DAMPAK EKONOMI DAN POSITIONING PADA BEBERAPA MASKAPAI PENERBANGAN DALAM NEGERI Suryadi Peneliti Pada Badan Pusat Statistik E-mail : cokie@bps .go.id

ABSTRACT The problem often encountered in the development planning is the difficulty of measuring on the economic impact that occurs in other sectors, as a result of the growth of air transport. On the other hand, the policy of deregulation in the business makes no more barriers for new to enter the aviation industry making competition more competitive. The method of research used was the data of Input-Output Tables of in 2008 and biplot analysis. The results showed that an increase in the growth of air transport, the impact on growth in air transport itself with multiplier (1.71), the oil refining industry with multiplier (0.11), the services sector with multiplier (0.10), the other industries sector with multiplier (0.08), the transport sector industries with multiplier (0.07) as well as trade sector with multiplier (0.06). Through biplot analysis is known that forms a cluster. The cluster is characterized by a variable of passenger transported (pnp_diak), the plane departed (pes_brk) and load-factor of passenger (lf_pnp). A cluster that has the advantage of variable of km-plane (km_pes) is Airline and in 2010. A cluster that has the advantage of variable of load­ /actor of goods transported (lf_brg) is Merpati Nusantara Airline and Sriwijaya Air. Keywords: Multiplier, passengers transported, miles-plane, the plane left and aircraft flight hours

ABSTRAK Masalah yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan yaitu sulitnya mengukur dampak ekonomi yang terjadi pada sektor-sektor lainnya, sebagai akibat pertumbuhan angkutan udara. Pada sisi lain, kebijakan deregulasi pada bisnis penerbangan membuat tidak ada lagi hambatan bagi maskapai penerbangan baru untuk masuk ke industri penerbangan sehingga persaingan usaha semakin kompetitif. Metode penelitian menggunakan data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 dan biplot analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan angkutan udara, berdampak pada peningkatan pertumbuhan angkutan udara itu sendiri dengan multiplier (1,71), sektor industri pengilangan minyak dengan multiplier (0,11), sektor jasa-jasa dengan multiplier (0,10), sektor industri lainnya dengan multiplier (0,08), sektor industri angkutan dengan multiplier (0,07) serta sektor perdagangan dengan multi­ plier (0,06). Melalui biplot analisis diketahui bahwa maskapai penerbangan Lion Air membentuk satu klaster. Klaster tersebut dicirikan oleh variabel penumpang diangkut (pnp_diak), pesawat berangkat (pes_brk) dan load faktor penumpang (lf_pnp). Anggota kluster yang memiliki keunggulan pada variabel km-pesawat (km_pes) adalah Garuda

580 Volume 24, Nomor 6, ]uni 2012 Indonesia Airline dan Batavia Air tahun 2010. Anggota klaster yang memiliki_keunggulan pada variabel load faktor barang yang diangkut (lf_brg) adalah Merpah Nusantara Airline dan Sriwijaya Air. Kata kunci : Multiplier, penumpang diangkut, km-pesawat, pesawat berangkat dan jam terbang pesawat

PENDAHULUAN penumpang yang diangkut sebanyak Untuk mengaktifkan industri penerbangc:m 13,49 juta dan diperebutkan oleh 5 dalam negeri, pemerintah mengeluarkan maskapai, namun pada tahun 2001 Peraturan Pemerintah (PP) No.40 tahun jumlah penumpang sebanyak 9,17 juta 1999 yang memberikan izin seluas-luasny~ diperebutkan oleh 15 maskapai penerbangan kepada siapa saja yang ingin memasuk1 dalam negeri. industri penerbangan. Peraturan Pemerintah Mudahnya mendapatkan berbagai ar­ tersebut juga member izin kepada mada pesawat udara dengan harga maskapai penerbangan baru, untuk murah, juga telah membawa dampak terbang di rute-rute padat yang selama ini positif bagi perkembangan industri dikuasai oleh Garuda Indonesia Airline penerbangan yang cukup pesat. Di sisi dan Merpati Nusantara Airline. Dengan lain, pesatnya pertumbuhan industri semakin banyaknya maskapai penerbangan angkutan udara juga tidak lepas dari baru di rute padat, maka menjadi peran pemerintah dalam menciptakan tantangan tersendiri bagi maskapai iklim yang kondusif dengan mengadakan penerbangan yang sudah beroperasi untuk berbagai deregulasi aturan di bidang mempertahankan dan meningkatkan angkutan udara yang turut memberikan pangsa pasamya. kontribusi dalam memacu pertumbuhan Dengan dikeluarkannya PP No.40 tahun angkutan udara. 1999 tersebut, mampu menarik minat para Kondisi ini sangatlah menguntungkan pengusaha untuk memasuki bisnis bagi konsumen pengguna jasa angkutan penerbangan dalam negeri. Menjamurnya umum yang sebelumnya beranggapan maskapai penerbangan mengakibatkan tidak mampu menggunakan jasa persaingan bisnis di industri penerbangan penerbangan karena tarif tiket yang menjadi semakin kompetitif. Para pelaku mahal. Dengan kondisi perusahaan jasa bisnis penerbangan semakin dibuat penerbangan yang berlomba menjual tiket bergairah dengan dikeluarkannya berbagai dengan harga murah, telah menimbulkan Keputusan Pemerintah yang berisi minat yang tinggi bagi pengguna jasa kemudahan-kemudahan di dalam angkutan lain untuk beralih menggunakan menjalankan bisnis penerbangan. jasa penerbangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah maskapai Masalah yang sering dihadapi dalam penerbangan yang pada saat belum perencanaan pembangunan yaitu sulitnya dikeluarkannya PP No.40 tahun 1999 mengukur dampak ekonomi yang terjadi yaitu jika pada tahun 1996 jumlahnya pada sektor-sektor lainnya, sebagai akibat sebanyak 5 maskapai, namun pada tahun dari pertumbuhan angkutan udara. 2001 jumlahnya sudah mencapai 15 maskapai. Bila pada tahun 1996 jumlah Kebijakan deregulasi di bisnis penerbangan

Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 581 membuat tidak ada lagi hambatan bagi langsung mendukung pariwisata dan maskapai penerbangan barn untuk masuk bisnis internasional. Dalam kondisi ke industri penerbangan (fre e entry) persaingan yang kompetitif, hal utama sehingga persaingan akan semakin yang harus diprioritaskan menurut kompetitif. Pada tingkat persaingan yang Purnama (2008) adalah kepuasan sangat tinggi, strategi positioning menjadi pelanggan agar maskapai penerbangan hal yang sangat penting untuk diketahui dapat bertahan, bersaing dengan menguasai oleh maskapai penerbangan dalam negeri. pangsa pasar yang ada. Maskapai Topik permasalahan yang ingin dijawab penerbangan harus faham hal-hal apa dalam penelitian adalah : saja yang dianggap penting oleh para penumpang dan maskapai penerbangan 1. Sektor-sektor ekonomi apa saja yang harus berusaha untuk menghasilkan terkena dampak positif akibat kinerja sebaik mungkin sehingga dapat perkembangan angkutan udara ? memuaskan pelanggannya. 2. Bagaimana positioning masing-masing perusahaan penerbangan dalam Ketetapan Pemerintah dalam hal harga negeri berdasarkan variabel yang tiket pesawat udara, diambil dari dihasilkannya ? penetapan tarif angkutan udara tanpa batas bawah yang artinya harga tiket Penelitian ini bertujuan untuk : pesawat udara yang paling rendah akan 1) Mengetahui dampak ekonomi yang ditentukan oleh mekanisme pasar. Hal ini ditimbulkan oleh angkutan udara tertuang dalam SK. Menteri Perhubungan sebagai akibat terjadinya peningkatan Nomor 8 Tahun 2000 tentang tarif jumlah penumpang angkutan udara. Dengan adanya SK 2) Mengetahui positioning pada masing­ tersebut, menyebabkan perusahaan­ masingmaskapai penerhlngan domestik perusahaan angkutan udara dapat seperti Garuda Indonesia Airline, menentukan tarif serendah-rendahnya Merpati Nusantara Airline, Lion Air, tanpa adanya batasan untuk memperluas Sriwijaya Air dan Batavia Air berdasarkan pangsa pasarnya. Selanjutnya, SK Menteri pada beberapa variabel yang dihasilkan Perhubungan Nomor 10 Tahun 2000 oleh masing-masing maskapai dikeluarkan dalam kaitannya dengan ijin penerbangan tersebut. usaha perusahaan angku tan udara. Menurut Ningrum (2003), akibat dari diterbitkannya SK Nomor 10 Tahun 2000 TINJAUAN PUSTAKA membawa dampak antara lain : Perkembangan dan peningkatan jasa 1) Perusahaan penerbangan tidak pelayanan maskapai penerbangan dari memerlukan armada pesawat udara tahun ke tahun semakin menjadi dalam mengoperasikan perusahaannya perhatian masyarakat. Hal ini dapat sehinggakesempatan untuk memberikan dilihat dari tingginya persaingan kualitas harga tiket yang rendah pada jalur­ layanan yang diberikan, harga dan jalur penerbangan yang padat menjadi promosi diantara sekian banyak maskapai lebih besar, karena perusahaan tidak penerbangan. Peranan pesawat terbang perlu memikirkan biaya operasional sebagai sarana transportasi menjadi yang besar dengan tidak memiliki ar­ semakin penting bagi dunia, yang secara mada pesawat.

582 Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 2) Banyaknya perusahaan penerbangan bagasi. Jika harapan tersebut tidak menyebabkan persaingan bisnis yang terpen uhi, akan menim bulkan kompetitif, disamping ada juga teori ketidakpuasan masyarakat dan berdampak dalam dunia penerbangan "kepadatan langsung pada kredibilitas serta reputasi tinggi, penghasilan rendah", teori ini maskapai penerbangannya. menjadikan dasar bagi perusahaan Strategi LCC yang diterapkan perusahaan dalam menetapkan strategi bisnisnya. penerbangan disinyalir menjadi penyebab Kondisi tersebut membawa persaingan terjadinya beberapa kecelakaan pesawat bisnis sehingga harga tiket pada jalur­ terbang, meskipun pada kenyataannya jal ur padat menjadi rendah dan kecelakaan yang menimpa maskapai perusahaan mendapat profit yang bertiket murah lebih disebabkan oleh hu­ serendah-rendahnya dengan jumlah man error (Rochma, 2008). Umur pesawat penumpang yang banyak. Hal ini terbang mulai dipermasalahkan dengan tidak dapat dilakukan oleh beberapa terjadinya kecelakaan pada bebera~~ perusahaan penerbangan seperti pesawat seri 200. Atas kond1s1 Garuda dan Merpati, karena mereka ini, Departemen Perhubungan merespon harus memikirkan keuntungan yang dengan melakukan audit terhadap lebih besar guna keperluan memenuhi pesawat Boeing 737 seri 200 yang berumur biaya operasional untuk perawatan lebih dari 20 tahun. Selain itu pemerintah dan perbaikan armada pesawatnya. juga memperketat perizinan pembukaan Setiap maskapai penerbangan harus siap perusahaan penerbangan dengan menerima segala risiko dan konsekuensi mensyaratkan perusahaan penerbangan logis dari aktivitas penerbangannya. untuk mengoperasikan minimal lima Menurut Sugitoro (2008), sebagian pesawat, meningkat dari syarat sebelumnya pengguna jasa angkutan udara menganggap yang hanya dua pesawat. Pemerintah juga bahwa risiko tinggi kecelakaan terkait mencabut izin perusahaan yang tidak dengan sistem penerbangan bertarif segera menjalankan kegiatan operasi murah (law cost carrier /LCC). Pemerintah setelah izin dikeluarkan. dalam hal ini Kementerian Perhubungan Pada saat yang bersamaan, untuk menegaskan, Indonesia tidak akan menciptakan industri penerbangan yang mengeluarkan regulasi tentang eksistensi sehat dengan tingkat keselamatan tinggi, penerbangan bertarif murah. Jadi, pemerintah memberlakukan tarif acuan logikanya, jika ada maskapai penerbangan batas atas dan tarif referensi (batas kategori LCC yang menekan biaya murah bawah). Tarif referensi pada tahun 2005 dengan mengorbankan keselamatan untuk perusahaan penerbangan adalah penumpang, hal itu sama saja bunuh diri. sebesar Rp.338.386 per jam per penumpang Perusahaan seperti South West Airlines atau dengan biaya operasi rata-rata per (SW A), Virgin Blue, Ryan Air dan Air Asia kilometer sebesar Rp. 376 per penumpang. sukses dan dipercaya karena mereka Dari tarif ini maka tarif batas bawah berbisnis dengan cara yang wajar dan - adalah sebesar Rp benar. Tarif murah bukan berarti 480.000, Jakarta- Rp 487.000, mengabaikan aspek penting yang Jakarta- Rp 361.000, Jakarta­ diharapkan penumpangyakni keselamatan, Rp 225.000, Jakarta- ketepatan waktu, reliabilitas dan keamanan Rp 303.000, dan Jakarta- Rp

Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 583 233.000. Namun beberapa perusahaan Tahun 1992. Dengan kondisi tersebut, berbiaya rendah, masih ada yang menyerabkan jumlahoperator penerbangan melanggar tarif batas bawah ini dengan terbatas hanya enam perusahaan alasan komponen biaya bahan bakar penerbangan yaitu Garuda Indonesia Air­ pesawat mereka relatif lebih rendah line, Merpati Nusantara Airline, Mandala dibanding komponen biaya bahan bakar Air, Bouraq Air, dan yang dijadikan acuan untuk menentukan (DAS). Sedikitnya batas bawah tersebut. Dilihat dari umur jumlah operator yang beroperasi, pesawat, penggunaan pesawat dengan membuat pasar penerbangan hanya umur tidak lebih dari 5 tahun dapat dikuasai oleh enam maskapai penerbangan menekan biaya perawatan sampai 60 terse but. persen dibandingkan dengan pesawat Karakteristik yang sangat khas bagi yang berumur lebih dari 20 tahun perusahaan angkutan udara menurut (Rochma, 2008). Syafe' i dan Majid (2003) adalah : Soegoto (2011) melalui hasil penelitiannya, (a) Pembuatan produk penerbangan menyarankan perlunya pembenahan dan dilakukan tidak dalam satuan atau perbaikan secara terus menerus pada ketengan (unit), tetapi dalam kelompok dimensi kinerja bauran pemasaran, seats. Dengan demikian, jumlah keunggulan position, kepuasan penum pang produk dan biaya satuan penumpang dan kepercayaan. Hal ini disebabkan tidak dapat dipastikan besarnya. masih adanya variabel menifes pelayanan setiap operator penerbangan yang (b) Jumlah produk yang dihasilkan tidak dirasakan lemah oleh pihak penumpang pernah tepat sehingga dalam setiap dan yang relevan dengan kejadian saat ini proses produksinya, produk yang berkaitan dengan penerbangan Indonesia. dihasilkan jumlahnya bersifat spekulatif. Soegoto juga menyarankan kepada pihak (c) Dalam penerbangan, penumpang dan regulator agar terus menerus melakukan barang tidak dapat dikuasai sehingga pembenahan pada prasarana, sarana serta selalu terjadi oversupply. Produk sistem operasi karena berkaitan erat penerbangan baru tercipta jika ada dengan kualitas penerbangan sehingga penumpang yang diangkut. pada akhimya akan tercipta transportasi udara yang diharapkan seluruh masyarakat (d) Produk atau seat yang diterbangkan pengguna moda transportasi udara tidak dapat disimpan dan dijual ulang sehingga seluruh biaya tempat duduk Menurut Budi (2005), sampai dengan yang diterbangkan dibebankan awal tahun 90-an, bisnis operator kepada jumlah penumpangnya. angkutan udara sangat sulit untuk dimasuki oleh kalangan swasta karena Berdasarkan hasil penelitian Daud (2008) adanya aturan yang rigid berkaitan terhadap posisi delapan maskapai dengan penetapan rute, struktur tarif penerbangan yang melayani rute perjalanan maupun jenis pesawat yang digunakan Surabaya - Jakarta, diperoleh informasi oleh para maskapai penerbangan. Hal ini bahwa maskapai penerbangan Garuda berkaitan dengan adanya UU No.83 Indonesia Airline memposisikan diriseragai Tahun 1958 tentang penerbangan yang maskapaidenganmengutamakan pelayanan kemudian diganti dengan UU No.15 (full service carrier) dan tujuh maskapai

