PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL UPACARA DAN NOVEL API

AWAN ASAP KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Oleh Maria Goreti Stephanie 141224075

PROGRAM STUDI PENDIDKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2021 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL UPACARA DAN NOVEL API

AWAN ASAP KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Oleh Maria Goreti Stephanie 141224075

PROGRAM STUDI PENDIDKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021

i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL UPACARA DAN NOVEL API

AWAN ASAP KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN

Oleh

Maria Goreti Stephanie

ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL UPACARA K DAN NOVEL API AWAN ASAP KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN

Dipersiapkan dan disusun oleh Maria Goreti Stephanie Nim : 141224075

iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTO

Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia

sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan

Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia.

( Yakobus 1: 12)

Selesaikan apa yang sudah dimulai, tidak harus menjadi pemenang di mata orang lain, jadilah yang terbaik.

iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

1. Tuhan yang Maha Esa.

2. Orang tua tercinta Sepentong, S.P. dan Susela Bibiyana, S.IP. yang selalu

memberikan kasih sayang, semangat dan doa untuk menyelsaikan skripsi ini.

3. Univeristas Sanata Dharma tempat peneliti menuntut ilmu.

4. Keluarga besar, kerabat dan teman-teman tercinta.

v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaiamana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Januari 2021

Penulis,

Maria Goreti Stephanie

vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Sanata Dharma :

Nama : Maria Goreti Stephanie

Nim : 141224075

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL UPACARA DAN NOVEL

API AWAN ASAP KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN

Dengan demikan, saya hak kepada kepala perpustakaan Universitas Sanata

Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet dan media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama mecantukan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 20 Januari 2021

Yang menyatakan,

Maria Goreti Stephanie

vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Stephanie, Maria Goreti. 2021. Analisis Unsusr Intrinsik Novel Upacara Dan Novel Api Awan Asap Karya Korrie Layun Rampan. Skripsi Strata Satu (SI). Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD. Penelitian ini bertujuan untuk (i) Mendeskripsikan alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, tema, gaya bahasa, dan amanat dalam novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan. (ii) Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, tema, gaya bahasa, dan amanat dalam novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga menghasilkan data berupa kutipan-kutipan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori kajian struktural. Teori kajian struktural digunakan untuk mengkaji unsur intrinsik. Berdasarkan hasil penelitan novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan dapat diambil dua kesimpulan sebagai berikut. Pertama, mengkaji alur, tokoh dan penokohan (tokoh utama dan tokoh tambahan), latar, sudut pandang, tema, gaya bahasa, dan amanat dalam novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan. Kedua, mengkaji persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan.

Kata Kunci : analisis, unsur intrinsik, novel, dan persamaan/perbedaan

viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Stephanie, Maria Goreti. 2021. Analysis of Intrinsic Elements of Novel Ceremony and Novel Api Cloud Asap by Korrie Layun Rampan. Undergraduate Thesis (SI). Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD. This study aims to (i) describe the plot, characters and characterizations, settings, viewpoints, themes, language styles, and messages in the novel Ceremony and the novel Api Awan Asap by Korrie Layun Rampan. (ii) Describe the similarities and differences in, characters and characterizations, settings, viewpoints, themes, language styles, and messages in the novel Ceremony and the novel Api Awan Asap by Korrie Layun Rampan. This research is a qualitative research so that it produces data in the form of quotations. The method used in this research is descriptive method. This research uses structural study theory. Structural study theory is used to study the intrinsic element. Based on the research results of the novel Ceremony and the novel Api Awan Asap by Korrie Layun Rampan, two conclusions can be drawn as follows. First, examining the plot, characters and characterizations (main and additional characters), settings, viewpoints, themes, language styles, and mandates in the novel Ceremony and the novel Api Awan Asap by Korrie Layun Rampan. Second, to examine the similarities and differences in the intrinsic elements of the novel Ceremony and the novel Api Awan Asap by Korrie Layun Rampan.

Keywords : Analysis, Intrinsic elements, Novels, Differences and Similiarties

ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai Gelar Sarjana Pendidkan Bahasa dan Sastra

Indonesia, di Fakultas Pendidikan, Jurusan Pendidkan Bahasa Dan Sastra

Indonesia Univeristas Sanata Dharma Yogyakarta.Adapun judul dari penulisan skripsi ini adalah : “Analisis Unsur Intrinsik Novel Upacara Dan Novel Api

Awan Asap Karya Korrie Layun Rampan”

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan atas diri penulis sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu demi sempurnanya skripsi ini, penulis sangat membutuhkan dukungan dan sumbangsih pikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :

x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah menyertai dan memberikan

segalanya hingga penulis bisa menyelsaikan skripsi ini.

2. Dr. Yohanes Harsoyo,S.Pd.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan,

pendampingan, saran dan nasihat kepada peneliti untuk menyelsaikan skripsi

ini.

3. Rishe Purnama Dewi, S,Pd.,M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indoensia yang telah memberikan dukungan, pendampingan,

saran dan nasihat kepada peneliti untuk menyelsaikan skripsi ini.

4. Romo Drs. J. Prapta Diharja S.J.,M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang

memberikan arahan dan bimbingan dengan ketelitian dari awal hingga akhir

proses penyusunan skripsi ini.

5. Septina Krismawati, S.S, M.A. selaku Dosen Penguji yang memberikan

arahan dan saran kepada peneliti untuk dapat menyelsaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua yang terkasih, Bapak Sepentong, S.P. dan Ibu Susela

Bibiyana, S.IP. yang telah memberikan cinta, pengorbanan dan semangat

untuk menyelsaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.

7. Kekasihku, Andi Welly, S.H. seseorang yang selalu mendukung, menemani

dan menyemangatiku dalam suka dan duka, terima kasih untuk segala doa

baiknya.

8. Sahabat dan teman-temanku yang selalu senantiasa menyemangati, Emilia

Ajin Christina Untari, Veronica hertania,S.Pd. Melisa deresta,S.Pd. dan

xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Neneng Tia, M.Pd. serta teman-teman seperjuangan dalam menyelsaikan

tugas akhir ini.

9. Seluruh anak-anak kost Putri 32 B yang selalu senantiasa mendengarkan

keluh kesahku saat mengerjakan tugas akhir ini.

10. Semua pihak yang berperan secara langsung maupun tidak langsung sehingga

penulis dapat menyelsaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan tugas akhir ini. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan-perbaikan untuk masa yang akan datang dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 20 Desember 2020

Penulis,

Maria Goreti Stephanie

xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...... iii

HALAMAN MOTO ...... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ...... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...... vii

ABSTRAK ...... viii

ABSTRACT ...... ix

KATA PENGANTAR ...... x

DAFTAR ISI ...... xiii

DAFTAR GAMBAR ...... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 4

1.3 Tujuan Penelitian ...... 5

1.4 Manfaat Penelitian ...... 5

1.5 Batasan Istilah ...... 6

1.6 Sistematika Penyajian ...... 6

xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Relevan ...... 8

2.2 Kajian Teori ...... 10

2.2.1 Alur/Plot ...... 10

2.2.2 Tokoh/Penokohan ...... 12

2.2.3 Latar ...... 15

2.2.4 Sudut Pandang ...... 16

2.2.5 Tema ...... 19

2.2.6 Gaya Bahasa ...... 21

2.2.7 Amanat ...... 21

2.3 Kerangka Berpikir ...... 22

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ...... 24

3.2 Data Dan Sumber Data ...... 24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...... 25

3.4 Instrumen Penelitian ...... 25

3.5 Teknik Analisis Data ...... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data ...... 27

4.1.1 Unsur intrinsik novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan ...... 27 4.1.2 Persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan ...... 28

xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2 Hasil Penelitian ...... 29

4.2.1 Unsur intrinsik novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan ...... 29 4.2.2 Persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan ...... 31 4.3 Pembahasan ...... 33

4.3.1 Unsur intrinsik novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan ...... 33 4.3.1.1 Unsur intrinsik novel Upacara karya Korrie Layun

Rampan ...... 33

4.3.1.2 Analisis unsur intrinsik novel Api Awan Asap karya

Korrie Layun Rampan ...... 53

4.3.2 Analisis persamaan dan perbedaan novel Upacara dan Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan ...... 77 4.3.2.1 Persamaan ...... 77

4.3.2.2 Perbedaan ...... 81

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ...... 87

5.2 Saran ...... 91

Daftar Pustaka ...... 92

Lampiran ...... 93

Biografi Penulis ...... 115

xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...... 23

xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra lahir karena adanya dorongan oleh pengarang untuk mengungkapkan keberadaannya sebagai manusia yang memiliki gagasan atau pesan tertentu yang diungkapkan melalui imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang dengan menggunakan media bahasa. Karya sastra mempunyai pengaruh dan peran dalam kehidupan masyarakat. karya sastra, fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, perjuangan hak dan martabat manusia (Nurgiyantoro, 2010: 321).

Karya sastra mengangkat berbagai permasalahan sosial dalam masyarakat, menganalisis, dan memberikan pelajaran kembali kepada masyarakat.

Sumardjo (dalam Sayekti 1998: 4) mengatakan untuk dapat memahami atau menelaah karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis unsur intrisiknya. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks itu karya sastra itu sendiri. Unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur yang secara faktual akan dijumpai ketika seseorang membaca teks karya sastra (Nurgiyantoro,

2013:30). Yang dimaksud dengan analisis intrisik adalah memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat ditemukan dalam karya sastra.

Tokoh, tema, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat adalah unsur intrisik dalam karya sastra. Lewat unsur inilah karya sastra dapat dianalisis.

1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Salah satu karya sastra yang populer dan diminati pembaca adalah novel.

Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa sebuah novel biasanya mengisahkan atau menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi.

Novel mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, lebih bebas dan lebih banyak melibatkan permasalahan kompleks, sebagai bentuk bebas novel memuat unsur karya sastra yang dapat memuat pengalaman kehidupan manusia (Nurgiyantoro, 2013: 11). Sebuah novel diciptakan pengarang berdasarkan pengalaman yang pernah dilihat, dialami dan menceminkkan kehidupan yang ada dalam masyarakat baik secara tersirat maupun tersurat. Masalah yang diangkat dalam novel merupakan refleksi atau pantulan dari permasalahan yang terjadi pada masyarakat. Kesimpulannya novel merupakan hasil karya yang diangkat dari pengalaman yang pernah dialami pengarang serta memuat berbagai konfilik atau permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan novel Upacara dan novel Api

Awan Asap karya Korrie Layun Rampan sebagai subjek penelitian. Pada penelitian ini, penulis tertarik untuk menganalisis unsur intrinsik yang membangun kedua novel tersebut. vPenulis memilih novel Upacara dan novel

Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan karena penulis tertarik dengan tulisan-tulisannya yang selalu berlatar kehidupan masyarakat Dayak Benuaq.

Pada tahun 1978 Korrie Layun Rampan menulis novel Upacara. Novel ini menceritakan tentang kehidupan suku Dayak Benuaq. Dalam novel, diceritakan tentang tokoh Aku yang mengalami pengembaran ke lumut (Surga) dalam upacara

2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

individual bagi kesembuhan si Aku dan, tentang Balian (perdukunan) dalam hubungannya dengan nasuq juss (mencari jiwa yang hilang), kemudian tentang kwangkey (upacara penguburan tulang manusia). Sesudah itu nalin taun (pesta tahunan, memberi persembahan pada alam dan dewa-dewa) untuk menghindarkan kampung dari malapetaka dan terakhir dapat dilihat pada bagian pelulung

(upacara perkawinan) di sini si Aku menaiki jenjang perkawinan setelah sekian tahun mengalami pertualangan asmara.

Korrie Layun Rampan kembali menulis novel yang berjudul Api Awan

Asap terbit pada tahun 1999. Novel ini kembali menegaskan persoalan kehidupan suku Dayak Benuaq. Mengenai religiusitas upacara-upacara yang dialami oleh

Nori walaupun tidak sedetail dan sekompleks yang dialami oleh tokoh Aku pada novel Upacara. Pada novel Api Awan Asap pemikiran tokoh-tokohnya sudah lebih maju. Hal ini dapat dilihat pada penggambaran tokoh Nori yang merupakan seorang wanita terpelajar yang berpendirian keras serta berpikiran maju. Nori seorang anak petinggi Jepi yang dikagumi oleh para laki-laki dan juga kaum wanita karena dapat memberikan inspirasi. Pada novel ini citra seorang perempuan diperkuat dan diangkat melalui tokoh Nori. Selama nyaris dua puluh tahun Nori menjanda, membesarkan anaknya, juga memajukan desanya. Nori memilih untuk tetap setia pada suaminya Jue. Nori berperan sebagai wanita modern tetapi tetap mencerminkan sosok yang tidak meninggalkan budaya leluhurnya.

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis alur, tokoh dan penokohan

(tokoh utama dan tokoh tambahan), latar, sudut pandang, tema, gaya bahasa, dan

3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

amanat dalam novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun

Rampan. Selain menganalisis unsur intrisik, penulis juga mengkaji persamaan dan perbedaan unsur kedua novel tersebut.

Novel Upacara menggunakan alur campuran sedangkan novel Api Awan

Asap menggunakan alur maju mundur. Novel Upacara diterbitkan pada tahun

1976. Dalam novel Upacara digambarkan bahwa masyarakat masih mempercayai hal-hal mistik yang berkaitan dengan kebudayaan contohnya saja ramalan yang disampaikan oleh balian (dukun).

Novel Api Awan Asap terbit pada tahun 1999. Novel ini secara tidak sengaja ingin mempertegas kembali persoalan kehidupan masyarkat Dayak

Benuaq yang tentunya lebih maju dalam hal pemikiran. Kedua novel tersrbut menyajikan pola piker masyarakat yang berbeda masyarakat Dayak Nenuaq.

Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan adanya persamaan maupun perbedaan antara data dari kedua novel. Persamaan dan perbedaan tersebut menandakan bahwa pengarang memiliki pesan tersendiri yang ingin disampaikan melalui kedua karyanya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah

yang akan diangkat adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, tema, gaya

bahasa, dan amanat dalam Novel Upacara dan Novel Api Awan Asap karya

Korrie Layun Rampan ?

4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut

pandang, tema, gaya bahasa, dan amanat dalam Upacara dan novel Api Awan

Asap karya Korrie Layun Rampan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, tema,

gaya bahasa, dan amanat dalam novel Upacara dan novel Api Awan Asap

karya Korrie Layun Rampan.

2. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan lur, tokoh dan penokohan,

latar, sudut pandang, tema, gaya bahasa, dan amanat dalam novel Upacara

dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapka dapat bermanfaat bagi berbagai aspek, yakni:

1. Secara teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian sastra khususnya dengan

pendekatan intertekstual dan penggunanya dalam menganalisis karya sastra.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat diharapkan menjadi salah satu bahan acuan

dalam melaksanakan penelitian selanjutnya atau penelitian serupa di masa yang

akan datang.

5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.5 Batasan istilah

Berikut ini disajikan batasan istilah untuk menghindari kesalahpahaman.

Istilah yang dibatasi pengertiannya, yaitu (1) Karya sastra, (2) novel, (3) unsur

Intrinsik yang terdiri dari; alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, tema, gaya bahasa, dan amanat.

1. Karya sastra

Karya sastra lahir karena adanya dorongan oleh pengarang untuk mengungkapkan keberadaannya sebagai manusia yang memiliki gagasan atau pesan tertentu yang diungkapkan melalui imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang dengan menggunakan media bahasa.

2. Novel

Novel mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, lebih bebas dan lebih banyak melibatkan permasalahan kompleks, sebagai bentuk bebas novel memuat unsur karya sastra yang dapat memuat pengalaman kehidupan manusia (Nurgiyantoro, 2013: 11).

3. Analisis unsur intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks itu karya sastra itu sendiri. Unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur yang secara faktual akan dijumpai ketika seseorang membaca teks karya sastra (Nurgiyantoro, 2013:30).

1.6 Sistematika Penyajian

Sistem penyajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penyajian. Bab II merupakan landasan teori yang berisi penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III metodelogi penelitian yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitan, dan sumber data serta objek penelitan. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan dan Bab V penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Relevan

Peneliti menemukan tiga penelitian yang relevan dengan peneelitian ini, pertama, novel Upacara terbit tahun 1979 dan novel Api Awan Asap terbit tahun

1999 karya Korrie Layun Rampan terkait kedua novel ini sudah pernah ditelti untuk dijadikan skripsi oleh Febrianto Lapu (2018) mahasiswa program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Makassar dengan judul “Analisis Novel Api Awan Asap Karya Korrie Layun Rampan (Kajian

Srukturalisme Robert Stanton)”. Dalam penelitian tersebut peneliti mendeskripsikan fakta-fakta cerita, dan mendeskripsikan sarana-saran satra pada novel Api Awan Asap.

Dalam menganalisis fakta-fakta cerita peneliti mendeskripsikan unsur intrisik berupa alur, karekter, latar dan, tema. Dalam menganalisis sarana -sarana sastra, peneliti mendeskripsikan judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme dan ironi.

Adapun skripsi lain yang ditulis oleh Endah Herawati Suprianto (2001) mahasiswa Universitas Indonesia, dengan judul “Kearifan Tradisional Suku

Dayak Benuaq dalam Api Awan Asap Karya Korrie Layun Rampan”. Hasil penelitian ini disimpulkan ada tiga perilaku suku Benuaq yang disebut sebagai kearifan tradisional. Pertama adalah pembagian hutan dalam enam peruntukan.

Kedua adalah kombinasi pertanian modern dengan pola pertanian tradisional dan yang ketiga adalah sistem dan cara mereka membakar hutan untuk berladang.

8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Fahrani Imanina (2015) mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesi, Universitas Muhammadiyah Malang, dengan judul Sistem Religi Novel

Upacara karya Korrie Layun Rampan. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan manusia dengan Tuhan yang terdapat dalam novel Upacara karya

Korrie Layun Rampan.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: 1) kepercayaan kepada Tuhan

(keimanan), kepercayaan kepada Tuhan adalah hak masing-masing individu, 2) pengabdian kepada Tuhan, Tuhan adalah satu-satunya tempat meminta. Segala doa dan permintan hendaknya ditujukan kepada TuhanYang Maha Esa dan, 3) kepasrahan atau berserah diri kepada Tuhan.

Sejauh ini menurut pengamatan peneliti belum ada penelitan yang secara khusus mengkaji novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun

Rampan menggunakan analisis intrinsik. Kekhasaan penelitian saya dibandingkan yang lainnya, tidak hanya mendeskripsikan unsur Intrinsik saja tetapi juga mendeskripsikan persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam kedua novel tersebut.

Dalam penelitan ini peneliti menganalisis unsur intrisik yang terdiri dari alur, tokoh dan penkohan, tema, latar, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat yang terdapat dalam novel Upacara karya Korrie Layun Rampan dan novel Api

Awan Asap karya Korrie Layun Rampan dan membandingkan unsur intrisik kedua novel tersebut. Dari ketiga penelitian yang relevan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu.

9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2 Kajian Teori

Kajian teori yaitu teori-teri yang digunakan sebagai dasar pijakan

penelitian, adapun teori yang digunakan yaitu unsur intrinsik karya sastra

meliputi; Alur, tema, tokoh penokohan, latar, sudut pandang, tema, bahasa atau

gaya bahasa dan amanat. Teori-teori tersebut dijabarkan sebagai berikut:

2.2.1 Alur/Plot

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita.

Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain yang tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2007:26).

Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemen- elemen lain, alur-alur memiliki hukum-hukum sendiri; alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata, meyakinan dan logis, dapat menciptakan bermacam-macam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan (Stanton, 2007: 28).

Alur maju (kronologis) menurut (Nurgiyantoro, 2007: 153) yaitu apabila pengarang dalam mengerutkan peristiwa-peristiwa itu menggunakan urutan waktu maju dan lurus. Artinya, peristiwa-peristiwa itu diawali dengan pengenalan

10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

masalah dan diakhiri dengan pemecahan masalah. Alur mundur (flashback) terjadi apabila pengarang mengutkan peristiwa-peristiwa itu tidak dimulai dari peristiwa awal, melainkan mungkin dari peristiwa tengah atau akhir (Nurgiyantoro, 2007:

154). Alur campuran yaitu apabila cerita berjalan secara kronologis. Namun, sering terdapat adegan-adegan sorok balik.

Tahapan alur terdiri dari:

1. Tahap Pengengalan (Exposition atau Orientasi)

Tahap pengenalan merupakan tahapan awal cerita yang di gunakan untuk

mengenalkan tokoh, latar situasi dan waktu dan lain sebagainya.

2. Tahap Permunculan Konflik (Rising Action)

Tahap permunculan konflik merupakan tahap dimunculkannya masalah.

3. Tahap Konflik Memuncak ( Turning Point atau Klimaks)

Tahap konflik memuncak merupakan tahap dimana permasalahan atau

ketegangan berada pada titik paling puncak.

4. Tahap Konflik Menurun (Antiklimaks)

Tahap konflik menurun (Antiklimaks) merupakan tahap dimana masalah

mulai dapat diatasi dan ketegangan berangsur-angsur menghilang.

5. Tahap Penyelesaian (Resolsution)

Tahap penyelesaian merupakan tahap di mana konflik sudah terselesaikan

sudah tidak ada permasalahan maupun ketegangan antar tokohnya karena

telah menemukan penyelesaian.

Dari teori-teori di atas penulis menyimpulkan bahwa alur merupakan rangkaian jalannya suatu kejadian atau peristiwa yang tersusun secara logis. Alur

11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

di bedakan menjadi tiga yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Alur maju merupakan susunan suatu kejadian dimana peristiwanya berjalan secara lurus. Alur campur merupakan rangkain peristiwa yang terjadi secara tidak berurutan dari awal sampai akhir. Alur mundur merupakan rangkaian peristiwa yang diceritakan dari tengah cerita atapun dari akhir cerita. Dalam menganalisi alur adapun tahapan alur yang digunakan diantaranya: tahap pengenalan, permunculan konflik, konflik memuncak, konflik meurun dan penyelesaian konflik.

2.2.2 Tokoh/Penokohan

Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Penokohan dan

karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu

dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan dan

karekterisasi–karekterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan

perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh –tokoh tertentu dengan watak-

watak tertentu dalam sebuah cerita

Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami pristiwa atau berlakuan dalam

berbagai pristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia tetapi dapat

juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan (Sudjiman,1992: 16).

