NAKODAI MARA’DIA ABANUA KAIYANG TOILOPI: SPIRIT NILAI BUDAYA MARITIM DAN IDENTITAS ORANG MANDAR NAKODAI MARA’DIA ABANUA KAIYANG TOILOPI: THE SPIRIT OF MARITIME CULTURAL VALUES AND THE IDENTITY OF MANDAR PEOPLE

Tasrifin Tahara1, Syamsul Bahri2 1Departemen Antropologi FISIP UNHAS 2Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan Pos-el: [email protected], [email protected] Diterima: 9 Juli 2018; Direvisi: 26 September 2018; Disetujui: 30 November 2018

ABSTRACT This article discusses about of Mandar people as a maritime ethnic group whose existence is undoubted. As stakeholders of obedient maritime and religious culture, human reliability cannot be denied in various arenas of life and always has characteristics that can be positive. Qualitative descriptive research method by conducting research at Polewali Mandar and Majene. The data collection techniques with literature studies, observation, and interviews. The results of the study show that as a maritime tribe, it is very urgent to explore the noble values of the Mandar community which are always prominent in various social, economic, and political arenas. People Mandar who have distinctive cultural values that always excel in various social, political, legal and economic arenas. The Indonesian people have Baharuddin Lopa and Basri Hasanuddin who color Indonesian civilization. The noble values of takkalai disombalang dotai lele rapu dadi na tuali di lolangan”. The Mandar people uphold things that are good, right and noble. This value implies that they aspire to make their territory “Mandar masagena na mala bi” which means “the glorious and noble Mandar region”. These values are the pillars of the Mandar culture, so that the birth of Mandar humans is always superior in various arenas as the identity of the maritime ethnic group. Keywords: values cultural, Mandar and maritime.

ABSTRAK Artikel ini membahas orang Mandar sebagai suku bangsa maritim yang tidak diragukan eksistensinya. Sebagai pemangku kebudayaan maritim dan religius yang taat, tidak dapat dimungkiri keandalan manusia Mandar dalam berbagai arena kehidupan dan selalu memiliki ciri khas yang dapat bernilai positif. Metode penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan penelitian di Polewali Mandar dan Majene. Adapun teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai suku bangsa maritim, sangatlah urgen untuk melakukan penggalian nilai-nilai luhur masyarakat Mandar yang selalu menonjol dalam berbagai arena sosial, ekonomi dan politik. Orang Mandar memiliki nilai budaya yang khas yang selalu unggul dalam berbagai arena sosial, politik, hukum dan ekonomi. Bangsa memiliki Baharuddin Lopa dan Basri Hasanuddin yang mewarnai peradaban Indonesia. Nilai-nilai luhur takkalai disombalang dotai lele rapu dadi na tuali di lolangan.” Orang Mandar menjunjung tinggi hal- hal yang baik, benar dan mulia. Nilai ini mengisyaratkan bahwa mereka bercita-cita menjadikan wilayahnya “Mandar masagena na mala bi” yang berarti “wilayah Mandar yang terpandang dan mulia.” Nilai-nilai inilah menjadi penopang kebudayaan Mandar sehingga melahirkan manusia Mandar yang selalu unggul dalam berbagai arena sebagai identitas suku bangsa maritim. Kata kunci: nilai budaya, Mandar, dan maritim

249 WALASUJI Volume 9, No. 2, Desember 2018: 249—259 PENDAHULUAN Subuh di Masjidil Haram. Malam hari, Lopa Ketika mendengar kata “Mandar” pasti dan rombongan kembali ke Riyadh, juga jalan ingatan kita mengarah pada beberapa tokoh darat. Ternyata ketahanan tubuh Lopa terganggu yang fenomenal semisal Prof. Dr. Baharuddin setelah melaksanakan kegiatan fisik tanpa henti Lopa, Prof. Dr. Basri Hasanuddin M.A., Komjen tersebut. Tanggal 30 Juni pagi, Lopa mual- Pol (Purn) Jusuf Manggabarani, dan Prof. Dr. mual, siang hari (pukul 13.00 waktu setempat) Husain Syam, M.TP. (Rektor Universitas Negeri dilarikan ke RS Al-Hamadi. Makassar). Sosok Baharuddin Lopa lahir di Presiden K.H. Abdurahman Wahid, Pambusuang, 27 Agustus 1935. Beliau adalah sebelum mengangkat Jaksa Agung definitif, bupati pertama Kabupaten Majene tahun 1960 menunjuk Soeparman sebagai pelaksana yang menerima amanah sebagai bupati masih tugas-tugas Lopa ketika sedang menjalani tergolong muda pada usia 25 tahun. Sosok perawatan. Penunjukan Soeparman didasarkan individu yang dikenal “jujur dan bersih” yang atas rekomendasi yang disampaikan Lopa dimiliki oleh bangsa ini terakhir menjabat sebagai kepada presiden. Padahal saat itu, Baharuddin Menteri Kehakiman dan HAM serta Jaksa Lopa sedang giat-giatnya mengusut berbagai Agung hingga menghembuskan nafas terakhir kasus korupsi (https://id.wikipedia.org/wiki/ menyimpan sejumlah misteri atas kematiannya. Baharuddin_Lopa). Baharuddin Lopa merupakan teladan yang Tidak hanya Lopa (panggilan Prof. Dr. Baharuddin Lopa), Tanah Mandar juga langka dari figur yang berani melawan arus. Sayang, Lopa sudah tiada sudah pension, tetapi memiliki sosok yang fenomenal yang meniti mereka telah meninggalkan warisan yang mulia karir di Kepolisian. Komjen Pol. (Purn.) Jusuf kepada rekan-rekannya. Tentu untuk diteladani. Manggabarani yang lahir 11 Februari 1953 Baharudin Lopa meninggal dunia pada usia 66 yang dikenal dengan polisi tegas, jujur dengan tahun di rumah sakit Al-Hamadi Riyadh, pukul kesederhanaan. Pernah menjabat sebagai Dansat 18.14 waktu setempat atau pukul 22.14 WIB, 3 Brimob, Kapolda Nangro Aceh Darussalam, Juli 2001, di Arab Saudi, akibat gangguan pada dan Kapolda Sulawesi Selatan (1994-2002). jantungnya. Kemudian, tahun 2004 menjabat Kadiv. Propam, Baharuddin Lopa, mantan Dubes RI untuk tahun 2005 sebagai Irwasum dan terakhir sebagai Saudi, dirawat di ruang khusus rumah sakit Wakapolri pada tahun 2010. swasta di Riyadh sejak tanggal 30 Juni. Menurut Dalam dunia akademik, Tanah Mandar Atase Penerangan Kedubes Indonesia untuk juga berhasil menelorkan dua sosok akademisi Arab Saudi, Joko Santoso, Lopa terlalu lelah yang menjabat sebagai “orang nomor satu” di karena sejak tiba di Riyadh tidak cukup istirahat. Kampus Negeri di Kota Makassar, yakni Prof. Lopa tiba di Riyadh, 26 Juni untuk serah terima Dr. Basri Hasanuddin, M.A. sebagai Rektor jabatan dengan Wakil Kepala Perwakilan Universitas Hasanuddin, dan Prof. Dr. Husain RI, Kemas Fachruddin S.H., 27 Juni. Kemas Syam, M.T.P. sebagai Rektor Universitas Negeri menjabat Kuasa Usaha Sementara Kedubes RI Makassar. Sosok Basri Hasanuddin lahir di untuk Saudi yang berkedudukan di Riyadh. Lopa Pambusuang Polman, 6 November 1939 juga sempat menyampaikan sambutan perpisahan. pernah menempati posisi penting di negeri Kala itu pada tanggal 28 Juni, ini, yakni Menteri Koordinator Kesejahteraan Baharuddin Lopa dan istri serta sejumlah Rakyat dan terakhir sebagai Duta Besar Republik pejabat Kedubes melaksanakan ibadah umrah Indonesia untuk Iran. Satu lagi, tepat hari Kamis dari Riyadh ke Mekkah lewat jalan darat tanggal 3 Maret 2016, putra Mandar Prof Dr. selama delapan jam. Lopa dan rombongan Husain Syam yang lahir di Kanang Polman, melaksanakan ibadah umrah malam hari, setelah terpilih sebagai Rektor Universitas Negeri shalat Isya. Tanggal 29 Juni melaksanakan shalat Makassar untuk periode 2016-2020.

