TEMU ILMIAH IPLBI 2016

Makna Kultural Situs Sumberawan: Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan

Ema Y. Titisari, Antariksa, Lisa Dwi W, Surjono

S3 Teknik Sipil Keminatan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang.

Abstrak

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari kegiatan pelestarian arsitektur antara lain adalah kekayaan estetika visual, memori akan tempat/artefak untuk kesinambungan masa lalu-masa kini, dan masa yang akan datang, sebagai objek studi, dan terlestarikannya makna kultural yang ter- kandung di dalamnya. Pada kenyataan dinamika budaya yang terus-menerus berubah, makna kul- tural menjadi hal yang dipertanyakan. Makna kultural yang mana? Ketidaktepatan menjawab perta- nyaan ini menjadikan objek konservasi justru kehilangan makna hakikinya dan terjebak pada keman- faatan tertentu saja, atau bahkan terabaikan. Pada kasus Candi Sumberawan, candi yang menurut ahli purbakala merupakan peninggalan agama Budha jaman Singosari, kini justru digunakan untuk kegiatan spiritual berbagai pemeluk agama, di samping juga untuk kegiatan non-spiritual. Maka dalam melestarikannya, perlu dipahami makna kultural yang dimaksud. Artikel ini mengkaji menge- nai makna kultural, dan menemukan rumusan yang tepat bagi makna kultural yang dimaksud, de- ngan menyoroti kasus yang terjadi pada Candi Sumberawan.

Kata-kunci : candi sumberawan, makna kultural, pelestarian

Pengantar puncak tersebut, dan reruntuhan batu puncak di tumpuk di sebelah utara candi. Candi Sumberawan di Singosari, Malang meru- pakan candi Budha yang didirikan di tengah-te- Candi Sumberawan terletak di kaki gunung Arju- ngah telaga berair jernih (sumber-rawan = no, sekitar 6km dari Candi singosari, tepatnya di sumber air berupa rawa/telaga). Kini telaga ter- Desa Toyomerto, Kecamatan Singosari, Kabupa- sebut tersisa di sisi sebelah selatan candi. Su- ten Malang. Material candi adalah batu andesit nyoto (2000) menyatakan bahwa kata “Sumbe- yang disusun membentuk tunggal di atas rawan’ berasal dari kata bariawan atau bhari- pondasi persegi dengan alas stupa berupa segi wahana (Sansekerta) artinya penunggan merak, delapan dan padma. Di dalam Kita Negarakerta- yakni Sang Buddha. gama disebutkan bahwa candi ini dikunjungi oleh Prabu Hayam Wuruk pada tahun 1359 Ma- Candi Sumberawan diperkirakan dibangun pada sehi dalam perjalanan ziarah kelilingnya (Soek- abad ke-14 sampai 15, dan diteliti oleh arkeolog mono 1995). Belanda, Van Romondt, setelah ditemukan oleh penduduk setempat pada tahun 1904. Restorasi Candi Sumberawan juga disebut dengan nama dilakukan sekitar tahun 1928 dan 1935 (Wurian- Kasurangganan, taman bidadari, dan taman to 2009). surga nimfa (Wurianto 2009 dan Soekmono 1995). Hingga kini, banyak orang meyakini bah- Candi Sumberawan berukuran 6,25m x 6,25m wa tempat tersebut merupakan tempat turun- dengan tinggi 5,23m. Bagian puncaknya runtuh. nya bidadari dari kahyangan, pintu masuk dari Ketiadaan bukti dan dokumen pendukung me- dunia manusia ke dunia dewa-dewa. Air telaga ngenai bentuk puncak candi menyebabkan para pun dipercaya sebagai air kehidupan (air amerta arkeolog tidak dapat merekonstruksi bagian /air panguripan). Dusun di dekat telaga Sumber-

