ANALISIS POTENSI DESA DITINJAU DARI SOSIAL BUDAYA KESENIAN TRADISIONAL RONGGENG GUNUNG DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PRASEJAHTERA (Studi kasus di desa Ciulu Kec. Banjarsari Kab. Ciamis Jawa Barat)

Dewi Ratih 1a, Wulan Sondarikab a, b Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP-Universitas Galuh Ciamis Jl. R. E. Martadinata No. 150 Ciamis, 46274 Jawa Barat

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi sosial budaya kesenian tradisional Ronggeng Gunung terhadap pendapatan masyarakat prasejahtera. Populasi penelitian adalah pemerintahan Desa Ciulu dan pelaku kesenian ronggeng gunung Bi Raspi dan kawan-kawan. Hasil dari penelitian ini diantaranya adalah; potensi sosial budaya kesenian tradisional Ronggeng Gunung di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis kurang memberikan dampak baik terhadap perekonomian masyarakat terutama bagi pelaku Ronggeng Gunung itu sendiri karena tidak adanya perhatian dari pihak pemerintah.

Kata Kunci: Potensi Desa, Sosial Budaya, Ronggeng Gunung

ABSTRACT This study aims to analyze the social potential of traditional arts culture Ronggeng Gunung to the income of the underprivileged community. The research population is the government of Ciulu Village and artist of ronggeng mountain Bi Raspi and friends. The results of this study include; cultural potential of traditional culture Ronggeng Gunung Village Ciulu Banjarsari District Ciamis less impact on the economy of the community, especially for the perpetrators of Ronggeng Mountain itself due to the lack of attention from the government.

Keywords: Potential Village, Social Culture, Ronggeng Gunung

PENDAHULUAN disajikan sebagai hiburan pelepas lelah manakala mereka selesai menanam padi atau Ronggeng Gunung merupakan sehabis panen. Untuk pelepas lelah dan disajikan pertunjukkan yang menampilkan seorang penari pada waktu malam hari (Sejarah singkat sekaligus penyanyi yang berasal dari gunung. Ronggeng Gunung, 2012). Penyajian Ronggeng Gunung dimainkan dengan Namun selain untuk hiburan masyarakat alat musik sederhana yang terdiri dari satu pegunungan Ronggeng juga biasa ditampilkan kendang, tiga ketuk dan satu . Ronggeng ini dalam acara-acara penjamuan makan malam di mempunyai lagu-lagu khas. Setiap lagu berpadu rumah kediaman para Bupati. Beberapa gadis dengan tarian khusus dan penyajian satu lagu ini penari ditampilkan dan para Bupati serta Adipati dianggap satu babak. Gerakan tari Ronggeng menari dengan masing-masing penari dengan Gunung lebih bertumpu pada kaki. Penari diiringi suara musik yaitu yang biasanya menari secara bergerombolan, berlanjut sampai larut malam (John Joseph membentuk lingkaran yang mengelilingi Stockdale, 2014: 192). ronggengnya. Pada lagu tertentu menari dengan Di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari berkerudung sarung atau iket (Dadan wildan Kabupaten Ciamis Jawa Barat terdapat potensi dkk. 2005: 130). kesenian tradisional Ronggeng Gunung yang Ronggeng Gunung juga merupakan apabila di olah sedemikian rupa, maka akan hiburan bagi masyarakat disekitar pegunungan, menjadi daya tarik bagi turis lokal maupun non

1 Penulis Koresponden E-mail address: [email protected] doi: http://dx.doi.org/10.25157/ja.v4i2.909 Copyright©2017 Jurnal Artefak e-ISSN: 2580-0027