250 Nakodai Mara’dia Abanua Kaiyang Toilopi ... Tasrifin Tahara

Kisah-kisah keberhasilan (success story) Penelitian ini dimulai dari Makassar, keempat putra Mandar yang cukup menarik Polewali Mandar dan Majene sebagai wilayah- perhatian sebagai pintu awal untuk memasuki wilayah yang dihuni oleh orang Mandar. Sebagai spirit nilai budaya maritim kehidupan orang suatu kajian yang menggunakan pendekatan Mandar. Pengalaman mereka merupakan titik kualitatif, maka penekanannya lebih pada proses awal untuk mengetahui bahwa selama ini orang daripada hasil, serta cenderung melibatkan Mandar hidup dengan tradisi maritim yang hubungan kepercayaan antara peneliti dengan kuat, tersimpan rapi dalam benak mereka. Kisah informan. Selain itu, wawancara dilakukan keempat tokoh tersebut menjadi jendela awal untuk dengan tokoh adat masyarakat Mandar untuk melihat kebudayaan maritim dengan apa yang menelaah pandangan kebudayaan maritim. Kami disebut oleh Prins (1965) dengan analogi cultural berusaha mendapatkan sejarah hidup mereka. orientation yang kemudian dikenal dengan Dengan demikian, kami bisa mengetahui secara maritime orientation. Pandangan ini merupakan mendalam proses sosial yang terjadi antara wujud logis dari disposisi etos maritim berupa kelompok-kelompok Mandar dalam struktur kecenderungan-kecenderungan sikap, perilaku, masyarakat Mandar. Kami juga dengan lebih pandangan-pandangan dan kepribadian individu mendetail mengetahui keberagaman proses yang menyertainya dalam kehidupan sehari-hari sosial termasuk status ekonomi, politik, dan sehingga orang Mandar dapat mencapai karir budaya mereka dalam kehidupan sehari-hari. pada level top dimana pun arenanya. Selain wawancara, juga dilakukan pengamatan terlibat selama proses penelitian. METODE Hasil yang diperoleh selama penelitian lapangan Penelitian ini merupakan bagian desain berupa pelukisan mendalam tentang kebudayaan maritim dan nilai-nilai utama kebudayaan etnografi yang menekankan pada kasus-kasus kesuksesan orang Mandar dalam berbagai Mandar. Informasi sekunder diperoleh pada arena sosial, ekonomi dan politik. Penelitian ini sumber-sumber kepustakaan, naskah-naskah melingkupi penelitian pustaka dan penelitian sejarah atau penggunaan bahan-bahan tertulis lapangan. Penelitian ini dimulai dengan lain yang dipandang relevan dengan masalah pengumpulan data-data sekunder dengan penelitian. Dari bahan tertulis diperoleh orientasi melakukan penelitian studi pustaka yang yang lebih luas mengenai topik yang sedang dilakukan di Arsip Nasional Republik Indonesia dikaji, menghindarkan dari duplikasi penelitian, di Makassar dan perpustakaan. Selain itu, serta dapat mengungkapkan pikiran secara melalui buku-buku, artikel-artikel, hasil-hasil sistematis dan kritis. Dalam penelitian ilmiah dan lain-lain yang relevan kaitannya dengan topik penelitian ini, bahan dengan tema penelitian. Dalam proses ini tertulis yang peneliti kumpulkan berupa tulisan- kami merasa tertolong sebab banyak penelitian tulisan yang dimuat di media massa, laporan- tentang kebudayaan Mandar dan kemartiman laporan penelitian, jurnal-jurnal, dan buku-buku sudah terpublikasi dan beberapa buku tentang yang berkaitan dengan masalah kebudayaan Mandar dan kemaritiman yang dijadikan sebagai Mandar. Sedangkan informan diambil dari tokoh entry point untuk memasuki lapangan penelitian. adat dan para pelaku kebudayaan maritim. Subjek penelitian ini adalah orang Mandar yang sukses. Dalam hal ini, kami melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN pemilahan atas subjek orang Mandar berdasarkan Siapa Orang Mandar? kategori yang telah disusun sebelumnya. Bagi Dari manakah asal kata Mandar? Menurut subjek yang pernah menjadi orang sukses adalah Anna Tsing (1993), biasanya pertanyaan orang yang pernah memiliki posisi penting di ini merupakan awal untuk memulai sebuah Indonesia. pemahaman terhadap suku bangsa tertentu.

