalungun Regency is potentially to be developed, because the value of RPip obtained is 1.261611776; The palm oil commodity LQ has a LQ value> 1 so that it can be stated that the oil palm commodity is a potential commodity that is potentially good in Simalungun Regency.
Keywords: Oil Palm, Potential, Development
ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RIWAYAT HIDUP
Fitri Ayu Dianti dilahirkan di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 31
Januari 1998. Penulis merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara, putri dari Bapak Ir.
Damrin Manullang dan Ibu Menanti Silalahi, SPd.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 2009 lulus dari Sekolah Dasar Swasta Taman Asuhan Pematang
Siantar.
2. Tahun 2012 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Swasta Taman Asuhan
Pematang Siantar.
3. Tahun 2015 lulus dari Sekolah Swasta Sultan Agung Pematang Siantar.
4. Pada tahun 2015 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur MANDIRI.
Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:
1. Panitia Festival HUT IMASEP ke 37th.
2. Melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli-Agustus 2018 di
Desa Bandar Rahmat, Kecamatan Tanjung Tiram , Kabupaten Batubara.
iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis mengucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengna judul skripsi Analisis Potensi Pengembangan Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun.
Dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis Ayahanda Ir. Damrin Manullang dan Ibunda Menanti Silalahi, S.Pd atas kasih sayang yang selalu dilimpahkan kepada penulis dan telah memberi dukungan, doa dan motivasi selama menjalani perkuliahan dan hingga sampai sekarang penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan banyak memberikan arahan, masukan, bimbingan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi ini.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu :
1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS dan Ibu Ir. Iskandarini, MM,Ph.D Sebagai Dosen Penguji yang turut memberikan saran dan masukan demi kebaikan skripsi ini. 3. Kakanda-Kakanda tersayang yaitu Tomy Heriansyah Manullang, M.ik, Irvan Andrian Manullang, S.E dan Tiana Aurora Pasaribu, S.H, yang telah memberikan doa dan dukungan. 4. Rekan Kesayangan Muhammad Bey Tasmara Sumitro, S.P yang telah
iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA memberikan doa dan dukungan. 5. Kepada sahabat tersayang Nelva Meyriani Br. Ginting, Nurhalizah Hasanah, Dwi Rizki Annisa Pandia , Wulan Annisa Shabihah , Dwiki Tiarif Manalu,Yuliana Jasmin, Fadillah Hafni, Ira Ariska Dewi, Titin Kristina, Farahiyah Safira, Rizky Fitriany, Yuli Assari Butar-Butar , Rima syahfitri, Kak Yessica dan Teman Seperjuangan Papi Luhut Stambuk 2015. 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan pengetahuan dan membimbing penulis selama menempuh masa pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 7. Seluruh Pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Khususnya Program Studi Agribisnis yang telah banyak membantu seluruh proses administrasi. 8. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2015 yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu. 9. BPS Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun yang telah membantu dan menyediakan serta memberikan informasi penting bagi penulis. 10.Seluruh pihak yang bersangkutan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir katapenulis menyampaikan terimakasih dan berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Agustus 2019
Penulis
v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI
RINGKASAN…………………………………………………………………... i
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………………………………………………………1 1.2. Identifikasi Masalah………………………………………………… 8 1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 8 1.4. Kegunaan Penelitian………………………………………………... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka……………………………………………………. 10 2.1.1 Kelapa Sawit………………………………………………….. 10 2.1.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit……………………………. 11 2.1.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit………………………………… 14 2.1.4 Varietas (Jenis Kelapa Sawit)………………………………… 15 2.1.5 Minyak Kelapa Sawit…………………………………………. 16 2.2. Landasan Teori……………………………………………………... 17 2.2.1 Kelapa Sawit………………………………………………….. 17 2.2.2 Potensi………………………………………………………… 17 2.2.3 Produksi………………………………………………………. 18 2.3. Penelitian Terdahulu………………………………………………... 19 2.4. Kerangka Pemikiran………………………………………………... 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian………………………………. 24 3.2. Metode Penentuan Sampel…………………………………………. 24 3.3. Metode Pengumpulan Data………………………………………… 24 3.4. Metode Analisis Data………………………………………………. 25 3.5. Definisi dan Batasan Operasional…………………………………... 29 3.5.1 Definisi Operasional………………………………………….. 29 3.5.2 Batasan Operasional…………………………………………... 30
vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Deskripsi Kabupaten Simalungun………………………………….. 30 4.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah……………………………. 30 4.2. Kependudukan……………………………………………………... 33 4.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin………………… 33 4.3. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Simalungun………………………. 34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Posisi Sektor Perkebunan di Kabupaten Simalungun………………. 36 5.2. Pertumbuhan Subsektor Perkebunan di Kabupaten Simalungun…... 44 5.3. Potensi Pengembangan Komditi Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun…………………………………………………………. 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan…………………………………………………………. 48 6.2. Saran………………………………………………………………... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Halaman 1 1 Luas Tanam dan Produksi Kelapa Sawit Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2017 2 Luas Tanam dan Jumlah Produksi Kelapa Sawit di Sumatera 3 Utara Tahun 2011-2017
3 Produksi Komoditi Perkebunan di Kabupaten Simalungun 4 Tahun 2012-2017
4 Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara 5 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010, Tahun 2017 5 Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor 6 Pertanian Sumatera Utara menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rupiah) tahun 2016 6 Kontribusi Komoditi Perkebunan Kabupaten Simalungun 8 Tahun 2013-2017
7 Klasifikasi Matriks Tipologi Klassen 25
8 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten 32 Simalungun Tahun 2017
9 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk 33 Menurut Kecamatan di Kabupaten Simalungun 2017
10 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan 34 Kebupaten Simalungun tahun 2017
11 PDRB Kabupaten Simalungun Atas Dasar Harga Konstan 35 2010 tahun 2012-2016 12 Peran PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen) 36 13 Produksi Subsektor Perkebunan Kabupaten Simalungun dan 37 Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2017 (Ton) 14 Laju Pertumbuhan SubSektor Perkebunan Provinsi Sumatera 38 Utara dan Kabupaten Simalungun Tahun 2013-2017
15 Kontribusi Subsektor Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 40 dan Kabupaten Simalungun Tahun 2013-2017 (%)
viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16 Perbandingan Laju Pertumbuhan dan Kontribusi pada 41 Subsektor Perkebunan Kabupaten Simalungun dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2017 (%) 17 Klasifikasi Subsektor Pertanian dalam Perekonomian 43 Kabupaten Simalungun berdasarkan Tipologi Klassen
18 Analisis MRP Kabupaten Simalungun dan Provinsi 46 Sumatera Utara Tahun 2013-2017
19 Hasil Analisis LQ Komoditi Kelapa Sawit Kabupaten 47 Simalungun Tahun 2008-2017
ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Halaman
1 Skema Kerangka Pemikiran 23
x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR LAMPIRAN No Keterangan 1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Simalungun Tahun 2012- 2016 (Milyar) 2 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012- 2016 (Milyar) 3 Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2017 (Ton) 4 Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Simalungun Tahun 2008-2017 (Ton) 5 Perhitungan Rpip Subsektor Perkebunan di Provinsi Sumatera Utara 6 Perhitungan Rpin Subsektor Perkebunan di Kabupaten Simalungun 7 Analisis MRP Kabupaten Simalugun dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2017 8 Kontribusi Pada Sektor Perkebunan Kabupaten Simalungun Tahun 2013- 2017 (%) 9 Laju Pertumbuhan Pada Sektor Perkebunan Kabupaten Simalungun Tahun 2013-2017 (%) 10 Kontribusi Pada Sektor Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013- 2017 (%) 11 Laju Pertumbuhan Pada Sektor Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2017 (%) 12 Rata-rata Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perkebunan Kabupaten Simalungun dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2017 (%) 13 Perhitungan nilai Location Quotient Komoditi Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun
xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Guinea Afrika Barat.
Namun ada yang berpendapat tanaman kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu daerah Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di daerah tersebut dibandingkan dengan Afrika. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh lebih subur di luar daerah asalnya seperti Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain menciptakan banyak lapangan pekerjaan yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, hasil dari tanaman kelapa sawit juga menjadi sumber devisa negara.
Tanaman kelapa sawit di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan ditanam di Kebun Raya Bogor (Fauzi, dkk, 2008).
Pembangunan bidang pertanianperlahan mulai bergeser dari pertanian tanaman pangan mengarah ke tanaman perkebunan unggulan yang mendukung agroindustri, seperti kelapa sawit dan karet. Beberapa alasan peralihan paradigma tersebut disebabkan agroindustri, terutama komoditas perkebunan, merupakan sarana meningkatkan nilai tambah, membuka lapangan kerja, memperluas pasar bagi produk pertanian dan menunjang usaha peningkatan pendapatan sertakesejahteraan petani. Salah satukarakteristik agroindustry adalah arah strategi pengembangannya harus didasarkan pada pendekatan wilayah potensi sumberdaya dengan tetap berpijak pada konsep keunggulan komparatif (Rakhmad Hidayat,
2013).
1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2
Tabel 1. Luas Tanam dan Produksi Kelapa Sawit Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2017 No Kabupaten/Kota Luas Tanaman/Area (Ha) Produksi TBM TM TTM Jumlah TBS (Ton) 1 Nias - - - - - 2 Mandailing Natal 2198,37 15747,51 10,76 17956,64 290658,82 3 Tapanuli Selatan 2257,00 3093,25 64,00 5414,25 55761,00 4 Tapanuli Tengah 1404,00 1823,00 62,00 3289,00 35596,28 5 Tapanuli Utara 20,25 11,00 2,00 33,25 170,68 6 Toba Samosir 150,00 542,00 16,25 708,25 11466,09 7 Labuhan Batu 2020,00 32171,00 148,00 34339,00 540856,59 8 Asahan 1022,76 70798,22 627,98 72448,96 1590222,73 9 Simalungun 1976,01 27146,32 3,00 29125,33 6068178,45 10 Dairi 48,00 133,70 - 181,70 2740,91 11 Karo 254,00 1346,00 - 1600,00 23787,59 12 Deli serdang 3041,00 12065,30 226,00 15332,30 211510,45 13 Langkat 5062,00 41425,00 229,00 46716,00 67369,18 14 Nias Selatan 745,50 181,50 - 927,00 22789,88 15 Humbang 46,13 243,30 80,35 369,78 1749,18 Hasundutan 16 Pakpak Bharat 91,00 839,00 54,93 984,93 5073,82 17 Samosir - - - - - 18 Serdang Bedagai 1258,33 11481,03 37,10 12776,46 168881,82 19 Batubara 2259,00 6320,00 381,00 8960,00 80412,00 20 Padang Lawas 9437,00 17753,00 274,00 27464,00 295945,45 Utara 21 Padang Lawas 6802,75 27019,00 103,25 33925,00 590764,86 22 Labuhan Batu 1773,00 40215,00 597,00 42585,00 619559,09 Selatan 23 Labuhan Batu 6264,00 64600,00 625,00 71489,00 924187,50 Utara 24 Nias Utara - - - - - 25 Nias Barat - - - - - 26 Padang 51,90 36,00 2,60 90,50 119,09 Sidimpuan 27 Gunung Sitoli - - - - - Total 48182,00 374990.13 3544.22 426716.4 11607801.46 Sumber : Dinas Perkebunan Sumatera Utara Tahun, 2017.
Berdasarkan Tabel 1 Kabupaten Simalungun memiliki produksi kelapa sawit terbesar sebesar 6.068.178,45ton di Sumatra Utara yang dikelola oleh perkebunan rakyat. Kabupaten Simalungun menampilkan berbagai potensi di bidang perkebunan. Daerah ini memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar dan masih di kembangkan untuk sektor tanaman pangan, perkebunan, pertanian, industri pengolahan, serta jasa. Sehingga tanaman kelapa sawit menjadi tanaman unggulan yang banyak di budidayakan oleh masyarakat di Kabupaten
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3
Simalungun.
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, karena tanaman kelapa sawit menjadikomoditas primadona dan tanaman yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dalam menghasilkan minyak nabati. Sub sektor ini juga mampu bertindak sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri sakaligus sebagai penyerap tenaga kerja. Hal itulah yang menjadi permasalahan, karena hal tersebut menarik untuk di pelajari, jika tingkat produksi kelapa sawit milik perkebunan rakyat meningkat, efeknya adalah kesejahteraan rakyat di simalungun akan meningkat pula.
