MIMBAR, Vol. 28, No. 2 (Desember, 2012): 219-227

Pengajaran Kitab Kuning di Pondok Roudlotul ‘Ulum Cidahu Pandeglang

FAIQOH

Peneliti pada Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang dan Diklat Kemenag e-mail: [email protected]

Abstract. Kitab kuning merupakan salah satu elemen penting dari sebuah pondok pesantren selain nilai dan kepemimpinannya . Kitab kuning memiliki posisi dan peran yang signifikan di pesantren. Meskipun masih diajarkan, ada dugaan pergeseran dalam pengajaran kitab kuning di pesantren seiring dengan pengadopsian sistem pendidikan di luar pesantren seperti sistem madrasah dan sekolah. Selain itu ada dugaan sebagian pesantren tidak memiliki spesifikasi pendalaman ilmu tertentu tetapi memilih mengajarkan berbagai bidang keilmuan. Dengan mengambil kasus pesantren Roudlotul ‘Ulum Cidahu Pandeglang,tulisan ini memperlihatkan masih kuatnya pengajaran kitab kuning di pesantren Roudlotul ‘Ulum. Bahkan pesantren Roudlotul ‘Ulum menjadi pusat pengajaran kitab kuning bagi -santri yang ingin mematangkan keilmuan kitab kuning. Keywords: Teaching Kitab Kuning, boarding Roudlotul ‘Ulum, Madrasah

Abstrak. Kitab kuning merupakan salah satu elemen penting dari sebuah pondok pesantren selain nilai dan kepemimpinannya kyai. Kitab kuning memiliki posisi dan peran yang signifikan di pesantren. Meskipun masih diajarkan, ada dugaan pergeseran dalam pengajaran kitab kuning di pesantren seiring dengan pengadopsian sistem pendidikan di luar pesantren seperti sistem madrasah dan sekolah. Selain itu ada dugaan sebagian pesantren tidak memiliki spesifikasi pendalaman ilmu tertentu tetapi memilih mengajarkan berbagai bidang keilmuan. Dengan mengambil kasus pesantren Roudlotul ‘Ulum Cidahu Pandeglang,tulisan ini memperlihatkan masih kuatnya pengajaran kitab kuning di pesantren Roudlotul ‘Ulum. Bahkan pesantren Roudlotul ‘Ulum menjadi pusat pengajaran kitab kuning bagi santri-santri yang ingin mematangkan keilmuan kitab kuning. Kata kunci: Pengajaran Kitab Kuning, Pesantren Roudlotul ‘Ulum, Madrasah

Pendahuluan kuning melainkan karena kitab kuning mempunyai ciri-ciri yang melekat, yang untuk memahaminya Pesantren merupakan lembaga pendidikan memerlukan ketrampilan tertentu dan tidak cukup yang membahas dan mengkaji pendidikan hanya dengan menguasai Bahasa Arab. Materi kegamaan khususnya Islam, dimana yang dipelajari di pesantren dengan menggunakan keberadaannya telah lama tumbuh dan kitab kuning adalah fiqh, akhlak, ilmu nahwu, berkembang di masyarakat sebelum sharaf, , hadits dan ilmu agama lainnya. merdeka bahkan sejak Islam masuk ke Indonesia. Kitab kuning merupakan salah satu elemen Pesantren merupakan lembaga pendidikan penting dari sebuah pondok pesantren selain tafaqquh fiddin, yang memiliki ciri khas dan unik, kepemimpinannya kyai. Dari kitab-kitab ini dapat mempunyai daya tarik, baik dari sosok luar diperoleh segenap tata nilai dan ilmu pengetahuan kehidupan sehari-harinya, potensi dirinya, isi Islam. Karenanya kitab kuning memiliki posisi dan pendidikannya, maupun sistem dan metodenya peran yang signifikan di pesantren. Ia menjadi yang semuanya menarik untuk dikaji. Dan di antara bagian khazanah keilmuan Islam yang sangat sekian banyak hal yang menarik dari pesantren berharga dan hampir selama 15 abad, tidak pernah adalah mata pelajaran bakunya yang ditekstualkan putus dan terpelihara secara kokoh. pada kitab-kitab salaf (klasik), yang secara popu- Kepakaran kyai dalam bidang ilmu terentu lar dengan sebutan kitab kuning. Pengajaran kitab tersebut menjadikan para santri punya pilihan kuning menarik bukan karena warnanya yang bidang yang akan didalaminya di pesantren lalu ia

