KEARIFAN LOKAL DALAM KEBERAGAMAN UNTUK PEMBANGUNAN

KEYNOTE SPEAKER

Totok Roesmanto Departemen Arsitektur Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Kearifan lokal yang terdapat di Indonesia sangat beragam, tetapi baru sedikit yang terkompilasi secara tertulis. Keberagaman kearifan lokal sebagian besar terkait dengan pengelolaan hutan, pengelolaan ladang yang berlaku pada masyarakat lokalnya. Kearifan lokal yang teraga adalah arsitektur yang pada umumnya berwujud bangunan hunian. Arsitektur lokal yang ada di Nusantara mengalami pengadaptasian wujud dan tata ruang. Dalam perkembangannya, arsitektur lokal disadari memiliki kehandalan menerapkan sistem ventilasi silang secara alami yang sesuai dengan keberadaannya di daerah beriklim tropis lembab. Menyikapi derasnya arus informasi global yang berdampak pada kehidupan sosial budaya diperlukan pemahaman tentang kearifan lokal yang terkait dengan perencanaan dan perancangan kota, pelestarian lingkungan dan bangunan, sosial dan budaya dalam masyarakat, dan perlunya kebersamaan dan eksplorasi terkait arsitektur modern yang terus berkembang yang berguna bagi pembangunan di Indonesia.

Kata kunci: kearifan lokal, arsitektur lokal, keberagaman, pembangunan di Indonesia.

Kearifan lokal yang mempercayai tanpa mengetahui alasannya. Photography baru dikenal pada Dari sekitar empat puluhan kearifan lokal yang tahun 1826, merambah Indonesia tahun 1839, telah terinformasikan, Kearifan lokal dapat dikomersialkan dalam pemerintahan Hindia diartikan sebagai adat yang tertulis ataupun Belanda sejak 1845, dan pemotretan banyak tidak tertulis yang ditradisikan atau pernah dilakukan firma Woodbury & Page 1857-1908. dipercaya di suatu masyarakat yang Berarti pamali tersebut tersampaikan setelah mentradisikannya. Kearifan lokal, ada yang orang menjadi obyek pemotretan, paling cepat menganggapnya sebagai gugon tuhon yang pada tahun 1908. dipercaya di suatu masyarakat, selebihnya diketahui ataupun tidak diketahui tentang hal Kakanakan pamali duduk di bantal kaina kebaikan yang berguna bagi hubungan sosial buritnya babisul dalam Kapamalian yang antar seseorang sebagai warga masyarakat pernah dipercaya di masyarakat Banjar, berarti dengan warga masyarakat lainnya, dengan anak-anak dilarang duduk di bantal karena alam lingkungan-kawasannya, dan hubungan pantatnya akan berbisul. Pamali ini juga manusia dengan Tuhan Maha Pencipta. dikenal di masyarakat lainnya, pasti diberlakukan ketika orang yang tidur sudah Siapa haja pamali bagambar batalu kaina menggunakan bantal. Meskipun belum nang di tangah pacang tadahulu mati yang terangkum dalam sejarah perkembangan terdapat dalam Kapamalian di masyarakat interior di Indonesia, diperkirakan penggunaan Banjar, dapat diartikan… Terlarang bagi siapa bantal dikenal ketika pedagang Portugis, saja berfoto bertiga karena yang berada di Belanda bercokol di Nusantara, atau tengah akan lebih dulu meninggal. Pamali kemungkinan lebih awal ketika pedagang asal tersebut tidak hanya pernah dimengerti di China bermukim di daerah pesisir. Bantal masyarakat Banjar tetapi hingga kini masih ada China kuno terbuat dari kayu, batu, besi

