Hibah Pengabdian Pengabdian LEMBAGA Perjanjian No: III/LPPM/2019-02/22-PM

PENDOKUMENTASIAN KAWASAN PERMUKIMAN KERATON KANOMAN PEMETAAN PERMUKIMAN KLASIK CAGAR BUDAYA DI

Disusun Oleh: Dr. Basuki Dwisusanto, IAI. Dr. Rumiati Tobing Dr. Karyadi Kusliansjah Franseno Pujianto, ST., MT. Dimas Hartawan, ST., MT.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan 2019

DAFTAR ISI

Abstrak 1 BAB 1. ANALISIS SITUASI 2 BAB 2. PERMASALAHAN MITRA 3 BAB 3. SOLUSI YANG DITAWARKAN 3 BAB 4. TARGET LUARAN 4 BAB 5. DATA 6 DAFTAR PUSTAKA 34

i

ABSTRAK Keraton Kanoman merupakan salah satu peninggalan kerajaan Jawa yang masih ada hingga saat ini. Sebagaimana Keraton Yogjakarta, permukiman di sekitar Keraton pada masa lalu merupakan bagian yang terintergrasi dengan Keraton yang diistilahkan dengan permukiman Magersari. Penghuni pada wilayah Magersari ini biasanya masih memiliki hubungan erat dengan Raja, seperti bangsawan dan abdidalem yang mengabdi di rumah bangsawan atau Raja. Fenomena terebut dipekirakan juga terjadi di Kawasan Keraton di Cirebon, mengingat Cirebon merupakan cikal bakal Keraton-Keraton Jawa yang dikenal sekarang yang masih tersisa dan merupakan transisi dari era Hindu Budha. Oleh karena itu pengetahuan ini menjadi penting sebagai rujukan awal untuk mengenali pola permukiman tersebut. Seiring dengan berkembangnya permukiman di sekitaran keraton dan berpindahnya kekuasaan keraton ke NKRI, maka pertumbuhan di sekitar keraton menjadi bias antara permukiman magersari dan rumah-rumah yang sudah tidak lagi memiliki kekerabatan dengan keraton. Sebagai upaya pelestarian cagar budaya, maka beberapa upaya dapat dilakukan diantaranya; upaya perlindungan, pemeliharaan, dan dokumentasi. Upaya dokumentasi menjadi penting dalam wujud pemetaan permukiman di sekitar Keraton yang berkaitan erat dengan cagar budaya Keraton Kanoman. Upaya dokumentasi dilakukan melalui perekaman data dan belum pernah dilakukan untuk kasus ini yakni permukiman sekitar Keraton. Adapun perekaman data, merupakan rangkaian kegiatan pembuatan dokumen tentang cagar budaya yang dapat memberikan informasi atau pembuktian keberadaannya. Kegiatannya berupa pemotretan, penataan, penggambaran, survey. Tahap lalu telah difokuskan untuk Keraton Kacirebonan yang berkorelasi dengan peninggalan klasik Majapahit yang hampir punah dan masih belum banyak terungkap. Tahap berikutnya akan dikembangkan ke pemetaan permukiman di sekitar kompleks yang masih dianggap berkorelasi dengan Keraton, seperti hunian para bangsawan dan abdidalem. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut kerjasama yang dengan STT Cirebon dengan Prodi Arsitektur UNPAR guna mempunyai peran untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal kepekaan dan pemahaman

1

mengenai cagar budaya di wilayah Jawa Barat. Selain itu materinya dapat dikembangkan untuk menunjang penelitian dan abdimas berikutnya.

BAB 1. ANALISA SITUASI BAB 1 ANALISA SITUASI STT Cirebon sebagai perguruan tinggi di Cirebon yang memiliki prodi Arsitektur memerlukan kerjasama dengan Universitas Katolik Parahyangan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswanya dalam hal kepekaan dan pemahaman mengenai bangunan cagar budaya di Cirebon. Mitra kegiatan yaitu STT Cirebon merupakan perguruan tinggi yang memiliki prodi Arsitektur yang beralamat di Jl. Evakuasi No. 11 Cirebon. Keraton Kanoman memiliki potensi wilayah cagar Budaya yang penting. Berbagaimacam objek ada di sekitar keraton Kanoman, seperti pasar, masjid, permukiman bangsawan gerbang-gerbang dan lain sebagainya. Objek-objek ini perlu dipetakan dan dikaji lebih lajut demikian juga dengan permukimannya. Sesuai dengan visi misi Arsitektur Unpar untuk mengembangkan potensi lokal khususnya di wilayah Jawa Barat dapat berperan aktif dalam kegiatan pelestarian tersebut. Kajian-kajian arsitektur cagar budaya yang dilakukan oleh arsitektur Unpar dan berkaitan dengan Cirebon masih belum dilakukan secara optimal khususnya yang berhubungan dengan konteks permukiman. Arsitektur merupakan ilmu yang dapat mendukung pengembangan potensi budaya lokal melalui pemahaman transformasi desain dari masa lalu ke kini melalui upaya pelestarian. Pelestarian dalam konteks arsitektur dapat berperan dalam menjaga cagar budaya yang telah menjadi potensi penting di kota Cirebon. Dengan mendokumentasikan kembali Kawasan Cagar Budaya secara menyeluruh, baik dari aspek Sejarah Kota dan Permukiman diharapkan akan menjadi sumber data penting untuk pengembangan Kota Cirebon ke depan. Kerjasama Mitra dan Unpar melalui pengabdian masyarakat ini yaitu berupa kerjasama pengumpulan data pendokumentasian Kawasan Cagar Budaya khususnya di Keraton dan diharapkan dapat dikembangkan pada skema penelitian sebagai pengantar untuk memberikan pengetahuan cagar budaya.Harapan selanjutnya, kegiatan ini tidak berhenti sebatas pendokumentasian saja tetapi dapat berlanjut hingga tahap publikasi dengan memasukkan aspek pendukung pembahasan pola permukiman sebagai upaya

2

penyebarluasan informasi dan wawasan mengenai pelestarian cagar budaya agar dapat diketahui dan dipahami oleh masyarakat luas dan tetap terjalin kerjasama antara Mitra dan Lembaga. Hal ini akan diharapkan dapat berguna untuk mendukung pengembangan IPTEKS di , khususnya ilmu Arsitektur dan Cagar Budaya. Untuk tahap selanjutnya akan dikembangkan sesuai dengan permintaan mitra yakni pemetaan kawasan permukiman klasik di sekitar Keraton Kanoman.