Tabel 2. Luas Tanam danJumlah Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Utara Tahun 2011-2017 Luas Tanam Produksi TBS (ha) (Ton) Tahun TBM TM TTM Jumlah 2011 58.550,03 343.669,8 3.579,73 405.799,34 5.428.535,14 2012 63.213,86 343.849,70 3.336,86 410.400,42 5.197.209,32 2013 62.522,00 327.580,00 3.888,00 393.990,00 6.735.795,45 2014 58.096,03 354.932,90 3.446,18 416.475,11 5.745.235,23 2015 63.093,00 328.429,00 3.967,00 395.489,00 5.101.384,09 2016 57.998,00 356.150,00 3.661,00 417.809,00 5.775.631,82 2017 48.182,00 374.990,13 3.544,22 426.716,35 6.068.178,45 Total 411654.92 2429601.53 25422.99 2866679.22 40051969.5 Rataan 45739.43556 269955.726 2824.7767 318519.9133 4450218.833 Sumber : Dinas Perkebunan Sumatera Utara Tahun, 2011-2017.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah luas tanam terbesar pada tahun 2017 yaitu sebesar 426.716,35 dan jumlah luas tanam terkecil berada pada tahun 2013 yaitu sebesar 393.990,00. Pada tanaman kelapa sawit memiliki produksi paling tinggi yang signifikan pada tahun 2013 dan produksi kelapa sawit paling rendah pada tahun 2012.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4
Tabel 3. Produksi Komoditi Perkebunan di Kabupaten Simalungun Tahun 2012-2017. Tahun Komoditi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Karet 11.263,37 11.434,28 11.618,5 12.154,64 12.133,32 12.678,8 Kelapa 509.145,47 516.135,92 526.232,29 533.889,5 539.728,02 1.074.906 Sawit Kopi 10.648 11.731,57 12.082,88 11.143,65 11.857,64 11.610,4 Kelapa 1.968,18 1.945,03 19.74,88 1.957,96 2.293,1 2.025,7 Coklat 5.580,78 5.534,5 5.578,75 5.636,79 5.636,79 5.693,47 Kemiri 673,88 672,11 640,27 703,57 678,74 658,19 Aren 598,15 599,13 601,46 607,64 607,75 613,82 Pinang 301,74 300,74 301,25 302,04 301,98 304,98 Total 540.179,6 548.353,3 559.030,3 566.395,79 573.237,34 110.8491,36 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, 2012-2017.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tanaman kelapa sawit memiliki peningkatan produksi yang signifikan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017, sehingga komoditi kelapa sawit memiliki potensi untuk dikembangkan di
Kabupaten Simalungun.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan pembangunan disuatu daerah. Hal ini dapat diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun. Dengan kata lain PDRB merupakan tolak ukur perkembangan ekonomi secara regional, yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan
Nasional.
Berdasarkan data BPS Provinsi Sumatera Utara (2017) PDRB menurut lapangan usaha mengalami perubahan klasifikasi dari 9 lapangan usaha menjadi 17 lapangan usaha. PDRB menurut lapangan usaha dirinci menurut total nilai tambah dari seluruh sektor ekonomi yang mencakup lapangan usaha Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5
Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estat; Jasa
Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib;
Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa lainnya. Besarnya kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap PDRB Provinsi Sumatera
Utara dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut
Tabel 4. Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010, Tahun 2017 Kontribusi PDRB Atas No. Sektor Dasar Harga Konstan (%) 1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 24.88 2 Pertambangan dan Penggalian 1.32 3 Industri pengolahan 19.03 4 Pengadaan Listrik dan Gas 0.13 5 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah 0.097 Limbah dan Daur Ulang 6 Konstruksi 12.54 7 Perdagangan Besar dan Eceran dan 17.52 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan 4.70 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan 2.31 10 Informasi dan Komunikasi 2.65 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2.99 12 Real Estate 4.23 13 Jasa Perusahaan 0.89 14 Administrasi Pemerintahan, 3.17 Pertahanan dan Jaminan Sosial 15 Jasa Pendidikan 2.01 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.96 17 Jasa Lainnya 0.51 Total 100 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2018.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 5 sektor penyumbang PDRB terbesar adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6
PDRB sebesar 24,88% dari total PDRB, disusul oleh sektor industri pengolahaan dengan kontribusi PDRB sebesar 19,03 % dari total PDRB, sektor perdagangn besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor dengan kontribui PDRB sebesar 17,52% dari total PDRB, sektor konstruksi dengan kontribusi PDRB sebesar 12,54% dari total PDRB, sektor transportasi dan pergudangan dengan kontribui PDRB sebesar 4,70% dari total PDRB. Sedangkan sektor dengansumbangan PDRB terkecil adalah sektor Pengadaan listrik dan gas dengan kontribusi PDRB sebesar 0,13% dari total PDRB.
Pertanian juga merupakan sektor dengan sumber pertumbuhan terbesar terhadap total pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2016.
Meningkatnya kontribusi sektor pertanian terhadap total pertumbuhan PDRB tersebut didukung oleh peningkatan produksi seluruh sub sektor. Sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara seperti tanaman pangan, tanaman hortikultura
(sayuran dan buah-buahan, tanaman perkebunan. Kontribusi PDRB subsektor pertanian sumatera utara dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5.Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Pertanian Sumatera Utara menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rupiah) tahun 2016. Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Kategori PDRB Lapangan Usaha (%) 2012 2013 2014 2015 2016 a. Tanaman Pangan 15,447 14,745 14,164 15,022 15,627 b. Tanaman Hortikultura 0,608 0,630 0,747 0,858 0,899 c. Tanaman Perkebunan 0,239 0,237 0,236 0,250 0,251 d. Peternakan 9,299 9,542 10,001 10,098 10,307 e. Jasa Pertanian 53,637 54,007 54,070 53,145 52,343 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sub sektor tanaman pangan memberikan kontribusi PDRB terbesar mulai dari tahun 2012-2016. Meksipun jumlah kontribusi tersebut mengalami fluktuasi tapi masih cenderung meningkat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7
Pada tahun 2012 nilai kontribusi sektor tanaman pangan sebesar 15,447%, tahun
2013 turun menjadi sebesar 14,475%, tahun 2014 turun menjadi sebesar 14,164%, lalu meningkat pada tahun 2015 menjadi 15,022% dan pada tahun 2016 sebesar
15,627%.
Sedangkan subsektor tanaman perkebunan memberikan kontribusi PDRB terkecil mulai dari tahun 2012-2016. Meskipun jumlah kontribusi tersebut mengalami fluktuasi tapi masih cenderung meningkat. Pada tahun 2012 nilai kontribusi sektor tanaman perkebunan sebesar 0,239% , Tahun 2013 turun menjadi sebesar 0,237%,
Tahun 2014 turun menjadi 0,236%, Tahun 2015 meningkat sebesar 0,250%, dan pada tahun 2016 meningkat sebesar 0,251%.
Tabel 6. Kontribusi Komoditi Perkebunan Kabupaten Simalungun Tahun 2013-2017. Komoditi 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-Rata Perkebunan Karet 2,08 2,07 2,14 2,11 1,14 `1,91 Kelapa Sawit 94,12 94,13 94,26 94,15 96,97 94,72 Kopi 2,13 2,16 1,96 2,06 1,05 1,87 Kelapa 0,35 0,35 0,34 0,40 0,18 0,32 Coklat 1,00 0,99 0,99 0,98 0,51 0,89 Kemiri 0,12 0,11 0,12 0,11 0,05 0,10 Aren 0,10 0,10 0,10 0,10 0,05 0,09 Pinang 0,05 0,05 0,05 0,05 0,02 0.04 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun Tahun 2013-2017.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa komoditi kelapa sawit merupakan komoditi yang memiliki total biaya yang tertinggi sedangkan komoditi pinang merupakan komoditi yang total biayanya terendah di Kabupaten Simalungun.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kumpulkan bahwa Indonesia merupakan produsen besar kelapa sawit, sumbangan PDRB Sumatera Utara terbesar dari sektor pertanian dari subsektor perkebunan, dan kelapa sawit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8
memberikan produksi tertinggi pada komoditi perkebunan dan harga yang tertinggi maka penulis tertarik untuk meneliti komoditi kelapa sawit. Penulis memilih Simalungun karena memiliki potensi pengembangan kelapa sawit.
1.2 Identifikasi Masalah 1). Bagaimanakah posisi kelapa sawit dalam subsektor pertanian di Kabupaten
Simalungun ?
2). Bagaimanakah pertumbuhan kelapa sawit dalam subsektor pertanian di
Kabupaten Simalungun ?
3). Apakah kelapa sawit menjadi subsektor unggulan di Kabupaten
Simalungun?
1.3 Tujuan Penelitian
1). Untuk menganalisis posisi kelapa sawit dalam subsektor pertanian di
Kabupaten Simalungun.
2). Untuk menganalisis pertumbuhan kelapa sawit dalam sektor pertanian di
Kabupaten Simalungun.
3). Untuk menganalisis kelapa sawit menjadi subsektor unggulan di Kabupaten
Simalungun.
1.4 Kegunaan Penelitian
1). Bagi Peneliti
Sebagai sarana menambah pengetahuan dan sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan studi di Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9
2). Bagi Pemerintah
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah yang berkaitan
dengan peningkatan produksi komoditi perkebunan kelapa sawit dan
pengembangan wilayah perkebunan di Kabupaten Simalungun.
3). Bagi Pembaca
Sebagai sumber keterangan, referensi, dan informasi dan dapat menjadi
acuan dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1Kelapa Sawit
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikan sebagai berikut :
Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit
Divisi : Traheophyta Subdivisi : Ptereopsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Spadiciplorae/Arecales Familia : Palmae Subfamili : Cocodeae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis jacq
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan penamaan dari Nama
Elais guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763. Berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan
Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika).
Tanaman kelapa sawit secara umum tumbuh rata-rata 20-25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, hal ini di karenakan kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit berbuah pada usia 4-6 tahun dan pada usia 7-10 tahun sebagai periode matang (the mature periode),
10 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 11
dimana pada periode tersebut mulai mengalami buah tandan segar (Fresh fruit bunch). Tanaman kelapa sawit pada usia 11-20 tahun mulai mengalami penurunan produksi buah tandan segar dan terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit akan mati (Suyatno, 1994).
2.1.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Morfologi tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembang biakan yang terdiri dari bunga dan buah.(Sunarko, 2007).
Bagian Vegetatif a. Akar
Morfologi tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembang biakan yang terdiri dari bunga dan buah.Tanaman kelapa sawit berakar serabut dan perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisaan atas atau ke tempat yang banyak mengandung unsur hara.(Lubis dan Agus, 2011). b. Batang
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12
tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk selinder dengan diameter 20-75 cm. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm/tahun.
Jika kondisi lingkungan sesuai tinggi batang sampai mencapai 100 cm/tahun.
Tinggi maksimum tanaman perkebunan antara 15-18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 m. Pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman, kesuburan tanah dan iklim setempat. (Sunarko, 2007). c. Daun
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga mangkin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat melakukannya peroses fotosintesis dan sebagai alat respirasi.Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktifitas tanaman. Semangkin luas permukaan atau semangkin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik.(Lubis dan Agus, 2011).
Bagian Generatif a. Bunga
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga terdiri dari batang poros dan cabang-cabang meruncing yang di sebut spikelet. Jumlah spikelet dalam rangkaian dapat mencapai 200 buah.
Batang poros bunga jantan lebih panjang dibandingkan bunga betina, tetapi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13
jumlah spikeletnya hampir sama. (Sunarko, 2007). b. Buah
Buah disebut juga fruktus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun, jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tananaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun.
Secara anatomi, bagian-bagian buah tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Perikaprium terdiri dari: a. Epikaprium yaitu kulit buah yang keras dan licin. b. Mesokarpium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak
CPO (Crude Palm Oil).
2. Biji mempunyai bagian yaitu: a. Endokarprium yaitu kulit biji atau tempurung yang berwarna hitam dan keras. b. Endosperm yaitu daging buah (inti atau kernel) yang merupakan penghasil
minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil). c. Lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman. (Tim PS, 2002).
2.1.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS. Untuk ketinggian pertanaman kelapa sawit yang baik berkisar antara 0-500 m dpl.
Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar 2.000-2.500 mm/tahun.
Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit sekitar 29-30 °C. Intensitas penyinaran matahari yang baik tanaman kelapa sawit sekitar 5-7 jam/hari.
Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 % untuk pertumbuhan tanaman.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podzolik, Latosol,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Untuk nilai pH yang optimum di dalam tanah adalah
5,0–5,5. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi (Arsyad, 2012).
Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut. Tanah sedikit mengandung unsur hara tetapi memiliki kadar air yang cukup tinggi.
Sehingga cocok untuk melakukan kebun kelapa sawit, karena kelapa sawit memiliki kemampuan tumbuh yang baik dan memiliki daya adaptif yang cepat terhadap lingkungan. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari sekitar 15°. Kemampuan tanah dalam meyediakan hara mempunyai perbedaan yang sangat menyolok dan tergantung pada jumlah hara yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk mencapai zona perakaran tanaman (Lubis dan Agus, 2011)
2.1.4 Varietas (Jenis Kelapa Sawit)
Ada beberapa varietias tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15
Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal tiga varietas kelapa sawit, yaitu:
1.Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persantase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan sampai tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak bisa diperbanyak tanpa menyilangkan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase ini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung yang tipis dengan ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, Tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil (Tim Ps, 2000).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16
PembagianVarietasBerdasarkanWarna Kulit Buah
Ada 3 varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna kulitnya.
Varietas-Varietas tersebut antara lain:
1. Nigrescens Warna buah lembayung atau violet sampai hitam waktu muda dan
berubah menjadi kuning atau orange sesudah matang.
2. Virescens Warna buah hijau ketika muda dan berubah menjadi merah
kekuningan sesudah matang.
3. Albescens Buah keputih-putihan ketika muda dan berubah menjadi
kekuningkuningan sesudah matang (Donald S, 2003)
2.1.5 Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak, yakni: minyak kelapa sawit mentah
CPO (Crude Palm Oil) yang diekstraksi dari mesokrap buah kelapa sawit dan minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil) yang diektraksi dari biji atau inti kelapa sawit.
Minyak CPO adalah minyak kelapa sawit yang diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit, melalui ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semi solid pada suhu ruang yang disebabkan oleh kandungan asam lemak jenuh yang tinggi. Dengan adanya air dan serat halus tersebut menyebabkan minyak kelapa sawit mentah ini tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan maupun nonpangan (Naibaho, 1988).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit telah menjadi salah satu komoditi unggulan perkebunan, dan pengembangannya akan terus diupayakan sejalan dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17
perkembangan/pertumbuhan permintaan, baik untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas kelapa sawit yang memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan, prospek pengembangannya tidak saja terkait dengan pertumbuhan permintaan minyak nabati dalam negeri namun juga di dunia (Pahan,2006).
2.2.2 Potensi
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia pengertian Potensi adalah “kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan atau sesuatu yang dapat menjadi aktual” (Yose Rizal SM, 1994: 308).
Kata potensial berasal dari serapan dari bahasa inggris, yaitu potencial. Artinya ada dua kata, yaitu (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan; kemungkinan.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia, definisi potensial adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya. Intinya secara sederhana, potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan (Madji,2007:86).
Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut (wiyono,2006:37). Dengan demikian potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang masih terpendam didalam dirinya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia.
2.2.3 Produksi
Produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 18
produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (Organization, managerial , dan skills) (Sofjan Assauri 2004).
Menurut Murti Sumarni dan Jhon Soeprihanto (2003), produksi adalah semua kegiatan dalam menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa, dimana untuk kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor produksi.
Faktor–faktor yang mempengaruhi produksi dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Faktor Biologi : Lahan Pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya,
bibit , pupuk , obat-obatan dan lain-lain.
2. Faktor Sosial Ekonomi : Biaya Produksi, harga, tenaga kerja , tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat keuntungan, kelembagaan,
ketersediaan kredit dan sebagainya.
Selain pengaruh iklim dan pengaruh lainnya yang tidak dapat dikuasai atau dikontrol oleh petani adalah alokasi sumberdaya yang dilakukan ini sangat menentukan berapa produksi yang akan dihasilkan sehingga petani dapat mempengaruhi produksi dihasilkan sehingga petani dapat mempengaruhi produksi melalui keputusan berapa jumlah sumberdaya yang akan digunakan (Soekartawi,
1995).
2.3 Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang dipakai sebagai rujukan yang relevan bagi penelitian ini.
Tosima N Saragih (2018) melakukan penelitian mengenai Analisisis Peranan
Sektor Pertanian pada Perekonomian di Kabupaten Simalungun. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis komoditi unggulan dalam sektor pertanian, menganalisis posisi setiap subsektor pertanian, serta menganalisis pergeseran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19
pertumbuhan sektor pertanian pada struktur perekonomian Kabupaten
Simalungun. Metode penentuan daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive area sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode Location Quotient (LQ), tipologi klassen dan analisis shift share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ubi kayu merupakan komoditi unggulan (basis) pada tanaman pangan, kubis merupakan komoditi basis pada tanaman hortikultura, kopi dan aren merupakan komoditi basis pada tanaman perkebunan, serta sapi merupakan basis pada peternakan. Posisi subsektor perkebunan terdapat pada kuadran I (subsektor maju dan tumbuh dengan pesat), subsektor tanaman pangan, tanaman hortikultura, peternakan dan kehutanan berada pada kuadran II
(subsektor maju tapi tertekan), serta subsektor perikanan berada pada kuadran IV
(subsektor relatif tertinggal). Hasil analisis shift share menunjukkan total kinerja pertumbuhan sektor pertanian yang positif.
Rita Herawaty Br Bangun (2017) melakukan penelitian mengenai Kajian Potensi
Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara Menggunakan Location Quotient dan Shift Share. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi distribusi sektor- sektor perkebunan rakyat di Provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis location quetiont (LQ) dan analisis shift share.
Hasil kajian menunjukkan bahwa komoditas yang menjadi unggulan/basis
Provinsi Sumatera Utara adalah kelapa sawit. Hasil penghitungan LQ menunjukkan bahwa komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan/basis di Provinsi Sumatera Utara. Analisis Shift share menunjukkan bahwa komoditas karet, kopi, coklat, cengkeh, tembakau, pala, lada, kapuk dan panili mengalami peningkatan pertumbuhan selama peroide 2011- 2015.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20
Komoditas perkebunan yang tumbuh lebih cepat dan memiliki daya saing tinggi adalah karet, kopi, kelapa sawit, coklat,cengkeh, kulit manis, kemiri, tembakau, tebu, pala, lada, kapuk, pinang dan vanili berdasarkan analisis differential shift.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara perlu menyusun kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan sub sektor perkebunan khususnya kebijakan yang dapat memacu pertumbuhan komoditas perkebunan lainnya yang belum menjadi komoditas unggulan/basis sehingga peningkatan kontribusi sub sektor ini dalam pertumbuhan ekonomi dapat tercapai yang memicu peningkatan kesejahteraan petani.
Yuuha dan Cahyono (2013) dalam hasil penelitiannya di Kabupaten Lamongan menggunakan analisis LQ menunjukkan bahwa yang termasuk sektor basis adalah kategori pertanian. Analisis Shift Share menunjukkan kinerja dari masing-masing kategori di Kabupaten Lamongan dimana kategori pertanian memiliki pertumbuhan tertinggi dibandingkan pertumbuhan kategori yang sama dengan
Provinsi Jawa Timur, kategori perdagangan, hotel dan restoran dapat dikatakan sebagai kategori yang paling maju dan memiliki daya saing yang tinggi di
Kabupaten Lamongan. Selanjutnya hasil analisis MRP menunjukkan bahwa sektor yang termasuk dalam sektor potensial di Kabupaten Lamongan adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektorjasa-jasa.
Hasil penelitian Yusuf (1999) menggunakan analisis LQ dan MRP menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka memiliki keunggulan dalam pengembangan kegiatan primer dan sekunder terutama pertanian dan industri pengolahan. Kabupaten Belitung unggul dalam pengembangan kegiatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 21
sekunder dan tersier (perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi terutama jasa pariwisata). Kota Pangkalpinang unggul dalam pengembangan kegiatan sekunder dan tersier (bangunan/konstruksi), keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa terutama kegiatan pemerintahan dan pusatperdagangan).
Hasil penelian Lilis Anisah (2018) Penentuan sektor unggulan dan sektor potensi di suatu wilayah diharapkan akan mendorong pembangunan wilayah tersebut menjadi lebih terarah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan dan sektor potensi di Kota Semarang. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencakup data PDRB Atas Dasar
Harga Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan dua tahun terakhir yaitu tahun
2016 dan 2017 serta jumlah tenaga kerja hasil Sensus Ekonomi 2016 baik di wilayah Kota Semarang maupun Provinsi Jawa Tengah. Metode analisis yang digunakan adalah LQ, MRP dan Klassen.Analisis berdasarkan kategori dengan tiga metode tersebut memberikan hasil bahwa sektor sektor unggulan Kota
Semarang meliputi kategori F, H, I, K, L, gabungan M dan N, serta gabungan R, S dan U. Sektor potensi Kota Semarang meliputi kategori B, D, E,G, J dan Q.
Kategori selebihnya bukan termasuk sektor unggulan maupun sektor potensi.
2.4 Kerangka Pemikiran
Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun memiliki potensi yang dapat dilihat dari produksinya, kemudian peneliti ingin melihat posisi Kelapa Sawit dalam subsektor pertanian dengan menggunakan metode Tipologi Klassen, lalu pertumbuhan kelapa sawit dalam subsektor pertanian dengan menggunakan metode Model Rasio Pertumbuhan dan kelapa sawit menjadi subsektor unggulan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 22
dengan menggunakan metode location quotient (LQ).
Untuk memperjelas pernyataan diatas dapat dilihat pada gambar 1 Skema
Kerangka Pemikiran.
Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun
Potensi
Produksi
Posisi kelapa sawit Pertumbuhan kelapa Potensi dalam subsektor sawit dalam pengembangan pertanian subsektor pertanian kelapa sawit
Tipologi Klasen Model Rasio Location Quotient Pertumbuhan (LQ)
Keterangan :
: Menyatakan Hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dengan pertimbangan Kabupaten Simalungun merupakan salah satu sentra produksi kelapa sawit di Sumatera Utara. Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive atau disengaja dengan pertimbangan Kabupaten Simalungun merupakan tempat yang memiliki potensi untuk pengembangan kelapa sawit.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Penetuan sampel dalam penelitian dengan menggunakan data time series. Selain itu, untuk menganalisis potensi pengembangan kelapa sawit data yang digunakan adalah data time series sebanyak 6 tahun terakhir (2012-2017) yang meliputi data produksi kelapa sawit di Kabupaten Simalungun.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Datayang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan data time series. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi- instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Simalungun,
Dinas Pertanian dan Perkebunan Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Simalungun, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan literatur- literatur yang mendukung penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Alat analisis yang digunakan untuk tujuan penelitian pertama, yaitu metode tipologi klassen, yaitu untuk menganalisis posisi perkembangan subsektor kelapa sawit. Berikut Klasifikasi Matriks Tipologi Klassen :
23 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 24
Tabel 7. Klasifikasi Matriks Tipologi Klassen Kuadran I Kuadran II Subsektor maju dan tumbuh dengan Subsektor maju tapi tertekan pesat (si < s dan gi < g) (Si > s dan gi > g) Kuadran III Kuadran IV Subsektor potensial atau masih dapat Subsektor relatif tertinggal berkembang (si < s dan gi < g) (si > s dan gi < g) Sumber : Arsyad, 2005
Dimana: si= laju pertumbuhan Kelapa Sawit Subsektor i Kabupaten Simalungun s = laju pertumbuhan Kelapa Sawit Subsektor i Provinsi Sumatera Utara gi = Kontribusi Subsektor i Kabupaten Simalungun g = Kontribusi Subsektor i Provinsi Sumatera Utara
Analisis Klassen digunakan untuk menentukan tipologi pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat tipologi dengan karakteristik sebagai berikut (Sjafrizal,
2008:180):
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran / KWI)
Kuadran ini menunjukkan kategori lapangan usaha apa saja di Kabupaten
Simalungunyang memiliki laju pertumbuhan dan nilai kontribusi lebih besar dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara pada kategori yang sama.
2. Sektor maju tapi pertumbuhan tertekan (Kuadran / KWII)
Kuadran ini menunjukkan kategori lapangan usaha apa saja di Kabupaten
Simalungun yang memiliki laju pertumbuhan lebih kecil tetapi nilai kontribusi sektornya lebih besar dibandingkan Provinsi Sumatera Utara pada kategori yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 25
sama.