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | I 063

Makna Kultural Situs Sumberawan: Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan awan menggunakan toponim yang berhubungan dilakukan antara lain: rekreasi/wisata, fotografi, dengan keyakinan masyarakat mengenai khasiat pentas seni, berdagang/berjualan, penelitian, air telaga Sumberawan, yakni Desa Toyomerto studi-wisata, berkemah, diklat, dan lain-lain. Ke- (toyo berarti air, dan amerta berarti kehidupan). giatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan me- Air telaga Sumberawan diyakini berkhasiat untuk manfaatkan potensi vista dan suasana alami kesehatan, kecantikan, kejayaan, dan kesejah- (sungai, hutan dan lahan persawahan) pada Si- teraan. Adapun pendirian candi Sumberawan di tus Sumberawan, serta keunikan arsitektur kuno atas telaga saat itu, ditujukan agar kesucian air Candi Sumberawan. Ada juga pengunjung yang telaga tetap terjaga. datang untuk mencuci dan mencari kayu bakar.

Tanah Sumberawan merupakan tanah Kasoga- Pengunjung yang datang untuk melakukan ke- tan, tanah yang diberikan raja kepada Sogata giatan spiritual ternyata tidak hanya mereka /pemuka agama Budha. Agama yang berkem- yang beragama Buddha saja, tetapi juga dari bang di Singosari pada masa pemerintahan raja latar belakang agama/kepercayaan yang lain. terbesar Kerajaan Singosari, yakni Raja Kerta- Kelompok ini dapat dibagi menjadi tiga, yakni negara adalah agama Hindu Syiwa dan Buddha kelompok yang ibadahnya berhubungan dengan Tantrayana. Keberadaan candi Buddha di Sum- keberadaan stupa, kelompok yang memiliki ke- berawan) dan candi-candi Hindu di Singosari yakinan terhadap khasiat air telaga, dan kelom- menunjukkan penghargaan Raja Kertanegara pok yang memiliki hubungan spiritual dengan terhadap keragaman agama. ruang/tempatnya. Kelompok yang memusatkan ibadahnya pada stupa misalnya umat Buddha Saat ini air telaga Sumberawan digunakan untuk yang menjalankan ritual Waisak. Kelompok yang keperluan irigasi sawah masyarakat Desa Toyo- meyakini khasiat air Sumberawan berasal dari merto dan sekitarnya, juga digunakan sebagai lebih banyak kalangan dengan latar belakang sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari agama berbeda-beda dan dengan kepentingan masyarakat sekitarnya (HIPAM), Kostrad Divisi berbeda-beda (kesehatan, kecantikan /awet Infanteri 2 (TNI AD), LANUD Abdurrahman Sa- muda, kejayaan, kemakmuran, dan lain-lain). leh (TNI AU), BLK, dan PDAM Singosari. Keter- Kelompok yang memiliki keterkaitan dengan gantungan masyarakat Desa Toyomerto terha- tempat adalah mereka yang meyakini bahwa dap sumber air Sumberawan melahirkan tradisi tempat tersebut merupakan tempat leluhur me- slametan banyu yang kegiatannya berpusat di reka (Raden Wijaya) mengasingkan diri dan Situs Sumberawan. bersemedi sebelum akhirnya menemukan dan mendirikan . Candi dan sumber air Sumberawan merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan. Stupa meru- Penggunaan Situs Sumberawan untuk berbagai pakan simbol kesucian. Stupa Sumberawan ada- kegiatan menunjukkan bahwa terdapat perbe- lah perwujudan Gunung Mandara atau Gu-nung daan makna dari setiap individu/kelompok ter- Meru (alam dewa-dewa), sedangkan tela-ga hadap Situs Sumberawan (candi, sumber air, adalah amerta. Airnya adalah air kehidupan mi- dan tempatnya). Makna tersebut, bagi kelom- numan para dewa, yang bila diminum manu-sia