251 WALASUJI Volume 9, No. 2, Desember 2018: 249—259 Suku Mandar merupakan suku asli yang saat ini mendiami Pulau Sulawesi bagian barat yang terdapat di Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene. Penyebaran penduduk Suku Mandar ini juga ada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Populasi Suku Mandar di Sulawesi Barat diperkirakan lebih dari 260.000 orang dan di Kalimantan Selatan 29.322 orang. Suku Mandar masih memiliki hubungan kekerabatan yang Peta Pemukiman Suku Mandar dekat dengan Suku Bugis dan Makassar, karena Suku Mandar ini termasuk salah satu terdapat kedekatan dalam segi asal-usul sejarah, suku yang menggantungkan hidupnya di laut, budaya, dan bahasa. termasuk salah satu suku bahari ulung di Menurut Mattulada (1991), orang-orang Indonesia, akan tetapi, mereka berbeda dengan yang mendiami Kabupaten Mamuju biasanya Suku Bajo dan suku-suku laut lainnya. Tradisi tidak mau disebut orang Mandar, dan lebih maritim yang mereka lakoni telah melampau senang disebut orang Mamuju. Alasannya berbagai zaman dan generasi dengan segala antara lain, karena dalam hal bahasa mereka tantangannya, telah mengukuhkan orang Mandar memiliki dialek sendiri. Namun, jika dilihat sebagai suku bangsa bahari Indonesia bersama dari sudut budaya secara umum, kebudayaan dengan suku bangsa lainnya, yakni Bajo, Bugis, Mandar dan Mamuju tidaklah sangat berbeda Makassar, Buton, dan Madura. dengan kebudayaan Bugis, Makassar, dan Permukiman mereka kebanyakan Toraja Saqdan. Badaruddin et al. (1983), dan berhadapan langsung dengan laut lepas. Mereka atau Myala (1987) menyatakan bahwa ketiga menganggap lautan sebagai rumah dan ladang wilayah tersebut sebagai permukiman Suku untuk mencari sumber kehidupan. Dalam Mandar. Sejak permulaan abad ke-16 di daerah catatan sejarah Tana Mandar, dijelaskan bahwa ini telah ada 14 kerajaan lokal yang terbagi atas Pitu Ulunna Salu (Tujuh Hulu Sungai) dan Pitu dua kelompok, yaitu Pitu Babbana Binanga Ba, bana Binanga (Tujuh Muara Sungai), adalah dan Pitu Ulunna Sulu, artinya tujuh kerajaan negara wilayah Mandar. Orang-orang dari di hulu sungai. Kelompok tujuh pertama terdiri wilayah itu menyatakan diri masih bersaudara atas Balanipa, Sendana, Majene, Pambuang, dalam kesatuan Mandar. Orang Mandar percaya Tappalan, Binuang, dan Mamuju. Kelompok bahwa mereka berasal dari ulu sa’ (nenek tujuh kedua meliputi Tabulahan, Rante Bulahan, moyang), yang bernama Tokombong di Wura Mambi, Bambang, Matangnga, Aralla, dan (laki-laki) dan Towisse di Tallang (perempuan). Tabang. Dalam satu pertemuan di Loyo Mereka itu disebut juga To-Manurung di Langi. (Kabupaten Polewali Mandar), ke-14 kerajaan Pada masa lalu masyarakat Mandar memiliki ras tersebut membentuk suatu konferedasi yang nomaden laut, beberapa abad yang lalu, banyak melahirkan Sipamandar “saling memperkuat”. dari mereka melakukan perjalanan melintas laut Sejak itu seluruh kerajaan tersebut disebut menyeberang ke pulau-pulau lain, sehingga Mandar “kuat”. banyak ditemukan permukiman orang Mandar di daratan Pulau Kalimantan, terutama di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