Tokoh adalah individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam

berbagai peristiwa dalam cerita. Mutu sebuah cerita banyak ditentukan oleh

kepandaian sastrawan menghidupkan watak tokoh-tokohnya. Tiap tokoh

semestinya mempunyai kepribadian sendiri, tergantung dari masa lalunya,

pendidikannya, asal daerahnya, maupun pengalaman hidupnya. Berdasarkan

12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

fungsinya tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peran pemimpin disebut tokoh utama atau sentral, sedangkan tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, namun kehadirannya sangat diperlukan demi menunjang tokoh sentral disebut tokoh bawahan

(Sudjiman, 1998: 16-19).

Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada beberapa hal yang dapat menuntun kita sampai pada sebuah karakter atau watak dalam tokoh, yaitu (1) melalui apa yang diperbuatnya; (2) ucapan-ucapannya;

(3) penggambaran fisik tokoh; (4) pikiran-pikirannya; (5) penerangan langsung

Sumardjo dan Saini K.M, (1991: 65). Jenis tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan, serta tokoh antagonis dan protagonis. Pembagian tokoh utama dan tokoh tambahan dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh di dalam sebuah cerita.

Nurgiyantoro (2012: 176) tokoh-tokoh itu merupakan rekaan pengarang sehingga pengaranglah yang mengenal mereka. Oleh karena itu, tokoh-tokoh perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar wataknya juga dikenal oleh pembaca, yang dimaksud dengan watak ialah kualitas tokoh , kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain. Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan

(Sudjiman1992: 23).

Nurgiyantoro (2012: 176 - 183) dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dibagi menjadi tiga :

13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Tokoh utama dan tambahan (central character, main character dan

peripheral character).

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritannya dalam sebuah novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap pekembangan plot secara keseluruhan. Tokoh utama tambahan adalah tokoh yang memang tambahan dapat dilihat melalui kadar kutamaan tokoh- tokoh itu.

2. Tokoh protagonis dan tokoh antagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu

jenisnya secara populer disebut hero tokoh yang merupakan pengejawatahan

norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan

sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, pembaca.

Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis

beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tidak langsung ,

bersifat fisik ataupun batin.

3. Tokoh sederhana dan tokoh bulat

Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli , adalah tokoh yang memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat (watak) yang tertentu saja. Tokoh bulat, kompleks berbeda halnya dengan tokoh sederhana, adalah tokoh yang memiliki

14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

banyak dn diungkap berbagai kemungkinaan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.

Dengan demikian disimpulkan bahwa tokoh merupakan pelaku yang mengalami berbagai peristiwa dalam cerita, tokoh dapat berupa manusia, binatang atau benda yang insankan dan penokohan merujuk pada waktak tokoh atau pelukisan gambaran sifat tokoh.

Dalam penelitian ini, analisis tokoh akan dilakukan pada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh-tokoh tersebut dipilih dengan melihat kaitannya dengan konflik yang diceritakan dalam kedua novel.

2.2.3 Latar

Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realitas kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 2012:

217). Secara terperinci, latar meliputi penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perincian perlengkapan sebuah ruangan; pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, watak berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh.

Hudson membedakan latar sosial dan fisik atau material. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa dan lain-lain. Latar fisik yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya. Latar berfungsi sebagai proyeksi keadaan

15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

batin para tokoh, menjadi metafora dari keadaan emosional dan spiritual tokoh

(Sudjiman, 1988: 44).

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu

dan, sosial (Nurgiyantoro, 2012: 227-237). Latar tempat mengarah pada lokasi

terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Penggunan

latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling

tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang

bersangkutan.

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebauh karya fiksi. Latar sosial mengarah

pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan social masyarakat

disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Berhubungan dengan status

sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atas.

2.2.4 Sudut Pandang

Sudut pandang berkaitan dengan cara atau teknik penceritaan yang

digunakan oleh pengarang dalam melukiskan ceritanya. Dengan demikian sudut

pandang sangat penting dalam pengembangan cerita. Sudut pandang point of

view, menunjuk pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau

pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan

cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Hal ini dikemukakan oleh

Abrams (via Nurgiyantoro, 2015: 338).

Menurut Nurgiyantoro (2015: 338) sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk

16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengemukakan gagasan dan cerita. Dapat disimpulkan sudut pandang merupakan cara atau teknik penceritaan yang digunakan oleh pengarang untuk melukiskan ceritanya kepada pembaca.

Nurgiyanto (2015: 339) membagi sudut pandang menjadi dua macam, yaitu persona pertama, first-person, gaya “aku” dan persona ketiga, third-person, gaya “dia”. berikut penjabaran mengenai sudut pandang tersebut :

1. Sudut Pandang Persona Ketiga : “ Dia”

Penceritaan dengan menggunakan sudut pandang persona ketiga adalah penceritaan yang meletakkan posisi pengarang sebagai narator dengan menyebutkan nama-nama tokoh atau menggunakan kata ganti ia, dia, dan mereka.

Sudut pandang persona ketiga dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu “dia” mahatahu dan “dia” terbatas, “dia” sebagai pengamat.

a. “ Dia” Mahatahu

Pada sudut pandang persona ketiga “dia” mahatahu pengarang menjadi narator dan dapat menceritakan hal apa saja yang menyangkut tokoh “dia”.

Narator mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, sampai pada latar belakang tindakan tersebut dilakukan. Narator menguasai semua hal tentang tokoh-tokoh “dia” baik yang sudah berwujud tindakan maupun baru berupa pikiran (Abrams via Nurgiyantoro, 2015: 350).

b. “ Dia “ Terbatas, “Dia “ Sebagai Pengamat

17 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Dia” terbatas merupakan sudut pandang yang menempatkan pengarang

sebagai narator yang mengetahui apa yang dilihat, didengar, dipikir, dan

dirasakan terbatas pada satu orang tokoh “dia” (Stanton via Nurgiyantoro,

2015: 350). Karena fokus dari pengarang hanya pada satu tokoh “dia”, maka

selanjutnya pengarang akan menjadi pengamat bagi tokoh lain. Pengarang yang

bertindak sebagai narator akan menceritakan apa yang bisa ditangkap oleh

idera penglihat dan indera pendengar saja. Narator dalam cerita ketika

menggunakan sudut pandang ini hanya akan menjadi perekam dari kegiatan-

kegiatan tokoh-tokoh lain selain tokoh “dia” yang menjadi fokus perhatian.

2. Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”

Sudut pandang persona pertama “aku” merupakan sudut pandang yang menempatkan pengarang sebagai “aku” yang ikut dalam cerita. Kata ganti “dia” pada sudut pandang ini adalah “aku” sang pengarang. Pada sudut pandang ini kemahatahuan pengarang terbatas. Pengarang sebagai “aku” hanya dapat mengetahui sebatas apa yang bisa dia lihat, dengar, dan rasakan berdasarkan rangsangan peristiwa maupun tokoh lain (Nurgiyantoro, 2015 : 352).

a. “ Aku Tokoh Utama

Dalam sudut pandang “aku” tokoh utama, pengarang bertindak sebagai

pelaku utama dalam cerita serta praktis menjadi pusat kesadaran dan

penceritaan. ”Aku” tokoh utama merupakan tokoh protagonis dan memiliki

pengetahuan terbatas terhadap apa yang ada di luar dirinya (Nurgiyantoro,

2015: 352).

18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. “ Aku “ Tokoh Tambahan

“Aku” tokoh tambahan merupakan sudut pandang yang menempatkan

pengarang sebagai tokoh “aku” dalam cerita sebagai tokoh tambahan. Tokoh

tambahan ini akan bercerita dan mendampingi tokoh utama menceritakan

berbagai pengalamannya, setelah cerita tokoh utama selesai, tokoh tambahan

kembali melanjutkan kisahnya (Nurgiyantoro, 2015: 355).

c. Sudut Pandang Campuran

Sudut pandang campuran adalah sudut pandang yang menggabungkan

antara sudut pandang orang ketiga “dia” dan sudut pandang orang pertama “

aku”. Pengarang melakukan kreativitas dalam penceritaan dengan

mencampurkan sudut pandang tersebut. Penggunaan sudut pandang ini tentu

berdasarkan kebutuhan. Tidak semua penceritaan menggunakan sudut

pandang ini, namun tergantung dengan efek yang diinginkan oleh pengarang

saja (Nurgiyantoro, 2015: 359).

2.2.5 Tema

Stanton (2012: 36) menyatakan bahwa tema merupakan ide pokok, gagasan utama, dan atau inti (sentral) yang melekat di dalam suatu karya sastra.

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Sementara itu, Nurgiyantoro (2012: 82-83) menjelaskan bahwa tema dibedakan menjadi

19 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dua bagian, yaitu tema utama yang disebut dengan tema mayor yang artinya makna pokok yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya ini.

Pertama, tema mayor ditentukan dengan cara menetapkan persoalan yang paling menonjol, yang paling banyak konflik, dan waktu penceritaannya.

Menentukan tema pokok sebuah cerita pada hakikatnya merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai, diantara sejumlah makna yang ditafsirkan ada dikandung oleh karya yang bersangkutan. Makna pokok cerita tersirat dalam sebagian besar, untuk tidak dikatakan dalam keseluruhan, cerita, bukan makna yang hanya terdapatpada bagian-bagian tertentu cerita saja.

Makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita dapat diidentifikasi sebagai makna bagian, makna tambahan atau tema minor. Kedua, tema tambahan disebut juga dengan tema minor. Tema minor merupakan tema yang kedua yaitu makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu pada sebuah cerita dan dapat diidentifikasikan sebagai makna bagian atau makna tambahan. Tema sebuah cerita tidak mungkin disampaikan secara langsung, melainkan “hanya” implisit melalui cerita. Unsur-unsur cerita yang lain, khususnya yang oleh Stanton dikelompokan sebagai fakta cerita, tokoh, plot, latar yang bertugas medukung dan menyampaikan tema tersebut. Banyak sedikitnya tema minor tergantung pada banyak sedikitnya makna tambahan yang dapat ditafsirkan dari sebuah cerita novel. Penafsiran makna itu pun haruslah dibatasi pada makna-makna yang terlihat menonjol, di samping mempunyai bukti-bukti konkret yang terdapat pada karya itu yang dapat dijadikan dasar untuk mempertanggungjawabkannya.

20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dapat disimpulkan berdasarkan pendapat diatas tema merupakan ide pokok

yang terdapat dalam suatu cerita, bisanya berupa pengalaman yang terdapat

dalam kehidupan manusia.

2.2.6 Gaya Bahasa

Menurut Nurgiyantoto (2009, 272) bahasa merupakan sarana pengungkapan yang komunikatif dalam sastra. Menurut Ambrams (dalam Nurgiyantoro, 2009:

276) gaya bahasa atau style merupakan cara pengucapan pengarang dalam mengemukakan sesuatu terhadap pembaca.

2.2.7 Amanat

Amanat dalam sebuah karya sastra merupakan bagian terpenting dalam memberi bobot tindakan suatu karya sastra sebab amanat inilah yang nantinya akan dipetik oleh pembaca. Menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro 20012: 321)

Amanat atau nilai moral merupakan unsur isi dalam karya fiksi yang mengacu pada nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan yang dihadirkan pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnnya. Menurut Esten (1978:23) amanat adalah pemecahan suatu tema. Jadi pemecehan suatu tema yang dimaksudkan dengan pesan dalam sebuah cerita yang merupakan pandangan serta analisis tema sastra. Amanat juga diungkapkan secara implisit dan eksplisit dalam karya sastra.

Secara implisit misalnya dilakoni dalam tingkah laku tokoh-tokoh dalam cerita tersebut, sedangkan secara eksplisit yaitu apabila dalam akhir cerita pengarang menyampaikan pesan-pesan, saran, nasihat pemikran dan sebagainya.

21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Saad (1996 :16) menjelaskan bahwa amanat adalah pemecahan yang diberikan pengarang bagi persoalan utama dalam karya sastra. Ini artinya amanat juga merupakan pemecahan suatu tema dimaksudkan pesan dalam sebuah cerita yang merupakan pandangan serta analisis tema sastra.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan amanat merupakan pemecahan masalah yang terdapat dalam sebuah cerita dan memiliiki pesan moral yng dapat disampaikan pada pembaca.

2.3 Kerangka Berpikir

Novel adalah karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik Nurgiyantoro (2013:10). Novel juga diartikan sebagai suatu bentuk karangan berbentuk prosa yang mengandung konflik dan nilai-nilai kehidupan yang ingin pengarang sampaikan pada pembaca. Cerita dalam novel tidak hanya gambaran imajinatif pengarang saja namun juga merupakan cerminan atau pandangan pengarang terhadap keadaan masyarakat yang sebenarnya.

Dengan demikian fokus penelitian ini adalah mengkaji novel Api Awan

Asap karya Korrie Layun Rampan dan novel Upacara karya Korrie Layun

Rampan. Kedua novel ini dikaji melalui unsur intrinsik yang membangun kedua novel dan mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam kedua novel tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dalam kedua novel tersebut.

22 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berikut bagan kerangka berpikir yang digambarkan secara ringkas:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Karya Sastra

Novel Api Awan Asap Novel Upacara

Unsur Intrisik

Sudut Gaya Alur Tokoh Latar Tema Amanat Pandang Bahasa

Hasil Persamaan dan Perbedaan dalam novel Upacara dan

novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan

23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Analisis Unsur Intrisik Dalam Novel Upacara dan Novel Api Awan Asap Karya Korrie Layun Rampan ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif karena data yang diambil berupa kata-kata yang digunakan untuk mendeskripsikan alur, tokoh dan penokohan (tokoh utama dan tokoh tambahan), latar (tempat dan waktu), sudut pandang, tema, gaya bahasa, dan amanat dalam kedua novel. Penelitian ini juga mendeskripsikan persamaaan dan perbedaan unsur intrinsik dalam kedua novel. Bogdan dan Taylor (dalam J.

Moleong, 1989: 3) mendefinisikan penelitian kulitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.

3.2 Data dan Sumber Data

Siswantoro (2014:72) mengatakan sumber data terkait dengan subjek

penelitian darimana data diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks-teks,

novel, cerita pendek, drama dan puisi. Dalam penelitian ini, data yang digunakan

adalah kutipan-kutipan dari novel upacara dan novel Api Awan Asap karya

Korrie Layun Rampan.

Identitas sumber data yang digunakan adalah novel Upacara karya Korrie

Layun Rampan terdiri 128 halaman, diterbitkan pertama kali oleh PT Dunia

Pustaka Jaya, 1978 dan novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan terdiri

176 halaman, diterbitkan pertama kali PT Gramedia, 1999.

24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik baca dan teknik catat. Pengumpulan data pada penelitian ini diawali peneliti dengan membaca novel Upacara dan Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan secara teliti kemudian mencatat hal yang berkaitan dengan alur, tokoh dan penokohan (tokoh utama dan tokoh tambahan), latar (tempat dan waktu), sudut pandang, tema, gaya bahasa, dan amanat dalam novel tersebut, serta mengidentifikasi masalah yang akan dikupas, yaitu persamaan dan perbedaan unsur intrinsik kedua novel.

3.4 Instrumen Penelitian

Siswantoro (2014:73) mengatakan bahwa posisi peneliti sebagai instrumen terkait dengan ciri penelitian sastra yang berorientasi pada teks bukan pada sekelompok individu yang menerima perlakuan tertentu (treatment). Dari pendapat tersebut, disimpulkan bahwa tugas peneliti adalah menetapkan fokus penelitian, memilih sumber data, melakukan analisis data dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini, penelitian merupakan instrumen penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-angka. Penggunaan kutipan-kutipan dalam novel juga diikutsertakan untuk mempermudah deskripsi data (Semi, 1993: 24).

Dalam menganalisis novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya

Korrie Layun Rampan peneliti melakukan langkah-langkah berikut:

25 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1) Membaca dan memahami novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya

Korrie Layun Rampan.

2) Menganalisis unsur alur, tokoh dan penokohan (tokoh utama dan tokoh

tambahan), latar (tempat dan waktu), sudut pandang, tema, gaya bahasa,

dan amanat.

3) Mendeskripsikan perbedaan dan persamaan kedua novel tersebut.

4) Menyimpulkan hasil penelitian.

5) Menyajikan data dari hasil analisis.

26 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL PENELITIAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data peneletian ini berupa berupa kutipan kata-kata, frasa, klausa dari

novel Upacara dan Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan. Tujuan

penelitian ini adalah mendeskripsikan alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut

pandang, tema, gaya bahasa, dan amanat dalam novel Upacara dan novel Api

Awan Asap karya Korrie Layun Rampan. Selain itu, untuk mendeskripsikan

persamaan dan perbedaan alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang,

tema, gaya bahasa, dan amanat dalam novel Upacara dan novel Api Awan Asap

karya Korrie Layun Rampan.

Analisis tokoh hanya akan dilakukan pada tokoh utama dan tokoh

tambahan. Analisis latar hanya akan di lakuakn pada latar tempat dan waktu.

4.1.1 Unsur intrinsik novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya Korrie

Layun Rampan

Dalam penelitian ini penulis menganalisis enam unsur intrisinsik yang

membangun kedua novel. Unsur-unsur pembangun kedua novel tersebut

berupa; alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, tema, gaya bahasa, dan

amanat. Alur dibedakan atas alur maju, mundur dan, alur campuran. Dalam

menganalisis alur penulis terlebih dahulu menganalisis tahapan alur yang terdiri

dari; tahap pengengalan (Exposition atau Orientasi), tahap permunculan konflik

(Rising Action), tahap konflik, memuncak (Turning Point atau Klimaks), tahap

27 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

konflik menurun (Antiklimaks) dan, tahap penyelesaian (Resolsution), Dalam penelitian ini, analisis tokoh akan dilakukan pada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh-tokoh tersebut dipilih dengan melihat kaitannya dengan konflik yang diceritakan dalam kedua novel. Dalam meneliti latar, fokus peneliti hanya terbatas pada penelitian latar tempat dan latar waktu. Sudut pandang dalam kedua novel berbeda. Dalam novel Upacara sudut pandang yang digunakan pengarang adalah orang pertama serba tahu. Dalam novel Api Awan

Asap penulis menggunaka sudut pandang orang ketiga serba tahu. Tema yang di angkat dalam penceritaan kedua novel adalah religiusitas dan percintaan. Gaya bahasa digunakan pengarang dalam menulis novel adalah majas perbandingan dan sindiran.

Penceritaan dalam novel juga menggunakan bahasan daerah Dayak

Benuaq dan bahasa Indonesia. Amanat yang dapat diambil dari kedua novel adalah 1) novel Upacara mengambil cinta sejati akan mempersatukan dua insan.

2) novel Api Awan Asap mengangkat tiga tema besar yaitu; janganlah kita memiliki sifat yang licik, kita harus setia kepada pasangan, sebagai seorang perempuan kita harus memiliiki pendidikan atau pengetahuan yang tinggi agar tidak bergantung pada laki-laki, janganlah kita memiliki sifat yang licik, kita harus setia kepada pasangan, sebagai seorang perempuan kita harus memiliiki pendidikan atau pengetahuan yang tinggi agar tidak bergantung pada laki-laki.

4.1.2 Persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Upacara dan novel

Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan

28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kedua novel tersebut memiliki persaman diantaranya; Dari segi gaya bahasa kedua novel tersebut memiliki persamaan. Gaya bahasa yang digunakan pada novel Upacara dan Api Awan Asap menggunakan bahasa Indonesia dan ada sedikit sisipan bahasa daerah suku Dayak. Novel Upacara dan novel Api Awan

Asap lebih dominan menggunakan gaya bahasa majas perbandingan dan sindirian. Penokohan yang terdapat dalam novel Upacara dan novel Api Awan

Asap memiliki persamaaan watak pada beberapa tokoh yang diceritakan dalam kedua novel tersebut. Persamaan latar tempat kedua novel meliputi; peristiwa terjadi di Lou/Lamin, Kebun Bunga dan, Pelaminan Pengantin. Adapun persamaan latar waktu kedua novel meliputi; malam hari dan petang hari.

Perbedaan yang menonjol antara novel Upacara dan novel Api Awan Asap adalah pada aspek tema, tokoh atau penokohan, latar, sudut pandang dan amanat.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Unsur intrinsik novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya

Korrie Layun Rampan

Unsur intrisik novel Upacara dan Api Awan Asap karya Korrie Layun

Rampan meliputi ; alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, tema, gaya bahasa, dan amanat. Alur campur di gunakan dalam novel upacara. Tokoh utama dalam novel upacara adalah Aku, adapun tokoh lain yang kehadirannya membantu jalannya cerita. tokoh-tokoh tersebut meliputu; Waning, Paman

Jomoq, Tuan Smith, Ifing.

Tokoh aku di gambarkan sebagai tokoh yang tegar, mempercayai hal mistik dan rapuh. Dalam menganalisi penokohan tokoh-tokoh tambahan, tokoh

29 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Wanning digambarkan sebagai sosok yang setia. Paman Jomoq yang digambarkan dalam novel ini mempunyai sifat pemikiran yang tradisional tidak mau menerima modernisasi dari budaya luar. Tuan Smith digambarkan sebagai sosok yang pemberani, sebagai sosok yang pandai bersosialisasi. Ifing adalah wanita yang akhirnya menjadi istri dari tokoh si Aku. Ifing mempunyai sifat yang ikhlas.

Dalam novel Upacara rangkaian peristiwa dalam cerita terjadi di: Lou

Lamin, Kebun Bunga, Pelaminan Pengantin sedangkan, latar waktu terjadi pada pagi hari, siang hari dan, malam hari. Sudut pandang yang digunakan dalam novel Upacara adalah sudut padang orang pertama pelaku utama yakni tokoh aku sebagai tokoh utama dalam cerita yang mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya. Tema besar yang di angkat dalam novel

Upacara ini adalah Religiusitas. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam menuliskan novel Upacara yaitu menggunakan bahasa Indonesia dengan campuran sedikit bahasa daerah suku Dayak Benuaq. Amanat yang dapat diambil dari novel ini adalah cinta sejati akan mempersatukan dua insan.

