PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SEJARAH MARGA SALEMURAT DI SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI PROVINSI SUMATERA BARAT

MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Eujenius Salemurat NIM: 131314001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan makalah ini untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa setia menyertai

dan memberi kekuatan jasmani dan rohani.

2. Keluarga besar Salemurat yang telah memberikan dukungan dalam

bentuk: doa, semangat, motivasi dan kasih sayang yang tulus.

3. Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) yang telah memberikan

beasiswa dan perhatian kepada penulis selama studi di Pendidikan

Sejarah Universitas Sanata Dharma.

4. Teman-teman Sejarah angkatan 2013 yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan makalah ini.

5. Almamater penulis : Universitas Sanata Dharma.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Anda tidak HARUS hebat untuk bisa memulai sesuatu, tetapi anda harus

MEMULAI sesuatu untuk bisa menjadi bisa”

“Kasih mengalahkan segalanya”

(Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan/ KBKK)

“Gitu aja koq repot”

(Gusdur)

“Kita harus menerima tanggung jawab, atas setiap tindakan kata dan pikiran

sepanjang hidup kita”

(Eujenius Salemurat)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

SEJARAH MARGA SALEMURAT DI SIBERUT SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI PROVINSI SUMATERA BARAT

Eujenius Salemurat Universitas Sanata Dharma 2018

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: 1) Asal-usul Marga Salemurat; 2) Struktur Sosial Masyarakat Marga Salemurat di Siberut Selatan; 3) Dinamika Kehidupan Masyarakat Marga Salemurat di Siberut Selatan. Tulisan ini disusun dengan menggunakan metode sejarah yang mencakup lima tahapan yaitu perumusan judul, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sumber), interpretasi, penulisan sejarah. Penulisan ini menggunakan pendekatan sosial budaya dan ditulis secara deskriptif analitis. Hasil tulisan ini menunjukkan 1) Asal mula orang Mentawai belum diketahui secara pasti keberadaannya tetapi teteu (nenek moyang) Marga Salemurat diduga berasal dari Simatalu, Siberut Utara. Uma Marga Salemurat bermukim di perairan sungai Sarereiket di Desa Madobag, Dusun Ugai Kecamatan Siberut Selatan; 2) Struktur sosial masyarakat Marga Salemurat berdasarkan Uma. Marga Salemurat sampai saat ini masih menerapkan sistem kekerabatan Patrilineal atau sistem keturunan yang ditarik dari garis ayah; 3) Dinamika kehidupan masyarakat Marga Salemurat dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu sistem kepercayaan, sistem kesenian dan sistem ekonomi. Sistem kepercayaan masyarakat Marga Salemurat masih memegang teguh Arat sabulungan, kepercayaan animisme sampai saat ini, sedangkan sistem kesenian dan sistem ekonomi masih tergantung pada alam.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

THE HISTORY OF THE TRIBE OF SALEMURAT IN SOUTH SIBERUT MENTAWAI ISLANDS REGENCY OF WEST

Eujenius Salemurat Universitas Sanata Dharma 2018

This paper aims to describe the three principal issues, namely: 1) the origins of the tribe Salemurat; 2) the social structure of society of the tribe Salemurat in southern Siberut; 3) the dynamics of community life of the tribe of Salemurat in Southern Siberut.

This paper was compiled by using the method of history that includes five phases, namely the formulation of the title, the collection of sources, verification (source criticism), interpretation, the writing of history. Study employed a socio- cultural approach and is written in a descriptive analytical.

The results of this paper shows 1) origin of the is not yet known for certain of its existence but teteu (ancestors) tribe of Salemurat thought to derive from Simatalu, Northern Siberut . Uma Salemurat tribe has lived in the waters of the Sarereiket River in the village of Madobag, South of Siberut Subdistrict Ugai Hamlet; 2) the social structure of society of the tribe of Salemurat based on Uma. Tribe Salemurat still applies a Patrilineal people or kinship system that is the system of lines drawn from the father; 3) the dynamics of community life of the tribe of Salemurat can be seen from several aspects, namely belief systems, economic systems and the art system. Tribe Salemurat belief system still holds firm Arat sabulungan, animism to date, while the art system and the economic system still depends on nature.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Suku Salemurat di Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat” dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selama menyelesaikan makalah ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Ignatius Bondan Suratno, S.Pd, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan saran dan dorongan untuk menyelesaikan makalah ini. 4. Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah. 5. Seluruh dosen dan staff karyawan Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pelayanan prima selama perkuliahan. 6. Kedua orang tua tercinta (Bapak Agustinus Salemurat dan Ibu Marianna Saruruk) yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang dengan tulus. 7. Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) yang telah memberikan perhatian, kasih sayang dan cinta kepada penulis selama studi di Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma. 8. Romo I.L Madya Utama, SJ sebagai bapak rohani penulis yang mendampingi penulis selama studi di Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii PERSEMBAHAN...... iv MOTTO...... v PERNYATAAN DAN KEASLIAN KARYA...... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...... vii ABSTRAK...... viii ABSTRACT...... ix KATA PENGANTAR...... x DAFTAR ISI...... xii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 4 C. Tujuan Penelitian ...... 5 D. Manfaat Penelitian ...... 5 E. Sistematika Penulisan ...... 6 BAB II ASAL-USUL MARGA SALEMURAT ...... 7 A. Geografis Pulau Siberut ...... 7 B. Kemunculan Marga Salemurat ...... 13 BAB III STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT MARGA SALEMURAT A. Uma Marga Salemurat ...... 18 B. Sistem Kekerabatan Marga Salemurat ...... 24 BAB IV DINAMIKA KEHIDUPAN MASYARAKAT SALEMURAT A. Sistem Kepercayaan Marga Salemurat...... 33 B. Sistem Kesenian Marga Salemurat...... 45 C. Sistem Ekonomi Marga Salemurat ...... 49

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V PENUTUP...... 56 A. Kesimpulan ...... 56 DAFTAR PUSTAKA ...... 60 LAMPIRAN...... 63

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Silabus……………………………………………………………. 63 Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………………………. 72

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah merupakan Negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut.

Dengan jumlah penduduk 200 juta orang yang tinggal tersebar di pulau-pulau menambah kuat ikatan kesukuan. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi, mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Sampai saat ini, Indonesia masih masuk dalam daftar negara berkembang. Di dalamnya terdapat daerah-daerah yang memiliki budaya yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas tertentu. 1

Masyarakat Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa yang terdapat di berbagai pulau di Nusantara. Keanekaragaman suku bangsa di

Indonesia dikaitkan pada motto yang tercermin dalam lambang Negara Indonesia, yaitu “Bineka Tunggal Ika”. “Bineka Tunggal Ika” pada lambang Negara

Indonesia menunjukkan seolah-olah terdapat suatu antitesis, yaitu Indonesia

1Meinarno, Eko A, dkk, Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat, Jakarta, PT Salemba Humanika, 2011, hlm. 110.

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

mempunyai keragaman budaya yang kaya, tetapi di balik keragaman itu terdapat suatu kesatuan dasar yang mengaitkan tradisi-tradisi lokal yang berbeda-beda.

Kesatuan ini menjadi nyata dalam perjuangan mencapai kemerdekaan, di dalam pembentukan bahasa nasional dan memformulasikan Pancasila. Di samping itu, terdapat pula pola-pola dasar kebudayaan Indonesia yang umum yang berakar pada masa-masa perkembangan yang lebih awal. 2

Keberagaman suku bangsa merupakan sumber kebudayaan nasional. Suku bangsa adalah suatu kelompok masyarakat yang terikat kesatuan budaya, bahasa dan tempat tinggal. Oleh karena itu, setiap suku bangsa memiliki bahasa yang berbeda. Tradisi dan kebudayaan juga berbeda, misalnya suku Minangkabau yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Mereka menggunakan bahasa dan budaya

Minang. Suku Minang berbeda dengan suku lainnya di Indonesia. Minangkabau terletak di pantai Sumatera yang dahulu disebut Padangse Boverlande. Daerah asal kebudayaan Minangkabau kira-kira seluas daerah Provinsi Sumatera Barat sekarang, dengan dikurangi daerah Kepulauan Mentawai. 3

Berbicara mengenai Minangkabau bukan berarti menonjolkan sukuisme, tetapi membicarakan salah satu bagian dari suku bangsa Indonesia serta membicarakan salah satu corak dari kebudayaan nasional yang ber-Bineka tunggal

Ika. Provinsi Sumatera Barat adalah salah satu provinsi secara administratif pemerintah RI, sedangkan Minangkabau adalah teritorial menurut kultur

2 Persoon dan Schefold, Pulau Siberut, Pembangunan Sosio-ekonomi Kebudayaan Tradisional dan lingkungan hidup, Jakarta, Bhratara Karya Aksara, 1985, hlm, 13. 3 Koentjaraningrat, Ritus Peralihan di Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka, 1985, hlm. 147.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Minangkabau yang daerahnya jauh lebih luas dari Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi. 4

Kepulauan Mentawai secara administratif menjadi salah satu kabupaten yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Barat sebagaimana tercantum dalam UU

No. 49 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Terdiri dari empat pulau besar, yaitu Siberut, Sipora Pagai Utara, dan Pagai

Selatan, serta 40 Pulau kecil. 5

Dalam perjuangan untuk menjadi sebuah kabupaten didasari atas kekhususan kebudayaan Mentawai dengan memperhatikan letak geografinya yang sangat sulit dan rawan jika dibangun oleh sebuah pemerintahan yang jauh dari kepulauan Mentawai. Maka untuk mempermudah serta meratanya pembangunan, perlu dibentuk sebuah pemerintahan kabupaten di Kepulauan Mentawai.

Kebudayaan suku Mentawai sangat jelas berbeda dengan Minangkabau. 6

Bagi suku Mentawai, sistem kekerabatannya menganut sistem patrilineal sedangkan suku Minangkabau menganut sistem matrilineal. Kedua sistem kebudayaan ini tidak bisa disatukan. Jika disatukan dengan tujuan menghilangkan salah satu kebudayaan maka menjadi sebuah pelanggaran Hak Asasi Manusia dan filosofis bangsa Indonesia.7 Sebenarnya baik pemerintah pusat maupun pemerintahan provinsi harus bisa mengambil suatu kebijakan dan memfasilitasi secara ideal dalam rangka penataan serta pemberian peluang sebesar-besarnya

4 Hakimy, H. Idrus, Pokok-pokok pengetahuan adat alam Minangkabau, Bandung, Remaja Karya, 1978, hlm. 19. 5 Susanto, Hari, Pulau Siberut, Potensi, Kendala dan Tantangan Pembangunan, Bogor , CV Surya,1997, hlm. 11. 6 Yudas Sabaggalet, 2015, Materi Teksnis rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai 2015-2035 (Pengantar), Bappeda Kabupaten Kepulauan Mentawai, Tuapeijat. hlm. 4. 7 Ibid., hlm. 12.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

untuk kabupaten Kepulauan Mentawai dalam mengurus kepentingan masyarakatnya yang berdasarkan asal-usul masyarakat setempat. 8

Suku Mentawai mendiami wilayah kepulauan yang jaraknya sekitar 100 km di sebelah Barat pantai Sumatera. Selain suku besar yang ada di Mentawai ada juga suku atau marga yang tidak terlalu terkenal di Mentawai. Mentawai adalah kepulauan maka ada suku marga di dalamnya, yang satu kampung bisa empat puluh suku dengan berbagai keturunan. 9

Suku-suku di Siberut khususnya tidak hanya suku Mentawai secara umum tetapi ada suku atau pembagian klan yang tidak begitu terkenal di Mentawai seperti Marga Salemurat yang menarik untuk dikaji lebih dalam tentang asal-usul dan keberadaannya. Untuk itu penulis mengambil judul “Sejarah Marga Salemurat di Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana asal-usul Marga Salemurat di Siberut Selatan?

2. Bagaimana struktur sosial Marga Salemurat di Siberut Selatan?

3. Bagaimana dinamika kehidupan masyarakat Marga Salemurat di Siberut

Selatan?

8 Ibid. hlm.13. 9 Ibid., hlm. 15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui asal-usul Marga Salemurat di Siberut Selatan.

2. Untuk menjelakan struktur sosial Marga Salemurat di Siberut Selatan.

3. Untuk mendeskripsikan kehidupan masyarakat Marga Salemurat di

Siberut Selatan.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Penulis

Tulisan ini menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi penulis dalam

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai sejarah Marga

Salemurat di Siberut Selatan. Hal ini sangat berguna dan bermanfaat untuk

wawasan penulis dalam rangka turut melestarikan budaya suku Salemurat

di Siberut ke generasi-generasi berikutnya.

2. Prodi Pendidikan Sejarah

Makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan sekaligus

menarik minat mahasiswa Pendidikan Sejarah untuk lebih mengenal suku-

suku yang ada di Pulau Siberut maupun suku-suku lain pada umumnya.

3. Universitas Sanata Dharma

Penulisan makalah ini merupakan usaha untuk melaksanakan Tri

Dharma perguruan tinggi yakni dharma bidang penelitian. Makalah ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

diharapkan dapat menambah kekayaan khasanah pustaka sejarah sebagai

bahan bacaan yang bermanfaat.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam makalah ini disusun sebagai berikut:

Bab I : Berupa pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan serta

sistematika penulisan.

Bab II : Asal-usul Marga Salemurat di Siberut Selatan yang memaparkan

Geografis pulau Siberut sebagai tempat asal munculnya

Marga Salemurat

Bab III : Struktur sosial masyarakat Marga Salemurat di Siberut Selatan

yang memaparkan Uma dan sistem kekerabatan Marga Salemurat

Bab IV : Dinamika kehidupan masyarakat Marga Salemurat di Siberut

Selatan yang dibagi dalam sistem kepercayaan, sistem kesenian,

dan sistem ekonomi.

Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dari pemaparan di bab II, III, IV.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

ASAL-USUL MARGA SALEMURAT

A. Geografis Pulau Siberut

Pulau Siberut merupakan pulau terbesar pada gugusan kepulauan

Mentawai, berada sekitar 100 km sebelah barat Pulau Sumatera. Kepulauan ini terdiri atas tiga buah pulau besar dan beberapa pulau kecil, secara geografis terletak pada 100 derajat bujur timur dan 5 derajat lintang selatan. Secara administratif, kepulauan Mentawai terbagi ke dalam empat kecamatan, yaitu kecamatan Siberut Utara, kecamatan Siberut Selatan, kecamatan Sipora dan kecamatan Pagai Utara atau Selatan. Untuk mencapai ibu kota Kecamatan harus ditempuh antara 90 hingga 130 mil dari Muara Padang. 10

Pulau Siberut yang luas daratannya hampir sebesar pulau Madura-4.480 km2 – hanya dihuni oleh penduduk sejumlah sekitar 25.000 jiwa. Kalau jumlah penduduk menjadi sebuah ukuran, maka tentunya Pulau Siberut tidak akan menjadi perhatian besar. Namun karena adanya keunikan flora, fauna dan kebudayaannya maka Pulau Siberut telah menyerap perhatian besar para pengamat dan lembaga-lembaga nasional maupun internasional.11

Sejarah geografi Siberut sangatlah panjang. Pulau ini telah terpisah dari

Sunda Besar (sundaland) yang merupakan pulau utama sejak pertengahan kala

Pleistosen atau sekitar 500.000 tahun yang lalu. Dengan latar belakang

10 Susanto, Hari, Pulau Siberut, Potensi, Kendala dan Tantangan Pembangunan, Bogor , CV Surya,1997, hlm. 3. 11 Ibid., hlm. 4.