BAB 2. PERMASALAHAN MITRA BAB 2 PERMASALAHAN MITRA Lembaga mitra memerlukan bantuan berupa dukungan dalam hal pendokumentasian bangunan dari peninggalan bersejarah. Saat ini lembaga mitra belum cukup memiliki dukungan keahlian perencanaan tersebut secara internal dari organisasinya sendiri. Karena itu diperlukan bantuan dari pihak eksternal atau pihak ketiga yang memiliki keahlian yang komprehensif khususnya berkaitan dengan budaya, iklim dan perkotaan seperti pelestarian bangunan cagar budaya sebagai mitra pendukung tersebut. Mitra juga diperluas dengan melibatkan Kerjasama Komunitas Kendi Pertula sebagai pelestari budaya Cirebon.

BAB 3. SOLUSI YANG DITAWARKAN BAB 3 SOLUSI YANG DITAWARKAN Pendekatan untuk menyelesaikan masalah lembaga mitra yang ditawarkan berupa bantuan teknis. Bantuan teknis ini berbentuk : 1. Keahlian dalam kajian lingkup arsitektur sesuai dengan kompetensi pengabdi dan menjawab kebutuhan lembaga mitra seperti di dalam pemetaan Kawasan Permukiman Klasik Kanoman 2. Pendampingan lembaga mitra dalam bentuk konsultasi teknis terkait perwujudan pendokumentasian dan pengkajian lanjut Kawasan Permukiman Kanoman. 3. Keahlian lainnya yang diperlukan adalah pengukuran dan analisis rekonstruksi yang akan melibatkan ahli pengukuran lapangan, sejarah dan permukiman klasik. 4. Pengadaan dokumen sebagai hasil pendekatan di atas, sesuai dengan standar penyajian arsitektural

3

BAB 4. TARGET LUARAN BAB 4 TARGET LUARAN Tahap 1: Tahap Pemetaan Awal Tahap ini diawali dengan menyusun skenario pengukuran, pengumpulan data primer (pemotretan, survey lokasi dan kondisi sekelilingnya, pemetaan batas dan kontur tapak, dan lain-lain). Aspek kualitatif lainnya serta aspek kuantitatif seperti perkiraan luas lantai bangunan, informasi penggunaan material / bahan, sistem konstruksi dan metoda pelaksanaan pembangunan disajikan dalam bentuk laporan tertulis maupun gambar-gambar.

Tahap 2: Tahap Pembuatan Gambar dan Dokumen Tahap ini berupa tahap penerjemahan hasil survey dan pengambilan data primer yang terkandung dalam objek yang diukur ke dalam pemetaan pola tipomorfologi permukiman dan uraian-uraian teknis yang terinci sehingga secara tersendiri maupun secara keseluruhan dapat menjelaskan dan mendokumentasikan peninggalan sejarah. Kemudian dilakukan penyajian dokumen pelaksanaan dalam bentuk gambar-gambar (arsitektural) , foto-foto dan tulisan spesifikasi yang jelas, lengkap dan teratur. Pada tahap ini pekerjaan akan dilakukan dengan melibatkan mahasiswa untuk menghasilkan dokumen yang berguna bagi semua pihak. Tim yang disusun terdiri dari gabungan dosen dan mahasiswa di program studi arsitektur Universitas Katolik Parahyangan dan Mitra yaitu STT Cirebon. Ketua dan anggota tim dosen memiliki pengalaman profesional di bidang kompetensinya masing-masing, selain juga keterlibatan di pekerjaan pengabdian masyarakat sebelumnya. Anggota tim mahasiswa adalah mereka yang cukup berprestasi dalam bidang studinya dan pernah juga terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat dan / atau semi profesional lain. Kegiatan ini dilakukan dalam skema penelitian dan pengabdian masyarakat sebagai pengantar untuk memberikan pengetahuan cagar budaya, terutama dalam kegiatan sosialisasi cagar budaya. Kegiatan ini akan melibatkan mahasiswa.Harapan selanjutnya, kegiatan ini tidak hanya berhenti pada pendokumentasian saja tetapi dapat berlanjut hingga tahap publikasi, sebagai

4 upaya penyebarluasan informasi dan wawasan mengenai pelestarian cagar budaya agar dapat diketahui dan dipahami masyarakat luas. Keberlanjutan kegiatan ini direncanakan dengan mengadakan pendokumentasian pada objek yang berbeda yaitu : Tahun 2017 dan Sitihinggil Keraton Kanoman. Tahun 2018 Pemetaan Kawasan Permukiman Kawasan Kasepuhan Tahun 2019 Pemetaan Kawasan Permukiman Kawasan Kanoman

Luaran yang diharapkan dengan Pendokumentasian Cagar Budaya Keraton: 1. Materi presentasi mengenai pendokumentasian warisan budaya Keraton di Cirebon berupa pola permukiman. 2. Dokumen arsitektur berupa: Gambar dan Foto Arsitektural  Identifikasi Pola Sirkulasi dan Tatanan Massa  Pola Tata Ruang dan Massa, yang menunjuka, susunan tata ruang, koordinat bangunan dan ukuran-ukuran elemen bangunan  Peta perkembangan area sekitar Keraton Kanoman.  Penggambaran ataupun dokumentasi bangunan atau artefak penting sekitar Keraton Kanoman.