Cerita dalam Api Awan Asap novel menggunakan alur campuran atau maju mundur. Novel Api Awan Asap memiliki enam tokoh yang berperan penting dalam cerita. Tokoh-tokoh tersebut meliputi; Nori, Jue, Sakatn, Petinggi

Jepi, Ibu Nori dan, Pune dengan uraian perwatakan masing-masing. Keenam tokoh memiliki peran dan intensitas kemunculan yang berbeda-beda. Tokoh

Nori adalah tokoh utama dan menjadi pusat cerita. Tokoh Jue, Sakatn, Petinggi

Jepi, Ibu Nori dan, Pune adalah tokoh tambahan, intensitas kemunculan mereka

30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

banyak dan membantu menghidupkan cerita. Cerita dalam novel Api Awan Asap mengambil latar waktu yang berbeda pada setiap kejadian. Latar-latar tempat tersebut meliputi; Lou/Lamin, Kebun Bunga, dangau Kebun Kopi, Gua dan,

Pelaminan Pengantin. Waktu kejadian meliputi; petang hari dan, malam hari.

Sudut pandang yang digunakan dalam novel Api Awan Asap karya Korrie Layun

Rampan adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Penulis menceritakan apa saja keterkaitannya dengan tokoh utama. Ia dibuat seakan tahu semua tentang watak, pikiran, perasaan, kejadian, bahkan latar belakang yang mendalangi sebuah kejadian yang terjadi dalam cerita novel tersebut. Tema besar yang diangkat dalam novel Api Awan Asap adalah perjuangan cinta. Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Api Awan Asap lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia dan sedikit menggunakan campuran bahasa daerah yakni bahasa daerah suku Dayak Benuaq. Untuk menghidupkan isi novel pengarang dominan menggunkan gaya bahasa majas perbandingan dan sindiran.

Ada tiga hal yang dipetik dalam novel. Ketiga hal terserebut meliputi janganlah kita memiliki sifat yang licik, kita harus setia kepada pasangan, sebagai seorang perempuan kita harus memiliiki pendidikan atau pengetahuan yang tinggi agar tidak bergantung pada laki-laki.

4.2.2 Persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Upacara dan novel

Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan

Dari segi gaya bahasa kedua novel tersebut memiliki persamaan. Gaya bahasa yang digunakan pada novel Upacara dan Api Awan Asap menggunakan bahasa Indonesia dan ada sedikit sisipan bahasa daerah suku Dayak. Novel

31 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upacara dan novel Api Awan Asap lebih dominan menggunakan gaya bahasa majas perbandingan dan sindirian. Penokohan yang terdapat dalam novel

Upacara dan novel Api Awan Asap memiliki persamaaan watak pada beberapa tokoh yang diceritakan dalam kedua novel tersebut. Tokoh Aku dan Nori merupakan tokoh sentral yang menjadi pusat perputaran cerita pada masing- masing novel. tokoh Aku dalam novel Upacara memiliki persamaan watak seperti Nori dalam novel Api Awan Asap. Keduanya digambarkan sebagai pribadi yang tegar. Tokoh Aku pada Upacara juga berkarakter sama seperti tokoh Petinggi Jepi. Keduanya digambarkan mempercayai hal mistik. Persamaan latar tempat kedua novel meliputi; peristiwa terjadi di Lou/Lamin, Kebun Bunga dan, Pelaminan Pengantin. Adapun persamaan latar waktu kedua novel meliputi; malam hari dan petang hari.

Perbedaan yang menonjol antara novel Upacara dan novel Api Awan Asap adalah pada aspek tema, tokoh atau penokohan, latar, sudut pandang dan amanat.

Novel Upacara bertemakan relugiusitas sedangkan novel Api Awan Asap mengangkat tema perjuangan cinta. Perbedaan karakter antara Paman Jomoq,

Waning dalam novel Upacara dan tokoh Nori dalam novel Api Awan Asap.

Paman Jomoq dalam novel Upacara memiliki sifat yang tradisional dan tidak mau menerima budaya luar dan,tokoh Waning memiliki watak yang sedih, sedangkan tokoh Nori dalam novel Api Awan Asap digambarkan sebagai sosok yang pintar dan berpendirian teguh. Selain Paman Jomoq dan Nori, Ifing yang merupakan tokoh yang terpadat pada novel Upacarapun memiliki karakter yang berbeda dengan tokoh Sakatn yang terdapat dalam novel Api Awan Asap. Ifing

32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam novel Upacara diceritakan sebagai sosok yang ikhlas. Berbeda dengan

Sakatn, Ia tidak merelakan cintanya pada Nori. Sakatn sendiri digambarkan memilik sifat yang pantang menyerah dan licik.

Selain tokoh sentral, cerita dalam kedua novel pun didukung kehadiran tokoh pembantu. Pada novel Upacara terdapat tokoh bernama Tuan Smith sebagai salah satu tokoh pembant. Dalam novel, Tuan Smith digambarkan sebagai sosok pemberani dan pandai bersosialisasi, sedangkan pada novel Api

Awan Asap terdapat beberapa tokoh pembantu yaitu Jue, Ibu Nori, dan Pune. Jue adalah suami Nori mempunyai sifat jujur dan pekerja keras. Ibu Nori mempunyai sifat yang penyayang diceritakan ketika Ibu Nori memberikan nasehat kepada anaknya ia membelai rambut Nori yang legam nan indah menggambarkan betapa sayangnya dia kepada anaknya ini. Pune juga merupakan salah satu tokoh pembantu dalam novel Api Awan Asap mempunyai sifat penurut.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Unsur intrinsik novel Upacara dan novel Api Awan Asap karya

Korrie Layun Rampan

4.3.1.1 Unsur intrinsik novel Upacara karya Korrie Layun Rampan

1. Alur

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan

33 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

atau yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain yang tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2007:26).

Alur sebuah karya fiksi sering tidak menyajikan urutan peristiwa secara kronologis dan runtut, melainkan penyajian dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian yang mana pun juga, tanpa ada keharusan untuk memulai dan mengakhiri dengan kejadian awal dan akhir (Nurgiyantoro, 1998: 141).

Dalam novel Upacara Karya Korrie Layun Rampan dapat diketahui bahwa jalan cerita atau alur cerita yang disajikan secara kronologis, walaupun ada beberapa pristiwa diceritakan tidak secara kronologis. Setiap belahan cerita memiliki hubungan kasualitas. Setiap belahan cerita memiliki latar tempat, waktu dan suasana yang berbeda, membuat jalan cerita seperti terpotong-potong.

Cerita dalam novel diawali dengan penggambaran situasi yang terjadi dalam novel Upacara. Cerita dalam novel terbagi menjadi lima belahan cerita.

Pada belahan pertama, pengarang bercerita mengenai situasi yang dialami oleh tokoh Aku yang merupakan tokoh utama dalam cerita. Tokoh Aku yang mengalami pengembaraan batin, tokoh Aku ke Lumut (surga) dalam upacara individual bagi kesembuhan si Aku. Kisahnya diawali dengan pelukisan si Aku dalam keadaan siuman, ketika sedang berlangsung upacara individual bagi kesembuhan dirinya. Belahan kedua, pengarang bercerita mengenai balian

(perdukunan) untuk mencari jiwa yang hilang atau istilah dalam bahasa dayak

(nasuq juus). Upacara balian dilakukan untuk menolong tokoh Aku dari sakit parah yang akan mengantarnya pada kematian. Belahan ketiga, pengarang bercerita mengenai upacara kwangkey (upacara penguburan tulang manusia).

34 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada belahan keempat, pengarang bercerita mengenai upacara nalin taun (pesta tahunan, memberi persembahan pada alam dan dewa-dewa) untuk menghindarkan kampong dari malapetaka. Pada belahan kelima, pengarang bercerita mengenai upacara pelulung (upacara perkawninan). Tokoh Aku menaiki jenjang perkawinan setelah sekian tahun mengalami pertualangan asmara. Analisis tahapan alur dalam novel dipaparkan sebagai berikut:

a. Pengenalan (Exposition atau Orientasi)

Tahap pengenalan merupakan tahapan awal cerita yang di gunakan untuk mengenalkan tokoh, latar situasi dan waktu dan lain sebagainya. Dalam bagian pertama novel Upacara karya Korrie Layun Rampan diperlihatkan latar suasana yang mempengaruhi tokoh utama yaitu Aku. Alur cerita yang digunakan pada tahap ini adalah alur campuran. Berikut ini kutipannya:

“ Kisahnya diawali dengan pelukisan si Aku dalam keadaan siuman, ketika sedang berlangsung upacara individual bagi kesembuhan dirinya (hlm. 9). Aku seperti terbangun dari tidur yang lelap. Segalanya serba memberat. Kugerakan tangan kaki, semuanya terasa kaku, badan seperti tidak berdaya. Detak jantung penuh debaran. Kurasa elahan nafas tak beraturan. Telingaku menangkap suara gemuruh musik yang ditabuh keras. Ada gemercing getang dan giring-giring, ada nyanyian balian bawo yang lirih, ada pula isak sendu disisiku. Segalanya seperti membangunkan Aku dari sebuah kelelapan tidur yang nyenyak dengan perjalanan mimpi yang menakjubkan sekali. Kini barulah Aku mengerti bahwa upacara balian ini untukku. Tapi tak Aku mafhumi, karena Aku merasa diriku sedang sehat walalfiat. Sedang menilik lengakapnya sesajen, mestinya si penderita yang dibeliani telah sampai pada taraf yang sangat kritis. Aku tak peduli ! secara naluriah kupejamkan mataku, semantara Paman Tuding menyelsaikan mamang terkahirnya (hlm. 21). Berdasarkan kutipan di atas disimpulkan bahwa alur campuran digunakan dalam bagian pertama atau tahapan awal cerita. Kalimat „Aku seperti terbangun

35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dari tidur yang lelap‟ membuktikan bahwa ia dalam keadaan sadar dan tidak tertidur.

b. Tahap Pemunculan Konflik (Rising Action)

Tahap permunculan konflik merupakan tahap dimunculkannya masalah.

Pada tahap ini sudah ada permunculan konflik. Alur campur digunakan pada tahap ini. Berikut kutipannya:

“tiba-tiba Aku telah berada di tengah padang bunga-bungaan yang luas. Kakiku meninti jalur jalan yang membentang lurus hingga semayup ke cakrawala” (hlm. 22). “kini barulah Aku mengerti bahwa upacara balian ini untukku. Tapi tak aku mahfumi, karena aku merasa diriku sedang sehat walalfiat. Sedang menilik sesajen, mestinya penderita yang dibaliani telah sampai pada tahap kritis. Aku tak peduli ! secara naluriag kupejamkan mataku, sementara paman Tuding menyelsaikn mamang terakhirnya” (hlm. 22). “kakek sedang menunggu di halaman!” bentaku sengit. “aku diajak kakek pergi ke rumah kakek pergi ke rumah nenek, “ kataku melepasakan diriku dengan kasar. Kulihat mukanya terpana, matanya penuh iba. Tapi aku tidak perduli, bergegas pergi” (hlm. 23). Kutipan-kutpan di atas membuktikan alur campur digunakan dalam tahap ini. Melalui flashback Aku menceritakan pengalaman batinnya yang berada di

Lumut dan bertemu dengan Kakeknya yang sudah meninggal. Aku terbangun dari tidur panjang yang sebenarnya ia mengalami sakit keras.

c. Tahap Konflik Memuncak (Turning Point atau Klimaks).

Tahap konflik memuncak merupakan tahap dimana permasalahan atau ketegangan berada pada titik paling puncak. Permasalahan mucul dalam novel

Upacara, ketika tokoh Aku harus menjalani ujian adat bagi seorang pemuda

36 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

suku Dayak Benuaq yang akan memulai hidup baru berumahtangga. Namun, saat kembali tokoh Aku menemukan kekasihnya telah tiada. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini:

“Bagiku berahan kali ini merupakan pengalaman pertama. Ujian adat bagi seorang pemuda yang segera akan memulai hidup baru berumahtangga. Pendewasaan badan dan jiwa, menyiapkan sendiri seluruh keperluan, alat-alat dan biaya bagi upacara pengantinnya” (hlm. 67). “tujuh rakit telah kami tambatkan. Agak ke hulu sedikit dari tambatan jamban. Di tepian sibuk, banyak orang lalu lalang, tak keruan, sibuk! Tapi tak kulihat waning. Merpatiku yang jelita. Tak nampak diantara orang-orang sedesa” (hlm. 70). “Waning diambil Jewata ! dewa air . Ibu menyongsongku tergopoh- gopoh. Air matanya terurai. Jewata? Tak kerasa Aku mendelik. Bingung! Tak seorangpun boleh mengambil Waning ! tak seorangpun ! Aku terpikik” (hlm.70). Dari kutipan di atas dapat dilihat permasalahan utama, tokoh Aku ketika ia kehilangan kekasihnya. Ia seperti kehilangan separuh jiwanya. Permasalahan yang mucul tidak hanya sekedar permasalahan percintaan tokoh Aku, tetapi juga tentang kepercayaan suku Dayak Benuaq ketika Tuan Smith datang untuk memperkenalkan kepercayannya. Berikut ini kutipannya:

“tapi yang paling menyakitkan, Tuan Smith menyatakan bahwa kita perlu keselamatan. Kita memerlukan Juru selamat,” Paman Jomoq berkoar lagi. “ katanya kita belum merdeka karena kita masih terbelenggu, belum bertuhan !” (hlm. 50).

“sudah kutunjukkan pada orang asing itu bahwa kita punya Tuhan,‟‟ lanjut Paman Jomoq. “ sekali dengan gagak. Sekali dengan punai. Sekali dengan rangkong.‟‟ orang asing itu mengangguk-angguk kagum (hlm. 50).

37 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kutipan di atas membuktikan perseteruan antara Tuan Smith dan Paman

Jomoq. Perdebata itu terjadi ketika Tuan Smith memberi pandangan bahwa masyarakat suku Dayak Benuaq memerlukan Juru selamat. Pandangan tesebut tidak diterima secara baik oleh Paman Jomoq. Paman Jomoq menolak pandangan Tuan Smith menurutnya, masyarakat suku Dayak Benuaq sudah memiliki Tuhan.

d. Tahap Konflik Menurun (Antiklimaks).

Tahap konflik menurun (Antiklimaks) merupakan tahap dimana masalah

mulai dapat diatasi dan ketegangan berangsur-angsur menghilang. Ketegangan

mulai berangusur-angsur menghilang ketika tokoh Aku mulai berkenalan

dengan sosok Rie. Namun sayangnya Rie bukanlah jodoh tokoh Aku. Berikut

ini kutipannya:

“kulihat Rie pucat sekali. Pucat! Tapi belum sempat aku bertanya, mulutnya sudah melumat bibirku. Lama kami begitu. Dipuncaknya kurasa bibirnya dingin sekali!” (hlm. 104). “Aku telah mati! wajahnya pudar terus ngeloyor pergi. Tak sempat kulihat bayangan terakhirnya. Aku Pingsan (hlm. 106).

e. Tahap Penyelesaian (Resolsution). Tahap penyelesaian merupakan tahap dimana konflik sudah terselesaikan

sudah tidak ada permasalahan maupun ketegangan antar tokohnya karena telah

menemukan penyelesaian. Pada tahap ini konflik mulai menghilang. Alur

maju mundur digunakan pada tahap ini. Melalui flashback, teringat pada

38 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ramalan yang terjadi pada 8 bulan yang lalu. penyelesaian konflik pada tahap ini di tandai dengan Ifing yang mulai mengakui perasaanya pada tokoh Aku.

“perih sekali kala Ifing mengetahui kakak akan melamar gadis Bawo. Berarti aku terus-menerus dalam kesendirianku yang sunyi. Sebagai adik yang mencinta, aku tabah dan berdoa. Kak Waning sudah tidak ada. Semoga kakak berbahagia dengan gadis lain yang betul-betul kakak cintai” (hlm.110). Kutipan di atas membuktikan konflik dalam novel tersebut mulai

menghilang. Setelah sekian lama berpetulang, akhirnya akhirnya tokoh Aku

menemukan jodohnya yang bernama Ifing yang tak lain adalah adik waning.

Upacara pernikahan yang disebut Pelulungan diadakan untuk menyatukan

keduanya.

2. Tokoh dan Penokohan

Yang dimaksud dengan tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman,

1988: 16). Penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan dan karekterisasi–karekterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh – tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita

Dalam novel Upacara, terdapat banyak tokoh. Dalam penelitian ini

penulis akan meneliti tokoh dan penokohan dalam novel tersebut. Ada

beberapa hal yang dapat menuntun kita sampai pada sebuah karakter atau

watak dalam tokoh, yaitu (1) melalui apa yang diperbuatnya; (2) ucapan-

39 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ucapannya; (3) penggambaran fisik tokoh; (4) pikiran-pikirannya; (5) penerangan langsung Sumardjo dan Saini K.M, ( 1991: 65). Berdasarkan analisis yang dilakukan, tokoh dan penokoh dalam novel Upacara adalah sebagai berikut: a. Aku

Dalam novel Upacara, Aku berperan sebagai tokoh utama. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan dan menjadi perhatian pengarang. Ia dikenai kejadian dan menjadi penggerak jalannya cerita.

Dalam novel, ciri fisik tokoh Aku tidak digambarkan namun, tokoh Aku memiliki hati yang kuat atau bersifat tegar. Berikut ini kutipannya:

Lalu hari penguburan Waning. Penguburan cintaku, kekasih yang malang. Dengan tanganku sendiri, kuukir lungunnya halus sekali. Belum ada kebaktian yang telah kuberikan padanya selain kehangatan kemudaanku yang panas, selain harapan dan cita-cita (hlm.71).

Dalam kutipan di atas, membuktikan bahwa tokoh Aku sangat tegar ketika mengikuti upacara penguburan Waning yang tak lain adalah kekasihnya. Terlihat pada kalimat Lalu hari penguburan Waning.

Penguburan cintaku, kekasih yang malang. Sama halnya dengan masyarakat dayak Suku Benuaq Aku juga percaya terhadap hal mistik yang dianggap sakral oleh semua masyarakat suku Dayak Benuaq. Berikut ini kutipannya:

Menurut keyakinan orang di sini, seseorang yang sudah kembali dari Lumut akan dianugerahi usia panjang, banyak rezeki dan berbagai keuntungan. Maut lama sekali baru berani menghampirinya karena daftar pengisi bilik di Lumut sudah dicoret. Dia termasuk orang ingkar karena jiwanya liar tak mau menyerah pada roh (hlm. 48).

40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam kutipan di atas, membuktikan bahwa tokoh Aku masih percaya hal mistik sama seperti Petinggi Jepi. Tokoh Aku percaya bahwa seseorang yang sudah kembali dari Lumut atau surga pasti akan dianugerahi umur yang panjang, banyak rezeki, dan dilimpahi banyak keberuntungan. Ia juga memiliki sifar yang rapuh. Berikut ini kutipannya:

“Aku tak kuasa menitikkan air mata. Luka yang sangat dalam, tetakan pedang bermata dua. Membenam aku ke suatu telaga yang kelam Segalanya menjadi hitam. Hitam! Hitam! O, Gusti! Begitu cepat kebahagiaan ini berlalu. Begitu cepat! Lakon manis yang berakhir duka (hlm. 71).

Dalam kutipan di atas, membuktikan bahwa tokoh Aku merasakan rapuh yang menyayat hatinya karena Ia mendapat kabar bahwa Waning kekasihnya telah tiada. Ia tak kuasa menahan kesedihan karena kekasihnya meninggal. ia tak kuasa menahan sedihnya hingga menangis melepas kepergian Waning pujaan hatinya untuk selama-lamanya. Hal itu di buktikan pada kalimat “Aku tak kuasa menitikkan air mata. Luka yang sangat dalam, tetakan pedang bermata dua.”

b. Waning

Selain Aku, Waning juga terlibat pada rangakaian cerita dalam novel.

Waning adalah kekasih Aku. Ia digambarkan sepagai sosok yang setia.

Berikut ini kutipannya:

”Soalnya hanya keyakinan dan kesetian. Cinta selalu penuh pengorbanan,” ucapnya gemetar. Matanya membasah. Beberapa titik air bening mengalir di sana. “Aku telah berjanji. Aku setia pada sumpah setia, pada hati nurani. Atau Kakak masih ragu-ragu padaku?” (hlm. 63).

41 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada kutipan di atas membuktikan bahwa Waning memiliki sifat

yang setia. Ia tetap berpegang teguh pada pendiriannya untuk tetap setia

pada tokoh Aku yang menjadi pasangannya.hal ini dibuktikan kalimat

“Soalnya hanya keyakinan dan kesetian. Cinta selalu penuh

pengorbanan,” ucapnya gemetar. Matanya membasah. Beberapa titik air

bening mengalir di sana. “Aku telah berjanji. Aku setia pada sumpah

setia, pada hati nurani. Kalimat tersebut diucapkan Waning kepada tokoh

Aku ketika si Aku akan meninggalkan Waning hampir sebulan untuk pergi

berahan yaitu mengumpulkan hasil hutan. Ia menegasakan ia sudah

berjanji untuk tetap setia pada tokoh Aku. c. Paman Jomoq

Paman Jomoq yang digambarkan dalam novel ini mempunyai sifat

pemikiran yang tradisional tidak mau menerima modernisasi dari budaya

luar. Berikut ini kutipannya:

“Sudah kutunjukan kepada orang asing itu bahwa kita punya tuhan, “lanjut Paman Jomoq.“ Sekali dengan gagak. Sekali dengan punai. Sekali dengan rangkong (hlm. 51).

“ Katanya, kita belum merdeka karena kita masih terbelenggu, belum bertuhan!” (hlm. 50).

Kutipan-kutipan di atas membuktikan bahwa Paman Jomoq

memiliki sifat yang tradisional dan tidak mau menerima modernisasi

budaya dari luar yang disebarkan pahamnya oleh Tuan Smith. Kutipan

kalimat “sudah kutunjukan kepada orang asing itu bahwa kita punya

Tuhan” membuktikan bahwa Paman Jomoq sebagai seorang balian atau

42 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dukun merasa terusik akan kedatangan orang asing yang ingin menyebarkan dan memperkenalkan kebudayaan mereka pada masyarakat setempat.

Kutipan lain yang menggambarkan bahwa pamman tidak mau menerima modernisasi budaya dari luar adalah kutipan kalimat “katanya, kita belum merdeka karena kita masih terbelenggu, belum bertuhan.”