‘Terakreditasi’ SK Dikti No.64a/DIKTI/Kep/2010, berlaku 1-11-2010 s.d. 1-11-2013 219 FAIQOH. Pengajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Roudlotul ‘Ulum Cidahu Pandeglang mondok di pesantren tersebut (zaman dahulu). kitab kuning yang cukup kuat. Sekarang sudah banyak berubah, pesantren Salah satu pesantren tersebut adalah kebanyakan tidak memiliki spesifikasi pendalaman pesantren salafiyah Roudlotul ‘Ulum, Cidahu, ilmu tertentu tetapi memilih mengajarkan berbagai Pandeglang, Banten. Melalui studi kasus pesantren bidang keilmuan. ini, bagaimana pengajaran kitab kuning di pondok Menurut Dhofier (1985: 50-51), kitab-kitab pesantren roudlotul ‘ulum cidahu Pandeglang, itu dapat digolongkan ke dalam kelompok, (1) kitab- Banten. Fokus penelitiannya adalah menyangkut kitab dasar; (2) kitab-kitab tingkat menengah, dan kitab-kitab apa saja yang diajarkan, metode (3) kitab-kitab besar. Lebih lanjut, Dhofier pengajaran apa yang digunakan, santri yang mengatakan pesantren kecil mengajar sejumlah belajar, ustadz yang mengajar, evaluasi kecil santri tentang beberapa kitab dasar. Dalam pengajaran, dan output pengajaran. pesantren besar, kyai mengkhususkan diri dalam Artikel ini merupakan studi kasus yang beberapa mata pelajaran tertentu. Pesantren dilakukan di Pondok Pesantren Roudlotul Ulum, dengan pengajaran kitab kuningnya juga Cidahu, Pendeglang, Banten sebagai pondok melahirkan tokoh-tokoh ulama yang memiliki salafiyah dengan ciri khasnya mengajarkan kitab otoritas dan integritas keilmuan, selain itu mereka kuning. Dalam penelitian ini diupayakan mampu memiliki kepakaran dalam bidang-bidang keilmuan mengungkap secara utuh, lengkap dan tertentu. Kyai Mahfudz Termas, misalnya pakar komprehensif dalam bentuk deskriptif analitis untuk fiqih dan hadist, Kyai Hasyim Asy’ari di Jombang, menjawab sejumlah pertanyaan penelitian pakar Hadist, Kyai Abu Amar di Jamsaren pakar sehingga mampu menjelaskan sistem pendidikan tafsir, Arsyad al- Banjari di Martapura pakar fiqih dan pengajaran kitab kuning di pesantren tersebut. dan ilmu falaq, dan banyak lagi contoh lainnya. Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan Kepakaran kyai dalam bidang ilmu tertentu kualitatif. tersebut banyak para santri belajar ke pesantren. Sumber data diperoleh melalui informan Meskipun demikian, realitasnya pesantren yaitu pemimpn pondok (kyai), ustadz, santri, sebagai lembaga pendidikan taffaquh fiddin masyarakat. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kitab kuning sebagai sumber melalui angket, wawancara mendalam, pengajarannya, saat ini menurut pemerhati dokumentasi dan observasi. Teknik pengumpulan pesantren diduga mengalami pergeseran. Hal ini data lebih dilakukan melalui studi kepustakaan, terjadi seiring dengan munculnya tuntutan dan sumber literature, dokumen/arsip sejarah, hasil perubahan yang terjadi di tengah-tengah penelitian, jurnal, dan sumber data sekunder masyarakat. Pergeseran tersebut meliputi lainnya. Penelusuran data primer dilakukan dengan berbagai aspek seperti: sistem pendidikan, metode wawancara mendalam dengan sejumlah pengajaran, berkurangnya jumlah kyai yang narasumber yaitu mereka yang terlibat dengan otoritatif dalam bidang-bidang keilmuan tertentu, berbagai peran yang dimiliki. Jumlah narasumber berkurangnya minat masyarakat terutama santri tidak dibatasi, tetapi dibatasi dengan kecukupan pada kajian kitab-kitab dan terbatasnya kajian kitab data dan informasi yang diperlukan untuk yang membahas materi-materi selain fiqh, , menjawab pertanyaan penelitian. Observasi dan bahasa arab, keterpilihan kitab-kitab yang diaji dilakukan untuk mengangkat realita secara lebih dan lain-lain. utuh dengan tetap menggunakan pendekatan Hasil survey pengajaran Kitab Kuning Tahun emik, yaitu berupaya menangkap dan memahami 2011 yang dilakukan Puslitbang Pendidikan Agama fenomena yang ada sebagaimana komunitas dan Keagamaan menemukan bahwa dari jumlah pesantren memaknai realitas tersebut. 289 kitab kuning yang disurvey, frekuensi pengajaran kitab kuning dalam beragam bidang Seputar Pesantren Raudhatul ‘Ulum keilmuan tergolong rendah (Husen Hasan Basri, Pondok Pesantren (PP) Roudlotul Ulum dkk., 2011). Dari gambaran tersebut di atas, terletak di Kampung Cidahu, Lebak, RT. 01 RW. pengajaran kitab kuning di pondok pesantren 01, Kecamatan Cadasari, Pandeglang, Banten. Pada secara kuantitas dalam keterpilihan materi awal bedirinya pesantren ini dipimpin KH. pengajaran kitab kuningnya tergolong kategori Muhammad Dimyati yang biasa dipanggil dengan rendah. Bila hal itu terjadi akan berdampak pada Buya Dimyati yang lahir di Pandeglang pada tahun eksistensi pesantren sebagai lembaga tafaquh 1925. Ia merupakan putra pertama pasangan H. fiddin yang memiliki peran tradisionalnya – sebagai Amin dan Hj. Ruqayah. Abuya mulai merintis transmisi ilmu-ilmu dan pengetahuan Islam, pesantren di Kampung Cidahu, Desa Tanagara, pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi (calon- Kecamatan Cadasari, Pendeglang, sekitar tahun calon) ulama -- boleh jadi akan bergeser ke 1965. Saat itu santrinya masih sedikit. Tapi lembaga pendidikan lainnya. Oleh karena itu perlu sekarang sudah mencapai 500 santriwan (Ngaji dilakukan kajian secara mendalam pada pesantren Kitab Kuning dan lainnya) dan 200 santriwati tertentu yang dianggap memiliki tradisi pengajaran

220 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499 MIMBAR, Vol. 28, No. 2 (Desember, 2012): 219-227