pok-kelompok tertentu, tampaknya juga menga- maka ia akan terhindar dari malapetaka dan ke- lami pergeseran dari maksud awal pendirian matian. Ketiadaan relik, arca, maupun relief candi. Jika kegiatan pelestarian arsitektur sela- pada Candi Sumberawan menunjukkan bahwa ma ini banyak berbicara mengenai makna kultu- fungsi candi ini berkaitan dengan eksistensi air ral, maka dalam kasus obyek kuno yang kini di telaga (Wurianto 2009). maknai berbeda dari makna asalnya, atau yang dimaknai berbeda-beda oleh pengguna ru-ang Pengunjung yang datang ke Situs Sumberawan atau pengapresiasi ruangnya, maka perlu dipa- (Candi dan telaga Sumberawan) dapat dibagi hami terlebih dahulu makna kultural yang mana dalam dua kelompok, yakni pengunjung yang yang dimaksudkan. Hal ini dimaksudkan agar melakukan kegiatan ritual keagamaan (spiritual) kegiatan pelestarian yang dilakukan tidak terje- dan non-spiritual. Kegiatan non-spiritual yang bak pada hilangnya spirit dari objek arsitektur, I 064 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Ema Y. Titisari sekaligus agar dapat dapat diman-faatkan bagi hidup, serta diwariskan dari generasi ke gene- kehidupan di masa kini dan masa yang akan rasi. datang. Permasalahan makna kultural inilah yang akan dibahas dalam artikel ini. Menurut beberapa ahli yang lain, budaya bukan sekedar hasil yang dapat dilihat sebagai produk Metode pengetahuan, kesenian, tata cara hidup, dan lain sebagainya. Budaya adalah pemikiran. Me- Makalah ini merupakan hasil pemikiran menge- nurut Soemardjan (1990), budaya adalah karya, nai makna kultural objek arsitektur yang dida- cipta, dan rasa masyarakat. Rasa dan cipta yang sarkan pada kasus Situs Sumberawan. Kenya- dimaksud di sini adalah pemikiran atau ide. Kar- taan yang terjadi pada Situs Sumberawan di ya merupakan hasil nyata dari ide atau pemi- ungkapkan secara deskriptif dengan menga-mati kiran tersebut. kegiatan yang berlangsung, setting, pelaku, dan waktu kegiatan. Wawancara secara menda-lam Koentjaraningrat (2009) menyatakan bahwa dilakukan untuk menggali informasi dari nara- budaya, yang dalam bahasa Inggris disebut sumber kunci. Data-data selanjutnya Diana-lisis culture, berasal dari kata ‘colere’ yang artinya secara deskriptif untuk menunjukkan Kenyataan mengolah, mengerjakan, dan berhubungan de- di lapangan sehubungan dengan definisi makna ngan tanah. Kebudayaan diartikan sebagai se- kultural dalam kegiatan pelestarian situs kuno. gala upaya manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam. Upaya yang dimaksud di sini Arti makna kultural ditelusuri dari akar kata atau bukan hanya pada usaha mewujudkan hasil saja, bahasa menurut beberapa beberapa ahli. Arti tetapi juga pemikiran-pemikiran yang mengha- tersebut selanjutnya dikaji untuk dapat ditemu- silkan ide-ide sehubungan dengan kegiatan me- kan rumusan atau definisi yang tepat pada kon- ngolah tanah (alam) tersebut. Koentjaraning-rat teks kegiatan pelestarian arsitektur. Dalam hal (2009) juga mengkaitkan arti budaya dengan ini, kegiatan pelestarian Situs Sumberawan digu- buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari nakan sebagai kasus untuk memperjelas definisi buddhi (Sansekerta) yang artinya akalbudi. Ke- atau rumusan mengenai makna kultural. budayaan dapat berupa tiga hal, yaitu ide, aktivitas, dan artefak. Ide menjadi titik awal di Pembahasan lakukannya aktivitas dan terwujudnya artefak.