5

BAB 5. KAWASAN KERATON KANOMAN BAB 5 KAWASAN KERATON KANOMAN

5.1. Gambaran Umum Kawasan Keraton Kanoman Keraton Kanoman terletak pada Kecamatan Lemahwungkuk didalam Kota Cirebon. Area disekitar Keraton Kanoman memiliki fungsi bermacam-macam, fungsi yang dominan pada kawasan keraton adalah fungsi komersil dan permukiman. Area komersil berada pada area pecinan dan Pasar Kanoman, sementara area permukiman tersebar merata pada kawasan Keraton Kanoman

Nama objek : Kawasan Keraton Kanoman Alamat : Jalan Kanoman No. 40, Lemahwungkuk, Cirebon, Jawa Barat Batas wilayah : Utara : Jalan Pasuketan Timur : Jalan Merdeka Selatan : Jalan Pulasaren Barat : Jalan Petratean

Gambar 3.1. Peta Fungsi Bangunan Kawasan Keraton

6

Batas-Batas Kawasan Keraton Kanoman ditandai oleh gapura-gapura. Kawasan Keraton Kanoman terbagi menjadi beberapa RW, yaitu:

1. RW Kanoman Utara 2. RW Kanoman Tengah 3. RW Kanoman Selatan 4. RW Kebon Pring 5. RW Warung Bata 6. RW Lemahwungkuk

Fungsi yang terdapat pada Kawasan Keraton Kanoman secara garis besar terbagi menjadi 5 yaitu kebudayaan, perdagangan, permukiman, komunal dan peribadatan. Fungsi-fungsi tersebut cenderung berkelompok/ terkonsentrasi dalam suatu area tertentu. Berdasarkan temuan dari observasi langsung di lapangan, didapat temuan bahwa fungsi- fungsi bangunan tersebut memiliki tatanan tertentu. Berikut adalah tatanan dari fungsi pada Kawasan Keraton Kanoman.

7

5.2. Tatanan Fisik Kawasan Keraton Kanoman

5.2.1. Fungsi Kebudayaan

Fungsi kebudayaan pada area ini yaitu Keraton Kanoman dan Makam Syekh Maulana Maghribi. Letak Keraton Kanoman ini relatif di tengah kawasan. Keraton Kanoman dikategorikan sebagai fungsi kebudayaan karena Anom masih dianggap masyarakat sebagai simbol budaya dan area pekarangan dan istana Keraton Kanoman masih digunakkan sebagai tempat untuk upacara adat setempat seperti Muludan. Keraton Kanoman teletak di tengah kawasan dan tidak bersinggungn secara langsung dengan sirkluasi utama sebab Keraton Kanoman dikelilingi oleh bangunan dengan fungsi lain. Bangunan dengan fungsi lain ini seolah-olah memagari Keraton Kanoman dari sirkulasi utama. Makam Syekh Maulana Maghribi termasuk dalam fungsi kebudayaan karena menjadi tempat bagi umat untuk berziarah serta dapat dilihat dari adanya usaha pemerintah dalam menjaga makam tersebut dengan diberi pennanda “Makam Syekh Maulana Maghribi sejak tahun 1465”.

8

5.2.2. Fungsi Komersil

Massa bangunan dengan fungsi perdagangan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa skala dan bentuk bangunan. a. Massa perdagangan dengan skala besar yaitu Pasar Kanoman, b. Massa perdagangan dengan skala sedang yaitu ruko (rumah toko 3 lantai/ lebih) c. Massa perdagangan dengan skala kecil yaitu warung 1 lantai.

Massa bangunan perdagangan, bila dilihat secara individual, sejatinya tersebar di berbagai penjuru kawasan Keraton Kanoman tetapi bila ditinjau secara makro, dapat terlihat sebagian besar massa bangunan perdagangan terkonsentrasi di titik-titik tertentu. Kelompok massa perdagangan yang paling padat terletak di bagian utara, timur, dan selatan kawasan. Kelompok massa perdagangan ini terdiri dari bangunan skala besar dan sedang seperti Pasar Kanoman dan ruko. Pasar Kanoman dan ruko terkesan mengelilingi atau memagari Keraton Kanoman dan bersinggungan secara langsung dengan sirkulasi utama. Massa bangunan perdagangan yang tersebar ke beberapa titik biasanya berskala kecil dengan bentuk warung 1 lantai. Massa bangunan ini untuk melayani jual-beli kebutuhan warga masyarakat sekitar.

9

5.2.3. Fungsi Permukiman

Area permukiman pada kawasan Keraton Kanoman tersebar merata pada seluruh kawasan. Area permukiman pada umunya terletak dibelakang bangunan komersil yang berbatasan langsung dengan jalan raya. Area permukiman yang terletak pada sisi Barat Keraton Kanoman adalah Permukiman Keraton yang dihuni oleh kerabat serta abdi dalem Keraton Kanoman. Seiring waktu, kepemilikan rumah dan tamah berpindah tangan dan sekarang tidak semua rumah ditinggali oleh kerabat keraton lagi. Permukiman pada Kawasan Keraton Kanoman masih memiliki rumah tinggal milik kerabat Keraton, Abdi Dalem, serta masyarakat pendatang. Bentuk rumah tinggal milik masyarakat pendatang berupa rumah tinggal tipikal kampung kota. Rumah ini memaksimalkan lahan yang ada sehingga bersinggungan langsung dengan sirkulasi dan tidak menyisakan ruang kosong. Berbeda dengan rumah milik masyarakat pendatang, rumah kerabat Keraton sebagian besar berbentuk joglo, memiliki beranda yang cukup luas. Dinding bangunan cukup mundur (setback) beberapa meter ke belakang sehingga menyisakan ruang kosong. Selain itu, rumah kerabat atau abdi dalem Keraton Kanoman pada umumya memiliki ornamen atau hiasan yang terdapat pada bangunan rumah maupun pada pagar rumah. Ornamen yang digunakan menunjukan keterikatan bangunan rumah tersebut dengan Keraton Kanoman.