3. Sektor potensial dan masih dapat berkembang (Kuadran / KWIII)
Kuadran ini menunjukkan kategori lapangan usaha apa saja di Kabupaten
Simalungun yang memiliki laju pertumbuhan lebih besar tetapi nilai kontribusi sektornya lebih kecil dibandingkan Provinsi Sumatera Utara pada kategori yang sama.
4. Bukan sektor potensial dan tertinggal (Kuadran / KWIV)
Kuadran ini menunjukkan kategori lapangan usaha apa saja di Kabupaten
Simalungun yang memiliki laju pertumbuhan dan nilai kontribusi lebih kecil dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara pada kategori yang sama.
Alat analisis yang digunakan untuk tujuan penelitian kedua, yaitu metode Analisis
Model Rasio Pertumbuhan bermanfaat dalam perencanaan pembangunan wilayah
(Yuuha dan Cahyono, 2013). Analisis MRP dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan pada suatu wilayah terhadap wilayah yang lebih besar, baik dalam skala besar maupun kecil. Pada analisis ini terdapat dua rasio pertumbuhan yang bisa dihitung yaitu: rasio pertumbuhan wilayah studi/analisis dan rasio pertumbuhan wilayah referensi (Yusuf, 1999).
RPip = (Yipt - Yip0) / Yipt
(Ypt - Yp0) / Yp0
RPin = (Yint - Yin0) / Yint
(Ynt– Yn0) / Yn0
Keterangan:
yipt = PDRB kategori i wilayah analisis ke p pada periode tahun akhir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 26
yip0 = PDRB kategori i wilayah analisis ke p pada periode tahun awal.
ypt = PDRB total wilayah analisis p pada periode tahunakhir. yp0= PDRB total wilayah analisis p pada periode tahunawal.
yint = PDRB kategori i wilayah referensi pada periode tahun akhir.
yin0 = PDRB kategori i wilayah referensi pada periode tahun awal.
ynt = PDRB wilayah referensi pada periode tahunakhir. yn0= PDRB wilayah referensi pada periode tahunawal.
Interpretasi hasil perhitungan analisis MRP adalah sebagai berikut:
1. Jika RPip dan RPin bernilai lebih dari 1, maka keduanya diberi notasi positif.
Dapat diartikan bahwa pertumbuhan kategori i di wilayah analisis dan wilayah
referensi sama-sama tinggi, disimpulkan bahwa kategori tersebut berpotensi
untuk dikembangkan baik di Kabupaten Simalungun maupun Provinsi
Sumatera Utara.
2. Jika hanya RPip yang bernilai lebih dari 1 (bernotasi positif) maka pertumbuhan
kategori i di wilayah analisis lebih tinggi dari wilayah referensi, dapat diartikan
bahwa kategori tersebut berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten
Simalungun namun di Provinsi Sumatera Utara tidak berpotensi.
3. Jika hanya RPin yang bernilai lebih dari 1 (bernotasi positif) maka pertumbuhan
kategori i di wilayah analisis lebih rendah dari wilayah referensi, dapat
diartikan bahwa kategori tersebut berpotensi untuk dikembangkan di Provinsi
Sumatera Utara namun di Kabupaten Simalungun tidak berpotensi.
4. Jika baik RPip dan RPin bernilai kurang dari 1 (tidak bernotasi positif) maka
pertumbuhan kategori i di wilayah analisis dan wilayah referensi sama-sama
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 27
rendah,dapat diartikan bahwa kategori tersebut tidak berpotensi untuk
dikembangkan baik di Kabupaten Simalungun maupun Provinsi Sumatera
Utara.
Alat analisis yang digunakan untuk tujuan penelitian ketiga, yaitu metode
Location Quotient (LQ) yaitu menganalisis apakah kelapa sawit merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Simalungun.
Untuk menentukan komoditi unggulan yaitu dengan menggunakan pendekatan produksi masing-masing komoditi dari subsektor pertanian yang ada di Kabupaten
Simalungun dan Provinsi Sumatera Utara.
Rumus Location Quotient (LQ) :
LQ = 퐒퐢j/퐒j S퐢n/Sn Dimana:
Sij : Jumlah produksi terserap pada perkebunan kelapa sawit di Kabupaten
Simalungun
Sj : Total jumlah produksi terserap di Kabupaten Simalungun
Sin : Jumlah produksi terserap pada perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara
Sin : Total produksi terserap di Sumatera Utara.
Hasil perhitungan LQ memiliki tiga kriteria, yaitu: a. LQ > 1, basis artinya produksi kelapa sawit di wilayah Kabupaten
Simalungunberarti memiliki keunggulan komparatif. b. LQ = 1, non basis, artinya produksi kelapa sawit di wilayah
KabupatenSimalungun tidak memiliki keunggulan komparatif, hanya cukup
memenuhikebutuhan sendiri dalam wilayah tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 28
c. LQ < 1, non basis artinya produksi kelapa sawit di wilayah
KabupatenSimalungun tidak memiliki keunggulan komparatif, produksi
komoditi i di wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan
harus mendapatpasokan dari luar wilayah.
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
3.5.1 Definisi Operasional
Definisi Operasional dalam penelitian ini dibuat agar tidak terjadi kesalahan pengertian dari beberapa istilah yang dipakai dalam penelitian. Berikut definisi dari istilah yang digunakan dalam operasional penelitian ini :
1. Kelapa Sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
2. Produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai
guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.
3. Potensi adalah suatu kemampuan yang masih bisa dikembangkan menjadi
lebih baik lagi.
4. Purposive Sampling adalah menentukan pengambilan sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian.
5. Time Series adalah serangkaian nilai-nilai variabel yang disusun
berdasarkan waktu.
6. Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah
ada.
7. Metode Analisis Tipologi Klassen adalah untuk mengetahui gambaran
tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 29
8. Metode Analisis Model Rasio Pertumbuhan bermanfaat dalam perencanaan
pembangunan wilayah.
9. Metode Analisis Location Quotient adalah teknik analisis yang digunakan
untuk menganalisis sektor potensial atau basis dalam perekonomian disuatu
daerah.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian dilakukan di Kabupaten Simalungun ,Sumatera Utara
pada tahun 2019.
2. Data yang diamati adalah data sekunder yaitu data produksi subsektor
Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Deskripsi Kabupaten Simalungun
4.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Simalungun terletak antara 020 36’ – 030 18’ Lintang Utara dan antara
980 32’ – 990 35’ Bujur Timur dengan luas 4.372,5 km2 berada pada ketinggian 0-
-1.400 meter di atas permukaan laut. KabupatenSimalungunmemilikiluaswilayah
± 4.372,5dengan 74,9% lahannya berada pada kemiringan 0-15%. Luas
Kabupaten Simalungun adalah 6,12% dari luas Provinsi Sumatera Utara.
Secara adminstratif Kabupaten Simalungun memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir.
3. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Batubara dan Asahan.
4. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten.
Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten terluas ketiga setelah Kabupaten
Mandailing Natal dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara serta memiliki letak yang cukup strategis karena berada di kawasan wisata Danau Toba-Parapat.
Kabupaten Simalungun terdiri dari 32 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah kecamatan Hatonduhan sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan
Haranggaol Horison dengan rata-rata jarak tempuh ke ibukota kabupaten 51,42 km dimana jarak terjauh adalah Kecamatan Silou Kahean 127 km dan Kecamatan
Ujung Padang 113 km. Untuk lebih jelasnya, kepadatan penduduk dapa dilihat pada tabel 8.
30 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 31
Tabel 8. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Simalungun Tahun 2017. No. Kecamatan Luas (km2) Persentase 1 Silimakuta 74,16 1,85 2 PamatangSilimahuta 79,68 1,99 3 Purba 172,71 4,31 4 HaranggaolHorison 40,97 1,02 5 Dolok Pardamean*) 67,90 1,70 6 Sidamanik 80,88 2,02 7 PamatangSidamanik 137,80 3,44 8 Girsang SipanganBolon 129,89 3,24 9 TanahJawa 174,33 4,35 10 Hatonduhan 336,26 8,39 11 Dolok Panribuan 148,62 3,71 12 Jorlang Hataran 93,70 2,34 13 Panei 77,96 1,95 14 Panombeian Panei 73,74 1,84 15 Raya *) 261,56 6,53 16 Dolog Masagal *) 105,77 2,64 17 Dolok Silou 302,66 7,56 18 Silou Kahean 228,74 5,71 19 Raya Kahean 204,89 5,12 20 Tapian Dolok 119,89 2,99 21 Dolok Batu Nanggar 106,91 2,67 22 Siantar 73,99 1,85 23 Gunung Malela 96,74 2,42 24 Gunung Maligas 51,39 1,28 25 Hutabayu Raja 191,43 4,78 26 Jawa Maraja Bah Jambi 38,97 0,97 27 Pamatang Bandar 88,16 2,20 28 Bandar Huluan 107,33 2,68 29 Bandar 100,69 2,51 30 Bandar Masilam 91,22 2,28 31 Bosar Maligas 285,43 7,13 32 Ujung Padang 228,49 5,70 Simalungun 4005,53 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Simalungun, 2018. Berdasarkan tabel 8. dapat dilihat pada Kabupaten Simalungun kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Hatonduhan dengan persentase luas 8,39%.
Sedangkan untuk kecamatan yang paling kecil adalah Jawa Maraja Bah Jambi sebesar 0,97%.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun pada tahun 2017 dapat dilihat kepadatan penduduk di Kecamatan Kabupaten Simalungun.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 32
Tabel 9. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Simalungun, 2017. No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Kepadatan (km2) Penduduk Penduduk (jiwa) (jiwa/km2) 1 Simalakuta 74,16 16,083 217 2 PamatangSilimahuta 79,68 10 898 137 3 Purba 172,71 24 325 141 4 HaranggaolHorison 40,97 5 090 124 5 Dolok Pardamean*) 67,90 12 931 190 6 Sidamanik 80,88 27 750 343 7 PamatangSidamanik 137,80 16 703 121 8 Girsang SipanganBolon 129,89 14 956 115 9 TanahJawa 174,33 47 773 274 10 Hatonduhan 336,26 21 389 64 11 Dolok Panribuan 148,62 18 411 124 12 Jorlang Hataran 93,70 15 709 168 13 Panei 77,96 22 296 286 14 Panombeian Panei 73,74 19 587 266 15 Raya *) 261,56 25 965 99 16 Dolog Masagal *) 105,77 9 762 92 17 Dolok Silou 302,66 14 500 48 18 Silou Kahean 228,74 17 624 77 19 Raya Kahean 204,89 17 882 87 20 Tapian Dolok 119,89 41 572 347 21 Dolok Batu Nanggar 106,91 40 824 382 22 Siantar 73,99 66 743 902 23 Gunung Malela 96,74 35 042 362 24 Gunung Maligas 51,39 28 153 548 25 Hutabayu Raja 191,43 29 887 156 26 Jawa Maraja Bah Jambi 38,97 22 302 572 27 Pamatang Bandar 88,16 31 714 360 28 Bandar Huluan 107,33 26 563 247 29 Bandar 100,69 69 680 692 30 Bandar Masilam 91,22 24 941 273 31 Bosar Maligas 285,43 40 797 143 32 Ujung Padang 228,49 41 376 181 Simalungun 4005,53 859228 215 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, 2017. Berdasarkan tabel 9. dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk terbesar di
Kecamatan Kabupaten Simalungun adalah Kecamatan Siantar yaitu 902 jiwa/km2 dan terkecil adalah Dolok Siloun sebesar 48 jiwa/km2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33
4.2. Kependudukan
4.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk Kabupaten Simalungun menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 10. berikut.
Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Kabupaten Simalungun tahun 2017. No. Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan 1 Silimakuta 8 148 7 935 16 083 2 PamatangSilimahuta 5 463 5 435 10 898 3 Purba 12 257 12 068 24 325 4 HaranggaolHorison 2 563 2 527 5 090 5 Dolok Pardamean*) 6 529 6 402 12 931 6 Sidamanik 13 655 14 095 27 750 7 PamatangSidamanik 8 274 8 429 16 703 8 Girsang SipanganBolon 7 403 7 553 14 956 9 TanahJawa 23 383 24 390 47 773 10 Hatonduhan 10 792 10 597 21 389 11 Dolok Panribuan 9 038 9 373 18 411 12 Jorlang Hataran 7 789 7 920 15 709 13 Panei 10 906 11 390 22 296 14 Panombeian Panei 9 888 9 699 19 587 15 Raya *) 13 001 12 964 25 965 16 Dolog Masagal *) 4 999 4 763 9 762 17 Dolok Silou 7 322 7 178 14 500 18 Silou Kahean 8 862 8 762 17 624 19 Raya Kahean 9 036 8 846 17 882 20 Tapian Dolok 21 054 20 518 41 572 21 Dolok Batu Nanggar 20 634 20 190 40 824 22 Siantar 33 184 33 559 66 743 23 Gunung Malela 17 379 17 663 35 042 24 Gunung Maligas 14 100 14 053 28 153 25 Hutabayu Raja 14 669 15 218 29 887 26 Jawa Maraja Bah Jambi 10 937 11 365 22 302 27 Pamatang Bandar 15 599 16 115 31 714 28 Bandar Huluan 13 307 13 256 26 563 29 Bandar 34 402 35 278 69 680 30 Bandar Masilam 12 356 12 585 24 941 31 Bosar Maligas 20 423 20 374 40 797 32 Ujung Padang 20 753 20 623 41 376 Simalungun 428 105 431 123 859 228 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, 2017. Berdasarkan tabel 10. diketahui bahwa penduduk Kabupaten Simalungun pada tahun 2017 adalah sebanyak 859.228 jiwa terdiri dari 428.105 penduduk laki-laki dan 431.123 penduduk perempuan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34
4.3. Pertumbuhan PDRB KabupatenSimalungun
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukurna kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah dan peranan sektor-sektor ekonomi. PDRB Kabupaten
Simalungun pada tahun 2016 atas dasar harga konstan 2010 sebesar 23.507,97 milyar. PDRB tersebut meningkat sebesar 1.202,54 milyar dibandingkan pada tahun 2015 yaitu sebesar 22.305,43milyar.
Tabel 11. PDRB Kabupaten Simalungun Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2012 – 2016. No Tahun PDRB (Milyar Rupiah) 1 2012 19.117,54 2 2013 20.122,01 3 2014 21.194,28 4 2015 22.305,43 5 2016 23.507,97 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, 2016. Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kabupaten Simalungun semakin bergeser dari lapangan usaha Pertanian ke lapangan usaha ekonomi lainnya yang terlihat dari besarnya peranan masing-masing lapangan usaha ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Simalungun, dimana bahwa dari tahun 2012-
2016 peranan pertanian semakin menurun. Namun, walaupun peranan sektor pertanian menurun, sektor pertanian masih memberikan sumbangan terbesar dari tahun 2012-2016, selanjutnya di ikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran, pertahanan dan jaminan sosial, kemudian sektor industri pengolahan, sektor konstruksi,sektoradministrasipemerintah,pertahanandanjaminansosial,serta sektor transportasi dan pergudangan. Sementara peranan sektor lainnya masing- masing di bawah satu persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35
Tabel 12. Peran PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen). Lapangan Usaha Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 A. Pertanian 57,382 57,078 56,746 56,445 56,168 1. Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan, Peternakan 56,937 56,639 56,311 56,012 55,737 dan Perikanan a. Tanaman Pangan 10,885 10,451 9,989 10,089 10,147 b. Tanaman Hortikultura 6,071 5,933 5,645 5,284 5,145 c. Tanaman Perkebunan 35,557 35,926 36,415 36,384 36,320 d. Peternakan 2,631 2,578 2,534 2,523 2,497 e. Kehutanan 1,083 1,052 1,034 1,031 0,964 f. Perikanan 0,707 0,697 0,691 0,700 0,663 2. Jasa, Pertanian dan 0,445 0,438 0,434 0,433 0,432 Perburuan B. Pertambangan dan 0,219 0,224 0,229 0,235 0,229 Penggalian C. Industri Pengolahan 11,089 11,305 11,084 10,831 10,759 D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,076 0,078 0,083 0,085 0,084
E. Pengadaan air, pengelolan 0,077 0,078 0,079 0,081 0,079 sampah, limbah dan daur ulang F. Konstruksi 7,590 7,848 8,105 8,388 4,414 G. Perdagangan besar dan 13,070 13,157 13,328 13,423 13,588 eceran, pertahanan dan jaminan sosial H. Transportasi dan 1,406 1,437 1,472 1,499 1,526 pergudangan
I. Penyediaan akomodasi dan 0,887 0,896 0,892 0,888 0,875 makan minum J. Informasi dan Komunikasi 0,705 0,706 0,700 0,702 0,703 K. Jasa keuangan dan asuransi 0,897 0,929 0,913 0,981 0,977 L. Real estate 0,855 0,848 0,856 0,862 0,867 M. Jasa Perusahaan 0,085 0,084 0,083 0,082 0,081
N. Administrasi pemerintah, 3,865 3,922 3,993 4,053 3,933 pertahanan dan jaminan sosial O. Jasa Pendidikan 0,950 0,964 0,980 0,992 1,008 P. Jasa kesehatan dan kegiatan 0,335 0,350 0,358 0,357 0,356 sosial Q. Jasa lainnya 0,094 0,095 0,097 0,098 0,099 Produk Domestik Regional 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Bruto Sumber : Badan Pusat Statistik KabupatenSimalungun, 2016.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Posisi Sektor Perkebunan di Kabupaten Simalungun
Untuk mengetahui posisi perkembangan sektor perkebunan di Kabupaten
Simalungun digunakan alat analisis Tipologi Klassen. Indikator utama yang digunakan dalam perhitungan ini adalah Produksi, laju pertumbuhan dan kontribusi subsektor perkebunan Kabupaten Simalungun dan Provinsi Sumatera
Utara. Maka dengan menggunakan PDRB tersebut, masing-masing komoditi pada sektor perkebunan dihitung kontribusi dan laju pertumbuhannya.
Tabel 13.Produksi Subsektor Perkebunan Kabupaten Simalungun dan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013-2017 (Ton) Komoditi Tahun Wilayah Karet Kelapa Sawit Kopi Kelapa Coklat Kemiri Aren Pinang Total Sumatera 310.266.17 6.735.795.45 56.493,52 90.359,79 39.800,47 12.242,81 3.227,8 3.301,18 7.251.487,19 2013 Utara Simalungun 11.434,28 516.135,92 11.731,57 1.945,03 5.534,5 672,11 599,13 300,74 548.353,3 Sumatera 321.099,05 5.745.235,23 57.208,98 91.621,57 41.104,64 12.452,12 3.139,56 3.541,96 6.275.403,11 2014 Utara Simalungun 11.618,5 526.232,29 12.082,88 19.74,88 5.578,75 640,27 601,46 301,25 559.030,3 Sumatera 332.673,82 5.101.384,09 58.064,03 91.662,47 41.265,77 12.583,27 3.233,25 3.675,38 5.644.542 2015 Utara Simalungun 12.154,64 533.889,5 11.143,65 1.957,96 5.636,79 703,57 607,64 302,04 566.395,79 Sumatera 333.922 577.5631,82 59.107 89.773 43.610 13.367 3.720 2.182 6.321.313 2016 Utara Simalungun 12.133,32 539.728,02 11.857,64 2.293,1 5.636,79 678,74 607,75 301,98 573.237,34 Sumatera 331.757 6.068.178,45 63.142 94.455 40.591 13.205 3.746 4.044 6.619.118 2017 Utara Simalungun 12.678,8 1.074.906 11.610,4 2.025,7 5.693,47 658,19 613,82 304,98 110.8491,36 Sumber :Lampiran 3 dan 4
Pada Tabel 13 untuk produksi subsektor perkebunan pada Provinsi Sumatera
Utara dan Kabupaten Simalungun yang terdiri dari komoditi karet memiliki produksi tertinggi berada pada tahun 2016 di Sumatera Utara sebesar 333.922
Ton, sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2017 sebesar
12.678,8 Ton. Komoditi kelapa sawit memiliki produksi tertinggi berada pada tahun 2013 di Sumatera Utara sebesar 6.735.795,45 Ton, sedangkan di Kabupaten
Simalungun berada pada tahun 2017 sebesar 1.074.906 Ton. Komoditi kopi
36 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37
memiliki produksi tertinggi berada pada tahun 2017 di Sumatera Utara sebesar
63.142 Ton, sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2014 sebesar
12.082,88 Ton. Komoditi kelapa memiliki produksi tertinggi berada pada tahun
2017 di Sumatera Utara sebesar 94.455 Ton, sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2016 sebesar 2.293,1 Ton. Komoditi coklat memiliki produksi tertinggi berada pada tahun 2016 di Sumatera Utara sebesar 43.610 Ton, sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2017 sebesar 5.693,47
Ton. Komoditi kemiri memiliki produksi tertinggi berada pada tahun 2016 di
Sumatera Utara sebesar 13.367 Ton, sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2015 sebesar 703,57 Ton. Komoditi aren memiliki produksi tertinggi berada pada tahun 2017 di Sumatera Utara sebesar 3.746 Ton, sedangkan di
Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2017 sebesar 613,82 Ton. Komoditi pinang memiliki produksi tertinggi berada pada tahun 2015 di Sumatera Utara sebesar 3.675,38 Ton sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun
2017 sebesar 304,98 Ton.
Tabel 14. Laju Pertumbuhan SubSektor Perkebunan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun Tahun 2013-2017 (%). Komoditi Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 Sumatera Simalungun Sumatera Simalungun Sumatera Simalungun Sumatera Simalungun Sumatera Simalungun Utara Utara Utara Utara Utara Karet 7,34 1,71 10,63 1,51 3,49 1,61 3,60 4,61 0,37 -0,003 Kelapa 18,52 0,833 28,34 1,37 -19,05 1,95 -9,55 1,45 11,73 1,09 Sawit Kopi 4,75 11,38 -2,15 10,17 1,26 2,99 1,49 -7,77 1,79 6,40 Kelapa -4,03 6,10 -1,38 -1,17 1,39 1,53 0,04 -0,85 --2,06 17,11 Coklat -4,79 1,30 5,61 -0,82 3,27 0,79 0,39 1,03 5,68 0 Kemiri -0,48 -14,53 -2,56 -0,26 1,70 -4,73 1,05 9,88 6,22 -3,53 Aren 0,53 -5,36 2,49 0,16 -2,73 0,38 2,98 1,02 15,05 0,02 Pinang 2,35 -0,62 4,24 -0,33 7,29 0,16 3,76 0,26 -40,63 -0,62 Sumber :Lampiran 9 dan 11
Berdasarkan Tabel 14 Persentase laju pertumbuhan subsektor perkebunan pada
Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun terdiri dari komoditi karet memiliki persentase laju pertumbuhan tertinggi berada pada tahun 2014 di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38
Sumatera Utara sebesar 10,63 , sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2016 sebesar 4,61. Komoditi kelapa sawit memiliki persentase laju pertumbuhan tertinggi berada pada tahun 2014 di Sumatera Utara sebesar 28,34 , sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2015 sebesar 1,95.
Komoditi kopi memiliki persentase laju pertumbuhan tertinggi berada pada tahun
2013 di Sumatera Utara sebesar 4,75 , sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2013 sebesar 11,38 . Komoditi kelapa memiliki persentase laju pertumbuhan tertinggi berada pada tahun 2015 di Sumatera Utara sebesar 1,39 , sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2017 sebesar 17,11 .
Komoditi coklat memiliki persentase laju pertumbuhan tertinggi berada pada tahun 2017 di Sumatera Utara sebesar 5,68, sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2013 sebesar 1,30 . Komoditi kemiri memiliki persentase laju pertumbuhan tertinggi berada pada tahun 2017 di Sumatera Utara sebesar 6,22 , sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2016 sebesar 9,88.
Komoditi aren memiliki persentase laju pertumbuhan tertinggi berada pada tahun
2017 di Sumatera Utara sebesar 15,05 , sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2016 sebesar 1,02. Komoditi pinang memiliki persentase laju pertumbuhan tertinggi berada pada tahun 2015 di Sumatera Utara sebesar 7,29, sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2016 sebesar 0,26 .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39
Tabel 15. Kontribusi Subsektor Perkebunan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun Tahun 2013-2017 (%) Komoditi Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 Sumatera Simalungun Sumatera Simalungun Sumatera Simalungun Sumatera Simalungun Sumatera Simalungun Utara Utara Utara Utara Utara Karet 4,27 2,08 5,11 2,07 5,89 2,14 5,28 2,11 5,01 1,14 Kelapa 71,67 94,12 107,33 94,13 101,78 94,26 80,70 94,15 87,25 96,97 Sawit Kopi 1,01 2,13 0,77 2,16 1,02 1,96 0,93 2,06 0,95 1,05 Kelapa 1,24 0,35 1,46 0,35 1,62 0,34 1,42 0,40 1,42 0,18 Coklat 0,54 1,00 0,65 0,99 0,73 0,99 0,68 0,98 0,61 0,51 Kemiri 0,16 0,12 0,19 0,11 0,22 0,12 0,21 0,11 0,19 0,05 Aren 0,04 0,10 0,05 0,10 0,05 0,10 0,05 0,10 0,05 0,05 Pinang 0,04 0,05 0,05 0,05 0,06 0,05 0,03 0,05 0,06 0,02 Sumber :Lampiran 8 dan 10
Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa kontribusi subsektor perkebunan yang terdiri atas komoditi karet memiliki persentase kontribusi tertinggi berada pada tahun 2015 di Sumatera Utara sebesar 5,89, sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2015 sebesar 2,14. Komoditi kelapa sawit memiliki persentase kontribusi tertinggi berada pada tahun 2014 di Sumatera Utara sebesar 107.33 , sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2017 sebesar 96,97.