Halaman | 161 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.2 September 2017 lokal. Namun sayangnya tidak ada perhatian dari 1. Observasi berperan serta (participan pihak pemerintah. Bahkan jauh ketinggalan observation) dengan Kabupaten Pangandaran yang sudah 2. Wawancara secara mendalam (in depth bergerak cepat dalam melestarikan dan interview) melakukan kegiatan-kegiatan festifal, 3. Content analysis (Analisis Dokumen) diantaranya festifal Ronggeng Gunung, festifal 4. Triangulasi. Ronggeng Amen dan festifal Angklung. Usaha ini merupakan wadah yang efektif untuk menekan masyarakat daerah melakukan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN urbanisasi ke kota-kota besar sekedar untuk menjadi buruh dibandingkan untuk membangun Potensi Sosial Budaya Kesenian Tradisional desanya sendiri. Dengan adanya potensi Ronggeng Gunung Di Desa Ciulu Kecamatan kesenian tradisional ronggeng gunung, ini Banjarsari merupakan aset pemerintahan daerah dalam 1. Perkembangan Ronggeng Gunung meningkatkan pendapatan daerah maupun Perkembangan Ronggeng Gunung dari meningkatkan pendapatan masyarakat tahun 1940-1950an, tidak begitu berkembang prasejahtera. diakibatkan dari banyaknya kesenian luar yang Namun segala sesuatunya tidak dapat masuk ke dalam negeri diantaranya adalah; berjalan sendiri-sendiri. Maksudnya adalah kesenian / theater dan film. Namun harus ada campur tangan pemerintah dalam pada tahun 1948 terdapat perubahan nama pada mensosialisasikan kesenian tradisional ronggeng yaitu menjadi sinden. Hal ini Ronggeng Gunung ini ke khalayak ramai. Salah dimaksudkan agar bisa merubah kesan negatif satunya dengan pementasan kesenian ini pada yang selama ini melekat pada diri ronggeng. acara-acara hajatan pemerintahan seperti pada Namun tetap saja kesan negatif pada diri acara hari jadi Kabupaten Ciamis, pada hari jadi ronggeng tidak dapat dihindarkan, karena Kecamatan-kecamatan se-Kabupaten Ciamis, seorang ronggeng akan melakukan apa saja bahkan hari jadi Desa Ciulu itu sendiri. Selain itu asalkan kebutuhan financial mereka tercukupi juga pemerintahan dalam hal ini dinas (Alrianingrum, 2016: 851). kebudayaan dan pariwisata dapat bekerjasama Di tahun 1950an menurut Septina untuk mengadakan festifal Ronggeng Gunung. kesenian ronggeng mengalami perkembangan. Dengan adanya usaha-usaha tersebut tidak Para sudah mulai melirik kesenian menutup kemungkinan akan berdampak baik ini. Namun untuk perempuan bangsawan untuk para seniman Ronggeng Gunung. dilarang untuk menyaksikannya, karena mareka tidak mau disamakan derajatnya dengan perempuan penari ronggeng. Pada tahun 1953 METODE PENELITIAN kesenian ronggeng dilarang oleh pemerintah, Berdasarkan konteks permasalahan dalam karena dianggap hiburan yang dapat penelitian ini maka bentuk penelitian yang mendatangkan keonaran. Maka para ronggeng dipilih adalah penelitian kualitatif deskriptif. mengubah pertunjukkannya menjadi Kliningan Penelitian deskriptif dirancang untuk Bajidoran. Dan Kliningan ini berkembang memperoleh informasi tentang status gejala saat menjadi Kliningan Bajidoran di tahun 1963. Hal penelitian dilakukan. Tujuan penelitian ini ini semakin membuat ronggeng menjadi lebih adalah untuk melukiskan variabel atau kondisi negatif dimata masyarakat. Karena mereka “apa yang ada” dalam suatu situasi (Furchan, (sinden) melakukan tarian-tarian 2011: 447). Berdasar dari tujuan penelitian, jenis dengan para penari laki-laki sambil penelitian ini adalah penelitian dasar (basic membawakan lagu kliningan. Dalam melakukan research). Menurut Gay dalam Sugiyono, tarian-tarian tidak jarang para penari bajidor penelitian dasar bertujuan untuk merayu para laki-laki yang sadang menari untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan mengeluarkan uang. Hal seperti inilah yang kegunaan langsung yang bersifat praktis mengakibatkan para penari ronggeng atau (Sugiyono, 2013: 4). bajidor dianggap hina oleh masyarakat luas Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif (Alrianingrum, 2016: 852). dan jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini (Sugiyono, 2013: 241) adalah:

Halaman | 162 Dewi Ratih, Wulan Sondarika Analisis Potensi Desa Ditinjau Dari Sosial Budaya Kesenian Tradisional Ronggeng Gunung Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Prasejahtera (Studi kasus di desa Ciulu Kec. Banjarsari Kab. Ciamis Jawa Barat) 2. Fungsi Ronggeng Sebagai Ritual dan alias Ronggeng Gunung yang sejak lama dicita- Hiburan citakannya. Sedangkan disisi lain hatinya merasa Seiring berjalannya waktu, kesenian cemas, karena takut tidak bisa tampil dengan ronggeng gunung ini beralih menjadi dua fungsi, baik. Sebagai murid yang paling muda, Raspi yaitu sebagai tarian ritual dan hiburan. Dalam sebenarnya merasa belum siap untuk tampil, tarian ritual, ronggeng ini merupakan simbol namun seorang warga Ciganjeng telah dewi kesuburan (Dewi Sri), tetapi dalam meminangnya (menanggap) untuk tampil hiburan, ronggeng merupakan penari diacara hajatan keluarga. Dan itu adalah penyemarak. ronggeng sebagai ritual akan penghormatan yang tidak mungkin ditolak sangat dihormati dibandingkan dengan ronggeng (wawancara dengan Bi Raspi tanggal 10 Januari sebagai penghibur. Diperkirakan alih fungsi ini 2018). terjadi ketika orang Belanda mulai membuka Sudah dijelaskan diatas bahwasannya perkebunan. seorang Ronggeng Gunung amat sangat Seperti yang dijelaskan oleh (Mufidah, disakralkan oleh khalayak banyak. Akhirnya 2016: 848) bahwa sebagai sarana hiburan tidak berkat sugesti dan dorongan spiritual dari jelas kapan terjadinya pergeseran fungsii gurunya, bi Raspi tampil percaya diri. Dan ronggeng yang berperan sebagai media perantara malam itu, di Pakalangan hajat Raspi muda dalam setiap upacara ritual yang selama ini mulai ngahaleuangkeun atau membawakan 16 dianggap sebagai perempuan yang mulia dan lagu sakral ciptaan Dewi Siti Samboja tanpa terhormat di mata masyarakat menjadi sebuah ragu. Kerja kerasnya tidak sia-sia, siang malam pertunjukan atau sebuah tontonan, bahkan selama 8 hari penuh Raspi muda berlatih keras kedudukannyapun berubah menjadi perempuan pada uwa Majakabun dan indung Dawis, tetua yang dipandang hina dan berkonotasi negative dan sesepuh ronggeng kahot di Gontelan. Dan bahkan hanya dianggap sebatas penyemarak malam itu pula menjadi titik awal bagi karir hiburan saja. Kemunculan ronggeng sebagai Raspi, yang akan mengantarkannya menjadi suatu seni pertunjukan