10

5.2.4. Fungsi Komunal

Ruang-ruang kosong yang biasa dimanfaatkan warga sebagai ruang kumpul sudah sangat jarang ditemukan karena lahan kosong telah dipadati massa bangunan. Ruang kosong sebagai fungsi komunal tergantikan dengan bangunan dengan fungsi khusus untuk berkumpul yang disebut sebagai Baperkam (Balai Pertemuan Kampung). Baperkam ini biasa disatukkan dengan fungsi komunal lain seperti posyandu. Baperkam berupa bangunan satu lantai dengan luas yang relatif kecil. Baperkam tersebar di beberapa titik kawasan dan sebagian besar terletak di persimpangan jalan. Fungsi komunal berupa ruang terbuka yang masih dipertahankan masyarakat sebagai ruang kosong dan tidak dibangun massa bangunan adalah Alun-Alun Kanoman. Alun-alun dimanfaatkan warga masyarakat sekitar untuk berkumpul dan bercengkrama. Di dalam Alun-Alun juga terdapat warung (fungsi perdagangan) yang digunakan untuk menunjang kegiatan berkumpul warga dan konsesi bagi wisatawan, halaman bagi Masjid Kanoman (fungsi peribadatan) sebagai ekstensi ketika masyarakat tidak dapat ditampung di dalam bangunan Masjid, serta tempat parkir bagi Pasar Kanoman. Fungsi komunal lain adalah Taman Siswa yang terletak di dekat Keraton Kanoman. Berdasarkan wawancara dengan narasumber yaitu Pak Elang Muhammad Hrdja selaku keluarga Keraton, Taman Siswa merupkan tanah hibah pemberian Keraton Kanoman untuk mencerdaskan masyarakat.

11

5.2.5. Fungsi Peribadatan

Kawasan Keraton Kanoman memiliki tempat peribadatan yang sangat beragam yaitu Masjid Kanoman, Gereja Kristen Pengampon, dan Vihara Pemancar Keselamatan. Fungsi peribadatan ini tersebar, tidak berkumpul dalam suatu area tertentu. Masjid Kanoman terletak di Alun-Alun Kanoman, Gereja Kristen Pengampon terletak di Jl. Pengampon, sedangkan Vihara Pemancar Keselamatan terletak di Jl. Kanoman.

5.3. Ruang Pelingkup Pada Kawasan Keraton Kanoman

5.3.1. Ruang Keraton Kanoman Komplek keraton kanoman ditandai dan dibatasi dengan tembok pemisah antara komplek keraton dan area permukiman warga serta kawasan Pasar Kanoman. Didalam komplek keraton terdapat berbagai macam ruang dan bangunan dengan fungsi yang berbeda beda. Memasuki area komplek Keraton Kanoman, akan terlihat sebuah area yang dibatasi oleh pagar putih, area tersebut dinamakan Ksiti Hingil. Area Ksiti Hingil berdiri ditengah-tengah lapangan kosong dan memiliki ornamen kuno yang menempel pada kolomnya dengan corak Tiongkok pada dinding-dindingnya. Letak area Ksiti Hingil lebih tinggi

12 apabila dibandingkan dengan bangunan lain yang ada pada Keraton Kanoman. Didalam area Ksiti Hingil terdapat dua bangunan, yaitu Mande Manguntur yang berfungsi sebagai tempat sultan duduk apabila ada acara, bangunan ini juga berfunsi sebagai tempat penobatan sultan. Bangunan lainnya adalah bangunan Bangsal Sekaten yang berfungsi sebagai tempat pementasan Sekaten pada saat maulud nabi.

Ksiti Hingil

Pada Keraton Kanoman, sultan membutuhkan ruang untuk bertemu dengan pejabat keraton atau dengan masyarakat apabila ada yang pihak yang ingin menghadap kepada sultan. Tamu yang ingin bertemu dengan sultan akan menunggu di sebuah bangsal bernama Bangsal Singabrata yang terletak disebelah museum. Pertemuan akan dilakukan didalam bangunan yang bernama Bangsal Jinem.

Pasebaan 13

Memasuki area tembok dalam Keraton Kanoman, akan terlihat balai pertemuan dan bangunan sultan. Bangunan ini digunakan untuk kegiatan keluarga keraton dan pennjamuan tamu dari luar keraton. Selain itu juga terdapat bangunan Museum Pustaka Keraton Kanoman dan Sanggar Seni Keraton Kanoman. Museum Pustaka bersisi barang-barang bersejarah yang berhubungan dengan sejarah Keraton Kanoman seperti gamelan tua yang digunakan pada masa pemerintahan sultan serta kereta yang digunakan sultan untuk pawai mengelilingi daerah kekuasaan Keraton Kanoman. Bangunan museum dan sanggar seni terbuka untuk masyarakat umum yang mengunjungi komplek Keraton Kanoman.