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia 1 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia s ataupun keramik. Kerajaan Mataram mengenal dan bahan untuk obat; c.Pangale hutan yang watu gilang untuk pijakan kaki raja, bantal diolah, untuk sawah, kebun, diambil kayu, diperkirakan sudah dikenal. Masyarakat yang rotan, dan pandan hutannya; d.Pahawa Pongko bertani padi sejak sebelum masa Majapahit hutan bekas kebun yang setelah 25 tahun telah memanfaatkan jerami untuk alas tidur berganti/pahawa yang dapat ditebangi setelah bulir padinya dirontokkan. Makna pohonnya dengan cara menggunakan pamali duduk di atas bantal adalah penempatan pongko/sebagai tempat pijakan kaki berposisi pantat sebagai bagian badan yang paling agak tinggi dari permukaan tanah agar tonggak rendah tidak pantas ditempatkan pada media tumbuh; 3]. O Karuna/dedaunan muda–O untuk penempatan kepala sebagai anggota Kandadi/pepohonan di masyarakat Muna, tubuh yang harus diutamakan di Nusantara. Sulawesi Tenggara dengan melakukan pemberaan lahan setelah satu sampai dua kali Di Indonesia terdapat lebih dari 1340 suku tanam dengan tetap memelihara anak kayu bangsa [Sensus BPS 2010], apabila tiap suku yang tumbuh; 4].Mohoto O Wuta di bangsa memiliki satu kearifan lokal maka di masyarakat Tolaki, Sulawesi Tenggara Indonesia paling tidak terdapat 1340 kearifan menerapkan Ana Homa, O Sambu, Laliwata lokal. agar hutan yang telah ditebangi dapat Keberagaman kearifan lokal menghutan kembali; 5].Rimba Kepungan Sialang di masyarakat Melayu Riau dibedakan Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun dari tanah perladangan, rimba larangan, dan 2010 terdapat 1.340 suku bangsa di Indonesia. rimba simpanan milik hak ulayat; 6].Pahomba Menurut Permendagri No.56 Th.2015 tentang di masyarakat Sumba dilarang dimasuki dan Kode dan Data Wilayah Administrasi di diambil pohonnya karena pohonnya dipercaya Indonesia terdapat 74.754 desa, dan 8.430 sebagai penyebar benih ke rumput, kelurahan, total 83.184 desa dan kelurahan. perluasan hutan secara alamiah ke sekitar Tidak semua desa dan kelurahan memiliki sungai juga tidak boleh ditebangi pohonnya kearifan lokal seperti Awig-Awig yang dimiliki berfungsi sebagai filter terhadap kemungkinan setiap desa adat di Bali. erosi dan sempadan sungai; 7].Pangale Kapali di masyarakat To Wana/Tau Taa, Sulawesi Kearifan lokal terkait pengelolaan hutan antara Tenggara untuk menjaga kawasan hutan lain: 1]. Talun di masyarakat Kasepuhan dengan hukum adat; dan lainnya. Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh, Jawa Barat [membagi hutan menjadi a.Leuweung Kearifan lokal terkait pengelolaan ladang Kolot/Leuweung Geledegan/hutan lebat; antara lain: 1].Oma di masyarakat Ngata Toro, b.Leuweung Titipan/hutan keramat yang hanya Sulawesi Tenggara adalah hutan bekas kebun bisa dimasuki seijin Abah Anom yang telah kopi, kakao, tanaman tahunan, a.Oma Ntua menerima wangsit/ ilapat; c. Leuweung hutan yang ditinggalkan setelah 16-25 tahun, Sampalan/Leuweung Bukaan untuk kesuburan sudah normal dapat diolah jadi perladangan, kebun, sawah; d.Talun/hutan kebun; b.Oma Ngura ditinggalkan 3-15 tahun, buatan bekas ladang di sekitar permukiman pohon yang belum besar dapat ditebangi, yang ditanami buah-buahan dan dibiarkan berbelukar dan rumput; c.Oma Ngkuku menghutan]; 2]. Oma di masyarakat Ngata ditinggalkan 1-2 tahun berumput; d.Balingkea Toro, Sulawesi Tengah [membagi hutan bekas kebun usia 6-12 bulan, untuk menanam menjadi a.Wana Ngkiki hutan yang terdapat di palawija, jagung, ubi kayu, kacang, sayuran; puncak-puncak gunung yang sulit dijangkau; 2].Koko-Tattakeng di masyarakat To Bentong, b.Wana hutan yang bila diolah dipercaya Sulawesi Selatan mewariskan kebun/koko yang menimbulkan bencana, diambil damar, rotan, diolah secara berpindah dan bekas ladang yang ditinggalkan/diberakan/tattakeng; 3].Repong Seminar Nasional “Kearifan Lokal dala Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia” 2 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Totok Roesmantos

Damar/Hutan Damar di masyarakat Krui, kehidupan ikan jurung yang langka yang Lampung Barat mengatur pengelolaan lahan diperuntukkan kegiatan upacara adat; 3.Tebat bekas ladang berwujud wanatani dengan di masyarakat Pasemah, Pagar Alam, Sumatera tanaman damar, kopi, karet, durian; 4].Umo di Selatan mengatur penyelenggaraan bobos tebat masyarakat Melayu Jambi mengatur tentang tentang memanen ikan di kolam secara a.Umo Talang ladang yang jauh di tengah bersama; dan Lebak Lebung yang mengatur hutan dapat ditanami padi, tanaman keras hak pengelolaan lebung/cekungan tanah untuk setelah dipanen dijadikan ladang karet, durian, memelihara ikan ketika air di lebak surut, juga b.Umo Renah ladang yang cukup luas ditanami kerjasama antara orang yang ditugasi padi, selingan cabai, tomat, terong, labu, menguras ikan/pengemin dan pemilik lebung; mentimun dan sekitarnya ditanam duku, 4].Hukum Adat Laot di masyarakat Nagroe durian, karet, c.Kebun Mudo-Umo Renah Aceh Darussalam diterapkan untuk menjaga ladang cukup luas ditanami satu jenis tanaman ketertiban dalam pemeliharaan dan muda seperti pisang, kedelai, kacang- penangkapan ikan di laut; 5].Bau Nyale di kacangan, d.Perelak tanah di sekitar desa masyarakat Sasak, Nusa Tenggara Barat ditanami tanaman kebutuhan sehari-hari; dan mengatur penangkapan nyale/cacing laut yang lainnya. dianggap jelmaan seorang putri dan memberikan kesuburan; 6].Pamali Mamancing Kearifan lokal terkait proses penanaman antara Ikan di masyarakat desa Bobaneigo, Maluku lain 1].Ke-Kean di masyarakat Sumatera Utara merupakan larangan/boboso dan Selatan menerapkan penghitungan waktu pembatasan untuk melakukan penangkapan tanam dikaitkan ilmu perbintangan; ikan teri dan cumi-cumi pada masa pemijahan, 2].Bondang di masyarakat Desa Silo Asahan, juga larangan penebangan hutan bakau/soki Sumatera Utara memulai penanaman tidak karena dipercaya guguran daun bakau menggunakan bahan kimia dengan Upacara merupakan asal usul ikan teri, penerapan Buka Bondang, dan ketika akan menuai padi boboso dikaitkan dengan kegiatan menggarap didahului dengan Upacara Tutup Bondang; lahan untuk menanam cengkeh; 6].Ponggawa 3].Mijar Bunga Buah di masyarakat Kampung Sawi di masyarakat Sulawesi Selatan mengatur Raba, Barat melakukan upacara hubungan antara ponggawa/pemodal dan adat di tempat keramat-buah Malantokng, agar sawi/nelayan yang melakukan penangkapan buah yang dimakan tidak menimbulkan hal ikan; 7].Malimau Kapal di masyarakat Sungai negatif; 4].Naki Ka Bukit di masyarakat Pisang, Sumatera Barat merupakan upacara Kampung Raba, Kalimantan Barat upacara yang dilakukan untuk perahu baru yang akan adat setiap 5 tahun sekali agar tidak dialami diluncurkan, atau kapal yang selalu sial karena bila musim panen yang gagal; 5].Seren Taun di kesalahan yang dilakukan nakhoda masyarakat Kasepuhan Sirnaresmi, Jawa Barat tungganai/kapal jenis bagan, atau merupakan puncak prosesi ritual pertanian pawang/perahu payang. yang menyimbolisasikan rasa syukur terkait hubungan manusia dengan alam, Maha Kearifan lokal dan keterkaitan dengan Pencipta. pelestarian lingkungan antara lain 1].Piil Pasenggiri di masyarakat Lampung mengenal Kearifan lokal terkait pengelolaan perairan dan filosofi Menemui Muimah-Nengah Nyapur- perikanan antara lain 1].Maccera Tasi di Sakai Sambayan-Juluk Adek/ramah masyarakat Luwu mengharuskan tidak lingkungan, keseimbangan lingkungan, menguras laut, dan ikan yang dipetik tidak pemanfaatan lingkungan, dan pertumbuhan berlebihan; 2.Lubuk Larangan di masyarakat lingkungan; 2].Undang-Undang Simbur Mandailing Natal, Sumatera Utara melindungi Cahaya di masyarakat Lahat, Sumatera Selatan bagian sungai yang sakral karena tempat mengatur pentingnya pelestarian lingkungan; Seminar Nasional “Kearifan Lokal dala Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia” 3 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia s

3].Pasang Ri Kajang di masyarakat Ammatoa, Kearifan lokal dan lingkungan Desa Tana Toa, Kajang, Sulawesi Selatan [pandangan yang mengatur hubungan antara Masyarakat Kampung Naga memiliki kearifan norma dan etika, perilaku manusia dengan lokal keharusan menggunakan sumber daya manusia, alam, dan Pencipta-nya; 4].Tanah alam secukupnya saja, termaknai dalam wasiat Sebagai Ibu Kandung di masyarakat leluhurnya Teu Saba Teu Boga, Teu Banda Teu Amungme, Papua yang menyimboliskan Boga, Teu Weduk Teu Bedas, Teu Gagah Teu Gunung Erstberg dan Gunung Grassberg Pinter, Amanatti kolot sacekap-cekapna sakieu sebagai kepala mama, dan Te Aro Neweak wae. Tidak Pergi Tidak Punya, Tidak Berharta Lako/alam adalah aku; 5].Bersih Desa di Tidak Punya, Tidak Kebal Tidak Kuat, Tidak masyarakat Desa Gasang, Jawa Timur Gagah Tidak Pandai, Amanat dari leluhur Se- dilakukan pada hari Jumat Pahing pada bulan Cukup-Cukupnya Saja. [Ningrum & Rokhimat, Selo/Longkang didahului dengan upacara 2012] Sedekah Bumi dengan sesaji 1 buceng besar, 1 Kearifan lokal dan sosial-budaya buceng kecil, sayur tanpa daging-lombok, pala masyarakat kependhem, pala gumantung. Kearifan lokal juga berwujud kegiatan sosial Masyarakat Baduy Dalam memiliki kearifan saling tolong menolong, 1].Maromu di lokal terkait pelestarian lingkungannya masyarakat Ngata Toro, Sulawesi Tengah [Senoaji, 2011:14-25 dalam Suparmini, dkk, merupakan kerjasama pengelolaan hutan/tanah, 2013:20] Pondok teu meunang disambung, yang dilakukan secara bergiliran untuk Lojor teu meunang dipotong, Nagara tilupuluh meringankan beban orang lain dari masa tanam tilu, Pencar salawe nagara, Kawan sawidak tanam hingga panen; 2].Moposad-Moduduran lima, Rukun garapan dua welas, Mipit kudu di masyarakat Bolaang Mongondow amit, Ngala kudu menta, Ngadedag kudu merupakan pranata untuk tolong menolong beara, Ngali cikur kudu matur, Ulah goroh menjaga keserasian ling kungan sosiap; ulah linyok, Ngadeg kudu sacekna, Ulah sirik 3].Mapalus di masyarakat Minahasa, Sulawesi ulah pidik, Ulah ngerusak bangsa jeung Utara adalah pranata untuk tolong menolong di nagara, Gunung teu meunang dilebur, Lebak seputar kehidupan rumah tangga, pertanian, teu meunang dirusak, Arey teu meunang kepentingan umum; 4].Ngayah di masyarakat diteuteuk, Cai teu meunang dituba. Pendek Bali; 5].Sambatan di masyarakat Jawa masih tidak boleh disambung, Panjang tidak boleh ada. dipotong, Nagara tigapuluh tig. Terbagi dua puluh lima Megara, Sungai enam puluh lima, Kearifan lokal tentang bangunan Warga dua belas yang mengolah dunia, Panen harus minta ijin, Ngambil harus meminta, Kearifan lokal berwujud Awig-Awig yang Berbuat harus memberitahu, Ngambil kencur terdapat di masyarakat Bali, bersifat lokal dan harus bicara, Jangan banyak omong jangan berlaku di masing-masing desa. Di Kabupaten berbohong, Pendirian harus tegas, Jangan sirik Gianyar terdapat 266 desa adat yang semuanya jangan dengki, Jangan merusak bangsa dan memiliki awig-awig yang tertulis dan tidak negara, Gunung tidak boleh dihancurkan, tertulis, yang tercakup dalam 70 Lembah tidak boleh dirusak, Rerambatan tidak kelurahan/desa dinas. Di Kabupaten Buleleng boleh ditebas, Sumber air dan sungai tidak terdapat 148 desa, Kabupa ten Bangli 72 desa, boleh dituba. Kabupaten Badung 62 desa, Kabupaten Jembrana 51 desa, Kabupaten Karangasem 77 desa, Kabupaten Klungkung 59 desa, Kabupaten Tabanan 130 desa, dan Kota Denpasar 43 desa, sehingga di Bali terdapat

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dala Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia” 4 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Totok Roesmantos

712 desa/kelurahan dan dengan desa adat yang ngentosin wewangunan inucap rumiin mangda sangat banyak. Kalau setiap desa adat nganutin sakadi kecape ring ajeng. memiliki Awig-Awig maka di Bali paling tidak terdapat sekitar 2.700 Awig-Awig. [5].Yaning wenten jagi ngwangun wewangunan masusun tan kalugra nyayubin Awig-Awig yang berlaku di masyarakat Desa parhyangan panyandingnya, bilih-bilih Pakraman Kadewatan yang mencakup 8 nyayubin parhyangan jagat. Tan kalugra sarga, meliputi 106 Pawos terdapat aturan ngenahang kamar mandi muah WC wiadin yang berkaitan dengan Wewangunan genah majemuhan busana ring baduur. /Bangunan. Pada bagian Indik Wewangunan, Pawos 35 dituliskan aturan bangunan yang [6].Yaning wewangunan ring tepi siring wates dapat dibangun [https://sites.google. kahyangan desa mangda kawentenang com/site/desapakramankadewatan/ awig-awig paembang sanistannyane tigang depa agung 22-12-2017 10:47] sebagai berikut: [4,5 meter] sajawaning wenten wates margi utawi rurung. Tan kalugra ngenahang [1].Indik wewangunan ring sawewengkon wewangunan sane kaangge genah malaksana palemahan Desa Pakraman Kadewatan patut karya sane kabawos romon utawi asusila. sakadi ring sor: ha]. Wewangunan parhyangan muah wewangunan genah nglaksanayang Dalam Awig-Awig Banjar Adat Delod upakara yajnya minakadi bale dangin ring Pempatan dari Desa Adat Lukluk, Desa sakuub paumahan patut ngangge sukat asta Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten bumi, asta kosala kosali, utawi sanistannyane Badung juga terdapat aturan yang berkaitan manut ring petitis niskala; na]. Wewangunan dengan pawongan yaning kangkat mangda ngangge Wewangunan/Bangunan. Pada Palet 10, sukat asta bumi, asta kosala kosali Kaping 3 tentang Indik Wewangunan, Pawos sanitannyane manut ring peti niskala; 28 dituliskan aturan bangunan yang dapat ca].Wewangunan tan wenang nyayubin dibangun [https://desalukluk.blogspot. kapisaga. com/awig-awig-banjar-adat.html 22-12-2017 [2].Prade weneten wewangunan sane nyayubin 11:01] sebagai berikut: kapisaga sakadi ring ajeng risampun [1].sapasire ugi Krama Banjar pacing kasadokang ring prajuru patut kakeninin ngewangun patut: ha]. Masadok ring prajuru, pamatut utawi pamidanda manut pararem ping ajeng prade wawangunan nganinin suang-suang banjar tur wewangunan inucap wates; na].Mangda nganutin daging asta patut kabecikang ngantos tan nyayubin malih. bumi miwah gagulak asta kosala kosali, [3].Prade jagi ngwangun ring tepi siring wates sanistane manut patitis niskala; sadurunge patut ngwentenang paigum ring ca].Wawangunan tan kadadosang nyayubin panyandingnya tur kasadokang ring prajuru kepisaga, karurung miwah ka margi agung; pinaka saksi. ra].Sahaning piranti sane pacing keanggen ngewangun tan dados magenah ring rurung [4].Wewangunan ring tepi siring wates miwah margi agung langkung ring arahina; mangda kawentenang paembang ka].Sajawaning sang magama Hindu tan sanistannyane tigang tampak teken angandang kapatutan ngewangun genah sembahyang ring sakeng bantang wates. Yan prade wewidangan Banjar Delod Pempatan, wewangunane sampun wenten duk awig-awig sadurung polih uwak-uwakan saking prajuru puniki kasobyahang mangda kabecikang tur Banjar utawi prajuru Desa, lan guru wisesa. mangda ngangge abangan mangdane toyan capcapane tan tedun kapisaga. Rikala

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dala Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia” 5 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia s

[2].Prade wawangunan jantos ngayubin bilih- guli, menghadap ke selatan ditambah pengurip bilih tembokke ring telenging wates, risampun 9 guli. keware tur kasadokang ring prajuru, wenang kedande manut pararem. Kearifan lokal untuk pembangunan

Kearifan lokal di masyarakat Jawa termuat Kecuali di Bali dengan wujud Awig-Awig dan dalam Kitab Primbon Betaljemur Adam makna aturan Subak pada umumnya kerifan lokal [Soemodidjojo, 1991] yang mengatur tentang tidak terekam dalam wujud tulisan. Jumlah pemilihan desa yang akan di tempati, hunian di Kampung Naga tidak boleh pemilihan pekarangan, arah hadap rumah, saat ditambah, tetapi karena pertimbangan yang memulai pengerjaan membuat rumah, sangat mendesak, berdasarkan pembahasan mendirikan bangunan dan memindah rumah, bersama di Kampung Naga kemudian memperbaiki rumah, membuat pondasi, disepakati dapat menambah beberapa membuat usuk, memasang pintu, menentukan bangunan hunian. Masyarakat di Kampung lubang masuk pekarangan, menentukan letak Pulo masih mempertahankan jumlah 6 sumur. Di masyarakat Bali juga terdapat bangunan hunian dan 1 bangunan langgar yang Perembon Bale Agung yang mengatur tentang menyimboliskan tentang sebuah keluarga hal yang sama. Kedua aturan tersebut dengan 6 anak-anaknya, bangunan huniann kemungkinan sudah tidak digunakan. yang baru harus dibangun di luar Kampung Pulo. Masyarakat Desa Penglipuran tidak Masyarakat Jawa pernah mengenal Kawroeh boleh memasuki hutan bambu tanpa seijin Kalang yang mengatur tentang bangunan Jawa ketua desa adatnya, dimaksudkan agar rumpun dan proses pembangunannya, dan Petungan- bambu tidak ditebangi hingga gundul. nya [Prijotomo, 1995]. Pada masyarakat Bali Masyarakat Desa Bawomataluo di Nias semua Awig-Awig yang terdapat dan Selatan mempunyai tradisi menyanyi diterapkan di setiap desa adat untuk menjelang malam hari untuk mengingatkan menentukan aturan terkait bangunan agar lampu tempel yang digunakan dimatikan didasarkan pada aturan Asta Bumi dan Asta agar tidak menimbulkan bahaya kebakaran Kosala Kosali, dan ketiganya bervariasi yang mudah menghabiskan seluruh bangunan tergantung dari penggunaan di setiap desa adat hunian yang berkonstruksi kayu. yang ditradisikan. Nyoman Gelebet menyayangkan pembangunan Dalam menentukan ukuran pekarangan yang dengan sistem tender akan berdampak menganut pada lontar Asta Bumi No.23 yang ketentuan penambahan pengurip tidak tersimpan di Gedong Kirtya, disebutkan bahwa diindahkan, terutama pada bangunan pekarangan ukuran Gajah baik digunakan peribadatan. Pembangunan bangunan hunian untuk golongan Brahmana, Bhujangga, secara masal yang dilakukan real estate juga Bhiksu, Pendeta; ukuran Dwaja baik akan menggunakan ukuran metric yang sama digunakan untuk tempat suci, kahyangan, tanpa mempertimbangkan kebutuhan masing- sanggar parhyangan; ukuran baik untuk masing keluarga. Pemukiman Pondok golongan Ksatrya, Waisya; ukuran Wreksa Hasanudin di pernah menerapkan baik untuk golongan petani [Roesmanto, pembangunan berdasarkan kebutuhan luas 1979:12]. Lontar No.361 Darmaning Asta ruang hunian dan arsitektur yang diinginkan Kosala mengatur tentang ukuran pintu masuk pemiliknya. Meskipun terdapat kecenderungan ke pekarangan. Panjang daun pintu 2,5 kali yang disiapkan real estate dengan menerapkan dari lebar daun pintu, bila menghadap ke barat KDB/Koefisien Dasar Bangunan tertentu tetapi ditambah pengurip 11 guli, utara ditambah peluang yang diberikan kepada pemilik untuk pengurip 5 guli, timur ditambah pengurip 7 memperluas bangunannya akan menyebabkan