Komoditi kopi memiliki persentase kontribusi tertinggi berada pada tahun 2015 di
Sumatera Utara sebesar 1,02 , sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2014 sebesar 2,16. Komoditi kelapa memiliki persentase kontribusi tertinggi berada pada tahun 2015 di Sumatera Utara sebesar 1,62 , sedangkan di
Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2014 sebesar 0,35. Komoditi coklat memiliki persentase kontribusi tertinggi berada pada tahun 2015 di Sumatera
Utara sebesar 0,73 , sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2013 sebesar 1,00. Komoditi kemiri memiliki persentase kontribusi tertinggi berada pada tahun 2015 di Sumatera Utara sebesar 0,22 , sedangkan di Kabupaten
Simalungun berada pada tahun 2015 sebesar 0,12. Komoditi aren memiliki persentase kontribusi tertinggi berada pada tahun 2017 di Sumatera Utara sebesar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40
0,05 , sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2016 sebesar 0,10.
Komoditi pinang memiliki persentase kontribusi tertinggi berada pada tahun 2017 sebesar 0,06 di Sumatera Utara, sedangkan di Kabupaten Simalungun berada pada tahun 2016 sebesar 0,05.
Tabel 16. Perbandingan Laju Pertumbuhan dan Kontribusi pada Subsektor Perkebunan Kabupaten Simalungun dan ProvinsiSumatera Utara tahun 2013 – 2017 (%). Rata-Rata Rata-Rata Laju Pertumbuhan Kontribusi terhadap PDRB Komoditi Perkebunan Kabupaten Provinsi Kabupaten Provinsi Simalungun Sumatera Utara Simalungun Sumatera (si) (s) (gi) Utara (g) Karet 1,89 5,09 1,91 5,11 Kelapa Sawit 1,34 5,99 94,72 89,74 Kopi 4,63 1,43 1,87 0,94 Kelapa 4,54 -1,20 0,32 1,43 Coklat 0,46 2,03 0,89 0,64 Kemiri -2,63 1,18 0,10 0,20 Aren -0,76 3,66 0,09 0,05 Pinang -0,23 -4,59 0,04 0,05 Sumber : Diolah dari lampiran
Tabel 16 menunjukkan hasil perhitungan rata-rata laju pertumbuhan subsektor perkebunan dari tahun 2013-2017 di Kabupaten Simalungun dan Provinsi
Sumatera Utara, serta rata-rata kontribusi subsektor perkebunan dari tahun 2013-
2017 di Kabupaten Simalungun dan Provinsi Sumatera Utara. Komoditi karet memiliki rata-rata laju pertumbuhan Kabupaten Simalungun yang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan di Provinsi Sumatera, sedangkan rata-rata kontribusi Kabupaten Simalungun lebih besar dari rata-rata kontribusi
Provinsi Sumatera Utara. Komoditi kelapa sawit memiliki rata-rata laju pertumbuhan Kabupaten Simalungun yang lebih kecil dibandingkan dengan rata- rata laju pertumbuhan di Provinsi Sumatera, sedangkan rata-rata kontribusi
Kabupaten Simalungun lebih kecil dari rata-rata kontribusi Provinsi Sumatera
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 41
Utara. Komoditi kopi memiliki rata-rata laju pertumbuhan Kabupaten Simalungun yang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan di Provinsi
Sumatera, sedangkan rata-rata kontribusi Kabupaten Simalungun lebih kecil dari rata-rata kontribusi Provinsi Sumatera Utara. Komoditi kelapa memiliki rata-rata laju pertumbuhan Kabupaten Simalungun yang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan di Provinsi Sumatera yang bernilai negatif hal ini disebabkan oleh penurunan produksi kelapa di Provinsi Sumatera Utara, sedangkan rata-rata kontribusi Kabupaten Simalungun lebih kecil dari rata-rata kontribusi Provinsi Sumatera Utara. Komoditi coklat memiliki rata-rata laju pertumbuhan Kabupaten Simalungun yang lebih kecil dibandingkan dengan rata- rata laju pertumbuhan di Provinsi Sumatera, sedangkan rata-rata kontribusi
Kabupaten Simalungun lebih besar dari rata-rata kontribusi Provinsi Sumatera
Utara. Komoditi kemiri memiliki rata-rata laju pertumbuhan Kabupaten
Simalungun yang lebih kecil dan bernilai negatif hal ini disebabkan penurunan produksi kemiri di Kabupaten Simalungun dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan di Provinsi Sumatera, sedangkan rata-rata kontribusi Kabupaten
Simalungun lebih kecil dari rata-rata kontribusi Provinsi Sumatera Utara.
Komoditi aren memiliki rata-rata laju pertumbuhan Kabupaten Simalungun yang lebih kecil dan bernilai negatif hal ini disebabkan penurunan produksi aren di
Kabupaten Simalungun dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan di
Provinsi Sumatera, sedangkan rata-rata kontribusi Kabupaten Simalungun lebih kecil dari rata-rata kontribusi Provinsi Sumatera Utara. Komoditi pinang memiliki rata-rata laju pertumbuhan Kabupaten Simalungun yang lebih besar dan bernilai negatif hal ini disebabkan penurunan produksi kemiri di Kabupaten Simalungun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 42
dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan di Provinsi Sumatera yang bernilai negatif hal ini disebabkan penurunan produksi kemiri juga di Provinsi
Sumatera Utara, sedangkan rata-rata kontribusi Kabupaten Simalungun lebih kecil dari rata-rata kontribusi Provinsi Sumatera Utara.
Hasil perhitungan rata-rata laju pertumbuhan subsektor perkebunan dan rata-rata kontribusi subsektor perkebunan Kabupaten Simalungun dan Provinsi Sumatera
Utara, selanjutnya dibandingkan untuk memperoleh masing-masing posisi komoditi tersebut dengan menggunakan Matrix Tipologi Klassen. Tabel Tipologi
Klassen yang terdiri dari empat kuadran yaitu kuadran I maju dan tumbuh dengan pesat, kuadran II maju tapi tertekan, kuadran III potensial atau masih dapat berkembang dan kuadran IV tertinggal. Hasil pencocokan tersebut dapat disajikan pada Tabel 17 di bawah ini.
Tabel 17.Klasifikasi Subsektor Pertanian dalam Perekonomian Kabupaten Simalungun berdasarkan Tipologi Klassen. Kuadran I Kuadran II Komoditi pada subsektor perkebunan Komoditi Komoditi pada subsektor maju dan tumbuh dengan pesat perkebunan maju tapi tertekan (si > s dan gi > g) (si < s dan gi > g) -Komoditi Kopi -Komoditi Kelapa Sawit, Coklat, Aren
Kuadran III Kuadran IV Komoditi pada subsektor perkebunan Komoditi pada subsektor perkebunan potensial atau masih dapat berkembang relatif tertinggal (si > s dan gi < g) (si < s dan gi < g) -Komoditi Kelapa, Pinang -Komoditi Karet, Kemiri
Sumber : Diolah dari lampiran
Kuadran I menunjukkan bahwa terdapat komoditi kopi pada subsektor perkebunan yang menempati posisi tersebut. Komoditi kopi dapat dikategorikan sebagai komoditi yang sudah maju dan tumbuh pesat di Kabupaten Simalungun. Artinya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43
komoditi kopi pada subsektor perkebunan dalam pembentukan PDRB di tingkat
Kabupaten Simalungun memiliki kontribusi lebih besar dibandingkan dengan tingkat Provinsi Sumatera Utara dan pertumbuhannya di Kabupaten Simalungun lebih besar dibandingkan di Provinsi Sumatera Utara. Komoditi Kopi pada subsektor perkebunan dapat dikategorikan sebagai komoditi unggulan karena memiliki laju pertumbuhan dan pangsa yang lebih besar dibandingkan komoditi lainnya pada subsektor perkebunan di Provinsi Sumatera Utara yang dijadikan referensi atau acuan
Kuadran II menunjukkan bahwa komoditi Kelapa Sawit, Coklat, Aren pada subsektor perkebunan yang menempati posisi tersebut. Komoditi Kelapa Sawit,
Coklat, Aren pada subsektor perkebunandikategorikan sebagai komoditi maju tapi tertekan. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan komoditi kelapa sawit, coklat, aren pada subsektor perkebunan di tingkat Kabupaten Simalungun lebih rendah daripada laju pertumbuhan di tingkat Provinsi Sumatera Utara, tetapi kontribusi komoditi kelapa sawit pada subsektor perkebunan dalam pembentukan PDRB di
Kabupaten Simalungun lebih besar daripada kontribusi dalam pembentukan
PDRB di Provinsi Sumatera Utara.
Kuadran III menunjukkan bahwa komoditi Kelapa dan Pinang pada subsektor perkebunan yang menempati posisi tersebut. Komoditi Kelapa dan Pinang pada subsektor perkebunan dikategorikan sebagai komoditi potensial atau masih dapat berkembang. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan komoditi kelapa pada subsektorperkebunan di tingkat Kabupaten Simalungun lebih tinggi daripada laju pertumbuhan di tingkat Provinsi Sumatera Utara, tetapi kontribusi komoditi kelapa dan pinangpada subsektor perkebunan dalam pembentukan PDRB di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 44
Kabupaten Simalungun lebih kecil daripada kontribusi dalam pembentukan PDRB di Provinsi Sumatera Utara.
Kuadran IV menunjukkan bahwa terdapat lima komoditi pada subsektor perkebunan yang menempati posisi tersebut yaitu komoditi karet, kemiri.
Komoditi karet, kemiripada subsektor perkebunan tergolong ke dalam komoditi pada subsektor perkebunan yang relatif tertinggal. Hal ini dikarenakan komoditi karet, kemiri pada subsektor perkebunan di Kabupaten Simalungun memiliki laju pertumbuhan yang lebih kecil dibandingkan di tingkat Provinsi Sumatera Utara.
Di samping itu, kontribusi komoditi karet, kemiri pada subsektor perkebunan terhadap pembentukan PDRB di tingkat Kabupaten Simalungun lebih kecil dibandingkan di Provinsi Sumatera Utara terhadap pembentukan PDRB Provinsi
Sumatera Utara.
5.2. Pertumbuhan Subsektor Perkebunan di Kabupaten Simalungun
Untuk mengetahui pertumbuhan subsektor perkebunan di Kabupaten Simalungun digunakan alat analisis Model rasio pertumbuhan. Indikator utama yang digunakan dalam perhitungan ini adalah produksi subsektor perkebunan
Kabupaten Simalungun pada tahun 2013 dan tahun 2017 dan produksi subsektor perkebunan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 dan tahun 2017. Maka dengan menggunakan data produksi tersebut, masing-masing komoditi pada sektor perkebunan dihitung pertumbuhannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45
Tabel 18. Analisis MRP Kabupaten Simalungun dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2017. Rasio Rasio Notasi Pertumbuhan Pertumbuhan Komoditi Wilayah Wilayah Subsektor Komoditi Provinsi Kabupaten Perkebunan (Rpip) (Rpin) Sumatera Utara Simalungun (Rpip) (Rpin)
Karet -0.742830598 0.096092 Kelapa Sawit 1.261611776 0.508895 Positif Kopi -1.207426557 -0.01022 Kelapa -0.497173435 0.038985 Coklat -0.22332909 0.027334 Kemiri -0.835562853 -0.0207 Aren -1.586303661 0.023429 Pinang -2.106343187 0.01361 Sumber : Diolah dari lampiran
Komoditi yang nilai RPip yang bernilai lebih dari 1 (bernotasi positif) adalah kelapa sawit maka pertumbuhan komoditi tersebut lebih tinggi dari Kabupaten
Simalungun, dapat diartikan bahwa komoditi tersebut berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Simalungun namun di Provinsi Sumatera Utara tidak berpotensi.