252 Nakodai Mara’dia Abanua Kaiyang Toilopi ... Tasrifin Tahara

Sumber-sumber menyatakan bahwa Islam ini cukup strategis pada masanya, didatangi telah menyebar di daerah Mandar sejak abad ke- oleh para penyebar Islam pada masa lampau. 10 Masehi. Penyebaran agama Islam di Mandar Terdapat tiga versi terkait awal mula penyebar dilakukan oleh seorang tokoh yang bernama agama Islam datang ke wilayah Mandar, antara Daeng Palulung dengan Tomesaraung Bulawan lain: (1) Syekh Yusuf atau Tuanta Salamaka yang saat itu melakukan penyebaran Islam di Tajul Khalawati pada abad ke-17 Masehi datang Kerajaan Baras Mamuju. Menurut perkiraan, dan membawa agama Islam masuk, kemudian mereka adalah pelaut yang sedang melakukan diterima oleh masyarakat Mandar, (2) Raden perdagangan. Sumber berbeda menyebutkan Mas Suryodilogo dan Syekh Zakaria A’maghribi bahwa Islam masuk dan menyebar di Mandar pada akhir abad ke-17 Masehi datang langsung pada abad ke-15. Penyebaran agama Islam di dari Pulau Jawa mendatangi Kerajaan Pamboang. wilayah ini dilakukan oleh seorang tokoh yang Kerajaan Pamboang pada masa itu merupakan bernama Abdul Rahman Kamaluddin yang salah satu bandar perdagangan sekaligus tempat dikenal dengan nama Tuanta Yusuf atau Tuanta penentuan arah pelayaran bagi para pelaut yang Binuang. Tokoh ini berhasil mengislamkan berlayar ke Pulau Jawa dan Kalimantan, dan (3) Maraqdia Balanipa yang bernama Daetta Agama Islam pertama kali masuk ke Kerajaan Tommuane melalui pendekatan yang bijaksana. Balanipa yang dibawa oleh seorang ulama, yakni Dalam menyebarluaskan Islam, ia memulai pada Abdurrahim Kamaluddin yang datang pada masa tingkat yang paling bawah. Untuk mewujudkan pemerintahan Raja Balanipa keempat, Kakanna segala usahanya, ia mendirikan masjid dan I Pattang Daetta Tommuane. pesantren di Tangga-Tangga. Berdasarkan sumber Lontara Mandar, masyarakat Pamboang dikenal sebagai pelaut Masuknya Islam di Mandar yang berani berlayar mengarungi laut ke seluruh Dalam wilayah Sulawesi Barat, Nusantara. Semua orang Mandar sejak dulu peninggalan kebudayaan peradaban Islam dikenal sebagai pelaut ulung di Sulawesi yang tersebar pada wilayah Majene, Polewali melakukan ekspedisi menggunakan perahu khas Mandar, Mamuju, Mamuju Utara, dan Mamuju mereka. Gresik dan Tuban ramai dikunjungi Tengah. Ciri-ciri umum yang biasa ditemukan pedagang sejak berdirinya kerajaan Islam di Jawa pada bangunan masjid yaitu, denah berbentuk Timur. Melalui Tuban, para ulama menyebar ke bujur sangkar atau segi empat dan masif, atap Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. tumpang yang bersusun ke atas makin kecil dan Proses masuknya Islam ke Mandar berjumlah dua, tiga, atau lebih, serta serambi berbeda dengan kawasan etnik Bugis. Di Bugis, di bagian depan atau samping, dan halaman proses Islamisasi mendapat banyak tentangan, yang dikelilingi pagar. Masjid-masjid kuno ini sedangkan di kawasan Mandar, Islam dapat tidak memiliki menara. Bagian tingkat yang diterima dengan cara damai. Islam berkembang beratap susun tersebut digunakan untuk azan. pesat di wilayah ini dengan bantuan golongan Mihrab berada di posisi barat sebagai tempat bangsawan, perkawinan, pendidikan, dan proses imam, memiliki lengkung atas yang bentuknya budaya. menyerupai lengkung pada pintu candi, serta berbentuk kalamakara (hiasan flora pada candi). Adaptasi Islam pada Masyarakat Maritim Ada dua kerajaan dalam wilayah Mandar Masyarakat, menurut Koentjaraningrat yang pertama dimasuki agama Islam, yaitu (1980) ialah kesatuan hidup manusia yang Kerajaan Balanipa dan Kerajaan Pamboang. berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu Kerajaan Balanipa terletak di bagian selatan yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh Mandar, sedangkan Kerajaan Pamboang suatu rasa identitas bersama. Kesatuan hidup berada di bagian utara Mandar. Kedua kawasan manusia yang disebut masyarakat ialah berupa

253 WALASUJI Volume 9, No. 2, Desember 2018: 249—259 kelompok, golongan, kesatuan suku bangsa Proses difusi ajaran agama Islam (ethnic group) atau masyarakat negera bangsa menggunakan laut sebagai medium dan terlebih (nation state). Interaksi yang kontinyu ialah dahulu diterima oleh masyarakat maritim yang hubungan pergaulan dan kerja sama antaranggota sangat terbuka dengan nilai-nilai universal yang kelompok atau golongan, hubungan antarwarga membawa keteraturan sosial. Nilai universalisme dari komunitas, hubungan antarwarga dalam Islam menampakkan diri dalam berbagai satu bangsa atau antarwarga negara bangsa. manifestasi penting dalam struktur masyarakat Adat istiadat dan identitas ialah kebudayaan maritim. Ajaran-ajaran Islam yang mencakup masyarakat itu sendiri. aspek akidah, syariah dan akhlak menyatu Mengacu pada konsep di atas, maka dengan sistem sosial masyarakat maritim. masyarakat maritim dipahami sebagai kesatuan- Nilai-nilai ajaran Islam beradaptasi kesatuan hidup manusia berupa kelompok- dengan keseluruhan atau totalitas unsur-unsur kelompok kerja (termasuk satuan-satuan tugas), atau bagian-bagian yang saling ketergantungan komunitas sekampung atau sedesa, kesatuan satu sama lain. Unsur agama Islam memberi suku bangsa, kesatuan administratif berupa fungsi dan makna esensial yang berlebihan kecamatan, provinsi, bahkan bisa merupakan bagi kehidupan masyarakat maritim. Berbeda negara atau kerajaan yang sebagian besar dengan unsur kebudayaan lain yang hanya pada atau sepenuhnya menggantungkan kehidupan kehidupan dunia belaka, agama Islam justru ekonominya secara langsung atau tidak langsung melampaui kepentingan alam dunia yang fana pada pemanfaatan sumberdaya laut (hayati dan ini ke alam kubur dan akhirat kekal yang menjadi nonhayati) dan jasa-jasa laut yang dipedomani tujuan manusia, dan alam rahim dan roh yang oleh dan dicirikan bersama dengan kebudayaan sudah dilewati. Agama Islam mengajarkan akan maritimnya. adanya Tuhan pencipta alam semesta dan isinya, Ciri sosial masyarakat maritim ialah ciri adanya nabi dan rasul, malaikat, syaitan dan jin. kehidupan kolekif internal, berhubungan dengan Agama Islam mengajarkan tentang kebajikan, dunia masyarakat luar dengan lingkungan kewajiban dan larangan, pahala dan dosa, takdir hidup flora dan fauna laut, dan bahkandan dengan ajal, surga dan neraka, dan sebagainya. lingkungan fisik alam sekitar. SetidaknyaAjaran ada ini menyatu dengan kepercayaan lokal enam karakteristik sosial budaya yang mencolok dan saling menguatkan dalam sistem sosial pada masyarakat maritim, yakni (1) hubungan masyarakat maritim dalam kehidupan sehari- dengan dan ketergantungan secara fisik dan hari. psikososiobudaya pada lingkungan alamnya, (2) pemanfaatan lingkungan dan sumber daya Kelembagaan Lokal dan Pelembagaan Islam laut secara bersama, (3) hubungan dengan dan Sebagai suku bangsa maritim, kelembagaan kebutuhan secara mutlak pada kelembagaan lokal merupakan salah satu unsur universal lokal, (4) hubungan dengan dan ketergantungan kebudayaan dibutuhkan secara mutlak yang secara mutlak pada pasar lokal, regional, dan sejak dahulu sudah ada pada masyarakat Mandar. global, (5) hubungan dengan dan ketergantungan Bagi masyarakat maritim, kelembagaan lokal pada berbagai pihak berkepentingan dari luar, dan mempunyai fungsi yang kompleks. Lembaga (6) mobilitas geografi yang tinggi dan jaringan dalam suatu komunitas masyarakat maritim kesukubangsaan yang luas. Diasumsikan bahwa terdiri atas organisasi pada tingkat nelayan serta terbentuknya karakteristik sosial masyarakat kelembagaan masyarakat desa. Hal itu diartikan maritim dikondisikan oleh sifat lingkungan sebagai “norma lama” atau aturan-aturan sosial sumber daya laut pada satu sisi, dan dipengaruhi yang telah berkembang secara tradisional dan secara dominan oleh budaya maritim itu sendiri. terbangun atas budaya lokal sebagai komponen dan pedoman pada beberapa jenis/tingkatan