584 Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 lainnya yakni , Air Asia, Batavia 3) Industri Pengilangan Minyak Air, Lion Air, Mandala Airline, Sriwijaya 4) Industri Alat Angkutan Air dan memposisikan diri 5) Industri Lainnya sebagai low cost carrier. Sedangkan atribut-atribut yang dipertimbangkan 6) Listrik, Gas dan Air oleh responden dalam menilai tingkat 7) Konstruksi kinerja maskapai adalah: kemudahan 8) Perdagangan mendapatkan tiket, antrian check-in yang 9) Restoran dan Hotel tepat waktu, penanganan bagasi yang 10) Angkutan Udara ceµit, keterampilan pramugari berkomunikasi, terbang sesuai jadwal, reputasi keselamatan 11) Jasa Penunjang Angkutan penumpang dan harga tiket. 12) Angkutan Lainnya 13) Komunikasi METODOLOGI 14) Jasa-Jasa Penelitian ini menggunakan data sekunder a) Tabel Input-Output yang bersumber dari Kementerian Tabel input-output disajikan dalam bentul Perhubungan dan Badan Pusat Statistik. matriks, yaitu sistem penyajian data yan~ Pengolahan data dilakukan dengan Excel menggunakan dua dimensi yaitu dimens dan SPSS. Untuk mengetahui dampak baris dan dimensi kolom. Isian sepanjan~ ekonomi angkutan udara, digunakan data baris Tabel input-output menunjukkar Tabel Input-Output tahun 2008 yang pengalokasian/ pendistribusian dari out bersumber dari Badan Pusat Statistik. put yang dihasilkan oleh suatu sektoi Selanjutnya, sektor-sektor yang tertera dalam memenuhi permintaan antara olel pada Tabel Input-Output 2008 diagregasi sektor lainnya dan permintaan akhir menjadi 14 sektor agar analisis menjadi Sedangkan isian sepanjang kolorr lebih fokus. Sektor-sektor tersebut yaitu: menunjukkan struktur input yan~ 1) Pertanian digunakan oleh masing-masing sektoi 2) Pertambangan dalam kegiatan produksinya.

Tabel 1. Ilustrasi Tabel Input-Output Untuk 3 Sektor Produksi

Penyedaai Perm rtaai lmpor JLmlah Pkhir Ol..tpl.t F1 M, X1 F2 M X1 f 3 M Xi

Keterangan: angka 1, 2 dan 3 merupakan kode sektor produksi

Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 58 Isian sepanjang baris pada Tabel 1, Untuk mempermudah perhitungan, memperlihatkan komposisi penyediaan dilakukan operasi secara matematis dan permintaan pada suatu sektor. dengan menggunakan kaidah matriks. Penyediaan dapat berasal dari output Secara sederhana, total output yang domestik (X) dan impor untuk produk dihasilkan oleh setiap sektor produksi, sejenis (MJ Sedangkan permintaannya merupakan penjumlahan permintaan terdiri dari permintaan antara (xii) dan antara dan total permintaan akhir (final permintaan akhir (FJ Isian sepanjang demand). Secara matematis dapat ditulis kolom pada Tabel 1 tersebut menunjukkan sebagai berikut: susunan input yang digunakan dalam X. = A X. + F dengan uraian : proses produksi oleh suatu sektor. Input l l tersebut dapat berupa input antara (xii) Xi : adalah total output sektor i dan input primer (VJ A : matriks proporsi output sektor Sesuai dengan cara pengisian angka-angka produksi i yang digunakan sektor industri dalam sistem matriks, maka angka-angka lainnya setiap sel pada tabel tersebut bermakna F : final demand ganda. Angka pada sel di kuadran I , Variabel A sering disebut sebagai koefisien (transaksi antara), misalnya x12 dari sisi baris angka ini menunjukkan besarnya input yang dapat pula diterjemahkan penyediaan di sektor 1 yang digunakan sebagai aii yakni jumlah input yang untuk memenuhi permintaan antara oleh digunakan untuk memproduksi satu unit sektor 2. Sedangkan dari sisi kolom, angka output sektor j yang berasal dari sektor i. tersebut menunjukkan besarnya input Untuk mengetahui nilai multiplier effect sektor 2 yang diperoleh dari penyediaan suatu sektor, dapat dilihat dari persamaan sektor 1. di bawah ini : Berdasarkan cara membaca angka di (I -A) Xi= F setiap sel tersebut, terlihat bahwa Xi= F/(I-A) = (I-A)-1 F penyajian informasi dalam Tabel Input­ Matriks O - Al-1 merupakan multiplier ef­ Output menunjukkan suatu jalinan yang fect suatu sektor produksi terhadap sektor saling berhubungan dari kegiatan ekonomi lainnya atau biasa disebut sebagai matriks yang dilakukan oleh setiap sektor. Sebagai pengganda yang akan digunakan untuk contoh untuksektorl, jumlah penyediaannya analisis dampak. adalah sebesar ~ + M1 dan dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara oleh b) Analisis Biplot sektor 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar Untuk mengetahui positioning pada x , x dan x ; sedangkan sisanya sebesar 11 12 13 masing-masing maskapai penerbangan F digunakan untuk memenuhi 1 seperti Garuda Indonesia Airline, Merpati permintaan akhir. Cara pengamatan yang Nusantara Airline, Lion Air, Sriwijaya Air sama berlaku juga untuk sektor 2 dan 3. dan Batavia Air, digunakan analisis biplot. Selanjutnya, untuk mengetahui dampak Variabel yang dianalisis antara lain ekonomi suatu sektor, dapat dilakukan penumpang domestik yang diangkut, km­ dengan perhitungan secara aljabar berupa pesawat, frekuensi pesawat berangkat, multiplier effect. jam terbang pesawat, load faktor