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

keterasingan tersebut, Pulau ini mengalami evolusi khusus yang menghasilkan kekhasan ekologi dan keunikan hayati. Isolasi dengan pengaruh yang terbatas dari daratan utama menyebabkan flora dan fauna di Pulau Siberut yang lebih primitif dan kuno dibandingkan fauna Pulau Sumatera. Enam puluh lima persen mamalia dan lima belas persen fauna di Siberut termasuk spesies endemik.12

Selain istimewa karena karakter keprimitifan faunanya, Siberut juga dianggap sebagai salah satu pulau yang unik karena memiliki tingkat hunian primata terdapat di dunia. Hewan yang menjadi simbol bagi keunikan ekologi

Siberut adalah Bilou (Hylobates klossi), Joja (Presbytis potenziani), Simakobu

(Simias concolor), dan Bokkoi ( Macaca siberut). Tingkat endemisitas yang tinggi juga berlaku untuk kelas burung (10%). Dikarenakan sifat ekologinya yang khas dan banyaknya hewan serta tumbuhan endemik, pulau ini dianggap sangat penting bagi ilmu pengetahuan, pendidikan dan konservasi. 13

Pulau Siberut berbentuk segi empat memanjang. Sisi Timurnya yang menghadap ke Sumatera dapat dikatakan datar dan mudah didarati. Keadaan lautnya pada umumnya tenang. Teluk dan tanjung berpantai pasir koral putih berselang-seling dengan hutan bakau hingga 2 km masuk ke daratan. Sebaliknya sisi barat menampakan wujud yang sama, pemandangan yang merupakan pinggir paling tepi dari benua Asia. Wujudnya berupa garis pesisir yang lurus dan sering bertebing terjal yang langsung masuk kedalam laut.14 Tebing-tebing karang itu menjadi benteng bagi empasan alun Samudera Hindia yang bergulung-gulung dari arah Antartika. Di sini terdapat hutan barringtonia yang lebat dan sangat sulit

12 Darmanto, dkk, Berebut Hutan Siberut, Jakarta, PT Gramedia, 2012, hlm. 39. 13 Ibid., hlm. 40 14 Ibid., hlm. 35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

untuk ditembus karena penuh dengan karang, jurang, dan tebing curam yang berhadapan langsung dengan ombak ganas, hanya di Muara sungai Gulubbe’. 15

Pedalaman Pulau Siberut berbukit-bukit dengan puncak tertinggi 384 meter di atas permukaan laut. Dikarenakan keadaan tanah yang lunak dan tidak banyak mengandung batu-batuan, maka sebagai akibat erosi wujud dari permukaan pulau sangat banyak menampakkan retakan, dengan tebing-tebing curam dan punggung-punggung bukit yang tajam, namun di sela-selanya mengalir anak-anak sungai, berkelok-kelok menuju muara sungai besar. Di Siberut tidak dikenal kemarau. Secara pukul rata hujan turun dua hari sekali, dengan kekerapan tetinggi pada bulan April dan September sampai Desember saat itu air sungai dalam waktu beberapa jam saja bisa naik sampai lima meter, sehingga menyebabkan lembah berubah wujud menjadi danau. 16

Nenek moyang orang Mentawai adat diyakini telah bermigrasi pertama kewilayah tersebut antara 200-500 SM,17 semenjak itu mereka tidak memulai kehidupan di hutan, melainkan di tepi pantai. Memang lama mereka hidup di pesisir pantai. Setelah mereka mulai berkembang, akhirnya mereka menyadari bahwa untuk hidup di Pantai sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka pun meninggalkan pantai mulai menuju perbukitan atau hutan belantara.

Di hutan mereka mulai membuka lahan dan menanam pisang hutan. Mereka juga berburu untuk kebutuhan sehari-hari. Semakin lama, mereka semakin berkembang

15 Schefold, Reimar, Mainan Bagi Roh, kebudayaan Mentawai. Jakarta, Balai Pustaka, 1999, hlm.14. 16 Ibid., hlm. 15. 17 http://www.sukumentawai.org/id/sejarah/ diunduh pada 6 Februari 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

dan mulai memikirkan nama Marga. Seperti yang diugkapkan oleh para orang tua di kampung Rokdok Sarereiket Desa Madobag Kecamatan Siberut Selatan.18

Kawasan perbukitan diselang-seling oleh lembah-lembah lebar dengan aliran sungai melingkar-lingkar yang mendamparkan endapan subur di tepi- tepinya. Di tempat subur itulah terdapat pemukiman manusia. Penduduk Siberut asal mulanya tidak bertempat tinggal di desa-desa, melainkan di rumah-rumah atau berkelompok yang dihuni lima sampai sepuluh keluarga yang berkerabat menurut garis keturunan ayah atau patrilineal. Baik rumah kelompok maupun kelompoknya sendiri disebut Uma. Anggota-anggota suatu Uma hidup saling tolong menolong, dan juga bergotong royong menyelenggarakan perayaan religius yang besar-besaran. 19

Kondisi penduduk masyarakat Mentawai khususnya di Siberut sudah mengalami perubahan terutama dalam perilaku sosialnya, disebabkan karena adanya modernisasi. Selain itu penyebab lainnya adalah masuknya budaya ke daerah Pulau Siberut tetapi Siberut masih memegang teguh kepercayaan arat sabulungan atau yang sering disebut kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang atau benda yang dianggap memiliki roh.

Sejak Orde baru, penduduk Siberut secara resmi disebut sebagai suku terasing, masyakarat terasing, atau kelompok masyarakat dalam dokumen negara terasing memiliki pengertian negatif dan merendahkan yang merujuk pada seperangkat sifat kolot, terbelakang atau primitif. Istilah terasing dipilih untuk menunjukan karakter spasial dan sosial-kultural masyarakat yang tingggal

18 Ibid., hlm. 16 19 Ibid., hlm. 17.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

diwilayah yang secara geografi jauh dari pusat dan kondisi kehidupannya terisolasi dari arus utama kebudayaan Indonesia. 20

Kebijakan menyangkut kelompok yang dikategorikan terasing sangat khusus makanya untuk mengubah cara hidup penduduk orang Siberut yang dianggap terbelakang yaitu memenuhi standar yang ditetapkan secara nasional, sehingga pemerintah meluncurkan beberapa program.21 Program pertama dimulai pada tahun 1970 ketika pemerintahan Sumatera Barat membentuk badan administrasi khusus untuk mengurus Kepulauan Mentawai. Badan ini diberi nama

Otorita pengembangan Kepulauan Mentawai (OPKM). Program OPKM ini ditujukan pada pembangunan infrastruktur transportasi, pertanian, kehutanan, pendidikan dan pelayanan kesehatan. Proyek selanjutnya yang dilakukan oleh pihak pemerintah setempat adalah pembinaan kesejahteraan Masyarakat terasing

(PKMT), sebuah gerakan yang berskala nasional dan terencana secara khusus menangani masyarakat yang kurang mampu namun untuk saat ini sudah ada perkembangan yang terjadi berbagai inovasi-inovasi sehingga interaksi sosial pun lebih luas, jaringan sosial juga lebih berkembang. 22

Berbicara mengenai kehidupan sosial masyarakat Siberut terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan, saat ini sedang digagas oleh pemerintah untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat setempat. Dalam hal ini juga tidak terlepas adanya dialog antar kebudayaan Mentawai dan Gereja Katolik. Ketika Gereja

Katolik masuk ke Mentawai, mereka mempunyai keprihatinan membangun sekolah SD, SMP dan melaksanakan pendidikan. Ini mengingat bahwa tidak

20 Darmanto,dkk., op.cit., hlm. 61. 21 Ibid., hlm. 62. 22 Ibid., hlm. 71.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

mungkin ada perkembangan atau kemajuan manusia dan sosial tanpa pendidikan.

Oleh karena itu, pada tahun 1955 dibuka sekolah pertama di kecamatan Siberut

Selatan semenjak itu sekolah yang disponsori oleh Gereja Katolik semakin banyak. Pada tahun 1971 di Siberut Selatan dan Siberut Utara murid yang ditampung di sekolah Katolik berjumlah 347orang. Pada tahun 1975 di tempat yang sama, muridnya menjadi 1354 orang. Pada tahun 1980 dapat menampung

1263 orang murid.

Salah satu usaha Gereja Katolik saat itu yang menonjol adalah pendirian asrama di Muara Siberut Selatan untuk mempermudah penyelesaian pendidikan

SD maupun SMP bagi anak-anak yang berasal dari pelosok, sebelum melanjutkan ke SMA Negeri. Seiring berjalannya waktu sekolah-sekolah di Mentawai khususnya di Siberut Selatan, berkat usaha pemerintah, saat ini hampir setiap kampung mempunyai gedung sekolah baik SD maupun SMP dan SMA-nya sendiri hanya ada di kecamatan. 23

Sama halnya dengan pelayanan rumah sakit di Siberut Selatan. Rumah sakit yang pertama kali didirikan sementara adalah poliklinik yang diprakasai biarawati dari Italia, baru menyusul puskesmas yang ada di Kecamatan Siberut

Selatan. Berkat kerjasama pemerintah dan Gereja Katolik yang merasa prihatin terhadap pentingnya pelayanan dalam segi kesehatan di Mentawai maka setiap daerah sudah memiliki Puskesmas sendiri untuk memudahkan akses masyarakat untuk pergi berobat meskipun masyarakat Mentawai kebanyakan masih

23 Gerard Person, dkk, Pembangunan Sosio-ekonomi, Kebudayaan Tradisional dan Lingkungan Hidup, Jakarta, Bharata Karya Aksara, 1985, hlm, 112-113.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

menggunakan jasa Sikerei (Seorang tabib yang bisa mengobati orang sakit) dalam pengobatan tradisional.24

Sikerei bertugas memimpin upacara adat, termasuk melakukan pengobatan. Seorang sikerei, dalam beraktivitas harus teliti, karena kesalahan sedikit saja dapat membatalkan upacara adat, bahkan membawa malapetaka.

Sikerei meski mampu Mukeikei dan musuruk, agar membersihkan jiwa sebelum dan sesudah melaksanakan aktivitasnya. 25

B. Kemunculan Marga Salemurat

Sejauh ini, asal-usul sejarah orang Mentawai sukar dilacak, suatu studi arkeologi selama empat tahun belum memberikan titik terang mengenai hubungan kekerabatan orang Mentawai dengan kerabat Austronesia lainnya. Sangat sedikit bukti arkeologis yang dapat digunakan sebagai analisis untuk menyatakan mulai kapan dan dimana migrasi pertama orang Mentawai ke Pulau Siberut. Satu- satunya hal yang diyakini bersama mengenai asal-usul orang pertama Mentawai datang dari Simatalu. 26

Menurut cerita rakyat atau mitos yang ada di Kepulauan Mentawai menyebutkan bahwa mengenai asal-usul masyarakat asli di pulau Siberut hingga memulai kehidupannya memang belum diketahui secara pasti keberadaannya, tetapi mereka memiliki rujukan silsilah keturunan yang saling terkait sejarah lisan yang saling melengkapi, dan bahasa yang sama yaitu bahasa Mentawai makanya

24 Ibid., hlm. 114. 25 Bruno Spina, Mitos dan Legenda Suku Mentawai, Jakarta, Balai Pustaka, 1981, hlm. 225. 26 Darmanto, dkk, Berebut Hutan Siberut, Jakarta, PT Gramedia, 2012, hlm. 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

(nenek moyang) Marga Salemurat sendiri diduga berasal dari Simatalu, secara administratif Simatalu, terletak di bagian barat Pulau Siberut, wilayah Desa

Simatalu Kecamatan Siberut Barat.27 Saat ini Uma atau Marga Salemurat berada di Desa Madobag, Dusun Ugai Kecamatan Siberut Selatan. Di Ugai Uma atau

Marga asal mereka adalah Salae, nama teteu mereka adalah Si Tusi. Keturunan Si

Tusi ada satu orang, anak pertamanya adalah Aririmau dan Aririmau pun memiliki empat orang anak, yang sebelumnya bertempat tinggal di Bat Rimau

(nama kampung yang mereka tempati saat itu). 28

Keempat keturunan Salae pindah di dua tempat yang berseberangan, dua pindah ke Uwot (Nama tempat) dan dua lagi pergi ke Attabai (Nama tempat). Saat perpindahan di dua tempat inilah Uma (rumah besar) Salae mengalami perpecahan. Perpecahannya belum sampai pada perpecahan Uma atau Marga.

Mereka masih tetap memakai Uma atau Marga Salae. Dari Bat Rimau Aman

Ibbuk Ogok anak yang kedua pindah ke Koromimit. Saat pindah mereka masih memakai Marga Salae (Aman Ibbuk Ogok memiliki tiga keturunan). Dari

Koromimit (nama tempat) mereka pindah ke Siribabak bertemu dengan Marga

Sagulu, di Siribabak mereka menumpang di wilayah adat Marga atau uma Sagulu dan mengadopsi Marga Sagulu tetapi karena Marga orang lain, dalam pengertian mereka pendatang maka pindah lagi karena mereka tahu bahwa Polak (Tanah) di sana disebut sebagai polak sipasijago (Tanah milik pribadi).

27 Bambang Rudito, Bebetei Uma Kebangkitan Orang Mentawai, Yogyakarta, Gading dan ICSD, 2013, hlm. 37-38. 28 Hasil wawancara dengan Agustinus Salemurat, tetua di Suku Salemurat, tanggal 28 Agustus 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Dari Siribabak, Marga Salae pun pindah lagi menuju Ugai dan Madobag, saat di Ugai mengganti nama Marga menjadi Samongan Uwot. Wilayah adat yang ada di Ugai adalah tanah sinese (Tanah yang ditemukan) dari Salae yang sekarang

Salemurat. Dari Ugai mereka pindah ke Muntei yang terletak di Muara siberut

Selatan. Ketika berada di muntei mereka tidak betah untuk tinggal dikarenakan susah untuk memenuhi kebutuhan pada akhirnya ketiga teteu berpisah lagi mencari daerah baru namun ada juga yang kembali ke kampung sebelumnya yaitu di Ugai.

Tiga teteu (Sebutan untuk kakek) yang pindah ke Ugai berganti Marga menjadi Salemurat hingga sekarang (yang ada di Siberut Selatan). Satu teteu lagi adik bungsu dari kakak beradik tetap menetap di Muntei. Perkampungan awalnya di Ugai (kampung lama) berada kurang lebih 8 km dari pemukiman saat ini.

Sewaktu berada di Ugai dan membangun Uma besar tempat mereka berkumpul bersama, namun saat itu belum memiliki nama Marga yang sah untuk digunakan.

Pemberian nama Marga atau klan kepala keluarga yang dianggap lebih tua dari yang lain mengumpulkan para saudara-saudarinya untuk mencari nama suku dan memutuskan memberi nama Marga Lemurat kebetulan ada pohon besar di pinggir sungai dekat Uma yang mereka bangun saat itu, yaitu pohon Lemurat. Lemurat adalah nama pohon yang diberikan oleh orang Mentawai sendiri dan buahnya bisa dimakan. Seiring berjalannya waktu dan semakin banyak keturunannya Marga

Lemurat berganti nama menjadi Salemurat hingga saat ini. 29

29 Hasil wawancara dengan Agustinus Salemurat (51 Th), tetua di Suku Salemurat, tanggal 28 Agustus 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Marga Salemurat sendiri bermukim di perairan sungai Sarereiket Dusun

Ugai Desa Madobag kecamatan Siberut Selatan, Sarereiket merupakan sebuah daerah yang terletak jauh dari keramaian. Daerah ini terletak di Kecamatan

Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sarereiket memiliki wilayah yang luas dan secara otomatis juga memiliki sumber daya alam serta potensi untuk wisata. Daerah Sarereiket memiliki dua desa, yaitu Desa Madobag dan

Matotonan. Untuk mencapai daerah tersebut dibutuhkan sampan atau mesin longtile selama 3-4 jam menuju hulu sungai Muara Siberut. 30

30 Ibid,.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Silsilah Uma Salemurat

SIBARA KALAGGAI SIMATALU

Telulektuk Sikutkut dere Patete Kerei

Utet Siaggau

Aman Bakkou

Aman Aman Balou toitet Leuruat (Teteura Sagulu)

AO

SI TUSI DUGAK (Teteura Salemurat) (Teteura Sakekle)

Aririmau

Lugai Aman Ibbuk Aman Sabui Talelaggai Ogok (Teteura teu Liktek)

Jajailat

Bailak Gege

Pekkre Kerei

Eujenius

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

STRUKTUR SOSIAL MARGA SALEMURAT

A. Uma Marga Salemurat

Masyarakat Mentawai pada umumnya menganut sistem Patrilineal yang mereka sebut dengan istilah Uma. Uma mempunyai arti tempat yang didiami beberapa ratus manusia yang masih berhubungan satu sama lain dalam hal keturunan. Menjadi pusat kehidupan masyarakat adat yang memperhitungkan dan mempersatukan.

Uma di Mentawai merupakan rumah tradisional, rumah panggung dengan ukuran relatif besar dan memanjang kebelakang. Bahan yang digunakan untuk membangun menggunakan bahan bersumber dari hutan. Pemilihan bahan yang bersumber dari hutan, dilakukan secara selektif, dan selalu diawali dengan upacara adat. Dalam mendirikan uma, membutuhkan tenaga, biaya, dan semua anggota uma ikut terlibat bahkan dari uma lain ikut melibatkan diri.