254 Nakodai Mara’dia Abanua Kaiyang Toilopi ... Tasrifin Tahara lembaga sosial yang saling berinteraksi dalam Sebagai sebuah institusi lokal dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat pengembangan sumber daya manusia, pesantren untuk mempertahankan nilai. Norma lama merupakan lembaga yang sangat penting yang dimaksud, yaitu aturan-aturan sosial dalam membentuk kehidupan sosial, budaya, yang merupakan bagian dari lembaga sosial dan keagamaan masyarakat Islam. Karena dan simbolisasi yang mengatur kepentingan usaha membangun itu meminta keikutsertaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya di wilayah pesisir, hidupnya. maka pemerintah harus berupaya mendorong Oleh karena itu, kelembagaan lokal pendidikan berbasis Pesantren Maritim. Bahkan, merupakan komponen penting dalam program kepentingan itu bukan saja dalam menggerakkan pembangunan masyarakat maritim berupa masyarakat di sekitar pesantren, melainkan lebih program pengembangan sumber daya manusia jauh dari itu dalam menguatkan kebijakan poros agar lebih berkualitas, sehingga diharapkan martim yang sudah menjadi akar kebudayaan mampu mengambil peran aktif dalam masyarakat Indonesia yang sudah ratusan tahun. memanfaatkan sumber daya alam yang mereka Pengaruh tokoh (kiai) terhadap santri miliki. Selain melalui pendidikan formal bidang tidak terbatas pada saat para santri ini berada perikanan, baik pendidikan menengah maupun di pesantren. Pengaruh tokoh masih terasa pendidikan tinggi, maka pengembangan setelah santri menyelesaikan pendidikannya, sumber daya masyarakat maritim pada bahkan ikatan yang serupa dimiliki antara para institusi pendidikan khusus seperti pesantren santri. Akibatnya, pesantren menciptakan ikatan menjadi sangat penting apalagi didukung oleh bersaudara di antara para santri tanpa dengan kebudayaan yang sudah berlangsung lama. Hal pemaksaan. ini dapat berperan dalam pembangunan kelautan dan perikanan menjadi bertambah banyak serta Mandar Suku Bangsa Maritim merata terutama di kalangan penduduk wilayah Suku Mandar memiliki tradisi adat dan pesisir yang umumnya sebagian besar masih bahasa yang sangat kuat. Mayoritas suku berada dalam kondisi prasejahtera. Mandar adalah pemeluk agama Islam yang Usaha-usaha pemerintah untuk taat, diperkirakan sekitar 90% adalah pemeluk membangun bangsa dengan menitikberatkan agama Islam, sedangkan pemeluk agama lain masyarakat maritim dengan kebijakan poros hanya sebesar 10% yang menyebabkan beberapa maritim saat ini merupakan moment yang tepat. tradisi adat dan budaya suku Mandar banyak Namun, memobilisasi masyarakat maritim, dipengaruhi oleh budaya Islam. Sebagai suku menggerakkan orang-orang pelaut untuk bangsa maritim, perahu memegang peran penting mengolah kekayaan laut yang tersedia bukanlah dalam melakukan aktifitas yang menjadikan laut pekerjaan ringan dan mudah. Masyarakat sebagai penghubung. maritim yang sanggup berusaha sendiri, sanggup Catatan sejarah, orang Mandar mencukupi kebutuhannya sendiri tidak dapat menggunakan dua model perahu dalam dunia hanya digerakkan dengan aturan, perintah dan maritim pada abad ke-17, yakni perahu dagang materi. Dalam masyarakat pesisir, umumnya bercadik (perahu lesung tanpa lunas) yang pengaruh ketokohan seperti pemimpin agama dikenal dengan nama pakur dan perahu tanpa dan lembaga lokal sangat penting. Tokoh ini cadik (perahu papan atau menggunakan lunas) sama dengan kepemimpinan kiai dalam sebuah yang dikenal dengan nama (Knap pesantren sangat dibutuhkan karena memiliki & Sutherland, 2004). Kemudian, Alimuddin kepemimpinan yang kharisma dan menjadi (2005) menyebutkan bahwa beberapa jenis pengayom bagi seluruh masyarakat. layar yang biasa digunakan oleh nelayan atau pelaut yakni tanjaq, nade, , dan .