dimulai pada masa seorang maestro Ronggeng Gunung dari desa hadirnya kebudayaan modern dalam masyarakat Ciulu kecamatan banjarsari kabupaten ciamis dengan berkembangnya perkebunan yang (wawancara dengan Bi Raspi, tanggal 10 Januari berkembnag dengan merekrut para tenaga kuli- 2018). kuli kontrak serta para perempuan-perempuan Peristiwa pengalaman pertama yang pribumi di perkebunan-perkebunan miliki terjadi tahun 1972 itu masih diingatnya dengan pemerintah barat pada masa itu, hal ini baik. 41 tahun lamanya Raspi bergelut dengan mendorong kebudayaan barat sebagai budaya kesenian tradisi yang telah mengukuhkan modrn ikut berkembang ditengah-tengah namanya. Tidak saja bagi dirinya, namun juga masyarakat . bagi tanah kelahirannya turut diharumkan. Dedikasi wanita ini rasanya tak perlu 3. Ronggeng Gunung Ciamis disangsikan lagi. Dari manggung dikampung- Di tanah Priangan Timur terdapat satu kampung sampai akhirnya di tahun 2013 Raspi legend atau tokoh Ronggeng Gunung yaitu Bi dapat tampil di Singapura sebagai duta budaya Raspi. Bi Raspi merupakan sosok wanita yang indonesia, hal itu menjadi bukti bahwa Raspi dan sangat menjaga warisan nenek moyangnya. Bi seni Ronggeng Gunung Ciamis telah mendapat Raspi merupakan Tokoh Ronggeng Gunung tempat terhormat di dunia seni (majalah badar. yang cukup dikenal di tanah Sunda. Beliau Edisi pertama. No 1/thn 1/des2013). merupakan perempuan yang sudah berumur Sebagai catatan, untuk menjadi seorang agak lanjut usian sudah menginjak 60 tahun, ronggeng pada zaman dahulu memang tidak tetapi mempunyai kemampuan yang sangat semudah sekarang. Beberapa syarat yang harus mengagumkan dalam hal tarik suara. Dia dipenuhi antara lain bentuk badan bagus, dapat bertugas membawakan lagu-lagu tertentu yang melakukan puasa 40 hari yang setiap berbuka tidak dapat dibawakan oleh pesinden biasa. puasa hanya diperkenankan makan pisang raja Awalnya dia diwarisi oleh ua Majakebun sekitar dua buah, latihan nafas untuk memperbaiki tahun 1972 ketika Bi Raspi menyelesaikan suara, fisik dan juga rohani yang dibimbing oleh sekolah dasarnya. Awalnya antara senang dan ahlinya. Dan, yang umum berlaku, seorang takut. Senangnya karena malam itu dia akan Ronggeng harus tidak terikat perkawinan. Oleh tampil pertama kalinya sebagai kembang bale karena itu, seorang penari Ronggeng harus

Halaman | 163 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.2 September 2017 seorang gadis atau janda (wawancara dengan Bi utama dalam pembangunan ini adalah Raspi tanggal 10 Januari 2018). memperkuat daerah atau desa untuk Kesenian Ronggeng Gunung bi Raspi mempercepat pertumbuhan dan pemerataan yang bertempat di Desa Ciulu Kecamatan (Soleh, 2017: 43). Banjarsari Kabupaten Ciamis merupakan satu- Dari kutipan diatas bahwa masyarakat satunya kesenian Ronggeng Gunung asli yang dapat mewujudkan keinginannya untuk hidup ada dan telah mewarisi kesenian ini secara turun berkecukupan dengan mengendalikan temurun. kemampuan (skill) yang dimiliki, sehingga peran Sampai sekarang dia masih aktif diundang partisipasi yang aktif dan kreatif sangat berperan untuk perhelatan-perhelatan budaya di kota- serta guna meningkatkan perekonomian pribadi kota. Biasanya Bi Raspi dibawa keliling kota dan perekonomian desanya. Potensi Desa bukan dalam perhelatan budaya yang disponsori oleh hanya terletak pada Sumber Daya Alam dan salah satu merk rokok terkenal di Indonesia. Usaha Kecil Menengah saja melainkan dapat Yaitu pada tahun 2013 bi Raspi manggung di digali melalui keahlian lain, seperti dapat beberapa kota besar di Jawa Barat bahkan ditinjau dari potensi sosial budaya, baik itu dari sampai Go Internasional ke Singapura yaitu pada kesenian tradisional maupun dari acara ritual- bulan Oktober 2013. Kota-kota yang di datangi ritual Desa. Dari kekreatifitasan yang lain ini, bi Raspi di daerah Jawa Barat pada tahun 2013 tidak menutup kemungkinan desa tersebut akan dalam acara “ngaronggeng” antara lain Cianjur, menjadi daya tarik turis lokal bahkan turis asing Manonojaya, Cikajang, Garut, Cicalengka, dan kemungkinan kedepannya akan tercipta Cibaduyut, Purwakarta, Kuningan dan Kawali. kampung budaya. Sedangkan peralatan musik yang digunakan Pada dasarnya di Desa Ciulu Kecamatan untuk mengiringi tari Ronggeng Gunung adalah Banjarsari Kabupetan Ciamis terdapat potensi tiga buah ketuk, yaitu kendang, kenong dan desa dari segi sosial budaya yaitu dengan goong (wawancara dengan bi Raspi tanggal 10 terdapatnya pelaku kesenian tradisional Januari 2018). Ronggeng Gunung. Apabila kesenian Ronggeng Untuk melestarikan seni budaya Sunda Gunung ini dapat dikembangkan, maka hal ini khususnya Ronggeng Gunung di Ciamis bagian akan berpengaruh pada pendapatan pelakunya selatan, sedikitnya ada tiga sebutan untuk itu sendiri dan secara umum pada pendapatan pertunjukkan ronggeng: Ronggeng Gunung, Desa. Caranya yaitu dengan adanya peran serta Ronggeng Tayub dan Ronggeng Kaler. Masing- dari pihak pemerintahan daerah itu sendiri masing nama itu sekaligus dapat membedakan seperti pada acara-acara hajatan Desa, hajatan bentuk pertunjukkan masing-masing. Bentuk Kecamatan, hajatan Kabupaten dan acara-acara pertunjukkan Ronggeng Kaler (kaler = utara) ritual yang lain. selain itu dengan re-generasi merupakan pengembangan dari Ronggeng Ronggeng Gunung terhadap anak-anak usia dini Gunung. Ronggengnya ada dua orang dan musik dan remaja dengan diwajibkannya latihan pengiringnya seperangkat gamelan lengkap Ronggeng Gunung ini melalui ekstrakurikuler di dengan lagu-lagu kliningan. Sedangkan sekolah PAUD, TK, SD, SMP maupun SMA. penyajian Ronggeng Tayub mirip dengan Namun dari hasil pengumpulan data yang pertunjukkan tayub di daerah Priangan lainnya. dilakukan peneliti ke Desa Ciulu Kecamatan Kedua pertunjukkan ini hanya dipergelarkan Banjarsari Kabupaten Ciamis bahwasannya untuk hiburan dalam kenduri perkawinan dan pengaruh Ronggeng Gunung terhadap khitanan (Dadan wildan dkk. 2005, Kab. Ciamis pendapatan masyarakat prasejahtera kurang dalam perspektif sejarah: 131). memberikan dampak baik terhadap perekonomian masyarakat terutama bagi pelaku Pengaruh Kesenian Ronggeng Gunung Ronggeng Gunung itu sendiri. Terhadap Pendapatan Masyarakat Dari hasil wawancara dengan Bi Raspi Prasejahtera tanggal 10 Januari 2018, selaku pelaku kesenian Dalam upaya mencapai sinergi Ronggeng Gunung beliau menuturkan pembangunan yang diinginkan maka ada bahwasannya tidak ada perhatian dari pihak beberapa aturan dan ketentuan yang harus pemerintah terhadap kesenian Ronggeng terpenuhi dan dipenuhi. Sesuai dengan tujuan Gunung. Hal ini sangat disayangkan oleh pembangunan kabinet kerja pada pemerintahan peneliti dikarenakan kesenian tradisional saat ini maka ketentuan dan aturan yang harus Ronggeng Gunung ini merupakan ikon dipenuhi menyangkut norma, dimensi Tujuan Kabupaten Ciamis. Bahkan untuk sekarang ini,

Halaman | 164 Dewi Ratih, Wulan Sondarika Analisis Potensi Desa Ditinjau Dari Sosial Budaya Kesenian Tradisional Ronggeng Gunung Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Prasejahtera (Studi kasus di desa Ciulu Kec. Banjarsari Kab. Ciamis Jawa Barat) bi Raspi dan rombongan sering dimintai untuk dimulai di sosialisasi oleh pemerintah, maka manggung Ronggeng Amen yang merupakan kesenian asli Ronggeng Gunung ini akan hilang. kesenian khas dari wilayang Kuningan. Ini dikarenakan kurang adanya sosialisasi kesenian tradisional terhadap masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Untuk menarik pasar, sebenarnya dapat dimulai dari pihak pemerintahan daerah itu Alrianingrum, Septina. 2016. AVATARA. sendiri dengan melakukan sosialisasi seperti Surabaya: e-Journal Pendidikan Sejarah mengundang pada acara-acara hajatan Desa, Volume 4, No. 3, Oktober 2016 hajatan Kecamatan, hajatan Kabupaten dan Majalah Badar No 1/THN I/ Des. 2013. Aset acara-acara ritual yang lain supaya masyarakat Macet Pemda Ciamis. LSM Badar. sekitar dapat menyaksikan. Maka dengan Ciamis diperkenalkannya kembali Ronggeng Gunung Mufidah. 2016. Pengaruh Pembelajaran pada masyarakat melalui acara-acara Etnomatematika Sunda Terhadap pemerintahan, tidak menutup kemungkinan Kemampuan Penalaran Siswa Sekolah masyarakat ada yang tertarik dan meminta untuk Dasar. Bandung: Skripsi Mahasiswa UPI memainkannya. Selain menambah pendapatan Soleh, Ahmad. 2017. Strategi Pengembangan pada personil Ronggeng Gunung, juga dapat Potensi Desa. Bandung: Jurnal Sungkai menambah pendapatan masyarakat setempat. Vol.5 No.1, Edisi Februari 2017 Pada dasarnya cara ini bukan hanya saja Stockdale, John Joseph. 2014. The Island of dapat memperbaiki perekonomian masyarakat, Sejarah Tanah Jawa. Yogyakarta. melainkan dapat melestariakan budaya asli Indonesia. Indonesia yang sudah mulai tergerus oleh Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, zaman. Maka dari itu penting diadakan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. pelatihan-pelatihan tarian Ronggeng Gunung Wildan, Dadan. 2005. Kabupaten Ciamis dalam pada generasi muda. Perspektif Sejah. Pemerintah Kab. Ciamis bekerjasama dengan LPPM Universitas Galuh Ciamis. Ciamis. PENUTUP

Ronggeng Gunung merupakan kesenian asli Jawa Barat. Kesenian tradisional ini masih di klaim oleh dua kabupaten, yaitu oleh Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Pangandaran yang merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Ciamis. Pusat dari Ronggeng Gunung Ciamis yaitu berada di Desa Ciulu Kecamatan Banjasari yang tokohnya adala Bi Raspi dengan nama sanggarnya yaitu Panggugah Rasa. Ronggeng Gunung juga merupakan potensi desa yang bisa di kembangkan untuk menambah pendapatan masyarakat prasejahtera. Namun sayangnya kesenian tradisional ini tidak ada perhatian dari pemerintah. Baik itu pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat. Sehingga para pelaku seni Ronggeng Gunung berbanting setir pada Ronggeng Amen. Dituturkan oleh Bi Raspi selaku pelaku kesenian Ronggeng Gunung, bahwasannya pihak pemerintahan Kabupaten Ciamis belum pernah mengundang beliau tampil dalam acara hari jadi Kabupaten Ciamis. Hal ini sangat disayangkan peneliti. Karena apabila tidak

Halaman | 165 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.2 September 2017

Halaman | 166