Uma tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, akan tetapi tempat bekumpul dan tempat bermusyawarah bagi seluruh anggota keluarga (uma) berdasarkan garis keturunan patrilineal. 31

Meskipun mereka mendirikan rumah lain di tempat yang jauh, namun komunikasi dengan Uma tetap ada, sebab Uma merupakan rumah induk. Terdapat tiga macam rumah, yaitu:32

31 Tarida Hernawati, Uma Fenomena Keterkaitan Manusia dengan Alam, Yayasan Citra Mandiri, padang, 2007, hlm. 31. 32Coronese, Stefano, Kebudayaan Suku Mentawai, Jakarta, PT Grafidian Jakarta, 1986, hlm. 3- 4.

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

1. Uma, rumah besar yang menjadi rumah induk tempat penginapan bersama,

serta tempat menyimpan warisan pusaka, persembahan dan penyimpanan

tengkorak binatang buruan. Setiap kampung mempunyai Uma tersendiri.

Kepala Uma disebut Rimata, berlambang pemimpin kehormatan, orang yang

lebih arif mengenal hal-hal yang penting buat uma, seseorang yang berbakat

pemimpin. Uma adalah rumah besar yang berfungsi sebagai balai pertemuan

semua kerabat dan upacara-upacara bersama bagi semua anggotanya.

2. Lalep, tempat tinggal suami istri yang pernikahannya sudah dianggap sah.

Biasanya lalep terletak di samping Uma.

3. Rusuk, suatu pemondokan khusus tempat penginapan anak-anak muda, para

janda dan mereka yang diusir dari kampung.

Meskipun produksi didasarkan atas keluarga akan tetapi bukan keluarga melainkan Uma yang menjadi fokus kehidupan, karena keluarga selalu menghadapi keterbatasan di dalam kehidupan sehari-hari. Selalu saja terdapat kebutuhan akan bantuan di dalam hal-hal dimana kekuatan perorangan dirasakan tidak memadai. Dalam hal sakit atau usia tua, ketidaktergantungan menjadi sulit, dan tidak ada kemungkinan untuk melawan para penyerang atas dasar perseorangan.

Sebuah Uma di Siberut terdiri dari kira-kira lima sampai sepuluh keluarga dari garis keturunan ayah. Para wanita selalu datang dari Uma yang lain. Pada waktu menikah mereka diterima sebagai anggota Uma suami mereka dan menikmati dalam banyak hal status yang sama dengan kaum pria. Kalau mereka menjadi janda, mereka kembali ke Uma mereka semula. Di sana mereka diberi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

tanah untuk berkebun dan mengambil bagian di dalam rumah tangga saudara laki- laki mereka. Di dalam Uma sangat dijunjung adanya kesetiakawanan, apa yang dihasilkan oleh keluarga akan menjadi milik keluarga. Prinsip kesetiakawanan secara khusus dalam praktik makan harus makan bersama-sama. Kalau seseorang berburu harus membagi hasil buruannya kepada keluarga di dalam Uma. Maka dari sini mulai diterapkan struktur sosial dalam Uma Marga Salemurat. 33

Struktur sosial masyarakat Marga Salemurat pada umumnya hampir sama dengan Marga-marga lainnya di Mentawai yaitu bersifat patrilinial dan kehidupan sosialnya dalam suku disebut Uma. Struktur sosial tradisional adalah kebersamaan, mereka tinggal di rumah besar yang disebut juga Uma yang berada di tanah-tanah suku. Seluruh makanan, hasil hutan dan pekerjaan dibagi dalam satu Uma. Kelompok-kelompok patrilinial ini terdiri dari keluarga-keluarga yang hidup di tempat-tempat yang sempit di sepanjang sungai-sungai besar. Walaupun telah terjadi hubungan perkawinan antara kelompok-kelompok Uma yang tinggal di lembah sungai yang sama, akan tetapi kesatuan-kesatuan politik tidak pernah terbentuk karena peristiwa ini.34

Struktur sosial itu juga bersifat egalitarian, yaitu setiap anggota dewasa dalam Uma mempunyai kedudukan yang sama kecuali Sikerei (tabib) yang mempunyai hak lebih tinggi karena dapat menyembuhkan penyakit dan memimpin upacara keagamaan. Secara tradisional Uma mempunyai wewenang tertinggi di Siberut. Selama rezim Orba fungsi organisasi sosial Uma kurang

33Ibid., hlm. 19. 34 Ibid., hlm. 20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

begitu berfungsi tetapi sejak era reformasi Uma mulai digalakkan kembali dibeberapa Desa dengan dibentuknya Dewan Adat. Sejak otonomi daerah bergulir direncanakan satuan pemerintah terendah yaitu laggai (kampung). 35

Struktur masyarakat Marga Salemurat didasarkan pada kesamaan kedudukan, tidak ada yang menjadi kepala suku. Keputusan akan diambil atas kesepakatan bersama dengan bermusyawarah. Jika ada yang tidak setuju dengan pengangkatan kepala suku atau yang memimpin dalam Uma tersebut mereka akan keluar dari kelompok itu. Biasanya dimulai dari pertikaian kecil dan perluasan wilayah. Ketika terjadi pertikaian maka mereka akan pergi meninggalkan suku induk dan membentuk kelompok lagi dengan memakai marga atau suku baru. 36

Demikian juga dengan perluasan wilayah. Mereka mencari lahan untuk berladang dengan cara menjelajah hutan belantara. Jika sudah ada jejak orang lain atau Marga lain, mereka akan beralih ke wilayah lain. Tanah atau wilayah yang ditemukan akan diberi tanda batas. Tanda-tanda tersebut berupa bukit, ujung bukit, sungai dan pohon. Jadi dimana mereka berada atau tinggal, jika ada sungai maka mereka akan membentuk kelompok dan memakai nama marga atau suku sama dengan nama sungai atau kondisi lain yang bisa dianggap cocok untuk nama suku. Jadi penamaan-penamaan marga ini sangat dekat dengan alam disekeliling mereka. Seperti sungai, bukit, tanah, kayu, benda-benda lain dan keadaan yang dirasakan. Hal serupa yang terjadi di Marga Salemurat, yang nama Marga

Induknya Salae dari Salae menjadi Koromimit dari Koromimit menjadi Lemurat

35 http://tamannasionalsiberut.org/sosial-budaya-masyarakat-mentawai.html,diunduh pada 28 Agustus 2017 . 36 Ibid., hlm. 22.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

dan pada akhirnya bersuku Salemurat sampai saat ini. Akibat perpecahan suku ada di Siberut sendiri suku sudah sangat beragam namanya padahal dari awal satu suku besar menjadi suku yang kecil-kecil di setiap kampung. Bahkan satu kampung saja Marganya bermacam-macam. 37

Struktur masyarakat dalam kebudayaan Mentawai dapat dibedakan tiga, yaitu sibakkatlaggai, si toi dan si oi-akek, yaitu: 38

1. Si bakkat laggai

Kata si bakkat laggai terdiri atas dua unsur kata yaitu sibakkat dan

laggai. Sibakkat artinya dia yang punya, sedangkan laggai artinya kampung.

Sibakkat laggai dapat diartikan orang yang memiliki tanah di kampung. Oleh

karena sebagai pemilik tanah di kampung maka jika ada orang yang datang

dan ingin tinggal atau ingin berladang (mone) harus mendapatkan izin dari

sibakkat laggai tersebut. Sibakkat laggai bagi sebagian masyarakat

disebutkan sebagai orang yang banyak harta, banyak ladang (mone), dan

banyak babi. Sibakkat laggai dalam suatu kampung bisa saja terdiri dari satu

orang atau beberapa orang.

2. SiToi

Sitoi dalam bahasa Mentawai diartikan orang yang tidak memiliki

lahan. Istiah sitoi diberikan kepada pendatang yang tidak punya lahan. Tanah

dan ladang merupakan hal sangat utama bagi orang Mentawai oleh sebab itu

37 Febrianto, Adri., Pemilikan dan penguasaan lahan pada orang Mentawai, pada masyarakat dusun Madobag, Desember, 2012, hlm. 30. 38 Ibid., hlm. 39- 45.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

sitoi akan berusaha mendapatkan ladang (mone) untuk mendukung kehidupannya. Begitu juga bagi pendatang yang berasal dati tepi atau sasareu, mereka membutuhkan tanah untuk tempat tinggal dan barangkali juga lahan untuk (mone). Di Madobag pendatang yang berasal dari tepi pada umumnya bekerja sebagai pedagang.

Usaha yang dilakukan oleh sitoi untuk mendapatkan ladang yaitu dengan cara membeli lahan atau dengan meminta izin kepada pemilik lahan menggunakan tanah untuk diolah. Pada zaman dahulu tanah dapat diperoleh oleh sitoi dengan cara meminta kepada sibakkat langgai. Si bakkat laggai dengan sukarela memberikan sebidang (sangamata) dari tanah yang dimilikinya. Pada umumnya sitoi di Madobag memperoleh ladang dengan cara membeli, mas kawin (alat toga) atau juga denda adat (tulou).

Koentjaraningrat mengatakan bahwa hampir semua masyarakat mentawai didunia baik yang sangat sederhana maupun yang sangat kompleks, ada perbedaaan dalam hal kedudukan dan status. Si bakkat laggai merupakan suatu status bercirikan tertutup yang dimiliki oleh suatu keluarga dan keturunan yang memiliki kampung. Sebagai pemilik tanah perkampungan mereka pada umumnya memiliki lahan yang sangat luas di sekitar kampung.

Si bakkat laggai dihargai dalam masyarakat dan dipandang tinggi kedudukannya dalam masyarakat karena mereka pemilik tanah kampung, para pedagang harus mendapatkan izin mereka untuk bisa tinggal di tanah mereka. Si bakkat laggai di Madobag merupakan orang yang dihargai terutama orang tua-tua, karena sebagian besar tanah dan rumah yang mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

tempati merupakan milik dari sibakkat laggai. Masyarakat menempati rumah

mereka dan tentu saja sampai si bakkat laggai masih tetap memberi izin.

Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk selalu menjaga sikap agar tetap

disenangi oleh sibakkat laggai.

3. Si Oi-Akek

Si Oi Akek dalam bahasa Mentawai berarti pendatang, orang atau suku

lain yang datang dan menetap setelah sibakkat laggai. Orang Madobag

misalnya orang Mentawai yang pindah dari Matotonan, Ugai, Sakuddei, atau

Rokdog disebut Si Oi Akek memiliki lahan namun tidak di kampung Madobag.

Mereka tinggal bergabung di dalam kampung madobag setelah meminta izin

kepada si bakkat laggai. Si Oi akek ini memiliki mone seperti orang mentawai

pada umumnya.

Sioiake bisa diartikan orang yang pemdatang dari uma lain, namun

dalam perkembagannya muncul istilah sasareu. Secara etimologi sasareu

sepadan dengan sioiake, berasal dari kata “areu” berarti jauh, maksudnya

orang yang datang dari jauh disebut dengan orang tepi. Tepi dimaksudkan bagi

orang-orang yang berasal dari luar pulau Mentawai misalnya dari

Minangkabau, atau Nias.

B. Sistem kekerabatan Marga Salemurat Kekerabatan adalah hubungan sosial yang terjadi antara seseorang dengan saudara-saudaranya atau keluarganya, baik dari jalur ayahnya maupun ibunya.

Dengan demikian sistem kekerabatan adalah sebuah interaksi antara mereka yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

merasa mempunyai hubungan kekerabatan. Pusat sistem kekerabatan adalah keluarga, baik keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak mereka, maupun keluarga luas (external family) yang terdiri dari keluarga inti ditambah kakek, nenek, paman, bibi, para sepupu, dan kemenakan. 39

Dalam keluarga terjadi interaksi peran-peran antar para anggotanya dengan status yang berbeda. Setiap kebudayaan memiliki kata-kata, tanda-tanda

(labels), lambang-lambang (symbols) yang berhubungan dengan status masing- masing anggota dalam sistem kekerabatan. 40

Setiap individu, dalam satu kekerabatan terikat oleh aturan, norma dan adat istiadat yang diwarisi secara turun-temurun, untuk mengatur perilaku, berinteraksi dan komunikasi sesama anggota Uma. Proses interaksi kemudian dilakukan secara berulang-ulang, berkumpul baik melalui pesta adat (punen atau lia), upacara perkawinan, kelahiran anggota baru dalam uma, pengobatan orang dan kematian. Interaksi antar kekerabatan akan menentukan cara bersikap dan bertingkah laku terhadap relasi antar keponakan, saudara ipar, kerabat ayah dan kerabat ibu. Relasi antar kekerabatan demikian, secara otomatis menciptakan norma, tata krama dan etika yang harus dipedomani. Selama proses tersebut terdapat orang tua tertentu dan penting untuk mengelola, mengorganisir maupun mengambil keputusan agar terjaga relasi kekerabatan yang baik. 41

39Yahya Mansur, dkk, Sistem Kekerabatan dan Pola Perkawinan, Pustaka Grafika kita, Jakarta, 1988, hlm, 16. 40 Ibid., hlm. 17. 41 Arsenius, 2017, Pengaturan Mengenai Hutan Adat dan Implementasinya di Kepulauan Mentawai, Tesis, Yogyakarta, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. hlm. 39.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Keluarga inti nuclear family, yakni kesatuan sosial terkecil, terdiri dari ayah, ibu dan anak (juga kadang-kadang nenek). Sedangkan Koentjaraninggrat mengungkapkan bahwa keluarga inti adalah terdiri dari seorang suami, seorang istri dan anak-anak mereka yang belum kawin. Anak tiri dan anak angkat yang resmi mempunyai hak dan wewenang yang kurang lebih sama dengan anak kandungnya. Dengan demikian komposisi kerabat yang merupakan suatu rumah tangga itu terkadang bersifat keluarga luas dan kalau dijumlah anggota keluarganya tetap kecil. 42

Masyarakat Mentawai menganut sistem kekerabatan patrilineal atau sistem keturunan yang ditarik dari garis ayah. Unit terkecil dalam sistem kekerabatan masyarakat Mentawai adalah keluarga inti (nuclear family). Beberapa keluarga inti ini kemudian terkelompok dalam sebuah klan kecil yang berpusat pada sebuah

Uma. Sebagian sebuah klan kecil, Uma akan dipimpin oleh seseorang yang disebut dengan sikebbukat uma atau orang yang dituakan dalam Uma tersebut. 43

Pola antar hubungan kerabat dalam sebuah Uma umumnya hanya terdiri atas tiga generasi yang dihitung mulai dari generasi kakek laki-laki ego teteu (sebutan untuk kakek) sampai ke generasi cucu laki-laki ego togat-teteu

(anak dari kakek). Sementara itu, kaum wanita dianggap sebagi orang luar dari

Uma seseorang sehinggga akan keluar dari Uma tersebut apabila terjadi perceraian. Pola menetap cenderung bersifat patrilokal atau menetap di dalam atau sekitar wilayah Uma suami.

42 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia, Jakarta, Djambatan, 1971, hlm. 79- 80. 43 Modul Pengayaan, Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional Berbasis Muatan Lokal Kebudayaan di Sumatera Barat, Kemendikbud, Jakarta, 2015, hlm. 425

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Pola masyarakat Mentawai, sebuah Uma terkadang akan saling terkait dengan uma yang lain yang diakui sebagian dari klan utamanya yang disebut

Muntogat (klan besar). Klan kecil yang menjadi angggota dari Muntogat ini cenderung tidak terkelompok dalam satu wilayah yang sama, tetapi tersebar dalam beberapa kelompok yanng terkadang saling berjauhan satu sama yang lainnya.

Akan tetapi, dalam modul pengayaan PTEBT, masyarakat Mentawai cenderung masih menyadari pola ikatan antar klan kecil, yang biasanya dilestarikan melalui cerita dari generasi ke generasi (family story) sehingga terkadang anggota muntogat yang berlainan uma ini cenderung masih sering disebut bagian dari kerabatnya (sinuruk). Keberadaan anggota kerabat yang satu muntogat ini bahkan tetap disadari sampai tujuh keturunan di atas dan di bawah ego. 44

Suami dan istri akan bekerja mencari nafkah bagi keluarganya tetapi lebih banyak sang suami yang bekerja karena sang istri harus mengurus rumah tangga seperti memasak makanan, merawat anak jika masih kecil atau pun jika ada yang sakit, pada Suku Mentawai terdapat aturan yang bahwa apabila akan membuka lahan perkebunan maka hanya boleh dilakukan oleh kaum laki-laki dan kerabat laki-laki yang lainnya, sedangkan wanita nanti bekerja apabila akan menanam bibit, ini pun masih bersama laki-laki terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup keluaga.

Sistem kekerabatan dalam keluarga yang dianut oleh masyarakat

Mentawai adalah sistem adat virilokal yaitu suatu keluarga yang terdiri dari inti senior dengan keluarga-keluarga inti dari anak laki-laki. Semua tinggal dalam

44 Modul Pengayaan PTEBT, op.cit., hlm. 426.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

suatu area perumahan sebagai wilayah Marga. Hal tersebut juga disebut dengan patrilokal. Meskipun masyarakat Mentawai terdiri dari suku yang masing-masing patrilokal, hal itu bukan berarti mereka adalah satu kelompok, artinya satu keturunan yang berasal dari satu keturunan di zaman dahulu kala, baik sebagai kelompok kecil maupun kelompok besar. Sebab suku bangsa Mentawai hanya menghitung keturunan mereka atau mengenal keturunan mereka dari tujuh generasi yaitu tiga generasi di atas Ego dan tiga generasi di bawah Ego.45

Marga-marga di Mentawai (penduduk asli) menghitung garis keturunan dari laki-laki yaitu mulai dari teteu (kakek Ego) seterusnya sampai kepala

Togatteteu (cucu laki-laki Ego). Hal tersebut yang menyebabkan mereka masuk pada kategori menganut prinsip Patrileneal. Alasannya adalah karena kaum wanita suku bangsa Mentawai adalah orang dari luar dan orang yang “akan keluar” dari kelompok Marga. Pengertian ini mengandung arti bahwa wanita sebagai orang luar adalah wanita yang dibawa masuk ke dalam lingkungan suku laki-laki karena berstatus istri. Wanita yang akan keluar adalah anak dan cucu perempuan mereka yang telah menjadi istri dari suaminya yang berasal dari Marga lain. Namun demikian wanita yang keluar dari lingkungan suku karena perkawinan tadi bukan berarti Marga asalnya melebur atau berganti menjadi Marga suaminya, melainkan sukunya tetap disandang karena di suatu waktu wanita tersebut akan kembali kepada Marganya sendiri.

45Ibid., hlm.13.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Pengertian keturunan dan kekerabatan berbeda. Kekerabatan atau kinship, mengacu pada sejumlah status (posisi atau kedudukan sosial), dan saling berhubungan antara status sesuai dengan prinsip kultural yang berlaku. Prinsip hubuangan kekerabatan ini terutama digunakan untuk menarik garis pemisah antara kerabat (kin) dan bukan bukan kerabat (non kin), menentukan hubungan kekerabatan seseorang dengan yang lain secara tepat, mengukur jauh dekatnya hubungan kekerabatan seseorang dengan yang lain dan menentukan bagaimana seseorang harus berperilaku terhadap seseorang yang lain sesuai dengan aturan- aturan kekerabatan yang disepakati bersama. Keturunan atau descent adalah garis

“hubungan darah” antara seseorang dengan orang lain yang diakui masyarakat.

Prinsip garis keturunan terutama berfungsi dalam pembentukan kelompok- kelompok sosial. 46

Pada orang Mentawai pengelompokkan orang yang sekerabat berdasarkan garis keturunan ayah atau patrilineal. Orang-orang yang berada dalam satu garis keturunan, satu kakek moyang, ditandakan dengan nama klan atau Marga yang sama. Walaupun sudah tidak saling kenal-mengenal lagi secara keseluruhan narnun diikat dalam kelompok sebagai satu keturunan yang sama. Nama

Marga yang sama dipercayai menandakan bahwa mereka dahulu adalah satu kelompok, bahkan tinggal dalam Uma yang sama hubungan kekerabatan juga diketahui dari cerita atau mitos-mitos yang masih dimiliki.47

Masyarakat Mentawai memiliki tradisi yang khas dalam melaksanakan upacara pernikahan. Mereka tidak melaksanakan pernikahan di Mesjid atau

46 Ibid., hlm. 27. 47 Febrianto, Adri., op.cit., hlm. 27.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Gereja tapi mereka melakukan pernikahan di Uma (rumah adat suku Mentawai).

Dalam proses pernikahan adat Mentawai, kepala suku menjadi wali. Acara pernikahan dilaksanakan dalam waktu lima hari lima malam. Saat seorang laki- laki Mentawai akan melaksanakan pernikahan maka pertama kali yang akan dilakukan adalah meminang calon istri. Kakak perempuan si laki-laki (biasanya laki-laki) akan datang ke rumah perempuan yang datang ke rumah si perempuan.

Saat datang ke rumah perempuan, kakak perempuan laki-laki membawa kain sebagai tanda meminang, apabila calon perempuan telah menerima kain tersebut maka baik perempuan atau laki-laki tidak boleh selingkuh. Jika melanggar maka akan mendapatkan sanksi, misal denda sebuah ladang. 48

Setelah menentukan garis keturunan pasangan yang menikah perlu memikirkan di daerah mana mereka tinggal? Beberapa area tempat tinggal yang dikenal dalam antropologi diantaranya adalah patrilokal, matrilokal, dan neolokal, dan avunculokal. Biasanya, pemilihan tempat tinggal terkait dengan garis keturunan yang dianut dari kedua mempelai. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, perkawinan memungkinkan terjadi hubungan antar kelompok yang semakin solid.

Tidak hanya sekedar terbina hubungan suami istri dan anak, tetapi juga keluarga besar. Terlebih pada etnis-etnis tertentu kehidupan keluarga baru diikat sampai tempat tinggal. 49

Dalam kurun waktu satu atau dua bulan setelah pernikahan maka akan ada acara pembelian. Pihak perempuan akan mendatangi pihak laki-laki untuk membicarakan pembelian. Dalam proses pembelian ditunjuk seorang wali dari

48 http://www.suarawajarfm.com/2015/02/17/2020/sistem-kekerabatan-dan-garis-keturunan-suku- mentawai.html 28/08/2017senin 21.09. 49 Meinarno, Eko A, dkk, op.cit., hlm. 159.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

pihak perempuan, hal tersebut merupakan bentuk kedua belah pihak tidak boleh saling berhadapan. Setelah ada kesepakatan maka pihak perempuan datang mengambil barang dan kemudian oleh orang tua diberi nasehat-nasehat.

Kemudian diselenggarakan acara Pangurei yaitu acara adat dimana kedua suami istri memakai pakaian adat atau disebut juga pesta pernikahan dan pihak perempuan yang menyiapkan pesta. Setelah 2-3 hari pihak laki-laki datang ke rumah perempuan untuk mengantarkan pakaian yang dipakai saat Pangurei.

Kegiatan ini disebut Parurut ngungu. Beberapa hari setelah itu mereka pulang ke rumah laki-laki.50

Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam kebudayaan Mentawai adalah keluarga inti atau keluarga batih, yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak yang masih belum bisa hidup secara mandiri. Masing-masing keluarga inti mengurus ladang mereka masing-masing. Keluarga inti merupakan satuan sosial ekonomi. Apabila ada punen atau upacara adat, maka orang-orang anggota dalam keluarga luas akan bergotong-royong membantu terselenggaranya punen tersebut.51

Saat ini Marga Salemurat masih menerapakan sistem kekerabatan patrilineal atau sistem keturunan yang ditarik dari garis ayah. Unit terkecil dalam sistem kekerabatan Marga Salemurat adalah keluarga inti (nuclear family).

Sementara pola hubungann antar kerabat dalam sebuah uma umumnya terdiri tiga generasi cucu laki-laki ego (teteu) sampai kegenerasi cucu laki-laki ego (togat teteu). Sementara itu kaum wanita dianggap sebagai orang luar hal itu bisa terjadi

50 http://www.suarawajarfm.com/2015/02/17/2020/sistem-kekerabatan-dan-garis-keturunan-suku- mentawai.html diunduh senin 28 Agustus 2017 21.09 51 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

ketika ada perceraian antara suami- istri. Pola menetap cenderung bersifat patrilokal atau menetap di dalam sekitar wilayah Uma suami. 52

52 Modul Pengayaan PTEBT, op.cit., hlm. 425-426.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

BAB IV

DINAMIKA KEHIDUPAN MASYARAKAT MARGA SALEMURAT

a) Sistem Kepercayaan Marga Salemurat

Sistem kepercayaan merupakan berbagai aspek yang terkait dengan kayakinan yang bersifat umum. Bisa keyakinan terhadap segala ilmu pengetahuan yang mencakup alam semesta dan alam manusia tanpa terkait dengan religi, dan bisa juga kepercayaan terhadap segala ilmu pengetahuan tentang alam manusia yang terkait dengan konsep religi. 53

Keberadaan orang Mentawai di Pulau Siberut diperkirakan telah berlangsung sejak 200-500 SM. Pada awalnya mereka mendiam bagian utara

Pulau Siberut (yang dikenal sebagai Simatalu). Mereka kemudian bermigrasi ke selatan Pulau Siberut dan terus ke Sipora dan Pulau Pagai.

Salah satu aspek penting yang selalu diletakkan dengan masyarakat

Mentawai adalah kehidupannya yang dianggap masih sederhana, terisolasi, dan tertinggal dalam berbagai aspek pembangunan. Kuatnya kesan terisolasi dan tertinggal ini semakin dikuatkan dengan masih dipegang teguhnya kepercayaan

Arat sabulungan, dan masih berfungsinya Sikerei dalam sistem pengobatan di masyarakat secara tradisional. Pandangan tersebut tidak semuanya benar karena masih dipegang teguhnya kepercayaan arat sabulungan dan keberadaan Sikerei di masyarakat Mentawai ini bukan merupakan persoalan keterbelakangan dan

53 Nurdianti, “Sistem kepercayaan komunitas adat terpencil suku Akit di desa Penyengat,” Jurnal FISIP volume 2, Nomor 1, Februari 2015, hlm. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

ketertinggalan. Namun, semua itu harus dilihat sebagai bentuk kearifan tradisional masyarakat dalam mengatasi persoalan yang dihadapinya. 54

Timbulnya penyakit karena kekosongan jiwa. Kepergian roh untuk sementara, membawa akibat orang menjadi sakit. Untuk menyembuhkan penyakit itu diperlukan Sikerei, yaitu seseorang yang dipandang sebagai tabib dalam Uma.

Sikerei, orang yang dapat berhubungan dengan roh halus, sebagai perantara manusia dengan dunia roh, yang mampu menghilangkan pengaruh-pengaruh jelek dan juga memberantasnya. Kematian, berarti jiwa menghilangkan untuk selamanya. 55

Saat ini mayoritas Marga Salemurat memeluk agama Katolik dan sebagian beragama Protestan, Walaupun demikian sebagian besar Suku Salemurat tetap memegang teguh religinya yang asli, ialah Arat bulungan. Arat berarti adat dan bulungan berasal dari kata bulu (daun). Agama etnis Mentawai khususnya bersumber dari arat dan menjadi inti kebudayaan yang hakiki. Perubahan dalam bidang ini berarti merombak mentalitas dari seluruh kebudayaan.

Orang Mentawai dikenal dengan sistem religi (kepercayaan) masyarakatnya yang disebut Sabulungan, yang dilandasi oleh keyakinan akan adanya dewa-dewa, kekuatan gaib lainnya serta roh-roh leluhur. Karena itu secara umum adat mereka pun disebut Arat Sabulungan. Sedangkan mereka sendiri sering dijuluki sebagai orang Sabulungan.

54 Modul Pengayaan, Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional Berbasis Muatan Lokal Kebudayaan di Sumatera Barat, Kemendikbud, Jakarta, 2015, hlm.416. 55 Schefold, Reimar, op.cit., hlm.5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Ajaran sabulungan ini menempatkan alam bukan hanya menjadi tempat hidup bagi manusia, melainkan juga sebagai tempat hidup para roh (simagre).

Oleh sebab itu, para roh juga memiliki hak untuk menempati berbagai areal yang ada di sekitar kehidupan manusia, seperti rumah, sungai, pohon, atau benda-benda dan tempat-tempat tertentu. Oleh karena itu, orang Mentawai mempercayai bahwa setiap ruang akan selalu memiliki rohnya sendiri. Langit (awan), misalnya akan dijaga dan dikuasai oleh roh yang disebut taikamanua (roh awan), sedangkan laut akan dijaga dan dikuasai oleh roh yang disebut taikabagatkoat (roh yang ada dilaut). Begitu juga denga hutan akan dijaga dan dikuasai yang disebut taikaleleu

(roh yang ada di gunung) dan sungai akan dijaga dan dikuasai oleh roh yang disebut taikaoinan atau kameinan (roh buaya yang dianggap berpengaruh dalam kehidupan Masyarakat Mentawai). 56

Ada juga roh lain yang tinggal di dalam tanah yang disebut dengan taikabaga (roh yang ada dalam tanah) atau teteu yang dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi. Di samping itu, arat sabulungan juga mengajarkan bahwa setiap yang hidup atau pun yang mati juga memiliki pancaran kekuatan yang disebut sebagai bajou. Bajou tidaklah bersifat jahat, tetapi bisa menyebabkan hal- hal tidak diinginkan jika terjadi kontak tiba-tiba dengan seseorang. Kontak yang sifatnya tiba-tiba inilah yang berusaha dihindari karena dapat menyebabkan sakit pada seseorang bila kondisi fisiknya sedang lemah. 57

Sesudah masa kemerdekaan, awan mendung meliputi Mentawai. Muncul zaman suram bagi penganut kepercayaan asli. Lima jenis agama yang diakui

56 Ibid., hlm. 419. 57 Ibid., hlm. 421.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

secara resmi Perdana Menteri Indonesia mengeluarkan kebijakan peninjauan kepercayaan di dalam masyarakat. 58 Tindak lanjut dari kebijakan itu, pemerintah

Daerah Sumatera Barat dan Kabupaten Padang Pariaman melalui rapat Tiga

Agama diselenggarakan di setiap Kecamatan. Rapat tiga agama tersebut bertujuan untuk menghancurkan arat sabulungan, yang menghadiri rapat tiga Agama yaitu,

Kristen Protestan, Islam, dan Arat Sabulungan. Rapat itu menghasilkan beberapa keputusan antara lain :59

1. Arat Sabulungan harus dihapuskan, jika perlu menggunakan kekerasan

dengan bantuan tenaga polisi.

2. Dalam tempo tiga bulan diberi kebebasan kepada penduduk asli untuk

memilih salah satu agama, Islam atau Kristen Protestan. Jika sesudah

berakhir masa tempo yang diberikan ternyata mereka tidak juga melakukan

pilihan, semua alat-alat keagamaan atau ritual Arat Sabulungan akan

dibakar oleh polisi bahkan diancam hukuman. Secara resmi pada 1955,

penduduk Mentawai yang belum beragama, dipaksa memasuki salah satu

agama yang ada di daerah itu.

Menarik untuk diketahui bahwa kepercayaan Arat Sabulungan masih memiliki eksistensi dalam kehidupan masyarakat asli Mentawai. Kehadirannya sangat terasa manakala kita berada di lingkungan penduduk desa yang bermukim di Pulau Siberut. Ada keyakinan bahwa bertahannya kepercayaannya ini disebabkan desa-desa di Pulau Siberut umumnya (secara geografis) berada jauh di

58 Surat Keputusan Perdana Menteri Indonesia Nomor 167/PROMOSI/1954 Tentang Pembentukan Panitia Interdepartemental Peninjauan kembali Kepercayaan di dalam Masayarakat. 59 Ibid., hlm. 38.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

pedalaman yang sangat sulit dijamah dengan alat transportasi biasa. Disamping faktor lain, seperti ikatan mereka yang sangat kuat pada hukum adatnya.