255 WALASUJI Volume 9, No. 2, Desember 2018: 249—259

Layar jenis tanjaq digunakan pada perahu Jalur utama perdagangan Mandar dari padewakang, baqgo, panjala, alanmesa, pakur, Pelabuhan Majene ke kawasan timur, khususnya dan sebagai cadangan pada perahu kappal; di Maluku. Sedangkan Jalur utama ke barat, layar nade pada perahu ; layar pinisi pada dari Pelabuhan Pambauwang, adalah Singapura. perahu palari dan pinisi; dan layar ‘sandeq’pada Perjumpaan kedua jalur tersebut di Pelabuhan perahu sandeq dan sope-sope. Makassar. Karena itu, Pelabuhan Makassar berkembang sebagai entrepot dalam perdagangan maritim di Indonesia timur, sejak berabad-abad lamanya dan tidak lepas dari kontribusi pelaut dan pedagang Mandar (Hamid, 2017).

Nilai-Nilai Budaya Maritim Orang Mandar Orang Mandar dalam kehidupan sehari- hari untuk bertahan hidup, mayoritas berprofesi sebagai nelayan. Mereka menangkap ikan dengan Perahu Sandeq Khas Suku Mandar perahu-perahu layar berukuran kecil selama beberapa hari. Mereka pandai menentukan kapan Orang Mandar lebih berorientasi ke laut harus melaut sesuai dengan kondisi angin dan daripada pertanian, setidaknya menurut Pelras cuaca yang akan mereka hadapi di tengah laut. (1996) bahwa salah satu di antara suku-suku di Kehebatan orang Mandar dalam dunia maritim Sulawesi Selatan yang mencari kehidupannya terlihat dalam keandalan mereka mengarungi di laut adalah Suku Mandar yang mendiami samudera. Hamid (2017) menyebut bahwa Selat pesisir pantai utara Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar bagi orang Mandar adalah penghubung Kampung-kampung yang juga dihuni oleh antara pantai barat Sulawesi dan pantai timur perantau Mandar didapatkan sepanjang pantai Kalimantan. Ini ditandai dengan adanya syair Sulawesi bagian barat; di Teluk Bone, bahkan di lagu, tenga-tenga lopi (perahu yang bergoyang) beberapa pulau di Selat Makassar dan di pantai sebagai metafor dinamika kehidupan maritim di timur Kalimantan sampai ke ujung utara. Oleh Selat Makassar yang melibatkan pelaut ( karena tanah daerah Mandar tidak subur, maka laut) Filiphina yang menggunakan perahu orang Mandar sejak dahulu kala berorientasi ke penjajah. laut. Ketika berlayar, mereka bersandar pada Meskipun dunia laut dianggap paling yang baik dan pantang menyerah. Hal ini penting, tetapi mereka tidak juga meninggalkan dibuktikan dengan adanya ungkapan “Takkalai daratan. Mereka sangat perhatian pada daratan disombalang dotai lele rapu dadi na tuali di tidak hanya untuk kayu sebagai bahan perahu lolangan.”Orang Mandar menjunjung tinggi yang hanya dapat tumbuh di darat, tetapi bahkan hal-hal yang baik, benar dan mulia. Nilai ini pada saat berlayar. Kondisi pelayaran mereka, mengisyaratkan bahwa mereka bercita-cita demikian diyakini, sangat dipengaruhi oleh apa menjadikan wilayahnya “Mandar masagena yang terjadi di darat. Sebagai contoh, kondisi na mala bi” yang berarti wilayah Mandar yang pelayaran dipengaruhi oleh relasi pelayar, terpandang dan mulia. terutama nakhoda, dengan istrinya di rumah. Dalam tradisi lisan, menyatunya hubungan Demikian juga terjadi masalah-masalah di laut antara laut, perahu dan orang Mandar terlihat saat berlayar, konflik misalnya, mereka akan dalam ungkapan “sisara pai mata malotong anna menyelesaikannya di darat dengan mengundang mapute, anna sisara’sasi lopi, anna to mandar” tokoh-tokoh yang ada di kampung mereka, (nanti terpisah mata hitam dari mata putihnya tokoh-tokoh yang ada di darat bukan hanya barulah laut, perahu, dan orang Mandar terpisah). diselesaikan oleh mereka yang turut berlayar.

256 Nakodai Mara’dia Abanua Kaiyang Toilopi ... Tasrifin Tahara

Spirit budaya maritim dalam masyarakat Mandar (Madodong duambongi anna matea, mau ana’u juga dapat dilihat dalam sebuah kalindadaqdaq mau appou, da muannai dai pe’uluang mua’ (ungkapan) Mandar: mato’ doro paunna, masu’angi pulu pulunna, tania tau passombal bukanlah seorang pelaut apa iyamo tu’u marrupu-ruppu’ banua: Bila suatu saat saya meninggal dunia, sekalipun anak moaq mappelinoi jika menunggu laut tenang lembong ditia justeru ombaklah atau pun cucu saya, jangan diangkat menjadi meppadottong labuang yang mengantar sampai pemimpin jika berucap kasar, berperilaku tidak tujuan terpuji, karena manusia semacam ini akan menghancurkan negeri), wawasan ke depan Ungkapan di atas merupakan makna (Sailei gau’ pura loa, pe’gurui tongangi gau totalitas hubungan antara orang Mandar, perahu namanya, na mupijarammingi disese apianna dan laut sebagai satu kesatuan dalam kebudayaan gau manini makkeguna di alawemu anna lita’: maritim. Nilai-nilai budaya ini menunjukkan Tengoklah perbuatan yang telah dilakukan masa kehebatan orang Mandar dalam melakoni lalu, pelajari dengan kesungguhan perbuatan aktifitasnya dalam mengarungi samudera.masa kini, agar ia menjadi cermin dan ia berguna Kondisi laut dan ketidakmenentuan yang keras untuk dirimu dan untuk tanah air), akuntabilitas dan sewaktu-waktu mengancam hidup pelaut, (Alawe membolong di alawe, alawe membolong sehingga dalam aktifitas pelayaran, orangdi akkeadang, akkeadang membolong di Mandar menerapkan nilai-nilai budaya sebagai alawe, alawe membolong di atauang, atauang pedoman dalam perilaku, baik selama pelayaran membolong di alawe: diri manusia adalah bagian maupun dalam kehidupan sehari-hari. dari alam (Tuhan) dan alam adalah bagian dari Dalam keseharian ketika mendapat amanah diri manusia, diri manusia adalah bagian dari sebagai pemimpin, orang Mandar memahami adat istiadat kemasyarakatan dan adat istiadat nilai budaya nakodai mara’dia anna abanua kemasyarakatan adalah bagian dari diri manusia, kaiyang toilopi yang berarti pemimpin bagaikan diri manusia adalah bagian dari pribadinya nakhoda, tanah negeri adalah empunya perahu. sendiri dan diri pribadi manusia adalah bagian Nilai budaya ini merupakan bagian utama dalam dari dirinya sendiri), dan profesionalisme kehidupan orang Mandar sebagai suku bangsa (Diajumai pai tu’u mesa gau’anna dialai asselna, maritim yang memandang hidup itu sebagai satu asselnamo tu’u mappannassa di mororona kesatuan antara manusia, perahu dan laut sebagai pau, kedo anna gau anna mala makkeguna di medium dalam mempertahankan hidup. alawe: Dengan kerja keras seseorang dapat Nilai-nilai utama itu termanifestasi dalam mengendalikan diri sendiri yang tercermin dari nilai-nilai persatuan (ammana wewang), menjaga cara berbicara, perbuatan, dan pergaulan agar ia amanah,kejujuran (ropo’ mo mai bulang, tilimo’o dapat berguna untuk kepentingan karir diri demi sau buttu, tannaulele diuru puru loau, dotami negeri). Nilai-niai budaya ini merupakan bagian iyami sisara uli’I anna sisara’ pura loi: dari kehidupan para nelayan dan operasional Sekiranya bulan akan runtuh, runtuhlah, gunung dalam kebudayaan maritim. Oleh karena itu, akan terbang, terbanglah, namun saya tidak akan apabila diterapkan dalam kehidupan sehari- beranjak dari kata semula, lebih baik kepala kami hari atau dalam meniti karir di bidang apa pun terpisah dengan badan daripada mengingkari mereka akan berhasil. kata semula), kesetiakawanan (naruao lembong narua toa’, tumbiringo’ona mallewaima’, Sistem Nilai Budaya tallango’o na mattimbaima, nyawa siandarang, Kebudayaan maritim merupakan sistem cera silolongngi: Engkau terkena ombak saya nilai Budaya dalam struktur masyarakat Mandar juga terkena, engkau goyah saya stabilkan, yang berkontribusi dalam kesuksesan orang engkau tenggelam saya apungkan, jiwa melayang Mandar. Sistem nilai budaya merupakan tingkat bersama, darah mengalir bersama), transparansi

257 WALASUJI Volume 9, No. 2, Desember 2018: 249—259 yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat- Selanjutnya, kebudayaan Mandar istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai memandang bahwa karya manusia pada budaya merupakan konsep-konsep mengenai hakikatnya bertujuan untuk memungkinkan apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian hidup; kebudayaan lain menganggap hakikat besar dari warga masyarakat mengenai apa dari karya manusia itu untuk memberikan suatu yang mereka anggap bernilai, berharga, dan kedudukan yang penuh kehormatan dalam penting dalam hidup. Akibatnya, nilai itu dapat masyarakat; sedangkan kebudayaan lainnya berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi menganggap hakikat karya manusia sebagai arah dan orientasi kepada kehidupan para warga suatu gerak hidup yang harus menghasilkan masyarakat bersangkutan. lebih banyak karya lagi. Walaupun nilai-nilai budaya berfungsi Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan sebagai pedoman hidup manusia dalam Mandar memandang penting dalam kehidupan masyarakat, tetapi sebagai konsep, suatu nilai manusia itu di masa lampau. Dalam kebudayaan budaya mempunyai ruang lingkup yang luas, dan seperti ini, orang lebih sering mengambil biasanya sulit diterangkan secara rasional dan pedoman dalam tindakannya, contoh-contoh dan nyata. Namun, karena sifatnya yang umum, luas kejadian-kejadian dalam masa lampau. Selain dan tidak konkret itu, maka nilai-nilai budaya itu, juga ada kebudayaan yang mementingkan dalam suatu kebudayaan berada dalam daerah pandangan yang berorientasi sejauh mungkin emosional dari alam jiwa para individu yang terhadap masa yang akan datang. Ini menjadi ciri menjadi warga dari kebudayaan bersangkutan. sebagai kebudayaan masyarakat maritim yang Kecuali itu, para individu, sejak kecil telah religius, perencanaan hidup menjadi suatu hal diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup yang amat penting. dalam masyarakatnya sehingga konsep-konsep Masyarakat Mandar memandang alam itu sejak lama telah berakar dalam alam jiwa sebagai suatu hal yang dapat dilawan oleh mereka. Itulah sebabnya, nilai-nilai budaya manusia, dan mewajibkan manusia untuk selalu dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti berusaha menaklukan alam. Ini terlihat dengan dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu begitu dasyatnya kondisi laut tetapi masyarakat yang singkat. Mandar mampu menaklukan sebagai bagian dari Dalam tiap masyarakat, baik yang kehidupannya, sebagai pemangku kebudayaan kompleks maupun yang sederhana, ada sejumlah maritim. Selain itu, mereka menganggap nilai budaya yang satu dengan lainnya berkaitan bahwa manusia hanya dapat berusaha mencari hingga merupakan suatu sistem. Sistem itu keselarasan dengan alam. sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal dalam Dalam kaitannya dengan sesama manusia, kebudayaan memberi pendorong yang kuat kebudayaan Mandar mementingkan hubungan terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya. vertikal antara manusia dengan sesamanya. Masyarakat Mandar memiliki kebudayaan Dalam tingkah-lakunya, manusia yang hidup yang memandang hidup manusia pada dalam kebudayaan seperti ini akan berpedoman hakikatnya adalah sesuatu yang buruk dan kepada tokoh-tokoh pemimpin, orang-orang menyedihkan. Oleh karena itu, budaya seperti itu senior, atau orang-orang atasan. Kebudayaan harus dihindari. Dalam kebudayaan seperti ini, lain, juga ada yang mementingkan hubungan pola-pola tindakan manusia akan mementingkan horizontal antarmanusia dengan sesamanya. segala usaha untuk menuju ke arah tujuan yang lebih baik. Ada juga kebudayaan-kebudayaan lain PENUTUP memandang hidup manusia itu pada hakikatnya Dunia sosial kemaritiman mempengaruhi buruk, tetapi manusia dapat mengusahakan pemikiran orang Mandar di arena mana pun dan menjadikannya sesuatu hal yang baik dan mereka berada. Berlaku serasi terhadap alam menggembirakan.