Museum dan Sanggar Seni Keraton

Sultan menempati bangunan bernama Gedung Pedaleman Sultan, yang berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan istrinya. Gedung ini terletak di sebelah timur Bangsal Kaputran dan Bangsal Kaputren. Bangsal Kaputren merupakan bangunan yang dihuni oleh puteri-puteri sultan, dan bangsal kaputran yaitu bangsal yang dihuni oleh putera-putera sultan. Bangunan Kaputran terletak di sebelah timur Mande Mastaka sedangkan bangunan Kaputren terletak di sebelah utaranya. Kedua gedung ini dibatasi oleh pagar tembok tinggi. Sultan juga membangun taman bernama Taman Kebon Raja. Taman Kebon Raja merupakan taman penyegar suasana yang berada di sebelah barat Mande Mastaka. Berdekatan dengan Gedung Pedaleman Sultan, Bangsal Kaputran, dan Bangsal Kaputren terdapat Kebon Jimat berfungsi sebagai pungkuran keraton. Kebon Jimat merupakan gedung yang di dalamnya terdapat beberapa sumur keramat (sumur pitu), yaitu Sumur Bandung yang berukuran

14 paling besar, Sumur Panganten yang berbentuk bujur sangkar, Sumur Kajayaan yang berbentuk bundar, dan Sumur Agung Witana yang berbentuk bundar dan dihiasi wadasan. Dekat dengan Sumur Kajayaan, terdapat bangunan tinggi (dua lantai) yang digunakan untuk menyimpan barang jimat keraton bernama Bangsal Pejimatan. Dulu tempat ini menjadi tempat pemburatan yaitu tempat membuat boreh dan jamu untuk sarana upacara Maulid Nabi.

Pada sisi utara Keraton Kanoman terdapat alun-alun keraton yang ditandai dengan adanya dua buah pohon beringin dan beberapa bangunan Keraton Kanoman lain. Namun area alun-alun keraton sudah dipenuhi oleh bangunan semi-permanen yang berfungsi sebagai warung dan tempat berjualan masyarakat sekitar. Pada alun-alun keraton juga dibuat lapangan bulu tangkis yang digunakan oleh sekolah yang berada pada di sisi barat Keraton Kanoman. Dikarenakan alun- alun berbatasan langsung dengan Pasar Kanoman, tempat pembuangan sampah Pasar Kanoman juga memasuki sisa area alun alun Keraton Kanoman.

15

5.3.2. Ruang Permukiman Keraton Kanoman dikelilingi oleh area permukiman warga yang terletak disekitar komplek Keraton Kanoman. Permukiman warga pada zaman dulu hanya diperuntukan bagi kerabat dan keluarga Keraton saja, namun seiring perkembangan zaman masyarakat umum ikut mendirikan bangunan permukiman pada kawasan keraton, sehingga permukiman kawasan Keraton Kanoman termasuk kedalam permukiman tidak terencana. Permukiman warga sekitar keraton secara garis besar terdiri dari masyarakat umum dan kerabat Keraton Kanoman, namun karena sudah banyak kerabat keraton yang menjual kepemilikan rumahnya kepada pihak asing, sekarang hanya tersisa sedikit saja permukiman keluarga Keraton Kanoman yang tersisa pada kawasan Keraton Kanoman. Permukiman warga pada kawasan Keraton Kanoman terbagi pada dua kelurahan, yaitu Kelurahan Lemahwungkuk dan Kelurahan Pekalipan. Kelurahan Lemahwungkuk serta Kelurahan Pekalipan dipisahkan oleh Jalan Lemahwungkuk.

Kelurahan Pekalipan dan Lemahwungkuk 1

16 a. Permukiman Kelurahan Pekalipan Permukiman Kelurahan Pekalipan pada zaman dulu masih termasuk kedalam area kekuasaan Keraton Kanoman. Permukiman terbagi menjadi tiga area yaitu area Kanoman Utara, Kanoman Tengah, serta Kanoman Selatan. Terdapat akses langsung memasuki komplek Keraton Kanoman dari area permukiman Kanoman Tengah.

Permukiman Kelurahan Pekalipan

Permukiman pada Kelurahan Pekalipan merupakan permukiman padat, bangunan rumah didalam permukiman tidak semuanya memiliki halaman sehingga kerap kali penghuni rumah menggunakan ruang jalan untuk kebutuhan sehari-hari seperti menjemur pakaian atau memakirkan motornya. Permukiman pada area Kelurahan Pekalipan berbatasan langsung dengan Keraton Kanoman dan pada sekitar batas tembok keraton terdapat banyak rumah yang masih dimiliki dan ditinggali kerabat Keraton Kanoman. Jalan pada permukiman warga kawasan Keraton Kanoman mayoritas berupa jalan kecil yang lebarnya kurang dari 3 meter, sehingga hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan sepeda motor saja, namun sirkulasi pada area tertentu cukup sulit untuk dilewati dikarenakan banyak warga yang menggunakan ruang jalan sebagai tempat menjemur baju maupun untuk tempat parkir kendaraan bermotor yang dimiliki. Jalan pada kawasan permukiman keraton yang bisa dilewati mobil hanya berada pada Jalan Pekalipan dan Jalan Astana Garib saja, sisanya merupakan jalan gang kecil yang langsung masuk kedalam area permukiman warga.