586 Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 penumpang yang diangkut serta load Jika didefinisikan : G = UV dan H' = u-• faktor barang yang diangkut. Metode A' dengan a adalah nilai faktorisasi, maka biplot yang digunakan, tergolong dalam persamaan (1) dapat ditulis menjadi : analisis eksploratif peubah ganda (multi­ X=C:J-I ' ...... (2) variate) dengan tujuan untuk menyajikan data peubah ganda dalam peta dua Unsur ke (i,j) matriks X dapat dituliskan dimensi. Data yang digunakan untuk sebagai berikut : analisis yaitu data dari tahun 2006-2010. \= g/ hi Peta dua dimensi tersebut, menyajikan plot i=l,2,3, ...... ,n posisi relatif n objek dengan p peubah secara simultan dalam dua dimensi. Dari j=l,2,3, ...... ,p analisis biplot dapat dikaji posisi relatif Jika X berpangkat dua, maka vektor antar objek, antar peubah dan hubungan pengaruh baris gi dan vektor pengaruh antara objek dan peubah. Data yang kolom hi dapat digambarkan pada ruang digunakan dalam analisis biplot berupa berdimensi dua. Jika X berpangkat lebih matriks X berpangkat r, berukuran (nxp) dari dua biasanya didekati dengan matriks yang berisis n pengamatan dan p peubah berpangkat dua, sehingga persamaan 2 yang dikoreksi terhadap nilai rataannya. dapat ditulis menjadi : Matrik X diuraikan dengan menggunakan konsep SVD (Singular Value Decomposition) 2 xii= gt ht dengan bentuk penguraian sebagai dengan masing-masing gi* dan ht berikut: mengandung 2 unsur pertama vektor g X=ULA' ...... (1) dan h. Dengan pendekatan tersebut maka matriks X dapat disajikan dalam ruang dengan U dan A masing-masing matriks berdimensi dua. berukuran (nxp) dan (pxr) keduanya mempunyai kolom saling ortonormal Nilai a yang digunakan bersifat sembarang sehingga U'U=A' A=I, (matriks identitas pada interval O

Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 587 dan ke-i dalam biplot akan sebanding HASIL DAN PEMBAHASAN engan jarak Mahalonobis antara ke-h Gambar 1 memperlihatkan jumlah an ke-i. Selanjutnya, pengambilan nilai penumpang yang diangkut oleh maskapai =1 akan menghasilkan G=UL dan H=A penerbangan berjadwal dalam negeri ~hingga didapatkan: selama periode 1994-2010. Sejak tahun 'X = (GH')(GH')' 1996 sampai 1999, jumlah penumpang =GH'HG' berjadwal dalam negeri memperlihatkan =GA'AG' penurunan yang cukup tajam yaitu dari =GG' 13,49 juta penumpang menjadi 6,35 juta penumpang sebagai akibat terjadinya 'ada keadaan ini jarak Euclid antara gh krisis ekonomi. Untuk mengaktifkan an gi akan sama dengan jarak Euclid ind ustri penerbangan dalam negeri, ntara xh dan xi. Selain itu vektor pengaruh pemerintah kemudian mengeluarkan oaris ke-i sama dengan skor komponen Peraturan Pemerintah (PP) No.40 tahun 1tama untuk individu ke-i dari hasil 1999 yang memberikan izin seluas-luasnya nalisis komponen utama. Hal ini dapat kepada siapa saja yang ingin memasuki lijelaskan secara aljabar. Karena G=UL industri penerbangan. Dengan ehingga unsur ke-k dari gi adalah dikeluarkannya PP No.40 tahun 1999 tersebut, mampu menarik minat para Uik{"iji = Zik, pengusaha untuk memasuki bisnis 'ang merupakan skor komponen utama penerbangan dalam negeri. ~e-k dari pengamatan ke-i. Dari H=A Pembangunan ekonomi membutuhkan liperoleh bahwa vektor pengamh lajur ~ jasa angkutan yang memadai. Tanpa .ama dengan a. yaitu vektor pembobot adanya dukungan jasa angkutan sebagai )eubah ke-j pada komponen utama. sarana penunjang, target pertumbuhan

.... ~ M "°~ ...... ,. ..,. N en ,..: c M ~ ""

588 Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 ekonomi suatu negara akan sulit dicapai. pengadaan pesawat terbang dari luar Sejalan dengan tujuan pembangunan negeri dalam rangka meningkatkan yang bersifat ekonomi, adapula tujuan kemampuan dan pelayanan armada pembangunan yang bersifat non ekonomi angkutan udara nasional. Selanjutnya, yaitu untuk mempertinggi integritas pemerintah menerbitkan Surat Keputusan bangsa serta memperkuat pertahanan dan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 keamanan nasional. Kebutuhan akan Tahun 2001, yang memberi kemudahan angkutan penumpang maupun barang bagi siapapun yang ingin menjadi opera­ sangat tergantung pada kegunaan tempat tor penerbangan asalkan memenuhi (Place Utility) . persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Angkutan melalui udara merupakan angkutan yang mutakhir dan tercepat Sebagai konsekuensi adanya Keputusan tanpa adanya hambatan (kecuali cuaca Presiden RI No.33 Tahun 2000 dan dengan yangkurangmendukung bagi penerbangan) diterbitkannya Surat Keputusan Menteri dan dapat mencapai tempat-tempat yang Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2001, jauh dalam waktu yang sangat cepat. laju pertumbuhan angku tan udara Angkutan udara terutama digunakan oleh langsungmelortjakmelebihilaju pertumbuhan para eksekutif yang sibuk, usahawan dan ekonomi nasional (Gambar 2). Jika pada penumpang kelas menengah atas yang saat krisis ekonomi tahun 1998 dan 1999 mementingkan kecepatan sebagai salah laju pertumbuhan angku tan udara satu faktor utama yang dipertimbangkan masing-masing sebesar minus 37,03 dan mereka untuk menghemat waktu. Selain minus 12,06 persen, maka pada tahun itu, angkutan udara juga sangat sesuai 2000 pertumbuhannya melonjak menjadi untuk mengangkut komoditi berharga 13,% persen. Sejak itu, industri penerbangan yang ringan dan cepat rusak. menjadi semakin kompetitif. Pemerintah hanya berperan sebagai pengatur yang Terjadinya reformasi dan krisis ekonomi, berkaitan dengan persyaratan bagi mendorong diterapkannya prinsip perusahaan yang akan memasuki bisnis keterbukaan dan dihapuskannya monopoli angkutan udara. Perusahaan yang ingin di segala bidang usaha termasuk usaha memasuki bisnis angkutan udara harus penerbangan. Hadirnya dua maskapai memenuhi persyaratan dari sisi administrasi, penerbangan pada tahun 1999 yakni Awair dan Lion Air, telah memberikan aspek ekonomi dan finansial yang meliputi penyampaian jenis dan jumlah pesawat warna baru bagi kompetisi di dunia penerbangandomestik. Selanjutnya, untuk yang akan dioperasikan, rute pemasaran dan sumberdaya manusia. mengurangi hambatan masuk pada industri penerbangan, pemerintah Sejak tahun 2000 sampai dengan 2009, laju men~tapkan Keputusan Presiden RI No.33 pertumbuhan angkutan udara jauh Tahun 2000 Tentang Pencabutan Instruksi melampaui laju pertumbuhan ekonomi Presiden No.l Tahun 1980 Tentang nasional. Bahkan pada tahun 2008, laju Larangan Pemasukan dan Pemberian Izin pertumbuhan angkutan udara mencapai Pengoperasian Pesawat Terbang. 31,73 persen. Untuk mengetahui dampak Keputusan tersebut ditujukan untuk ekonomi dari tingginya laju pertumbuhan mempermudah mekanisme dan prosedur angkutan udara pada tahun 2008 tersebut,

Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 589 Gambar 2. Perbancllngan LaJu Pertumbuhan Ekonoml dan Pertumbuhan Angk ara IO.O - 40.0 IO.O 20.0 1.::: -20.0 .IC).O -40.0 .so.o .-..0

- - - - digunakan data Tabel Input-Output 2008. terjadi pada sektor-sektor ekonomi sebagai Output angkutan udara merupakan nilai akibat peningkatan permintaan pada dari seluruh produk yang dihasilkan oleh angkutan udara. Dari tabel 2 tersebut angkutan udara. dapat diketahui bahwa multiplier (dampak Salah satu keunggulan dari Model Input­ pengganda) angkutan udara secara total Output adalah dapat digunakan untuk sebesar 1,71. Bila terjadi peningkatan mengetahui besarnya tingkat hubungan permintaan pada angkutan udara sebesar atau keterkaitan antar sektor ekonomi. satu satuan, maka sektor-sektor ekonomi Keterkaitan ini dapat berupa keterkaitan yang terkena dampak paling besar terjadi ke belakang (backwartd linkages) dan pada sektor angkutan udara itu sendiri keterkaitan ke depan (forward linkages). sebesar 1,04 satuan; sektor industri Kedua keterkaitan ini dikenal sebagai pengilangan minyak sebesar 0,11satuan; analisis dampak. Keterkaitan ke belakang sektor jasa-jasa sebesar 0,10 satuan; sektor menunjukkan dampak dari perubahan industri lainnya 0,08 satuan; sektor industri permintaan akhir angkutan udara alat angkutan sebesar 0,07 satuan serta terhadap seluruh sektor ekonomi di Indo­ sektor perdagangan sebesar 0,06 satuan. nesia. Keterkaitan ke belakang, biasa Apabila data pada pada tabel 2 dibaca disebut dengan daya penyebaran Keterkaitan menurut baris yakni pada baris 10, hal ini ke depan menunjukkan dampak yang menunjukkan dampak ekonomi yang terjadi terhadap output angkutan udara terjadi pada angkutan udara sebagai sebagai akibat perubahan permintaan akibat terjadinya peningkatan permintaan akhir pada masing-masing sektor ekonomi. akhir pada masing-masing sektor ekonomi. Keterkaitan ke depan biasa disebut dengan Derajat kepekaan angkutan udara secara derajat kepekaan. total pada tahun 2008 sebesar 1,08 satuan. Apabila data pada tabel 2 dibaca menurut Bila dibandingkan dengan sektor-sektor kolom yakni pada kolom 10, hal ini ekonomi lainnya, angkutan udara menunjukkan dampak ekonomi yang memiliki derajat kepekaan yang paling

590 Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 Tabel 2. Dampak Ekonomi Angkutan Udara Terhadap Sektor-sektor Ekonomi

,, ,. 'J Jil I, J ', 11 l!il.11 '-.U .. 1 I 11

·- 1 I.I•• 11,111 11,1111 (J,!J.l 11,'J 11)11 ( I,! 1.~~ 11,11'. II, ',J j !l,!1 fJ,f)I 11.111 fJ,f)f, J,'1'1

1 11,llJ I.II (),.).) 11,111 !J,fl

1 11,11.' 11,111 1,11.' 11,11' 11,11'. 11;>1 (J,()11 IJ,()'1 (J,fJ.) j !1,11) fJ,l 1 J 11,111 fJ,(1 '/' J

I ·1· 11,1111 l t, ! ~ ! 11,tl', I, ·.1, 11,1111 11,1111 11,1111 ···' 11,1111 llJ/11 11,1111 11,111 11,1111 _d 11.111

1 Ii.JI, IJ,IJ'> 11,IJJ 11,I' J,'.11 llJI'/ I l, ',~; 11,J '. r1,· 11, j 11,ll'J fJ,1) ) 11,lf, 11.Jf, 1: f' ,., ,, 11,1111 11,1111 11,1111 11,111 fl,11'. 1 I.I' 11,llJ 11,11'. 11,111 _ j 11,11'. II.Iii (J,()1 Ii.Iii I.