Komoditi yang nilai RPip dan RPin bernilai kurang dari 1 (tidak bernotasi positif) adalah karet, kopi, kelapa, coklat, kemiri, aren dan pinang maka pertumbuhan komoditi-komoditi tersebut di Provinsi Sumatera Utara dan Kabup at en
Simalungun sama-sama rendah, dapat diartikan bahwa komoditi-komoditi tersebut tidak berpotensi untuk dikembangkan baik di Kabupaten Simalungun maupun Provinsi Sumatera Utara.
5.3. Potensi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit di Kabupaten
Simalungun
Subsektor perkebunan di Kabupaten Simalungun terdiri atas komoditi kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, coklat, kemiri, aren dan pinang. Dalam penelitian ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 46
digunakan analisis Location Quetient untuk mengetahui komoditi kelapa sawit sebagai unggulan (basis) dalam perekonomian Kabupaten Simalungun. Tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan
(negara maupun swasta). Cakupan usaha perkebunan mulai dari pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang menjadi satu kesatuan kegiatan (BPS Simalungun, 2017). Hasil dari analisis LQ untuk komoditi kelapa sawit di Kabupaten Simalungun dapat dilihat dalam Tabel 19.
Tabel 19. Hasil Analisis LQ Komoditi Kelapa Sawit Kabupaten Simalungun Tahun 2008-2017. 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata- rata LQ 1.02 0.29 4.79 1.06 0.98 1.31 0.87 0.92 1.16 1.11 1.35 Sumber : Diolah dari Lampiran
Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa hasil analisis LQ komoditi kelapa sawit memiliki nilai LQ > 1 terdapat pada beberapa tahun yaitu pada tahun 2008 nilai LQ sebesar 1.02, kemudian pada tahun 2009 menurun menjadi 0.29, pada tahun 2010 meningkat menjadi 4.79, kemudian menurun pada tahun 2011 menjadi
1.06, pada tahun 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 0.98 pada tahun
2013 meningkat menajdi 1.31, kemudian terjadi penurunan kembali pada tahun
2014 menjadi 0.87. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 0.92. Pada tahun
2016 terjadi peningkatan kembali menjadi 1.16, dan pada tahun 2017 terjadi penurunan menjadi 1.11. Adanya penurunan LQ pada beberapa tahun disebabkan karena persentase produksi kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara dan total produksi komoditi pada subsektor perkebunan di Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan. Sehingga dapat disebutkan bahwa komoditi kelapa sawit merupakan komoditi ungulan yang berpotensi baik dikembangkan di Kabupaten
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 47
Simalungun yang artinya bahwa hasil dari komoditi kelapa sawit tersebut tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Kabupaten Simalungun akan tetap juga dapat diekspor ke luar wilayah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1).Posisi kelapa sawit dalam subsektor pertanian di Kabupaten Simalungun
terdapat pada kuadran II (subsektor maju tapi tertekan).
2).Pertumbuhan kelapa sawit dalam subsektor pertanian di Kabupaten
Simalungun yaitu berpotensi untuk dikembangkan, karena nilai RPip yang
didapat adalah lebih dari satu.
3).LQ komoditi kelapa sawit selama sepuluh tahun terakhir memiliki nilai rata-
rata LQ>1, sehingga dapat disebutkan bahwa komoditi kelapa sawit merupakan
komoditi unggulan yang berpotensi baik di Kabupaten Simalungun.
6.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut :
1) Komoditi subsektor perkebunan yang ada pada kuadran I (Kopi), II (Kelapa
Sawit, Coklat, Aren) dan III (Kelapa dan Pinang), harus lebih diperhatikan
secara intensif, karena komoditi-komoditi tersebut sebagai pembentuk PDRB
Kabupatenn Simalungun.
2) Pemerintah Kabupaten Simalungun disarankan menyeimbangkan seluruh
komoditi-komoditi perkebunan yang ada, sebagai contoh komoditi yang
tertinggal komditi karet dan kemiri. Kemudian perlu lebih mendorong lagi
investasi di subsektor perkebunan yang menjadi unggulan dan memiliki
potensi dapat lebih berkembang dan bertahan khususnya pada perkebunan
rakyat.
48 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Anisah, Lilis. 2018. Analisis LQ, MRP, Klassen dalam Penentuan Sektor Unggulan dan Potensi di Kota Semarang
Arsyad. 2005. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah EdisiKedua. Yogyakarta: BPFE.
Arsyad, S .2012 . Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press. Edisi Kedua
Assauri, Sofjan. 2004 . Manajemen Pemasaran .Jakarta : Rajawali Press
BPS, Berbagai Tahun. Kabupaten Simalungun Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun.
BPS, Berbagai Tahun. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Medan.
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara. Data Luas Tanam dan Produksi Kelapa Sawit Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2017. Sumatera Utara
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara. Data Luas Tanam dan Jumlah Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Utara Tahun2011-2017. Sumatera Utara
Fauzi, Y, dkk. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Halaman 25 – 35.
Herawaty, Rita. 2017. Kajian Potensi Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera.Medan.Universitas Medan Area
Lubis, R.E. dan Widanarko, Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Opi,Nofiandi; Penyunting. Agro Media Pustaka. Jakarta
Madji, Udo Yamin Efendi. (2007). Quranic Quotient. Jakarta : Qultum Media.
Naibaho.(1988). Pemisahan karotena (Provitamin A) Minyak Sawit dengan Metode Adsorpsi, Disertasi S-3. FPS. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hal.24
Pahan, I. 2006 . Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir .Penebar Swadaya . Jakarta
Hidayat Rakhmad. 2013. Analisis Komoditas Unggulan Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal SocialEconomic of Agriculture 2: Hal60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Saragih, Tosima. 2018. Analisis Peranan Sektor Pertanian pada Perekonomian di Kabupaten Simalungun.Medan. Universitas Sumatera Utara
Siahaan, Donald. (2003) . Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. PPKS, Medan. Hal 5
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Cetakan Pertama, Padang
Sumarni, Murti dan John Soeprihanto. 2003 . Pengantar Bisnis : Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan. Cetakan Keempat. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Sukarno, 2007 . Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agro Media Pustaka . Jakarta
Suyatno, R,.(1994). Kelapa Sawit , Upaya Peningkatan Produksi Kelapa Sawit. Yogyakarta : Hal. 2-4.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. UI-press, Jakarta.
Tim. Ps ( 2002). Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisa Usaha dan Pemasaran. Jakarta : PT. Penebar Swadaya. Hal. 25-32.
Yusuf, Maulana, MS., MT. 1999, Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sebagai Salah Satu Alat AnalisisAlternatif dalam Perencanaan Wilayah dan Kota, Aplikasi Model: Wilayah Bangka-Belitung. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia Volume XLVII Nomor 2
Yuuhaa, M Iqbal Wahyu dan Cahyono, Hendry. 2013. Analisis Penentuan Sektor Basis dan Sektor Potensial di Kabupaten Lamongan, Surabaya. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE) Vol 1 No. 3
Wiyono, Slamet. (2006). Management Potensi Diri. Jakarta : PT Grasindo.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten SimalungunTahun 2012-2016 (Milyar). Lapangan Tahun Usaha 2012 2013 2014 2015 2016 A. Pertanian 11.485,33 12.026,85 12.607,55 13.203,97 11.485,33 1. Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura, Tanaman Perkebunan,Peternakan, 11.397,02 11.934,77 12.510,87 13.102,52 11.397,02 Kehutanan dan Perikanan a. Tanaman Pangan 2.102,96 2.117,27 2.250,23 2.385,24 2.102,96 b. Tanaman Hortikultura 1.193,89 1.196,61 1.197,54 1.209,52 1.193,89 c. Tanaman Perkebunan 7.229,2 7.717,96 8.115,17 8.538,18 7.229,2 d.Peternakan 518,90 537,15 526,74 587,07 518,90 e. Kehutanan 211,78 219,27 229,01 226,62 211,78 f. Perikanan 140,31 146,50 156,17 155,88 140,31 2. Jasa Pertanian dan Perburuan 88,31 92,08 96,68 101,45 88,31 B. Pertambangan dan Penggalian 45,01 48,50 52,32 53,95 45,01 C. Industri Pengolahan 2.274,72 2.349,27 2.415,84 2.529,29 2.274,72 D. Pengadaan Listrik dan Gas 15,75 17,49 18,64 19,76 15,75 E. Pengadaan air 15,77 16,82 17,99 18,67 15,77 F. Konstruksi 1.579,11 1.717,86 1.870,89 1.037,56 1.579,11 G. Perdagangan besar dan eceran 2.647,46 2.824,85 2.993,84 3.194,17 2.647,46 H. Transportasi dan Pergudangan 289,24 311,95 334,29 358,67 289,24 I. Penyediaan Akomodasi dan makan minum 180,38 189,05 197,97 205,65 180,38 J. Informasi dan Komunikasi 142,07 148,41 156,54 165,23 142,07 K. Jasa keuangan 186,86 193,57 202,49 229,74 186,86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1. Lanjutan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten SimalungunTahun 2012-2016 (Milyar). L. Real estate 163,45 170,54 181,51 192,20 203,72 M. Jasa Perusahaan 16,26 16,92 17,64 18,34 19,09 N. Administrasi Pemerintah, pertahanan 738,90 789,25 846,35 903,96 924,46 O. Jasa Pendidikan 181,57 194,03 207,78 221,20 237 P. Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial 64,03 70,41 75,83 79,55 83,73 Q. Jasa lainnya 17,93 19,14 20,56 21,83 23,31 Produk Domestik Regional Bruto 19.117,54 20.122,01 21.194,28 22.304,11 23.507,97 Sumber: BPS Simalungun, 2016.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera UtaraTahun 2012-2016 (Milyar). Lapangan Tahun Usaha 2012 2013 2014 2015 2016 A. Pertanian 95.405,42 99.899,57 104.269,61 109.962,98 115.308,88 1. Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura, Tanaman 94.639,18 99.10,67 103.446,45 109.119,85 114.444,16 Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan a. Tanaman Pangan 14.909,16 15.006,17 14.968,15 16.214,34 17.811,35 b. Tanaman Hortikultura 10.690,99 10.949,68 10.980,00 11.184,91 11.423,39 c. Tanaman Perkebunan 50.177,61 53.339,08 56.633,72 59.648,23 6.2124,4 d. Peternakan 7.119,66 7.473,19 7.965,62 8.472,24 9046,4 e.Kehutanan 3.663,51 3.823,99 3.926,11 4.078,86 4.013,32 f. Perikanan 8.078,25 8.510,56 8.972,85 9.481,06 10.025,28 2. Jasa pertanian dan perburuan 766,23 796,89 823,17 843,13 864,72 B. Pertambangan dan Penggalian 4.135,26 5.211,65 5.479,37 5.814,94 6.144,99 C. Industri Pengolahan 76.922,41 80.648,62 83.043,09 86.081,40 89.941,99 D. Pengadaan Listrik dan gas 553,40 531,40 548,43 593,97 616,39 E. Pengadaan air 353,75 373,84 396,43 421,96 450,27 F. Konstruksi 44.718,29 48.144,38 51.411,36 54.248,91 57.286,44 G. Perdagangan besar dan eceran 65.384,61 69.025,21 73.817,64 77.037,55 81.467,72 H. Transportasi dan Pergudangan 16.827,86 18.075,25 19.107,06 20.165,19 21.389,01 I. Penyediaan Akomodasi dan makan minum 8.035,64 8.663,61 9.225,42 9.866,78 1.0512,2 J. Informasi dan Komunikasi 8.930,58 9.625,11 10.321,29 11.055,36 11.913,13 K. Jasa keuangan 11.581,05 12.691,89 13.024,10 13.957,95 14.531,04