17

Jalan Permukiman Kanoman

Peta Kediaman Kerabat Keraton

Permukiman keraton pada area Kelurahan Pekalipan, terutama permukiman yang berbatasan langsung dengan Keraton Kanoman merupakan permukiman padat yang terbangun tidak terencana. Hal ini juga ditunjukan dari peraturan Keraton Kanoman pada saat masih aktif berfungsi sebagai bangunan pemerintahan, bahwa tidak boleh ada bangunan masyarakat umum dalam radius 100 meter dari batas komplek Keraton Kanoman. Permukiman yang berdekatan dengan Keraton Kanoman

18 mayoritas tidak memiliki halaman depan terkecuali untuk beberapa rumah seperti rumah patih atau kerabat keraton. Namun, permukiman warga pada area Warung Bata dan Kebon Pring cenderung lebih teratur dengan penataan grid yang lebih jelas serta jalan yang lebih lebar sehingga bisa diakses oleh mobil. Permukiman warga pada daerah ini pada umumnya memiliki rumah yang lebih besar dan halaman rumah yang lebih luas apabila dibandingkan dengan permukiman disebelah Keraton Kanoman. Permukiman ini berada pada area Warung Bata dan Kebon Pring yang masih berada didalam kawasan Keraton Kanoman. Akses menuju permukiman warga dapat diakses melalui Jalan Pulasaren dan Jalan Petratean yang ditandai dengan gapura Keraton Kanoman, serta melalui Jalan Kanoman dimana pada sisi baratnya terdapat jalan yang langsung mengarah menuju permukiman Kebon Pring.

Permukiman Warung Bata b. Permukiman Kelurahan Lemahwungkuk Permukiman warga pada Kelurahan Lemahwungkuk terletak dibelakang ruko-ruko perdagangan disepanjang Jalan Lemahwungkuk dan Jalan Merdeka. Permukiman pada Kelurahan Lemahwungkuk cenderung lebih sempit dan tertutup apabila dibandingkan dengan permukiman Kelurahan Pekalipan, ditandai dengan interaksi antar warga yang lebih sedikit dan ruang terbuka yang minim. Permukiman dapat diakses melalui gang-gang kecil yang berada diantara ruko perdagangan pada jalan besar

19

seperti Jalan Lemahwungkuk. Beberapa akses masuk pada gang diberikan gerbang besi untuk menjaga supaya area permukiman tidak terbuka pada malam hari untuk meningkatkan keamanan area permukiman. Akses menuju permukiman hanya berupa gang kecil dengan lebar kurang dari tiga meter sehingga hanya bisa diakses oleh pejalan kaki dan sepeda motor saja. Area permukiman tertutup sepenuhnya oleh bangunan ruko sehingga tidak terlihat sama sekali dari arah Jalan Lemahwungkuk dan Jalan Merdeka.

Permukiman Lemahwungkuk

Pada area Kelurahan Lemahwungkuk didalam kawasan Keraton Kanoman, terdapat sebuah keraton kecil yang bernama Keraton Kaprabonan. Keraton Kaprabonan pada masanya tidak digunakan sebagai bangunan pemerintahan namun hanya sebagai bangunan yang menampung acara-acara keraton tertentu saja, sehingga tidak ada perebutan wilayah antara Keraton Kanoman dan Keraton Kaprabonan. Keraton Kaprabonan dapat diakses melalui Jalan Lemahwungkuk dan ditandai dengan gapura serta signage yang bertuliskan Keraton Kaprabonan. Akses memasuki keraton berupa jalan dengan lebar sekitar 3.5 meter sehingga dapat diakses oleh satu mobil namun sangat sempit dan tidak banyak ruang tersisa, tapi pada bagian dalam Keraton Kaprabonan terdapat ruang yang cukup untuk manuver mobil sehingga bisa memutar balik dan keluar dari area keraton.

20

Jalan Lemahwungkuk

5.3.3. Ruang Komersil Pasar Kanoman berada pada sisi utara Keraton Kanoman, berbatasan langsung dengan alun-alun keraton. Pasar Kanoman memiliki dua buah massa bangunan utama yang terbagi oleh jalan akses utama untuk memasuki komplek Keraton Kanoman. Masing-masing bangunan Pasar Kanoman memiliki 2 lantai yang diisi dengan toko-toko yang menjual berbagai macam barang dan makanan. Akses untuk memasuki bangunan Pasar Kanoman terdapat pada jalan utama Komplek Keraton Kanoman. Pada sekitar bangunan Pasar Kanoman, terdapat banyak bangunan semi- permanen yang memiliki fungsi perdagangan. Bangunan-bangunan ini tersebar di sekitar Pasar Kanoman dan memasuki area alun-alun Keraton Kanoman. Bangunan semi-permanen dibuat dari material bambu dan menggunakan bahan terpal sebagai atap, sehingga mudah didirikan dan tidak memperlukan tenaga ahli untuk membuka bangunan perdagangan baru. Selain pedagang yang berjualan menggunakan bangunan semi-permanen, juga terdapat banyak pedagang yang berjualan menggunakan gerobak atau mobil bak pada sekitar area Pasar Kanoman. Penjual yang menggunakan gerobak pada umumnya terkumpul disekitar gapura Keraton Kanoman dan di area antara alun- alun dan Pasar Kanoman dimana banyak orang berjalan kaki yang berlalu lalang.

21

Area Pasar Kanoman juga dipenuhi oleh pengendara becak yang parkir pada area pasar dan pada area sekitar gapura Keraton Kanoman.

Area Pecinan pada kawasan Keraton Kanoman tersebar luas sepanjang Jalan Kanoman dan Jalan Lemahwungkuk. Area Pecinan memiliki tipologi bangunan yang berupa ruko-ruko, dimana lantai dasar bangunan dijadikan sebagai tempat berjualan dan lantai atas digunakan sebagai rumah tinggal. Pecinan pada kawasan Keraton Kanoman menjual berbagai macam barang dagangan namun mayoritas menjual makanan serta barang cindera mata bagi turis atau pengunjung yang datang berwisata ke area tersebut.

