Biografi Brigjen (Purn) H. Hasan Basry

Muhammad Ihsan Email: [email protected] Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

Abstrak Biografi merupakan riwayat hidup seseorang, Brigadir Jenderal H. Hasan Basry sebagai sang proklamator rakyat Gubernur tentara angkatan laut republik divisi 4 pertahanan Kalimantan yang dibacakan oleh Hasan Basry pada tanggal 17 Mei 1949, hal ini merupakan bentuk nasionalisme dan kebulatan tekad rakyat Kalimantan untuk menjadi bagian dari Republik Indonesia. Nilai – nilai yang dapat diteladani yaitu keberanian sebagai poin utama karakter dari Hasan Basry. Dari itu menjadi dasar mental untuk memperjuangkan “tanah banua” Kalimantan Selatan. Artikel ini menggunakan metode heuristik. Data diperoleh dari berbagai tulisan yang menjadi sumber baik itu primer maupun sekunder akan tetapi lebih dominan sumber sekunder, yang tujuannya untuk menggali nilai-nilai perjuangan seorang tokoh dan nilai-nilai nasionalisme dari macam periswita yang di dalamnya untuk dijadikan tulisan berupa Biografi Hasan Basry, karakter brigjen Hasan Basry mengacu pada keberanian beliau yang membuat Kalimantan Selatan pada tanggal 17 Mei 1949 dengan gagah beraninya beliau memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Gubernur Tentara dari Angkatan Laut Republik Indonesia yang mencakup seluruh wilayah di Kalimantan sebagai bagian Republik Indonesia. Hasan Basry menolak keras jika Kalimantan di bawah kekuasaan Belanda. Warisan yang ditinggalkan beliau yang menjadi amal jariyah beliau adalah Universitas Lambung Mangkurat yang merupakan bentuk realisasi yang diinginkan oleh para pejuang kemerdekaan, salah satunya Hasan Basry. Nilai – nilai yang terkandung dalam peristiwa – peristiwa yang ada dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran, dalam pandangan IPS, bentuk sikap dalam karakter seorang tokoh yang dituliskan berupa biografi, dapat menjadi materi sejarah yang dapat dipelajari dan disampaikan kepada peserta didik.

PENDAHULUAN Biografi sebagai tulisan mengenai kehidupan seseorang atau riwayat hidup seseorang. Bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai pendidikan, latar belakang, prestasi, pengalaman kerja seseorang. Disini proses perjuangan bangsa di Kalimantan Selatan tidak luput dari peran penting tokoh yang bernama Hasan Basry, berpuncak pada saat Brigjen Hasan Basry membacakan proklamasi yang saat ini dikenal dengan Proklamasi 17 Mei. Proklamasi 17 Mei sebenarnya merupakan pernyataan tegas dan berani dari masyarakat Banjar yang diwakilkan oleh para pejuang, bahwa Kalimantan Selatan telah menjadi bagian dari Republik Indonesia. Hasan Basry merupakan tokoh nasionalisme dalam memperjuangkan kemerdekaan di “tanah banua” Kalimantan. Berkat aksi aksi yang dilakukan beliau yang sangat berpengaruh sehingga Kalimantan dapat seperti sekarang.

Namun, pada era sekarang anak muda banyak yang tidak mengetahui tokoh – tokoh nasional terutama di daerah Kalimantan Selatan, tulisan ini bertujuan untuk salah satunya menceritakan dan mensejarahkan seseorang yang mempunyai keistimewaan khusus agar semua orang bisa mengetahui dan belajar banyak dari orang tersebut. Dengan tulisan ini, diharapkan seseorang menjadi termotivasi untuk penasaran bukan hanya Hasan Basry, melainkan berbagai tokoh nasionalisme di Kalimantan Selatan.

METODE Artikel ini menggunakan metode heuristik. Data diperoleh dari berbagai tulisan yang menjadi sumber baik itu primer maupun sekunder akan tetapi lebih dominan sumber sekunder, yang tujuannya untuk menggali nilai-nilai perjuangan seorang tokoh dan nilai- nilai nasionalisme dari macam periswita yang di dalamnya untuk dijadikan tulisan berupa Biografi Hasan Basry.

BIOGRAFI BRIGJEN H. HASAN BASRY Brigadir Jenderal TNI Purniawan Haji Hasan Basry pekerjaan Tentara Nasional Indonesia. Lahir di Hulu Sungai Selatan tepatnya di Kandangan lepas 17 Juni tahun 1923 merupakan seorang pejuang militer dan salah satu tokoh pahlawan nasional Indonesia. Hasan Basry menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar di Holland inlandsche school, beliau menempuh pendidikan islam pada awalnya di Kandangan, Tsanawiyah Al Wathoniyah yang kemudian berlanjut di Pondok Modern Kweekschool di Ponorogo Jawa Timur pada tanggal 5 Mei 1946 bertepatan ketika masa revolusi kemerdekaan. Setelah berakhirnya perang kemerdekaan Hasan Basry sebelum kembali ke tanah air beliau melanjutkan pendidikan agamanya ke Universitas al-azhar dan Amerika University di Kairo pada tahun 1951 sampai 1955.

Riwayat karir dan pencapaian beliau, pertama beliau pernah ditunjuk menjadi pemimpin Laskar Syaifullah dengan program utama keprajuritan, mendirikan pergerakan berupa organisasi Benteng Indonesia, mendirikan batalyon Angkatan Laut Republik Indonesia divisi 4 di Kalimantan Selatan telah dilantik sebagai Komandan Teritorial Kalimantan Selatan pada tahun 1956, dan menjadi Panglima Daerah Militer X Lambung Mangkurat pada tahun 1959, serta memerintahkan pengeluaran surat pembekuan kegiatan PKI dan ormas-ormasnya pada tanggal 22 Agustus 1960, dan mendirikan Universitas Lambung Mangkurat pada tanggal 21 September 1958. Penghargaan yang diterima, ditetapkan sebagai Bapak gerilya Kalimantan 1961 dianugerahi gelar pahlawan nasional kemerdekaan.

Hasan Basry, beliau telah meninggal pada tanggal 15 Juli 1984 pada saat umur 61 tahun setelah sakit dan dirawat di RSAD (Rumah Sakit Angkatan Darat) Gatot Subroto, . Pemakaman beliau dilaksanakan secara militer di Liang Anggang inspektur upacara Mayjen mereka atas jasa-jasanya Hasan Basry sebagai tokoh pejuang telah dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK Presiden Nomor 110 tertanggal 3 November 2001. (Barjie, 2013: 212).

PERISTIWA PENTING TOKOH HASAN BASRY Ketika proklamasi, Brigadir Jenderal Hasan Basry selalu mempersulit dan tetap kekeh untuk merepotkan pasukan penjajah Belanda pada masa itu. Hal ini dikarenakan perjuangan bawah tanah yang dilakukan oleh pasukannya dan berhasil memproklamasikan daerah Kalimantan Selatan menjadi bagian RI yang dikenal dengan Proklamasi 17 Mei 1949 (Wawancara, Wajidi, 17 Maret 2018). Proklamasi tersebut berbunyi sebagai berikut: Merdeka! Dengan ini kami rakyat Indonesia di Kalimantan Selatan mempermaklumkan berdirinya pemerintahan Gubernur Tentara ALRI melingkupi seluruh daerah Kalimantan Selatan menjadi bagian dari Republik Indonesia untuk memenuhi isi Proklamasi 17 Agustus 1945 yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden . Hal-hal yang bersangkutan dengan pemindahan kekuasaan akan dipertahankan dan kalau perlu diperjuangkan sampai tetesan darah yang penghabisan. Tetap merdeka. Kandangan, 17 Mei IV REP. Atas nama rakyat Indonesia Di Kalimantan Selatan Gubernur Tentara, Hassan Basry (Basry, 2003: 66-67).

Proklamasi yang dibacakan Hasan Basry pada tanggal 17 Mei 1949, merupakan bentuk nasionalisme dan kebulatan tekad rakyat Kalimantan untuk menjadi bagian dari Republik Indonesia. Maklum saja ketika Perjanjian Linggarjati telah disepakati pada tanggal 10 November 1946 Belanda hanya mengakui secara de facto, Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi Jawa Madura dan Sumatra itu dengan demikian Kalimantan masih berada di bawah penjajahan teritori Belanda.

Hasan Basry tidak peduli dan malah dengan perjanjian tersebut beliau dan pasukannya tetap melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Bahkan pada saat Perjanjian Renville yang telah ditandatangani. Beliau masih tetap melakukan pergerakan perjuangan pada tanggal 17 Januari 1948 menolak untuk memindahkan pasukan beliau ke daerah Jawa. Hal ini tepatnya 25 Desember 1948. Brigadir Jenderal Hasan Basry melakukan serangan umum atas perintahnya terhadap pos-pos NICA yang ada di haruai, nagara, tanjung dan sekitarnya.

Ketika Hasan Basry kembali ke tanah air setelah menempuh pendidikan, karena sepak terjang Partai Komunis Indonesia PKI dan ormas-ormasnya setelah percobaan pembunuhan terhadap tokoh agama di kota Amuntai hulu Sungai Utara gagal dilakukan PKI. Hasan Basry memerintahkan pengeluaran surat pembekuan kegiatan PKI dan ormas- ormasnya. Keluarnya surat membuat Presiden Soekarno menegurnya. Hasan Basry yang kala itu bertindak sebagai kepala pemimpin perang daerah Kalsel tidak menaati aturan tersebut, bahkan pembekuan PKI dan ormas-ormasnya itu diikuti oleh daerah Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan yang dikenal tiga Selatan. Presiden Soekarno menampakkan kemarahannya terhadap keputusan Perda Kalimantan Selatan dalam pidatonya pada tanggal 17 Agustus tahun 1962 dan masih ada sampai sekarang yang berjudul tahun kemenangan

Dari berbagai peristiwa diatas, karakter brigjen Hasan Basry mengacu pada keberanian beliau yang membuat Kalimantan Selatan pada tanggal 17 Mei 1949 dengan gagah beraninya beliau memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Gubernur Tentara dari Angkatan Laut Republik Indonesia yang mencakup seluruh wilayah di Kalimantan sebagai bagian Republik Indonesia. Hasan Basry menolak keras jika Kalimantan di bawah kekuasaan Belanda. Selain itu, karena pembekuan partai PKI, Kalimantan Selatan menjadi satu - satunya daerah pada awalnya yang terbebas dari pengaruh PKI.

WARISAN YANG DITINGGALKAN DI MASYARAKAT Peninggalan yang masih dapat kita rasakan yaitu rumah H. Kasyful Anwar almarhum yang pada masa itu sering dipakai sebagai tempat perundingan perjuangan Haji Hasan Basri melawan Belanda dan pada puncaknya pada tanggal 2 September juga dipakai sebagai perundingan dan pasukannya dengan tentara Belanda. rumah bersejarah ini selain dipakai sebagai sekretariat kondisi saat ini fungsinya juga seminggu sekali dipakai sebagai tempat majelis. (Wiyono, Kabid Kebudayaan Disdik Kabupaten Hulu Sungai Selatan)

Selain itu, Universitas Lambung Mangkurat adalah bentuk realisasi yang diinginkan oleh para pejuang kemerdekaan, salah satunya Hasan Basry. ULM telah diresmikan oleh rektor pertama, yaitu Brigadir Jenderal Hasan Basry pada tanggal 28 September 1968. Pada awal berdiri kampus ini cuma ada terdapat 4 fakultas yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Islamologi. Tetapi, setelah ditetapkannya ULM sebagai Perguruan Tinggi Negeri, Fakultas Islamologi pada 1 November 1960 menjadi bagian dari IAIN Antasari, dan terbentuklah Fakultas Pertanian di Universitas Lambung Mangkurat.

SIMPULAN Harapan bahwa masyarakat Indonesia yang berada di Kalimantan Selatan masih masih tetap diperjuangkan dan menandakan perjuangan pantang menyerah hingga tetes darah penghabisan yang dalam istilah lokal bahasa banjar haram manyarah, waja sampai kaputing, merupakan slogan yang selalu dibawa oleh Pangeran Antasari dari periode Perang Banjar pada tahun 1859 sampai 1906. Ketika proklamasi 17 Mei memicu dan mengeluarkan semangat nasionalisme, banyak nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa tersebut berupa nilai-nilai keberanian, pantang menyerah, dan kesetiaan cinta tanah air yang ditunjukkan oleh masyarakat Banjar kepada Belanda.

Nilai kejuangan Hasan Basry mengacu pada karakter beliau yang berani, pantang menyerah, teguh pendirian, dan berjiwa nasional. Nilai – nilai yang terkandung dalam peristiwa – peristiwa yang ada dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran, dalam pandangan IPS, bentuk sikap dalam karakter seorang tokoh yang dituliskan berupa biografi, dapat menjadi materi sejarah yang dapat dipelajari dan disampaikan kepada peserta didik. Pentingnya biografi pada era milenial sekarang, sangat dibutuhkan, untuk melestarikan nilai – nilai kejuangan oleh para pejuang masa kemerdekaan dan tokoh – tokoh lain juga yang pengaruh di suatu daerah tetap terlestarikan, dan menyadarkan kita untuk dapat mempelajari sesuatu dari seseorang yang berpengaruh di masyarakat, dengan begitu dapat di kembangkan dan memotivasi seseorang membuatnya menjadi berupa tulisan.

SUMBER DAN REFERENSI Aslamiah, A., Abbas, E. W., & Mutiani, M. (2021). 21st-Century Skills and Social Studies Education. The Innovation of Social Studies Journal, 2(2), 82-92. Basry,Hassan.(2003). Kisah Geriya Kalimantan Jilid I dan Jilid II. Banjarmasin: Yayasan Bhakti Banua. Fatimah, D., Winarso, H. P., & Handy, M. R. N. (2021). Economic Activities of Natural Herbal Homes Lestari Herbal Village as a Learning Resource on Social Studies. The Kalimantan Social Studies Journal, 2(2), 104-114. Handy, M. R. N., Mutiani, M., Putra, M. A. H., Syaharuddin, S., & Putro, H. P. N. (2021). Adaptation of Riverbanks Community to Urban Green Open Space Development. The Innovation of Social Studies Journal, 2(2), 127-134. Manihuruk, A.E. (1984). Mengenang Alm, Brigjend (TNI) Purn. Hassan Basry, Bapak Gerilya Kalimantan. Banjarmasin: DPD AMPI. Mariati, M., Abbas, E. W., & Mutiani, M. (2021). The Social Science Contribution Through Social Studies Learning. The Innovation of Social Studies Journal, 2(2), 110-120.

Mutiani, M., WARMANSYAH ABBAS, E. R. S. I. S., Syaharuddin, S., & Susanto, H. (2019). Penerapan Transcript Based Lesson Analyses (TBLA) Sebagai Upaya Peningkatan Pembelajaran Sejarah Di Sma Negeri 7 Banjarmasin. Rusmaniah, R., Mardiani, F., Handy, M. R. N., Putra, M. A. H., & Jumriani, J. (2021). Social Services Based on Institutional for Youth Discontinued School. The Innovation of Social Studies Journal, 2(2), 151-158. Syaharuddin, S. (2020). Turnitin-Nilai-Nilai Nasionalisme Perjuangan Hassan Basry Sebagai Sumber Belajar Sejarah. Syaharuddin, S., & Susanto, H. (2019). Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Pra Kolonialisme Nusantara sampai Reformasi). Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung Mangkurat.