Walaupun Protestan, Islam dan Katolik sudah menjadi agama resmi penduduk asli

Mentawai (sejak tahun 1954), tetapi pada umumnya mereka masih menjalankan prinsip-prinsip hidup ala Arat Sabulungan dalam kehidupan sehari-hari. Hingga saat ini meskipun ada tantangan baru dengan masuknya agama modern (Agama

Katolik, Kristen dan Islam) di masyarakat Mentawai tetapi tidak mampu menggantikan posisi Arat Sabulungan yang selama ini mereka junjung tinggi karena mereka beranggapan bahwa Arat Sabulungan sebagian besar prinsipnya masih relevan dengan budaya dan cita-cita hukum masyarakatnya.60

Hidup dalam bimbingan arat menyebabkan orang Mentawai menjadi konservatif, namun hal yang demikian tidak dapat mencabut akar kebebasan dalam kehidupan, malah tetap menghormati dan menjunjung tinggi martabat manusia. Setiap perbuatan yang baik senantiasa sesuai dengan arat. Tingkah laku yang bertentangan dengan arat disebut dosa. Sesuatu hal yang belum pernah berlaku dan mengganggu keselarasan hidup di masyarakat dianggap sebagai kejahatan.61

Mentaati arat berarti merelakan diri dibimbing oleh tradisi, yang menjadi ukuran prima dalam setiap moralitas. Arat dijadikan landasan pokok dan norma dalam penentuan segalanya: manusia, binatang, fenomena natural (gejala alamiah), dan rentetan waktu. Garis besar haluan hidup berpedoman kepada arat, dan aratlah yang langsung mengaturnya. Semua tingkah laku dan aktifitas sosial

60 Mulhadi, “Kepercayaan Tradisional Arat Sabulungan dan Penghapusan”, Jurnal Equality Volume 13, Nomor 1, Februari 2008, hlm.51. 61 Ibid., hlm. 36.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mengacu pada arat. Arat bagi masyarakat Mentawai adalah keselarasan dengan dunia, pemersatu dengan Uma dan jaminan hidup yang penuh dengan kedamaian dan ketentraman. Dengan kata lain, arat memiliki makna sebagai cara bagi orang Mentawai merefleksikan dirinya dengan dunia, baik dunia materil maupun dengan dunia non-materil

(supranatural).62

Dalam religinya, bukan hanya manusia yang mempunyai jiwa, tetapi juga hewan, tumbuh-tumbuhan, batu, air terjun sampai pelangi, dan juga kerangka suatu benda. Selain dari jiwa, ada berbagai macam roh yang menempati seluruh alam semesta, yakni di laut, udara, dan hutan belantara. Menurut keyakinan orang

Mentawai, jiwa manusia atau simagre terletak di ubun-ubun kepala. Jiwa itu suka berpetualang di luar jasmani saat orangnya tidur, yang merupakan mimpinya. Bila jiwa keluar dari tubuh bisa terjadi bahwa jiwa itu bertemu dengan roh jahat.

Akibatnya tubuh akan sakit, dan bila jiwa dalam keadaan itu mencari perlindungan pada roh nenek-moyang, maka tubuh mungkin akan meninggal.

Orang yang sudah meninggal jiwanya tak akan kembali lagi ke tubuh dan menjadi ketsat (roh). Tubuh orang yang telah ditinggalkan simagre atau jiwanya menjadi ketsat atau roh, atau dengan kata lain, orang tersebut telah meninggal.

Tubuh yang ditinggalkan berwujud daging dan tulang itu dianggap masih ada jiwanya, yang disebut pittok. Pittok inilah yang amat ditakuti oleh manusia, karena substansi itu akan berupaya mencari tubuh manusia lain, agar bisa tetap berada di dunia yang fana ini. Untuk menghindarinya pittok ini diusir dari rumah

62 Mulhadi., op.cit,. hlm. 52.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

orang yang meninggal maupun dari Uma dengan upacara karena di tempat itu pittok itu juga bisa bersembunyi mencari mangsanya.63

Upaya untuk menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dan roh ini dipercaya oleh orang Mentawai hanya mampu dilakukan oleh sikerei. Akan tetapi, seorang sikerei juga tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai penghubung apabila tidak ada media, yaitu sekumpulan daun-daunan (sa-bu-lung-an ) tersebut.

Oleh sebab itu sikerei juga sering dikaitkan dengan daun-daunan dan sistem pengobatan yang dianggap sebagai akibat tidak harmonisnya pola hubungan antara para roh dan manusia keyakinan seperti inilah yang mendasari mengapa sebagian masyarakat Mentawai cenderung masih mempercayai dan mengakui pentingnya sikerei dalam sistem pengobatan tradisional, sebagaimana dituangkan ungkapan berikut: tak anai sikerei tak anai punen- tak anai sikerei tak anai marot- tak anai sikerei maigi sanitu (tidak ada sikerei tidak ada upacara-tidak ada sikerei tidak bisa sehat- tidak ada sikerei akan banyak hantu yang mengganggu). 64

Seperti dalam banyak sistem religi di dunia, religi asli orang Mentawai kebanyakan juga mempunyai masa nyepi, atau menghentikan aktivitas hidup untuk sementara, yaitu masa lia dan punen yang dianggap suci. Lia adalah menghentikan aktivitas hidup dalam rangka keluarga inti, dan biasanya menyangkut masa-masa yang penting sepanjang hidup, seperti membangun lalep, atau rumah tangga inti, kelahiran, perkawinan, masa ada anggota keluarga sakit, kematian, dan membuat perahu. Punen adalah nyepi dalam rangka masyarakat

63 Ibid., hlm. 41. 64 Modul Pengayaan, op.cit,. hlm.422.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

dewa sebagai keseluruhan dan biasanya menyangkut masa sebelum dan sesudah membangun Uma, kecelakaan, saat berjangkitnya wabah penyakit menular, dan pada waktu terjadi kecelakaan atau karena pembunuhan, yang mengakibatkan banyak orang mati.65

Apabila anggota suatu keluarga menjalankan lia atau punen, mereka tidak boleh bekerja. Bahkan seperti telah tersebut di atas, kalau pada masa lia atau punen terjadi kematian, jenazah tak boleh diurus dulu tetapi dibiarkan saja dan hanya ditutup daun. Walaupun semua aktivitas berhenti, untuk waktu yang lama kadang-kadang sampai berminggu-minggu, orang diperbolehkan makan dan minum seperti biasa. Karena itu lia dan punen itu tidak merupakan puasa. Punen yang berlangsung lama adalah punen untuk pengukuhan rimata dan sikerei, yaitu pemimpin dan tabib. Upacara yang menyertai punen bisa berlangsung sekitar dua bulan. Erat kaitannya dengan konsep lia dan punen adalah konsep pantangan atau keikei, yaitu melanggar pantangan, terutama dalam masa-masa yang suci (atau dalam rangka upacara-upacara yang suci) dan pelanggarannya akan dihukum dengan hukuman gaib. Hukuman gaib itu harus dihilangkan dengan denda-adat atau tulou tersebut di atas.66

Untuk menempatkan benda-benda baru ke dalam Uma, harus diadakan upacara terlebih dahulu, dan benda baru tersebut harus diletakkan di samping benda yang lama. Tujuannya adalah supaya bajou dari benda yang lama tidak marah dan agar mereka dapat berkenalan. Tanpa upacara akan terjadi sesuatu di

65 Schefold, Reimar, Mainan Bagi Roh, kebudayaan Mentawai, Jakarta, Balai Pustaka, 1999, hlm. 125. 66 Stefano Coronese, Kebudayaan Suku Mentawai, Jakarta, PT Grafidian Jaya, 1986, hlm, 65.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

dalam uma yang bersangkutan. Begitu juga dengan kedatangan orang dari kelompok kerabat lain ke dalam uma, seperti misalnya dalam perkawinan, disertai upacara yang gunanya untuk menetralisir pengaruh bajou. Bajou dapat membawa penyakit panas dan demam, karena itu benda-benda yang ada di dalam uma harus diperciki air yang bermantera.67

Benda-benda Perantara antara dunia gaib dan nyata serupa dengan disemua sistem kepercayaan atau religi lokal di dunia, arat sabulungan orang Mentawai juga mengenal ilmu gaib yang berdasarkan dua keyakinan, ialah (1) keyakinan akan adanya hubungan gaib antara hal-hal yang walaupun berbeda fungsinya, mirip wujud, warna, sebutan atau bunyinya; dan (2) keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang sakti tetapi tak berkemauan atau bajou dalam alam sekitar manusia. Baik segala macam ilmu gaib produktif yang merupakan bagian dari upacara kesuburan tanah misalnya, atau ilmu gaib protektif yang juga sangat penting dalam ilmu obat-obatan dan penyembuhan penyakit secara tradisional, maupun segala macam ilmu gaib destruktif yang antara lain dipergunakan dalam ilmu sihir dan guna-guna, semuanya bisa dikembalikan kepada kedua keyakinan tersebut di atas.68

Ilmu gaib produktif dan protektif yang biasanya merupakan ilmu gaib putih atau baik, dilakukan oleh sikerei, sedangkan ilmu gaib destruktif yang biasanya merupakan ilmu gaib hitam atau jahat dilakukan oleh sipanae. Seperti juga dalam banyak sistem kepercayaan dan religi lokal di dunia, kekuatan sakti

67 Ibid., hlm. 47. 68 http://nnjangboc.blogspot.co.id/2012/07/makalah-suku-mentawai.html diunduh 28 Agustus 2107.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

yang tak berkemauan (bajou), dalam sistem kepercayaan orang Mentawai juga dianggap berasal dalam segala hal yang luar biasa dan dalam benda-benda keramat, serta dalam Uma (sebagai rumah umum yang keramat). Benda-benda itu, yang seperti telah tersebut di atas adalah amat simagre, batu kerebau buluat, orat simagre, dan tudukut, serta dapat ditambah lagi dengan sejumlah daun-daunan dan akar-akar kering dari tumbuh-tumbuhan berkhasiat yang disebut bakkat katsaila, berfungsi sebagai jimat (tae) penolak bahaya gaib atau sebagai benda untuk mengundang roh yang baik.69

Menurut agama tradisional Mentawai (Arat Sabulungan) seluruh benda hidup dan segala yang di alam mempunyai roh atau jiwa (Simagre). Roh dapat memisahkan dari tubuh dan bergentayangan dengan bebas. Jika keharmaonisan antara roh dan tubuhnya tidak dapat dipelihara, maka roh akan pergi dan dapat menyebabkan penyakit. Konsep kepercayaan ini berlaku dalam kehidupan sehari- hari masyarakat. kegiatan keseharian yang tidak sesuai dengan adat dan kepercayaan maka dapat mengganggu keseimbangan dan keharmonisan roh di alam.

Upacara agama dikenal dengan sebagai punen, puliaijat atau lia harus dilakukan bersamaan dengan aktivitas manusia sehingga dapat mengurangi gangguan. Upacara dipimpin oleh para sikerei yang dapat berkomunikasi dengan roh dan jiwa yang tidak dapat dilihat orang biasa. Roh makhluk yang masih hidup maupun yang telah mati akan diberikan sajian yang banyak disediakan oleh anggota suku. Rumah adat (Uma) dihiasi, daging babi disajikan dan diadakan

69 Ibid., hlm. 79.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

tarian (turuk) untuk menyenangkan roh sehingga mereka akan mengembalikan keharmonisan. Selama diadakan acara, maka sistem tabu atau pantangan (keikei) harus dijalankan dan terjadi pula berbagai pantangan terhadap berbagai aktivitas keseharian.

Maka dari itu salah satu menjaga keharmonisan dengan roh diadakan lia atau punen seperti yang dijelaskan di atas, lia atau punen ini dilakukan tidak hanya merupakan untuk ungkapan terimah kasih masyarakat Mentawai terhadap kebaikan para roh itu sendiri, tetapi juga merupakan bentuk ungkapan permohonan untuk selalu mendapat kebaikan dari para roh. Ungkapan ini selalu diwujudkan dalam bentuk perburuan binatang yang dilakukan setelah upacara diadakan. Dalam perburuan ini, semua binatang yang bisa di makan dagingnya pada prinsipnya bisa dijadikan sasaran dalam setiap perburuan. Akan tetapi, sebagai rangkaian dari sebuah upacara, perburuan yang dilakukan akan selalu diikat oleh aturan-aturan dan pantangan- pantangan tertentu yang dilegitimasi secara adat. 70

Kepercayaan-kepercayaan agama masyarakat Mentawai seperti merupakan variasi atas keadaan-keadaaan kehidupan ini. Cita-cita keseimbangan dan keselarasan dalam hubungan didalam sebuah uma dan di dalam hidup bersama denga para tetangga juga berlaku dalam hubungan dengan alam gaib.

Konsep Tuhan Yang Maha Kuasa tidak banyak dikembangkan, akan tetapi paham itu terselubung dalam sebuah istilah kolektif bagi kekuatan kepercayaan yang ditunjukan secara lambang sebagai kina ulau (maksudnya yang terang) akan tetapi

70 Modul Pengayaan PTEBT, op.cit,. hlm. 418.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

dalam kegiatan yang bersifat keagamaan orang memusatkan perhatian lebih banyak atas perwujudan dari yang terang itu.71

Kepercayaan tradisional dan khususnya tabu inilah yang menjadi kontrol sosial penduduk dan mengatur pemanfaatan hutan secara arif dan bijaksana dalam ribuan tahun. Bagaimana pun juga, sekarang kebudayaan tersebut berangsur hilang. Populasi penduduk tumbuh dengan cepat dan sumberdaya alam dieksploitasi tanpa mengindahkan peraturan tradisional sehingga berdampak menurunya daya dukung lingkungan yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Mentawai. Sistem pantangan ini dicirikan oleh sifatnya yang sementara, gampang berubah dan selektif hanya untuk pemanfaatan jenis-jenis tertentu. Sampai saat ini belum definitif bagaimana tabu dan pantangan memberi manfaat bagi pembatasan eksploitasi untuk perladangan.72 Dalam melakukan kegiatan berburu, pembuatan sampan, merambah atau membuka lahan untuk ladang atau membangun sebuah uma maka biasanya dilakukan secara bersama- sama oleh seluruh anggota Uma dan pembagian kerja dibagi atas jenis kelamin.

Setiap keluarga dalam satu Uma membawa makanan (ayam, sagu, dan lainnya) yang kemudian dikumpulkan dan dimakan bersama-sama oleh seluruh anggota uma setelah selesai melaksanakan kegiatan atau upacara.

Orang Siberut sendiri tidak mempunyai gambaran jelas tentang asal mula dunia tempat mereka hidup. Walaupun mereka mengenal beragam kisah mitologis yang kadang-kadang sebagai tema utama, dan kadang-kadang dengan sepintas

71 Schefold Reimar, dkk,. op.cit,. hlm. 20. 72 Darmanto, dkk., op.cit., hlm. 131.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

lalu bercerita tentang terciptanya jagat raya, perihal asal muasal berbagai gejala atau mengenai riwayat manusia, namun dari segala mitos yang ada tersebut tidak dapat dijabarkan gambaran yang menyeluruh, beberapa gejala tertentu ada yang penting, tetapi ada juga kelihatannya hanya sepele yang dijelaskan seluk beluknya. Sementara yang lainnya dibiarkan kabur. Namun kenyataannya bagi orang Mentawai merasa tidak begitu terganggu. Mitos-mitos itu bagi orang mentawai bukan cerita dongeng, melainkan riwayat yang benar-benar pernah terjadi. Hal yang memadai untuk dijadikan pegangan dalam menghadapi keaneka ragaman gejala yang ada. 73

Mitos-mitos yang dipandang merupakan yang sungguh-sungguh terjadi menghasilkan wawasan tentang hal terciptanya dan juga makna alam lingkungan serta jagat raya, begitu pula mengakrabkan bagi manusia yang dengan begitu merasa mendapatkan tempat yang pasti di dalamnya. Menurut pandangan orang

Siberut, pulau tempat kehidupan mereka merupakan titik pusat samudera dunia, dikelilingi pulau-pulau lainnya. b) Sistem Kesenian Marga Salemurat Kesenian merupakan bagian dari budaya yang menjadi ciri khas suatu daerah tersebut. Kesenian juga sebagai sarana seseorang dalam mengekspresikan yang ada dalam jiwa manusia. Sebagai salah satu suku yang ada di Indonesia adalah Mentawai yang memiliki ciri khas tertentu.

73 Schefold, Reimar., op.cit., hlm.15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Di masyarakat Mentawai pada umumnya kesenian dibagi atas dua adalah,

Seni rupa dan Seni tari-tarian. a. Seni Rupa

Seni dan seniman merupakan istilah yang tidak dikenal orang Mentawai.

Mereka juga tidak memiliki kata yang mengungkapkan bahwa suatu benda berwujud artistik. Hal ini sebenarnya sudah dapat disimpulkan dari paparan mengenai kepercayaan yang telah dijelaskan di atas. Segala sesuatu yang ada, mempunyai Individualitasnya yang hidup bentuk artistik bukan merupakan tambahan untuk tujuan keartistikan itu sendiri, melainkan merupakan bagian yang terpadu dari keseluruhan wujud benda.

Bagi orang Mentawai, pembuatan bentuk yang artistik memang sudah seharusnya begitu. Hal ini disebabkan oleh tradisi, dalam ciptaan individual yang ditiru dengan apa yang dilihat disekitarnya. Lambat laun berkembang norma artistik yang mantap untuk segala manifestasi kebudayaan. Bagi manusia modern, bisa saja suatu benda dibuat dengan mempertimbangkan segi teknisnya. Sepotong papan dengan diberi pegangan misalnya, dapat saja memenuhi persyaratan fungsional yang serupa dengan perisai buatan orang Mentawai yang begitu indah corak bentuk dan hiasannya, tetapi bagi orang mentawai pembuatannya yang begitu indah, yang menyebabkan kita pun menyukai buatan mereka dari pada sepotong papan biasa, bukanlah merupakan suatu kemewahan yang untuk mewujudkannya terserah pada selera masing-masing individu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Menurut orang mentawai bentuk artistik yang sudah ditentukan oleh tradisi bagi setiap benda yang dibuat, tidak kalah penting artinya dibandingkan dengan aspek teknisnya dalam menentukan mutu benda tersebut. Seni rupa yang biasa dibuat oleh masyarakat mentawai adalah bahan-bahannya dari alam sendiri seperti dari rotan (pelege), (osap) gelang, bambu, kayu. Cara pembuatannya pun masih sangat sederhana dan tradisional sementara teknik pembuatannya sendiri menggunakan tujuh macam teknik seni ornamental atau figuratif, yaitu teknik anyaman, aplikasi atau teknik tambal, pembuatan warna, penggoresan, pencongkelan bagian permukaan, penembusan permukaan atau teknik kerawang, serta pengukiran bentuk plastis. Pembuatan ornamen dengan teknik bakar yang dikenal diberbagai daerah Asia Tenggara, tidak dikenal di Mentawai.

Mengenai benda yang dibuat dengan teknik pertama, yaitu anyaman, sudah disebutkan simpai (letcu, teleurui) dari rotan yang dipakai untuk menghias barang-barang berbentuk tabung. Teknik kedua pembuatan warna biasanya warna dapat diambil dari kulit kayu (babaet)dan diremdam beberapa hari untuk menghsilkan warna yang baik, teknik ketiga ada penggoresan, pencongkelan bagian permukaan penembusan dan teknik pengukiran biasanya teknik ini dapat dilakukan pada sepotong papan atau kayu yang sudah dipilih yang dijadikan bahan ukiran atau sebagainya. 74

74 Ibid., hlm. 139.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

b. Tari-tarian

Jenis- jenis tarian yang ada di masyarakat Mentawai berbagai macam dan kebanyakan menggunakan gerakan tarian yang menirukan gerakan hewan, yang menyimbolkan binatang di lingkungan mereka tempati. Dalam turuk laggai liukkan tubuh dan hentakan kaki penari mengikuti irama gendang (gajeumak) yang menirukan tingkah hewan seperti elang, monyet atau bilao dan setiap turuk

(tarian) uliat memilki makna tersendiri yang menyatu dengan lingkungan yang mereka tempati dan memilki kearifan dalam menjaga lingkungannya.

Turuk laggai merupakan gambaran dari kehidupan alam yang diamati secara seksama dan dipelajari secara turun- temurun. Akibat kedekatan alam inilah yang mempengaruhi semua tingkah laku masyarakat Mentawai, termasuk ke dalam seni tari. Sehingga di berbagai tempat di Mentawai gerakan turuk laggai hampir sama, karena yang diamati hampir sama prilakuhnya. Jenis-jenis tariannya adalah sebagai berikut.

1. Turuk Uliat Bilou

Tarian ini dapat disebut juga tarian monyet, yang bercerita tentang

monyet dan kawannya yang selalu gembira, bernada ria dan bernyanyi

pada cuaca cerah. Dalam tarian uliat Bilou ini dapat melibatkan tiga atau

empat penari dan dibantu tiga orang pemain musik (penabuh gendang),

uliat bilou menggambarkan tentang perdamaian antar suku.

2. Turuk Uliat Manyang

Tarian Elang menceritakan tentang dua ekor burung elang yang

saling berebut seekor ikan, timbul perkelahian namun tidak menimbulkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

korban. Kedua ekor elang tersebut saling membagi rata ikan yang ada

dihadapan mereka. Tarian ini menyampaikan pesan bahwa perseteruan

atau pertengkaran tidak akan menyelesaikan persoalan, jalan baiknya

adalah berdamai, (menggambarkan cinta kasih).

3. Turuk Pokpok

Tarian ini merupakan tarian kegembiraan pada saat adanya pesta

atau punen. Umumnya dilakukan oleh kaum wanita atau ibu-ibu dengan

cara menepuk-nepuk pinggul sebelah kanan dan kiri sambil kaki

dientakkan.75 c) Sistem Ekonomi Marga Salemurat

Sistem ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas, namun tidak bisa lepas dari terminologi sistem itu sendiri. Secara umum, sistem adalah suatu kesatuan yang sifatnya menyeluruh, di dalamnya terdapat bagian-bagian yang memiliki ciri-ciri sendiri, dan antar bagian-bagian itu memiliki keterkaitan yang saling mendukung sehingga membentuk mekanisme kerja yang menyatu. Dengan demikian, sistem adalah suatu bangunan atau entitas yang tersusun dari sub sistem yang saling berkaitan sehingga pola kerja yang holistik.76

Pengertian sistem ekonomi tidak jauh berbeda dengan pengertian sistem secara umum. Artinya, sistem ekonomi juga merupakan sistem yang mengatur seluruh perekonomian suatu nergara dalam rangka mencapai tujuan negara dalam

75 Dian permata sari, “Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya seni”, Jurnal Ekspresi Seni volume 18, Nomor 2, November 2016, hlm. 267. 76 Ismail, Munawar, dkk, Sistem Ekonomi Indonesia, Jakarta, PT Gelora Aksara Pratama, 2014, hlm. 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

mencapai kesejahteraannya. Jadi, sistem ekonomi sangat berperan penting dalam masyarakat atau negara mengenai bagaimana sebaiknya kegiatan ekonomi diselenggarakan. 77

Masyarakat Mentawai adalah suku yang sangat bergantung dengan alam.

Walau sudah bercocok tanam suku Mentawai hanya bertanam pisang, keladi dan kelapa. Jangan bayangkan sistem pengairan irigasi, pupuk, kultur jaringan. Untuk mengolah lahan pertanian semuanya masih dilakukan dengan cara tradisionil dan sederhana.

Masyarakat Mentawai memenuhi keperluan hidupnya dari berburu. Baik di dalam hutan, sungai hingga rawa-rawa. Luas Pulau Siberut kurang lebih 4.092 km persegi masih didominasi hutan dengan flora dan fauna endemik yang hanya hidup di kepulauan mentawai. Yang paling menarik perhatian dunia adalah berkembangnya sejumlah hewan primata unik yang hanya ada di kepulauan mentawai. Ada empat jenis primata di alam kepulauan mentawai, bilou

(Hylobates klossii), bokkoi atau beruk pagai (Macaca pagensis), masepsep atau kera ekor babi (Simias concolor) dan Joja atau lutung mentawai (Presbytis potenziani). Suku mentawai secara umum menyebut empat primata endemik ini sikabuat.78

Sayangnya, hewan primata ini mulai punah karena dijadikan makanan istimewa oleh masyarakat Mentawai. Dalam pesta upacara adat, sikabuat akan diburu secara beramai-ramai lalu disantap bersama sebagai sajian penutup.

Kenikmatan daging sikabuat bahkan disebut mengalahkan semua jenis makanan

77 Amir Machmud, Perekonomian Indonesia pasca Reformasi, Jakarta, Erlangga, 2016, hlm. 20. 78 Kemendikbud, Modul Pengayaan Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional Berbasis Muatan Lokal Kebudayaan di Sumatera Barat, Jakarta, Kemendikbud, 2015, hlm.429.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

protein hewani lainnya. Maka, ketika ditawarkan daging ayam sebagai ganti mengonsumsi sikabuat suku Mentawai menolak. Setiap tahun jumlah primata yang dilindungi UU ini, semakin menurun. Padahal tak ada tempat dimana pun dibelahan dunia yang memiliki jenis primata ini.79

Berburu adalah pekerjaan utama para laki- laki suku Mentawai. Dengan mengenakan selembar kabit (cawat terbuat dari kayu) yang menutupi bagian bawah. Sedangkan yang menangkap ikan adalah kaum wanita. Anak panah yang telah dilumuri ommai atau raggi (sejenis ramuan racun mematikan) sangat efektif melumpuhkan hewan buruan. Seiring berjalannya waktu saat ini sudah banyak laki-laki suku Mentawai menenteng senapan angin yang pelurunya juga sudah diberi racun mematikan sebagai pengganti busur panah. Ommai atau raggi sendiri dibuat dari bahan dasar sederhana antara lain kulit batang ommai atau raggi

(Antiaris toxicaria), air tuba (Derris elliptica) dan cabe rawit. Ketiga bahan ini dicampur dengan takaran yang pas lalu dibuatkan ekstraknya yang berwarna hijau kehitaman.80

Budaya berburu suku Mentawai dulunya sangat memperhatikan hukum adat yaitu meminta izin roh penguasa hutan ( Taikaleleu). Hukum meminta izin ini salah satu kearifan lokal yang menjaga keseimbangan alam. Secara alami suku

Mentawai hanya berburu hewan dalam jumlah yang diperlukan saja. Babi dan sikabuat adalah hewan yang paling sering diburu. Namun sayang permintaan akan

79 Ibid., hlm. 430. 80 Schefold, Reimar., op.cit, hlm. 64-65.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

hewan buruan yang dipesan semakin tinggi maka semakin masif saja perburuan di kawasan hutan.

Berburu merupakan sebuah aktivitas kebanggaan kaum laki-laki di Marga

Salemurat (Mentawai), karena yang melakukan kegitan berburu adalah kaum laki- laki yang ada di suku tersebut, sementara para istri tinggal menunggu di rumah hasil buruan mereka tanpa melakukan suatu pekerjaan apapun apalagi pekerjaan berat. Kebanggaan tersebut dapat dilihat dari pajangan tengkorak binatang buruan

(abakmanang) di dalam uma. Selain sebagai ajang menguji keahlian dan keterampilan menggunakan peralatan berburu (busur dan anak panah), berburu juga menjadi sebuah bentuk pengetahuan tradisional masyarakat adat Mentawai pada umumnya terhadap alam dan fenomenanya. Sebab berburu tidak dilakukan setiap saat, ada masa atau waktu tertentu yang dianggap baik untuk berburu, seperti perhitungan bulan. Berburu juga biasanya dilakukan sebagai penutup upacara atau pesta adat (puliaijat). Selain itu setiap kali berburu, berlaku tabu

(kei-kei) yang harus dijalani oleh setiap orang yang ikut pergi berburu.81

Berburu sering juga disebut dengan istilah murou-rou yang berasal dari kata rou-rou yang berarti busur. Jadi, muro-urou bisa diartikan menangkap binatang dengan menggunakan busur. Karena busur selalu disertai dengan anak panah (silogui), berburu binatang dengan menggunakan anak panah sering juga disebut murou-rou.

Ada dua jenis aktivitas berburu, yaitu berburu untuk kepentingan upacara dan berburu untuk kepentingan pribadi (non-upacara). Berburu sebagai aktivitas

81 Ibid., hlm. 430.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

pribadi dilakukan oleh individu atau beberapa orang bertujuan untuk mencari daging untuk dimakan sehingga aktivitas berburu seperti ini sering disebut oleh masyarakat ialah mencari daging. Sementara itu, aktivitas berburu untuk kepentingan upacara (punen) adalah aktivitas berburu yang telah direncanakan secara bersama-sama biasanya atas nama klan, dilakukan sebagai penutup upacara

(puliaijat). Oleh sebab itu, berburu sebagai aktivitas penutup upacara (punen), adalah sebuah kegiatan yang wajib dilakukan karena sebuah punen dianggap belum selesai bila belum ditutup dengan acara perburuan. Oleh karena itu, berburu sebagai penutup punen hanya merupakan bentuk simbolisasi penegasan atau penguatan pola hubungan manusia (Uma) dengan roh (simagre). Maka selama berburu banyak pantangan atau beberapa tabu yang ditaati, supaya hubungan manusia dan roh tersebut baik dan akan ditunjukan melalui hasil buruan. 82

Tabu merupakan suatu yang harus ditaati. Dalam masyarakat sederhana dan primitif, tabu adalah suatu hukum yang mengatur tingkah laku manusia. Tabu merupakan delegasi hukum dalam masyarakat modern. Menurut A.G. Jensen, ketidaktaatan pada tabu bukan hanya merupakan suatu pelanggaran, melainkan suatu pencemaran dan pengkhianatan. Oleh sebab itu, mentaati tabu berarti bertindak menurut moral yang ada. Hal-hal yang ditaati khususnya dalam berburu adalah:

1. Tidak boleh memukul anjing dalam waktu berburu supaya roh-roh punen

tidak marah

82 Ibid., hlm. 428.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

2. Bagi mereka yang pergi berburu dilarang mencuci rambut. Kalau hal itu

dilakukan juga, mereka tidak akan mendapatkan hasil buruan.

3. Dilarang menyiapkan “jurut” kalau tidak dipatuhi, panah tidak akan

mengenai sasarannya, sebab mata panah sudah tertutup, sehingga tidak

dapat melihat mangsanya.

4. Mereka tidak boleh tidur waktu menyiapkan racun panah. Kalau mereka

tertidur, panah akan menjadi tawar dan mengakibatkan monyet yang

sudah dipanah tetap tergantung di atas pohon, tidak jatuh ke tanah. Juga

tidak boleh mandi sebab racun yang disediakan itu akan menjadi tawar.

5. Hasil buruan itu harus di bagi-bagikan, kalau tidak persediaan akan

menjadi tawar.

6. Waktu sang suami sedang berburu, sang istri tidak boleh marah agar

sang suami terhindar dari kecelakaan di hutan, umpamanya, di patuk

ular dan kena ranjau duri alalatek yang penuh racun. 83

Istilah yang dipakai untuk menunjukan tabu, adalah (keikei). Istilah untuk menunjukan suatu yang suci, adalah Suru, dan suatu hal yang telah menjadi suci disebut Ma-suru. Di Mentawai pada umumnya tidak terkecuali Marga Salemurat banyak sekali yang dianggap tabu, karena orang jahat atau bajou, sangat mempengaruhi secara jelek. Di samping itu ada pula roh-roh baik, yang mampu mempengaruhi roh-roh jahat. Diantara bermacam-macam tabu, yang akan ditunjukan hanya beberapa buah saja.

83 Stefano Coronese., op.cit., hlm. 66.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Berburu juga dilakukan dengan upacara panangga yang maknanya sama dengan upacara panaki yaitu meminta izin terlebih dahulu kepada roh-roh penjaga hutan sebagai penghargaan dan rasa terima kasih. Kegiatan berburu di Mentawai ini termasuk pada kegiatan konservasi karena memiliki aturan dan tata cara yang tepat. Berburu juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan petunjuk mengenai hubungan dengan roh yang ada di hutan sekaligus cara untuk mengetahui kualitas hubungan dengan manusia dan hutan. 84

Makanan pokok masyarakat di Siberut adalah sagu (Metroxylon sagu), pisang dan keladi. Makanan lainnya seperti buah-buahan, madu dan jamur diramu dari hutan atau ditanam di ladang. Sumber protein seperti rusa, monyet dan burung diperoleh dengan berburu menggunakan panah dan ikan dipancing dari kolam atau sungai. Jenis makanan umum yang sering ditemui adalah sagu yang dibungkus daun sagu sendiri dikenal dengan istilah kapurut dan sagu yang dimasukan ke dalam bambu kecil kemudian dibakar yang dikenal denga istilah sagu kaokbug. Sementara keladi atau talas yang sudah direbus dan ditumbuk serta ditaburi dengan kelapa parut disebut subbet. Oleh sebab itu, di Mentawai cenderung tidak ada makanan khas yang dibuat dan diproduksi secara kreatif. 85

84 Darmanto, dkk.,op.cit., hlm. 121. 85 Kemendikbud., op.cit., hlm. 466.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan permasalahan Sejarah Marga Salemurat di Pulau Siberut Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Menurut cerita rakyat atau mitos yang ada di Kepulauan Mentawai

menyebutkan bahwa mengenai asal-usul masyarakat asli di pulau Siberut

hingga memulai kehidupannya memang belum diketahui secara pasti

keberadaannya, tetapi mereka memiliki rujukan silsilah keturunan yang

saling terkait sejarah lisan yang saling melengkapi, dan bahasa yang sama

yaitu bahasa Mentawai. Mereka memulai kehidupannya tidak di hutan

melainkan di tepi pantai, namun mereka menyadari bahwa tidak cukup

untuk hidup di tepi pantai mereka pun mulai menuju perbukitan dan hutan

belantara untuk mencari pemukiman baru. Seiring perkembangan mereka

mulai memikirkan nama kelompok atau klan. Meskipun sampai saat ini asal

mula orang Mentawai belum diketahui secara pasti keberadaannya tetapi

teteu (nenek moyang) Marga Salemurat sendiri diduga berasal dari

Simatalu, Siberut Utara. Sementara nama Marga Salemurat awalnya dari

nama pohon besar yang ada di dekat Uma yang mereka bangun saat itu,

seiring berjalannya waktu dan semakin bertambah keturunannya Marga

Lemurat berganti nama menjadi Salemurat hingga saat ini. Kehidupan sosial

56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

masyarakat Siberut terutama dalam bidang kesehatan, saat sudah mulai ada

perubahan dengan adanya rumah sakit di setiap daerah atau kampung untuk

memenuhi kesejahteraan masyarakatnya tidak lagi bergantung sama Sikerei

(tabib) yang mengobati yang sakit, sama halnya dibidang pendidikan sedang

diupayakan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Uma

Marga Salemurat berada di desa Madobag Kecamatan Siberut Selatan

Dusun Ugai.

2. Struktur sosial masyarakat Marga Salemurat berdasarkan Uma, dimana

masyarakat Mentawai pada umumnya menganut sistem Patrilineal yang

mereka sebut dengan istilah Uma tadi. Uma ini mempunyai arti tempat yang

didiami oleh beberapa puluh manusia yang berhubungan satu dengan yang

lain dalam hal keturunan. Uma juga terdiri tiga macam yaitu, Uma (rumah

besar), Lalep (tempat tinggal suami istri yang pernikahnnya yang dianggap

sah), Rusuk (pemondokan khusus tempat penginapan anak-anak muda).

Struktur sosial masyarakat Marga Salemurat adalah kebersamaan, mereka

tinggal dirumah besar yang disebut Uma, selain itu struktur masyarakatnya

didasarkan pada kesamaan kedudukan, tidak ada yang mejadi kepala suku.

Dengan demikian struktur kebudayaan Mentawai dapat dibedakan tiga

macam yaitu, Sibakkat laggai (orang yang memiliki tanah kampung), Si toi

(orang yang tidak memiliki lahan), Si oi akek (pendatang). Masyarakat

Mentawai adalah masyarakat yang menganut sistem kekerabatan patrilineal

atau sistem keturunan yang ditarik dari garis ayah. Unit terkecil dalam

sistem keturunan masyarakat Mentawai adalah keluarga inti (nuclear

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

family). Sistem kekerabatan dalam keluarga yang dianut oleh masyarakat

adalah sistem adat virilokal yaitu suatu keluarga yang terdiri dari senior

dengan keluarga inti dari anak laki-laki. Suku-suku di Mentawai (penduduk

asli) menghitung garis keturunan dari laki-laki yaitu mulai dari teteu (kakak

Ego) seterusnya sampai kepala Togatteteu (cucu laki-laki ego). Di Mentawai

memiliki tradisi yang khas dalam melaksanakan upacara pernikahan.

Mereka tidak melaksanakan pernikahan di Mesjid ataupun di Gereja tetapi

mereka akan melangsungkannya di Uma (rumah adat Suku Mentawai).

3. Dinamika kehidupan masyarakat Mentawai dalam berbagai aspek seperti

Sistem kepercayaan, sistem kesenian dan sistem ekonomi, dalam sistem

kepercayaan Marga Salemurat diyakini masih memegang teguh adanya

kepercayaan yang disebut Arat Sabulungan (adat), meskipun saat ini

masyarakat Marga Salemurat sudah memeluk agama resmi yang sudah

ditentukan oleh pemerintah, tetapi pada umumnya mereka masih

menjalankan prinsip-prinsip hidup ala Arat Sabulungan dalam kehidupan

sehari-hari. Hingga saat ini belum ada sistem hukum adat baru yang mampu

menggantikan posisi Arat Sabulungan yang selama ini mereka junjung

tinggi karena mereka beranggapan bahwa Arat Sabulungan sebagian besar

prinsipnya masih relevan dengan budaya dan cita-cita hukum

masyarakatnya. Sesudah kemerdekaan awan mendung meliputi Mentawai

muncul zaman suram bagi penganut kepercayaan asli. Lima jenis agama

yang diakui secara resmi oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) diberi

hak hidup, sedangkan kepercayaan asli Mentawai yang bersifat animistis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

dilarang dan dihapuskan, sehingga pada tahun 1954 diadakan Rapat Tiga

Agama. Dalam sistem Kesenian masyarakat Mentawai terbagi dua macam yaitu seni rupa dan seni tarian, untuk seni rupa bahan-bahan termasuk alat yang digunakan masih bersifat tradisional sementara tarian sendiri dibagi lagi dalam tiga jenis yaitu Turuk Uliat Bilou, Turuk Uliat Manyang, Turuk

Pokpok, dari ketiga jenis turuk ini dapat melibatkan tiga orang pemain musik (penabuh gendang), dan sistem ekonomi masyarakat Suku Salemurat sangat bergantung dengan alam sekitar, meskipun sudah bercocok tanam namun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Marga Salemurat dari diharuskan untuk berburu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Amir Machmud. 2016. Perekonomian Indonesia pasca Reformasi. Jakarta:

Erlangga.

Adri Febrianto. 2012. Pemilikan dan penguasaan lahan pada orang Mentawai,

pada masyarakat dusun Madobag Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten

Kepulauan Mentawai. Skripsi. Padang: Jurusan Antropologi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Padang. (Tidak diterbitkan)

Arsenius. 2017. Pengaturan Mengenai Hutan Adat dan Implementasinya di

Kepulauan Mentawai. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana

Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. (Tidak diterbitkan)

Coronese, Stefano. 1986. Kebudayaan Suku Mentawai. Jakarta: PT Grafidian

Jakarta.

Darmanto, dkk. 2012. Berebut Hutan Siberut. Jakarta: PT Gramedia.

Dian Permata Sari. 2016. “Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni”. dalam

Jurnal Ekspresi Seni, volume 18, Nomor 2, November, hlm. 267.

Eko A Meinarno. dkk. 2011. Manusia dalam kebuadayaan dan masyarakat.

Jakarta: PT Salemba Humanika.

Hari Susanto. 1997. Pulau Siberut, Potensi, Kendala dan Tantangan

Pembangunan. Bogor: CV Surya.

60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Idrus Hakimy. 1978. Pokok-pokok pengetahuan adat alam Minangkabau.

Bandung: Remaja Karya.

Koentjaraningrat. 1971. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

Koentjaraningrat. 1985. Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Munawar Ismail, dkk. 2014. Sistem Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT Gelora

Aksara Pratama.

Kemendikbud. 2015. Modul Pengayaan Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi

Budaya Tradisional Berbasis Muatan Lokal Kebudayaan di Sumatera

Barat. Jakarta: Kemendikbud.

Mulhadi. 2008. “Kepercayaan Tradisional Arat Sabulungan dan Penghapusan”,

dalam Jurnal Equality Volume 13, Nomor 1, Februari, hlm.52.

Nurdianti. 2015. “Sistem Kepercayaan Komunitas Adat Terpencil Suku Akit di

Desa Penyengat,” dalam Jurnal FISIP volume 2, Nomor 1, Februari,

hlm. 2-12.

Spina, Bruno. 1981. Mitos dan Legenda Suku Mentawai. Jakarta: Balai Pustaka.

Persoon dan Schefold. 1985. Pulau Siberut Pembangunan Sosio-Ekonomi

Kebudayaan Tradisional dan Lingkungan Hidup. Jakarta: Bhratara Karya

Aksara.

Rudito, Bambang. 2013. Bebetei Uma Kebangkitan Orang Mentawai. Yogyakarta : Gading dan ICSD.

Schefold, Reimar. 1999. Mainan Bagi Roh, Kebudayaan Mentawai. Jakarta: Balai

Pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Surat Keputusan Perdana Menteri Indonesia Nomor 167/PROMOSI/1954 Tentang Pembentukan Panitia Interdepartemental Peninjauan kembali Kepercayaan di dalam Masayarakat. Tarida Hernawati. 2007. Uma Fenomena Keterkaitan Manusia dengan Alam,

Padang: Yayasan Citra Mandiri.

Yahya Mansur dkk. 1988. Sistem Kekerabatan dan Pola Perkawinan. Jakarta:

Pustaka Grafika kita.

Yudas Sabaggalet. 2015. Materi Teksnis rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Kepulauan Mentawai 2015-2035 (Pengantar), Tuapeijat: Bappeda

Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Wawancara:

Hasil wawancara dengan Agustinus Salemurat, tetua Marga Salemurat, tanggal

28 Agustus 2017.

Sumber dari Internet: http://www.suarawajarfm.com/2015/02/17/2020/sistem-kekerabatan-dan-garis keturunan-suku-mentawai.html diunduh senin 28 Agustus 2017 21.09 http://tamannasionalsiberut.org/sosial-budaya-masyarakat-mentawai.html,diunduh pada 28 Agustus 2017 http://nnjangboc.blogspot.co.id/2012/07/makalah-suku-mentawai.html, diunduh 28 Agustus 2107. http://www.sukumentawai.org/id/sejarah/ diunduh pada 6 Februari 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SILABUS Nama Sekolah : SMA Santa Maria Yogyakarta Mata Pelajaran : Sejarah Wajib Kelas : X Semester : 1

A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Waktu 3.1 Memahami dan Cara Berfikir Mengamati: Observasi: 2 mg x 2 jp  Buku Paket menerapkan konsep Kronologis dan  Membaca buku teks mengamati Sejarah berpikir kronologis Sinkronik dalam tentang cara berfikir kegiatan peserta (diakronik), sinkronik, mempelajari kronologis, didik dalam Indonesia ruang dan waktu dalam Sejarah sinkronik, dan proses kelas X. sejarah  Cara berfikir konsep waktu dan mengumpulkan kronologis ruang dalam sejarah data, analisis data  Buku-buku 3.2 Memahami konsep dalam dan pembuatan lainya perubahan dan mempelajari Menanya: laporan. keberlanjutan dalam sejarah  Berdiskusi untuk  Internet (jika sejarah mendapatkan Portofolio:: tersedia) pendalaman menilai laporan 4.1 Menyajikan informasi  Cara berfikir pengertian tentang peserta didik mengenai keterkaitan sinkronik dalam cara berfikir tentang cara antara konsep berpikir mempelajari kronologis, berfikir kronologis sejarah sinkronik, dan kronologis, konsep waktu dan  ruang dalam sejarah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Waktu 4.2 (diakronik),sinkronik,  Konsep ruang Mengeksplorasikan: sinkronik, ruang ruang dan waktu dalam dan waktu  Mengumpulkan dan waktu dalam sejarah informasi terkait sejarah

dengan pertanyaan 4.3 Menerapkan konsep mengenai cara Tes tertulis: perubahan dan berfikir kronologis, menilai keberlanjutan dalam sinkronik, konsep kemampuan mengkaji peristiwa ruang dan waktu peserta didik sejarah dari sumber tertulis, dalam memahami sumber lainnya dan dan menerapkan atau internet. cara berfikir kronologis, sinkronik serta keterkaitannya dengan konsep ruang waktu dalam sejarah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Waktu

Mengasosiasikan:  Menganalisis hasil informasi yang didapat dari sumber tertulis dan atau internet untuk mendapatkan kesimpulan tentang keterkaitan antara cara berfikir kronologis, sinkronik dengan konsep ruang dan waktu dalam sejarah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Waktu Mengomunikasikan:  Hasil analisis kemudian di laporkan dalam bentuk tulisan tentang keterkaitan antara cara berfikir kronologis, sinkronik dengan konsep ruang dan waktu dalam sejarah.

3.3 Menganalisis kehidupan Indonesia Zaman Mengamati: Observasi: 9 mg x 2 jp  Buku Paket manusia purba dan asal- Praaksara: awal mengamati  Membaca buku teks Sejarah usul nenek moyang kehidupan kegiatan peserta dan melihat bangsa Indonesia Manusia didik dalam Indonesia gambar-gambar (Melanesoid, Proto, dan Indonesia. proses tentang kelas X. Deutero Melayu)  Perkembangan mengumpulkan, perkembangan bumi bumi dan menganalisis data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Waktu 3.4 Memahami hasil-hasil munculnya dan munculnya dan membuat  Buku-buku dan nilai-nilai budaya makhluk hidup makhluk hidup, laporan. lainya masyarakat praaksara  Terbentuknya terbentuknya Indonesia dan kepulauan kepulauan Indonesia, Portofolio:  Internet (jika pengaruhnya dalam Indonesia aktifitas kehidupan menilai portofolio kehidupan lingkungan masyarakat zaman peserta didik tersedia) terdekat praaksara, peta tentang zaman  Gambar persebaran asal-usul praaksara di 4.4 Menyajikan informasi  Corak nenek moyang Indonesia. aktifitas mengenai kehidupan kehidupan dan bangsa Indonesia kehidupan manusia purba dan asal- hasil-hasil dan peninggalan Tes manusia usul nenek moyang kebudayaan hasil kebudayaan tertulis/lisan: bangsa Indonesia pada masa pada zaman menilai praaksara (Melanesoid, Proto, dan praaksara praaksara yang kemampuan Deutero Melayu) dalam Indonesia masih bertahan peserta didik  Gambar hasil- bentuk tulisan sampai sekarang dalam memahami hasil Menanya: dan menganalisis 4.5 Menyajikan hasil-hasil  Nilai-nilai  Berdiskusi untuk konsep tentang peninggalan dan nilai-nilai budaya budaya mendapatkan proses Indonesia pada kebudayaan masyarakat praaksara masyarakat perkembangan bumi zaman praaksara praaksara Indonesia dan masa praaksara dan munculnya pengaruhnya dalam yang masih makhluk hidup,  Peta kehidupan lingkungan bertahan terbentuknya terdekat dalam bentuk kepulauan penyebaran tulisan. Indonesia, aktivitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Waktu kehidupan nenek moyang 4.6 kesimpulan-kesimpulan masyarakat zaman bangsa dari informasi mengenai praaksara, peta asal-usul nenek persebaran asal-usul Indonesia moyang bangsa nenek moyang

Indonesia (Proto, bangsa Indonesia Deutero Melayu dan dan peninggalan Melanesoid) dalam hasil kebudayaan bentuk tulisan. pada zaman praaksara yang 4.7 Menalar informasi masih bertahan mengenai hasil budaya Praaksara Indonesia Mengeksplorasikan: termasuk yang berada di lingkungan terdekat dan  Mengumpulkan menyajikannya dalam informasi terkait bentuk tertulis. dengan pertanyaan mengenai

masyarakat Indonesia zaman praaksara melalui bacaan, pengamatan terhadap sumber- sumber praaksara yang ada di museum atau peninggalan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Waktu peninggalan yang ada di lingkungan terdekat

Mengasosiasi:  Menganalisis informasi dan data- data yang didapat baik dari bacaan maupun dari sumber-sumber lain yang terkait untuk mendapatkan kesimpulan tentang Indonesia pada zaman praaksara.

Mengkomunikasikan:  Hasil analisis kemudian disampaikan dalam bentuk laporan tertulis tentang Indonesia pada zaman praaksara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Yogyakarta, 30 Januari 2018 Guru Mata Pelajaran

Eujenius Salemurat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Santa Maria Yogyakarta Kelas/Semester : X/ 1 Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia - Wajib Materi Pokok : Kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia (Melanesoid, Proto, dan Deutero Melayu)

A. Kompetensi Inti : Kompetensi Spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Adapun rumusan Kompetensi Sikap sosial yaitu, “Menunjukan perilaku sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia, “Kompetensi spiritual dan sosial ditempuh melalui pembelajaran tidak langsung.

KI.3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI.4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi : Kompetensi Dasar Indikator 3.5 3. Menganalisis kehidupan 3.1.1 Menganalisis asal-usul marga manusia purba dan asal-usul Salemurat di Siberut Selatan nenek moyang bangsa Indonesia 3.1.2 Menganalisis struktur sosial Marga (Melanesoid, Proto, dan Deutero Salemurat di Siberut Selatan Melayu) 3.1.3 Menjelaskan dinamika kehidupan masyarakat Marga Salemurat di Siberut Selatan 4.8 4. Menyajikan informasi 4.3.1 Menyajikan informasi tentang asal- mengenai kehidupan manusia usul Marga Salemurat di Siberut Selatan purba dan asal-usul nenek melalui pembuatan kliping. moyang bangsa Indonesia (Melanesoid, Proto, dan Deutero Melayu) dalam bentuk tulisan

C. Tujuan Pembelajaran

Melalui pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan penugasan peserta didik dapat menganalisis asal-usul Marga Salemurat di Siberut Selatan, struktur sosial Marga Salemurat di Siberut Selatan, dinamika kehidupan masyarakat Marga Salemurat di Siberut Selatan, sekaligus menyajikan informasi mengenai asal-usul Marga Salemurat di Siberut Selatan melalui pembuatan kliping serta menguatkan sikap kerjasama antar siswa.

D. Materi Pembelajaran 1. Asal-usul Marga Salemurat di Siberut Selatan - Geografis umum Pulau Siberut - Kemunculan Marga Salemurat 2. Struktur sosial masyarakat Marga Salemurat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

- Uma Marga Salemurat - Sistem kekerabatan Marga Salemurat 3. Dinamika kehidupan masyarakat Marga Salemurat - Sistem kepercayaan Marga Salemurat - Sistem Kesenian Marga Salemurat - Sistem Ekonomi Marga Salemurat

E. Metode Pembelajaran 1. Pendekatan pembelajaran : Scientific 2. Model pembelajaran :Student Teams Achievement Division (STAD) 3. Metode Pembelajaran : Tanya jawab, diskusi, dan penugasan dan presentasi.

F. Media, Alat dan Sumber Belajar 1. Alat: LCD, Laptop, Power point, Lembar Soal, Lembar intrumen tugas, LKS 2. Sumber Belajar:  Sejarah Indonesia Kelas X. 2016 Jakarta: Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia.  Hapsari,Ratna dan Adil,M.2013.Sejarah: Sejarah Indonesia Jilid 1.Jakarta:Erlangga. 3. Referensi Lain; internet  http://tamannasionalsiberut.org/sosial-budaya-masyarakat- mentawai.html,diunduh pada 28 Agustus 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

G. Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan 2x 45 Tahap Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Pendahuluan  Memberi salam 10 menit  Menanyakan kesiapan dan kenyamanan peserta didik dalam belajar.  Mengecek kehadiran Apersepsi  Guru menanyakan pemahaman peserta

didik pada materi minggu lalu  Guru menampilkan gambar yang bisa

meningkatkan minat dan motivasi belajar Motivasi peserta didik

Orientasi  Guru menampilkan judul topik yang akan dipelajari, beserta tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik Inti Mengamati

 Guru menampilkan PPT (Power Point

Presentation) mengenai asal-usul Marga Salemurat di Siberut Selatan

 Guru menjelaskan mengenai asal-usul

Marga Salemurat di Siberut Selatan melalui media PPT (Power Point

Presentation).  Guru mengaitkan materi dengan

kehidupan masyarakat sekarang

dengan mengajak peserta didik bercerita mengenai kehidupan masyarakat suku Salemurat di Siberut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Selatan.

Menanya

 Peserta didik dituntun untuk bertanya, dengan mengajukan pertanyaan

mengenai asal-usul Marga Salemurat

di Siberut Selatan di PPT yang ditampilkan

Mengumpulkan Informasi

 Peserta didik dibagi dalam kelompok

yang terdiri dari masing-masing 4 35 menit atau 5 orang yang heterogen

(campuran menurut prestasi, jenis

kelamin, suku, dll) .  Guru membagi pembahasan kedalam tiap-tiap kelompok  Setelah peserta didik duduk dalam

kelompok masing-masing kelompok

diberikan pertanyaan mengenai kehidupan masyarakat sekarang yang mirip dengan kehidupan masyarakat praaksara.

Identifikasi Masalah

 Peserta diminta saling memberikan

pendapat satu sama lain, agar bisa mendapatkan kesimpulan mengenai kehidupan masyarakat sekarang yang mirip dengan kehidupan masyarakat

praaksara.

 Peserta didik diharapkan mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

bekerja sama dengan peserta didik

lain, sehingga peserta didik mampu dan saling bertukar pendapat mengenai

informasi yang diperoleh.  Setelah peserta didik menyampaikan pendapatkan, peserta mengolah semua

pendapat agar menjadi satu alasan atau jawaban yang bisa dibagikan

kepada kelompok lain.

Mengkomunikasikan

 Peserta didik melakukan presentasi kelompok secara bergantian terkait

kehidupan masyarakat suku Salemurat di Siberut Selatan

 Peserta didik diharapkan mampu

bersikap sebagai seorang pemimpin karena dalam pembelajaran sejarah peserta didik harus mampu menyampaikan peristiwa dengan jelas

dan dapat dimengerti oleh peserta

didik lainnya. Kesimpulan

 Guru mengkoreksi jika ada jawaban atau tanggapan yang kurang tepat, dan memberikan penguatan jika

jawabannya tepat .

 Setelah selesai mengkomunikasikan guru menanyakan apakah semua peseta didik sudah memahami pelajaran hari ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

 Guru meminta peserta didik

menyimpulkan materi yang telah dibahas

Evaluasi

 Guru memberikan evaluasi kepada

peserta didik melalui soal-soal Penutup  Guru sekali lagi menegaskan agar para 15 menit peserta didik tetap bersyukur kepada Tuhan Yang Esa yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang sempurna dan atas hasil peninggalan nenek moyang yang sangat luar biasa untuk perkembangan kebudayaan kita  Guru menanyakan kepada peserta didik bagaimana perasaan peserta didik setelah proses pembelajaran.  Guru dan peserta didik mencari nilai yang terkandung dalam proses belajar pada pembahasan ini.  Guru memberikan penugasan kepada peserta didik membuat kliping  Kegiatan diakhiri dengan doa bersama dan salam

a) Penilaian 1. Jenis/teknik penilaian a. Sikap : Observasi b. Pengetahuan : Tes tertulis c. Ketrampilan : Penugasan berupa kliping 2. Bentuk instrumen dan pedoman penskoran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

a. Instrumen penilaian sikap : Lembar observasi b. Instrumen penilaian pengetahuan : Soal uraian c. Instrumen penilaian keterampilan : Rubrik kliping Yogyakarta, 30 Januari 2018

Guru Mata Pelajaran Sejarah

Eujenius Salemurat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

LAMPIRAN

1. Penilaian Sikap kerja sama

Mengkomu Nama Menghargai Jumlah No nikasikan Keaktifan Nilai Ket siswa pendapat skor pendapat

Keterangan Skor : Masing-masing kolom diisi dengan kriteria 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang ∑ Skor perolehan Nilai = X 100 Skor Maksimal (20) Kriteria Nilai A = 80 – 100 : Baik Sekali B = 70 – 79 : Baik C = 60 – 69 : Cukup D = ‹ 60 : Kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

2. Penilaian Pengetahuan

a) SOAL ESSAY 1) Jelaskan asal-usul Marga Salemurat di Siberut Selatan! 2) Jelaskan strukrur masyarakat dalam kebudayaan Mentawai khususnya pada masyarakat Marga Salemurat di Siberut Selatan! 3) Jelaskan dinamika masyarakat Marga Salemurat dalam bidang: a. Sistem kepercayaan b. Sistem Kesenian c. Sistem Ekonomi. Jawaban 1. Sejak kedatangan nenek moyang pertama orang Mentawai saat itu hingga memulai kehidupannya belum diketahui secara pasti keberadaannya, belum ada yang bisa mengungkap secara pasti asal- usul orang Mentawai, masih simpang siur, namun teteu (nenek moyang) Marga Salemurat sendiri diduga berasal dari Simatalu, Siberut Utara. Saat ini Uma atau Marga Salemurat berada di Desa Madobag, Dusun Ugai Kecamatan Siberut Selatan. Di Ugai Uma atau Marga asal mereka adalah Salae. 2. Struktur masyarakatnya terbagi dalam tiga, yaitu: a. Si bakkat laggai

Kata si bakkat laggai terdiri atas dua unsur kata yaitu sibakkat dan laggai. Sibakkat artinya dia yang punya, sedangkan laggai artinya kampung. Sibakkat laggai dapat diartikan orang yang memiliki tanah di kampung. Oleh karena sebagai pemilik tanah di kampung maka jika ada orang yang datang dan ingin tinggal atau ingin berladang (mone) harus mendapatkan izin dari sibakkat laggai tersebut. Sibakkat laggai bagi sebagian masyarakat disebutkan sebagai orang yang banyak harta, banyak ladang (mone), dan banyak babi. Sibakkat laggai dalam suatu kampung bisa saja terdiri dari satu orang atau beberapa orang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

b. Si Toi Si Toi dalam bahasa Mentawai diartikan orang yang tidak

memiliki lahan. Istiah si toi diberikan kepada pendatang yang

tidak punya lahan. Tanah dan ladang merupakan hal sangat

utama bagi orang mentawai oleh sebab itu si toi akan berusaha

mendapatkan ladang (mone) untuk mendukung kehidupannya.

Begitu juga bagi pendatang yang berasal dati tepi atau sasareu,

mereka membutuhkan tanah untuk tempat tinggal dan

barangkali juga lahan untuk (mone). Di Madobag pendatang

yang berasal dari tepi pada umumnya bekerja sebagai pedagang.

c. Sioi akek

Sioi akek dalam bahasa Mentawai berarti pendatang,

orang atau Marga lain yang datang dan menetap setelah sibakkat

laggai. Orang Madobag misalnya orang Mentawai yang pindah

dari Matotonan, Ugai, Sakuddei, atau Rokdog disebut Sioi akek

memiliki lahan namun tidak di kampung Madobag. Mereka

tinggal bergabung di dalam kampung madobag setelah meminta

izin kepada si bakkat laggai. Sioi akek ini memiliki mone seperti

orang mentawai pada umumnya.

3. Dinamika dalam masyarakat Marga Salemurat dalam bidang:

a) Sistem Kepercayaan Marga Salemurat Orang Mentawai dikenal dengan sistem religi (kepercayaan)

masyarakatnya yang disebut Sabulungan, yang dilandasi oleh

keyakinan akan adanya dewa-dewa, kekuatan gaib lainnya serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

roh-roh leluhur. Karena itu secara umum adat mereka pun disebut

Arat Sabulungan. Sedangkan mereka sendiri sering dijuluki

sebagai orang Sabulungan.

b) Sistem Kesenian

Dalam sistem Kesenian masyarakat Mentawai khususnya Marga

Salemurat sistem keseniannya terdiri dua bagian yaitu, Seni rupa

dan Seni tari. Seni rupa berupa anyaman dan lukisan atau pahatan

sementara seni tari yaitu turuk laggai yang merupakan gambaran

dari kehidupan alam yang diamati secara seksama dan dipelajari

secara turun- temurun. Akibat kedekatan alam inilah yang

mempengaruhi semua tingkah laku masyarakat Mentawai,

termasuk ke dalam seni tari. Sehingga di berbagai tempat di

Mentawai gerakan turuk laggai hampir sama, karena yang diamati

hampir sama prilakuhnya.

c) Sistem Ekonomi

Masyarakat Mentawai adalah Marga yang sangat bergantung

dengan alam. Walau sudah bercocok tanam suku Mentawai hanya

bertanam pisang, keladi dan kelapa. Jangan bayangkan sistem

pengairan irigasi, pupuk, kultur jaringan. Untuk mengolah lahan

pertanian semuanya masih dilakukan dengan cara tradisional dan

sederhana. Masyarakat Mentawai memenuhi keperluan hidupnya

dari berburu. Baik di dalam hutan, sungai hingga rawa-rawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

3. Penilaian ketrampilan (Rubrik Kliping)

Soal: Buatlah Kliping tentang Asal-usul Marga Salemurat di Siberut Selatan

Aspek No 4 3 2 1 Penilaian Ada tema, Ada tema, Ada tema Tidak sesuai dan sesuai/ tetapi tidak ada Aspek 1 menarik menarik sesuai/tidak tema Tema menarik

Ada sumber, Ada sumber, Ada sumber Tidak lengkap dan lengkap/ tetapi tidak ada Aspek Menghindari akurat lengkap dan sumber 2 Sumber sumber yang tidak akurat tidak behubungan. Isi sesuai tema, Isi sesuai Tidak Isi Sesuai mendeskripsik tema tetapi ada isi tema dan an tentang tidak Ketepatan 3 Aspek Isi asal-usul suku berbobot pemilihan Salemurat di gambar Siberut

Selatan Ada analisis, Ada analisis Ada analisis Tidak memiliki dan memiliki tetapi tidak ada Aspek 4 wawasan, wawasan/ber ada analisis Analisis berbobot bobot wawasan/tida k berbobot

Aspek Cukup Kurang Tidak 5 Sangat rapi kerapian rapi rapi rapi

Kriteria:

Skor maksimal = 20 Skor menimal = 5

Nilai = x 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

RINGKASAN MATERI Sejarah Marga Salemurat di Siberut Selatan Kebupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat

1. Geografis Pulau Siberut Pulau Siberut merupakan pulau terbesar pada gugusan kepulauan Mentawai, berada sekitar 100 km sebelah barat Pulau Sumatera. Kepulauan ini terdiri atas tiga buah pulau besar dan beberapa pulau kecil, secara geografis terletak pada 100 derajat bujur timur dan 5 derajat lintang selatan. Secara administratif, kepulauan Mentawai terbagi ke dalam empat kecamatan, yaitu kecamatan Siberut Utara, kecamatan Siberut Selatan, kecamatan Sipora dan kecamatan Pagai Utara atau Selatan. Untuk mencapai ibu kota Kecamatan harus ditempuh antara 90 hingga 130 mil dari Muara Padang.

2. Kemunculan Marga Salemurat Sejauh ini, asal-usul sejarah orang Mentawai sukar dilacak, suatu

studi arkeologi selama empat tahun belum memberikan titik terang

mengenai hubungan kekerabatan orang Mentawai dengan kerabat

Austronesia lainnya. Sangat sedikit bukti arkeologis yang dapat digunakan

sebagai analisis untuk menyatakan mulai kapan dan dimana migrasi

pertama orang Mentawai ke Pulau Siberut. Satu-satunya hal yang diyakini

bersama mengenai asal-usul orang pertama Mentawai datang dari

Simatalu. Maka teteu (nenek moyang) Marga Salemurat sendiri diduga

berasal dari Simatalu, Siberut Utara. Saat ini Uma atau Marga Salemurat

berada di Desa Madobag, Dusun Ugai Kecamatan Siberut Selatan. Di

Ugai Uma atau Marga asal mereka adalah Salae.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

3. Uma Marga Salemurat Struktur sosial masyarakat Marga Salemurat pada umumnya hampir sama dengan Marga-marga lainnya di Mentawai yaitu bersifat patrilineal dan kehidupan sosialnya dalam Marga disebut Uma. Struktur sosial tradisional adalah kebersamaan, mereka tinggal di rumah besar yang disebut juga Uma yang berada di tanah-tanah suku. Seluruh makanan, hasil hutan dan pekerjaan dibagi dalam satu Uma. Masyarakat Mentawai menganut sistem kekerabatan patrilineal atau sistem keturunan yang ditarik dari garis ayah.

4. Sistem kepercayaan, sistem kesenian dan sistem ekonomi Dinamika kehidupan masyarakat Marga Salemurat dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu sistem kepercayaan, sistem kesenian dan sistem ekonomi. Sistem kepercayaan masyarakat Marga Salemurat masih memegang teguh Arat sabulungan, kepercayaan animisme sampai saat ini, sedangkan sistem kesenian dan sistem ekonomi masih tergantung pada alam sekitar.