Definisi Budaya Belakangan dipahami bahwa perwujudan buda- ya tidak melulu yang tangible saja tetapi juga Makna kultural dikaitkan dengan kultur atau bu- yang intangible (Vecco 2010) . Kebudayaan daya. Menurut Wikipedia online, budaya adalah yang tangible adalah yang berwujud benda suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki ragawi. Kebudayaan yang intangible (takbenda) bersama oleh sebuah kelompok orang, dan di menurut Konvensi untuk Penyelematan Warisan wariskan dari generasi ke generasi. Buda- Budaya Takbenda tahun 2003 (Convention for ya terbentuk dari banyak unsur termasuk sistem the Safeguarding of the Intangible Cultural agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perka- Heritage) pasal 2 ayat 1 adalah praktek, perwu- kas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Dalam judan, ekspresi, pengetahuan dan kete-rampilan pengertian lain disebutkan bahwa budaya – sebagaimana instrumen, objek, arte-fak, dan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, ruang budaya yang terkait dengannya – yang kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat is- dikenali oleh kelompok, komunitas, atau individu tiadat dan lain kemampuan-kemampuan yang sebagai bagian dari warisan budayanya, antara didapatkan oleh manusia sebagai anggota lain: tradisi dan ekspresi lisan, seni pertunjukan, masyarakat (E. B Taylor dalam Soerjono- praktek sosial, ritual, festival budaya, penge- 1990:55). Dari beberapa pengertian di atas, tahuan dan praktek mengelola alam, dan keah- budaya merujuk pada suatu kompleksitas ide lian-keterampilan tradisional. yang merupakan pengetahuan dan menjadi cara