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2. Lanjutan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera UtaraTahun 2012-2016 (Milyar). L. Real estate 15.030,05 16.072,86 17.132,22 18.119,23 19.187,89 M. Jasa Perusahaan 3.182,59 3.395,10 3.624,70 3.836,94 4.065,41 N. Administrasi Pemerintah, pertahanan 12.522,71 12.940,56 13.836,00 14.642,06 14.931,58 O. Jasa Pendidikan 7.357,22 7.970,45 8.478,26 8.904,74 9.341,58 P. Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial 3.207,55 3.554,52 3.803,27 4.066,72 4.366,28 Q. Jasa lainnya 1.775,77 1.908,14 2.042,55 2.179,19 2.320,88 Produk Domestik Regional Bruto 375.924,14 398.779,25 419.649,27 440.955,85 463.775,46 Sumber: BPS Simalungun, 2016.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 – 2017 (Ton) Tahun Komoditi 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Karet 223.793,06 244.404,73 254.650,07 261.249,37 280.445,65 310266.17 321.099,05 332.673,82 333.922 331.757 Kelapa 5.070.760,73 1.119.487,37 5.221.132,52 5.428.535,14 5.197.209,32 6735795.45 5.745.235,23 5.101.384,09 577.5631,82 6.068.178,45 Sawit Kopi 50.815,49 53.925,31 53.721,42 55.117,76 57.740,71 56.493,52 57.208,98 58.064,03 59.107 63.142 Kelapa 78.482,97 96.823,5 93.087,64 95.480,52 91.629,89 90.359,79 91.621,57 91.662,47 89.773 94.455 Coklat 35.313,82 36.042,11 38.294,11 39.582,11 37.683,48 39.800,47 41.104,64 41.265,77 43.610 40.591 Kemiri 13.240,29 13.305,4 12.358,83 12.625,3 12.564,46 12.242,81 12.452,12 12.583,27 13.367 13.205 Aren 3.370,35 3.066,14 3.115,05 3.132,54 3.149,15 3.227,8 3.139,56 3.233,25 3.720 3.746 Pinang 3.086,94 2.783,76 2.938,48 3.093,98 3.166,89 3.301,18 3.541,96 3.675,38 2.182 4.044 Total 5.478.863,65 1.569.838,32 5.679.298,12 5.898.816,72 5.683.589,55 7.251.487,19 6.275.403,11 5.644.542 6.321.313 6.619.118 Sumber: BPS Sumatera Utara, 2008-2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4. Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 – 2017 (Ton) Tahun Komoditi 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Karet 10.981,69 11.026,94 11.009,87 11.073,18 11.263,37 11.434,28 11.618,5 12.154,64 12.133,32 12.678,8 Kelapa 490.304,27 493.315,21 500.454,35 504.939,17 509.145,47 516.135,92 526.232,29 533.889,5 539.728,02 1.074.906 Sawit Kopi 5.818,82 8.829,02 9.604,72 9.436,44 10.648 11.731,57 12.082,88 11.143,65 11.857,64 11.610,4 Kelapa 1.837,66 1.838,12 1.854,94 1.854,96 1.968,18 1.945,03 19.74,88 1.957,96 2.293,1 2.025,7 Coklat 4.667,66 4.844,54 5.100,83 5.509,07 5.580,78 5.534,5 5.578,75 5.636,79 5.636,79 5.693,47 Kemiri 786 787,73 787 788,47 673,88 672,11 640,27 703,57 678,74 658,19 Aren 627,25 627,25 627 632,03 598,15 599,13 601,46 607,64 607,75 613,82 Pinang 288,21 299,59 230 303,64 301,74 300,74 301,25 302,04 301,98 304,98 Total 515.311,56 521.568,4 529.668,7 534.537 540.179,6 548.353,3 559.030,3 566.395,79 573.237,34 110.8491,36 Sumber: BPS Simalungun, 2008-2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5. Perhitungan Rpip Subsektor Perkebunan di Provinsi Sumatera Utara Komoditi Tahun (Yipt- Provinsi (Yipt-Yip0) (Ypt-Yp0) (Ypt-Yp0)/Yp0 Rpip Yip0)/Yipt Sumut 2013 (Yip0) 2014 2015 2016 2017 (Yipt) Karet 310266.17 321099.05 332673.82 333922 331757 21490.83 0.064778829 -632368.74 -0.087205386 -0.74283 Kelapa 6735795.45 5745235.23 5101384.09 5775631.82 6068178.45 -667617 -0.110019342 -632368.74 -0.087205386 1.261612 Sawit Kopi 56493.52 57208.98 58064.03 59107 63142 6648.48 0.105294099 -632368.74 -0.087205386 -1.20743 Kelapa 90359.79 91621.57 91662.47 89773 94455 4095.21 0.043356201 -632368.74 -0.087205386 -0.49717 Coklat 39800.47 41104.64 41265.77 43610 40591 790.53 0.019475499 -632368.74 -0.087205386 -0.22333 Kemiri 12242.81 12452.12 12583.27 13367 13205 962.19 0.072865581 -632368.74 -0.087205386 -0.83556 Aren 3227.8 3139.56 3233.25 3720 3746 518.2 0.138334223 -632368.74 -0.087205386 -1.5863 Pinang 3301.18 3541.96 3675.38 2182 4044 742.82 0.183684471 -632368.74 -0.087205386 -2.10634 Total 7251487.19 6275403.11 5644542.1 6321312.82 6619118.45 -632368.74 -0.095536701 - - 1.095537 Sumber : Diolah dari lampiran 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. Perhitungan Rpin Subsektor Perkebunan di Kabupaten Simalungun. Komoditi Kabupaten Tahun (Yint- (Yint- (Ynt- (Ynt-Yn0) Rpin Simalungun 2013 (Yin0) 2014 2015 2016 2017(Yint) Yin0) Yin0)/Yint Yn0)/Yn0 Karet 11434.28 11618.5 12154.64 12133.32 12678.8 1244.52 0.098157554 560138.08 1.021491255 0.096092 Kelapa Sawit 516135.92 526232.29 533889.5 539728.02 1074906 558770.08 0.519831576 560138.08 1.021491255 0.508959 Kopi 11731.57 12082.88 11143.65 11857.64 11610.4 -121.17 -0.010436333 560138.08 1.021491255 -0.01022 Kelapa 1945.03 1974.88 1957.96 2293.1 2025.7 80.67 0.039823271 560138.08 1.021491255 0.038985 Coklat 5534.5 5578.75 5636.79 5636.79 5693.47 158.97 0.027921461 560138.08 1.021491255 0.027334 Kemiri 672.11 640.27 703.57 678.74 658.19 -13.92 -0.021148908 560138.08 1.021491255 -0.0207 Aren 599.13 601.46 607.64 607.75 613.82 14.69 0.023932097 560138.08 1.021491255 0.023429 Pinang 300.74 301.25 302.04 301.98 304.98 4.24 0.013902551 560138.08 1.021491255 0.01361 Total 548353.28 559030.28 566395.79 573237.34 1108491.36 560138.08 0.505315693 - - 0.494684 Sumber : Diolah dari lampiran 4
Lampiran 7. Analisis MRP Kabupaten Simalungun dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2017. Rasio Notasi Komoditi Pertumbuhan Wilayah Subsektor Komoditi Provinsi Sumatera Utara (Rpip) (Rpin) Perkebunan (Rpip) Karet -0.742830598 Kelapa Sawit 1.261611776 Positif Kopi -1.207426557 Kelapa -0.497173435 Coklat -0.22332909 Kemiri -0.835562853 Aren -1.586303661 Pinang -2.106343187 Total 1.095536701 Sumber : Diolah dari lampiran 5 dan 6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8. Kontribusi padaSektor Perkebunan Kabupaten Simalungun Tahun 2013 – 2017 (%). Komoditi 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-Rata Perkebunan Karet 2,08 2,07 2,14 2,11 1,14 `1,91 Kelapa Sawit 94,12 94,13 94,26 94,15 96,97 94,72 Kopi 2,13 2,16 1,96 2,06 1,05 1,87 Kelapa 0,35 0,35 0,34 0,40 0,18 0,32 Coklat 1,00 0,99 0,99 0,98 0,51 0,89 Kemiri 0,12 0,11 0,12 0,11 0,05 0,10 Aren 0,10 0,10 0,10 0,10 0,05 0,09 Pinang 0,05 0,05 0,05 0,05 0,02 0.04 Sumber : Diolah dari Lampiran 4
Lampiran 9. Laju Pertumbuhan pada Sektor Perkebunan Kabupaten Simalungun Tahun 2013 – 2017 (%). Komoditi 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-Rata Perkebunan Karet 1,71 1,51 1,61 4,61 -0,003 1,89 Kelapa Sawit 0,833 1,37 1,95 1,45 1,09 1,34 Kopi 11,38 10,17 2,99 -7,77 6,40 4,63 Kelapa 6,10 -1,17 1,53 -0,85 17,11 4,54 Coklat 1,30 -0,82 0,79 1,03 0 0,46 Kemiri -14,53 -0,26 -4,73 9,88 -3,53 -2,63 Aren -5,36 0,16 0,38 1,02 0,02 -0,76 Pinang -0,62 -0,33 0,16 0,26 -0,02 -0,23 Sumber : Diolah dari Lampiran 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10. Kontribusi pada Sektor Perkebunan Provinsi Sumatera UtaraTahun 2013 – 2017 (%). Komoditi 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-Rata Perkebunan Karet 4,27 5,11 5,89 5,28 5,01 5,11 Kelapa Sawit 71,67 107,33 101,78 80,70 87,25 89,74 Kopi 1,01 0,77 1,02 0,93 0,95 0,94 Kelapa 1,24 1,46 1,62 1,42 1,42 1,43 Coklat 0,54 0,65 0,73 0,68 0,61 0,64 Kemiri 0,16 0,19 0,22 0,21 0,19 0,20 Aren 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 Pinang 0,04 0,05 0,06 0,03 0,06 0,05 Sumber : Diolah dari Lampiran 3
Lampiran 11. Laju Pertumbuhanpada Sektor Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 – 2017 (%). Komoditi 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-Rata Perkebunan Karet 7,34 10,63 3,49 3,60 0,37 5,09 Kelapa Sawit 18,52 28,34 -19,05 -9,55 11,73 5,99 Kopi 4,75 -2,15 1,26 1,49 1,79 1,43 Kelapa -4,03 -1,38 1,39 0,04 -2,06 1,20 Coklat -4,79 5,61 3,27 0,39 5,68 2,03 Kemiri -0,48 -2,56 1,70 1,05 6,22 1,18 Aren 0,53 2,49 -2,73 2,98 15,05 3,66 Pinang 2,35 4,24 7,29 3,76 -40,63 -4,59 Sumber : Diolah dari Lampiran 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. Rata-Rata Laju Pertumbuhan dan Kontribusipada Sektor Perkebunan Kabupaten Simalungun dan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 – 2017 (%). Laju Pertumbuhan Kontribusi terhadap PDRB Komoditi Perkebunan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara (si) (s) (gi) (g) Karet 1,89 5,09 1,91 5,11 Kelapa Sawit 1,34 5,99 94,72 89,74 Kopi 4,63 1,43 1,87 0,94 Kelapa 4,54 -1,20 0,32 1,43 Coklat 0,46 2,03 0,89 0,64 Kemiri -2,63 1,18 0,11 0,20 Aren -0,76 3,66 0,09 0,05 Pinang -0,23 -4,59 0.04 0,05 Sumber :Diolah dari Lampiran 8,9,10,11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 13. Perhitungan nilai Location Quotient (LQ) komoditi Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun PRODUKSI TOTAL PRODUKSI PRODUKSI TOTAL PRODUKSI KELAPA SUB SEKTOR KELAPA SUBSEKTOR TAHUN Sij/Sj SAWIT PERKEBUNAN Sin/Sn LQ SIMALUNGUN PERKEBUNAN SUMATERA SUMATERA (Sij) SIMALUNGUN (Sj) UTARA (Sin) UTARA(Sn) 2008 490304.27 515311.56 0.95147 5070760.73 5478863.65 0.925513218 1.02805 2009 493315.21 521568.4 0.94583 1119487.37 1569838.32 3.230116545 0.29282 2010 500454.35 529668.71 0.94484 5221132.52 5679298.12 0.197117205 4.79331 2011 504939.17 534536.96 0.94463 5428535.14 5898816.72 0.88511523 1.06724 2012 509145.47 540179.57 0.94255 5197209.32 5683589.55 0.955124414 0.98683 2013 516135.92 548353.28 0.94125 6735795.45 7251487.19 0.71670944 1.31329 2014 526232.29 559030.3 0.94133 5754235.23 6275403.11 1.073364584 0.87699 2015 533889.50 566395.79 0.94261 5101384.09 5644542.08 1.01943349 0.92464 2016 539728.02 573237.3 0.94154 5775631.82 6321312.82 0.80701339 1.1667 2017 1074906.00 1108491.4 0.9697 6068178.45 6619118.45 0.872568132 1.11132
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA