Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni Vol.1, No.2, Oktober 2016 ISSN 2503-4626

EKSISTENSI KESENIAN SEMARANG DALAM BUDAYA SEMARANGAN

Dadang Dwi Septiyan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Email: [email protected]

Abstract : The objective of the research is to know the existence of music Gambang Semarang ini Semarang City and obtain data about the existence and development of the Gambang Semarang Music. This is research was conducted in Semarang, precisely in the “Pahat Ethnic” group from Balemong Resort Semarang. This is study used qualitative methods and the data area collected through observation, interview and library study. The results showed that in “Pahat Ethnic”, Gambang Semarang still survives and bis liked by the community. Gambang Semarang continues to survive and to grow up in terms of musical instruments, composition, players and their functions.

Keywords: existence, art, gambang, semarang culture

Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan musik Gambang Semarang di Kota Semarang dan untuk mendapatkan data tentang eksistensi dan perkembangan musik Gambang Semarang. Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang, tepatnya di kelompok "Pahat Etnik" yang ada di Balemong Resort Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan data-data yang didapat dan dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kelompok "Pahat Etnik", Gambang Semarang masih bertahan dan masih dapat disukai oleh masyarakat umum. Gambang Semarang terus bertahan dan tumbuh dalam perihal alat musik, komposisi, pemain dan fungsi dari Gambang Semarang itu sendiri.

Kata kunci: eksistensi, seni, gambang, budaya semarang.

PENDAHULUAN Keselarasan budaya membuat

Kebudayaan di Indonesia masyarakat semakin luas mengetahui sangat melekat pada semua perbedaan-perbedaan berbagai masyarakat tanah air yang sudah macam ragam budaya di berbagai daerah. Mulai dari kebiasaan, adat lama menetap di Indonesia.

154 155 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 154-172

istiadat, seni budaya, hingga ciri khas Perkembangan teknologi dan makanan setiap budaya. Tetapi, derasnya arus informasi yang mudah semakin berkembangnya era diperoleh dapat menggeser minat globalisasi yang sangat kuat masyarakat terutama kalangan muda membuat masyarakat seakan-akan terhadap kesenian tradisional lupa dan tidak tahu ragam budaya di sehingga tidak mengherankan bila negaranya sendiri. Budaya suatu saat seni tradisi lisan ada masyarakat barat yang semakin akhirnya akan dapat punah. melekat membuat kebiasan menjadi Laju modernisasi dan berubah dan berlomba-lomba ingin pembangunan di segala bidang, disebut masyarakat modern atau juga menyebabkan terjadinya kebarat-baratan. pertumbuhan yang pesat di berbagai Tanpa disadari masyarakat sektor kehidupan masyarakat yang banyak meninggalkan nilai-nilai dahsyat akhir-akhir ini. Pergeseran budaya bangsa sendiri, padahal nilai sosial budaya, ekonomi dan bangsa akan maju oleh dasar-dasar politik, telah memporak-porandakan kebudayaan yang dimiliki, seperti sejumlah besar nilai tradisional yang masyarakat Bali, yang benar-benar dahulu merupakan simpul kekuatan memanfaatkan budayanya sebagai yang mengantarkan masyarakat media untuk memajukan dan mencapai survive dari waktu ke meningkatkan derajat masyarakatnya waktu (Koentjaraningrat, 2005:15). sendiri. Seiring dengan perubahan Keberadaan budaya Indonesia waktu, keragaman budaya ini bersifat memiliki keragaman yang penuh saling mempengaruhi ketika makna, nilai, kualitas artistik serta berinteraksi dengan kebudayaan lain. berbagai muatan lokal lainnya. Namun demikian, keanekaragaman Kebudayaan Indonesia terbentuk budaya tersebut belum banyak salah satunya dari berbagai akibat diketahui oleh masyarakat luas, penjajahan, perdagangan, misionaris, kecuali hanya beberapa jenis dan sebagainya. kebudayaan saja yang sering tampil, padahal jika dicermati masih banyak

ISSN 2503-4626 Eksistensi Kesenian Gambang Semarang (Dadang Dwi Septiyan) 156

kebudayaan yang tumbuh dan masyarakat bila dilihat pertunjukan berkembang di wilayah Indonesia. seni yang bernuansa Semarangan Hal ini terjadi karena kurangnya sudah jarang terlihat. Buktinya informasi secara nyata baik lisan kesenian Gambang Semarang, Tari maupun melalui media-media Semarangan, dan Warak Ngendog lainnya. jarang dimainkan oleh kawula muda Budaya merupakan aset Semarang saat ini. Maka tampaknya negeri yang bernilai tinggi, yang lebih menyukai musik-musik Barat. perlu dipertahankan kelestariannya. Kesenian Gambang Semarang, Tari Selain itu juga perlu dilakukan kajian Semarangan, dan Warak Ngendog, dan penggalian yang matang akan sebagai aset negeri yang bernilai nilai-nilai positif yang dimiliki. tinggi, perlulah dipertahankan Tujuannya agar masyarakat lebih kelestariannya. Selain itu, juga perlu mencintai dan dapat dilakukan kajian dan penggalian mempertahankan dari kepunahan. yang matang akan nilai-nilai positif Selain itu juga agar tidak terjadi yang dimilikinya. seperti pepatah “tak kenal maka tak Hal ini kemungkinan sayang”. disebabkan langkanya kajian Salah satu wilayah di terhadap seni Semarangan, sehingga Indonesia yang memiliki keragaman para generasi muda Semarang tidak dan kekayaan budaya tersaebut memiliki bekal mengenal nilai-nilai adalah Semarang. Semarang positif yang dimiliki seni memiliki banyak kekayaan seni Semarangan tersebut. Sementara budaya. Di antaranya Gambang pengaruh seni dari luar terus masuk, Semarang, Tari Semarangan, dan akibatnya mereka lebih tertarik dan Warak Ngendog. Beberapa bentuk mencintai seni dan budaya yang seni tersebut masih dapat dijumpai datang dari luar wilayah Semarang. hingga kini dalam masrayakat Gambang Semarang Semarang. Tetapi sangat merupakan kesenian tradisional yang disayangkan, kekayaan ini mulai terdiri atas seni musik, vokal, tari, tidak mendapat tempat di hati dan lawak. Dalam perkembangannya

ISSN 2503-4626 157 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 154-172

lagu-lagu Gambang Semarang terasa psikologis seniman serta keadaan gembira dan menyatu dengan tari, fisik tradisi atau iklim budaya gemulai namun tetap segar. masyarakat dalam lingkungannya Karakteristiknya terletak pada gerak (www.rainas.2008.org). lincah dan dinamis yang diiringi Kesenian Gambang dengan alunan musik. Jenis Semarang merupakan hasil instrumen musiknya seperti , persebaran budaya Betawi di Jakarta gambang, suwuk, , yang dibawa sejumlah orang Betawi , demung, dan yang bermigrasi dan bermukim di ketipung. tengah Kota Semarang. (www.smkn.org/isi/gambang). Berdasarkan realitas yang ada Musik Gambang Semarang tersebut, maka peneliti ingin juga tidak lagi murni mengiringi mengetahui bagaimana eksistensi lagu-lagu sarat dengan pantun, Kesenian Gambang Semarang di seperti kincir-kincir, gambang Kota Semarang. semarang, impian semalam, dan malu-malu kucing. Gambang KERANGKA TEORETIS Semarang berubah menjadi a. Pengertian Seni Gambang campursari dan pop Seni pada mulanya adalah (www.pikiranrakyat.com/cetak/0303/ proses dari manusia, dan oleh karena 16/6/07). itu merupakan sinonim dari ilmu. Jika dilihat dari sejarahnya Dewasa ini seni bisa dilihat dalam sebenarnya kesenian tradisional intisari ekspresi dari kreativitas Gambang Semarang tidak manusia. Seni sangat sulit untuk sepenuhnya asli dari Kota Semarang. dijelaskan dan juga sulit dinilai, Semarang yang merupakan kota bahwa masing-masing individu pesisir menjadi tempat persinggahan memilih sendiri peraturan dan para pedagang dari berbagai daerah, parameter yang menuntun atau sehingga terjadilah akluturasi dan kerjanya, masih dapat dikatakan inkulturasi yang menunjukkan bahwa seni adalah proses dan produk karakteristik khusus sebagai lambang dari memilih medium, dan suatu set

ISSN 2503-4626 Eksistensi Kesenian Gambang Semarang (Dadang Dwi Septiyan) 158

nilai-nilai yang menentukan apa yang perpaduan antara seni musik yang di pantas dikirimkan dengan ekspresi dalamnya terdapat (alat musik lewat medium itu untuk gambang, bonang, , kendang, menyampaikan baik kepercayaan, kongahyan, tehyan, sukong, gong gagasan, sensasi, atau perasaan suwukan, kempul, kecrek dan dengan cara selektif mungkin untuk ningnong), seni suara, seni tari, dan medium itu. lawak (Puguh, 2000:363). Gambang sendiri merupakan salah satu perangkat jawa b. Perkembangan Seni Gambang yang ditabuh. Sedangkan menurut di Indonesia Dang Respati Puguh, dalam tulisan Sejak awal di Indonesia orkes yang berjudul “Gambang Semarang: atau seni gambang (sebelum Unsur-unsur Seni dan Konsep Gambang Kromong dan Gambang Estetisnya”, menyebutkan bahwa Semarang) sudah berfungsi sebagai gambang (xylophone) adalah alat hiburan, walaupun dalam musik yang terbuat dari kayu, perkembangannya pada zaman berbentuk bilah-bilah yang dahulu orkes ini mempunyai bentuk diletakkan sejajar di sebuah rancakan maupun penggemar yang berubah- yang terbuat dari kayu. Instrumen ini ubah. Menurut Phoa Kian Sioe, terdiri dari 18 bilahan nada yang bahwa orkes ini semula dimainkan dilaras secara pentatonis sepanjang dengan lebih teratur sehingga 3,5 oktaf, merupakan oktaf terkesan formal. Para pemainnya (gembyang) yang berulang dari nada harus menguasai not-notnya yang rendah sampai nada tinggi. Untuk ditulis dengan menggunakan huruf- memainkannya, bilah-bilah kayu itu huruf Tionghoa, dan memainkannya ditabuh dengan dua buah pemukul dengan membaca not dan secara yang dipegang dengan kedua tangan halus dan lembut (Sioe, tanpa (Puguh, 2000:364). tahun:37). Jadi seni gambang Permainan Orkes Gambang ini merupakan suatu karya seni seperti musik klasik atau musik jazz pertunjukan yang merupakan pada zaman sekarang, dan para

ISSN 2503-4626 159 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 154-172

pemainnya harus benar-benar Meh. Namun setelah itu lambat laun menguasai not, lagu, dan kedudukan orkes Gambang Kromong peralatannya. Semula orkes gambang kian surut di mata masyarakat, memang hanya untuk mengiringi karena semakin kurang profesional. penyanyi yang disebut Cio Kek, dan Kemudian Gambang Kromong tidak untuk tarian. Para penyanyi dibawa ke Semarang yang diberi atau Cio Kek itu harus orang-orang nama Gambang Semarang. Semula pilihan, wanita-wanita cantik dan kesenian ini di Semarang juga bagus suaranya. Kondisi ini telah tampak lebih memasyarakat pada menyebabkan orkes gambang kalangan tertentu, walaupun akhirnya mempunyai gengsi sosial yang cukup juga merakyat dan lambat laun tinggi, karena akhirnya para pejabat menghilang. Kesenian ini muncul atau orang-orang kaya berlomba- lagi pada tahun 1960-1980 kemudian lomba untuk mempunyai orkes ini menghilang lagi (Puguh, 2000:64). beserta para pemain handal dan Cio Kek pilihannya. Mereka mendirikan c. Jenis dan Kegunaan Gambang gedung-gedung khusus untuk tempat 1) Jenis Gambang orkes ini, sebagai tempat hiburan Kesenian gambang di yang bergengsi (Sioe, tanpa Indonesia hanya ada 2 (dua) jenis, tahun:38). yaitu Gambang Kromong yang Sejalan dengan perkembangan merupakan kesenian tradisional orkes gambang menjadi orkes gambang yang berkembang di Gambang Kromong, kesenian ini Jakarta khususnya Betawi dan juga semakin digemari oleh orang kesenian tradisional gambang yang dan memuncak ketenarannya. Pada berkembang di Semarang yaitu jaman dahulu di samping Gambang Semarang. Pembedanya dipentaskan di gedung-gedung milik adalah terletak pada seni vokal, gerak hartawan, Gambang Kromong sering tari, dan lirik lagu Gambang ditampilkan untuk pesta-pesta Semarang lebih halus daripada pernikahan dan untuk memeriahkan Gambang Kromong (Budiman, tahun baru China sampai Cap Go 1975:175).

ISSN 2503-4626 Eksistensi Kesenian Gambang Semarang (Dadang Dwi Septiyan) 160

2) Kegunaan Gambang kesenian tradisional ini cenderung Kesenian termasuk salah berfungsi ritual, walaupun lambat satu unsur kebudayaan universal laun sejalan dengan bergesernya seperti diuraikan Koentjaraningrat waktu terjadi perubahan untuk dan juga beberapa ahli antropologi kepentingan hiburan pribadi dan lainnya. Apabila kebudayaan dilihat tontonan publik, serta dapat tumpang secara struktural fungsional dan tindih. Dalam hal ini, selain holistik, maka kesenian sebagai salah fungsinya, ada yang bentuknya juga satu unsur kebudayaan yang berubah, namun ada pula yang tidak senantiasa akan berperan sesuai banyak berubah (Soedarsono, dengan fungsinya dalam kaitannya 1989:17-18). dengan unsur-unsur kebudayaan lainnya. Apabila kebudayaan METODE PENELITIAN merupakan acuan atau pedoman Metode penelitian ini adalah perilaku masyarakat, maka unsur metode kualitatif, data deskriptif kesenian juga akan selalu ada dan berupa kata-kata untuk akan mengarahkan perilaku seni menyesuaikan data dengan masyarakat pada pola-pola tertentu. kenyataan yang ada, sehingga Kesenian kiranya juga terdapat keterikatan antara peneliti merupakan suatu kebutuhan dasar dengan responden agar penelitian ini manusia untuk mengekspresikan berjalan dengan baik. perasaan, keinginan dan harapannya Data yang diperoleh dijabarkan dalam bentuk simbol-simbol (Puguh, dengan menggunakan metode 2000:56). deskriptif analitis, yaitu penyajian Menurut Soedarsono data secara sistematis di mana data (1989:17-18), pada jaman sekarang yang diperoleh sebelumnya telah secara garis besar seni pertunjukan diuji kebenarannya terlebih dahulu. dalam hal ini Seni Gambang berguna: (1) sebagai sarana upacara, a. Tempat dan Waktu Penelitian (2) sebagai hiburan pribadi, (3) sebagai tontonan. Pada jaman dahulu

ISSN 2503-4626 161 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 154-172

Penelitian ini dilakukan di b. Teknik Analisis Data wilayah Semarang, tepatnya di Pada penelitian ini, analisis data daerah Kabupaten Semarang. dilakukan sejak awal dan selama Dalam penelitian ini, prosedur proses penelitian berlangsung. pengumpulan data yang digunakan Penelitian ini menggunakan analisis adalah pengamatan (observasi), data kualitatif menurut Miles dan wawancara dan kepustakaan. Huberman dengan langkah-langkah: 1) Observasi/pengamatan. reduksi data, penyajian data, dan Pengumpulan data dilakukan penarikan kesimpulan. melalui observasi, di mana peneliti mengamati langsung HASIL PENELITIAN bentuk penyajian Gambang a. Eksistensi Gambang Semarang, keadaan di lapangan, Semarang orang-orang yang terlibat dalam 1) Sejarah Gambang Semarang kesenian Gambang Semarang (pemain maupun penonton). Sampai saat ini asal usul kesenian Gambang Semarang masih 2) Wawancara, dilakukan kepada diperdebatkan. Banyak orang para informan yang dianggap mengatakan bahwa Gambang layak untuk diminta Semarang adalah kesenian impor dari pendapatnya. Individu-individu Betawi, karena memang dahulu alat- yang mengetahui tentang alat musiknya pernah dibeli dari kesenian Gambang Semarang Jakarta dan tidak berbeda dengan secara keseluruhan, seperti latar alat-alat musik Gambang Kromong belakang sejarah Gambang yang terdiri atas gambang, Kromong Semarang, teknik memainkan untuk sebutan di Betawi sedangkan dan bentuk penyajiannya. bonang untuk penyebutan di Wawancara juga dilakukan Semarang, suling, kendang, gong, kepada pemain dan penonton. , demung, saron, kempul, kecrek, 3) Kepustakaan alat gesek yaitu tehyan, kongahyan,

dan sukong (hasil wawancara dengan

ISSN 2503-4626 Eksistensi Kesenian Gambang Semarang (Dadang Dwi Septiyan) 162

Supiyanto yang merupakan generasi Perindu di Magelang. Pada tahun penerus Gambang Semarang, yang sama lagu Gambang Semarang 13 Agustus 2016). Akan Semarang telah disiarkan pertama tetapi, adapun suatu pernyataan kali oleh orkes Perindu di srudio bahwa Kesenian Gambang Kromong Laskar Rakyat Magelang dengan justru berasal dari Semarang. biduanita Nyi Ertinah. Berikut Kesenian ini dibawa oleh para ini ditampilkan syair lagu tersebut imigram Cina yang langsung secara lengkap.

Semarang. Di sini mereka Empat penari, kian kemari mengembangkan kesenian yang Jalan berlenggang, aduh…. Sungguh jenaka menurut suara dikenal dengan Gambang Semarang Irama Gambang (Gunawijaya, 1996). Berdasarkan Sambil menyanyi, jongkok berdiri penelitian ini ternyata masing- Kaki melintang,aduh…. masing pernyataan memiliki dasar Langkah gayanya menurut suara Gambang Semarang historis. Beberapa kota yang pernah Bersuka ria, gelak tertawa Semua orang, karena…… mengundang Gambang Semarang Hati tertarik grak grik untuk meramaikan pasar malam Si tukang kendhang adalah Kudus, Pati, Juwana, Temanggung, Parakan, Wonosobo, Sambil menyanyi, jongkok berdiri Kaki melintang, aduh…. Magelang, Weleri, Pekalongan Langkah gayanya menurut suara dan Cirebon. Gambang Semarang

Betapa kesenian ini, sehingga dalam tahun 1940 tercipta suatu lagu Syair lagu tersebut dapat dengan judul Gambang Semarang. dipahami sebagai kesaksian dan Lagu tersebut tercipta atas kerjasama ekspresi perasaan terkesan akan nilai antara Oei Yok Siang, pembuat estetis yang ditampilan oleh kesenian lagu, dan Sidik Pramono, penulis Gambang Semarang. Di samping lgu syair lagu. Kedua seniman ini Gambang Semarang, Oei Yok Siang bertempat tinggal di Magelang. Sidik juga menciptakan lagu-lagu lain yang Pramono adalah pemain orkes cocok dengan iringan musik

ISSN 2503-4626 163 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 154-172

Gambang Semarang seperti Aksi Gambang Semarang adalah seni Kucing dan Impian Semalam. pertunjukan yang merupakan Tim Kesenian yang masih perpaduan antara seni musik, seni eksis di acara-acara pemerintahan tari, seni suara, dan lawak. Sebagai kota Semarang dan acara-acara seni tradisional kerakyatan, lainnya, yaitu Tim Kesenian Gambang Semarang memiliki Gambang Semarang yang diberi konsep estetis. Konsep estetis adalah nama Pahat. Dipimpin oleh konsep yang berkenaan dengan Supiyanto, S.Pd yang tempat keindahan, baik sebagai obyek yang berlatihnya ada di Balemong Resort dapat disimak dari karya seni Ungaran, Kabupaten Semarang. maupun subjeknya atau penciptanya Dalam penyajiannya, selain berkaitan dengan proses kreatif dan Gambang Semarang, juga filosofinya (Sachari, 1990:2). menyajikan berbagai warna musik Konsep estetis dalam seperti jazz, keroncong, dangdut, Gambang Semarang meliputi musik, campursari, lagu barat, dan lagu nyanyian, tarian, lawak, dan sastra mandarin. Pada masa (pantun). Dengan kata lain, Gambang pengelolaannya, Gambang Semarang Semarang tidak hanya merupakan mengalami inovasi dalam berbagai pertunjukan musik karena di dalam aspek musiknya. Instrumen musik juga terdapat unsur nyanyian, tarian, yang dilengkapi dengan bass, lawak, dan pantun yang dinyanyikan saxophone, biola, keyboard, dan secara bergantian (berbalas pantun). drum. Dengan demikian dalam Untuk mendapat pemahaman nyanyiannya juga ikut berkembang. yang lebih jelas, berikut ini diuraikan Pada saat itu dalam kesenian instrumen yang digunakan dalam Gambang Semarang di nyanyikan penataan kesenian Gambang juga lagu-lagu Barat dan Mandarin. Semarang sebagai identitas budaya Semarang. 2) Karakteristik Gambang a) Gambang Semarang Kesenian Gambang Semarang ini menggunakan instrumen

ISSN 2503-4626 Eksistensi Kesenian Gambang Semarang (Dadang Dwi Septiyan) 164

gambang dengan susunan nada 1 Dalam Gambang Semarang pada (do), 2 (re), 3 (mi), 5 (sol), 6 (la) umumnya, alat tiup yang digunakan sebanyak 18 bilah atau sepanjang 3,5 adalah suling. Dalam penataan ini oktaf. Akan tetapi dalam menggunakan flute, karena selain perkembangan selanjutnya, menghasilkan kualitas suara yang penataannya menggunakan tangga lebih bagus, juga memiliki fasilitas nada diatonis utuh, dengan nada yang lebih lengkap daripada susunannya 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 suling. (fa), 5 (sol), 6 (la), 7 (si). f) Kecrek b) Bonang Alat musik berupa tiga atau Terdiri atas lima buah nada, yaitu 1 empat keping logam (besi, kuningan (do), 2 (re), 3 (mi), 5 (sol), 6 (la) atau perunggu) yang disusun di atas sepanjang dua oktaf. kayu. Instrumen ini mengeluarkan c) Kendang (membraphone) bunyi “crek” bila ditabuh dengan Alat musik pukul terbbuat dari menggunakan alat pemukul. kayu berbentuk silinder berongga g) Demung dan kembung di tengah. Pada lubang Demung adalah salah satu dikedua sisinya ditutup dengan kulit instrumen musik pukul dalam yang tidak sama besarnya. Pada karawitan Jawa. Berbeda dari Gambang Semarang menggunakan demung dalam karawitan yang satu buah kendang dan dua buah memiliki laras pelog dan slendro. ketipung yang biasanya disebut Demung dalam Gambang Semarang dengan tepak dan kulanter. Untuk bernada diatonis, yang terdiri atas 8 memainkannya, kulit yang menjadi bilah nada dalam oktaf rendah, yaitu sumber bunyi ditepak dengan kedua 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 tangan. (la), 7 (si), 1 (do). d) Kempul dan Gong h) Saron Gambang Semarang Saron adalah satu instrumen menggunakan satu buah kempul dan yang bernada diatonis yang berfungsi gong suwukan. sebagai pembawa melodi, yang e) Suling/flute terdiri atas 13 buah dalam oktaf

ISSN 2503-4626 165 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 154-172

sedang, dengan susunan nada : 5 direntangkan pada sebuah wadah (sol), 6 (la), 7 (si), 1 (do), 2 (re), 3 gema terbuat dari tempurung berlapis (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la), 7 (si), 1 kulit tipis dan berleher kayu panjang. (do), 2 (re), 3 (mi). Untuk memainkannya, alat itu harus i) Konghayan digesek dengan sebuah tongkat Konghayan adalah sebuah penggesek yang terselip di antara instrumen gesek yang berasal dari keduanya. Dalam Gambang Cina. Instrumen ini mempunyai Semarang, kedua dawai itu distem dawai sebanyak dua buah yang nada 5 (sol) dan 2 (re).

j) Seni Suara/ Lagu Tabel 1. Lagu-lagu dalam Gambang Semarang

No Judul Lagu Pencipta Makna 1 Gambang Oey Yok Kelincahan dan gerak-gerik penari Semarang/Empat Siang Gambang Semarang Penari 2 Gado-gado Kelly Puspito Sejarah, kondisi geografis, etnis, dan Semarang budaya Kota Semarang 3 Simpang Lima Kho Tjai Hian Keindahan sebuah kawasan di Kota Semarang yang sangat terkenal yaitu Simpang Lima 4 Semarang Tempo Jayadi Ekspresi keprihatinan dan sindiran Doeloe terhadap kondisi bangunan kuni di Kota Semarang 5 Tanjung Emas Kelly Puspito Kemegahan mercusuar dan berbagai kegiatan di pelabuhan Semarang dengan kapal-kapal yang sedang berlabuh Sumber: Wawancara dengan Supiyanto, S.Pd, Semarang 25 Agustus 2016 k) Seni Tari yang sudah memasyarakat di Kota Semarang. Tari ini berpijak pada gerak dasar tari Gambang Semarang yaitu l) Lawak ngondek, ngeyek, dan genjot. Dipadu Ada tiga jenis lawakan yang dengan unsur dan ragam gerak tari terdapat dalam pertunjukan lawak putri Jawa Klasik gaya Surakarta

ISSN 2503-4626 Eksistensi Kesenian Gambang Semarang (Dadang Dwi Septiyan) 166

Gambang Semarang. Ketiga jenis Semarang dan sekitarnya masih lawakan itu adalah: a) Lawakan belum mampu sepenuhnya berperan verbal yaitu lawakan dengan sebagai satu pertunjukan tunggal menggunakan monolog atau dialog; atau berdiri sendiri seperti halnya b) Lawakan non-verbal yaitu genre musikal lainnya. Peran lawakan dengan menggunakan tersebut masih sebatas sebagai gerak-gerik yang menimbulkan pendukung serta pelengkap suatu kelucuan atau comedy of manners; hajat dalam acara pribadi (private), dan c) Lawakan musikal yaitu komunal, atau nasional seperti lawakan yang memanfaatkan pengukuhan gelar Profesor dalam instrumen musik sebagai pengiring akademika, penerimaan tamu dan pendukung suasana kocak. kenegaraan (kedinasan) dan hajat pernikahan orang-orang penting Gambang Semarang dalam (dibaca pejabat). perkembangannya memang tidak Pada sisi lain, keberadaannya seberuntung dengan seni pertunjukan mempunyai peran penting sebagai yang merupakan folklor sarana penumbuhan dan akulturasi dengan Timur Tengah. Hal pembentukan rasa serta sikap ini disebabkan karena Gambang kebersamaan dan gotong royong Semarang merupakan folklor diantara masyarakat pendukungnya. akluturasi dengan kesenian Cina. Hal ini dapat dibaca dari perilaku b. Eksistensi Gambang masyarakat yang hadir di saat latihan Semarang ditinjau dari segi maupun di saat sebelum dan sesudah Sosial dan Budaya pementasan di suatu tempat Mengamati aktivitas seni meskipun jumlah pendukungnya pertunjukan Gambang Semarang sangat sedikit yaitu kalangan dalam masyarakat tidak lepas dari tertentu. peran, fungsi, dan kedudukannya. Terciptanya rasa Gambang Semarang yang berperan kebersamaan, keberadaan seni aktif dalam komunitas tertentu serta pertunjukan Gambang Semarang digemari oleh masyarakat di wilayah dapat pula berperan sebagai salah

ISSN 2503-4626 167 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 154-172

satu sarana meningkatkan jalinan menghadirkan suasana negosiatif persahabatan dan kesatuan diantara dengan berbagai permasalahan anggota pemain Gambang Semarang, pribadi maupun kelompok, penggemar, serta masyarakat diantaranya terjadi negosiasi bisnis pendukungnya. Peran ini dapat maupun jalinan tali asmara. Dengan tercermin atas keberadaan latihan menyoroti adanya pementasan yang diadakan oleh Balemong Resort Gambang Semarang dalam Ungaran, Kabupaten Semarang masyarakat, pada umumnya setiap hari Kamis. Pada saat latihan pengelolaannya dilakukan oleh senantiasa dihadiri oleh masyarakat instansi, lembaga, atau pribadi yang tertentu dan penggemar serta menyumbangkan dana, hal ini penikmat Gambang Semarang. dikarenakan biaya latihan dan sekali Suasana ini tercipta pula, tampil memerlukan biaya yang bahwa setiap orang yang hadir dapat cukup besar dan kurang praktis. melibatkan diri atau terlibat secara Selain mempunyai suatu peran yang langsung dalam latihan-latihan penting guna memanfaatkan folklor, tersebut dengan cara bergantian namun tampak pula dijadikan suatu menyanyi, menari atau memainkan prestis, hal ini tercermin bahwa salah satu alat musiknya. Kendati masyarakat yang nanggap atau demikian, ada pula diantara mereka menyewa adalah masyarakat yang hadir hanya sebagai pendengar kalangan menegah keatas yang atau penikmat. Kegiatan mereka menunjukkan lambang hanya mengobrol kesana kemari kesejahteraan, dan kebanggaan status dengan saling tukar-menukar sosial. Oleh karena itu Gambang pengetahuan, pengalaman, maupun Semarang senantiasa ditampilkan informasi sambil menimati Gambang dalam setiap penyelenggaraan acara Semarang serta hidangan yang telah yang memerlukan hiburan. disediakan penyelenggara. Tak Sekalipun tidak sepenuhnya, terelakkan pula, bahwa adanya atau namun melihat kembali pernyataan keberlangsungan serta niat latihan Soedarsono (1985:49), tentang maupun pementasan ini akan perubahan fungsi pada seni

ISSN 2503-4626 Eksistensi Kesenian Gambang Semarang (Dadang Dwi Septiyan) 168

pertunjukan dalam masyarakat contribution to be integration of terjadi pada fungsi pertunjukan society) (Merriam, 1964:223-226). Gambang Semarang, terutama fungsi Gambang Semarang dalam musik sebagai kebebasan berekspresi masyarakat selama ini tidak lepas emosional. Berbagai fungsi musik dari fungsinya sebagai hiburan, hal yang penting dalam masyarakat ini bisa dilihat dari eksistensinya tampak begitu maknawi dan luas, selama menampilkan Gambang diantaranya adalah fungsi sebagai Semarang mulai dari tahun 2007 kenikmatan keindahan (the function sampai sekarang dengan nama grup of aesthetic enjoyment); sebagai “Pahat Ethnic”. hiburan (the function of Gambang Semarang sebagai entertainment); sebagai komunikasi folklor juga mengalami berbagai (the function of communication); tantangan dan tekanan-tekanan baik sebagai gambaran secara simbolik dari luar maupun dalam. Tekanan (the function of simbolic dari dari luar terhadap folklor ini representation); sebagai respon dapat dilihat dari pengaruh berbagai fiskal (the function of physical karya-karya kesenian populer dan response); untuk penyelenggaran juga karya-karya kesenian yang yang sesuai dengan norma social (the lebih\ modern atau sering disebut function of enforcing conformity to dengan budaya pop. Kesenian- social norms); sebagai pengesahan kesenian populer tersebut lebih institusi sosial dan ritual relijius (the mempunyai keleluasaan dan function of validation of social kemudahan kemudahan dalam institution and religious rituals); berbagai komunikasi baik secara sebagai konstribusi untuk alamiah maupun teknologi juga keberlangsungan dan stabilitas praktis serta murah, sehingga hal ini budaya (the function of memberikan pengaruh terhadap contribution to the continuity and masyarakat. Selain itu, aparat stability of culture); dan sebagai pemerintah nampaknya kontribusi untuk integrasi lebih mengutaman atau masyarakat (the function of memprioritaskan segi keuntungan

ISSN 2503-4626 169 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 154-172

ekonomi (bisnis) ketimbang segi melestarikan dan mengembangkan sosial budayanya, sehingga kesenian kesenian yang bertaraf rakyat semakin tertekan lagi. kecenderungan universal. Sehingga, Segi komersialisasi yang keseniankesenian yang ada sekarang dilakukan oleh aparat pemerintah ini ini dapat dianggap tidak sesuai tentu saja didasarkan atas pemikiran dengan objek-objek dan tujuan dari yang pragmatis dan cenderung pembanguan yang sedang dijalaninya mengikuti perkembangan- ini. Dengan kata lain, bahwa keaslian perkembangan dan dari suatu kesenian dipandang belum perubahan-perubahan yang ada. dapat dibanggakan sebagai bukti Dengan demikian, pengaruh ini jelas- keberhasilan suatu pembangunan jelas mempunyai dampak yang besar didaerahnya. Untuk menuju kepada terhadap perkembangan kreatifitas tindakan pengembangan dan folklor itu sendiri. Di pihak lain, pemanfaatan Gambang Semarang ini adanya masyarakat yang masih setia harus ada upaya atau perbaikan- kepada tradisinya perlahan-lahan perbaikan yang perlu diperhatikan mengikuti perkembangan agar kemasan folklor bangsa pembangunan. Indonesia dapat diterima dan Pada umumnya folklor berkembang secara global, walaupun terutama Gambang Semarang sulit tetap mengacu kepada kekuatan untuk bangun lagi karena kerasnya nilai-nilai asli/lokal. daya saing dengan keseniankesenian Pada pengamatan yang lebih yang sangat modern. Sementara itu sempit dapat kita melihat tingkah pemerintah hampir tidak peduli lagi laku aparat pemerintah dalam dengan adanya folklor yang ada di menangani perkembangan folklor, daerahnya. Hal ini, bisa saja dimana banyak campur tangan dalam disebabkan oleh adanya menentukan objek dan berusaha asumsiasumsi yang dikaitkan dengan merubah agar sesuai dengan tuntutan konsep-konsep dasar pembangunan pembangunan. Dalam kondisi seperti di bidang kesenian yang ini arti dari Gambang Semarang penekanannya dan intinya sebagai folklor menjadi hambar dan

ISSN 2503-4626 Eksistensi Kesenian Gambang Semarang (Dadang Dwi Septiyan) 170

tidak ada rasa seninya lagi. Melihat membuat keputusan sendiri untuk kecenderungan tersebut, maka sesuai dengan keaslian (originalitas) penulis melihat aparat pemerintah yang diinginkan para seniman rakyat telah menjadikan para seniman tersebut. Oleh karena itu pemerintah dipandang sebagai objek harus menjalankan dengan benar- pembangunan dan diminta untuk benar peranannya sebagai pengayom menyesuaikan diri dengan tuntutan yang melindungi keaslian dan simbol-simbol pembangunan. Hal ini perkembangan secara estetis tentu saja mengabaikan masalah kesenian rakyat tersebut tanpa harus pemeliharaan dan pengembangan merubah dan menyesuaikan dengan kesenian secara murni, dalam arti kebijakan-kebijakan politik. benar-benar didukung oleh nilai seni Globalisasi budaya yang yang mendalam dan bukan sekedar begitu pesat harus diantisipasi hanya dijadikan model saja dalam dengan memperkuat identitas pembangunan. kebudayaan nasional. Berbagai Hal itu menjadikan Gambang folklor yang sesungguhnya menjadi Semarang semakin lama tidak aset kekayaan kebudayaan nasional mempunyai ruang yang cukup jangan sampai hanya menjadi alat memadai untuk perkembangan atau slogan para pemegang secara alami atau natural, karena itu kebijaksanaan, khususnya secara tidak langsung Gambang pemerintah, dalam rangka keperluan Semarang akhirnya menjadi sangat turisme, politik dan sebagainya. tergantung oleh model-model Selama ini pembinaan dan pembangunan yang cenderung lebih pengembangan folklor yang modern dan rasional. Memang diakui dilakukan lembaga pemerintah masih bahwa Gambang Semarang saat ini sebatas pada unsur formalitas belaka, membutuhkan dana dan bantuan tanpa menyentuh esensi kehidupan pemerintah sehingga sulit untuk kesenian yang bersangkutan. menghindari keterlibatan pemerintah Akibatnya, folklor tersebut bukannya dan bagi para seniman rakyat ini berkembang dan lestari, namun merupakan sesuatu yang sulit pula justru semakin dijauhi masyarakat.

ISSN 2503-4626 171 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 154-172

Dengan demikian, tantangan yang KESIMPULAN dihadapi Gambang Semarang cukup Dari hasil pembahasan yang berat. Karena pada era teknologi dan telah diuraikan sebelumnya, maka komunikasi yang sangat canggih dan penulis dapat menarik kesimpulan modern ini masyarakat dihadapkan dan saran sebagai berikut : kepada banyaknya alternatif sebagai Gambang Semarang pilihan, baik dalam menentukan merupakan warisan budaya yang kualitas, selera maupun budget. masih eksis meskipun keadaannya Hal ini sangat memungkinkan ibarat hidup segan mati keberadaan dan eksistensi Gambang tak mau dari tahun 1990an, hal itu Semarang dapat dipandang dengan disebabkan karena adanya sebelah mata oleh masyarakat, jika pergeseran nilai kesenian tradisional dibandingkan dengan kesenian Gambang Semarang dari kesenian moderrn yang merupakan imbas dari rakyat menjadi kesenian elit yang budaya pop. menjadikan masyarakat kurang Untuk menghadapi hal-hal begitu mengenal selain tersebut diatas ada beberapa karena faktor historis. Meskipun alternatif untuk mengatasinya, yaitu sudah ada upaya dari pemerintah meningkatkan Sumber Daya untuk membangkitkan kembali Manusia (SDM) bagi para seniman Gambang Semarang dengan tradisional. Selain itu, berbagai aspek, namun demikian mengembalikan peran aparat dari aspek revitalisasi budaya masih pemerintah sebagai pengayom perlu banyak diusahakan terutama dan pelindung, dan bukan sebaliknya dalam rangka melestarikan dan justru menghancurkannya demi memanfaatkan Gambang Semarang. kekuasaan dan pembangunan yang Sesuai dengan keinginan dari berorientasi pada dana-dana proyek masyarakat agar kesenian Gambang atau dana-dana untuk pembangunan Semarang dapat terus dipertahankan, dalam bidang ekonomi saja. maka diperlukan campur tangan

pemerintah. Dalam hal ini

pemerintah daerah untuk membantu

ISSN 2503-4626 Eksistensi Kesenian Gambang Semarang (Dadang Dwi Septiyan) 172

usaha ini dengan langkah-langkah Merriam Alan P. 1964. The Anthropology of music. konkret. Northwestern University Press: Pemerintah Daerah dapat USA. menyediakan sarana dan prasarana Puguh Respati Dhanang. 2000. dalam rangka pelestarian budaya, Laporan Terpadu Penelitian Hibah Bersaing Perguruan serta mengadakan kegiatan rutin Tinggi Penataan Kesenian yang bersifat kompetitif untuk Gambang Semarang Sebagai Identitas Budaya Semarang. mencari bibit baru sebagai seniman Departemen Pendidikan Gambang Semarang. Nasional Universitas Diponegoro: Semarang.

Soedarsono. 1985. Pola Kehidupan DAFTAR PUSTAKA Seni Pertunjukan Masyarakat Pedesaan, dalam Djoko Suryo, Amin Budiman. 1975. Semarang R.M.Soedarsosno, Djoko Sepanjang Jalan Kenangan. Sukiman. “Gaya Hidup Kerjasama PEMDA DATI II Masyarakat Jawa di Pedesaan Semarang, Dewan Kesenian : Pola Kehidupan Sosial Jawa Tengah dan Aktor Studio Ekonomi dan Budaya”. Semarang. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Yogyakarta. Gunawijaya, Jajang dan Solihin, Asep. 1996. ”Perkembangan ______. 1989. Seni Pertunjukan Gambang Kromong”. Proyek Jawa Tradisional dan Pelestarian dan Pengembangan Pariwisata Daerah Istimewa Kesenian Tradisional Betawi. Yogyakarta. Departemen Dinas Kebudayaan DKI Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta: Jakarta. Yogyakarta. Koentjoroningrat. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

ISSN 2503-4626