11,111 11,llJ 11,1111 11,111 11,llJ li)1:' 1,111 Ii.Iii Ii.Ill _d 11,11 (l,!f' (J,f)' (J,()', I. '.I ·' 11,111 11,111 11,1111 11,lh (J,fJ'J llJI/ 11,Jli l,11'. 11.J J I 11,lJ', !i,11(, II.Ill 11,11 · , ./'.',

1 'J !J,IHJ 11,IJIJ IJ,lil/ IJ,liJ 11,111 IJJ/11 11,IJI i l,f f 1 1,111 _d f/,f/() 11,111 11,l ~ I 11,11 1, 11

- "'\~ 111 -.' L

II iJ,iJ(J 11,1111 f/,f!J/ 11,111 11,111 li)/11 11,1111 11,111 IJ,f)() _d J,IJ', IJ,fJ', (!,I ~) l),IJ(J 1. ''I

1 ,., I ~' 11,111 11,fl] IJ,IJ(J IJ,I(> f),f)', 11J1:1 IJ,(J', IJ,(Jf, fJ,fJ', _d- 11,•11 J,iJ.i IJ,IJ) 11.11 I. I 1;.: J ', 11,1111 11,!JIJ fJ,l)fj 11,lil 11,111 l1JJl1 11,111 11,111 11,•11 l ., - I !J,IJ'/ fJ,!1.1 I ,I!/ 11,111 I. I !)j) ' ) fJ,fj(, . 11,1· 1 ,, IJ,lfJ I' ',f) 11 f 1,r1; 11,f!"', IJ,l)j IJ,IJ{ 1 fJ,IJ/ fJ,(J'.•', (J,:1.1 ~ ' 1,1 l ,,,,,,J I. r. !}l J,:!/' 1,1.1 l.':l J/,'J 1,/11 J,'.·'.'J l,f,i) 1.·.1 11,11 ' ',/I Sumber : Data diolah dari Tabel Input-Output Indonesia 2008, BPS rendah. Ketika sektor-sektor ekonomi dapat diberikan secara teratur. Sampai mengalami peningkatan sebesar satu saat ini, angkutan udara selalu diupayakan satuan, angkutan udara mengalami ada perbaikan-perbaikan sesuai dengan peningkatan sebesar 1,08 satuan. perkembangan zaman dan teknologi. Peningkatan permintaan angkutan udara Selain keuntungan, ada juga kerugian tersebut tetjadi karena adanya peningkatan yang tetjadi disebabkan oleh angkutan permintaan pada sektor perdagangan udara seperti ongkos atau biaya untuk sebesar 0,01 satuan; sektor angkutan menghasilkan jasa angkutan relatif tinggi; udara sebesar 1,04 satuan; sektor jasa tidak cocok untuk mengangkut barang penunjang angkutan sebesar 0,01 dan dalamjumlahbesarsertasangatdipengaruhi sektor jasa-jasa sebesar 0,01 satuan. oleh cuaca. Keuntungan penggunaan angku tan Persaingan pada industri jasa udara antara lain waktu tempuh lebih penerbangan semakin kompetitif dengan cepat sehingga dapat menghemat waktu banyaknyamaskapai-maskapai penerbangan bagi masyarakat yang mobilitasnya tinggi; baru yang melayani rute-rute yang sama, dapat mencapai daerah terpencil ataupun ditambah dengan berkembangnya tren law daerah yang sulit untuk dicapai oleh alat cost carrier pada jasa penerbangan. angkutan lainnya; jarak tempuh/jelajah Dengan alasan tersebut, maka masing­ .. lebih jauh serta jadwal penerbangannya masing maskapai penerbangan mencoba

Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 591 untuk bisa tampil kompetitif dalam 2007, 2008, 2009 dan 2010 (L06,L07,L08,L09 persaingan yang ada. Setiap maskapai dan LlO) membentuk satu klaster. Klaster penerbangan harus siap menerima risiko tersebut dicirikan oleh variabel penumpang dan konsekuensi logis dari aktivitas diangkut (pnp_diak), pesawat berangkat penerbangannya. Sebagian pengguna jasa (pes_brk) dan load faktor penumpang angkutan udara menganggap bahwa (lf_pnp). Hal ini menunjukkan bahwa risiko tinggi kecelakaan terkait dengan maskapai penerbangan Lion Air lebih sistem penerbangan bertarif murah (low unggul pada ketiga variabel tersebut, bila cost carrier/ LCC). dihmdingkan dengan maskapai penerbangan lainnya. Gambar 3 memperlihatkan positioning pada beberapa maskapai penerbangan Anggota klaster yang memiliki keunggulan yaitu Garuda Indonesia Airline (G), pada variabel km-pesawat (km_pes) Merpati Nusantara Airline (M), Lion Air adalah maskapai penerbangan Garuda (L), Batavia Air (B) dan Sriwijaya Air (S). Indonesia Airline tahun 2006, 2007, 2008, Kode angka dibelakang huruf pada 2009,2010 clan maskapai penerbangan Gambar 3 menunjukkan tahun aktivitas Batavia Air pada tahun 2010. Variabel maskapai penerbangan, sebagai contoh km-pesawat merupakan jumlah perkalian GlO berarti maskapai penerbangan penerbangan yang dilaksanakan dengan Garuda Indonesia Airline dengan aktivitas jarak yang ditempuh pada masing-masing yang diamati pada tahun 2010. Dari maskapai penerbangan. Peningkatan Gambar 3 dapat diketahui bahwa maskapai kemampuan penyediaan variabel km­ penerbangan Lion Air pada tahun 2006, pesawat dalam bidang jasa, merupakan 4.------· -• 3

2 - I

_, 0 v...... ______...______~ ...... ,..,__9n . -2 -2 -1 0 2 3 Kompanenl

Gambar 3. Biplot Antara Beberapa Maskapai Penerbangan Dengan Beberapa Variabel Sumber: Data Diolah