(khusus Tahfidz Qur’an). Mereka berasal dari Kadupeusing pimpinan seorang kyai mukhlish yaitu berbagai penjuru daerah di Indonesia. Al “Alim Al “Allamah Abuya KH Tubagus Abdul Halim Perkembangan jumlah santrinya itu seiring dengan bin KH Tubagus Muhammad Amin yaitu pada tahun kemasyhuran ilmu dan nama Abuya. Karena itu 1942 di wilayah Kelurahan Kabayan, Kec. tak heran jika Abuya tidak hanya dikenal di Pandeglang. Beliau mondok di pesantren ini selama Pandeglang maupun Banten tapi di Indonesia dan bertahun-tahun. Beliau banyak ber-Muthola’ah di dunia sekalipun. Berkat Abuyalah kampung (mengkaji dan mempelajari sendiri) dan dilakukan Cidahu (Jalan Raya Pendeglang – Serang Km 5) setiap malam dan mengajarkan Kitab AlFiyyah, menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam mengaji Fathul Muin. Dan karena kehasyafannya dan menjadi perhatian umat di dunia. Bahkan Abuya Abdul Halim menilai Dimyati sebagai orang Kabupaten Pandeglang dikenal orang banyak, salah yang cerdas dan mukhlis dan akhirnya beliau satunya dari sosok karismatik Abuya. mengijazahi Thoriqoh Al Qodiriyyah wa An Pendidikan dan pembinaan ilmu agama yang Naqsyabandiyyah. diterapkan Abuya di Cidahu menjadi barometer Kedua, PP di Ciomas, Serang selama 4 bagi pesantren-pesantren lain di Pandeglang bulan. Di pondok inilah Abuya mempelajari kitab khususnya dan beberapa pesantren lain di Banten dari KH. ‘Aliyuddin yaitu Kitab Jam’ul Jawami’, dan sekitarnya. Sebab yang datang mengunjungi Manthiq, ‘Uqudul Juman dan Tafsir Jalalain serta Abuya bukan hanya di masyarakat yang ingin jadi Tauhid. Selain itu juga belajar berbagai Chizib dan santri kalong (santri yang tidak mondok) maupun Sholawat kepada KH. Abdul Chamid bin Suqya. santri beneran ( santri yang mondok), banyak pula Ketiga, PP Mama Bakri (Sempur) di Purwakarta. ulama dan kyai yang meminta petuah dan nasihat Yang dipimpin oleh TB, Ahmad Bakri. Di pondok ini agama kepadanya. Beliau merupakan sosok ulama abuya banyak melakukan mutholaah untuk kitab Banten yang memiliki karismatik dan cukup Showi/Tauhid. Karena kemantapan aqidah yang sempurna dalam menjalankan perintah agama, dimiliknya dan keistimewaannya maka Mama beliau bukan saja mengajarkan ilmu syari’ah tapi Sempur menganugerahkan ilmu khusus, yaitu juga menjalankan kehidupan dengan metode mengijazahkan Thoriqoh Al Kholwatiyyah dan ilmu bertasawuf. Tarekat yang dianutnya adalah tarekat yang disebut Ilmu Suluk, cara Mushofahah dan Naqsabandiyyah Qodiriyyah. Maka wajar jika Musyabakah. Lalu diperintahkan untuk menulis dalam perilaku sehari-hari beliau penuh tawadhu’, Hizib-hizib yang ditandatangani oleh Mamam istiqomah, zuhud dan ikhlas. Banyak dari beberapa Sempur. Keempat, PP di Magelang pimpinan Mbah pihak maupun wartawan yang coba untuk Sirodj selama 3 hari dilanjutkan ke Watucongol mempublikasikan kegiatannya di pesantren selalu Muntilan pimpinan Ahmad Nahrawi bin Abdul di tolak dengan halus oleh Buya Dimyati begitupun Rahman bin Abdul Rauf atau Mbah Dalhar. Di ketika beliau diberi sumbangan oleh para pejabat Watucongol Dimyati dikenal sebagai Kitab Banyak beliau selalu menolak dan mengembalikan atau Ilmu-ilmu yang telah dimiliki oleh Muhammad sumbangan tersebut. Hal ini pernah dialami ketika Dimyati. Di pondok ini Abuya mengaji Kitab Hadits Buya Dimyati diberi sumbangan oleh Mba Tutut Bukhori dan Muslim, sampai akhirnya diberi ijazah (Anak Mantan presiden Soeharto) sebesar 1 milyar Thoriqoh As Syadziliyyah. Kemudian pada tanggal beliau mengembalikannya. 17 Muharram 1377 H /13 Agustus 1957 Abdul Selain itu, beliau juga merupakan tokoh Halim mengijazahi kembalai kepada abuya kharismatik di dunia kepesantrenan, penganjur anugrah Khalifah dan Ilmu Thoriqoh Al-Qidiriyyah ajaran Ahlusunah Wal Jama’ah dari pondok Wan Naqsyabandiyyah (Tasawuf). Beliau pesantren Cidahu, Pandeglang, Banten. Beliau menghatamkan kitab-kitab seperti Ihya Ulumiddin ulama yang sangat konsen terhadap akhirat, karangan Al Imam Al Ghozali, Fathul Wahab, bersahaja, selalu menjauhi keduniawian. Wirangi kemudian diberi ijazah oleh Mbah Abdul Malik bin (hati-hati dalam bicara, konsisten dalam perkataan Muhammad Ilyas berbagai Chizib, Sholawat Al dan perbuatan). Ahli sodaqoh, puasa, makan Ismul A’zhom, Sholawat Basyairukhoirot dan seperlunya, ala kadarnya seperti dicontohkan sholawat yang tersusun dalam kitab Afdlolus Kanjeng Nabi, humanis, penuh kasih sesama umat Sholawat yang disusun oleh Syaikh Yusuf Bin Ismail manusia. Kegiatan kesehariannya hanya mulang An nabhani. ngaji (mengajar ilmu), salat serta menjalankan Kelima, PP Bendo Pare Kediri, Jawa Timur, kesunatan lainnya. sekitar tahun 1958. pimpinan KH, Khozin (Mbah Sejak kecil Abuya Dimyati sudah Muhajir). Di Bendo ini Abuya diberi gelar Sulthonul menampakan kecerdasannya dan keshalihannya, Aulia’. Abuya membuka pengajian kitab Tafsir beliau belajar dari satu pesantren ke pesantren Munir dan kitab Jam’ul Jawami’, Qotrul Ghoist lainnya mulai dari Pesantren Cadasari, Kadupeseng karangan Syaikh Muhammad Nawawi Al bantani, Pandeglang, Plamunan hingga ke Plered Cirebon. dan juga Kitab Asbah Wan Nadzoir, Kitab Hikam Beberapa pesantren yang pernah beliau datangi Ad Dasuqi Ala Ummul Barahin, Fathul Wahab dan untuk belajar dan mengajar adalah pertama, PP Tafsir Jalalain. Beberapa kitab yang dibacakan

‘Terakreditasi’ SK Dikti No.64a/DIKTI/Kep/2010, berlaku 1-11-2010 s.d. 1-11-2013 221 FAIQOH. Pengajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Roudlotul ‘Ulum Cidahu Pandeglang kepada santri adalah Dalailul Khairot, Tafsir Munir diajarkan. Melalui ngaji, tradisi para sahabat dan walaupun belum khatam. Keenam, PP. Gontor tabi’in diwariskan. Ahmad Munir berpendapat pimpinan KH. Zarkasy. Di pondok tersebut Abuya bahwa ilmu adalah suatu keistimewaan yang diminta untuk mengelilingi seluruh lokasi pondok menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna dari pagi sampai menjelang maghrib. Ketujuh, PP menjalankan fungsi kekhalifahannya. di Lasem, pimpinan Mbah Maksum dan bertemu Semenjak beliau wafat keberlangsungan dengan seorang Waliyullah yaitu KH. Baidlowi. pondok pesantren dipegang oleh putera-puteri Dalam kesempatan tersebut Mbah Dim beliau yaitu: Dari istri yang bernama Hj. Amah: mendapatkan ijazah Thoriqoh As Syadziliyyah dan KH. Ahmad Muhtadi Dimyati, KH. Murtadho Dimyati, selama mondok di Lasem ini Abuya dapat KH. Abdul Aziz ( kang Ade), Hj. Musfiroh, KH. menghafal Alquran hanya dalam waktu 4 bulan. Muntaqo Dimyati, dan KH Aceng Pandeglang. Kitab yang diajarkan kepada santri di Lasem adalah Sedangkan dari Istri yang bernama Hj. Dalalah Al Itqon tentang ilmu al karangan Al Imam yaitu: Hj. Qoyimah dan KH.Mujtaba Dimyati. As Suyuthi selama 3 bulan sampai tamat. KH. Muhtadi Dimyati yang merupakan anak Kedelapan, PP Bangkalan Madura, disana pertama dari Abah Dimyati adalah salah seorang beliau menghafal Al Quran, dan dianggap telah penerus dan sekaligus saat inilah keberlangsungan memiliki Maqom Al Arif Billah sehingga banyak pondok pesantren tersebut berada di tangan beliau berdatangan para kyai untuk ber-Mushofachah dengan dibantu oleh saudara-saudaranya. Beliau dam Muwajahah dengan Abuya. Kesembilan, dilahirkan pada tanggal 26 Desember 1953. Beliau Tahun 1967 – 1968, Abuya berangkat ke Pondok sejak kecil sudah berkeliling mengikuti jejak Kaliwungu (KH Rukyat) bersama dengan anaknya ayahandanya untuk berguru dan mengaji di yaitu Achmad Muhtadi dengan tujuan agar beberapa pondok pesantren baik yang besar anaknya mengenal pondok pesantren dan maupun yang kecil. Adalah perintah dan pesan mempekahari serta mennghayati kehidupan ayahnyalah yang hingga sekarang ini sangat masyarakat di luar daerah Banten. Di sana ia dipedomani oleh para putera-puterinya untuk mengajarkan Kitab Mughnilmuchtaj. Kesepuluh, selalu ngaji dan ngaji. Karena bekal ngaji dan PP di Yogyakarta selama 3 tahun dengan mendalami ilmu agama yang dimiliki oleh Kyai menghatamkan kitab sebanyak 49 kitab kuning. Muhtadi maka, ketika Kyai Muhtadi telah menginjak Kesebelas, perjalanan dari Jogja ke Cidahu, umur 17 tahun sudah diminta oleh ayahnya untuk singgah di Pekalongan tahun 1974 M, selama 2 mengajar para santri yang ada di pondoknya. Kyai hari dan mengijazahkan Sholawat Al Ismul A’zom. Muhtadi sudah tidak diijinkan oleh ayahnya Kyai Semua guru-guru beliau bermuara pada Dimyati untuk pergi ke mana-mana dan harus Syech Nawawi al Bantany. Dan menurut beliau, menegikuti jejak ayahnya mengajar di pondok para kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria pesantren. Bekal yang dimiliki dengan mengaji di kekhilafahan atau mursyid sempurna, dan setelah tempat lain oleh ayahnya dianggap sudah cukup. Abuya berguru, tak lama kemudian para kiai sepuh Diantara pondok pesantren yang pernah disinggahi wafat. untuk belajar oleh Kyai Muhtadi adalah pondok- Semasa hidupnya, Abuya Dimyati dikenal pondok di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Cirebon sebagai gurunya dari para guru dan kiainya dari dan Tasikmalaya. Yang paling lama adalah di para kiai, sehingga tak berlebihan kalau disebut Pondok Termas, sehingga ilmu-ilmu atau kitab-kitab sebagai tipe ulama Khas al-Khas. Masyarakat yang menjadi bahan rujukan dan diaji di pondok Banten menjuluki beliau juga sebagai pakunya tersebut adalah kitab-kitab yang diajarkan dan diaji daerah Banten, di samping sebagai pakunya oleh Abuya Dimyati selama perjalanan beliau negara Indonesia. Di balik kemasyhuran nama mondok di beberapa pesantren. Abuya, beliau adalah orang yang sederhana dan bersahaja. Dibanding dengan ulama kebanyakan, Kitab-Kitab yang Diajarkan Abuya Dimyati ini menempuh jalan spiritual yang Kitab-kitab apa yang diajarkan di pesantren unik. Beliau secara tegas menyeru: “Thariqah aing Roudlatul ‘Ulum. Dalam bidang fiqih, pesantren mah ngaji!” (Jalan saya adalah ngaji). Sebab, mengajarkan kitab-kitab berikut: Nihayat al-Zain, tinggi rendahnya derajat keulamaan seseorang Safinah al-Najah, Fathul Mu’in, Kasyifat Al-Saja, bisa dilihat dari bagaimana ia memberi Taqrib, Fath al-Qarib, Kifayatu al-Akhyar, Iqna, penghargaan terhadap ilmu. Sebagaimana yang Hasyiyah Bajuri, Minhaj al-Thalibin, Minhaj al- termaktub dalam surat al-Mujadilah ayat 11, bahwa Thullab, Mughni al-Muhtaj, Nihayah al-Muhtaj, Fath Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman al-Wahhab, Minhaj al-Qawim, Sullam al-Taufiq, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Syarah Sittin, Zubad, Mawahib as-Shamad, Riyad Dipertegas lagi dalam hadits nabi, al-Ulama’u al-Badi’ah, Rohabiyah, Bugyah at- Mustarsyidin, waratsatul anbiya’, para ulama adalah pewaris Bidayah Al Hidayah, Al Mahali, Tahrir, Sulam al- para nabi. Ngaji sebagai sarana pewarisan ilmu. Munajat, Uqud al-Lujain, Muhadzab, Fiqh al-Wadih, Melalui ngaji, sunnah dan keteladanan nabi

222 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499 MIMBAR, Vol. 28, No. 2 (Desember, 2012): 219-227

Tuhfatut Tulab, Nailu al-Author, Safinat as-Salah, dalam bidang fiqih antara lain : I’anah Athalibin, Sulam as- Safinah. Dalam bidang ushul fiqih Tarsyih ak – Mustafidin, Kifayatu al-Akhyar, Lqna, meliputi Waraqat/Syarah Al-Waraqat, Hasyiyah Bajuri, Busyra al-Karim, Tausyikh lbnu Lathaifulisyarah, Gayatulwusul, Jam’ul Jawami’, Qosim, Muraqah Su’udittasdiq, Mawahib as- Lubbul Usul, Al Luma’, Al-Asybah wa Al-Nadhair. Shamad, Kifayah al Mubtadiin, Inaratuffaji, Riyad Dalam bidang Nahwu terdiri dari: Matan/Syarh al-Badi’ah, Bugyah at- Mustarsyidin, Tarih Tasyri’, Jurumiyah, Mukhtasar Jiddan, Mulhatul’irab, ‘lmriti, Mizan Al Kubra, Muhadzab, Fiqh al-Wadih, Fath Alfiyah lbnu Malik, Mutamimah, Qowaidul l’rab, at- Jawad, Bahjat al-Wasail, Tuhfatut Tulab, Safinat Awamil, Fathu Rabul Bariyyah, Al Kawakib al- as-Salah. Dalam bidang ushul fiqih antara lain : Duriyyah, Qatrun Nada, Alfiyah Khudari, Syuzurud Zubad, Bidayatul Uusul, Bidayat Ak Mujtahid. dahab. Dalam bidang sharaf diajarkan kitab-kitab: Nahwu antara lain : Awamil, Jamiu al Durus, Al Nadom Maqsud, Kitabu Tasrif, Kailani, Matan Kawakib al-Duriyyah, Alfiyah Khudari, Syuzurud Kailani, Al Bina Wal Asas, Tashilul Amani, Kafrawi, dahab. Balaghoh antara lain : Al Balaghoh Jauharul Mugni Labib. Dalam bidang balaghoh meliputi : Maknun, Al Lubab Al Mashun, Uquduj Zuman, Matan Jauharul Maknun, Syarah Jauharul Maknun, Syuzur az Zahahab, Al Bayan. Tafsir antara lain : dan Uquduj Zuman. Showi, lbnu Kasir, Baidowi, Jamiul Bayan/Tabari, Bidang tafsir diajarkan Jalalain, Munir, lbnu Al Kazin. Ilmu tafsirit antara lain : Tibyan fi Kasir, Tafsir Yasin, Al Tahbir, Baidowi, Jamiul Bayan/ AdabiHamalatil Quran, Asbabun Nuzul, Al ltqan. Tabari, Al Kazin. Dalam ilmu tafsir terdiri atas : Hadits dan ilmu hadist antara lain : Tashilul Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran, Asbabun Nuzul, Turuqot, Tanqihul qaul, Minhaj Dzawinnazhar, Ilmut Tafsir, Al Burhan fi UlumilQur’an, Al ltqan, Alfiyah Suyuti, Ilmu Diroyah, Subulus salam, Itmamu Diraya. Dalam bidang hadits dan ilmu Ibanatul Ahkam, Sunan Tirmizi, Sunan Nasal, hadits adalah : Arba’in nawawi, Tanqihul qaul, Sunan Abu daud, Sunan lbnu Majah, Fathul Barri, Riyadussalihin, Adzkarunnawawi, Sahih Buchori, Al jami’ As Sagir. Tauhid antara lain : Nuruz Zulum, Durratunnasihin, Syarah NadzomBaiquniyah, Aqaidu Diniyah, Kharidatul Bahiyah, Husnul Minhaj Dzawinnazhar, Alfiyah Suyuti, Al Muwato, Hamidiyah, Hudhud, Syarqowi, Usuluddin. Tasawuf Usfuriyah, Majalisus Saniyah, Tanqihul Qaul, Sunan antara lain Tanwirul Qulub dan akhlak antara lain: Tirmizi, Sunan Nasal, Sunan Abu daud, Sunan lbnu Washaya, ‘Idotunnasi’in, ‘Usfuriyah. Majah, Sahih Muslim, Al jami’ As Sagir. Pesantren Raudlatul ‘Ulum mengajarkan Metode Pengajaran tauhid meliputi: Matan Tijanuddirari, Syarh Kurikulum di pesantren tidak distandarisasi, Tijanuddirari, ‘Aqidatul Awam, Umul Barahin, oleh sebab itu bisa berbeda pesantren satu dengan Sanusiyah, Syu’bun Iman, Qatrul Gais, yang lainnya. Pesantren Roudlotul Ulum ini Qamiuttugyan, Kifayatul Awam, Bahjatul Wasail, menggunakan arah kiblat yang diprakarsai oleh Nuruz Zulum, Daqaiqul Akhbar, Kharidatul Bahiyah, Abuya KH. Dimyati, Alm. (ayah kiai KH. Muhtadi) Fathul Majid, Dasuki, Hudhud, Syarqowi, Usuluddin. dimana dari kecil KH. Muhtadi tidak pernah belajar Dalam bidang tasawuf diajarkan: Hikam/Syarh, dari kiai manapun kecuali dari ayahnya sendiri. lhya Ulumuddin, Risalah Muawanah, Pengajian dilakukan setiap hari walaupun tidak Nasaihuddiniyah, Sirajuttalibin, Bidayatulhidayah, terjadwal seara khusus. Apapun materi yang Tanwirul Qulub, Salalimul Fudhala, Irsyadul Ibad, diajarkan oleh Kyai disampaikn pada saat santri Kasyfus Saja, Dalilul Khairat, Hidayatul Adkiya, sudah berada di aula untuk belajar atau ngjai. Sairus Salikin, Hidayatus Salikin, Tanbihul Gafilin, Kitab-kitab yang diajarkan adalah kitab –kitab yang Mudrajus suhud, Irsyad al Fuhul, Zurratun Nasihin, pernah diajarkan oleh Kyai Dimyati semasa beliau Sabilul Izkar, Mauizatul Mu’minin, Insan Kamil, Al masih hidup dan KH. Muhtadi mengikuti jejak Maftuhah Arabi, Fathu Rabb Al bariyah. Dan dalam ayahnya. Dulu banyak kiai yang terkenal sebagai bidang akhlak diajarkan: Matan/syarahTa’limulmu spesialis keilmuan tertentu, seperti kiai yang ahli ta’allim, Ahlak lil Banin, Akhlak lil Banat, dibidang fiqh, kiai yang ahli dibidang tafsir itupun Munadorotul walidiyah, Wasaya, ‘Idotu nnasi’in, tidak disistematisir menjadi sebuah kurikulum ls’adur Rafiq, Tafrihatul Wildan, Wa saya, Nasaihul dalam pengertian, bebas saja kiai tersebut Ibad, Qamiut Tugyan, Taisirul Khalaq, Nazmul membaca kitab apa saja. Tanpa kurikulum, Matlab, Nazmul , Tahliyah, Makarjmul seseorang bisa menjadi ahli dibidang keilmuan Akhlak, Washiyah Al Mustofa. tertentu, itulah spesifikasi pendidikan di pesantren. Diantara kitab kitab tersebut yang diajarkan Itu menjadi keunggulan pesantren ketika dapat oleh kyai tidak semuanya dibaca oleh santri, atau melahirkan seorang yang ahli atau pakar. sebaliknya apabila kyai tidak mengajarkan sebuah Menggunakan sistem pengajaran kitab namun santri merasa membutuhkan maka bandongan. Dalam sistem ini kelompok santri mereka akan melakukan Mutholaah. berkumpul lesehan di sebuah aula yang telah Pesantren Raudlatul ‘Ulum disediakan, lalu santri mendengarkan kiai menyelenggarakan mutholaah kitab antara lain:

‘Terakreditasi’ SK Dikti No.64a/DIKTI/Kep/2010, berlaku 1-11-2010 s.d. 1-11-2013 223 FAIQOH. Pengajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Roudlotul ‘Ulum Cidahu Pandeglang membaca kitab, menterjemahkan (dengan bahasa kokoh. Oleh karena itu, pandangan kalangan Jawa atau bahasa daerahnya), menerangkan, pesimis ditolak oleh kalangan pesantren Salafiyah. sering kali mengulas dengan keterangan dan Hal senada juga disampaikan oleh pimpinan sumber sumber dari kitab-kitab lain. Dalam pesantren Roudlotul ‘Ulum bahwa biarpun menjelaskan sebuah materi yang terdapat di merupakan pondok tradisional yang notabene sebuah kitab tidak jarang kiai memberikan pondok kampungan, tetpai pada kenyataannya penjelasan yang berkait dengan tatanan dan banyak diminati oleh para santri terutama mereka perilaku di masyarakat. Sehingga apa yang yang ingin memperdalam ilmu nya terutama disampaikan dapat menjadi sebuah pelajaran belajar kitab kuning. Meskipun pengasuh dan yang sangat berharga bagi para santri sebagai pimpinan tidak pernah membuat catatan tertulis bekal menjadi evaluator dan memberikan kritik sebagi bukti otentik kepada masyarakat, tetapi membangun tentang keadaan sosial, ekonomi, mereka yakin bahwa santri di pondoknya setiap politik, pemerintah sesuai dengan tema materi yang tahun mengalami kemajuan baik dari segi kuantitas sedang dibaca kiai. jumlah santrinya maupun kualitas pengajian yang Setiap santri memperhatikan kitabnya dilakukan. Apa yang terjadi terhadap rekruitmen masing-masing dan membuat catatan-catatan santri di pondok pesantren ini? Kiai mengatakan (baik arti per kata, maupun keterangan kiai) yang bahwa santri yang datang kesini adalah mereka dianggap penting dan diberi catatan di tepi kitab yang ingin mendapatkan ligitimasi keilmuan kitab kanan atau kiri, sedangkan terjemahannya ditulis kuning, semakin banyak kitab yang dikuasai maka dibawah teks kitab dengan huruf Arab dengan disitulah keilmuan santri merasa dirinya makin bahasa Arab yang searti dengan kata-kata mantap. Santri yang datang di Roudlotul Ulum diatasnya atau dengan bahasa arab jawa atau arab memiliki latar belakang pendidikan yang sudah sunda dan ditulis miring. mengantongi ijazah formal baik setara Mts/SMP, Sistem pengajaran juga menganut prinsip Aliyah/SMA bahkan lulusan S1. Pola belajar di dan pendirian bahwa ilmu itu ada didalam dada pesantren yang seperti ini menurut kiai mempunyai bukan didalam tulisan (Al-Ilmu fisshudur la dampak yang positif karena mereka mempunyai fisshuthur) oleh sebab itu menurut kiai KH. kosentrasi yang luar biasa, tidak berbagi dengan Muhtahdi bahwa pendidikan karakter (character pendidikan formal atau keinginan dipendidikan for- building) sudah dilakukan oleh pesantren sejak dulu mal. kala. Saat ini pemerintah sedang mempunyai Para santri yang mondok di Cidahu pada masalah besar tengan pembentukan karakter umumnya sudah mengalami mesantren di berbagai bangsa yang mestinya pemerintah belajar dari tempat dan pernah belajar kitab kuning pesantren. sebelumnya. Itu adalah sebuah persyaratan karena kyai tidak akan memberikan pengajian dari awal Santri yang Belajar atau tidak ada pengajian untuk pemula. Diantara santri yang diwawancari, mereka pada umunya Kalangan yang pesimis berpendapat bahwa sudah pernah mondok di daerah Jawa Timur dan pondok pesantren salafiyah merupakan Jawa Tengah. Motivasi mereka melanjutkan pendidikan tradisional yang eksklusif sehingga sulit mondoknya di tempat ini diantaranya karena : 1) berkembang di tengah-tengah masyarakat. Ingin mengembangkan dan meneruskan ngaji kitab Alasannya adalah bahwa selama ini pola kuning pada umumnya dan khususnya untuk pendidikan yang diselenggarakan terlalu lamban kepentingan pribadi yaitu memperbaiki diri dan untuk melahirkan sosok lulusan yang diharapkan mengamalkan ilmu yang telah diperoleh selama masyarakat. Pondok pesantren yang memadukan mondok nantinya di masyarakat, 2) Ingin mengikuti pengakaran agama dan pengajaran umum akan jejak kyai, 3) Menjaga dan ikut serta dalam lebih eksis, sebab dinilai memiliki kemampuan mencerdaskan bangsa, 3) Kitab-kitab yang adaptabilitas sosial (Rofa’I, 1994). Sedangkan diajarkan tidak semua diajarkan di pondok lain, untuk kalangan yang optimis berpendapat sedangkan kitab Fiqh sebagai fokus pengajiannya sebaliknya. Pondok pesantren salafiyah sebagai berada di atas pondok yang lain. lembaga pendidikan dan pemberdayaan masyarakat sampai kapanpun akan tetpa eksis, Kompetensi Ustadz dalam Pembelajaran sebab memiliki karakteristik tradisional asli Indo- Pesantren ini telah melahirkan santri, kyai nesia (indigeneous) unik dan kehadirannya dan ulama besar yang tersebar di pelosok negeri dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan ini baik di sekitar Banten maupun di luar Banten. pendidikan bagi masyarakat khususnya masyarakat Para kyai ini diharapkan mampu mempertahankan pedesaan. Interkasi yang intens, harmonis, saling dan menyebarkan hakikat ajaran Islam, dari mulai membutuhkan dan menguntungkan antara pondok tauhid hingga muamallah. Seorang santri dan kelak pesantren salafiyah dengan masyarakat akan menjadi ustadz haruslah pandai-pandai menjadikan pesantren ini semakin mantap dan membaca figur seorang kyai (ulama) dan mengikuti

224 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499 MIMBAR, Vol. 28, No. 2 (Desember, 2012): 219-227 jejak kyai untuk bisa mengajar dan meberikan tetapi santri memiliki pustaka pribadi di kobongnya. pengajian sebagai pengganti kyai terutama dalam Pustaka adalah sarana dan prasana penting di pengajaran kitab kuning. pesantren yang harus mendapat perhatian dari Dikatakan bahwa para ustadz yang pemerintah. mengajar di Pondok Pesantren ini harus memiliki Santri yang mondok tidak dipungut biaya yang sungguh-sungguh dalam mengajarkan kitab sepeserpun. Pada saat mondok, mereka hanya kuning. Sebab apabila ustadz tidak memiliki diwajibkan ngaji dan ibadah saja kecuali hanya komptensi yang tinggi dalam mengajarkan kitab sesekali apabila diperlukan dan santri yang ingin kuning dan santrinyapun tidak bersungguh- berhidmat. Mereka diharuskan masak/ngliwet sungguh dalam mengkaji kitab kuning, maka sendiri, tidak boleh makan di warung, hal tersebut pondok pesantren tersebut mengajarkan agama diharuskan karena merupakan suatu unsur Islam kepada santrinya tidak bersumber dari khidmat terhadap ilmu yang sedang dipelajarinya penjelasan dan pemahaman melalui sumber yang yang sedang membutuhkan energi badaniyah sebenarnya, yaitu kajian kitab-kitab kuning. Hal dalam mengaji, sedangkan jajan atau makan di ini sangat membahayakan jika seorang santri yang warung merupakan hal yang tercela bagi yang masih berusia muda mengkaji agama Islam melalui sedang mencari ilmu. Mereka diwajibkan penjelasan dan pemahaman yang tidak bersumber berakhlakul karimah seperti harus selalu dari kajian kitab-kitab kuning. mengenakan sarung dan baju berlengan panjang.

Sarana dan Prasarana Evaluasi dan Penilaian Berbeda dengan pondok modern yang Yang berlaku di pondok pesantren ini adalah dilengkapi dengan fasilitas lengkap dari mulai bahwa Kiai tidak melakukan evaluasi dan mengukur kamar atau asrama santri, ruang kelas atau aula, kemampuan santri tetapi kiai lebih memperhatikan peralatan belajar dan lain sebagainya, dalam hal tingkah laku ketekunan santri disaat belajar dan sarana dan prasarana pengajian bagi pondok ini ini sesuai dengan pandangan kyai saja. Dalam tidak ada yang perlu dipamerkan. Semuanya serba pelaksanaan pengajarannya pihak pondok dalam minim. Para santri kesehariannya berada di hal ini kyai memegang prinsip tidak ada paksanaan asrama yang disebut kombong. Pesantren ini terhadap santrinya untuk belajar kitab tertentu. memiliki kombong sebanyak 13 yang terdiri atas Artinya para santri diberi kebebesan untuk kombong Cau, Sawah, Sampurna, Merpati, menentukan pilihannya sendiri dalam hal Prinsip, Darul Ayyam, Asmuni,Gede, Baru, Majlis, menspesilaisaikan kemampuan atau keilmuannya. Cigarawa A, Cigarawa B dan Cigarawa C. Masing- Urut-urutan kitab yang disusun menurut masing kombong ditempati oleh sekitar 25 sampai urutan ataupun tingkatan kitab, menurut kiai tidak dengan 30 santri. Tempat belajar yang perlu karena santri diberi kebebasan membaca dipergunakan untuk ngaji adalah sebuah aula besar sebanyak-banyaknya kitab oleh sebab itu di yang dapat menampung seluruh santri dan tidak pesantren baik di Jawa maupun di tempat KH. dilengkapai dengan sarana pembelajaran seperti Muhtadi ini tidak membuat urutan kitab White Board, Komputer, Laptop apalgi LCD. Proses berdasarkan popularitas kitab-kitab yang dibaca pembelajaran atau pengajian dilakukan dengan di pesantren bahkan kiai senang apabila santri bisa sangat tradisional dimana dalam pengajian santri membuat tingkatan kitab yang berbeda dengan hanya bermodalnya kitab, buku dan ballpoin kiainya. sebagai sarana mencatat penjelasan dari ustadz. Dalam menjaga keaslian Syariat Islam dan Tidak ada aktivitas yang bersifat administrasi mendalami Kitan Fiqh, kitab yang menjadi rujukan seperti papan form absensi, buku rekap nilai adalah kitab Madzhab Al Imam Syafi’i yang berjudul santri, daftar registrasi santri dan sebagainya yang Al Umm. Sedangkan Kitab Hadits yang diajarkan biasanya dibutuhkan oleh sebuah lembaga adalah yang disebut dengan Kutubus Sittah terdiri pendidikan atau sebuah organisasi. Meskipun tidak atas : Shohih Al Bukhori, Shohih Muslim,Sunan Abu ada catat administrasi tetapi larena kepandaiannya dawud, Sunan Ibnu Majah, Sunan At Turmudzi, KH Muhtadi tidak pernah lupa siapa yang absen dan Sunan An Nasai. dalam pengajiannya. Pengajaran Kitab Kuning Menurut KH Muhtadi, ketika kyai mengajar beliau memilih kitab yang akan dibaca dan kitab- Pondok Pesantren Salafiyah merupakan kitab tersebut sudah tersiapkan di ruang belajar jenis pondok pesantren yang hanya yaitu di sebuh ruangan yang pinggirnya sudah ada mengutamakan pengajian kitab dan tidak tempat para santri menaruh kitab. Selain itu para menyelenggarakan pendidikan formal atau pondok santri juga sudah mengoleksi kitab-kitab di pesantren yang berorientasi mengajarkan kobongnya masing-masing. Jadi pesntren ini tidak pengetahuan agama sepenuhnya (tafaqquh fil memiliki perpustakaan yang bisa dibaca santri addin) dengan metode sorogan atau bandingan.

‘Terakreditasi’ SK Dikti No.64a/DIKTI/Kep/2010, berlaku 1-11-2010 s.d. 1-11-2013 225 FAIQOH. Pengajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Roudlotul ‘Ulum Cidahu Pandeglang

Pondok pesantren salafiyah sering dikategorikan santri, mengajarkan dan mengkaji kitab kuning sebagai pondok pesantren tradisional karena lebih dalam bentuk terjemahan Bahasa Indonesia atau menekankan kepada pengajaran kitab kuning. bahasa lain, ini merupakan suatu presedn buruk. Pondok Pesantren Roudlotul “Ulum, Cidahu, Hal ini sangat membahayakan jika seorang santri Pandeglang merupakan pondok pesantren Salaf yang masih berusia muda mengkaji agama Islam yang sangat memegang teguh prinsip melalui penjelasan dan pemahaman yang tidak kesalafiyahannya sehingga seluruh pengajaran bersumber dari kajian kitab-kitab kuning. Misalnya, hanya berfokus pada pengajaran kitab kuning, mereka mengajarkan agama Islam kepada hafalan al-Quran, Wirid-wirid tertentu dan lainnya santrinya melalui penjelasan dan pemahaman dan tidak menerapkan sistem penjenjangan atau mereka sendiri, atau melalui buku-buku tingkatan pendidikan bagi para santrinya yang terjamahan. artinya tidak ada pembagian kelas, dimana semua santri bergabung menjadi satu dalam satu majlis. Simpulan dan Saran Pengajaran di pesantren ini lebih dominan Pondok pesantren Roudlotul “Ulum, Cidahu, kepada pelajaran Fiqh dan tasawuf. Sistem Pandeglang, Banten merupakan pesantren pendidikan yang dianut sangat simple tidak bertipologi salafiyah yang masih tetap terkontaminasi oleh pihak atau orang lain. Sistem mempertahankan sistem pendidikan salafiyahnya, Pengajaran yang diterapkan di pesantren ini adalah yaitu dimana pengajaran utamanya adalah kajian (1) Sangat memberikan kepercayaan kepada para kitab kuning dalam bentuk metode bandongan, dan santrinya dan Kyai tidak menetapkan sebuah pondok ini diupayakan tidak terkontaminasi dari standar dalam memberikan materi, sehingga santri perubahan jaman dan era globalisasi yang boleh mengikuti pengajian apa saja; (2) Lamanya mendunia. santri belajar tidak dibatasi, sampai kapanpun Didirikan oleh seorang ulama besar yang santri belajar tidak diberi batas waktu; (3) memiliki kharisma yang tinggi dan ilmu yang tidak Pesantren Cidahu tidak ada aturan khusus yang tertandingkan khususnya tentang pengajaran ilmu ketat sehingga sntri merasa betah tinggal di fiqh. Prinsip beliau adalah ngaji dan beribadah. pondok. Waktunya hanya dihabiskan untuk mengaji kitab Jangankan peraturan, pesantren ini tidak kuning dan mengajar. Sebagai pesantren yang seperti pesantren-pesantren yang lain di Jawa berpegang teguh pada ajaran Ahli Sunnah yang memiliki kantor, humas, struktur organisasi Waljamaah, terus mengajarkan ilmu kepada dan sebagainya. Meskipun demikian, ngaji dan santrinya sebagai bentuk dari kaderisasi ulama aktivitas pesantren yang lain bisa berjalan dengan yang dirasa saat ini sudah mulai bergeser dan lancer tanpa ada hambatan jika. Semua berkurang baik dari segi kualitas maupun didasarkan atas kesepakatan-kesepakatan dan kuantitasnya. kesadaran. Para santri memiliki nalar yang cukup Kemandirian pesantren Roudlotul Ulum baik ceat mengerti dan menyerap , tradisi, (tanpa minta bantuan kepada pemerintah) dan kesepakatan yang sebenarnya semua itu walaupun kondisi pesantren sangat sederhana, sudah masyhur dalam aturan yang baku di dalam ditandai dengan tidak anggaran khusus yang syara’ dan pekerti para ulama (tasawuf). Sebagai dikelola oleh pesantren. Santri tidak dipungut biaya. contoh, jarak antara pondok putera dan puteri Kehidupan pesantren hanya mengandalkan rahmat hanyalah beberapa jengkal. Biarpun begitu jendela dari Allah SWT. Dalam hal pembelajaran kitab kamar pondok putera tidak pernah dibuka. kuning santri tidak dibatasi harus ikut mengaji Kalaupun dibuka hanya sedikit sekedar untuk dengan kitab-kitab tertentu maka santri dapat ventilasi, Para santri sangatlah sadar dan mahfum memilih kitab yang diminati yang sesuai dengan bahwa membuka jendela dan melirik santri puteri kemauan santri. Oleh sebab itu apabila ada taruhannya adalah boyong (dipulangkan tidak pertanyaan ke santri pasti berbeda-beda kitab yang hormat). dipelajari dengan kyai Muhtadi. Di era globalisasi yang serba maju dan canggih ini orang cenderung memilih kepada segala hal yang memudahkan. Mengaji kitab Daftar Pustaka kuning dengan teks asli berbahasa Arab bagi sebagian santri dirasa cukup sulit dan Azra, A. (2002). “Kitab Kuning: Tradisi dan membutuhkan waktu yang agak lama. Sebagai Epistemologi Keilmuan Islam di Indonesia”, bentuk tindakan preventif (walaupun cukup , Pendidikn Islam: Tradisi dan membahayakan), sekarang ini kecenderungan Modernisasi Menuju Milenium Baru”, Jakarta, menerjemahkan sebagain kitab kuning ke Bahasa Logos. Indonesia atau bahasa lain sudah menjadi sebuah trend di masyarakat. Sebenarnya hal ini merupakan Bafadal, F.A.R. dan Syatibi, M. (2006). Pergeseran sebuah kemunduran. Ketika para ustadz dan Literatur Pondok Pesantren Salafiyah di Indo-

226 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499 MIMBAR, Vol. 28, No. 2 (Desember, 2012): 219-227

nesia, Departemen Agama Ri, Badan Litbang Mahfudz, S. (2002). Nuansa Fiqh Sosial, dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan. Yogyakarta: LkiS. Bruinessen, M.V. (1999). Kitab Kuning, Pesantren Mochtar, A. (1999). “Tradisi Kitab Kuninng: Sebuah dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indone- Observasi Umum,” dalam Marzuki Wahid, dkk. sia, Bandung, Mizan. (penyunting), Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, Dhofier, Z. (1985). Tradisi Pesantren: Studi tentang Bandung, Pustaka Hidayah. Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. Qomar, M. (2005). Pesantren, dari Transformasi Basri, H dkk. (2011). Survey Pengajara Kitab Kuning Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, di Pondok Pesantren, Jakarta, Puslitbang Jakarta: Penerbit Erlangga. Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Rofa’i. (1994). Reorientasi Wawasan Pendidikan: Mengupayakan Sebuah Pondok Pesantren Basri, H dkk. (2012). Pergeseran Orientasi Transformasional. Dalam Yunahar Ilyas, Pendidikan Pesantren, Jakarta, Puslitbang Muhamadiyah dan NU Reorientasi Wawasan Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Keislaman. Yogyakarta: LPPI UMY, LKPSM dan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Pondok Pesantren Al Muhsin. Mastuhu. (1994). Dinamika sistem Pendidikan Wahid, A. (2010). Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, INIS, Jakarta. Pesantren, Yogyakarta, LkiS.

‘Terakreditasi’ SK Dikti No.64a/DIKTI/Kep/2010, berlaku 1-11-2010 s.d. 1-11-2013 227 FAIQOH. Pengajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Roudlotul ‘Ulum Cidahu Pandeglang

Formulir Berlangganan MIMBAR

Saya ingin berlangganan untuk (lingkari yang diperlukan):

Edisi sekarang dan sebelumnya Jumlah eksemplar

 Volume XXVII Nomor 1 - 2011 ……… eksemplar.  Volume XXVII Nomor 2 - 2011 ……… eksemplar.  Volume XXVIII Nomor 1 - 2012 ……… eksemplar.  Volume XXVIII Nomor 2 - 2012 ……… eksemplar.

Edisi selanjutnya Jumlah eksemplar  Selama satu tahun ……… eksemplar.  Selama dua tahun ……… eksemplar.  Selama tiga tahun ……… eksemplar.

Pembayaran dilakukan melalui:

 Transfer (Fotokopi bukti transfer dilampirkan bersama Formulir ini).  Rekening: Bank BNI No. 0302265182. Atas nama: Dadi Ahmadi

Data Pelanggan

Nama : ………………………………………………………………......

Alamat : ………………………………………………………………......

: ………………………………………………………………......

Telp/HP : ………………………………………………………………......

E-mail : ………………………………………………………………......

Keterangan: Harga langganan per eksemplar Rp 80.000,00 (belum termasuk ongkos kirim). Jurnal MIMBAR terbit dua kali dalam setahun. Bila telah diisi lengkap, mohon Formulir ini dimasukkan amplop beserta bukti pembayaran dan dikirimkan ke alamat: Jurnal Sosial dan Pembangunan MIMBAR. Jl. Tamansari No. 20 Bandung 40116, Telp. (022) 4203368, Pes. 153,154, 155 Faks. (022) 4263895. surel: [email protected] atau [email protected]. Permohonan langganan dapat juga dilakukan via pos, e-mail, atau telepon.

Tanda Tangan Pelanggan

______

228 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499