22

Bagian depan ruko area Pecinan banyak dipenuhi oleh bangunan semi- permanen yang digunakan untuk berjualan. Bangunan semi-permanen di depan ruko Pecinan memiliki konstruksi yang sama dengan bangunan semi-permanen yang berada disekitar Pasar Kanoman, yaitu menggunakan bambu sebagai struktur dan bahan terpal sebagai atap, dikarenakan konstruksi serta material yang ringan, bangunan mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika membuka atau menutup toko

23

5.4. Massa Bangunan Kawasan Keraton Kanoman

5.4.1. Massa Bangunan Keraton Kanoman Bangunan didalam komplek Keraton Kanoman pada umumnya berbentuk pendopo dan memiliki bukaan yang besar, sehingga ruang luar dan ruang dalam bangunan masih memiliki kontak visual. Komplek Keraton Kanoman terdiri dari berbagai pendopo dengan fungsi yang berbeda-beda. Area Ksiti Hingil terdapat pada bagian depan keraton dan digunakan untuk mengakomodasi upacara keraton dan pelantikan sultan. Ksiti Hingil berbentuk pendopo berwarna putih. Pada bangunan dapat terlihat oramen keramik dan warna-warna emas dan hijau yang menghiasi pagar serta kolom bangunan. Ornamen yang digunakan pada bangunan menunjukan adanya perpaduan kebudayaan Tiong-hoa, kebudayaan Arab, dan kebudayaan lokal. Kebudayaan Tiong-hoa ditunjukan dengan penggunaan keramik sebagai ornamen pada sisi bangunan.

Gerbang masuk area Ksiti Hingil berupa gapura dengan bentuk Candi Belah. Bentuk Candi Belah digunakan oleh keraton sebagai penanda gapura masuk pada hampir seluruh gerbang atau gapura akses masuk kawasan Keraton Kanoman. Gapura Ksiti Hingil juga dihias oleh ornamen yang serupa dengan bangunan Ksiti Hingil, seperti penggunaan keramik serta perpaduan warna pada pagar dan gapura.

24

Gerbang pada Keraton Kanoman tidak semuanya berbentuk Gapura Candi Belah. Salah satu gerbang masuk Keraton Kanoman memiliki bentuk kotak dengan lengkungan pada sisi atas gerbang. Gerbang tersebut juga memiliki ornamen yang serupa dengan bangunan keraton lainnya. Ornamen yang terdapat pada gerbang tersebut berupa keramik dengan warma bermacam macam yang ditempelkan pada kolom gerbang masuk.

25

Komplek bangunan Keraton Kanoman terdiri dari berbagai macam bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda. Ruang area depan keraton bersifat semi-privat, ruang depan keraton terbuka untuk digunakan oleh masyarakat sekitar dan keluarga keraton. Bangunan pada sisi depan keraton berbentuk pendopo dengan kolom-kolom yang terbuat dari kayu.

26

Bentuk pendopo digunakan pada fungsi bangunan yang bersifat semi- publik atau bangunan yang digunakan untuk menerima tamu. Selain pada area Ksiti Hingil dan Pasebaan, bentuk pendopo juga digunakan pada balai pertemuan keraton yang terletak disebelah area hunian dalam Keraton Kanoman. Balai pertemuan keraton digunakan sebagai tempat keluarga keraton untuk berkumpul, rapat, atau perayaan upacara tradisi keraton. Pendopo balai pertemuan keraton memiliki ciri yang berbeda dari pendopo keraton lainnya, perbedaan pendopo ditunjukan dari penggunaan ornamen dan warna pada kolom serta balok pendopo.

27

Bangunan hunian pada Keraton Kanoman digunakan sebagai tempat tinggal keluarga inti keraton. Hunian pada keraton terletak pada area paling dalam pada Keraton Kanoman. Area hunian bersifat privat dan tidak bisa diakses oleh masyarakat umum. Bangunan hunian keraton memiliki lantai dengan ketinggian yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah. Sisi depan rumah terdapat teras dan kolom- kolom rumah yang dilengkapi dengan ornamen keraton. sisi depan rumah terdapat taman terbuka.

5.4.2. Teritorialitas Keraton Kanoman

Terjadi degradasi fungsi pada Keraton Kanoman pada jaman sekarang dikarenakan pergeseran waktu dan sistem pemerintahan daerah yang berubah pada Kota Cirebon. Keraton Kanoman sekarang berfungsi sebagai bangunan wisata dan merupakan bangunan cagar budaya dengan nilai historis yang tinggi. Namun bangunan Keraton Kanoman itu sendiri sangat tersembunyi dari jalan utama dengan akses yang tertutup oleh Pasar Kanoman serta permukiman warga sekitar. Padahal pada massa aktif Keraton Kanoman, bangunan Keraton Kanoman merupakan hierarki dari bangunan sekitar yang terlihat pada peta kawasan Kanoman pada tahun 1695. Pada tahun 1695 bangunan keraton tidak tertutup oleh bangunan permukiman dan Pasar Kanoman, bahkan terdapat area parkir khusus untuk kereta kuda pengunjung yang dinamakan “Pasuketan”.

28

Kawasan Kanoman tahun 1695

Perubahan tatanan fisik kawasan Keraton Kanoman dimulai pada masa jaman penjajahan kolonial Belanda. Keraton Kanoman merupakan salah satu pihak yang paling gencar memberikan perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda dan pihak Belanda melihat keraton sebagai ancaman yang signifikan karena memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Sehingga, pemerintah Belanda melakukan berbagai macam pembangunan pada sektiar kawasan Keraton Kanoman dalam rangka menghilangkan wibawa dan pengaruh keraton terhadap masyarakat sekitar. Pembangunan yang dilakukan pemerintah belanda terfokus pada area komersil kawasan, yaitu Pasar Kanoman. Pasar Kanoman diperluas mengelilingi sisi bangunan Keraton Kanoman dan pada tahun 1924 dibangun dua buah gedung pasar pada akses utama keraton untuk menghilangkan kewibawaan keraton pada dareah sekitar. Gedung baru Pasar Kanoman dilengkapi dengan hiburan seperti bioskop dan berbagai macam restoran untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari kegiatan adat dan pertemuan warga pada Keraton Kanoman. Kawasan komersil yang berkembang pesat pada kawasan Kanoman mengundang datangnya masyarakat dari berbagai daerah yang pada akhirnya tinggal pada kawasan keraton. Hal ini menyebabkan terjadinya perkembangan pembangunan pada area permukiman yang eksponensial dan terjadi relatif cepat. Kawasan Keraton Kanoman diisi oleh abdi dalem keraton serta kerabat dekat keluarga keraton, namun setelah terjadi