592 Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 usaha yang harus dilakukan oleh melayani masyarakat dari berbagai strata perusahaan untuk dapat memenuhi sosial. Pada sisi lain, maskapai penerbangan permintaan untuk kebutuhan-kebutuhan Sriwijaya Air dikenal sebagai perusahaan tersebut secara efektif dan efisien. Usaha­ dengan visi sebagai maskapai yang eksis usaha ini dilakukan agar dapat dicapai di kawasan domestik. tingkat keuntungan yang diharapkan,dan Melalui data dari Kementerian Perhubungan, yang dibutuhkan untuk menjamin dapat diketahui bahwa pangsa pasar kelangsungan dan perkembangan bisnis maskapai penerbangan Lion Air pada perusahaan. tahun 2010 sebesar 38,08 persen dengan Anggota klaster yang memiliki keunggulan jumlah penumpang yang diangkut pada variabel load faktor barang yang sebanyak 19.698.493 orang. Maskapai diangkut (lf_brg) adalah maskapai penerbangan Lion Air menempati posisi penerbangan Merpati Nusantara Airline teratas dalam penguasaan pangsa pasar tahun 2006, 2008, 2009, 2010 dan maskapai domestik. Posisi kedua ditempati oleh penerbangan Sriwijaya Air tahun 2006. maskapai penerbangan Garuda Indonesia Selama ini, kargo mengalami tingkat Airline yang memiliki pangsa pasar sebesar pertumbuhan yang tajam. Selama tahun 19,30 persen dengan jumlah penumpang 2010,kargo domestik mengalami diangkut sebanyak 9. 993.272 orang. Ada peningkatan pertumbuhan 113,92 persen perebutan pangsa pasar domestik antara dibandingkan dengan tahun sebelumnya. maskapai penerbangan Lion Air dan Penyebab pertumbuhan kargo tersebut Garuda Indonesia Airline. Terdapat antara lain karena dioperasikannya perbedaan penerapan strategi pada pesawat khusus kargo (freighter) oleh masing-masing maskapai penerbangan penerbangan nasional anggota INACA tersebut. Kebijakan yang diterapkan oleh dan juga sebagai dampak membaiknya manajemen Garuda Indonesia Airline perekonomian nasional, terutama pada adalah meningkatkan kualitas pelayanan, sektor perdagangan. mengembangkan rute dan jaringannya ke Anggota klaster yang tidak memiliki seluruh propinsi di Indonesia. Kebijakan keunggulan pada salah satu variabel yang diterapkan oleh Lion Air selama ini adalah maskapai penerbangan Batavia adalah strategi bersaing menggunakan Air tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009, harga yang lebih rendah dibandingkan Merpati Nusantara Airline tahun 2007 Garuda Indonesia Airline sehingga serta Sriwijaya Air tahun 2007, 2008, 2009 mendapatkan pangsa pasar yang paling dan 2010. Batavia Air dan Sriwijaya Air besar pada penerbangan domestik. mempunyai konsep Law Cost Carrier(LCC) yaitu konsisten sebagai maskapai KESIMPULAN DAN SARAN berkonsep murah sehingga terjangkau 1. KESIMPULAN masyarakat. Pangsa pasar dari awal a. Total penumpang domestik yang berdirinya Batavia adalah masyarakat diangkut oleh beberapa maskapai ekonomi menengah ke bawah. Komitmen penerbangan dalam penelitian ini, untuk memberikan pelayanan jasa memperlihatkan kecenderungan penerbangan bagi masyarakat tidak yang meningkat selama periode sekedar berorientasi profit oriented, 2006-2010. Sejauh ini maskapai namun juga sebagai upaya untuk

Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 593 penerbangan lebih memfokuskan pesawat (km_pes) adalahmaskapai diri pada jasa angkutan penum pang. penerbangan Garuda Indonesia Untuk angkutan barang, umumnya Airline tahun 2006, 2007, 2008, barang yang diangkut oleh 2009,2010 dan maskapai maskapai penerbangan tersebut penerbangan Batavia Air pada adalah barang-barang dengan tahun 2010. berat yang ringan dan yang e. Anggota klaster yang memiliki bernilai tinggi. keunggulan pada variabel load b. Peningkatan pertumbuhan angkutan faktor barang yang diangkut (lf_brg) udara, mampu memacu sektor­ adalah maskapai penerbangan sektor ekonomi lainnya untuk Merpati Nusantara Airline tahun berkembang lewat multipler 20

594 Volume 24, Nomor 6, Juni 2012 penerbangan domestik lainnya Pelayanan Penumpang Perusahaan seperti Garuda Indonesia Airline, Penerbangan. Warta Ardhia, Vol. 34, Merpati N usantara Airline dan No.1, Hal 77-91. Lion Air. Rochma, M . 2008. Prospek Sektor Transportasi di Indonesia. Economic Re­ DAFTAR PUSTAKA view, No.211, Hal 1-11. Budi, N.A.A. 2005. Analisis Kebijakan Syafe'I, H. M dan S. A. Majid. 2003. Industri Penerbangan Domestik Berjadwal Kebijakan dan Formulasi Penetapan Tarif Di Indonesia. Universitas Indonesia. Penerbangan (Studi Awal Menuju Depok. Penelitian Penetapan Tarif Penerbangan Daud, A. 2008. Analisis Posisi Jasa Dalam Negeri). Jurnal Manajemen Penerbangan Indonesia Berdasarkan Transportasi, Vol. IV, No.2, Hal 71-78. Persepsi serta Loyalitas Penumpang Rute Soegoto, D. S. 2011 . Pengaruh Kinerja Perjalanan Surabaya-Jakarta. Universi­ Bauran Pemasaran Jasa dan Keunggulan tas Airlangga. Surabaya. Positions Terhadap Kepuasan Penumpang Ningrum, L. 2003. Pengaruh Perang Harga dan Implikasinya Pada Kepercayaan Tiket Penerbangan Terhadap Bisnis Penumpang Pesawat Perusahaan Pengangkutan Nasional Dilihat dari Penerbangan Rute Jakarta-Surabaya. Perspektif Hukum Bisnis. Jurnal Ilmu Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol. 8, Pariwisata, Vol. 8, No.2, Hal 146-148. No.1, Hal 49-58. Purnama, H. 2008. Analisis Kinerja Sugitoro. 2008. Penerbangan Murah dan Citra. Pikiran Rakyat, 12 April 2008 .

.~ '·

Volume 24, Nomor 6, }uni 2012 595