258 Nakodai Mara’dia Abanua Kaiyang Toilopi ... Tasrifin Tahara merupakan kunci keberlangsungan kehidupan. Badaruddin, Makmun et al. 1983. Pemetaan Untuk berthan hidup di samudera luas sebagai Suku Bangsa Daerah Sulawesi Selatan. mata pencaharian, apalagi sebagai pelayar dan Naskah tidak dipublikasikan. pedagang di seberang lautan, mereka harus arif Hamid, Abd Rahman, 2017. Jaringan Pelayaran terhadap ruang samudera. Dalam hubungan Mandar dan Perdagangan Rempah di Selat dengan laut, orang Mandar memperlihatkan Makassar 1900-194. Makalah Seminar sifat pertemanan. Karena itulah, meskipun rona Nasional: “Rempah Mengubah Dunia”. kehidupan alam begitu keras, tetapi mereka tidak Makassar: Balai Pelestarian Nilai Budaya. meninggalkan negeri karang itu. Dalam konteks Keesing, Roger M. Antropologi Budaya; Suatu itu, salah satu nilai/prinsip/ideologi yang dipakai Perspektif Kontenporer. Jilid 1 dan 2. adalah “nakodai mara’dia anna abanua kaiyang : Erlangga. toilopi” menjadi spirit dan identitas dalam Knapp, G & H Sutherland. 2004. Mansoon diri orang Mandar ketika menerima amanah Traders: , Skippers and Commodition sebagai pemimpin dalam organisasi apa pun. in Eighteenth-Century Makassar. Leiden: Karena pentingnya nilai-nilai budaya martim KITLV Press. itu maka dia selalu berada dalam atau bahkan Koenjaraningrat. 1980. Pengantar Antropologi. dijadikan fondasi dari seluruh kehidupan dan Jakarta: Gramedia. menjadi identitas bagi orang Mandar sebagai Lampe, Munsi, 2009. Buku Ajar Mata Kuliah suku bangsa maritim di Nusantara. Wawasan Sosial Budaya Bahari (WSBB), Dalam kehidupan sehari-hari, nilai budaya Makassar: UPT MKU Unhas. maritim tampak dalam pergaulan, terutama Mattulada, 1983. “Kebudayaan Bugis- dalam satu usaha pelayaran. Pada konteks yang Makassar”, Manusia dan Kebudayaan di lebih luas, nilai budaya maritim diwujudkan Indonesia (Koentjaraningrat, ed). Jakarta: dalam kerja sama antara para pelayar dengan Djambatan. petani dan pedagang (pembeli). Semua usaha itu Myala, Fahmy. 1987. “Mandar, Sebuah Suku dijalin oleh harapan bersama untuk memperoleh dan Kebudayaan”, Kompas, 27 Desember. keuntungan sebagai wujud nilai budaya maritim. Spradley, James P, 1997. Metode Etnografi. Aktivitas pelayaran, sebagai strategi ekonomi Yogyakarta: Tiara Wacana. dan sosial masyarakat Mandar, ditopang oleh Pelras, C. 1996. The Bugis. Oxford: Blackwell. nilai-nilai budaya maritim. Nilai ini tersimpul Prins, AHJ, 1965. Sailing from Lamu: a Study dalam satu ikatan kata dan tindakan dari semua of Maritime Cultural Islamic East Africa. unsur/pihak yang terlibat dalam suatu usaha. (Disertasi), Assen. Semua hasil usaha dinikmati bersama. Dalam Tsing, Anna Lowenhaupt, 1993 In The Realm hal ini, hasil tidak hanya pada keuntungan, tetapi of the Diamond Queen, Marginality in an juga kerugian yang timbul dari usaha itu. Dengan Out the Way Place, Pricenton University berlandaskan nilai ini, masyarakat Mandar Press. dapat mempertahankan tradisi pelayarannya https://id.wikipedia.org/wiki/Baharuddin_Lopa sejak ribuan tahun silam, demikian pula masa depannya dan terimplemtasi pada arena lain pada level nasional maupun globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA Alimuddin, Muhammad Ridwan. 2005. Mengapa Kita (Belum) Cinta Laut, Yogyakarta: Ombak.

259