29 perkembangan area permukiman, banyak orang asing yang ikut tinggal didalam kawasan Keraton Kanoman. Perkembangan permukiman Kanoman merupakan perkembangan tidak terencana sehingga permukiman yang terbangun cenderung padat dan tidak memiliki order yang jelas. Bangunan permukiman juga ikut menutupi Keraton Kanoman dari jalan utama.

Perkembangan Kawasan Keraton Kanoman

Perubahan yang terjadi pada kawasan Keraton Kanomanmbangunan keraton menjadi tersembunyi dari jalan utama, namun sekarang Keraton Kanoman masih terus berfungsi dan tidak hilang ditelan waktu. Keberadaan Keraton Kanoman masih bisa dirasakan meskipun tatanan fisik kawasan Kanoman sudah berubah drastis. Keberadaan Keraton Kanoman masih bisa dirasakan pada permukiman sekitar keraton yang masih memegang teguh tradisi dan ritual keagamaan yang dilakukan di keraton sejak jaman dulu. Masih banyak keluaga dan kerabat keraton yang tinggal pada permukiman Kanoman, namun ada juga rumah-rumah kerabat keraton yang sudah berpindah kepemilikan dan kehilangan ciri khas rumah keratonnya. Tradisi yang dilakukan oleh warga sekitar tidak hanya dilakukan pada area keraton saja, namun ada juga tradisi yang dilakukan dengan pawai mengelilingi kawasan Kanoman bersama

30 dengan keluarga Keraton Kanoman. Selain itu, permukiman Kanoman juga akan dijadikan Kampung Wisata Sejarah dan Budaya Keraton Kanoman untuk melestariakn dan menyebarkan kebudayaan dan kesenian Keraton Kanoman. Keberadaan Keraton Kanoman juga diperkuat dengan ornamen-ornamen serta pemberian gerbang baru yang memperkuat dan memperjelas batas area Keraton Kanoman. Ornamen keraton tersebar secara merata pada kawasan Kanoman dalam berbagai bentuk. Secara general ornamen keraton yang ada pada kawasan Kanoman terdapat pada pagar, kolom, pintu, serta mural pada tembok permukiman warga. Pemerintah setempat juga memberikan peraturan khusus untuk bangunan dengan fungsi pelayanan umum dan keagamaan, mewajibkan untuk menggunakan ornamen keraton pada pagar depan bangunan mereka.

Ornamen Keraton

Keraton Kanoman

Peta Ornamen Keraton

Ornamen Keraton Kanoman banyak terdapat pada kawasan permukiman Kanoman yang masih banyak ditinggali oleh keluarga dan kerabat dekat Keraton Kanoman. Ornamen keraton pada umumnya terdapat pada pagar dam kolom teras depan rumah keluarga keraton yang telah berdiri sejak jaman dulu, namun ada juga beberapa rumah yang melakukan adisi pada rumah mereka dengan menambahkan elemen ornamen keraton yang masih baru.

31

Kawasan Keraton Kanoman juga diperkuat dengan pemberian gerbang baru yang menegaskan batas kawasan keraton. Gerbang baru diberikan oleh pemerintah setempat, gerbang yang dibangun memiliki bentuk candi belah dengan tampilan bata ekspos seperti tampilan Keraton Kanoman pada tahun 1600-1700. Gerbang keraton diletakan pada batas terluar kawasan Kanoman, gerbang berada pada Jalan Pasuketan, Pulasaren, Petratean, serta pada Jalan Merdeka. Gerbang Keraton Kanoman mayoritas merupakan pemberian dari pemerintah setempat dan dibangun relatif baru apabila dibandingkan dengan bangunan Keraton Kanoman. Namun ada juga gerbang Keraton Kanoman yang masih asli dan dijaga keberadaannya sampai sekarang. Gerbang tersebut terletak di jalan Pulasaren dan gerbang utama Keraton Kanoman yang terletak pada jalan Kanoman. Gerbang keraton tersebut memiliki tampilan dan bentuk yang berbeda dengan gerbang yang diberikan pemerintah. Gerbang keraton memiliki tampilan berbentuk kotak dengan lengkung yang ada pada sisi atas gerbang. Gerbang keraton tersebut memiliki warna putih dan dilengkapi dengan ornamen yang serupa dengan bangunan utama Keraton Kanoman.

32

Gapura Keraton

Gapura Asli

Gerbang Asli Keraton

33

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA Ching, Francis D.K. (1979). Architecture:Form,Space and Order.New York: Van Nostrand Reinhold Company.

Haryadi & Setyawan, B., (2010).Arsitektur Lingkungan dan Perilaku: Pengantar ke Teori, Metodologi dan Aplikasi. : Gadjah Mada University Press

Namazian, A, Mehdipour, A. 2013. Psychological Demands of the Built Environment, Privacy, Personal Space and Territory in Architecture . International Journal of Psychology and Behavioral Sciences Vol.3(4): 109-113

Muanas, Drs. Dasum. 1998. Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat. CV. Pialamas Permai. : 175 pp

Zhand, Markus. (1999). Perancangan Kota secara Terpadu. Kanisius (Anggota IKAPI)

34