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | I 065

Makna Kultural Situs Sumberawan: Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan Dari beberapa pengertian mengenai budaya di zhalim, indah-buruk, dan seterusnya. Dengan atas, dapat ditarik benang merah, bahwa buda- kata lain pendekatannya adalah pendekatan ya berkaitan dengan: holistik, yakni berlandaskan nilai ketuhanan se- cara murni dan konsisten. a. Pemikiran atau ide-ide yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat berkaitan de- Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diru- ngan cara hidup dengan mendayagunakan a- muskan bahwa yang dimaksud dengan budaya kal budi. adalah pola fikir atau mentalitas yang didasari oleh nilai-nilai luhur berketuhanan yang diwu- b. Ide tersebut menjiwai tindakan, perilaku, judkan dalam bentuk pengetahuan, tindakan, dan aktivitas yang diwariskan secara turun- perilaku, aktivitas, tata cara hidup (termasuk ri- temurun dari generasi ke generasi sehingga tual, teknologi, keterampilan, kesenian, dan lain menjadi tradisi atau adat-kebiasaan. sebagainya), serta artefak bendawi maupun takbenda, untuk mewujudkan kehidupan yang c. Ide tersebut juga diwujudkan dalam artefak adil, harmonis, dan selaras. Makna kultural ber- bendawi maupun takbenda. bicara mengenai eksistensi nilai-nilai univer-sal. Nilai-nilai budaya berdasarkan ketuhanan berla- Menarik mencermati pengertian budaya di atas ku abadi dan universal (berkesemestaan), se- di saat kita berhadapan dengan kenyataan kera- dangkan bagian dari budaya yang memiliki nilai gaman dan perkembangan budaya dari waktu lokalitas bersifat temporal dan berlaku di lokal ke waktu. Bagaimana menyikapi suatu hasil dan tertentu. Karakter lokalitas adalah terbuka ter- nilai budaya, khususnya perwujudan budaya ku- hadap perubahan. Karakter universalitas adalah no (masa lalu) yang tampaknya sudah tak lagi kemampuan untuk menghubungkan dan meng- relevan dengan budaya masyarakat di masa hidupkan warisan budaya masa lalu di masa kini kini? Pengertian budaya yang disampaikan Pa- dan masa yang akan datang. Jika ini yang ngarsa (2006) bisa menjadi alternatif jawaban- menjadi dasar dalam pemahaman mengenai nya. makna budaya atau makna kultural, maka akan ditemukan benang merah makna kultural dari Menurut Pangarsa (2006), budaya adalah ke- warisan masa lalu yang kontekstual untuk kehi- rangka/pola fikir dan mentalitas untuk menyem- dupan masa kini. purnakan atau menumbuhkembangkan seluruh potensi kandungan hidup dan kehidupan mak- Makna Kultural dalam Kegiatan Pelestari- hluk ciptaan menurut ketetapan oleh Yang Maha an Situs Sumberawan Pencipta secara berkesetimbangan. Pangarsa (2006) merujuk pada konsep makna budaya Konsep konservasi pusaka budaya dalam kon- yang didekati dari hermeneutika fungsional dan vensi atau piagam dunia seperti yang disusun fonetik dari makna bunyi, yaitu kata badaya UNESCO atau ICOMOS berkaitan erat dengan yang berkonjugasi, bertasrif menjadi Al Mubdi’u masalah otentisitas, khususnya otentisitas ben- yang artinya Yang Maha Mengawali dan men- dawi/berwujud (Kwanda 2013). Kenyataannya, jadikan segala sesuatu dari tiada, juga dari asal- tradisi konservasi arsitektur di luar Eropa, seper- usul etimologi yaitu budi (akal-budi, pikiran) dan ti di Asia, otentisitas takbenda justru lebih diuta- daya. Intinya, budaya didasari oleh nilai-nilai lu- makan. Konservasi pusaka budaya dalam mas- hur berketuhanan, untuk mengawali hidup de- yarakat tradisional memungkinkan terjadinya ngan suatu proses yang adil, harmonis, selaras pergantian material, namun ritual-ritual yang dalam kedamaitenteraman dengan bukti berupa bermakna spiritual tetap dijalankan, misalnya kesatuan jalinan kehidupan antarmak-hluk cipta- yang terjadi pada tradisi konservasi di Kompleks an Allah. Dengan demikian, budaya pastilah Ki Buyut Trusmi (Kwanda 2013). Demikian pula bukan pemikiran yang bertentangan dengan otentisitas tak benda berupa pengetahuan kons- nilai-nilai luhur, hasilnya pun memiliki keman- truksi yang dimiliki kepala tukang dan abdi faatan luas. Di dalamnya terdapat pembedaan dalem kraton. Menurut Kwanda (2013) hal ini tegas antara benar-salah, baik-buruk, adil- disebabkan oleh karena dalam masyarakat ‘ti- I 066 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Ema Y. Titisari mur’ nilai-nilai kosmologilah yang mendasari ngan langsung dengan candinya. Mereka mela- terbentuknya arsitektur. Tradisi konservasi mas- kukan ritual di tempat tersebut atas dasar keya- yarakat Asia Tenggara dan China memgijinkan kinan mereka akan kekuatan tempat atau penggantian material, pengembangan dan re- khasiat air telaganya dari cerita yang mereka konstruksi, atau bahkan mendirikan bangunan terima dari pendahulu-pendahulu mereka. Candi baru dan membiarkan yang lama roboh, tetapi Sumberawan, untuk mereka, adalah penanda makna spiritual berupa kaidah-kaidah kosmolo- tempat kedudukan sosok yang mereka yakini gis seperti konsep kesatuan manusia dan surga sebagai penjaga sumber air. (Tuhan), prinsip geomansi, evolusi dan peru- bahan, kejadian historis, dan lain-lain tetap Sementara itu, pengunjung yang memiliki latar ditaati. Ritual-ritual dalam prosesi pendirian ba- belakang kosmologi selain Buddha atau Kejawen, ngunan menjadi pusaka takbenda yang dijaga memaknai Situs Sumberawan sebagai objek de- otentisitasnya. ngan sisi eksotika yang menarik untuk kegiatan wisata, pertunjukan kesenian, fotografi, bahkan Permasalahannya, dalam konteks masyarakat memiliki potensi ekonomi. Masyarakat yang yang sedang mengalami transisi budaya dari tinggal di sekitar situs (Dusun Sumberawan) budaya rural ke budaya urban (Santosa 2008) memandang sumber air Sumberawan sebagai seperti di seperti saat ini, objek kon- pemasok air untuk tanah pertanian dan penye- servasi (pusaka budaya) ditangkap dalam mak- dia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. na berbeda-beda oleh pengguna ruang, pelaku Ketergantungan mereka terhadap sumber air kegiatan, pihak-pihak yang memiliki kepen- melahirkan tradisi slametan sumber atau slame- tingan atas objek tersebut, juga oleh masya- tan banyu yang juga tidak ada hubungannya rakat yang tinggal di sekitar objek konservasi. dengan candi Sumberawan. Maka makna kultu- Bahkan spirit ritual yang menjadi tradisi pun ral objek konservasi jika diartikan sebagai mak- sudah mengalami pergeseran. Dari hasil wawan- nanya di masa lalu akan sulit menemukan kon- cara saat dilangsungkannya upacara keagamaan tekstualitasnya bagi kehidupan masa kini. dan ritual adat di Situs Sumberawan, banyak peserta upacara yang tidak memahami hakekat Salah satu tujuan kegiatan konservasi adalah dari upacara yang dilakukannya. Mereka hanya agar objek konservasi memiliki nilai kemanfaat- sekedar ikut menjalankan tradisi. Hal inilah yang an bagi generasi masa kini dan masa men- terjadi pada situs Sumberawan, juga situs-situs datang yaitu demi mewujudkan kehidupan yang kuno lain yang kini terlihat sebagai sosok yang lebih berkualitas, meningkatkan harkat dan mar- asing dan terisolasi dari lingkungan sekitarnya. tabat manusia, serta memperkuat kepribadian Dalam konteks ini, maka otentisitas makna kul- bangsa (Undang-Undang Cagar Budaya 2010 tural yang manakah yang dimaksud? dan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003). Jika makna kultural objek konservasi tidak lagi Jika makna kultural Situs Sumberawan ditem- kontekstual dengan masyarakat saat ini, maka patkan dalam kerangka makna candi Sumber- tujuan tersebut mustahil dapat tercapai. Untuk awan menurut pendirinya di masa lalu (yakni itu makna kultural di sini perlu diletakkan dalam sebagai perwujudan Gunung Mandara dan ber- kerangka pemikiran yang holistik, yakni dilanda- tujuan untuk menyucikan air telaga menjadi air si oleh nilai-nilai luhur berketuhanan. Makna kul- amerta), maka tampaknya makna tersebut kini tural tak dapat mengelakkan diri dari dinamika kehilangan otentisitasnya. Upacara Waisak yang budaya. Makna kultural adalah spirit yang bersi- diselenggarakan di Candi Sumberawan tidak fat universal. berhubungan kekuatan tempat dan khasiat air telaga. Upacara Waisak yang dilakukan di Sum- Karakter universal atau kesemestaan makna kul- berawan lebih disebabkan oleh eksistensi stupa tural objek konservasi menjadikannya fleksibel sebagai simbol agama Buddha. terhadap perubahan yang bersifat lokal dan temporal, yakni perubahan yang terjadi karena Keyakinan yang tetap terjaga saat ini di kala- dinamika ruang dan waktu. Pada kasus Situs ngan kelompok Kejawen justru tidak berhubu- Sumberawan, makna tersebut harus ditelusuri Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | I 067

Makna Kultural Situs Sumberawan: Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan dari berbagai aspek yang ada di dalamnya, baik Daftar Pustaka aspek manusia, aktivitas, maupun ruangnya (Creswell 2015). Makna kultural berperan seba- Antariksa. (2005). Permasalahan Konservasi dalam gai filter yang menyaring dan membatasi aktivi- Arsitektur dan Perkotaan. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS XV(1): 64-78 tas mana yang dapat dikembangkan dan mana Creswell, J.W. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain yang tidak, serta sejauh mana perkembangan Riset, Memilih di Antara Lima Pendekatan., Edisi ruang dan aktivitas yang dapat dilakukan. Spirit Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar yang dibangun adalah kemanfaatan untuk masa Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research kini dan perbaikan kehidupan di masa menda- Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. tang. Pesan inilah yang seharusnya tersampai- Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antopologi. kan dalam kegiatan konservasi budaya (Prayogi Jakarta: Rineka Cipta dan Danial 2016). Kegiatan konservasi bendawi Kwanda, T. (2013). Otentisitas Takbenda dalam Tradisi Konservasi di Kompleks Ki Buyut Trusmi, dapat terus dilakukan, tetapi penyampaian pe- Cirebon. Proseding Seminar Nasional Reinterpretasi san melalui proses-proses transfer kebudayaan Identitas Arsitektur . Universitas Udayana- inter dan antar generasi juga harus dilakukan. APTARI, Bali, Oktober 2013 Pangarsa, G.W. (2006). Merah Putih Arsitektur Kesimpulan Nusantara. Yogyakarta: Andi Offset Prayogi, R & Danial, E. (2016). Pergeseran Nilai-Nilai Pada kasus Situs Sumberawan, jika makna kul- Budaya Pada Suku Bonai Sebagai Civic Culture di tural diidentikkan sebagai ritual adat, upacara Kecamatan Bonai Darussalam Kabupaten Rokan keagamaan, atau seni, keterampilan dan tekno- Hulu Provinsi Riau. Jurnal Humanika 23(1): 61-79 logi arsitektural saja, maka spirit yang terkan- Santosa, Jo. (2008). Arsitektur-Kota Jawa: Kosmos, dung di dalamnya tidak akan dapat tersam- Kultur, dan Kuasa. Jakarta: Centropolis Universitas Taruma Negara paikan. Akibatnya kehadirannya sulit diterima Soekmono, R. (1995). The Javanese Candi: function oleh masyarakat masa kini (khususnya masyara- and meaning (Vol. 17). Brill. kat yang tinggal di sekitar situs) yang telah Soemardjan, S. (1990). Perubahan Sosial di mengalami perubahan budaya. Untuk itu, oten- Yogyakarta. Yogyakarta: Gajah Mada University tisitas makna kultural tidak dapat diletakkan Press. dalam keharusan menjalankan ritual dan tradisi Soerjono, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: sebagaimana dicontohkan oleh para pendahulu PT. Rajawali saja. Tradisi yang dijalankan tanpa diikuti pema- Sunyoto, A. (2000). Buku Petunjuk Wisata Sejarah Kabupaten Malang. Malang: Lingkar Studi haman mengenai hakekatnya justru akan me- Kebudayaan matikannya perlahan-lahan. Terlebih jika muara Vecco, M. (2010). A Definition of Cultural Heritage: dari dijalankannya tradisi tersebut adalah pro- From the Tangible to the Intangible. Journal of mosi wisata (Undang-undang Cagar Budaya Cultural Heritage 11: 321-324. 2010). Inti dari makna kultural atau makna www.sciencedirect.com budaya dalam kegiatan pelestarian arsitektur Wurianto, A.B. (2009). Aspek Budaya pada Upaya bukanlah pada otentisitas takbenda berupa Konservasi Air dalam Situs Kepurbakalaan dan ritual tradisional, upacara adat, dan semacam- Mitologi Masyarakat Malang. Humanity. 4 (2). nya, tetapi pada makna hakiki yang dikandung oleh objek tersebut. Makna hakiki yang dimak- sudkan di sini adalah makna inti, makna yang sesungguhnya, yang memiliki karakter universal atau berkesemestaan, yakni makna yang dilan- dasi oleh nilai-nilai spiritual atau nilai-nilai luhur ketuhanan.

I 068 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016