Terlihat dalam kutipan bahwa Paman Jomoq yang marah karena Tuan

Smith beserta teman-temannya menyangsikan kepercayaan masyarakat

Dayak Benuaq.

d. Tuan Smith

Tuan Smith adalah seorang antropolog yang sedang mengadakan penelitian di desa sekitaran suku Dayak Benuaq. Ia digambarkan sebagai sosok yang pemberani. Berikut ini adalah kutipannya:

Tuan Smith merupakan salah satu tokoh yang mempunyai sifat pemberani. “Apakah dengan banyak Tuhan tak timbul persaingan di antar tuhan-tuhan lainnya?”. Tuan Smith bertanya (hlm. 58).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Tuan Smith merupakan sosok yang yang pemberani. Ia menanyakan perihal Tuhan orang suku

Dayak Benuaq yang selalu di agung-agungkan oleh Paman Jomoq dan masyarakat suku Dayak yang lainnya. Bukannya ingin menjelek-jelekan agama orang Dayak namun menurut Tuan Smith ia justru ingin menyelamatkan mereka dari kebutaan dengan mengenalkan agama yang

43 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dianutnya. Selain pemberani, Tuan Smith juga digambarkan sebagai sosok

yang pandai bersosialisasi. Berikut ini kutipannya:

“Aku akrab dengan Tuan Smith. Banyak hal baru kuketahui dan kudapat dari orang asing itu. Tentang asal-usul, tentang keluarga, tempat tinggal, pendidikan, dan keadaan jaman. Tentang agama dan kepercayaan, penyelidikannya, cita-cita dan tujuan hidup. Ketiga mereka cepat sekali menguasai bahasa setempat” (hlm. 55).

Pada kutipan di atas, digambarkan melalui narasi tokoh Aku bahwa

Tuan Smith pandai bersosialisasi dengan warga sekitar. Tokoh Aku

banyak diajari berbagai hal oleh Tuan Smith. Selain mengajarkan banyak

hal, menurut tokoh Aku, Tuan Smith dan para pengikutnyapun mampu

mengusai bahasa setempat. e. Ifing

Ifing adalah wanita yang akhirnya menjadi istri dari tokoh si Aku.

Ifing mempunyai sifat yang ikhlas. Berikut ini adalah kutipannya:

“Perih sekali kala Ifing mengetahui kakak akan melamar gadis Bawo. Berarti aku harus terus-menerus dalam kesendirianku yang sudah taka da. Sebagai adik yang mencinta, aku tabah dan berdo‟a. Kak Waning sudah tak ada. Semoga kakak berbahagia dengan gadis lain yang betul-betul kakak cintai” (hlm. 110).

Pada kutipan menceritakan tentang sifat Ifing yang ikhlas. Ia

merelakan tokoh Aku memilih wanita yang dicintainya. Meskipun ia

merasakan perih karena tokoh Aku akan melamar gadis yang dicintainya,

Ifing dengan ikhlas menerima keputusan tokoh Aku dan merelakan

cintainya untuk bahagia dengan gadis pilihannya. Terlihat pada kalimat

“semoga kakak berbahagia dengan gadis lain yang betul-betul kakak

cintai.”

44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Latar

Unsur latar dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,

waktu dan, sosial (Nurgiyantoro, 2012: 227-237). Dalam penelitian ini

peneliti, fokus peneliti hanya terbatas pada penelitian latar tempat dan latar

waktu.

a. Latar Tempat

Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Dalam novel Upacara rangkaian

peristiwa dalam cerita terjadi di:

1) Lou Lamin

Lou Lamin adalah tempat dimana rangkaian peristiwa terjadi.

Berikut ini kutipannya:

Lamin merupakan sebuah rumah panjang yang dihuni banyak orang. Terdiri dari beberapa puluh bilik dengan berpuluh kepala keluarga (hlm. 43).

Lou Lamin menjadi Arena percakapan yang hangat di sore hari (hlm. 93)

Kutipan-kutipan di atas merupakan penggambaran latar tempat

upacara yang berpusat di Lamin. Lamin dalam bahasa Dayak

mempunyai arti yang sama dengan Lou yaitu rumah panjang orang

Dayak seperti rumah adat orang Dayak.

2) Kebun Bunga

Rangkaian peristiwa juga terjadi di perkebunan bunga. Berikut

ini kutipannya:

45 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tiba-tiba aku telah berada di tengah padang bunga-bungan yang luas. Bunga- bunga menebarkan aromanya yang lembut (hlm. 22).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa peritiwa dalam

novel juga terjadi di perkebunan bunga yang luas.

3) Pelaminan Pengantin

Latar tempat yang ketiga berada di pelaminan pengantin berikut

ini adalah kutipannya:

Lawang sekepeng itu berhiaskan aneka bunga-bungan dan janur - janur ringit. Janur yang telah dirangkai dengan berbagai motif dan warna (hlm.1 15).

Di muara jalan, tepat di tepi halaman lamin disediakan balai- balai dengan anjugan tempat istirahat tetamu (hlm. 115).

Musik di kou (beranda lamin) telah ditabuh dengan irama buntang (hlm. 118).

Kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa rangkaian

peristiwa juga terjadi di arena pelaminan. Dalam kutipan tersebut

diceritakan tentang balai-balai untuk tempat istirahat tamu berada di

muara jalan, tentang musik dengan irama buntang yang ditabuh di kou

untuk mengiringi acara pelaminan pengantin. b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebauh karya fiksi.

1) Pagi hari

Rangkaian peristiwa dalam novel Upacara terjadi pada pagi hari.

Berikut ini kutipannya:

46 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ayah tersenyum, ibu berhenti menangis. Pagi tersenyum manis (hlm. 39).

Di udara yang dingin pagi hari kami sempat berpangutan gairah. Embun membasahi lantai jamban, uap air membumbung putih-putih, sunyi (hlm. 69).

“Lho , kok pagi-pagi sudah acrobat. Latihan ?.” Calon mertua yang memergoki kami (hlm. 69).

Pagi –pagi sekali acara balian selesai (hlm. 72).

Pada kutipan-kutipan kalimat di atas, menunjukkan latar waktu peristiwa terjadi di pagi hari. Kata pagi menunjukkan keterangan waktu di pagi hari.

2) Siang hari

Selain pagi hari, cerita dalam novel juga mengambil Latar waktu siang hari. Berikut ini kutipannya:

Siang harinya aku berangkat (hlm. 69).

Matahari sudah mulai meninggi dan di luar sinarnya merata (hlm. 122). Kutipan di atas menggambarkan bahwa latar waktu terjadi pada siang hari berikut kalimat yang menunjukannya “siang harinya aku berangkat”. Kutipan lain yang mendukung adalah “matahari sudah mulai meninggi dan di luar sinarnya merata.” Kata matahari sudah mulai meninggi dan di luar sinarnya mulai merata menegaskan bahwa hari sudah semakin siang. c) Malam hari

Selain pagi dan siang, peristiwa juga terjadi pada malam hari.

Berikut ini kutipannya:

47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pertunjukannya berselang- seling membuat malam cepat berlalu ( (hlm. 112).

Di malam hari Rie menjadi pimpinan tari gantar (hlm. 96).

Malam begitu indah karena ia memberi kegelapan sekitar sehingga kami bebas berkasih-kasihan di bawah bulan, sambil memandang kerlip (hlm. 96).

Kutipan-kutipan di atas menggambarkan latar waktu terjadi pada

malam hari. Hal ini dapat dibuktikan pada kata malam dalam setiap

kutipan.

4. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam novel Upacara adalah sudut

padang orang pertama pelaku utama yakni tokoh aku sebagai tokoh utama

dalam cerita yang mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian

disekitarnya. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang dilihat,

didengar, dialami, dan dirasakan “aku” sebagai narator sekaligus pusat

cerita. Sudut pandanag orang pertama sebgai pelaku utama biasanya

menggunakan kata ganti aku, saya, atau kami untuk jamak.

Novel Upacara memiliki daya tarik yaitu tentang

penggambaran seorang balian yang memimpin upacara yang terdiri dari

ritus demi ritus, peristiwa demi peristiwa yang dilakukan dengan bahasa

simbolis. Kisah ini diawali dari pelukisan si “aku” dalam keadaan siuman

ketika sedang berlangsungnya upacara individual untuk kesembuhan

dirinya. Novel Upacara ini, sangat kental dengan mitos yang masih

dipercayai oleh masyarakat terhadap upacara penyembuhan, penguburan

48 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tulang-belulang, pencarian jiwa yang hilang, pesta tahunan, memberi persembahan pada alam dan dewa-dewa, dan perkawinan. Berikut ini adalah beberapa kutipan mengenai sudut pandang orang pertama pelaku utama yang terdapat dalam novel Upacara karya Korrie Layun Rampan:

Aku sendiri dilahirkan dan dibesarkan dalam kehidupan lamin. Tentu saja segala lekuk-liku hidup dan kehidupan dalam bentuk kebersamaan ini kukenal dan kuketahui hingga hal-hal yang njlimet. Yang di dalamnya sering tersua banyak hal ganjil, yang kurang dapat aku terima dengan sepenuh ikhlas (hlm. 43).

Kutipan di atas membuktikan bahwa Aku merupakan tokoh utama dalam novel tersebut yang bertindak sebagai narator. Si tokoh aku seolah- olah mengetahui setiap detail kejadian peristiwa yang akan diceritakan pada novel Upacara tersebut. Kutipan di atas, menceritakan tentang isi pikiran si tokoh aku yang lahir dan dibesarkan pada lingkungan kehidupan lamin, ia seakan mengetahui segala hal mengenai seluk beluk kehidupan lamin dan menceritakan tentang keganjilan mengenai seluk beluk kehidupan lamin yang membuatnya ragu dibuktikan pada kalimat banyak hal ganjil, yang kurang dapat aku terima dengan sepenuh ikhlas.

Tak terasa aku menarik nafas panjang. Hatiku sendiri tersumpal keraguan adakah semuanya ini benar? Atau fikirankukah yang tersesat? Yang tak mampu mengkaji kedalaman filsafat nenek moyang tentang kebenaran dan keselamatan? Tentang makna hidup kebersamaan dan keyakinan? (hlm. 58).

Kutipan di atas juga membuktikan bahwa penulis menceritakan kejadian atau peristiwa menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku

49 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

utama. Kata ganti Aku merupakan ciri-ciri penulisan cerita menggunaka

sudut pandang orang pertama pelaku utama.

Bagiku berahan kali ini merupakan pengalaman pertama. Ujian adat bagi seorang pemuda yang akan segera memulai hidup baru berumahtangga. Pendewasaan badan dan jiwa, menyiapkan sendiri seluruh keperluan, alat-alat dan biaya bagi upacara pengantinnya (hlm. 67).

Kutipan di atas masih membuktikan bahwa penulis masih

menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama dalam menulis

cerita. Tokoh Aku berperan sebagai narator. Ia mengetahui setiap

rangkaian cerita yang akan terjadi. Kutipan di atas juga menceritakan

pengalaman tokoh Aku yang akan mempersiapakan keperluan dan biaya

upacara pernikahannya.

5. Tema

Tema membuat cerita yang lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan

berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas, sesuai dan

memuaskan berkat keberadaan tema. Tema merupakan elemen yang

relevan bagi setiap peristiwa dan detail sebuah cerita.

Tema besar yang diangkat dalam novel Upacara ini adalah

Religiusitas. Dalam novel diceritakan bahwa masyarakat suku Dayak

Benuaq masih mempercayai adat, tradisi dan kepercayaan yang diajarkan

para leluhur dan diturunkan secara turun

50 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Gaya Bahasa

Novel Upacara karya Korrie Layun Rampan memiliki gaya bahasa

yang unik dan menarik penulis mampu secara apik merangkai kata demi

kata untuk menggambarkan cerita yang disajikan dalam novel Upacara.

Gaya bahasa yang disajikan dalam Upacara mampu membuat pembaca

menikmati pemikiran dan ilusi cerita yang akan dihadirkan oleh pengarang

dalam penggambaran cerita dalam novel tersebut. Gaya bahasa yang

digunakan pengarang dalam menuliskan novel Upacara yaitu

menggunakan bahasa Indonesia dengan campuran sedikit bahasa daerah

suku Dayak Benuaq. Novel Upacara juga dominan menggunakan gaya

bahasa majas perbandingan dan sindiran. Berikut ini adalah kutipan gaya

bahasanya yang terdapat pada novel Upacara karya Korrie Layun

Rampan:

Paman Tuding masih asyik dengan tarian baliannya di serambi depanl amin yang disebut kou. Musik kendang dan boning mengiring tarian belian dengan yang telah mendekat iakhir. Suara gerenyit lantai rotan di bawah tikar jaliq mericit-ricit ketika Paman Tuding meliukkan pertunjukkan tarian balian nyamen dekat kearahku dengans obekan-sobekan halus daun pisang disebut selolo (hlm. 19). Pada kutipan di atas terdapat bahasa daerah suku Dayak Benuaq

kou dan jaliq. Bahasa kou dalam novel Upacara yang berarti beranda

lamin berbentuk memanjang sepanjang bangunan lamin. Tikar jaliq yang

dalam bahasa Dayak bearti tikar yang tak dianyam melainkan ditusuk.

Selolo berarti sobekan daun pisang yang khusus dipergunakan sang belian

untuk merawat orang sakit.

51 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Roh orang-orang menang. Si mati yang sudah ditiwah sudah dikewangkey. Disucikan dalam upacara” (hlm. 53). Ketika itu usiaku baru empat belas, desa kami dijatuhi ompong adat kuno yang lebih banyak bersifat peraga, pamer kekayaaan, harta benda, dan kekuasaan hlm. 54). Suatu kecepatan yang maha dahasyat dengan sayap petualangan bagai roh dewa-dewa membawakaku ke suatu tujuan yang penuh teka-teki (hlm. 22).

kilauan yang penuh pesona memancar dari berbagai sudut, dari satuan kubah-kubah dan puncak menara seperti matahari sejuta menyorotkan sinar yang warna-warni (hlm. 33).

selolo itu kemudian diturunkan ke dadaku. Ada rasa sejuk dari sentuhan sobekan-sobekan daun itu seperti angin nakal (hlm. 21).

“lamin yang tentram dikacau tangan-tangan keparat” (hlm :92).

“gadis-gadis yang sederhana pemikirannya ini cepat sekali tergoda. Gejala sosial yang menjadi wabah di sini !” (hlm. 93). Kutipan-kutipan di atas juga dominan menggunakan Bahasa

Indonesia yang baku dengan sedikit sisispan bahasa daerah suku Dayak

Benuaq. Bahasa Dayak dikawengkey dalam bahasa Indonesia artinya

upacara penguburan tulang- belulang nenek moyang dan keluarga lou.

Bahasa Dayak ompong adalah sejenis upacara adat yang berpangkal pada

adat dan gengsi, dapat disamakan dengan hutang bagi yang terkena.

7. Amanat

Amanat yang dapat diambil dari novel ini adalah cinta sejati akan

mempersatukan dua insan. Sama halnya dengan peristiwa yang dialami

oleh tokoh Aku setelah melalui banyak rintangan dan duka karena telah

kehilangan seseorang yang dicintainya akhirnya berkat kesabarannya dia

52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dipertemukan oleh cinta sejatinya Ifing yang merupakan adik dari Waning.

Buah kesabaran dan keikhlasan Ifing untuk merelakan si aku memilih wanita yang akan menjadi istrinya berbuah manis. Tuhan menakdirkan mereka berdua untuk menjadi pasangan suami istri yang diceritakan diakhir cerita. Tidak ada yang bisa mengetahui takdir hidup ini seperti yang dialami oleh tokoh aku telah berkali-kali kehilangan pujaan hatinya akhirnya ia dapat menemukan cinta sejatinya yaitu Ifing. Berikut ini adalah kutipan buktinya:

Kuraih istriku ke dalam dekapan. Segalanya telah sampai. Tak ada lagi kesangsian. Tak ada lagi keraguan akan ketaksetiaan di antara kami. Begitu dekat! Nafas yang barburuan, Tubuh yang tergeletak. Sukma menyatu (hlm. 122).

Sama halnya dengan tema pada novel Upacara karya Korrie Layun

Rampan tentang religiusitas amanat yang kedua juga mengenai religiusitas yaitu jangan suka merendahkan atau mengejek keyakinan orang lain.

Melalui tokoh Paman Jomoq yang tidak percaya dan menggagap keyakinan masyarakat suku Dayak Benuaq adalah yang paling benar. Ia merendahkan keyakinan atau paham yang ingin diperkenalkan Tuan Smith bersama tiga rekannya kepada masyaakat suku Dayak Benuaq. Sikap

Paman Jomoq inilah bukan suatu tindakan terpuji yang dapat kita contoh.

Seharusnya kita bisa saling toleransi dan menghargai keyakinan masing- masing. Berikut ini kutipannya:

“Sudah kutunjukkan kepada orang asing itu bahwa kita punya Tuhan,” lanjut Paman Jomoq.” Sesekali dengan gagak. Sesekali dengan punai. Sesekali dengan rangkong (hlm. 51).

53 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.3.1.2 Analisis unsur intrinsik novel Api Awan Asap karya Korrie Layun

Rampan

1. Alur

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam

sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang

terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang

menyebabkan atau yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain yang

tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya

(Stanton, 2007:26). Alur sebuah karya fiksi sering tidak menyajikan urutan

peristiwa secara kronologis dan runtut, melainkan penyajian dapat dimulai

dan diakhiri dengan kejadian yang mana pun juga, tanpa ada keharusan

untuk memulai dan mengakhiri dengan kejadian awal dan akhir

(Nurgiyantoro, 1998: 141).

Novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan menggunakan

alur maju mundur. Pada awal cerita pengarang menggambarkan susasana

pemberkatan putri petinggi Jepi. Berikut kutipan yang menunjukkan alur

maju mundur dalam novel Api Awan Asap:

Susasana yang tadinya khusuk dan penuh takzim, tiba-tiba berubah menjadi arena yang kalang kabut dan hingar-bingar tak menentu. Orang- orang yang terperenjat dan mereka yang berusaha ikut menolong saling bertemperasan, rebut-berebut, membuat arena balai-balai pelaminan mempelai menjadi kacau balau (hlm. 2). Kini musik itu telah berlalu. Yang sekarang ada, adalah kutetan gadis remaja dengan kaki yang terjeblos ke dalam lubang aneh yang tiba-tiba berada di tempat itu. Selama sembilan belas tahun tak seorangpun menduga jika di tempat itu ada lubang yang akan menjebloskan seseorang untuk jatuh. Tetapi , saat Pune, putri Nori , melewati tempat itu kakinya

54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tiba-tiba menyentuh tanah yang lemah, dan kaki itu masuk ke dalam bagian yang menggeronggang. Seluruh telinga yang hadir di tempat itu mendengar teriakan Pune . “tolong, tolong, tolong, suara itu hampir seperti kehabisan suara.lengkingannya meninggi dalam nada yang mengecil, karena suaranya tersekat oleh keterperanjatan yang mahahebat! Semua yang hadir secara serentak ingin menolong. Tetapi semua mereka tiba-tiba seperti disihir, tubuh mereka seakan-akan diikat dan dibebat dengan tali yang kuat. Hingga serentak di tempat itu tercipta kediaam-diaman yang hening dan sunyi (hlm. 5). Cerita kemudian dilanjutkan dengan kejadian dimasa lampau ketika lou dipindahkan oleh Petinggi Jepi dari tempat yang lama ke kawasan baru yang baru berada di dekat Sungai Nyawatan. Brikut ini kutipannya:

Baru sembilan belas tahun lalu lou itu dipindahkan petinggi Jepi dari tempat yang lama di kawasan yang baru ini. Pemindahan dilakukan bertalian dengan sebuah bencana yang menimpa Jue saat bersama Sakatn mengambil sarang walet di Gua Lingau yang jauhnya sekitar tiga ratus kilometer dari kampung yang sekarang (hlm. 7). Kutipan di atas membuktikan bahwa alur campur di gunakan dalam cerita. Di ceritakan bahwa pemindahan dilakukan bertalian dengan bencana yang menimpa Jue ketika ia bersama sakatn mengambil sarang burung walet di Gua Lingau yang jauhnya tiga ratus kilo meter dari kampung. Diceritakan bahwa Jue bertugas masuk ke dalam gua untuk mengambil sarang burung wale, sedangkakan Sakatn menunggu di luar.

Cerita kemudian dilajutkan pada kehidupan Nori ketika di tinggalkan suami tercintanya. Berikut ini kutipannya:

Hidup sebagai janda bukanlah hidup yang enak. Apalagi tinggal di desa yang terpencil. Akan tetapi, bagi Nori, hidupnya seperti dituntun tangan kasih sayang yang membawanya penuh kedamaian. Walaupun godaan datang bertubi, akan tetapi Nori dapat mengalahkan dengan cara yang bijaksana. Di desa yang baru, dengan suasana baru, ia dapat lebih berkonsentrasi pada hidupnya sendiri. Dengan seorang bayi dan harapan

55 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

masa depan anaknya, ia merasakan bahwa ia selalu bersama suaminya meskipun Jue tidak mendampinginya (hlm. 16). “bertahun-tahun kemudian sakatn selalu tak pernah jemu datang untuk mengulang lamarannya yang belum diterima. Dalam situasi ini Nori sendiri merasa aneh mengapa ia selalu bersitegang mempertahankan sesuatu yang telah tiada? Selama bertahun-tahun Sakatn dengan ringan tangan dan penuh kasih sayang membantu apa saja yang dimintanya. Bahkan laki-laki itu dengan cepat mengerjakan segala permintaan Pune, seperti ia mengurus anaknya sendiri. Sering Nori merasa risih, begitu banyak pengorbanan yang dilakukan Sakatn kepada dirinya , kepada anaknya dan kepada keluarganya (hlm. 23). “meskipun telah ditolak berkali-kali, Sakatn memang laki-laki yang tahan uji dan tidak berputus asa” (hlm. 65).

Kutipan- kutipan di atas membuktikan Alur maju di gunakan

dalam penggambaran cerita di atas. Diceritakan suasana batin dan kejadian

yang dialami Nori ketika suami pergi untuk selamanya. Cerita kemudia di

akhiri dengan kejadian munculnya Jue di saat akan diakan pernikahan Nori

dan Sakatn. Beriku ini kutipannya:

Sakatn menjadi tegang. Ia ingat dengan jelas, tali itu disiapkan Nori untuk Jue dan dipakai Jue untuk turun ke dalam gua, dan setelah Jue sampai ke bawah, tali itu dikerat Sakatn, membuat temannya itu tidak bisa naik ke mulut gua. Ia lakukan itu karena ingin menyunting Nori (hlm. 165-169).

Untuk mengetahui alur dalam novel, peneliti menganalisis tahapan alur sebagai berikut: a. Pengenalan (Exposition atau Orientasi).

Tahap pengenalan merupakan tahapan awal cerita yang di gunakan

untuk mengenalkan tokoh, latar situasi dan waktu dan lain sebagainya.

Dalam bagian pertama novel Novel Api Awan Asap karya Korrie Layun

Rampan ini menggunakan alur maju mundur. Sehingga pada awal cerita

56 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tiba-tiba pengarang menggambarkan susasana pemberkatan pernikahan

putri petinggi Jepi. Suasana yang bahagia tiba-tiba kacau, membuat arena

pelaminan menjadi berantakan. Berikut ini kutipannya:

“Susasana yang tadinya khusuk dan penuh takzim, tiba-tiba berubah menjadi arena yang kalang kabut dan hingar-bingar tak menentu. Orang- orang yang terperenjat dan mereka yang berusaha ikut menolong saling bertemperasan, rebut-berebut, membuat arena balai-balai pelaminan mempelai menjadi kacau balau” (hlm. 2). “Kini musik itu telah berlalu. Yang sekarang ada, adalah kutetan gadis remaja dengan kaki yang terjeblos ke dalam lubang aneh yang tiba-tiba berada di tempat itu. Selama sembilan belas tahun tak seorangpun menduga jika di tempat itu ada lubang yang akan menjebloskan seseorang untuk jatuh. Tetapi , saat Pune, putri Nori , melewati tempat itu kakinya tiba-tiba menyentuh tanah yang lemah, dan kaki itu masuk ke dalam bagian yang menggeronggang. Seluruh telinga yang hadir di tempat itu mendengar teriakan Pune. “tolong, tolong, tolong, suara itu hampir seperti kehabisan suara.lengkingannya meninggi dalam nada yang mengecil, karena suaranya tersekat oleh keterperanjatan yang mahahebat! Semua yang hadir secara serentak ingin menolong. Tetapi semua mereka tiba-tiba seperti disihir, tubuh mereka seakan-akan diikat dan dibebat dengan tali yang kuat. Hingga serentak di tempat itu tercipta kediaam-diaman yang hening dan sunyi” (hlm. 5). a. Tahap Permunculan Konflik (Rising Action).

Tahap permunculan konflik merupakan tahap dimunculkannya masalah.

Pada tahap ini sudah ada permunculan konflik. Alur campur digunakan pada

tahap ini. Melalui flashback di ceritakan kembali sembilan belas tahun yang

lalu lou dipindahkan petinggi Jepi dari tempat yang lama ke kawasan yang

baru ini. Pemindahan dilakukan berkaitan dengan sebuah bencana yang

menimpa Jue saat bersama Sakatn mengambil sarang walet di Gua Lingau

yang jaraknya sekitar tiga ratus kilometer dari kampung yang sekarang ini.

Pada tahap ini tidak hanya menunjukkan adanya konflik tetapi juga

57 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengenalkan tokoh utama cerita yaitu, Nori Putri petinggi Jepi, dan tokoh

tambahan, Sakatn, Petinggi Jepi, Pune. Berikut kutipannya:

“dua puluh tahun yang lalu, Nori menyambut kedatangan Sakatn dengan duka dalam. Dadanya terrasa pecah, dan bulir-bulir air bening tidak terasa bergulir dari pipi. Belum sempat ia mengecap manisnya bulan madu, Jue sudah pergi ke gua walet karena waktu pemetikan memang sudah masanya. Tak ada firasat buruk, Nori melepas suaminya dengan harapan bahwa sarang burung berliur emas itu akan membawanya ke dalam keberkahan rejeki” (hlm. 11).

“haya duka dan rasa sedih yang menindih hati Nori dan orangtuanya, berikut keluarga Jue, sendiri. Dengan tekad akan menemukan, sebulan lamanya mereka mencari di dalam gua walet itu, akan tetapi tidak bersua. Tak ada tanda-tanda Jue dimangsa binatang berbisa, tak juga ada tanda- tanda kalau ia sudah mati, walaupun tak ditemukan petunjuk ia masih hidup. Dalam keputusasaan rombongan pencari itu pun kembali. Seluruh yang datang sama bersepakat, tak mungkin seseorang dapat hidup, tanpa makan dan minum, lebih dari enam puluh hari lamanya” (hlm. 14). b. Tahap Konflik Memuncak (Turning Point atau Klimaks).

Tahap konflik memuncak merupakan tahap dimana permasalahan atau

ketegangan berada pada titik paling puncak. Pada tahap ini konflik memuncak

pada saat Nori harus menjanda dan membesarkan anaknya Pune seorang diri.

Nori memilih untuk berdagang dan memajukan desa. Saat bersamaan lamaran

dari Sakatn pun datang. Berikut kutipannya:

“Hidup sebagai janda bukanlah hidup yang enak. Apalagi tinggal di desa yang terpencil. Akan tetapi, bagi Nori, hidupnya seperti dituntun tangan kasih sayang yang membawanya penuh kedamaian. Walaupun godaan datang bertubi, akan tetapi Nori dapat mengalahkan dengan cara yang bijaksana. Di desa yang baru, dengan suasana baru, ia dapat lebih berkonsentrasi pada hidupnya sendiri. Dengan seorang bayi dan harapan masa depan anaknya, ia merasakan bahwa ia selalu bersama suaminya meskipun Jue tidak mendampinginya” (hlm. 16). “tak ada niatnya untuk meminta orang lain mengasuh Pune, sebagaimana tidak juga ia merasa membutuhkan lelaki lain untuk mendampinginya , karena sebenarnya ia merasa suaminya selalu ada disisinya” (hlm. 17).

58 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“bertahun-tahun kemudian sakatn selalu tak pernah jemu datang untuk mengulang lamarannya yang belum diterima. Dalam situasi ini Nori sendiri merasa aneh mengapa ia selalu bersitegang mempertahankan sesuatu yang telah tiada? Selama bertahun-tahun Sakatn dengan ringan tangan dan penuh kasih sayang membantu apa saja yang dimintanya. Bahkan laki-laki itu dengan cepat mengerjakan segala permintaan Pune, seperti ia mengurus anaknya sendiri. Sering Nori merasa risih, begitu banyak pengorbanan yang dilakukan Sakatn kepada dirinya , kepada anaknya dan kepada keluarganya” (hlm. 23). “meskipun telah ditolak berkali-kali, Sakatn memang laki-laki yang tahan uji dan tidak berputus asa” (hlm. 65). c. Tahap Konflik Menurun (Antiklimaks).

Tahap konflik menurun (Antiklimaks) merupakan tahap dimana masalah mulai dapat diatasi dan ketegangan berangsur-angsur menghilang. Dalam bagian dua belas novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan menceritakan lamaran terakhir Sakatn yang selama 20 tahun ini akhirnya mendapatkan titik terang.

Pada tahap ini konflik mulai mereda. Ketika Nori menerima lamaran

Sakatn dengan mengajukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh

Sakatn. Sejujurnya hati Nori menolak karena ia masih benar-benar belum melupakan Jue suaminya. Berikut ini kutipannya:

“dua puluh tahun aku telah menyiapkan perkawinan ini Ri, tetapi nyatanya belum juga dapat terlaksana. Dalam pikiran dan kenanganku, aku hanya ingin berbahagia bersama wanita yang kusuka. Wanita yang kucintai. Wanita yang sepantasnya tempat aku melabuhkan perahu kehidupanku. Wanita yang dapat memberi inspirasi dan kekuatan baru bagiku, setelah aku lelah bekerja. Wanita yang dapat memberi rasa aman dan nyaman pada hati laki-laki dan pententraman diri” (hlm.143). “jika kita menikah, aku tak ingin punya anak, usiaku yang sudah tiga puluh tujuh sangat rawan untuk melahirkan, syarat kedua kita dapat tinggal serumah, dapat juga tidak. Terutama tidak diharuskan seranjang” (hlm. 150).

59 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“ kita akan menjadi suami istri yang harmonis. Kita akan jadi suami istri ideal. Kita akan jadi suami istri panutan warga. Kita akan menjadi suami istri teladan. Kita akan menjadi suami istri tanpa cacat cela” (hlm. 151). d. Tahap Penyelesaian (Resolsution).

Tahap penyelesaian merupakan tahap dimana konflik sudah terselesaikan sudah tidak adah permasalahan maupun ketegangan antar tokohnya karena telah menemukan penyelesaian. Pada tahap ini konflik mulai menghilang.

Alur maju mundur digunakan pada tahap ini. Melalui flashback, penyelesaian konflik pada tahap ini di tandai dengan kemunculan Jue yang secara tiba-tiba berpegangan pada kaki anaknya Pune. Ingatan Sakatn secara tidak langung menjawab dan menyelsaikan konflik yang terjadi saat dua puluh tahun yang lalu Sakatan dengan sengaja mengerat ikat tali plastik yang dipersiapkan

Nori untuk Jue. Berikut ini kutipannya:

“ tepat semenit setelah kejatuhan Pune tadi, secara serentak orang-orang itu dapat mengangkat gadis malang itu. Akibatnya, semua yang hadir tiba-tiba merasa hampir pingsan karena secara tidak terduga ada sesuatu yang ikut mrnyembul dari dalam tanah, bergayut di kaki Pune” (hlm. 167). “Jue! Jue !Jue! Nori menghambur memeluk tubuh yang bugil itu. “ suamiku Jue hidup lagi kembali! Suamiku Jue hidup kembali! Anakmu mengeluarkanmu dari dalam tanah! Kau berpegang pada kaki anakmu !” (hlm.168). “sakatn menajdi tegang. Ia ingat dengan jelas, tali itu disiapkan Nori untuk Jue dan dipakai Jue turun ke dalam gua, dan setelah itu sampai ke bawah, tali itu dikerat Sakatn, membuat temannya itu tidak bisa naik ke mulut gua. Ia lakukan untuk menyunting Nori” (hlm. 169).

2. Tokoh dan Penokohan

Yang dimaksud dengan tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988:

60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16). Penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh- tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan dan karekterisasi–karekterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh –tokoh tertentu dengan watak- watak tertentu dalam sebuah cerita. a. Nori

Dalam cerita Nori digambarkan sebagai tokoh yang berkarakter setia. Setia berarti berpegang teguh pada janji atau memiliki pendirian yang teguh pada hati.

Berikut ini kutipannya:

“Hampa?” Suara Nori agak meninggi. “Kau jangan menghina kesetiaan seorang wanita. Naluriku mengatakan bahwa aku tetap seorang istri. Suamiku masih ada dan aku tetap seorang istri. Aku belum menjadi janda!” (hlm. 53).

Pada kutipan di atas adalah penggambaran sifat Nori yang setia pada suaminya yang dibuktikan pada kalimat “Kau jangan menghina kesetiaan seorang wanita.” Nori percaya bahwa suaminya masih hidup walupun mustahil suaminya sudah lama tidak ada kabar dan tidak ditemukan karena sudah hilang di dalam gua. Ia tetap setia menunggu suaminya. Nori juga digambarkan sebagai sosok yang tegar. Berikut ini kutipannya:

“Bertahun ini aku memikirkan, bagaimana mungkin aku melakukan segala sesuatu atas petunjuk seseorang yang tak pernah tampak? Namun, mata batinku terus-menerus menerima isyarat dan petunjuk arah kemajuan, sehingga aku dapat menatap hidupku sendiri” (hlm. 54).

Kutipan di atas penggambaran sifat Nori yang sangat tegar karena telah kehilangan suami yang dicintainya. Terlihat pada kalimat “Namun, mata batinku

61 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terus-menerus menerima isyarat dan petunjuk arah kemajuan, sehingga aku dapat menatap hidupku sendiri. Kalau bukan karena cinta yang menghidupinya, ia mungkin sudah mengambil jalan nekat” Betapa tegar tokoh Nori ia terus bertahan mempertahankan untuk tetap menjalankan hidupnya membesarkan anaknya Pune seorang diri walau Jue suaminya telah pergi meninggalkannya. Selain tegar, Nori di gambarkan sebagai sosok yang pintar. Berikut ini kutipannya:

Harus begitu. Kalau tidak, nanti semua kawasan di situ dijarah orang kota. Apalagi kalau mereka mengetahui potensi yang ada. Danau dan lahan di sekitarnya merupakan aset yang harus diselamatkan” (hlm. 47).

“Ayah lihat sendiri bahwa kalau kita berjalan dari lou atau sebaliknya dari arah yang berlawanan, kita seakan-akan mendaki saat kita tiba di tepi danau. Seluruh lingkaran danau kerucut. Nah, itu tandanya bahwa di tempat itu dahulunya ada gunung. Oleh letusan yang hebat, seluruh gunung itu sompal, dan membentuk danau karena letusan itu membentuk danau karena letusan itu mencapai kaki gunung” (hlm. 48)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Nori adalah sosok yang pintar. Dia adalah salah satu warga yang pola pemirpikirannya sudah maju. Ia berpikiran bahwa danau yang dianggap angker itu dahulunya adalah gunung yang mengalami erupsi sehingga membetuk sebuah cekungan berupa danau yang dianggap angker oleh masyarakat desa Benuaq. Dapat dilihat pada kalimat dahulunya ada gunung.

Oleh letusan yang hebat, seluruh gunung itu sompal, dan membentuk danau karena letusan itu membentuk danau karena letusan itu mencapai kaki gunung.

Nori juga memiliki karakter sifat berpendirian teguh, ia tidak mudah goyah karena sesuatu hal. Berikut ini ktipannya:

Aku baru melahirkan, Sa. Tak mungkin aku menikah. Kau pikir sendiri, betapa rendahnya seorang wanita yang baru saja kehilangan suami, dan melahirkan anak dari suaminya yang hilang, menikah lagi?” (hlm.18).

62 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada kutipan di atas digambarkan bahwa Nori baru saja kehilangan suaminya. Ia melahirkan seorang anak dari suaminya yang hilang. Ia juga berpendirian teguh untuk tidak menikah lagi. Nori mempunyai prinsip yang teguh ia tidak mudah terlena oleh ajakan Sakatan yang ingin menikahinya. Tokoh Nori pada novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan juga digambarkan sebagai sosok yang rapuh layaknya manusia biasa. Nori merasa terpukul.

Suaminya yang baru saja menikahinya kini telah pergi (meninggal) untuk selama- lamanya. Berikut bukti kutipannya:

Hanya tiga puluh hari ia merasakan hangatan cinta kasih seorang suami, selebihnya hanya kekosongan yang membentang di depan matanya, di depan langkah hidupnya, karena Jue hilang begitu saja (hlm. 74).

Kutipan di atas merupakan penggambaran tokoh Nori yang rapuh. Belum genap setahun Nori menjadi seorang istri, ia harus merasakan kehilangan suaminya Jue. Ia kehilangan tiang hidupnya ketika suami tercintanya hilang tak ada kabar. b. Jue

Jue adalah sosok yang jujur jujur. Berikut ini kutipannya:

Kejujuran itu dalam mata Nori bagaikan sepokok pohon rindang yang berada di terik siang (hlm. 95). “Jue juga merupakan pemuda yang tumbuh dengan sifat kesatria dan jujur” (hlm. 94)

Pada bukti kutipan di atas, digambarkan karakteristik tohoh Jue melalui cerita tokoh Nori. Jue digambarkan sebagai tokoh yang jujur. Kejujuran Jue diibaratkan seperti pohon rindang yang berada di terik siang. Selain jujur melalui

63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

siami nori, karakteristik jue digambarkan sebagai sosok pekerja keras. Berikut ini kutipannya:

Gairah kerja Jue makin menggebu karena ia mendapat dukungan Petinggi Jepi dan warga lou lainnya. Pola kebun yang digarap Jue mengikuti apa yang pernah diterimanya di bangku sekolah. Selama tiga tahun ia menggarap tanah, ia telah menghasilkan lebih sepuluh hektar kebun karet dan lima belas hektar kebun rotan. Tampak sekali bahwa Jue menemukan gairah hidup dalam pekerjaannya mengolah tanah (hlm. 96).

Pada kutipan di atas, digambarkan bahawa Jue mempunyai sifat pekerja keras. Berkat semangat, dukungan (Petinggi Jepi dan warga Lou), dan pengetahuanynya dibangku sekolah. Selama tiga tahun, tanpa lelah ia menggarap tanah dan mampu menghasilkan sepuluh hektar kebun karet dan lima belas hektar kebun rotan. c. Sakatn

Sakatn juga merupakan salah satu tokoh yang terdapat pada novel Api

Awan Asap karya Korrie Layun Rampan. Sakatn digambarkan mempunyai sifat pantang menyerah. Berikut ini kutipan buktinya:

Akan tetapi, Sakatn bukanlah seperti lelaki lain yang cepat mundur. Saat itu terdengar suaranya, “Justru aku ingin membantumu memelihara anak Jue. Ia sahabatku sejak kecil. Aku merasa bertanggung jawab atas apa yang ditinggalkannya. Termasuk memelihara istri dan anaknya.”

“Kita sama-sama memiliki cinta yang besar. Kalau cintamu pada Jue kau pindahkan kepadaku, cinta itu akan berlipat ganda. Kita akan memiliki cinta yang begitu besar dan bulat.”

Aku? Meski tak kukatakan, sebenarnya sejak sembilan belas tahun lalu lamaran Sakatn disampaikan. Tapi aku tak pernah bisa melupakan Jue. Karena itu, selalu kutolak meskipun Sakatn terus- menerus menanyakan kesediaanku” (hlm. 12).

64 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kutipan-kutpan di atas merupakan penggambaran sifat Saktan yang pantang menyerah untuk mempersunting Nori menjadi istrinya. Dikatakann bahwa Ia bukanlah seperti lelaki lain yang cepat mundur tetapi ia bersikukuh untuk meyakinkan Nori bahwa ia layak menjadi suaminya. Meskipun tidak untuk kawin, Sakatn rela asalkan Nori mau menjadi istrinya. Dalam novel tokoh

Sakatnpu di gambarkan sebagai sosok yang licik, dialah yang telah menjebak Jue ketikamereka berburu sarang walet. Berikut ini kutipannya:

Sakatn menjadi tegang. Ia ingat dengan jelas, tali itu disiapkan Nori untuk Jue dan dipakai Jue untuk turun ke dalam gua, dan setelah Jue sampai ke bawah, tali itu dikerat Sakatn, membuat temannya itu tak bisa naik ke mulut gua. Ia lakukan itu kerena ia ingin menyunting Nori (hlm. 169).

Pada kutipan di atas, digambarkan tentang kemunculan Jue yang tiba-tiba

pada saat upacara pernikahan Sakatn dan Nori. Jue tiba-tiba saja muncul dari

tanah. Sakatn nampak kaget ia masih ingat jelas ingatan belasan tahun silam saat

ia mengerat tali pengait Jue pada saat dia turun ke bawah gua untuk mengambil

sarang walet. Terlihat betapa liciknya Sakatn ia iri dengan Jue karena tidak bisa

mempersunting Nori menjadi istrinya kemudian munculah ide tersebut untuk

menjebak Jue di dalam gua. Sifat liciknya terlihat pada kalimat setelah Jue

sampai ke bawah, tali itu dikerat Sakatn, membuat temannya itu tak bisa naik ke

mulut gua. Ia lakukan itu kerena ia ingin menyunting Nori. Ia mengerat tali

tempat Jue bertumpu untuk mengambil sarang walet sehingga Jue terjebak di

dalam gua hingga bertahun-tahun lamanya.

65 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Petinggi Jepi

Petinggi Jepi diceritakan sebagai ayah Nori. Ia mempercaya mempercayai hal mistik. Berikut ini adalah kutipan buktinya:

“Kau kan tahu kawasan danau itu angker. Kok kau malah membuat rencana yag sepertinya tak masuk akal” (hal. 47).

Pada kutipan di atas, diketahui bahwa Petinggi Jepi percaya akan hal mistik. Petinggi Jepi dan warga sekitar mempercayai bahwa danau itu dianggap angker dan kramat karena konon katanya sudah banyak peneliti hilang ketika meneliti kedalaman danau tersebut. e. Ibu Nori

Ibu Nori digambarkan sebagai sosok penyayang. berikut ini kutipannya:

Semuanya menginginkan baik, Ri. Semuanyaa,” ibunya membelai rambut anaknya yang legam dan Nori masih juga tetap jelita (hal. 123).

Kutipan di atas menunjukan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.

Ibu Nori mengingiikan Nori mendapat jidihnya yang baik. Ia menasihati Nori sambil membelai rambut Nori yang legam dan indah.

Kasih sayang Ibu Nori terlihat pada kalimat ibunya membelai rambut anaknya yang legam dan Nori masih juga tetap jelita dari sikap sang ibu yang membelai lembut rambut anaknya menggambarkan sifat ibu yang lembut dan penyanyang. f. Pune

Pune adalah anak Nori dan Jue. Ia adalah sosok yang penurut dan sangat menyayangi ibunya. Berikut ini kutipannya:

66 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada saat Pune masih bersekolah di , Pune-lah yang mengurus belanjaan di Samarinda. Dan setelah Pune kuliah di Banjarmasin, barang-barang itu dibeli Pune dalam partai besar di Banjarmasin, sehingga harganya mungkin sama dengan harga eceran barang yang sama di Surabaya atau (hlm. 76).

Pada kutipa di atas membuktikan Pune sebagai sosok penurut. Diceritakan walaupun dirinya sibuk menuntut ilmu, ia masih mau membantu ibunya untuk belanja segala keperluan dan kebutuhan dagang. Ia tidak malu untuk membantu ibunya membeli barang dagangan untuk di jual lagi.

3. Latar

Latar yang terdapat pada novel ini dibagi menjadi dua yaitu latar tempat dan, latar waktu. Berikut ini adalah analisis ketiga latar tersebut: a. Latar Tempat

1) Lou/ Lamin

Lou maknanya sama dengan desa yaitu rumah panjang orang Dayak.

Lou memliki arti yang sama dengan Lamin. Berikut ini adalah kutipannya:

Bau asap api menyeruak dari luar lou. Kebakaran hutan seperti momok dan hantu yang menyerang kawasan desa dan kota (hlm. 34) .

Warga lou merasa sangat bersyukur dan berhutang budi kepada Nori, karena putri petinggi Jepi itulah yang menyediakan parabola dan menyalakan kawasan lou (hlm. 125).

Pada kutipan di atas menggambarkan bahwa peristiwa pembakaran oleh

HPH dan HTI yang mengakibatkan api melahap Lou rumah panjang orang

Dayak.

2) Kebun Bunga

Latar tempat yang kedua yaitu kebun bunga. Berikut kutipannya:

67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sampai pada batas agak di kejauhan, kebun bunga mengombakkan haruman di bentangan dataran sekeliling danau (hlm.49).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa latar tempat berada pada kebun

bunga terlihat pada kalimat “kebun bunga” dalam kaliamat.

3) Dangau Kebun Kopi

Latar tempat yang ketiga yaitu berada di dangau kebun kopi. Berikut ini kutipannya:

Meskipun telah ditolak berkali-kali, Sakatn memang lelaki yang tak pernah putus asa. Ia tahu bahwa Nori tak jadi berangkat berbelanja ke Samarinda, dan sedang berada di dangau kopi, ia pun menyusul ke sana (hlm. 69).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa latar tempat berada pada

danganu kebun kopi. Dangau kopi adalah tempat nori berada ketika ia berpikir

bahwa ia tidak berangkat ke samarinda.

4) Gua

Latar tempat yang keempat yaitu gua. Berikut ini kutipannya:

Pada waktu yang bersamaan,ketika Nori sedang bersitegang dengan Sakatn, tepat ketika itu pula seorang lelaki sedang mempertahankan hidupnya di dalam ruang gua yang gulita (hlm. 56).

Kutipan di atas membuktikan bahwa peristiwa terjadi di sebuah gua. Kata

gua menunjukan latar tempat kejadian, adegan yang digambarkan dalam novel

Api Awan Awan Asap. Di ceritakan bahwa Jue di jebak di sebuah gua. Ia

berusaha mempertahankan hidup berpuluh-puluh tahun dalam gua tersebut dan

akhirnya keluar.

68 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5) Pelaminan pengantin

Latar tempat yang kelima adalah pelaminan pengantin. Berikut ini kutipannya:

Orang-orang yang terperanjat dan mereka yang berusaha ikut menolong saling bertemperasan, rebut-merebut, membuat arena balaibalai pelaminan mempelai menjadi kacau balau (hlm. 2).

Arena belotakng dan arena balai-balai pelaminan pengantin menjadi kacau balau (hlm. 154)

Kutipan-kutipan di atas menggambarkan latar tempat yang digunakan

adalah pelaminan pengantin. Diceritakan bahwa suasana yang tadinya khusuk

dan penuh takzim, tiba-tiba berubah menjadi arena yang kalang kabut dan hingar

bingar tak menentu.

b. Latar Waktu

1) Petang

Latar waktu terjadi pada novel Api Awan Asap yaitu petang. Berikut kutipannya:

Matahari sudah hampir seluruhnya limpas di balik cakrawala. Angin danau seperti menyaput percakapan tadi (hlm. 55).

Kutipan di atas menggambarkan peristwa tersebut terjadi ketika hari sudah mulai malam.

2) Malam Hari

Latar waktu yang kedua yaitu malam hari berikut ini adalah kutipan buktinya:

“Di malam hari, Nori dapat tidur nyenyak sekali. Tanpa mimpi” (hlm. 132).

69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ada rasa malu dan tertempelak saat Nori sadar dari teriakannya tadi malam.“ tolong! Pegang Nori ! suara itu terdengar riuh dan memecah suasana malam lou (hlm. 164).

Kutipan di atas membuktikan peristiwa terjadi pada malam hari.

Diceritakan bahwa setelah membicarakan menerima atau menolak lamaran akatn, malam harinya Nori tidur dengan nyenyak. Ia juga merasa malu setelah menyadari teriakannya tadi malam hingga memecah suasana malam lou.

4. Sudut Pandang

Sudut pandang atau point of view merupakan sebuah teknik bercerita yang

akan membuat rasa yang berbeda pada alur dan cara penyampaian cerita.

Dengan sudut pandang penulis seolah-olah dapat menjadi pelaku utama atau

menjadi orang lain dalam cerita. Sudut pandang yang digunakan pada novel Api

Awan Asap karya Korrie Layun Rampan adalah sudut pandang orang ketiga

serba tahu.

Penulis menceritakan apa saja keterkaitannya dengan tokoh utama. Ia

dibuat seakan tahu semua tentang watak, pikiran, perasaan, kejadian, bahkan

latar belakang yang mendalangi sebuah kejadian yang terjadi dalam cerita novel

tersebut. Ia seperti seorang yang serba tahu tentang tokoh yang ia bicarakan.

Nori adalah tokoh yang menjadi pusat perhatian pengarang. Ia menjadi

tokoh utama dalam novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan. Nori

merupakan anak perempuan petinggi adat yang kehilangan suaminya. Berbekal

semanagat hidupnya, ia harus berjuang seorang diri untuk membesarkan

putrinya. Dia mampu membuat terobosan ide-ide baru di daerahnya dengan

memanfaatkan kekayaan alam yang ada untuk memajukan perekonomian di

70 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

daerahnya. Segala cobaan pun datang, ditengah penantiannya terhadap sang suami tercinta, tada tokoh lain, Sakatn yang berjuang mendapatkan cinta Nori ataupun mau menjadikannya sebagai istri. Berikut ini kutipannnya:

Ketika musik makin teduh dan peka saat itu tampak seorang gadis muda sedang berjalan tergesa-gesa membawa piring raksasa. Di dalam piring raksasa itu mengenang merah darah. Darah? Ya! Di dalam piring raksasa itu memang menggenang darah kerbau. Baru saja selesai upacara penombakan kerbau di belontakng. Dan kini darah itu merupakan upacara terakhir pemberkatan nikah putri Petinggi Jepi (hlm. 15). Pada kutipan di atas, diketahui bahwa sudut pandang orang ketiga serba tahu digunakan dalam penulisan. Penulis dengan apik menceritakan setiap detail kejadian upacara pelaminan untuk Nori. Penulis seakan tahu hal yang melatarbelakangi kejadian dalam peristiwa yang digambarkan.

Kini musik itu telah berlalu. Yang sekarang ada, adalah kutetan gadis remaja dan kaki yang terjebloskan ke dalam lubang aneh yang tiba-tiba berada di tempat itu. Selama Sembilan belas tahun tak seorang pun menduga jika di tempat itu ada lubang yang akan menjebloskan seorang untuk jatuh. Tetapi, saat Pune, putri Nori, melewati tempat itu, kakinya tiba-tiba menyentuh tanah yang lemah, dan kaki itu masuk ke dalam bagian yang menggeronggang (hlm. 5). Pada kutipan di atas, penulis juga menceritakan perisitwa atau kejadian menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Penulis menjadi seorang pengarang yang serba tahu, mengerti setiap peristiwa yang akan terjadi. Penulis juga menceritakan kejadian Pune yang kakinya tiba-tiba saja masuk ke dalam sebuah lubang aneh.

Bertahun kemudian Sakatn selalu tak pernah jemu datang mengulang lamarannya yang belum juga diterima. Dalam situasi ini Nori sendiri merasa aneh. Mengapa ia selalu bersitegang mempertahankan sesuatu yang telah tiada? Selama bertahun-tahun Sakatn dengan ringan tangan dan penuh kasih sayang membantu

71 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

apa saja yang dimintanya. Bahkan, lelaki itu dengan cepat mengerjakan segala permintaan Pune, seperti ia mengurus keluarga atau anaknya sendiri. Sering Nori merasa risi, begitu banyak pengorbanan yang dilakukan Sakatn kepada dirinya, kepada anaknya, juga keluarganya (hlm. 22).

Pada kutipan di atas, penulis juga menggambarkan peristiwa tersebut

menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Pengarang seolah-olah

mengetahui semua cerita yang terjadi di dalam novel Api Awan Asap. Penulis

secara apik mampu menceritakan setiap detail pengorbanan Sakatn untuk

mendapatkan hati Nori. Begitu banyak hal yang yang dilakukan Sakatn untuk

Nori dan anaknya Pune. Ia berbuat seolah-olah Ia telah menjadi suami Nori dan

ayah bagi Pune.

Tujuh belas usianya saat ia lulus SMEA dan kemudian kawin dengan Jue. Usia Jue dua puluh tahun saat itu. Aneh, selama dua puluh tahun ini, sepanjang hari, seperti ini masih bercakap-cakap Jue. Seperti masih berkata-kata bercengkrama. Seperti ia masih meladeni Jue, seperti ia masih dibelai suaminya. Selama dua puluh tahun, waktu-waktu yang terhilang setelah hari-hari berkabung merupakan hari-hari yang penuh kemesraan (hlm. 70). Pada kutipan di atas, penulis juga menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Pengarang masih berperan sebagai narrator yang mengerti jalannya cerita yang terjadi pada novel Api Awan Asap termasuk detail cerita peristiwa yang diceritakan. Penulis menceritakan perihal awal perkawinan antara Jue dan

Nori. Walaupun baru sebentar menyelami bahtera rumah tangga, Nori harus merelakan kehilangan suaminya Jue untuk selama-lamanya. Namun, walaupun

Jue dikabarkan telah tiada baginya Jue masih hidup.

Ia merasa merdeka dalam statusnya sebagai istri yang tanpa suami. Sebagai ayah, ia melakukan tugas kasih sayang lelaki. Sebagai suami, ia melakukan tugas kasih sayang lelaki. Sabagai suami, ia

72 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mencukupkan kebutuhan keluarga. Sebagai kekasih, ia merasa ia tak pernah berpaling dari cinta yang asli. Sebagai ibu, ia telah melahirkan Pune dan menyusuinnya hingga cukup usia, Sebagai istri, ia tahu menempatkan kasih dan cinta. Dengan pengertian seperti itu Nori merasa ia bebas, karena kesetiaan yang tunggal dan cintanya yang abadi, membentenginya dari segala godaan (hlm. 82). Pada kutipan di atas, penulis juga menggunakan sudut pandang orang

ketiga serba tahu. Penulis menceritakan secara detail peristiwa yang terjadi dalam

novel tersebut. Penulis secara apik seolah-olah menjadi orang yang tahu akan

segala cerita mengenai tokoh utama yang diceritakan pada novel Api Awan Asap.

Penulis menceritakan status yang harus diemban Nori setelah ditinggalkan

oleh Jue. Nori harus mampu menjadi ibu sekaligus ayah bagi Pune anak semata

wayangnya. Ia harus bekerja keras membanting tulang untuk mencukupi

kebutuhan dirinya dan Pune. Sabagai istri yang telah ditinggalkan oleh suaminya

dan menjadi seorang janda ia tidak mudah jatuh cinta dan tetap setia pada

mendiang Jue.

Nori merasa bahwa Jue masih belum sepenuhnya pergi dari hidupnya dan

Pune. Sebagai ibu Nori telah memapu melahirkan Pune dan membesarkannya

seorang diri. Nori mampu mempertahankan kesetiaannya pada Jue dan tidak

mudah tergoda oleh berbagai godaan termasuk Sakatn yang pantang menyerah

melamar Nori untuk diperistri.

5. Tema

Menurut Nurgiyantoro (2012: 82-83) tema adalah cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, penghianatan manusia terhadap

73 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dirinya sendiri, disilusi, atau bahkan usia tua. Sama seperti makna pengalaman manusia, tema menyorot dan mengacu pada aspek-aspek kehidupan sehingga nantinya akan ada nilai-nilai tertentu yang melingkupi cerita. Pada novel Api

Awan Asap karya Korrie Layun Rampan yaitu tentang perjuangan cinta. Novel untuk mempertahankan cintanya dan menjadi orang tua tunggal seorang diri untuk membesarkan anaknya Pune. Tema tersebut diangkat dimulai dari kisah percintaan, kumudian tentang lingkungan budaya suku Dayak Benuaq, dan kehidupan menjadi seorang janda selama dua puluh tahun setelah Jue menghilang.

6. Gaya Bahasa

Setiap pengarang mempunyai gaya bahasa yang berbeda-beda yang mejadi

ciri khas setiap penulis dalam novel yang ditulisnya. Novel karya Korrie Layun

Rampan yang berjudul Api Awan Asap memiliki gaya bahasa yang unik dan

menarik. Penulis mampu secara apik merangkai kata demi kata untuk

menggambarkan cerita yang disajikan ke dalam novel.

Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Api Awan Asap lebih dominan

menggunakan bahasa Indonesia dan sedikit menggunakan campuran bahasa

daerah yakni bahasa daerah suku Dayak Benuaq. Serta untuk menghidupkan

kalimat pengarang dominan menggunkan gaya bahasa majas perbandingan dan

sindiran. Berikut adalah kutipan-kutipannya:

1) Demikianlah belian menetapkan nama desa itu. Desa Dempar, lou dibangun dibagian tanah yang meninggi, menghadap kearah matahari terbit. Tiang ulin yang besar digotong oleh warga dari hutan agak ke darat (hlm. 8).

74 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2) Keahlian yang didapat dari ibunya membuat kain-kain ulap doyo yang ditenunnya dicari para turis yang dating ke lou (hlm. 79).

3) Sakatn akhirnya benar-benar beruntung dapat menaklukan hatinya yang kukuh bertahan seperti kukuhnya Gunung Murai yang berdiri di barat Lou (hlm. 157).

4) Rumbai-rumbai janur warna-warni bergoyang dalam angin seperti mengikuti irama musik yang ditabuh dalam nada pelan dan melankoli (hlm. 1).

5) “cukup apanya? Nenek moyang kita yang memilihara dan menunggu pohon dan tanah, orang-orang serakah justru dengan semena-mena datang menjarah. Aku harap pak petinggi lebih keras menentukan peruntukan bagi warga lou. Jangan nantinya kita jadi orang asing di kampung sendiri! (hlm. 112).

Pada kutipan (1) dan (2) gaya bahasa yang digunakan pada novel Api

Awan Asap dominan menggunakan bahasa Indonesia dan sedikit menggunakan campuran bahasa Dayak seperti pada kata belian, lou, dan ulap doyo pada kutipan di atas. Kata lou mempunyai arti rumah panjang dapat disebut lou (lamin) jika mempunyai minimal 8 olakng. Olakng merupakan bagian unit lou. Dalam satu olakng terdapat beberapa bilik dan dapur. Jadi olakng bukan bilik/kamar sebagaimana rumah besar, tetapi olakng merupakan sambungan bagian dari lou.

Banyaknya olakng dalam rumah panjang bagi suku Dayak Benuaq dapat menunjukkan level bentuk kepemimpinannya.

Itu sebabnya rumah panjang yang besar (lou) sering disebut kampung besar atau benua. Dari pengertian tersebut, lou seringkali berkonotasi dengan kampung atau benua. Kata belian pada kutipan (1) mempunyai arti Belian berarti dukun atau upacara. Ulap doyo pada kutipan (2) berarti kain sejenis rok midi terbelah di bagian belakangnya pakaian khusus kaum wanita. Kalimat kutipan (3)

75 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menggunakan gaya bahasa perbandingan yaitu majas hiperbola. membandingkan hati dengan kokohnya Gunung Murai. Kalimat kutipan (4) menggunakan gaya bahasa perbandingan yaitu majas personifikasi. Kalimat kutipan (5) menggunakan gaya bahasa sindirian.

7. Amanat

Ada tiga hal yang di petik dari novel ini. Pertama Amanat yang diambil dari novel ini adalah janganlah kita memiliki sifat yang licik. Jika kita mencintai orang yang kita sayangi kita harus mampu merelakannya untuk bahagia dengan orang yang dia cintai. Janganlah menghalalkan berbagai untuk mendapatkan apa yang seharusnya tidak bisa kita miliki. Seperti peristiwa yang dilakukan oleh

Sakatn karena ia sangat mencintai Nori akhirnya ia menghalalkan berbagai cara termasuk menjevak Jue dengan mengerat tali pembantu Jue pada saat Jue turun ke dalam gua untuk mengambil sarang walet. Sifat liciknyalah yang akhirnya menjebloskan dia menjadi buah simalakama baginya. Berikut ini adalah bukti kutipan mengenai sifat Jue yang licik yang bisa dijadikan pesan dalam novel ini.

Berikut ini kutipannya:

Sakatn menjadi tegang. Ia ingat dengan jelas, tali itu disiapkan Nori untuk Jue dan dipakai Jue untuk turun ke dalam gua, dan setelah Jue sampai ke bawah, tali itu dikerat Sakatn, membuat temannya itu tak bisa naik ke mulut gua. Ia lakukan itu kerena ia ingin menyunting Nori (hlm. 169).

Amanat yang kedua yaitu diceritakan tentang tokoh Nori yang sangat setia kepada pasangannya Jue dan jiwa tangguhnya menjadi ibu sekaligus ayah untuk membesarkan Pune seorang diri patut untuk kita contoh. Yang mana Nori tidak pernah goyah akan godaan Sakatn yang melamarnya serta dia mampu

76 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

membuktikan bahwa walaupun dia seorang diri merawat putrinya ia berhasil membesarkan Pune hingga Pune sekolah di Perguruan tinggi berkat kegigihannya.

Berikut ini adalah kutipan perjuangan dan kesetiann Nori yang diceritakan dalam novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan :

Aku baru melahirkan, Sa. Tak mungkin aku menikah. Kau pikir sendiri, betapa rendahnya seorang wanita yang baru saja kehilangan suami, dan melahirkan anak dari suaminya yang hilang, menikah lagi?” (hlm. 18).

“Hampa?” Suara Nori agak meninggi. “Kau jangan menghina kesetiaan seorang wanita. Naluriku mengatakan bahwa aku tetap seorang istri. Suamiku masih ada dan aku tetap seorang istri. Aku belum menjadi janda!” (hlm. 53).

Amanat yang ketiga sebagai seorang perempuan kita harus memiliiki pendidikan atau pengetahuan yang tinggi agar tidak bergantung pada laki-laki.

4.3.2 Analisis persamaan dan perbedaan novel Upacara dan Api Awan Asap

karya Korrie Layun Rampan

4.3.2.1 Persamaan

Pada kenyataannya novel Upacara dan novel Api Awan Asap memiliki

persamaan pada beberapa aspek yaitu: gaya, tokoh, serta latar (latar tempat dan

waktu). Berikut rincian persamaan kedua novel:

1. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang dipakai penulis dalam sebuah novel menjadi ciri khas tersendiri bagi setiap karya yang ditulis penulis. Novel Upacara dan novel Api

Awan Asap adalah novel yang di tulis Korrie Layun Rampan dan diterbitkan pada tahun yang berbeda. Novel Upacara diterbitkan pada tahun 1976 sedangkan novel

Api Awan Asap diterbitkan pada tahun 2015.

77 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari segi gaya bahasa kedua novel tersebut memiliki persamaan. Gaya bahasa yang digunakan pada novel Upacara dan Api Awan Asap menggunakan bahasa Indonesia dan ada sedikit sisipan bahasa daerah suku Dayak. Novel

Upacara dan novel Api Awan Asap lebih dominan menggunakan gaya bahasa majas perbandingan dan sindirian.

2. Penokohan

Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.

Penokohan yang terdapat dalam novel Upacara dan novel Api Awan Asap memiliki persamaaan watak pada beberapa tokoh yang diceritakan dalam kedua novel tersebut. Tokoh Aku dan Nori merupakan tokoh sentral yang menjadi pusat perputaran cerita pada kmasing-masing novel. tokoh Aku dalam novel Upacara memiliki persamaan watak seperti Nori dalam novel Api Awan Asap. Keduanya digambarkan sebagai pribadi yang tegar. Dalam novel, diceritakan bahwa orang yang mereka sayangi untuk selamanya. Tokoh aku diceritakan begitu tegar ketika ia mendapat kabar bahwa Waning kekasihnya telah tiada. Selain itu ia juga tegar ketika mengikuti upacara penguburan Waning.

Pada novel Api Awan Asap diceritakan bahwa Nori harus berusaha berjuang seorang diri untuk membesarkan putrinya Pune seorang diri. Ia juga tetap tegar meskipun suaminya dinyatakan sudah meninggal, ia masih tetap merasa bahwa Jue suaminya selalu ada disampingnya.

Selain tegar tokoh Aku dan Nori juga sama-sama memiliki sifat yang rapuh. Tokoh Aku dan Nori sama-sama merasakan hal yang sama, betapa sakitnya ditinggalkan orang yang terkasih seperti kehilangan tiang penyangga

78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kehidupannya. Pada novel Pengacara tokoh Aku harus kehilangan kekasih yang dicintainya ia tak kuasa menangis meratapi nasibnya yang harus berpisah dengan kekasih hatinya. Hal yang sama di alami Nori dalam novel Api Awan Asap. Nori merasakan rapuh yang teramat sangat menyakitkan karena Ia tidak mendapat kabar tentang keberadaan Jue. Baginya Jue bukan hanya sosok suami yang dicintainya, namun juga setengah hidupnya selalu ada Jue dalam setiap langkah

Nori. Selain tokoh mempunyai persamaan watak atau sifat dengan tokoh Aku,

Nori juga mempunyai sifat yang sama dengan tokoh Waning pada novel Upacara yaitu mereka sama-sama memiliki sifat yang setia.

Pada novel Upacara tokoh Waning telah berjanji dengan si Aku untuk tetap setia sehidup semati dengan. Waning mengucapkan janji setia pada saat melepas kepergian tokoh aku selama sebulan untuk berarahan merupakan pembuktian cinta si tokoh Aku sebelum mereka menikah nanti. Sedangkan pada novel Api Awan Asap tokoh Nori tidak mudah tergoda oleh ajakan Sakatn yang berkali-kali mencoba mempersunting dirinya untuk dijadikan istri.

Tokoh Aku pada Upacara juga bergakarakter sama seperti tokoh Petinggi

Jepi. Keduanya digambarkan mempercayai hal mistik. Hal mistik berarti berkaitan dengan hal-hal gaib yang tidak terjangkau oleh akal manusia atau di luar nalar manusia. Pada Upacara, tokoh Aku diceritakan mempercayai hal mistik. Tokoh

Aku mempercayai bahwa seseorang yang telah meninggal namun hidup kembali akan dilimpahi banyak rezeki, umur panjang dan keburuntungan. Pada novel Api

Awan Asap diceritkan terdapat sebuah danau yang dainggap angker oleh masyarakat suku Dayak Benuaq termasuk Petinggi Jepi. Berbeda dengan Nori

79 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang menganggap danau tersebut merupakan lahan yang subur dan terbentuk karena erupsi gunung berapi pada zaman dahulu. Sama halnya dengan tokoh aku yang diceritakan pada novel.

3. Latar

Latar dalam novel Api Awan Asap lebih kompleks daripada Upacara, baik itu latar tempat, waktu maupun sosial. Meskipun demikian, kedua novel ini memiliki kesamaan baik itu pada aspek latar tempat, waktu maupun sosial.

Berikut persamaan latar dalam kedua novel ini:

a. Latar Tempat

Latar tempat kedua novel ini mempunyai kesamaan. Pertama, latar tempat terjadi di Lou/Lamin. Lou/ lamin mempunyai arti rumah panjang orang Dayak.

Pada novel Upacara latar tempat lamin/ lou diceritakan mengenai arti dari lamin dan fungsinya yang biasanya digunakan masyarakat suku Dayak Benuaq untuk berbincang-bincang bersama sanak saudaranya. Sedangkan, novel Api Awan

Asap diceritakan bahwa latar tempat beberapa peristiwa terjadi di Lou atau Lamin.

Peristiwa kebakaran hutan yang dilakukan oleh HPH dan HTI hingga hampir membakar Lou. Pada novel Api Awan Asap juga diceritakan Petinggi Jepi dan

Nori menyediakan parabola di Lou untuk mengusir kebosanan setelah berakitivitas seharian di luar lou.

Kedua, kedua novel tersebut mengambil latar tempat yang sama yakni kebun bunga. Novel Upacara menceritakan tokoh Aku tiba-tiba berada di padang bunga yang luas. Novel Api Awan Asap menceritkan lahan disekitar danau yang dulunya dianggap angker kini telah diolah menjadi kebun bunga berkat usaha dan

80 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jerih payah Nori. Ketiga, terjadi di pelaminan pengantin. Kedua novel tersebut sama-sama menggambarkan tentang upacara pelaminan pengantin menurut tradisi suku Dayak Benuaq. b. Latar Waktu

Latar waktu kedua novel ini memiliki persamaan. Peristiwa yang di

kisahkan dalam kedua novel banyak menagambil latar waktu pada malam hari

dan petang hari. Pada novel Upacara digambarkan saat tokoh aku sedang

menikmati suasana malam hari. Pada novel Api Awan Asap rangkairan peristiwa

terjadi pada malam hari dan petang. Peristiwa tersebut mengisahkan tentang

kegelisahan Nori memikirkan lamaran Sakatn.

4.3.2.2. Perbedaan

Perbedaan yang menonjol antara novel Upacara dan novel Api Awan Asap adalah pada aspek tema, tokoh atau penokohan, latar, sudut pandang dan amanat.

Berikut rincian perbedaan kedua novel ini.

1. Tema

Pada novel Upacara bertemakan mengenai relugiusitas. Novel ini menceritakan tentang upacara yang di alami tokoh aku. Diceritakan bahwa masyarakat suku Dayak Benuaq masih mempercayai dan berpegang teguh terhadap adat dan tradisi yang sudah ada sejak dahulu dan diajarkan secara.

Sedangkan novel Api Awan Asap mengangkat tema perjuangan cinta. Diceritakan kisah percintaan antara Nori dan Juedan. Kemudian kemunculan Sakatn yang sudah lama menyimpan rasa kepada Nori. Keingin Saktn untuk memperistri Nori setelah kehilangan Jue.

81 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Nori sangat mencintai Jue. Rasa cintanya dibuktikan lewat kegigih dan kesetianya pada Jue, Ia merasa bahwa suaminya masih hidup. Ia menjadi ibu sekaligus ayah bagi putrinya Pune. Novel ini juga menceritakan kehidupan suku

Dayak Benuaq.

2. Tokoh atau Penokohan

Perbedaan karakter antara Paman Jomoq dalam novel Upacara dan tokoh

Nori dalam novel Api Awan Asap. Paman Jomoq dalam novel Upacara memiliki sifat yang tradisional dan tidak mau menerima budaya luar. Paman Jomoq menganggap bahwa kedatangan Tuan Smith dan temannya merupakan sebuah petaka dan marabahaya. Ia mengganngap bahwa yang diajarkan Tuan Smith adalah sesuatu yang sesat. Ia sebagai seorang balian atau dukun merasa terusik akan hal itu.

Tokoh Nori dalam novel Api Awan Asap digambarkan sebagai sosok yang pintar dan berpendirian teguh sedangkan tokoh Waning memiliki watak yang sedih. Pada novel Api Awan Asap diceritakan bahwa Nori mempunyai watak yang pintar diceritakan ke dalam novel tersebut mengenai pemikiran Nori brilian bahwa lahan disekitar danau yang selama ini dianggap angker oleh masyarakat sekitar menurutnya merupakan lahan potensial yang dapat diolah untuuk memajukan perekonomian masyarakat suku Dayak Benuaq. Ia beraggapan bahwa kemunculan danau tersebut bukanlah sesuatu hal gaib yang tiba-tiba saja ada namun dikarenakan karena erupsi gunung berapi. Nori juga berpendirian teguh.

82 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Prinsipnya tidak mudah goyah diceritakan ketika Sakatn beberapa kali melamarnya ia tidak mudah goyah oleh ajakan Sakatn.

Selain Paman Jomoq dan Nori, Ifing yang merupakan tokoh yang terpadat

pada novel Upacarapun memiliki karakter yang berbeda dengan tokoh Sakatn

yang terdapat dalam novel Api Awan Asap. Ifing dalam novel Upacara

diceritakan sebagai sosok yang ikhlas. Ia ikhlas merelakan tokoh Aku yang

dicintainya untuk memilih wanita yang dicintainya. Ifing ikhlas asalkan dia bisa

melihat tokoh Aku dapat hidup bahagia meskipun hatinya tersakiti. Berbeda

dengan Sakatn, Ia tidak merelakan cintanya pada Nori. Sakatn sendiri

digambarkan memilik sifat yang pantang menyerah untuk bisa mendapatkan hati

Nori dan menjadikannya sebagai istri. Pada novel Api Awan Asap diceritakan

kelicikkan Sakatn. Sebenarnya dialah yang menjebak Jue di dalam gua di saat

mereka berdua berburu mencari sarang walet. Ia mengerat tali yang digunakan

Jue untuk turun ke gua dan meninggalkannya seorang diri. Ia melakukan itu demi

alasan cintanya kepada Nori.

Selain tokoh sentral, cerita dalam kedua novel pun didukung kehadiran

tokoh pembantu. Pada novel Upacara terdapat tokoh bernama Tuan Smith

sebagai salah satu tokoh pembant. Dalam novel, Tuan Smith digambarkan

sebagai sosok pemberani dan pandai bersosialisasi. Ia menanyakan perihal

kepercayaan masyarakat suku Dayak Benuaq karena ia ingin mengenalkan

agama kepada masyarakat sekitar. Ia juga di kenal pandai bersosialisasi. Tuan

Smith mampu dengan cepat mengusai bahasa daerah setempat serta dia banyak

83 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengajari masyarakat sekitar berbagai hal seperti mengenalkan teknologi dan

hal-hal baru lainnya.

Sedangkan pada novel Api Awan Asap terdapat beberapa tokoh pembantu

yaitu Jue, Ibu Nori, dan Pune. Jue adalah suami Nori mempunyai sifat jujur dan

pekerja keras. Sifat jujur Jue dalam novel Api Awan Asap diceritakan kejujuran

Jue bagaikan pohon yang rindang berada diteriknya siang. Sifat Jue yang lainnya

yaitu pekerja keras diceritakan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun Jue mampu

menggarap tanah mampu menghasilkan sepuluh hektar kebun karet dan lima

belas hektar kebun rotan. Ibu Nori mempunyai sifat yang penyayang diceritakan

ketika Ibu Nori memberikan nasehat kepada anaknya ia membelai rambut Nori

yang legam nan indah menggambarkan betapa sayangnya dia kepada anaknya

ini. Pune juga merupakan salah satu tokoh pembantu dalam novel Api Awan

Asap mempunyai sifat penurut, diceritkan bahwa Punelah yang mengurus segala

keperluaan dagangan yang akan dijual Nori di Samarinda sembari ia mengeyam

pendidikan di bangku kuliah ia tidak malu membantu ibunya membeli barang

dagangan untuk dijual kembali.

3. Latar

Latar dalam novel Upacara tidak sedetail atau kompleks dibanndingkan penceritaan latar pada novel Api Awan Asap, baik latar tempat ataupun, waktu.

Berikut ini adalah beberapa perbedaan latar tempat dan waktu pada kedua novel tersebut:

84 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Latar Tempat

Latar tempat dalam novel Upacara hanya terjadi di Lou, kebun bunga, dan

pelaminan pengantin. Sedangkan, pada novel Api Awan Asap selain kebun

bunga, dan pelaminan pengantin, rangkaian peristiwa juga terjadi di dangau

kebun kopi dan gua. Hal tersebut mendi pembeda latar tempat kedua novel.

b. Latar Waktu

Latar waktu yang terjadi pada novel Upacara digambarkan atau

diceritakan lengkap dan detail dari pagi, siang hari, hingga petang dan malam

hari, sedangkan pada novel Api Awan Asap latar waktu tidak begitu ditunjukan

kecuali pada petang hari dan malam hari.

4. Sudut Pandang

Sudut pandang pengarang dalam novel Upacara adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama. Orang pertama pelaku utama yakni tokoh aku sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan “Aku” sebagai narator sekaligus pusat cerita.

Sudut pandnag orang pertama sebagai pelaku utama biasanya menggunakana kata ganti aku, saya, atau kami untuk jamak.

Dalam novel Api Awan Asap pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Dengan sudut pandang ini, pengarang menceritakan apa saja keterkaitannya dengan tokoh utama. Ia dibuat seakan tahu semua tentang watak, pikiran, perasaan, kejadian, bahkan latar belakang yang mendalangi sebuah

85 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kejadian yang terjadi dalam cerita novel tersebut. Ia seperti seorang yang serba tahu tentang tokoh yang ia bicarakan.

5. Amanat

Amanat diambil dari amanat yang dapat kita ambil dari novel Upacara yaitu cinta sejati akan mempersatukan dua insan dan jangan suka merendahkan atau mengejek keyakinan orang lain. Sementara itu, amanat yang diambil dalam novel Api Awan Asap yaitu janganlah kita memiliki sifat yang licik. Jika kita mencintai orang yang kita sayangi, kita harus mampu merelakannya untuk bahagia dengan orang yang dia cintai. Janganlah menghalalkan berbagai untuk mendapatkan apa yang seharusnya tidak bisa kita miliki.

Amanat yang kedua yaitu kita harus setia kepada pasangan kita dan mempunyai jiwa yang tangguh tidak mudah putus asa ketika menghadapi keadaan dalam situasi apapun itu seperti tokoh Nori yang sangat setia kepada pasangannya

Jue dan jiwa tangguhnya menjadi ibu sekaligus ayah untuk membesarkan Pune seorang diri patut untuk kita contoh.

86 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini berjudul “Analisis Unsur Intrisik Dalam Novel Upacara Dan

Novel Api Awan Asap Karya Korrie Layun Rampan.” Hasil penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu: Petama, analisis unsur intrisik novel Upacara dan novel

Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan. Dalam analisis unsur intrisik kedua novel, aspek-askpek yang diteliti adalah alur, tokoh/penokohan (tokoh utama dan tokoh tambahan), tema, latar (latar tempat dan latar waktu), sudut pandang, gaya bahasa dan amanat.

Cerita dalam Upacara novel menggunakan alur campuran. Novel

Upacara memiliki lima tokoh yang berperan penting dalam cerita. Tokoh-tokoh tersebut meliputi; Aku, Waning, Paman Jonoq, Tuan Smith dan, Ifing dengan uraian perwatakan masing-masing. Kelima tokoh memiliki peran dan intensitas kemunculan yang berbeda-beda. Tokoh Aku adalah tokoh utama dan menjadi pusat cerita. Tokoh Waning, Paman Jonoq, Tuan Smith dan, Ifing hadir sebagai tokoh tambahan, intensitas kemunculan mereka banyak dan membantu menghidupkan cerita. Latar tempat novel Upacara terjadi di Lou, Kebun Bunga dan, Pelaminan Pengantin. Rangakaian peristiwa dalam cerita mengambil latar waktu pagi hari, siang hari dan, malam hari. Sudut pandang yang digunakan dalam novel Upacara adalah sudut padang orang pertama pelaku utama yakni tokoh aku sebagai tokoh utama dalam cerita yang mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya. Tema besar dalam novel Upacara adalah

87 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

religiusitas masyarakat suku Dayak Benuaq. Bahasa yang digunakan pengarang dalam menuliskan novel Upacara yaitu penggunaan bahasa Indonesia dengan campuran sebagian bahasa daerah suku Dayak Benuaq. Novel Upacara juga dominan menggunakan gaya bahasa majas perbandingan dan sindiran. Amanat yang dapat diambil dari novel ini adalah cinta sejati akan mempersatukan dua insan.

Cerita dalam Api Awan Asap novel menggunakan alur campuran atau maju mundur. Novel Api Awan Asap memiliki enam tokoh yang berperan penting dalam cerita. Tokoh-tokoh tersebut meliputi; Nori, Jue, Sakatn, Petinggi Jepi, Ibu

Nori dan, Pune dengan uraian perwatakan masing-masing. Keenam tokoh memiliki peran dan intensitas kemunculan yang berbeda-beda. Tokoh Nori adalah tokoh utama dan menjadi pusat cerita. Tokoh Jue, Sakatn, Petinggi Jepi, Ibu Nori dan, Pune adalah tokoh tambahan, intensitas kemunculan mereka banyak dan membantu menghidupkan cerita. Cerita dalam novel Api Awan Asap mengambil latar waktu yang berbeda pada setiap kejadian. Latar-latar tempat tersebut meliputi; Lou/Lamin, Kebun Bunga, dangau Kebun Kopi, Gua dan, Pelaminan

Pengantin. Waktu kejadian meliputi; petang hari dan, malam hari. Sudut pandang yang digunakan dalam novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Penulis menceritakan apa saja keterkaitannya dengan tokoh utama. Ia dibuat seakan tahu semua tentang watak, pikiran, perasaan, kejadian, bahkan latar belakang yang mendalangi sebuah kejadian yang terjadi dalam cerita novel tersebut. Tema besar yang diangkat dalam novel Api Awan Asap adalah perjuangan cinta. Gaya bahasa yang

88 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

digunakan dalam novel Api Awan Asap lebih dominan menggunakan bahasa

Indonesia dan sedikit menggunakan campuran bahasa daerah yakni bahasa daerah suku Dayak Benuaq. Untuk menghidupkan isi novel pengarang dominan menggunkan gaya bahasa majas perbandingan dan sindiran. Ada tiga hal yang dipetik dalam novel. Ketiga hal terserebut meliputi janganlah kita memiliki sifat yang licik, kita harus setia kepada pasangan, sebagai seorang perempuan kita harus memiliiki pendidikan atau pengetahuan yang tinggi agar tidak bergantung pada laki-laki. Kedua, analisis persamaan dan perbedaan unsur intrinsik kedua novel.

Dari segi gaya bahasa kedua novel tersebut memiliki persamaan. Gaya bahasa yang digunakan pada novel Upacara dan Api Awan Asap menggunakan bahasa

Indonesia dan ada sedikit sisipan bahasa daerah suku Dayak. Novel Upacara dan novel Api Awan Asap lebih dominan menggunakan gaya bahasa majas perbandingan dan sindirian. Penokohan yang terdapat dalam novel Upacara dan novel Api Awan Asap memiliki persamaaan watak pada beberapa tokoh yang diceritakan dalam kedua novel tersebut. Tokoh Aku dan Nori merupakan tokoh sentral yang menjadi pusat perputaran cerita pada masing-masing novel. tokoh

Aku dalam novel Upacara memiliki persamaan watak seperti Nori dalam novel

Api Awan Asap. Keduanya digambarkan sebagai pribadi yang tegar. Tokoh Aku pada Upacara juga berkarakter sama seperti tokoh Petinggi Jepi. Keduanya digambarkan mempercayai hal mistik. Persamaan latar tempat kedua novel meliputi; peristiwa terjadi di Lou/Lamin, Kebun Bunga dan, Pelaminan Pengantin.

Adapun persamaan latar waktu kedua novel meliputi; malam hari dan petang hari.

89 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perbedaan yang menonjol antara novel Upacara dan novel Api Awan Asap adalah pada aspek tema, tokoh atau penokohan, latar, sudut pandang dan amanat.

Novel Upacara bertemakan relugiusitas sedangkan novel Api Awan Asap mengangkat tema perjuangan cinta. Perbedaan karakter antara Paman Jomoq,

Waning dalam novel Upacara dan tokoh Nori dalam novel Api Awan Asap.

Paman Jomoq dalam novel Upacara memiliki sifat yang tradisional dan tidak mau menerima budaya luar dan,tokoh Waning memiliki watak yang sedih, sedangkan tokoh Nori dalam novel Api Awan Asap digambarkan sebagai sosok yang pintar dan berpendirian teguh. Selain Paman Jomoq dan Nori, Ifing yang merupakan tokoh yang terpadat pada novel Upacarapun memiliki karakter yang berbeda dengan tokoh Sakatn yang terdapat dalam novel Api Awan Asap. Ifing dalam novel Upacara diceritakan sebagai sosok yang ikhlas. Berbeda dengan Sakatn, Ia tidak merelakan cintanya pada Nori. Sakatn sendiri digambarkan memilik sifat yang pantang menyerah dan licik.

Selain tokoh sentral, cerita dalam kedua novel pun didukung kehadiran tokoh pembantu. Pada novel Upacara terdapat tokoh bernama Tuan Smith sebagai salah satu tokoh pembant. Dalam novel, Tuan Smith digambarkan sebagai sosok pemberani dan pandai bersosialisasi, sedangkan pada novel Api Awan Asap terdapat beberapa tokoh pembantu yaitu Jue, Ibu Nori, dan Pune. Jue adalah suami Nori mempunyai sifat jujur dan pekerja keras. Ibu Nori mempunyai sifat yang penyayang diceritakan ketika Ibu Nori memberikan nasehat kepada anaknya ia membelai rambut Nori yang legam nan indah menggambarkan betapa

90 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sayangnya dia kepada anaknya ini. Pune juga merupakan salah satu tokoh pembantu dalam novel Api Awan Asap mempunyai sifat penurut.

5.2 Saran

Penelitian tentang novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan

dengan novel Upacara karya Korrie Layun Rampan yang mencakup kajian

strukur pembangun karya sastra dapat dikembangkan lebih luas dan dalam lagi

oleh peneliti selanjutnya. Peneliti lain juga hendaknya tidak hanya meneliti

unsur pembangunnya saja tapi juga bisa menggunakan kajian sastra yang

lainnya, misalnya feminisme, pragmatik dan psikoanalisis.

91 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Huberman Michael, A dan Miles B Matthew . 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indoenesia Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa & Sastra. Surakarta : Yuma Pressindo Moelong, J Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remadja Karya Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Press Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya Pradopo, Djoko Rachmat. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik Dan Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offest Rampan, Korrie Layun. 1976. Upacara. Jakarta : Pustaka Jaya Rampan, Korrie Layun. 2015. Api Awan Asap. Jakarta : PT Grasindo Stanton, Robert.2007. Teori Fiksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Teeuw, A. 1984. Sastra Dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya

92 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Triangulasi Data

Berikut ini adalah hasil dari penelitian Analisis Unsur Intrinsik Novel Upacara Dan Novel Api Awan Asap Karya Korrie Layun Rampan. Yang perlu divalidasi oleh ahli/pakar. Berilah tanda (✔) pada kolom” setuju” atau “ tidak setuju” yang menggambarkan penilaian anda terhadap hasil analisis unsur intrinsik novel Upacara karya Korrie Layun Rampan dan Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan. Serta berilah keterangan yang dapat membuat kebenaran hasil analisis tersebut.

Tidak Keterangan No Novel Upacara Novel Api Awan Asap Setuju Setuju Pakar 1 Tema novel Upacara berbicara Tema Novel Api Awan Asap ✔ Benar mengenai religiusitas (kepercyaan ) berbicara mengenai perjuangan suku Dayak Benuq. hal dapat dilihat cinta. Perjuangan cinta Nori untuk dari berbagai rangakaian Jue. Ia jug berusaha untuk menjadi upacara yang dilalui oleh Tokoh ibu sekaligus ayah bagi putrinya “Aku”. Pune. Nori adalah sosok perempuan modern dan terpelajar, tetapi ia tetap mencerminkan sosok yang tidak meninggalkan tradisi budaya

leluhurnya.

93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data Paparan : Data Paparan:

1) Hal ini dibuktikan 1)“hidup sebagai janda bukanlah hal dari kutipan berikut “ dokter ? yang enak apalagi tinggal di desa balianlah dokternya. Tak ada dokter yang jauh dan terpencil. Akan tetapi di sini, daerah terpencil. Peranan bagi nori , hidupnya seperti dituntun balian sangat menentukan dalam tangan pengobatan dan upacara-upacara kedamian.” Hal 16 keagaman. Tak bisa menolak, aku Dalam mata Nori , danau itu bukan sendiri ! walau tak iman, tapi hasil sebuah kualat atau kutukan , akan kenyataan berbicara tetapi proses alam yang berasal dari sendiri atas diriku. Mulai sembuh, letusan gunung api . saat ayahnya sungguh-sungguh tak masuk akal !.” membuka jalan ke situ pikirannya tak hal 60 lagi mempercayai mitos leluhur. Tetapi ia sigap memikirkan membuka lahan 2) “ Menurut keyakinan orang- orang yang ada di sekeliling sebagai areal di sini seseorang yang sudah kembali pertanian , setelah ia melihat sendiri dari Lumut akan dianugrahi usia kondisi lahan. ” hal 45 panjang, banyak rezeki dan berbagai keuntungan. Maut lama sekali baru 3)“ bagiku kesetiaan hanya satu. mau menghampirinya karena daftar Lebih dua puluh tahun yang lalu pengisi bilik Lumut sudah dicoret.

aku telah menemukan

94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dia termasuk orang-orang ingkar dan tak pernah goyah. karena jiwanya liar tak mau menyerah pada roh-roh penguasa Lumut.” “ tahun-tahun terakhir ini di daerah memang terjadi wabah perkawinan antara gadis-gadis kampung dengan pekerja asing. Keadaan ini sukar dihindari, sebab daya tarik orang luar lebih kuat ketimbang awak sendiri. Apalagi kalau si asing itu tampan, menghadiahkan banyak pemberian, gadis-gadis sederhana pemikirannya cepat sekali tergoda. Gejala sosial yang menjadi wabah disini !.” hal 93

2 Tokoh utama dan penokohan dalam Tokoh utama dalam novel Api Awan ✔ Benar novel Upacara adalah tokoh Aku. Asap adalah Nori.

Data Paparan : Data Paparan :

1.Tokoh Aku memiliki watak tegar, Tokoh Nori memiliki watak setia, percaya hal mistik dan rapuh. Hal ini tegar, pintar, berpendirian teguh dan

dibuktikan dari beberapa kutipan rapuh. 95

berikut : Hal ini dibuktikan dari beberapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1) Lalu hari penguburan Waning. kutipan berikut : Penguburan cintaku, kekasih yang 1)“Hampa?” Suara Nori agak malang. Dengan tanganku sendiri, kuukir lungunnya halus sekali. meninggi. “Kau jangan menghina Belum ada kebaktian yang telah kesetiaan seorang wanita. Naluriku kuberikan padanya selain kehangatan mengatakan bahwa aku tetap seorang kemudaanku yang panas, selain istri. harapan dan cita-cita . hal 71 Suamiku masih ada dan aku tetap seorang istri. Aku belum menjadi janda!.” Tokoh tambahan pada novel Upacara Tokoh tambahan pada novel Api Awan Asap Tokoh Waning memiliki watak, setia. Hal ini dibuktikan dari kutipan berikut : Tokoh Jue memiliki watak jujur dan pekerja keras. Hal ini dapat dibuktikan 1)“Soalnya hanya keyakinan dan kesetian. Cinta selalu penuh dari beberapa kutipan berikut : pengorbanan,” ucapnya gemetar. 1) “Jue juga merupakan pemuda yang Matanya membasah. Beberapa titik tumbuh dengan sifat kesatria dan air bening mengalir di sana. “ Aku jujur”

2) Gairah kerja Jue makin

96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

telah berjanji . Aku setia pada sumpah menggebu karena ia mendapat setia, pada hati nurani . Atau Kakak dukungan Petinggi Jepi dan warga lou lainnya. Pola kebun yang digarap masih ragu- ragu padaku?” Jue mengikuti apa yang pernah diterimanya di bangku sekolah. Selama tiga tahun ia menggarap Tokoh Paman Jomoq tanah, ia telah menghasilkan lebih berpikiran tradisional sepuluh hektar kebun karet dan lima belas hektar kebun rotan. Tampak sekali bahwa 1)”Sudah kutunjukan kepada orang Jue menemukan gairahhidup dalam asing itu bahwa kita punya tuhan, “lanjut PamanJomoq. “ Sekali pekerjaannya mengolah tanah. dengan gagak. Sekali dengan punai. Sekali dengan rangkong. Tokoh Sakatn memiliki watak yang

pantang menyerah, sabar dan licik. Tokoh Tuan Smith memiliki sifat Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan pemberani dan pandai bersosialisasi. berikut ini: Hal ini dibuktikan dari kutipan 1)”Akan tetapi, Sakatn bukanlah berikut: seperti lelaki lain yang cepat mundur.

1)“Apakah dengan banyak Tuhan tak Saat itu terdengar suaranya, “Justru 97

timbul persaingan di antar tuhan- aku ingin membantumu memelihara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tuhan anak Jue. Ia sahabatku sejak kecil. lainnya?”Tuan Smith bertanya. Aku merasa bertanggung jawab atas apa yang

2) Aku akrab dengan Tuan Smith.

Banyak hal baru kuketahui dan ditinggalkannya. Termasuk kudapat dari orang asing itu. Tentang asal-usul, tentang keluarga, tempat memelihara istri dan anaknya.” tinggal, pendidikan, dan keadaan jaman. Tentang agama dan kepercayaan, penyelidikannya, cita- 2) “ Aku ? Meski tak kukatakan, cita dan tujuan hidup. Ketiga mereka sebenarnya sejak sembilan belas cepat sekali menguasai bahasa tahun lalu lamaran Sakatn setempat. disampaikan. Tapi aku tak pernah bisa melupakan Jue. Karena itu, selalu kutolak meskipun Sakatn Tokoh Ifing mempunyai sifat yang terus-menerus menanyakan ikhlas. Hal ini dibutikan dari kutipan kesediaanku…” berikut : 3) “Sakatn menjadi tegang. Ia ingat 1) “Perih sekali kala Ifing mengetahui dengan jelas, tali itu disiapkan Nori kakak akan melamar gadis Bawo. untuk Jue dan dipakai Jue untuk Berarti aku harus terus- menerus turun dalam kesendirianku yang sudah tak ke dalam gua, dansetelah Jue sampai ke

bawah, tali itu dikerat Sakatn, membuat

98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ada. Sebagai adik yang mencinta, temannya itu tak bisa naik ke mulut aku tabah dan berdo‟a. Kak Waning gua. Ia lakukan itu kerena ia ingin sudah tak ada. Semoga kakak menyunting Nori.” berbahagia dengan gadis lain yang betul- betul kakak cintai.” Tokoh Petinggi Jepi memiliki watak percaya dengan hal-hal mistik. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan berikut : 1)“Kau kan tahu kawasan danau itu angker. Kok kau malah membuat rencana yag sepertinya tak masuk akal.” Tokoh Ibu Nori memiliiki watak yang penyayang. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut : 1)Semuanya menginginkan baik, Ri. Semuanyaa,” ibunya membelai rambut anaknya yang legam dan Nori masih juga tetap jelita.

Tokoh Pune memiliki watak yang

99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penurut. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan berikut : 1) Pada saat Pune masih bersekolah di Samarinda, Pune-lah yang mengurus belanjaan di Samarinda. Dan setelah Pune kuliah di Banjarmasin, barang- barang itu dibeli Pune dalam partai besar di Banjarmasin, sehingga harganya mungkin sama dengan harga eceran barang yang sama di Surabaya atau Jakarta.

3 Latar novel Upacara memiliki Latar novel Api Awan Asap lebih ✔ Benar persamaan dengan novel Api Awan kompleks Asap. Hal ini dapat dibuktikan dari ,dibandingkan dengan novel beberapa kutipan berikut Upacara. :Latar tempat berada di Lamin. Lamin merupakan tempat tinggal orang suku Namun tetap memiliki kesamaan Dayak. pada asepek latar tempat, waktu, dan suasana. Latar tempat dalam novel

Api Awan Asap

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data Paparan 1)Lamin merupakan Data Paparan sebuah rumah panjang yang dihuni banyak orang. Terdiri dari beberapa Latar tempat pertama berada di Lou. puluh bilik dengan berpuluh kepala Lou maknanya sama dengan rumah keluarga. panjang orang Dayak. Lou memliki

arti yang sama dengan Lamin. 1) Bau asap api menyeruak dari luar

lou. Kebakaran hutan seperti momok Latar tempat kedua berada di dan hantu yang menyerang kawasan taman bunga. desa dan kota.

2) Tiba-tiba aku telah berada di tengah padang bunga-bungan yang 2) Warga lou merasa luas. Bunga- sangat bersyukur dan berhutang bunga menebarkan aromanya budi kepadNori, karena putri yang lembut. petinggi Jepi itulah yang menyediakan parabola dan Latar tempat ketiga berada di menyalakan kawasan lou. 101

pelaminan pengantin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4) Lawang sekepeng itu berhiaskan aneka bunga-bungan dan janur- janur ringit. Janur yang telah dirangkai dengan Latar tempat kedua berada di kebun berbagai motif dan warna. bunga : 1)Sampai pada batas agak di kejauhan, kebun bunga Latar waktu pada novel Upacara, mengombakkan haruman di pagi, siang dan malam. bentangan dataran sekeliling danau. Hal ini dibuktikan dari beberapa kutipan berikut : Latar waktu yang menunjukkan Latar tempat ketiga berada di dangau pagi hari. kebun kopi : 1) Meskipun telah 1) “.Ayah tersenyum, ibu berhenti menangis. Pagi tersenyum manis ditolak berkali-kali, Sakatn memang .” lelakiyang tak pernah putus asa. Ia tahu bahwa Nori tak jadi berangkat berbelanja ke Samarinda, dan sedang 2) Di udara yang dingin pagi hari berada di dangau kopi, ia pun kami sempat berpangutan gairah. menyusul ke sana. Embun membasahi lantai jamban, uap air membumbung putih- putih, sunyi. Latar tempat keempat berada di gua : 1)Pada waktu yang

bersamaan,ketika Nori sedang 102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bersitegang dengan Sakatn, tepat Latar waktu yang menunjukkan ketika itu pula seorang lelaki sedang siang hari. mempertahankan hidupnya di dalam ruang gua yang gulita.

1).Siang harinya aku berangkat. Latar tempat kelima 2)Matahari sudah mulai meninggi dan berada di pelaminan pengantin: di luar sinarnyamerata. 1)Orang- orang yang terperanjat dan mereka yang berusaha ikut Latar waktu yang menolong saling bertemperasan, menunjukkan malam hari. rebut- merebut, membuat arena balai-balai pelaminan mempelai 1)Pertunjukannya berselang- seling menjadi kacau balau. 2)Arena membuat malam cepat berlalu. belotakng dan arena balai-balai 2 )Di malam hari Rie menjadi pelaminan pengantin menjadi kacau pimpinan tari gantar. balau.

3) Malam begitu indah karena ia memberi kegelapan sekitar sehingga Latar waktu pada novel Api Awan kami bebas berkasih- kasihan di Asap, petang dan malam hari. bawah bulan, sambil memandang

kerlip bintang. 103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Latar suasana dalam novel Latar waktu yang menunjukkan Upacara, kalang kabut, sedih waktu dan bahagia. Hal ini dibuktikan petang: 1)Matahari sudah dari beberapa kutipan berikut hampir seluruhnya limpas di balik cakrawala. Angin danau seperti menyaput percakapan tadi.

Latar waktu yang menunjukkan waktu malam hari: 1) “Di malam hari, Nori dapat tidur nyenyak sekali. Tanpa mimpi”. Latar suasana kalang kabut 2) Ada rasa malu dan tertempelak saat dalam novel Upacara. Nori sadar dari teriakannya tadi malam. “ tolong! Pegang Nori ! 1)Kejadian selanjutnya tak suara itu terdengar riuh dan terbayangkan , di luar dugaan. memecah suasana Suasananya keruh keras menekan . malam lou. Suatu gelombang kemarahan para penonton meluap dengan bengisnya Latar suasana yang pertama, seperti gulungan banjir yang hening : 1)Susana kembali dahsyat.. Sumpah serapah yang tak hening. Semua mata memandang mengenal peradaban sopan santun, 104 sorot mata bagaikan telaga api.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hingga satu aba-aba” sesuatu yang aneh dan menakutkan. Hal 2

Tangkaaaaaaaaap!!!” Ku sambar si Burik dari tengah gelombang amarah Latar suasana kedua, kalang kabut massa, melejit kencang berlari. : Berlari terus, terus berlari. Terus ! 1)“Tolong! Tolong!Tolong!” Suasana yang tadinya Sedang di belakangku riuh tapak memburu. khusuk dan penuh takzim, tiba-tiba berubah menjadi arena yang kalang kabut dan hinggar binger tak menentu. Hal 2

Latar suasana sedih dalam novel

Upacara: Latar suasana ketiga pasrah: 1) Aku tak kuasa menitikkan air mata. Luka yang sangat dalam, tetakan 1)“Terima kasih, Sa. Kuharap kita pedang bermata dua. Membenam aku jujur dengan diri kita sendiri. Kita ke suatu telaga yang kelam. setia dengan kata- kata. Bahkan kalau Segalanya menjadi hitam. Hitam! O, boleh, kita tak perlu bersentuhan Gusti! Begitu cerpat kebahagian ini selama pernikahan kita. berlalu. Begitu cepat kebahagian ini Kecuali dalam suasana tertentu di 105 berlalu. Begitu cepat! Lakon manis depan umum. Kita harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang berakhir duka! tampak mesra?” “Ya. Hanya di depan umum..” hal 158 Latar suasana Bahagia dalam Latar suasana keempat, panik : novel Upacara : 1)Demikianlah beberapa hari lampau, beberapa orang datang dengan 1”Kuraih istriku ke dalam membawa alat ukur dan mengukur dekapan. hutan-hutan di sekitar lou tanpa Segalanya telah sampai. Tak ada lagi meminta izin petinggi maupun warga kesangsian. Tak ada lagi keraguan lou lainnya. Hal 109 akan ketaksetiaan di antara kami. Begitu dekat!

Nafas yang berburuan Latar suasana kelima, bersitegang: , Tubuh yang tergeletak. Sukma “Karena sudah Sembilan belas tahun menyatu.” aku melamarmu.” “Itu urusanmu, Sa. Mau dua puluh tahun, tiga puluh, atau seribu, bukan urusanku. Satu-satunya urusanku adalah bekerja dan terus bekerja agar Pune dapat menyelesaikan kuliahnya dan tidak

terganggu soal biaya.” Hal 71

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4 Sudut pandang yang ✔ Benar Sudut pandang yang digunakan pada novel Api Awan Asap karya digunakan dalam novel Upacara Korrie Layun adalah sudut padang orang pertama Rampan adalah sudut pandang orang pelaku utama yakni tokoh aku ketiga serba tahu. sebagai tokoh utama dalam cerita yang mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya.

Data Paparan : 1)Aku sendiri Data Paparan : 1)Ketika musik makin dilahirkan dan dibesarkan dalam teduh dan peka saat itu tampak kehidupan lamin. Tentu saja segala seorang gadis muda sedang berjalan lekuk-liku hidup dan kehidupan tergesa-gesa membawa piring dalam bentuk kebersamaan ini raksasa. Di dalam piring raksasa itu kukenal dan mengenang merah darah. Darah? Ya! kuketahui hingga hal- hal yang Di dalam piring raksasa itu memang njlimet. menggenang darah kerbau. Baru saja Yang di dalamnya sering tersua banyak selesai upacara penombakan kerbau hal ganjil, yang kurang dapat aku terima di belontakng. Dan kini darah itu dengan sepenuh ikhlas . hal 43 merupakan upacara terakhir pemberkatan nikah putri Petinggi

Jepi.Hal 15 107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2) Tak terasa aku menarik nafas 2)Kini musik itu telah berlalu. Yang panjang sekarang ada, adalah kutetan gadis . Hatiku sendiri tersumpal keraguan remaja dan kaki yang terjebloskan ke adakah semuanya ini benar? Atau dalam lubang aneh yang tiba-tiba fikirankukah yang tersesat? Yang tak berada di tempat itu. Selama mampu mengkaji kedalaman filsafat Sembilan belas tahun tak seorang nenek moyang tentang pun menduga jika di tempat kebenaran dan keselamatan? Tentang itu ada lubang yang akan menjebloskan makna hidup kebersamaan dan seorang untuk jatuh. Tetapi, saat Pune, keyakinan? Hal 58 putri Nori, melewati tempat itu, kakinya tiba-tiba menyentuh tanah yang lemah, 3) Bagiku berahan kali ini merupakan dan kaki itu masuk ke dalam bagian pengalaman pertama. Ujian adat bagi yang menggeronggang. Hal 5 seorang pemuda yang akan segera memulai hidup baru berumahtangga. Pendewasaan badan dan jiwa, menyiapkan sendiri seluruh keperluan, alat-alat dan biaya bagi upacara pengantinnya. Hal 66

5 Gaya bahasa yang terdapat dalam Gaya bahasa yang terdapat pada ✔ Benar

108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Novel Upacara menggunakan novel Api Awan Asap memiliki bahasa Indonesia dan disisipkan persamaan dengan novel sedikit bahasa daerah. Serta gaya Upacara. bahasa yang dapat menghidupkan Menggunakan bahasa indonesia kalimat. dan disisipkan bahasa daerah. Serta menggunakan gaya bahasa perbandingan dan sindirian.

Data Paparan: Menggunakan Data paparan : menggunakan bahasa indonesia dan disisipkan bahasa Indonesia dan bahasa daerah : disisipkan bahasa daerah

Dayak Benuaq:

1)Paman Tuding masih asyik 1)Demikianlah belian dengan tarian baliannya di serambi menetapkan nama desa itu. Desa depanl amin yang disebut kou. Dempar, lou dibangun dibagian Musik kendang dan boning tanah yang meninggi, menghadap mengiring tarian belian dengan yang kearah matahari terbit. Tiang ulin

telah mendekat iakhir. Suara gerenyit yang besar digotong oleh warga 109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lantai rotan di bawah tikar jaliq dari hutan agak ke darat. Hal 8 mericit-ricit ketika Paman Tuding meliukkan pertunjukkan tarian balian nyamen dekat kearahku dengans obekan-sobekan halus daun pisang 2) Keahlian yang didapat dari ibunya disebut membuat kain-kain ulap doyo yang selolo. ditenunnya dicari para turis yang dating ke lou. Hal.79 Menggunakan gaya bahasa perbandingan. Gayabahasa hiperbola: 1)“ suatu kecepatan yang maha dahsyat dengan sayap hiperbola: petualangan bagai roh dewa-dewa membawaku ke suatu tujuan yang 1) “ dirinya terasa limbung diterpa penuh teka-teki. “ hal 22 cahaya. Diterjang angin, dipukul 2) “ kilauan yang penuh pesona cuaca, begitu keras kehidupan. memancar dari berbagai sudut, dari Sementara matanya seperti satuan kubah-kubah dan puncak memandang negeri seribu surya. menara seperti matahari sejuta Begitu silau.” menyorotkan sinar yang warna-warni. Bayang-bayangku yang utuh jelas terkaca pada lantaipualam yang Menggunakan Gaya bahasa

perbandingan. Majas 110

personifikasi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kuinjak. Bagaikan telaga cermin , di mana permainan benda- benda dan mahluk angkasa yang menciptkan 1)“ ada rasa sejuk dari sentuhan permainan di depan mataku jelas sobekan – sobekan daun itu seperti sosoknya. Termasuk permainan elusan angin yang nakal “ hal 21 beribu bulan, bintang-bintang dan benda langit yang main sembuyi- sembuyian di pojok remang-remang. Menggunakan gaya bahasa “ hal 33 sindirian . berikut kutipannya : Menggunkan gaya bahasa perbandingan. Majas personifikasi : 1)“ cukup apanya ? nenek moyang kita yang memelihara dan menunggu pohon dan tanah, orang-orang serakah justru 1) “ selolo itu kemudian diturunkan dengan semena-mena datang menjarah. ke dadaku. Ada rasa sejuk dari Aku harap pak petinggi lebih keras sentuhan sobekan- sobekan daun itu menentukan perutukan bagi warga lou. seperti elusan angin nakal.” hal 21 Jangan nantinya kita jadi orang asing di kampung sendiri !. “ hal 112 2) “mimpi yang menggelitik keriangan; diriku seolah-olah berdiri

di ketinggian yang

111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sempurna.” hal 22

berikut kutipan gaya bahasa sindiran sarkasme yang terdapat pada novel Upacara : 1) “ lamin yang tentram dikacau tangan-tangan keparat !.” hal 92

2) “ gadis-gadis yang sederhana pemikirannya ini cepat sekali tergoda. Gejala sosial yang menjadi wabah di sini !.” hal 93

6 Amanat yang terkandung dalam Amanat yang terkandung dalam ✔ Benar novel Upacara ada dua yaitu, novel Api Awan Asap. Pertama, religiusitas dan cinta sejati. Sebuah janganlah kita sebagai manusia sebuah kepercayaan, tradisi adat memiliki sifat licik . kedua, kesetiaan istiadat tidak dapat dilepaskan dari dan sifat Nori patut dijadikan contoh.

satu kelompok masyrakat. Jadinya

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penting untuk menghargai kebudayaan yang berada disuatu tempat dan tidak memaksakan untuk menerima kepercayaan yang kita anut. Cinta sejati akan datang sendiri pada waktu yang tepat , tidak perlu bersedih dalam masa penantian. Data paparan: 1)Kuraih istriku ke Data paparan : 1)Sakatn menjadi dalam dekapan. tegang. Ia ingat dengan jelas, tali itu Segalanya telah disiapkan Nori untuk Jue dan dipakai Jue untuk turunke dalam gua, sampai. Tak ada lagi kesangsian. Tak dan setelah Jue sampai ke bawah, tali ada lagi keraguan akan ketaksetiaan itu dikerat Sakatn, membuat di antara kami. Begitu dekat! Nafas temannya itu tak bisa naik ke mulut yang barburuan, Tubuh yang gua. Ia lakukan itu kerena ia ingin tergeletak. Sukma menyatu. Hal 122 menyunting Nori . hal 169

2) “Sudah kutunjukkan kepada orang asing itu bahwa kita punya Tuhan,” 2) Aku baru melahirkan, Sa. Tak lanjut Paman Jomoq . “Sesekali dengan mungkin aku menikah. Kau pikir gagak. Sesekali dengan punai. Sesekali sendiri, betapa rendahnya seorang

dengan rangkong. wanita yang baru saja kehilangan

113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

suami, dan melahirkan anak dari suaminya yang hilang, menikah lagi?” hal 18

“Hampa?” Suara Nori agak meninggi. “Kau jangan menghina kesetiaan seorang wanita. Naluriku mengatakan bahwa aku tetap seorang istri. Suamiku masih ada dan aku tetap seorang istri. Aku belum menjadi janda!” hal 53

Yogyakarta, 4 Desember 2020

Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.

114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

BIODATA PENULIS

Nama lengkap penulis Maria Goreti Stephanie,

dilahirkan di Samarinda pada tanggal 13 September

1997. Merupakan anak pertama dari pasangan Bapak

Sepentong, S.P. dan Ibu Susela Bibiyana,S.IP .

Penulis menyelsaikan pendidikan SD dan SMPK

(2011) di Barong Tongkok, selanjunya melanjutkan pendidkan menegah atas di SMAK Santo Fransiskus Assisi (2014) di Samarinda dan melanjutkan pendidikan di fakultas Pendidikan, jurusan Pendidkan Bahasa

Dan Sastra Indonesia.

Dengan ketekunan, motivasi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah berhasil menyelsaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas terselsaikannya skripsi yang berjudul “Analisis Unsur Intrinsik Novel Upacara

Dan Novel Api Awan Asap Karya Korrie Layun Rampan”.