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dala Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia” 6 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Totok Roesmantos

KDB tersebut dilanggar. Pembuatan dinding . Pada bangunan yang lahannya terbatas, pagar batas kapling akan menimbulkan pendapa berdenah lingkaran akan lebih luwes permasalahan kepemilikan nantinya. karena keberadaannya dapat masuk ke bagian ruang keluarga, berbeda apabila keberadaan Kearifan lokal dan perencanaan- bangunan pendapa yang harus diletakkan di perancangan kota dan permukiman depan bangunan utama sejarak lengkong yang menghubungkan ke pringgitan. Pekarangan kelas madya untuk keluarga Ksatrya dan Waisya berukuran Singa dengan Kekhasan arsitektur lokal cenderung untuk panjang 9 depa dan lebar 8 depa, kalau ukuran dihadirkan kembali, untuk membedakan nya 1 depa sekitar 1,75 m, maka luas pekarangan = dengan arsitektur yang ada di kota lain. Karena [9x1,75 x 8x1,75]= 220,50 m2. Luas bangunan fungsi bangunan tidak hanya untuk bangunan dengan Bale Meten Sakutus sekitar 15 m2, hunian, dapat bertingkat dan berlantai banyak, Sumanggen Bale sekitar 10 m2, maka kekhasan arsitektur sering ditampilkan Jineng 5m2, dan ruang tidur anak [Wayan, pada penggarapan bagian atap bangunan. Pada Made, Nyoman, Ketut] masing-masing bangunan hunian tidak bertingkat ataupun [2,5x2,5]= 6,25 m2, maka luas lantai bangunan berlantai dua dan tiga penggarapan dengan = 55 m2. KDB-nya adalah 55/220,50 = memanfaatkan potensi arsitektur lokal dan 24,94%, ideal. Apabila setiap ruang tidur anak mengkombinasikannya dengan arsitektur lain, seluas 9m2, maka luas lantai bangunan= 66 sangat dimungkinkan, tetapi kecenderungan m2, KDB-nya adalah 66/220,50 = 29,93%. untuk meniru bangunan produk real estate Berarti ketentuan luas bangunan dan kapling sangat berperan untuk kemudian mengabaikan menurut kearifan lokal di Bali lebih ideal potensi arsitektur lokal yang seharusnya dapat dibandingkan ketentuan KDB untuk bangunan dikembangkan. Melakukan sekedar hunian di kota yang maksimal 60%. pembesaran terhadap atap dari jenis bangunan Persyaratan Ruang Terbuka Hijau/RTH yang berarsitektur lokal seharusnya sudah berganti 20% dari luas kapling harus dapat meresapkan ke eksplorasi bermakna arsitektur lokal. air ke dalam tanah, terpenuhi. Kearifan lokal dan teknologi bangunan Kearifan lokal dan arsitektur Bangunan berarsitektur lokal yang berusia tua Keberagaman arsitektur yang ada di Indonesia terwariskan ke generasi yang lebih muda tanpa telah berkembang sejak Nusantara berjaya di diketahui teknik membangunnya, apabila masa Majapahit. Keberagaman arsitektur teknologi rancang bangun tidak ditradisikan tersebut merupakan kekhasan yang dimiliki dan diwariskan. Kebiasaan nenek moyang bangsa Indonesia. Tetapi masih sedikit yang mengajarkan teknik rancang bangun kekhasan arsitektur lokal yang tidak hanya secara lisan menimbulkan permasalahan ketika fisiknya saja yang dieksplorasi, tetapi juga tata teknik membangun ingin diteliti kaitannya ruang dan maknanya. Kearifan lokal yang dengan perekonstruksian bangunan sejenis menghasilkan arsitektur lokal yang khas dalam yang telah punah. Bangunan berarsitektur lokal implementasi pada bangunan modern hanya memiliki kelebihan dalam pemanfaatan sistem diterapkan pada bagian interior, dan bagian ventilasi silang. Keselarasan dan kenyamanan atap. Longkang pada rumah kuno berarsitektur menghuni telah dikaitkan dengan arsitektur Jawa yag terdapat di daerah Kedu dan Bagelen berkelanjutan yang sebenarnya telah diajarkan adalah inner court pada arsitektur bertata ruang dengan penerapan kearifan lokal. modern. Pendapa yang terletak di bagian depan dari bangunan Dalem dapat dieksplorasi menjadi bangunan yang tidak harus berjenis

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dala Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia” 7 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia s

Kebersamaan kearifan lokal dan arsitektur van de Nederlandsch-Indische Spoorweg manca Maatschappij [1902]. Abikoesno Tjokrosoejoso merancang bangunan Pasar Informasi global tidak bisa dihindarkan dengan Cinde di Palembang [1957] dengan mushroom beragamnya piranti [lebih] modern. Kearifan konstruktie model Pasar Johar karena lokal yang umumnya tidak tertulis banyak keunggulan arsitektur tropisnya. Sayang yang ditinggalkan [kecuali adat pernikahan], bangunan Pasar Cinde sudah penghancuran tergantikan kepraktisan dan fenomena lainnya. [2017] untuk digantikan Mall Cinde dalam Kearifan lokal yang secara fisik mudah dilihat rangka Asian Games 2018. Rancangan Pont, adalah arsitektur yang diterapkan pada Karsten, Gerber menunjukkan kombinasi bangunan. kearifan lokal dan Nieuw Kunst.

Ketika Maclaine Pont, Thomas Karsten masuk Arsitektur tropis dikombinasikan dengan ke Indonesia pada tahun 1914 yang di Modern Architecture Frank Lloyd Wright oleh lakukannya adalah menggunakan kearifan CP.Wolff Schoemaker untuk rancangan Hotel lokal berwujud arsitektur tropis dan melakukan Preanger [1929], dan AF.Aalbers untuk eksplorasi bentuk pada atap bangunan. rancangan Hotel Savoy Homann [1933] yang Hasilnya bangunan Hall Kampus ITB karya mengkombinasikan dengan Modern Pont, dan Pasar Gede karya Karsten. Architecture Le Corbusier [Akihary, 1988:88, Eksplorasi dengan penerapan arsitektur tropis 137]. Rancangan Schoemaker dan Aalbers yang mengutamakan ventilasi silang dilakukan menunjukkan kombinasi rekayasa Modern Karsten secara berjenjang dari Pasar Gede Architecture yang adaptif terhadap iklim [1929] yang memiliki void, Pasar Randusari tropis. [1930] dan Pasar Jatingaleh [1930] menggunakan mushroom konstruktie tidak Rekonstruksi bangunan Mbaru Niang berlantai bertingkat, sampai Pasar Djohar [1938] 5 di kampung adat Wae Rebo, Flores yang mushroom konstruktie bangunan bertingkat. dilakukan Rumah Asuh merupakan upaya Yori Kebutuhan ruang yang lapang memerlukan Antar merekonstruksi teknik membangun yang konstruksi dengan bentang lebar sekitar 15 hampir dilupakan warganya. Rekonstruksi meter disiasati Pont untuk bangunan Hall ITB Mbaru Niang di Wae Rebo berimpak pada dengan menggunakan konstruksi rangka kayu rekonstruksi di Wainyapu, Sumba. non lokal boogspanten/arc trusses [Akihary, 1988:127]. Makna dari bangunan pendapa Kehandalan Arsitektur Nusantara banyak tiang dengan penerapan ventilasi silang Kata architectuur baru dikenal di Indonesia di dan pencahayaan alami yang memadai antara tahun 1895-1908 [Roesmanto, 4 Mei dilakukan Karsten dalam rancangan bangunan 2017]. Bangunan berarsitektur lokal yang ada Kantor Semarang Joana Stoomtram di Indonesia, paling awal, telah digambarkan di Maatschappij [1930]. J.Gerber juga melakukan relief Karmawibhangga pada Candi untuk rancangan Gedung Borobudur. Pada masa Hindia Belanda, Sate/Departementsgebouw Koloniale Tentoonstelling 1914 yang diadakan Gouvernementsbedrijven [1920] yang atapnya di Semarang menampilkan bangunan anjungan diilhami bentuk atap Masjid Banten. Kesamaan eksplorasi arsitektur lokal, demikian juga yang jenis atap bangunan di Belanda dengan atap dilakukan Belanda pada pameran internasional limasan menjadikan banyak bangunan pada yang diikuti. Bangunan hunian para pejabat masa Hindia Belanda menggunakan atap jenis seperti rumah residen pasca Daendels, limasan yang dieksplorasi, termasuk yang mengembangkan arsitektur yang ada di Jawa, dilakukan Ouendag dan Klinkhamer untuk menerapkan arsitektur yang bersahabat dengan rancangan Lawang Sewu/Administratiegebouw

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dala Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia” 8 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Totok Roesmantos iklim tropis dengan penambahan bagian lokal dalam wujudnya sebagai arsitektur lokal beranda dan galerij depan yang lapang. baru sebatas kebanggaan berarsitektur atap yang berjatidiri. Post-Modern Architecture yang diantaranya pro-memory, pro-history dan lokalitas ketika Pelestarian arsitektur lokal melanda Indonesia di sekitar 1990, hanya berdampak pemanfaatan cat warna-warni Undang-Undang RI No.11 Tahun 2011 tentang pastel pada eksterior bangunan masal produk Cagar Budaya Ps.5 telah mengatur bahwa real estate. Pada tahun 1972 penggunaan cat bangunan yang berusia di atas 50 tahun, warna-warni sudah dikenal, tetapi eksplorasi mewakili masa gaya minimal 50 tahun, arsitektur pada bagian atap tidak banyak memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu dilakukan. Warna-warni cat kemudian pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau bermanfaat menyelamatkan banyak karya kebudayaan, dan memiliki nilai budaya bagi arsitektur Jengki yang pernah berkembang di penguatan kepribadian bangsa adalah Cagar Indonesia antara 1950-1970. Karena kontur Budaya. Dalam pengembangan Cagar Budaya, dinding jengki yang miring, memicu eksplorasi hasilnya digunakan untuk pemeliharaan Cagar penaung yang membingkai jendela-jendela Budaya tersebut dan peningkatan kesejahteraan kaca, meskipun bangunannya tidak berarsi masyarakat [Ps.78.3]. Bangunan kuno sering tektur tropis. menjadi incaran penguasa lokal untuk digantikan dengan bangunan baru, karena Bentukan atraktif dari Toraja, struktur-konstruksinya dianggap rapuh, terkait kemiringan kontur atapnya, memberi kondisinya kumuh, dan perawatannya mahal. peluang bagi arsitek penyuka arsitektur Tindakan merevitalisasi yang seharusnya Deconstruction bereksplorasi. Bangun an dilakukan bagi penguatan nilai kecagar- beratap ekstrim dan berukuran besar seperti budayaannya dilakukan dengan menempelkan pada Omo Hada di Bawomataluo mampu kembali elemen bangunan cagar budaya bertahan pada saat gempa besar melanda. tersebut pada bangunan baru yang nilai Maka kearifan lokal di bidang arsitektur komersialnya dianggap lebih tinggi. memiliki kehandalan dalam hal 1].penerapan arsitektur tropis dengan ventilasi silang secara Daftar Pustaka alami, 2].kemampuan bertahan terhadap pengaruh gempa tertentu karena sistem Akihary, Huib, 1988, Archutectuur & Stedebouw in struktur dan konstruksinya. Arsitektur tadah Indonesie 1870-1970, De Walburg Pers, hujan seperti digambarkan pada relief di Candi Zutphen. Gelebet, N, [?],Membangun Pura dengan Borobudur [Roesmanto, 2017] seharusnya Kesadaran Mendasar, dalam Bali Post dalam dapat dieksplorasi untuk bangunan hunian di [www.babadbali.com/astakosalakosali/astakos daerah gersang bercurah hujan minim dan ala.htm 23-12-2017 23:48]. kekurangan sumber air, seperti di Pulau Muna Ningrum, Epon; Rokhimat, Mamat, 2012, “Pendidikan Nilai-Nilai Kearifan Lokal pada dan daerah-daerah di Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya”, disampaikan di Konferensi Kehandalan konstruksi pada Arsitektur UPI-UPSI, parallel session, Hotel Concorde Nusantara sedang banyak diteliti secara parsial, Shah Alam Malaysia, 2 Okober 2012, dalam juga penerapan ventilasi silang secara alami “Penggalian Nilai Kearifan Lokal di kampung Naga Tasikmalaya di Ekspose FPIPS di pada bangunan berasitektur lokal yang atap Negara Jiran”, dalam www.fpips.upi.edu/ emper penaungnya tidak terlalu lebar. Tipologi Berita-574-penggalian-nilaikearifan-lokal-di- wujud bangunan telah banyak diteliti, kampung-naga-tasikmalaya/ 6 Oktober 2012 eksplorasi desain Arsitektur Nusantara sedang diunduh 24-12-2017 16:29] Prijomo, Josef; Rachmawati, Murni, 1985, mulai dilakukan. Kesadaran akan kearifan Petungan : Sistem Ukuran dalam Arsitektur

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dala Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia” 9 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia s

Jawa, Gadjah Mada University Press, Pejeng/ Museum Purbakala Pejeng di Bali, . Tugas Akhir, Bagian Arsitektur Fakultas Roesmanto, Totok, 2017, Arsitektur Tadah Hujan, Teknik Universitas Diponegoro, 19 April-19 makalah untuk Seminar Nasional Arsitektur Oktober 1979. Nusantara, ITS, 25 Maret 2018. Senoaji, Gunggung, 2010, “Kearifan Lokal Roesmanto, Totok, 2017, Arsitektur. Nusantara, Masyarakat Baduy Dalam Mengelola Hutan Arsitektur Nusantara, Sarasehan Arsitektur dan Lingkungannya”, Majalah Humaniora. Nusantara dalam Seminar Nasional “Heritage Volume 23, 1 Februari 2011, dalam Tangible Intangible”, IPLBI, Prodi Arsitektur Suparmini, dkk, 2013, “Pelestarian STT , Prodi Arsitektur Lanskap Lingkungan Masyarakat Baduy Berbasis Usakti, Prodi Arsitektur Indraprasta PGRI Kearifan Lokal”, Majalah Humaniora. , Gedung Negara, Cirebon, 4 Mei Volume 18.No.1. April 2013, FIS.UNY, 2017. Yogyakarta. Roesmanto, Totok, 2012, Kearifan Arsitektur Lokal Soemodidjojo, 1991, Kitab Primbon Betaljemur Kalimantan Tengah [dalam Khazanah Adammakna, Soemodidjojo Mahadewa, Budaya Indonesia], seminar nasional, cetakan ke-51, Yogyakarta Jur.Arsitektur Univ.Palangka Raya Roesmanto, Totok, 1979, Laporan Perencanaan Pengembangan Pusat Desa Adat Tradisional

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dala Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia” 10 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara