KONSTRUKSI BERITA TENTANG IMPOR SENJATA DI KOMPAS.COM

(Analisis Framing Tentang Berita Impor Senjata di Kompas.com September– Oktober 2017)

SKRIPSI

MUNA FADHIAH

140904018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

KONSTRUKSI BERITA TENTANG IMPOR SENJATA DI KOMPAS.COM

(Analisis Framing Tentang Berita Impor Senjata di Kompas.com September – Oktober 2017)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

MUNA FADHIAH

140904090

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Muna Fadhiah

NIM : 140904018

Judul Skripsi : Konstruksi Berita Tentang Impor Senjata Di Kompas.com (Analisis Framing Tentang Berita Impor Senjata di Kompas.com September – Oktober 2017)

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

Drs . Hendra Harahap, M.Si, Ph.D Dra.Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D NIP. 196710021994031002 NIP. 196505241989032001

Dekan,

Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. NIP. 197409302005011002

ii

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan dengan benar.Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Muna Fadhiah

NIM : 140904018

Tanda Tangan :

Tanggal : 07 Maret 2018

iii

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Muna Fadhiah

NIM : 140904018

Departemen : Ilmu Komunikasi/ Jurnalistik

Judul Skripsi : Konstruksi Berita Tentang Impor Senjata Di Kompas.com (Analisis Framing Tentang Berita Impor Senjata di Kompas.com September – Oktober 2017)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( ) NIP.

Penguji : ( ) NIP.

Penguji Utama : ( ) NIP.

Ditetapkan di : Medan

Tanggal :

iv

Universitas Sumatera Utara Kata Pengantar

Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada nabi Muhammad SAW, Sebagai pelopor berkembangnya ilmu pengetahuan dan akhlak yang mulia.

Penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat yang harus peneliti penuhi untuk menyelesaikan program sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini adalah : Konstruksi Berita Tentang Impor Senjata Di Kompas.com (Analisis Framing Tentang Berita Impor Senjata di Kompas.com September – Oktober 2017).

Tidak lupa, peneliti juga ingin mengucapkan rasa syukur dan terimakasih atas seluruh dukungan kedua orang tua, A.Bakti Lubis dan Eliza Tuti yang selalu menyebut peneliti dalam setiap doanya, berbagi suka dan duka selama masa penelitan serta menyemangati peneliti dalam kondisi apapun. Satu paragraf tidak akan pernah cukup untuk mengungkapkan seluruh jasa dan cinta kasih mereka buat peneliti.

Tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, musahil untuk peneliti sampai pada titik ini. Oleh karena itu, peneliti juga turut mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Muryanto Amin M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara beserta seluruh staf dan jajarannya. 2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Emilia Ramadhani, MA, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

v

Universitas Sumatera Utara 4. Bang Drs. Hendra Harahap M.Si, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar mengarahkan, memberikan ide-idenya dan menyediakan waktunya dari awal hingga penelitian ini selesai walaupun peneliti memiliki banyak kekurangan. 5. Ibu Dra. Dayana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik peneliti yang membimbing dan banyak memberikan peneliti nasehat dan inspirasi selama menjalani kegiatan perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 6. Bapak dan Ibu dosen FISIP USU, khususnya dosen Ilmu Komunikasi yang sudah memberikan banyak ilmu pengetahuan serta membuka wawasan peneliti lebih luas lagi selama kuliah. 7. Kak Maya dan Kak Yanti yang selalu bersedia membantu dalam hal administrasi di Departemen Ilmu Komunikasi. 8. Kakak kandung peneliti, Nurul Fadhillah beserta suami, Faris Nur Hakim, yang meski tinggal berjauhan tetapi selalu memberi dukungan dan motivasi nya lewat telepon dan video call. Serta keponakan peneliti, Alula Nur Ashadiya yang selalu membuat peneliti ingin cepat menyelesaikan penelitian dan mengunjunginya. 9. Kepada keluarga PRASTA dan Radio USUKOM yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar, berkreasi dan berorganisasi. Jauh dari itu, semua kenangan yang membentuk kita dari asing menjadi keluarga adalah hal yang paling berharga buat peneliti. 10. Untuk teman yang kemudian menjadi saudara peneliti selama masa perkuliahan, Kiki Adi Kesuma dan Vanessa Pascalya yang sudah berbagi zona nyaman dan suka duka selama lebih dari 3 tahun terakhir. Tanpa kalian, masa kuliah peneliti tidak akan sebahagia ini. 11. Untuk sahabat peneliti lainnya, Yoga Kashogi, Mhd. Rifai, Khoirul Rozi, Lucky Andriansyah, Mhd. Khalis Pasaribu, Rizka G. Sitanggang, Rafiqa Yusna, Laili Syahrani, Suci Ramdhani, Dyah Larassati, dan Rizka Armelia yang juga sedang berjuang dalam penyelesaian skripsi, kalian luar biasa. Kerja keras kita akan segara terbayar lunas.

vi

Universitas Sumatera Utara 12. Kepada Adinda Ajeng, Citra Prasetya, Maurizka Amanda dan Shafira Wahdini, terimakasih untuk dukungan kalian yang lebih sering diisi dengan candaan garing. Kalian adalah „rumah‟ yang entah bagaimana membuat peneliti selalu merasa aman dan nyaman selama 7 tahun terakhir dan semoga untuk tahun-tahun berikutnya. 13. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2014 kelas A, B, dan C, atas perjuangan dan cerita kita selama masa perkuliahan. 14. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu, namun telah turut membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu peneliti membuka tangan selebar-lebarnya atas kritik dan saran demi kemajuan skripsi ini. Semoga skripsi ini membawa manfaat khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan.

Medan, 07 Maret 2018

Muna Fadhiah

vii

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muna Fadhiah NIM : 140904018 Departemen : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty – Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul Konstruksi Berita Tentang Impor Senjata Di Kompas.com. Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : Yang menyatakan

(Muna Fadhiah)

viii

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Konstruksi Berita Tentang Impor Senjata Di Kompas.com (Analisis Framing Tentang Berita Impor Senjata di Kompas.com September– Oktober 2017). Tujuan penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui bagaimana Kompas.com mengkonstruksi berita tentang Impor Senjata dan untuk mengetahui posisi Kompas.com dalam mengkonstruksi berita tentang Impor Senjata. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Media Massa Sebagai Arena Sosial, Konstruksi Sosial Media Massa dan Analisis Framing. Objek penelitian diperoleh melalui studi kepustakaan dan studi dokumenter. Ini berarti data dikumpulkan dari artikel-artikel yang terdapat di portal berita Kompas.com. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan paradigma konstruktivisme sebagai cara pandang. Analisis teks pemberitaan Impor Senjata di Kompas.com menggunakan konsep analisis framing William A. Gamson dan Andre Modigliani. Hasil penelitian menunjukkan main frame dari pemberitaan Impor Senjata dalam portal berita Kompas.com cenderung ditanggapi negatif. Dalam penelitian ini, Kompas.com membingkai pernyataan TNI adalah sebuah kesalahan dan memunculkan citra politik pada diri Panglima TNI. Dua isu tesebut merupakan dua isu yang paling menonjol dan menjadi bingkai utama Kompas.com dalam menyajikan berita terkait Impor Senjata. Kompas.com juga berhasil menciptakan suatu arena sosial dengan memberi ruang pemberitaan berupa tanggapan yang melibatkan aktor-aktor tertentu dalam polemik ini.

Kata Kunci: Impor Senjata, Analisis Framing, Kompas.com

ix

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

The title of this research is The Construction of Imported Weapons News in Kompas.com (Frame Analysis of Imported Weapons in Kompas.com on September-October 2017). This Research is aimed to know how Kompas.com constructing the news of Imported Weapons and to find out the position of Kompas.com in constructing the news of Imported Weapons. The theories that used in this research are Mass Media as Social Arena, Social Construction by Mass Media and Framing Analysis. The object of research gained from literature study and documentary study. It means the data gathered from articles on Kompas website at Kompas.com. The methods that used in this research is qualitative method with constructivism paradigm as a point of view. For the content analysis, this research use framing analysis concept by William A. Gamson and Andre Modigliani. The result of this research showed the main frame of Imported Weapons news in news website of Kompas.com tend to be negatively responded. Based on the data that found in this research, Kompas.com framed the statemant of TNI Commander as a mistake and raised a political image of TNI Commander. Those two major issues highlighted by Kompas.com as the main frame. Kompas.com is also managed to create a social arena by giving a space of the news which is involved certain actors’s respones to this problem.

Keyword: Imported Weapons, Framing Analysis, Kompas.com

x

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i LEMBAR PERSETUJUAN ...... ii LEMBAR PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...... iv KATA PENGANTAR ...... v LEMBAR PERESETUJUAN PUBLIKASI ...... viii ABSTRAK ...... ix ABSTRACT ...... x DAFTAR ISI ...... xi DAFTAR TABEL ...... xiii DAFTAR GAMBAR ...... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ...... 1 1.2 Fokus Masalah ...... 7 1.3 Tujuan Penelitian ...... 7 1.4 Manfaat Penelitian ...... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian ...... 8 2.1.1 Paradigma Konstruktivisme ...... 8 2.2 Kajian Pustaka ...... 11 2.2.1 Media Massa Sebagai Arena Sosial ...... 12 2.2.2 Konstruksi Sosial Media Massa ...... 15 2.2.3 Analisis Framing ...... 25 2.3 Model Teoritik ...... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ...... 27 3.1.1 Analisis Framing Gamson dan Modigliani ...... 27 3.2 Objek Penelitian ...... 31 3.3 Subjek Penelitian ...... 31 3.3.1 Profil Kompas.com ...... 31 3.4 Kerangka Analisis ...... 32 3.5 Teknik Pengumpulan Data ...... 33 3.5.1 Studi Kepustakaan ...... 33 3.5.2 Studi Dokumen ...... 33 3.5.3 Keabsahan Data...... 33 3.6 Teknik Analisis Data ...... 33

xi

Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...... 35 4.1.1 Analisis Framing Artikel I ...... 36 4.1.2 Analisis Framing Artikel II ...... 40 4.1.3 Analisis Framing Artikel III ...... 44 4.1.4 Analisis Framing Artikel IV ...... 50 4.1.5 Analisis Framing Artikel V ...... 55 4.1.6 Analisis Framing Artikel VI ...... 62 4.2 Pembahasan ...... 68 4.2.1 Kompas.com Sebagai Arena Sosial ...... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...... 77 5.1 Saran ...... 78

DAFTAR REFERENSI

LAMPIRAN

xii

Universitas Sumatera Utara Daftar Tabel dan Bagan

No Judul Halaman

2.1 Tabel Konsep Framing ...... 21 4.1 Objek Penelitian ...... 36 4.2 Kodifikasi Artikel I ...... 39 4.3 Kodifikasi Artikel II ...... 43 4.4 Kodifikasi Artikel III ...... 48 4.5 Kodifikasi Artikel IV ...... 55 4.6 Kodifikasi Artikel V ...... 59 4.7 Kodifikasi Sub Judul Artikel V ...... 62 4.8 Kodifikasi Artikel IV ...... 66

xiii

Universitas Sumatera Utara Daftar Gambar dan Foto

No Judul Halaman

2.1 Model Teoritik ...... 26 3.1 Model Analisis Framing Gamson dan Modigliani ...... 39

xiv

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki institusi pertahanan dan keamanan yang kuat untuk melindungi seluruh warga negaranya. Salah satu institusi yang memiliki andil cukup besar dalam bidang ini adalah Tentara Nasional (TNI). Sebagai benteng utama pertahanan negara, nama TNI memiliki eksistensi dan kepercayaan yang kuat dari masyarakat Indonesia.

Namun belakangan, nama TNI menjadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat. Bukan soal prestasi, kali ini, TNI cukup menyita perhatian khalayak karena adanya tuduhan impor senjata diluar institusi TNI dan Polisi Republik Indonesia (Polri), yang disampaikan oleh Panglima TNI, Jendral Gatot Nurmantyo di hadapan para purnawirawan TNI.

Dikutip dari majalah Tempo (2017: 30), tuduhan impor senjata ilegal dilontarkan Gatot saat acara silaturahmi dengan para purnawirawan TNI. Kepada para seniornya, Gatot mengungkapkan ada sebuah institusi yang membeli 5.000 pucuk senjata serbu dengan mencatut nama presiden. “Kalau informasi ini tidak A–1, tidak akan saya sampaikan disini.” Kata Gatot.

Pernyataan yang cukup kontroversial itu pun menyebar dengan cepat karena para wartawan turut meliput acara yang berlangsung. Menyandang pangkat tertinggi sebagai jendral TNI, tentunya pernyataan ini menarik perhatian dan menimbulkan berbagai macam spekulasi baik di kalangan institusi pemerintahan maupun masyarakat sipil.

Gatot juga berdalih bahwa pernyataan yang ia lontarkan adalah off the record alias tidak untuk konsumsi publik dan hanya untuk memberitahu situasi terkini kepada para seniornya. Namun keterangan tentang off the record baru ia nyatakan setelah acara selesai sehingga informasi yang sudah lebih dulu tersebar di masyarakat tidak lagi dapat terbendung. (Tempo, 2017: 30)

1 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2

Dalam wawancaranya bersama Rosianna Silalahi di KompasTV, Gatot menjelaskan salah satu alasannya menyampaikan pernyataan tentang adanya impor 5000 pucuk senjata yang mencatut nama Presiden itu. Menurutnya, pernyataan tersebut terpaksa ia keluarkan setelah dirinya menganalisis apa yang terjadi di negara-negara Timur Tengah yang dilanda konflik.

“Saya menyampaikan keadaan ini karena saya bercermin di Suriah dan Irak. Itu tidak bisa membedakan kombatan dengan non kombatan. Sekali lagi, tidak bisa membedakan kombatan dengan yang non kombatan. Di situlah terjadi warga sipil bisa memiliki senjata api yang masuk dengan cara ilegal. Melalui institusi yang saya katakan tadi, tidak bisa membedakan kombatan dengan non kombatan.”

Gatot menegaskan bahwa dirinya tidak menyudutkan institusi manapun. Namun demikian, melalui pernyataannya yang cukup kontroversial tersebut, tentu hal ini memunculkan polemik baru antarinstansi. Di dalam masyarakat, pernyataan ini membuat publik bertanya-tanya siapa dan untuk apa ribuan senjata itu diimpor ke dalam negeri. Saat ditanyai lebih lanjut mengenai hal ini, Gatot menolak berkomentar dan mengatakan bahwa Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, yang berhak untuk menjawab mengenai persoalan tersebut. (Kompas.com)

Hal ini pun lantas ditanggapi oleh berbagai pihak terkait, termasuk Wiranto. Menurut Wiranto, pernyataan yang diungkapkan Gatot adalah bentuk kesalahan komunikasi antarinstansi. Polemik ini terus berlanjut karena banyaknya pemberitaan yang beredar di berbagai media akibat pernyataan ini. (Tempo, 2017: 31)

Wiranto juga membantah berbagai spekulasi yang beredar seperti Indonesia sedang dalam keadaan genting, karena ada suatu kelompok yang ingin menganggu ketertiban dan keamanan nasional. Ia juga mengklarifikasi tentang jumlah senjata yang dibeli hanya 500 pucuk, bukan 5.000 pucuk senjata seperti yang sudah disampaikan oleh Panglima TNI. (Kompas.com)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 3

Adapun instansi yang membeli senjata tersebut menurut Wiranto adalah sekolah intelejen Badan Intelejen Nasional (BIN) yang dibuat oleh industri senjata dalam negeri, PT. Pindad. Senjata yang dipesan BIN memang berbeda dengan senjata yang biasa digunakan oleh militer Indonesia. Karena itu, Wiranto menjelaskan izin pembelian cukup ke Mabes Polri dan tidak perlu ke Mabes TNI. (cnnindonesia.com)

Namun Gatot kembali menyanggah klarifikasi yang disampaikan oleh Wiranto. Ia menyatakan 500 senjata hanyalah jumlah yang dilaporkan ke Kementrian Pertahanan. Kepada Presiden, Gatot menunjukkan dokumen pembelian senjata serbu oleh Kepolisian RI berupa bazoka dan antitank. Menurut Gatot, senjata serbu tersebut seharusnya dipesan oleh TNI. (Tempo, 2017: 31).

Terkait impor alat pertahanan dan keamanan, semua pengguna harus mematuhi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Semua pengguna harus berkonsultasi dengan Komite Kebijakan Industri Pertahanan sebelum melakukan impor. Undang - undang Industri Pertahanan melingkupi semua instansi pengguna alat pertahanan dan keamanan, seperti TNI, Polri, kementerian/lembaga, dan pihak-pihak yang diberi izin mengimpor alat pertahanan dan keamanan. (Kompas, 2017: 4).

Peraturan tentang pemasaran senjata dibawah Kementerian Pertahanan, jelas tertulis dalam UU Nomor 16 Tahun 2012 Pasal 55 yang berbunyi: “Setiap orang yang mengekspor dan/atau melakukan transfer alat peralatan yang digunakan untuk pertahanan dan keamanan negara lain wajib mendapat izin menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.”

Adapun peran media, tak lepas dari bagaimana cara mereka mengolah informasi untuk konsumsi publik. Dalam hal ini, berbagai pemberitaan yang muncul seputar adanya dugaan impor 5.000 pucuk senjata ke Indonesia dikelola dengan berbagai sudut pandang yang majemuk. Beberapa media menanggapi pernyataan Panglima TNI sebagai suatu keadaan genting dalam hal keamanan dan stabilitas negara. Namun tidak sedikit pula media yang menilai hal itu sebagai manuver politik yang sedang digencarkan Gatot untuk dapat bersaing dalam Pemilihan Umum 2019. (Kompas, 2017: 2).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 4

Dalam salah satu artikelnya, Kompas.com meminta pendapat seorang pengamat Militer, Connie Rahakundini Bakrie mengenai sikap Gatot. Menurut penilaian Connie, pernyataan Gatot mengenai impor 5000 senjata seperti ingin membuat drama politik. Hal itu dikarenakan, informasi rahasia seperti itu, seharusnya hanya boleh disampaikan kepada Presiden.

Terkait isu manuver politiknya tersebut, Gatot menjelaskan, sebagai Panglima TNI, dirinya pasti berpolitik, yaitu politik negara. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan undang-undang. Pasal 7 UU No 34/2004 tentang TNI menyebutkan, TNI tak boleh berpolitik praktis, tetapi hanya mengikuti politik negara. (Kompas, 2017: 2).

Selain menanggapi tentang permasalahan impor senjata, kepada Tempo (2017: 31) Gatot juga sempat menyinggung tentang persenjataan TNI yang telah usang. Ia juga membandingkan minimnya dana anggaran yang diterima oleh TNI jika dibandingkan dengan budjet untuk polisi pada tahun ini.

Gatot menuturkan, tahun ini Polisi memperoleh anggaran sebesar Rp. 84 Triliun, sementara TNI hanya memperoleh Rp. 108 triliun yang harus dibagi untuk Markas Besar TNI, Kementrian Pertahanan dan tiga angkatan (Angkatan Darat Angkatan Laut dan Angkatan Udara). Khusus untuk angkatan Darat, di tahun ini hanya mendapat dana Rp. 46 Triliun. (Tempo, 2017: 31).

Pembahasan mengenai anggaran ini juga membuka opini baru dalam pengolahan berita. Bahkan beberapa pemberitaan sempat menyinggung apakah pernyataan kontroversi Panglima TNI menyinggung institusi Polri dengan mengangkat perbandingan isu anggaran yang diterima oleh kedua institusi tersebut.

Dewasa ini, hampir setiap saat masyarakat dihadapkan oleh berbagai macam informasi berita dan hiburan, hingga tak jarang, tanpa sadar memilih dan mengonsumsi sajian media yang tidak sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Isu dan informasi bermunculan tiap detik, yang mana hal tersebut bukanlah sesuatu yang dapat kita bendung di tengah arus tuntutan teknologi dan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 5

globalisasi. Salah satu sarana yang berperan penting dalam hal penyampaian informasi adalah media online. Dengan segala fitur dan kemudahan yang ditawarkannya, media online mampu menampilkan berbagai realitas sosial yang terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat dengan begitu cepat.

Media online didefinisikan sebagai media yang menggunakan internet. Sepintas orang akan menilai media online merupakan media elektronik. Alasannya, media online menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi personal yang terkesan perorangan. (Mondry 2008: 22)

Menurut McQuail (2011: 51), media massa berperan strategis dalam menyampaikan informasi secara serempak kepada publik, karena fungsi dasarnya sebagai penghantar dan penyebar pengetahuan, penyelenggara kegiatan dalam lingkungan publik yang dapat dijangkau setiap anggota masyarakat secara bebas, sukarela, umum dan murah, hubungan antara pengirim dan penerima seimbang dan sama, serta mampu menjangkau lebih banyak orang daripada institusi lainnya. Hal ini juga dipertegas dalam Undang-undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers, yakni fungsi pers adalah untuk menginformasikan, mendidik, menghibur dan melakukan pengawasan sosial baik pada perilaku publik maupun penguasa.

Sebagai salah satu wujud fungsi pers tersebut, media online hadir dan menjadi alternatif baru bagi masyarakat dalam memperoleh dan bertukar infromasi. Tak perlu waktu yang lama, dalam hitungan menit saja, kini masyarakat dapat memperoleh jutaan informasi yang terjadi baik di dalam maupun luar negri.

Kemudahan yang kita dapat melalui media online saat ini memang memberi kita banyak sekali manfaat. Tetapi jika kita menelaah lebih jauh, media online memiliki satu kekurangan yang cukup dominan yaitu menyangkut tentang akurasi berita. Media online, selalu menuntut kecepatan terbitnya suatu berita atas peristiwa ataupun fenomena tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6

Tidak sedikit media online yang menerbitkan beritanya hanya berdasarkan informasi minim tanpa menekankan unsur apa, kapan, dimana, siapa, mengapa dan bagaimana yang seharusnya ada. Hal ini dapat terjadi karena tuntutan „cepat‟ menjadi bahan pertimbangan utama media online dibandingkan dengan akurasi isi berita. Selain itu, para wartawan sebagaimana iklim tempat mereka bekerja juga memiliki ragam kepentingan terkait isi berita. Tak jarang pula berbagai informasi yang telah mereka kumpulkan dibentuk dengan bingkai serta sudut pandang yang ingin mereka tonjolkan secara dominan.

Naiknya popularitas berita online saat ini membuat peneliti tertartik untuk memilih media online sebagai subjek penelitian. Adapun media online yang menurut peneliti cukup relevan dalam penyajian beritanya adalah Kompas.com. Awal dimulainya Kompas.com dikutip dari laman wikipedia.com, adalah ketika Kompas Gramedia kesulitan mendistribusikan Harian Kompas ke seluruh Indonesia karena terkendala geografis dan di luar negeri yang terlambat mendapatkan informasi dari Harian Kompas. Ditambah lagi, tren di masyarakat yang menunjukkan fenomena meningkatnya penggunaan jaringan internet untuk mendapatkan informasi.

Hal ini kemudian memicu ide untuk menyebarkan koran Kompas secara online agar dapat dijangkau lebih mudah tanpa gangguang geografis. Koran Kompas lalu terbit dalam bentuk online melalui situs www.kompas.co.id pada tahun 1995 yang kemudian berganti menjadi www.kompas.com pada tahun 1996.

Sebagai salah satu media yang cukup kredibel dalam pemberitaan- pemberitaannya, Kompas.com menampilkan berbagai sudut pandang dalam menilai berita. Untuk melihat bagaimana sebuah berita dikonstruksi menjadi konsumsi publik, kita perlu melihat sudut pandang media dalam menilai suatu peristiwa ataupun fenomena yang ada. Dengan alasan ini pula, peneliti tertarik untuk menjadikan Kompas.com sebagai subjek penelitian.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk memilih judul: “Konstruksi Berita Tentang Impor Senjata di Kompas.com”

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 7

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah yang telah dipaparkan, maka fokus masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana Kompas.com mengkonstruksi pemberitaan Impor Senjata? 2. Bagaimana posisi Kompas.com dalam mengkonstruksi berita tentang Impor Senjata?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana Kompas.com mengkonstruksi berita tentang Impor Senjata. 2. Untuk mengetahui posisi Kompas.com dalam mengkonstruksi berita tentang Impor Senjata.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi khususnya mengenai analisis framing. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah dan dapat dijadikan bahan referensi oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan terhadap penelitian sosial, serta sumbangsih pemikiran mengenai pemberitaan kasus-kasus serupa guna peningkatan kualitas isi berita.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian Bogdan dan Bilken menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan proposisi yang mengarahkan cara berpikir dalam penelitian. Yakni, paradigma merupakan salah satu metode atau cara berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian baik itu pra maupun pasca penelitian (Moleong,1997: 30), agar penelitian dapat dilakukan secara terarah.

Paradigma dalam penelitian berfungsi sebagai kunci utama yang membentuk dan mengarahkan penelitian. Dengan adanya penelitian, maka peneliti akan memiliki arah pandang yang jelas dalam membawa kearah mana penelitian akan dilakukan dan menghindarkan dari tumpang tindih logika di dalam penelitian. Selain itu paradigma mampu menjadi batasan agar penelitian tidak melebar dan jauh dari konteks awal yang ingin diraih.

2.1.1 Paradigma Konstruktivisme Cikal bakal gagasan konstruktivisme telah dimulai oleh Giambatissta Vico, epistimolog dari Italia. Berdasarkan aliran filsafat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia dan Plato menemukan akal budi dan ide. Gagasan semakin konkret setelah Aristoteles mengenalkan istilah informasi, relasi, individu, substansi, materi, esensi dan sebaginya. Aristoteles mengatakan manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyatan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah logika dan dasar pengetahuan adalah fakta. Descartes lalu memperkenalkan ucapannya, “cogito, ergo sum” atau “saya berpikir karena itu saya ada.” Kalimat Descartes tersebut menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan konstruktivisme hingga saat ini (Bungin, 2008: 193).

Paradigma konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri, oleh karenanya pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu

8 Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 9

erupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif. Karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi itu. Pada proses ini seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan, sehingga suatu pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia yang secara terus menerus dialaminya (Wibowo, 2013: 198).

Konstruktivisme memang merujuk pengetahuan pada konstruksi yang sudah ada di benak subjek. Namun konstruktivisme juga meyakini bahwa pengetahuan bukanlah hasil sekali jadi, melainkan proses panjang sejumlah pengalaman. Banyak situasi yang memaksa atau membantu seseorang untuk mengadakan perubahan terhadap pengetahuannya. Perubahan ini lah yang akan mengembangkan pengetahuan seseorang. Menurut Bettencourt, situasi perubahan tersebut meliputi; konteks tindakan, konteks membuat masuk akal, konteks penjelasan dan konteks pembenaran (Wibowo, 2013: 156-157).

Paradigma tersebut memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi dan dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini sering kali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Ia sering dibandingkan dengan paradigma positivis atau paradigma transmisi. (Eriyanto, 2002: 43).

Paradigma konstruktivisme juga melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Adapun yang menjadi titik perhatian bukan bagaimana seseorang mengirim pesan, tapi bagaimana masing–masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Di sini diandaikan tidak ada pesan dalam arti yang statis yang saling dipertukarkan dan disebarkan. Pesan itu sendiri dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima atau pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial di mana

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 10

mereka berada. Fokus pendekatan ini adalah bagaimana pesan politik dibuat dan diciptakan oleh komunikator dan bagaimana pesan secara aktif ditafsirkan oleh individu sebagai penerima. (Eriyanto, 2002: 46).

Ada tiga tahap peristiwa yang menjadi acuan terbentuknya realitas di dalam pemahaman paradigma konstruktivisme menurut Frans M. Parera dalam Bungin (2008: 197) yaitu, (1) eksternalisasi (penyesuaian diri) dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. (2) objektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusional; Sedangkan (3) internalisasi, yaitu proses yang mana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga – lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.

Pendekatan paradigma konstruksionis mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat. Hal itu terdapat dalam Zamroni (2009:95)

1. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda. 2. Media adalah agen konstruksi. Media bukan lah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bisa dan pemihakannya. Lewat bahasa yang dipakai; media dapat menyebut mahasiswa sebagai pahlawan dapat juga menyebutnya sebagai musuh. 3. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalis, bukan kaidah baku jurnalistik. 4. Berita bersifat subjektif/konstruksi atas realitas opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif. 5. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial. 6. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa yang dia lihat. Etika dan moral yang dalam banyak hal berarti keberpihakan suatu kelompok atau nilai tertentu, umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu, adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 11

7. Khalayak mempunyai penilaian tersendiri atas berita. Khalayak bukan dilihat sebagai subjek yang pasif, yang mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat berita. Pandangan-pandangan di atas sangat sesuai dan mendukung dengan analisis framing. Paradigma konstruksionisme berpendapat bahwa semua hal yang ditampilkan oleh media adalah hasil rekonstruksi realitas. Sebuah pandangan yang sangat tepat apabila digunakan untuk membedah bagaimana sudut pandang media terhadap suatu peristiwa. Secara ringkas gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut : a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Ardianto, 2007: 155).

2.2 Kajian Pustaka Setiap penelitian sosial membutuhkan teori, karena salah satu unsur yang paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun, 1995: 40). Fungsi teori dalam satu riset penelitian adalah membantu peneliti dalam menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya (Kriyantono, 2006: 43).

Menurut Kerlinger, teori merupakan suatu himpunan konstruk atau konsep yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Dalam hal ini, teori juga berfungsi untuk memberi bantuan dalam mempertajam analisis peneliti dalam meneliti pokok permasalahan. Teori- teori yang relevan dengan penelitian ini adalah:

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 12

2.2.1 Media Massa Sebagai Arena Sosial

Media massa merupakan suatu alat yang kuat untuk menggiring opini publik. Hal terpenting dalam memahami media adalah bagaimana media melakukan politik pemaknaan. Dalam sebuah tulisannya, “The Rediscovery of Ideology: Return of the Represed in Media Studies,” Stuart Hall (dalam Sobur, 2004:40) menyatakan, makna tidak bergantung pada struktur makna itu sendiri, tetapi lebih kepada praktik pemaknaan. Dalam pandangan Hall, makna adalah suatu produksi sosial, suatu praktik konstruksi. Media massa, menurut Hall, pada dasarnya tidak mereproduksi, melainkan menentukan (to define) realitas melalui pemakaian kata–kata terpilih. Makna tidak secara sederhana bisa dianggap sebagai reproduksi dalam bahasa, tetapi sebuah pertentangan sosial (social struggle), sebuah perjuangan dalam memenangkan wacana. Berdasarkan pemahaman tersebut, pemaknaan yang berbeda merupakan arena pertarungan tempat memasukkan bahasa di dalamnya.

Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Namun di sisi lain, media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan. (Sobur, 2004:30).

Di dalam pandangan konstruksionis, berita adalah produk dari profesionalisme yang menentukan bagaimana peristiwa setiap hari dibentuk dan dikonstruksi. Berita bukan menggambarkan realitas, tetapi arena pertarungan antar berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Berita adalah hasil dari konstruksi sosial di mana selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas tersebut dijadikan berita, bergantung pada bagaimana fakta itu dipahami atau dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan cerminan dari realitas. Berita itu bersifat subjektif, di mana opini itu dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif pertimbangan subjektif. (Eriyanto, 2002: 24- 27).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 13

Salah satu teori yang relevan ketika peneliti ingin menganalisis pembingkaian berita mengguankan konsep framing Gamson dan Madogliani adalah Media Massa Sebagai Arena Sosial. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh William Gamson dan Andre Modigliani, menyatakan bahwa proses sosial dalam rangka mengkonstruksi suatu realitas berlangsung dalam suatu “arena sosial”. Media massa dianggap sebagai wadah pertarungan dari berbagai kepentingan yang terdapat dalam masyarakat. Kepentingan-kepentingan ini berusaha menampilkan defenisi situasi atau realitas versi mereka yang paling sahih (Hidayat 1999:48).

Di dalam penelitiannya tersebut, Gamson menyimpulan bahwa ada tiga frame yang mampu mempengaruhi gerakan sosial yakni: pertama, Aggregate Frame, yaitu merupakan proses pendefenisian isu mengenai masalah sosial. Bagaimana individu yang mendengar frame peristiwa tersebut sadar bahwa isu yang sedang berkembang tersebut adalah yang berpengaruh bagi setiap individu. Kedua, Consensus Frame, yaitu proses pendefenisian yang berkaitan dengan masalah sosial yang hanya bisa diselesaikan secara kolektif. Ketiga, Collective Action Frame, yaitu proses pendefenisian yang berkaitan dengan alasan mengapa dibutuhkan tindakan kolektif serta tindakan kolektif apa yang seharusnya dilakukan. Selanjutnya hasil studi tersebut menjadi teori yang memandang bahwa media massa merupakan suatu arena dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam masyarakat (Eriyanto, 2002: 221-222).

Dalam memproduksi sebuah isu ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan sehingga menjadi suatu proses. Hal tersebut adalah:

a. Cultural Resonances/ Resonansi Budaya Media mengandung nilai-nilai budaya di dalamnya, dengan kata lain, setiap isu yang terdapat di dalamnya terkait dengan nilai budaya yang melekat dalam suatu masyarakat tersebut. Seperti hal nya pada kaitan dengan isu tenaga nuklir, bahwa di Amerika sendiri menganggap teknologi mereka yang harus ditempatkan pada skala yang tepat dan adanya ekosistem yang harus tetap terpelihara dengan baik bukan malah menyalahgunakan teknologi yang ada untuk menggali alam atau merusak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 14

alam karena dapat mengganggu dan mengancam ketentraman dan kualitas hidup (Gamson dan Modigliani, 1989:6). Pada kasus ini media yang di dalamnya terdapat berbagai kepentingan tidak terlepas dari dalam kultur media sendiri. Nilai-nilai budaya sudah mendarah daging dalam tubuh media ini sangat mempengaruhi berbagai berita yang akan diturunkan kepada khalayak.

Nilai kebudayaan bersifat konstan. Hal ini membantu kita untuk menerangkan perubahan dalam surut dan mengalirnya paket (packages) dalam perbincangan media. Paket kebudayaan yang diperdebatkan ini melengkapi kerja sponsor dan memperkuat pengaruh aktifitas sponsor dan posisi media. Karena setiap individu masing-masing memiliki latar belakang sejarah, interaksi sosial dan kecenderungan psikologis yang berbeda dalam melakukan proses konstrusi makna. Umumnya, pendekatan yang dilakukan terhadap suatu isu adalah membuat suatu bagan pendahuluan, sekalipun hanya bersifat sementara (Gamson dan Modigliani, 1987:2) a. Sponsor Activities/ Kegiatan Sponsor Sponsor adalah mereka yang terlibat dalam suatu isu yang sedang dibicarakan dalam wadah media massa tersebut. Hal ini berkaitan dengan isu yang sedang terjadi bahwa sponsor itu sendiri berkaitan dengan berbagai kepentingan seperti dari pihak pemerintah, pengusaha, masyarakat, tokoh masyarakat, lembaga sosial masyarakat, pemilik modal atau dengan kata lain bisa merupakan individu atau organisasi. Sponsor adalah mereka-mereka yang dimintai keterangan oleh media berkaitan dengan isu-isu tertentu. Mengenai sumber berita, Shoemaker dan Reese (Hidayat, 1999:409) menguraikan beberapa dimensi karakter yaitu dimensi effectiveness yang berarti sumber memiliki efek yang besar terhadap isi media dan karena itu dalam melaporkan reportasenya, reporter harus mencantumkan sumber dari fakta yang diperolehnya. Serta dimensi multi acces yaitu untuk mengetahui objektivitas berita, di mana media melalui repoter/jurnalisnya berhubungan dengan mereka yang terlibat dalam

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 15

peristiwa dengan pihak-pihak yang dianggap memiliki pengetahuan atas peristiwa yang diliput. b. Media Practices/ Kegiatan media Berkaitan dengan sumber, maka jurnalis atau wartawan sering kali secara tidak sadar telah memberi ruang pada elit sumber tetapi hal tersebutlah yang nantinya akan membuat suatu keragu-raguan apakah berita tersebut benar atau salah. Beberapa pengamat telah menuliskan bahwa betapa cerdik/halusnya dan secara tidak sadarnya proses ini berlangsung (Gamson-Modigliani, 1989:7). Dalam hal ini, awak media sangat berperan penting dalam kaitannya dengan penyuguhan berita. Mereka lazim menguraikan gagasannya, menggunakan gaya bahasanya sendiri, menjabarkan skema interpretasinya sendiri, serta mendistribusikan retorika-retorika untuk meneguhkan keberpihakan atau kecenderungan tertentu (Sudibyo, 2001:187).

2.2.2 Konstruksi Sosial Media Massa

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Ardianto, 2007:154). Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Penerima pesan sendiri lah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman mereka.

Studi konstruksi media massa atas realitas sosial adalah studi kualitatif di dalam konteks sosiologis. Studi ini dilakukan untuk melihat bagaimana sebuah bangunan realitas sosial dikonstruksi oleh media massa. (Bungin, 2008: 208). Konstruktivisme dapat dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang disekitarnya. Konstruksivisme semacam inilah yang oleh Berger dan Luckmann (1990) disebut dengan konstruksi sosial (Bungin, 2008: 14).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 16

Berawal dari istilah konstruktivisme, konstruksi realitas sosial terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge tahun 1966. Berger dan Luckman mengatakan: “institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat objektif namun pada kenyataannya semua dibangun dalam defenisi subjektif melalui proses interaksi.” Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki defenisi subjektif sama. Teori konstruksi sosial realitas berpandangan bahwa masyarakat yang memiliki kesamaan budaya akan memiliki pertukaran makna yang berlangsung terus-menerus. Secara umum, setiap hal akan memiliki makna yang sama bagi orang-orang yang memiliki kultur yang sama.

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann telah direvisi dengan menambahkan variabel atau fenomena media massa yang sangat substantif dalam proses eksternalisasi, subjektivasi dan internalisasi. Proses inilah yang kemudian dikenal sebagai konstruksi sosial media massa. Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis (Bungin, 2008: 203).

Ketika teori ini diterapkan kepada komunikasi massa, teori ini akan membuat asumsi yang serupa dengan interaksionisme simbolik, yaitu asumsi bahwa khalayak adalah aktif. Khalayak tidak secara pasif mengambil dan menyimpan informasi di dalam laci mereka; mereka secara aktif mengolah informasi, mengubahnya dan hanya menyimpan yang mereka butuhkan secara kultural. Mereka aktif bahkan ketika aktifitas ini hanya menguatkan apa yang sudah mereka tahu untuk membuat mereka lebih percaya dan bertindak berdasarkan pandangan mengenai dunia sosial yang dikomunikasikan oleh media kepada mereka. Dengan demikian, media dapat bertindak sebagai cara yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 17

penting bagi lembaga sosial untuk menyiarkan kebudayaan kepada kita (Baran, Stanley dan Davis, 2010:384).

Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran kostruksi, tahap pembentukan kosntruksi dan tahap konfirmasi (Bungin, 2008: 188-189). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi: Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum. 2. Tahap sebaran konstruksi: prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca. 3. Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi berlangsung melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kedua kesediaan dikonstruksi oleh media massa; (3) sebagai pilihan konsumtif. 4. Tahap Konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi

Max Weber dalam Bungin (2008: 12), melihat realitas sosial sebagai perilaku sosial yang memiliki makna subjektif, karenanya perilaku memiliki tujuan dan motivasi. Pada dasarnya realitas itu tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna di saat realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara objektif. Individu yang mengkonstruksi realitas dan mengkonstruksi dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.

Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur terpenting. Bahasa merupakan pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa juga merupakan konseptualisasi dan alat narasi. Isi media sesungguhnya adalah bahasa, baik verbal

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 18

(lisan dan tulisan), maupun non verbal (gambar, foto, gerak-gerik, angka, tabel dan lain-lain). (Hamad, 2004: 12).

Menurut pandangan konstruktivisme, dalam media massa bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk menggambarkan realitas objektif semata dan dipisahkan dari subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi dipakai, diatur, dan dihadapkan oleh pernyataan–pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna. (Ardianto, 2007: 151).

Segala bentuk realitas sosial termasuk isi media merupakan realitas yang sengaja dikonstruksi. Komunikasi sebagai bentuk interaksi tidak lepas dari konstruksi realitas sosial. Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas. Berdasarkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang dikonstruksikan. Pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusuanan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita (Tuchman, 1980).

Berkenaan dengan hal tersebut, media lazim melakukan berbagai tindakan dalam mengkonstruksi realitas di mana hasil akhirnya berpengaruh kuat terhadap pembentukan makna atau citra tentang suatu realitas. Beberapa cara yang dilakukan melalui seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.

2.2.3 Analisis Framing

Analisis framing adalah salah satu metode penelitian yang termasuk baru dalam dunia ilmu komunikasi. Para ahli menyebutkan bahwa analisis framing ini merupakan perpanjangan dari analisis wacana yang dielaborasi terus menerus, sehingga menghasilkan suatu metode yang up to date untuk memahami fenomena-fenomena media yang mutakhir. (Sudibyo: 2001)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 19

Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Baterson tahun 1955. Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman (1974) yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. (Sudibyo, 2001 :219)

Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkontruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. (Eriyanto, 2002: 10 – 11)

Ada dua esensi utama dari framing. Pertama, bagaimana peristiwa itu dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat dan gambar yang mendukung gagasan. (Eriyanto, 2002: 11)

Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai krakteristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan/ peristiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca. (Eriyanto, 2002: 11)

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi berita fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat untuk menggiring

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 20

interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan memilih berita. (Sobur, 2004: 62).

Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menemukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut. Oleh karenanya berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate objektif, alamiah, wajar dan tak terelakkan. Jadi, framing adalah cara yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana konstruksi dari suatu peristiwa yang dilakukan oleh media massa, yang kemudian dikemas menjadi sebuah berita. (Bimo, Eriyanto, Nugroho, dan Surdiasis, 1999: 21).

Eriyanto (dalam Zamroni, 2009: 94) mengatakan bahwa metode analisis framing banyak mendapatkan pengaruh dari teori sosiologi dan psikologi. Dari sosiologi terutama sumbangan pemikiran Peter Berger dan Erving Goffman, sedangkan teori psikologi terutama yang berhubungan dengan skema dan kognisi. Dalam praktiknya, analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis atau kultural yang melingkupinya. (Sudibyo, dalam Sobur 2004:162). Dalam konsep sosiologi, framing secara aktif mengklasifikasikan, mengorganisirkan dan mengintrepetasikan kehidupan manusia dengan membuatnya menjadi masuk akal. Dalam konsep psikologi, framing membuat asumsi kuat tentang proses kognitif individu−representasi struktural dari kognitif dan petunjuk teori dalam memproses informasi. (Pan dan Gerald M. Kosicki, 1991:56)

Subjek penelitian utama dari analisis framing adalah teks berita maupun manuskrip dari berita audio ataupun visual. Sebelum sampai ke tangan pembaca, berita melewati beberapa tahap produksi yang cukup kompleks. Tahap pertama adalah di saat wartawan mempersepsi dan memilah peristiwa atau fakta yang akan diliput. Tahap ini melibatkan konsepsi pribadi wartawan yang menentukan mana peristiwa yang layak untuk dibaca oleh pembaca. Lalu berita tersebut akan dikirim

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 21

ke editor atau redaksi di mana berita tersebut akan disunting dan dipilah lagi bagian mana yang layak ataupun tidak untuk dibagikan ke pembaca. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam satu kategori tertentu. (Eriyanto 2001: 118).

Dalam analisis framing yang harus dilakukan pertama kali adalah melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Peristiwa dipahami bukan sesuatu yang taken for granted (diterima begitu saja). Sebaliknya, wartawan dan media lah yang secara aktif membentuk realitas. Berbagai hal yang terjadi, diabstraksikan menjadi peristiwa yang kemudian hadir di tengah khalayak. Jadi, dalam analisis framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaimana media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu. Sehingga yang menjadi titik perhatian bukan apakah media mengolah isi berita menjadi perspektif positif atau pun negatif, melainkan bagaimana bingkai dikembangkan oleh media (Eriyanto, 2002: 7).

Dari berbagai penjelasan tersebut diatas, maka beberapa peneliti terus mengulas definisi framing dari berbagai sudut pandang. Penelitian itu pun melahirkan konsep-komsep framing yang digunakan dalam metode analisis framing. Adapun beberapa konsep framing yang masih sering digunakan hingga saat ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Konsep Framing TOKOH DEFENISI

Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 22

besar dari pada sisi lain.

William A. Gamson Cara berbicara atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau semacam struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang diterima.

Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan di dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan presentasi aspek tertentu dalam realitas.

David E. Snow and Pemberitaan makna untuk menafsirkan peirstiwa dan Robert Benford kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi dan kalimat tertentu.

Amy Binder Skema intrepretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 23

Zhongdang Pan dan Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat Gerald M. Kosicki kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.

Tabel konsep framing dalam Eriyanto (2002) hal 77-79

Secara sederhana, framing dapat kita artikan sebagai suatu usaha mengolah fakta atau fenomena yang terjadi hingga menjadikannya suatu berita untuk konsumsi publik. Tujuan utama framing adalah menggiring opini publik pada suatu perspektif tertentu yang dibangun oleh pembuat berita sesuai dengan ideologi yang dimilikinya. Melalui analisis framing, peneliti dapat menganalisis keberpihakan suatu media dalam menghadapi peristiwa ataupun fenomena tertentu.

Untuk memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu memahami kajian framing dengan mengambil rujukan dari penelitian yang sudah ada. Salah satu penelitian yang digunakan sebagai bahan rujukan peneliti adalah skripsi karya Fiqie Ariestyo (2017) mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitiannya yang berjudul „Analisis Framing Pemberitaan Serangan Paris Di Republika.co.id‟, Fiqie menggunakan konsep analisis framing dari Robert Entman. Ia meneliti tentang bagaimana posisi Republika online dalam menyikapi serangan teroris yang terjadi di Paris serta posisi umat islam di mata dunia. Secara garis besar, dalam penelitiannya, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari penelitian ini, Republika Online menonjolkan isu tentang reaksi dunia terhadap serangan Paris dan isu tentang hubungan umat Islam dengan serangan Paris. Dua isu tesebut merupakan dua isu yang paling menonjol dan menjadi bingkai utama Republika Online dalam menyajikan berita terkait serangan Paris. Selain itu, dalam membingkai peristiwa serangan Paris, Republika Online mencoba untuk menjadi seobjektif mungkin. Terlihat dari cara Republika Online yang tetap memberitakan peristiwa ini dari berbagai sisi, peristiwa dan narasumber yang berbeda. Akan tetapi, Republika Online tetap menunjukkan identitasnya sebagai media yang dekat dengan umat Muslim, lewat beberapa beritanya terlihat Republika Online memiliki sifat defensif terhadap umat Muslim.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 24

Penelitian selanjutnya yang menjadi rujukan awal bagi peneliti adalah skripsi karya Arief Aji Nugroho, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Lampung yang berjudul „Analisis Framing Pemberitaan Program Bela Negara Di Media Online Metrotvnews.com dan Sindonews.com‟ (2017). Dalam penelitiannya, ia menggunakan konsep analisis framing dari Gamson dan Modigliani. Arief memilih dua media dengan latar belakang pemilik yang juga merupakan pemimpin dari dua partai politik yang berbeda. Metrotvnews.com dimiliki oleh Surya Paloh yang juga memimpin partai Nasional Demokrat. Sementara Sindonews.com adalah milik Harry Tanoesoedibjo yang memimpin partai Persatuan Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media online Metrotvnews.com selalu memberitakan program bela negara dengan sangat positif. Dalam bingkainya, Metrotvnews.com memandang bahwa bela negara adalah perwujudan hak dan kewajiban negara dalam membela negaranya. Sehingga dapat dikatakan pemberitaan pada Metrotvnews.com dipengaruhi oleh pemilik media yang yang bergabung dengan partai pendukung pemerintahan. Sedangkan Sindonews.com membingkai program bela negara dengan banyak kritikan, khususnya yang menyangkut pautkan program bela negara dengan wajib militer, undang – undang yang belum jelas dan dana yang besar. Dari data yang ada, kritikan tersebut dipengaruhi juga oleh pemilik media yang secara tegas menolak program bela negara.

Penelitian selanjutnya yang menjadi acuan peneliti adalah 2 skripsi karya mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun penelitian pertama dari 2 mahasiswa ini adalah skripsi yang dilakukan pada tahun 2014 tersebut berjudul „Konstruksi Realitas Sosial Larangan Khitan Perempuan Di Media Massa‟ oleh Ahmad Mursanih dengan mengangkat Kompas.com sebagai subjek penelitiannya. Dalam penelitiannya, Ahmad Mursanih menggunakan konsep framing Robert Entman. Melalui beberapa artikel yang diteliti, ia menyimpulkan bahwa Kompas.com dalam membingkai pemberitaan masalah khitanan pada perempuan dengan menggunakan unsur elemen bahasa, gambar, judul dan tolak ukur negara – negara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 25

islam serta narasumber yang dianggap kompeten untuk memperkuat pesan yang tertulis di dalam berita.

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa Kompas.com melakukan proses kontruksi sosial di media massa dengan menggiring opini publik agar kontra terhadap khitan perempuan. Pernyataan ini diperkuat dengan alasan kesehatan, maka larangan khitan perempuan selaras dengan ajaran Islam.

Penelitian ke 2 dari Mahasiswa Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta adalah skripsi karya Khairui Imam Ghozali yang dipublikasikan pada tahun 2015. Khairui mengangkat judul penelitian „Analisis Framing Pemberitaan Konflik Internal Partai Persatuan Pembangunan Dalam Menentukan Koalisi Pada Pemilu 2014 Oleh Harian Online Republika.com‟.

Dengan menggunakan konsep framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, ia mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa Republika Online mengemas konflik koalasi P3 secara deskriptif deduktif. Adapun frame utama yang tampak dalam pemberitaan Republika Online tertuju pada deskripsi dan pemaparan konflik internal partai.

2.3 Model Teoritik Model teoritik merupakan dasar pemikiran dari peneliti yang dilandasi dengan konsep dan teori yang relevan guna menyelesaikan penelitian. Dengan adanya model teoritik diharapkan agar peneliti dapat menjalankan penelitian kualitatif secara terstruktur dan efektif

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 26

Gambar 2.1 Model Teoritik

Teks Berita tentang Impor Senjata yang

dimuat di Kompas.com Periode 23 September – 7 Oktober 2017

Framing Devices Reasoning Devices

1. Metaohors 1. Roots 2. Exemplaar 2. Appeals to

3. Catchphrases Principle 4. Depiction 3. Consequence 5. Visual Images

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Metodologi dengan kata lain adalah suatu pendekatan umum, untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interprestasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi yang lain. Sebagaimana perspektif yang merupakan suatu rentang juga dari yang sangat kuantitatif hingga yang sangat kualitatif (Mulyana, 2003 : 145).

Penelitian ini memusatkan pada penelitian kualitatif. Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif melampui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta dan fenomena-fenomena sosial melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya. (Bungin, 2008:6)

Selain menggunakan metode kualtatif sebagai bentuk penelitian, peneliti juga menggunakan paradigma konstruktivis sebagai dasar pemikiran untuk melihat cara pandang dalam meneliti sebuah media. Metode yang digunakan adalah metode analisis framing Gamson dan Modigliani, yaitu metode analisis yang melihat wacana sebagai konstruksi realitas sosial. Lebih lanjut, peneliti akan menjabarkan mengenai analisis Framing Gamson dan Modigliani sebagai berikut:

3.1.1 Analisis Framing Gamson dan Modigliani

Gamson berpendapat bahwa wacana media merupakan elemen penting dalam memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu maupun peristiwa. Oleh karena itu pendapat umum tidak cukup hanya didasarkan

27 Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 28

ada data survei khalayak. Namun diperlukan adanya hubungan dan perbandingan bagaimana media mengemas serta menyajikan suatu isu di dalam khalayak itu sendiri (Eriyanto, 2001:217).

Gamson bekerja sama dengan Modigliani melakukan penelitian tentang pendapat dan wacana media mengenai tenaga nuklir pada tahun 1945-1980 (Eriyanto, 2001: 217-218). Dalam pandangan keduanya, wacana media meneguhkan bagaimana publik mengerti dan memahami isu atau persitiwa yang muncul. Asumsinya media adalah salah satu sumber utama bagaimana publik atau khalayak mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa publik.

Gamson melihat wacana media (khususnya berita) terdiri dari sejumlah kemasan (packages) melalui konstruksi atas suatu peristiwa dibentuk (Eriyanto, 2002: 261). Kemasan itu merupakan skema atau struktur pemahaman yang dipakai oleh seseorang ketika mengkonstruksi pesan-pesan yang disampaikan dan menafsirkan pesan yang diterima. Dua aspek penting yang mendukung ide sentral atau gagasan sentral bisa diterjemahkan ke dalam sebuah realitas (Eriyanto, 2002: 262-263) yaitu:

Pertama, Framing Devices perangkat framing terdiri dari Methapors, Catcphrase, Exemplar, Depiction dan Visual Image. Perangkat ini berhubungan langsung pada penekanan bingkai dalam sebuah realitas teks yang berkaitan dengan isu tertentu. Kedua adalah perangkat penalaran Reasoning Devices yang terdiri dari Root Appeals To Principle dan Consequence. Perangkat penalaran ini berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari realitas dalam teks suatu isu tertentu. Methapors adalah sebuah cara memindahkan makna dengan menghubungkan dua fakta analogi atau menggunakan kiasan dengan memakai kata-kata ibarat bak sebagai perumpamaan dan laksana. Methapors mempunyai arti atau peran yang ganda yaitu sebagai perangkat diskursif dan ekspresi mental. Serta berasosiasi dengan penilaian dan memaksa realitas dalam teks dan dialog untuk membuat sense tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 29

Catchphrases adalah bentuk kata atau istilah frase yang mencerminkan sebuah fakta yang merujuk pada pemikiran atau semangat sosial demi mendukung kekuasan tertentu. Dalam sebuah teks atau dialog wujudnya berupa slogan jargon atau semboyan yang ditonjolkan.

Exemplaar adalah cara mengemas atau menguraikan sebuah fakta tertentu secara mendalam supaya memiliki makna yang lebih untuk dijadikan rujukan. Dalam exemplaar posisinya sebagai pelengkap dalam kesatuan wacana atau bingkai pada sebuah teks atau dialog mengenai isu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh pembenaran isu sosial yang sedang diangkat, bisa berupa contoh, uraian, teori dan perbandingan yang bisa memperjelas bingkai.

Depiction adalah cara menggambarkan sebuah fakta atau isu tertentu yang berupa kalimat konotatif, istilah, kata, leksikon untuk memberikan label agar khlayak terarah pada suatu citra tertentu. Dengan tujuan untuk menguatkan harapan, ketakutan, posisi, moral dan perubahan. Serta pemakaian kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangka sehingga mampu menempatkan seseorang atau pihak tertentu pada posisi tidak berdaya karena kekuatan konotasinya mampu melakukan kekerasan simbolik.

Visual image adalah perangkat dalam bentuk gambar, grafik, diagram, tabel, kartun serta sejenisnya, dapat mendukung dan menekankan pesan yang ingin ditonjolkan atau disampaikan bingkai secara keseluruhan. Disamping itu, visual images juga memiliki sifat yang natural sangat mewakili realitas atau isu tertentu dan erat kaitannya dengan ideologi pesan terhadap khalayak.

Root adalah pemberatan isu tertentu dengan menghubungkan suatu objek yang dianggap menjadi penyebab timbulnya hal yang lain. Tujuannya untuk memberikan alasan pembenaran dalam penyimpulan fakta berdasarkan pada hubungan kausal atau sebab akibat yang digambarkan atau dijabarkan.

Appeals to principle adalah upaya memberikan alasan tentang kebenaran suatu isu dengan menggunakan logika dan klaim moral, pemikiran dan prinsip untuk mengkonstruksi suatu realitas. Berupa pepatah, mitos, doktrin, cerita rakyat,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 30

ajaran dan lainnya. Dengan tujuan memanipulasi emosi agar khalayak mengarah pada waktu, tempat, sifat dan cara tertentu.

Consequence adalah konsekuensi yang didapat pada akhir pembingkaian tentang suatu isu tertentu dalam teks atau dialog dalam media yang sudah terangkum pada efek atau konsekuensi dalam bingkai.

MEDIA PACKAGE

CORE FRAME

CONDESNSING SYMBOL

FRAMING REASONING DEVICES DEVICES

1. Methapors 1. Roots

2. Exemplaar 2. Appeals to Principle 3. Catchprhases 3. Consequence 4. Depiction

5. Visual Images

Gambar 3.1 Model Analisis Framing Gamson dan Modigliani (Diadopsi dari William A. Gamson dan Andre Madogliani, “Media Discourse and Public Opinion on Nuclear Power A Constructionist Approach”, dalam Azhari, 2015, hlm.48, dalam Sobur, hlm. 177.)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 31

3.2 Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah artikel – artikel berita terkait pernyataan Impor Senjata oleh Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo di media online Kompas.com selama periode 23 September – 7 Oktober 2017.

Adapun alasan peneliti memilih rentang waktu tersebut, dikarenakan isu impor senjata yang menjadi objek penelitian memiliki sifat hard news, yaitu berita mengenai peristiwa yang terjadi pada saat itu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualisasi. Semakin cepat diberitakan semakin baik. Bahkan ukuran keberhasilan dari hard news adalah kecepatannya. (Eriyanto, 2002: 110).

Dari berbagai berita yang tersaji di laman Kompas.com dalam rentang waktu 14 hari, maka peneliti memilih 6 berita yang dinilai cukup relevan dengan isu impor senjata. Keenam berita tersebut dinilai mampu merepresentasikan berita Kompas.com dari berbagai sisi.

3.3 Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah media online Kompas.com. Kompas.com merupakan salah satu media online yang aktif membuat pemberitaan tentang pernyataan Impor Senjata oleh Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo.

3.3.1 Profil Kompas.com

Kompas.com merupakan sebuah situs berita yang merupakan bagian dari Kompas Group. Media online ini adalah salah satu pionir media online di Indonesia. Kompas.com merupakan portal berita dalam grup Kompas Gramedia yang menyajikan berita dan peristiwa terkini di Indonesia.

Kompas.com hadir pada tanggal 14 September 1995. Pada awalnya Kompas.com dikenal dengan nama Kompas Online (KOL) dan diakses dengan alamat Kompas.co.id. Pada saat itu, Kompas Online hanya menampilkan replika dari berita-berita harian Kompas yang terbit pada hari itu. Adapun tujuannya untuk memberikan kemudahan kepada para pembaca harian Kompas di wilayah

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 32

yang sulit dijangkau oleh jaringan distribusi Kompas sehingga para pembaca harian Kompas 53 dapat menikmati harian Kompas hari itu juga tanpa harus menunggu beberapa hari untuk dapat menikmati harian Kompas, khususnya para pembaca yang berada diwilayah timur Indonesia dan yang berada di luar negeri.

Pada tahun 1996, Kompas Online dengan alamat Kompas.co.id bertransformasi menjadi Kompas.com dengan berfokus pada pengembangan isi, desain, dan strategi pemasaran yang baru. Kompas.com pun memulai langkahnya sebagai portal berita terpercaya di Indonesia. Kompas.com juga telah menciptakan Komunitas menulis dengan konsep citizen journalism dalam Kompasiana. Setiap anggota Kompasiana dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video. Kompasiana juga melibatkan kalangan jurnalis Kompas Gramedia dan para tokoh masyarakat, pengamat serta pakar dari berbagai bidang, keahlian dan disiplin ilmu untuk ikut berbagi informasi, pendapat dan gagasan. Kompasiana yang setiap hari melahirkan 300 hingga 4000 tulisan telah berhasil membangun komunitas jurnalisme warga yang mencapai 50.000 anggota.

Segmentasi berita yang terdapat dalam situs Kompas.com terdiri atas 4 bagian besar, yaitu: berita nasional, berita regional, berita megapolitan dan berita internasional. Sementara untuk rubrikasi Kompas.com juga ada 4 bagian yang terdiri dari: indeks berita, indeks headline, indeks topik pilihan dan indeks terpopuler.

Saat ini, Kompas.com juga menyediakan berbagai kanal-kanal yang terdiri atas: KOMPAS News, surat pembaca, sains, edukasi, olahraga, ekonomi, bola, tekno, entertainment, otomotif, health, properti, travel, edukasi, kolom, foto, video 56 dan TV.

3.4 Kerangka Analisis

Analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta dan bukan untuk menjelaskan fakta tersebut. Analisis kualitatif umumnya tidak digunakan untuk mencari data dalam arti frekuensi, akan tetapi digunakan untuk menganalisis makna dari data yang tampak di permukaan (Bungin, 2008 : 309).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 33

Penelitian ini menggunakan analisis framing model Gamson dan Modigliani. Analisis framing yang dikembangkan oleh Gamson dan Modigliani memahami media sebagai satu gagasan interprestasi (interpretative package) saat mengkonstruksi dan memberi makna pada suatu isu.

3.5 Teknik Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dan terkait dengan penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

3.5.1 Studi Kepustakaan (Library Reseacrh) Yaitu dengan cara mengumpulkan semua data yang berasal dari literatur serta bahan bacaan yang relevan dengan penelitian ini. 3.5.2 Studi Dokumen (Document Research) Yaitu mengumpulkan data berupa berita – berita mengenai pernyataan impor senjata oleh Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo. 3.5.2 Keabsahan Data Untuk keabsahan datanya, maka semua berita yang dijadikan objek penelitian ini akan dilampirkan.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan menggunakan paradigma konstruktivis sebagai dasar pandangan peneliti. Sesuai dengan judul penelitian yang menekankan pada konstruksi berita, maka peneliti menggunakan perangkat analisis framing milik Gamson dan Modigliani untuk menganalisis teks berita. Gamson dan Modigliani melihat framing sebagai suatu cara memahami media sebagai satu gagasan interprestasi (interpretative package) saat mengkonstruksi dan memberi makna pada suatu isu.

Tahap-tahap teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini untuk sampai pada tahap kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Peneliti mengumpulkan artikel-artikel berita Kompas.com mengenai kontroversi isu impor 5000 senjata yang disampaikan oleh Panglima

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 34

TNI Jendral Gatot Nurmantyo dihadapan para purnawirawan TNI dan juga awak media. Rentang waktu dipilih selama empat belas hari mulai dari tanggal 23 September hingga 07 Oktober 2017. 2. Selanjutnya, artikel terpilih akan dianalisis menggunakan model analisis milik Gamson dan Modigliani. Analisis ini menekankan pada cara berbicara atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan dalam model ini dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu: a. Framing Devices Kemasan ini terdiri dari methapors, catchphrase, exemplaar, depiction dan visual image. Kemasan ini berhubungan langsung pada penekanan bingkai dalam sebuah realitas teks yang berkaitan dengan isu tertentu. b. Reasoning Devices Terdiri dari roots, appeals to principle dan consequence. Kemasan ini berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari realitas dalam teks suatu isu tertentu. 3. Hasil berita-berita yang dianalisis kemudian ditutup dengan penarikan kesimpulan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Teks terkait kontroversi pernyataan impor 5.000 pucuk senjata di media online Kompas.com akan dianalisis menggunakan analisis framing dengan merujuk pada konsep Gamson dan Modigliani. Melalui konsep ini, frame dipandang sebagai cara bercerita (story line) yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Pada rentang waktu dari 23 September 2017 sampai dengan 7 Oktober 2017, peneliti menemukan enam teks yang berkaitan dengan konteks masalah yang ingin diteliti.

Teks dipilih untuk dilihat framing devices atau perangkat framing (mengetahui metaphors, catchphrases, exemplar, depiction, dan visual images), selanjutnya diketahui reasoning devices atau perangkat penalaran (mengetahui roots, appeals to principle, consequences). Teks akan dideskripsikan dengan merujuk pada bingkai yang telah dianalisis.

Tabel 4.1 Objek Penelitian No Tanggal Terbit Judul 1. 25/09/2017 Panglima TNI Akui Rekaman Pernyataannya soal 5.000 Senjata Api 2. 24/09/2017 Luruskan Pernyataan Panglima, Wiranto Sebut 500 Pucuk Senjata untuk Pendidikan BIN

3. 27/09/2017 Jokowi Sudah Minta Penjelasan Panglima TNI soal Isu Pembelian Senjata

4. 06/10/2017 Panglima TNI Khawatir soal Senjata Ilegal Setelah Analisis Suriah-Irak

35 Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 36

5. 07/10/2017 Pengamat Militer Nilai Panglima TNI Langgar Sumpah Prajurit

6. 27/09/2017 Dituding Lakukan Manuver Politik, Ini Jawaban Panglima TNI

4.1.1 Analisis Framing Artikel Berita I

Judul : Panglima TNI Akui Rekaman Pernyataannya soal 5.000 Senjata Api

Terbit : Senin, 25 September 2017 / 11:29 WIB

Frame: Pernyataan Impor Senjata Benar Disampaikan Oleh Panglima TNI

Artikel ini adalah artikel pertama yang dipilih peneliti untuk diketahui frame beritanya. Peneliti memilih artikel ini berdasarkan isi konten berupa pengakuan Gatot tentang video pernyataan dirinya tentang isu impor 5.000 pucuk senjata api yang beredar di media sosial. Peneliti melihat artikel ini sebagai acuan awal konstruksi berita oleh Kompas.com dalam menanggapi isu impor senjata. Meskipun bukan artikel pertama yang diterbitkan oleh Kompas.com, namun artikel ini menguatkan kebenaran tentang adanya pernyataan terkait isu impor senjata.

Elemen Inti Berita (Core Frame)

Jika ditelusuri dari bagaimana Kompas.com memilih judul untuk artikel ini, „Panglima TNI Akui Rekaman Pernyataannya soal 5.000 Senjata Api‟, menggambarkan Kompas.com sedang menggiring opini publik dalam menanggapi peristiwa yang sudah terjadi. Kompas.com secara langsung memberikan penjelasan tentang kebenaran video berisi pernyataan impor senjata yang beredar. Masih dalam judul, Kompas.com juga memilih menggunakan sapaan „Panglima TNI‟ yang menegaskan jabatan tinggi dengan tujuan memancing pembaca agar tertarik membaca isi berita.

Dalam artikel ini, Kompas.com ingin menjelaskan bahwa Gatot Nurmantyo memang benar menyebut adanya impor 5.000 senjata api ke tanah air. Gatot juga

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 37

dengan tegas mengakui bahwa memang benar dirinya lah orang yang berbicara dalam video yang beredar di media sosial. Meskipun mengakui rekaman tersebut, Gatot terkesan menutupi kebenaran konten video yang sudah terlanjur meresahkan publik tersebut. Pernyataan Gatot ini didukung dengan teks dalam artikel sebagai berikut:

“Itu benar omongan saya, 1000 persen, tapi tentang kebenaran isi konten rekaman itu saya tak mau berkomentar.”

Pengakuan Panglima TNI tersebut bukanlah satu-satunya inti berita pada artikel ini. Sesudah mengakui rekamannya tersebut, Panglima TNI kemudian berdalih bahwa apa yang ia katakan ditujukan pada publik. Adapun rekaman yang kemudian beredar, menurut Panglima TNI bukan sesuatu yang harus ia tanggapi sebab ia hanya menyampaikan hal tersebut pada purnawirawan dan tidak pernah melakukan press realese.

“Saya tidak pernah 'press release' (soal senjata), saya hanya menyampaikan kepada purnawirawan, namun berita itu keluar. Saya tidak akan menanggapi terkait itu (senjata ilegal)”

Perangkat Pembingkai (Framing Devices)

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita didukung dengan pemakaian simbol tertentu untuk menekankan arti yang hendak dikembangkan dalam teks berita. Simbol-simbol dipakai untuk memberi kesan atau efek penonjolan makna yang disajikan. Simbol tersebut dapat diamati dari pemakaian kata, kalimat, grafis, atau pemakaian foto dan aksentuasi gambar tertentu. Semua elemen itu dipakai dalam teks dan dipahami dalam analisis framing bukan sebagai perangkat tulisan berita, melainkan sebagai suatu strategi wacana untuk menekankan makna atau mengedepankan pandangan tertentu agar lebih diterima oleh khalayak.

Semua elemen dalam perangkat pembingkai itu dipakai untuk memberikan citra tertentu atas seseorang atau peristiwa tertentu. Dalam teks berita ini, perangkat pembingkai paling tidak dipakai dengan tujuan mengemas fakta bahwa sosok di balik video terkait impor senjata yang beredar di media sosial adalah benar Jenderal Gatot Nurmantyo. Hal ini menunjukkan exemplaar sebagai

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 38

pembenaran isu sosial yang sedang diangkat. Frasa yang digunakan untuk menekankan pernyataan tersebut adalah „seribu persen‟ yang dimaknai sebagai suatu hal yang benar-benar akurat dan digunakan untuk membenarkan pernyataan Gatot. Dalam artikel, Kompas.com juga menggambarkan beredarnya video tentang pernyataan impor senjata itu bukanlah hal yang disengaja. Citra ini diperkuat dengan ditemukannya metafora pada potongan artikel berikut:

Namun, kata Gatot, ucapannya itu sebenarnya tidak untuk diekspos ke pers atau publik. Akan tetapi, pembicaraannya itu justru bocor ke media sosial.

Penggunaan kata „bocor‟ dalam artikel ini menunjukkan bahwa apa yang disampaikan oleh Gatot tidak untuk publik. Kata bocor dalam KBBI memiliki arti „tersiar sedikit-sedikit (tentang rahasia)‟, yang artinya adapun informasi tersebut adalah rahasia.

Tidak hanya berupa teks, artikel ini juga didukung dengan gambar yang cukup membuat peneliti teratarik. Jika dilihat dari artikel ini, visual images yang ditampilkan adalah foto Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang sedang berpidato. Hal yang menarik, Kompas.com menggunakan foto saat Gatot Nurmantyo menyampaikan pandangannya dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) ke-1 Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) di Kuta, Bali, Jumat (4/8/2017). Melalui pemilihan gambar tersebut, Kompas.com seolah menggiring opini publik pada suatu fakta bahwa Jenderal Gatot akrab dengan dunia politik. Secara keseluruhan artikel ini tidak ada membahas seputar tudingan Gatot yang sedang berpolitik. Namun dengan pemilihan gambar tersebut, Kompas.com seolah ingin memuncul stigma politik pada diri Gatot Nurmantyo.

Perangkat Penalaran (ReasoningDevices)

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita kemudian didukung dengan seperangkat penalaran untuk menekankan kepada khalayak bahwa “versi berita” yang disajikan dalam teks adalah benar. Sebuah berita tidak semata-mata berupa gagasan. Berita adalah kumpulan dari fakta yang pada hasil akhirnya berupa, bukan hanya paparan atas suatu informasi, melainkan juga suatu

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 39

bingkai informasi dengan perspektif dan pandangan tertentu. Karena itu, fakta yang dipilih secara tidak langsung dalam pandangan ini untuk memperkuat bangunan perspektif yang telah disusun oleh wartawan. Dalam artikel berita pertama yang diteliti, perangkat penalaran disajikan dengan menggunakan dua roots yang menjadi hubungan sebab-akibat timbulnya polemik isi senjata. Roots pertama ditemukan pada kalimat yang menjelaskan isi video:

Dalam rekaman yang beredar, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut adanya institusi tertentu yang akan membeli 5.000 senjata.

Sementara Roots yang kedua ditemukan pada terusan yang diakibatkan roots pertama. Perizinan terkait pembelian senjata di sini dilakukan oleh Badan Intelijen Negara (BIN) ke Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri) karenaa senjata tersebut bukanlah untuk militer. Penggambaran yang ada pada teks ini berkaitan dengan dugaan munculnya awal kesalah pahaman terkait impor senjata. Kompas.com menggambarkan bahwa TNI sebenarnya tidak harus terlibat dalam hal ini. Selain itu, dalam menyelesaikan masalah ini, Menko Polhukam mengumpulkan Panglima TNI dengan pihak-pihak yang dianggap terlibat dalam polemik ini. Pertemuan ini menyimpulkan fakta akhir bahwa munculnya isu impor senjata bersumber dari kesalahan infromasi yang diterima Panglima TNI.

Tabel 4.2 Kodifikasi Artikel I Frame: Pernyataan Impor Senjata Benar Disampaikan Oleh Panglima TNI Framing Devices Reasoning Devices Methapors: Namun, kata Gatot, Roots: Dalam rekaman yang beredar, ucapannya itu sebenarnya tidak untuk Panglima TNI Jenderal Gatot diekspos ke pers atau publik. Akan Nurmantyo menyebut adanya institusi tetapi, pembicaraannya itu justru bocor tertentu yang akan membeli 5.000 ke media sosial senjata Exemplaar: Panglima TNI Jenderal Appeals to Principle: Perizinan senjata TNI Gatot Nurmantyo membenarkan itu dilakukan BIN ke Mabes Polri,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 40

dirinya yang berbicara dalam video bukan ke TNI. Hal ini karena senjata yang viral di media sosial. yang dipesan BIN dari Pindad bukan spesifikasi militer. Catchphrases: Seribu persen itu benar Consequence: Wiranto menyebut kata-kata saya. Tapi saya tidak polemik itu hanya didasarkan pada pernah press release, sehingga saya kesalahan komunikasi Panglima TNI tidak perlu menanggapi hal itu. soal informasi pembelian senjata yang diterima Depiction: Saya tidak pernah 'press release' (soal senjata), saya hanya menyampaikan kepada purnawirawan, namun berita itu keluar. Saya tidak akan menanggapi terkait itu (senjata ilegal) Visual Image: Gambar Gatot Nurmantyo saat menyampaikan pandangannya dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) ke-1 Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) di Kuta, Bali, (4/8/2017).

4.1.2 Analisis Framing Artikel Berita II

Judul: Luruskan Pernyataan Panglima, Wiranto Sebut 500 Pucuk Senjata Untuk Pendidikan BIN Terbit : Minggu, 24 September 2017 / 19.49 WIB

Frame: Menko Polhukam Menyatakan Isu Impor Senjata Hanya Kesalahan Komunikasi Antar Instansi

Artikel kedua ini dipilih oleh peneliti sebagai tanggapan yang mendasar dalam artikel pertama. Dalam artikel kedua ini, Kompas.com memilih Wiranto yang menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 41

(Menko Polhukam) sebagai narasumber utama. Untuk menanggapi pernyataan Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo, pemilihan Wiranto sebagai narasumber akan sangat berpengaruh khususnya dalam bidang hukum dan pertahanan.

Elemen Inti Berita (Core Frame)

Dalam artikel ini, Kompas.com ingin menampilkan sebuah klarifikasi tentang isu yang sedang ramai di masyarakat. Artikel ini juga mengarah pada jawaban untuk menanggapi berbagai pertanyaan yang timbul akibat pernyataan Gatot tentang isu impor 5.000 senjata. Gagasan utamanya terletak dari pernyataan Wiranto tentang kesalahan komunikasi Gatot yang terjadi dalam pembelian senjata.

Gagasan lainnya adalah kesalahan jumlah senjata yang semula disebut 5.000 pucuk senjata namun pada kenyatannya hanya 500. Dalam klarifikasinya, Wiranto juga meluruskan adapun instansi yang memesan senjata api tersebut adalah Sekolah Badan Intelejen Negara (BIN) untuk keperluan pelatihan dan pendidikan. Hal tersebut diperkuat dalam teks:

“Setelah saya tanyakan, saya cek kembali, tenyata ini berhubungan dengan pembelian 500 pucuk senjata buatan PT Pindad yang diperuntukkan bagi sekolah intelejen BIN dan bukan buatan luar negeri.”

Wiranto juga menambahkan bahwa tidak adanya impor senjata dari luar negeri. Senjata untuk sekolah BIN dipesan melalui perusahaan pembuat senjata dalam negeri, yaitu oleh PT. Pindad.

Perangkat Pembingkai (Framing Devices)

Perangkat ini berhubungan dan berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam artikel berita yang dituliskan Kompas.com. Untuk menguatkan gagasan sentralnya, Kompas.com menggunakan framing devices. Salah satu framing devices yang tampak pada perangkat ini dapat kita temukan pada depiction yang cukup kuat untuk digunakan mematahkan pernyataan Panglima TNI. Depiction itu didukung dengan kata „tidak benar‟ dan merujuk pada kesalahan komunikasi. Menko Polhukam juga membantah bahwa Indonesia

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 42

sedang dalam keadaan yang tidak aman. Kompas.com menggambarkan fakta tersebut dengan mengganti kata tidak aman menjadi perumpaan „genting‟.

Kompas.com juga menyertakan exemplaar bahwa tidak ada impor 5.000 senjata, namun hanya pembelian 500 pucuk senjata yang oleh Badan Intelejen Negara (BIN) dan dibuat PT.Pindad. Pernyataan ini tentu sangat bertolak belakang dengan pernyataan Jenderal Gatot sebelumnya yang menyatakan isu impor senjata yang ia sampaikan bersifat A1. Perlu diketahui, istilah A1 yang dipakai Panglima TNI berarti infomasi yang kredibel dan dapat dipercaya.

Gambar yang digunakan Kompas.com dalam artikel ini adalah Wiranto yang sedang melakukan konfrensi pers di hari yang sama dengan terbitnya artikel (Minggu, 24 September 2017). Tepat di belakang Wiranto berdiri, terdapat lambang Menko Polhukam Republik Indonesia. Melalui foto tersebut, terlihat jelas Wiranto mengundang media ke kantor Menko Polhukam untuk melakukan konferensi pers. Posisi Wiranto yang berbicara di podium dengan latar belakang simbol Menko Polhukam Republik Indonesia secara tidak langsung ingin mempertegas kembali jabatan yang ia sandang sebagai Menko Polhukam.

Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)

Dalam artikel kedua yang menjadi objek dalam penelitian ini, menekankan bahwa isu impor senjata itu tidaklah benar. Hal ini dikonfirmasi Menko Polhukam setelah menemukan fakta asal muasal polemik ini hanyalah bentuk kesalahan komunikasi antarinstansi. Wiranto juga mengklaim bahwa pembelian senjata seperti milik BIN tidak memerlukan izin dan prosedur dari Presiden. Pernyataan Menko Polhukam ini jelas bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Panglima TNI. Teks pendukung yang juga menjadi roots dalam artikel ini terdapat pada:

“Setelah saya panggil Kepala BIN, hubungi Panglima TNI, Kapolri dan institusi lain yang terkait masalah ini. Ternyata ini hanya masalah komunikasi yang tidak tuntas dalam hal pembelian senjata”

Melalui klarifikasi yang disampaikan oleh Menko Polhukam tersebut, membuat posisi Panglima TNI tersudut. Konsekuensi atau efek pada artikel berita

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 43

ini menunjukkan bahwa tidak adanya masalah keamanan dan pertahanan negara seperti yang menjadi pembicaraan di masyarakat. Selaku Menko Polhukam dan narasumber utama Kompas.com dalam artikel ini, Wiranto juga menghimbau masyarakat untuk tidak mengkhawatirkan kemungkinan-kemungkinan buruk terkait kepentingan nasional. Dengan melibatkan sumber-sumber yang cukup kredibel dalam masalah ini, maka apa yang disampaikan oleh Menko Polhukam cukup untuk menutup masalah ini sebagaimana Kompas.com mendukung pernyataan Wiranto dengan mengutip kalimat sebagai berikut:

“Isu mengenai ini kita tutup. Karena tidak perlu dikhawatirkan ada satu kekuatan-kekuatan lain yang akan menganggu kepentingan nasional atau keamanan nasional, tidak sama sekali.”

Tabel 4.3 Kodifikasi Artikel II Frame: Menko Polhukam Menyatakan Isu Impor Senjata Hanya Kesalahan Komunikasi Antar Instansi Framing Devices Reasoning Devices Methapors: Wiranto pun membantah Roots: Setelah saya panggil Kepala berbagai spekulasi yang beredar seperti BIN, hubungi Panglima TNI, Kapolri Indonesia sedang dalam keadaan dan institusi lain yang terkait masalah genting tetapi, pembicaraannya itu ini. Ternyata ini hanya masalah justru bocor ke media sosial komunikasi yang tidak tuntas dalam hal pembelian senjata Exemplaar: Setelah saya tanyakan, saya Appeals to Principle: Karena itu ada isu cek kembali, tenyata ini berhubungan bahwa pembelian senjata ini atas dengan pembelian 500 pucuk senjata persetujuan Presiden saya kira prosedur buatan PT Pindad yang diperuntukkan pembelian senjata pada jenis seperti ini bagi sekolah intelejen BIN dan bukan secara spesifik tidak perlu kebijakan buatan luar negeri. Presiden secara khusus, tidak perlu melibatkan Presiden Catchphrases: Mereka memakai nama Consequence: Isu mengenai ini kita Presiden, seolah-olah itu yang berbuat tutup. Karena tidak perlu Presiden, padahal saya yakin itu bukan dikhawatirkan ada satu kekuatan-

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 44

Presiden, informasi yang saya dapat kekuatan lain yang akan menganggu kalau tidak A1 tidak akan saya kepentingan nasional atau keamanan sampaikan di sini. nasional, tidak sama sekali. Depiction: Wiranto menegaskan bahwa pernyataan Panglima tersebut tidak benar. Ia mengakui ada kesalahan komunikasi antara Panglima dengan Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan dan Kapolri Jenderal Pol . Visual Image: Gambar yang digunakan Kompas.com adalah Wiranto yang sedang melakukan konferensi pers. Tepat di belakang Wiranto berdiri, terdapat lambang Menko Polhukam Republik Indonesia. Melalui foto tersebut, seakan menjelaskan adanya undangan media untuk konfernsi pers.

4.1.3 Analisis Framing Artikel Berita III

Judul: Jokowi Sudah Minta Penjelasan Panglima TNI soal Isu Pembelian Senjata Terbit: Rabu, 27 September 2017 / 12:51 WIB

Frame: Jokowi Meminta Publik Untuk Fokus Pada Klarifikasi Wiranto Terkait Isu Impor Senjata

Peneliti memilih artikel ini sebagai bahan analisis dengan alasan isi konten yang dianggap mampu melengkapi dua artikel yang sudah terlebih dahulu dianalisis. Dengan munculnya artikel ini, peneliti melihat Kompas.com ingin menonjolkan kesan bahwa isu impor senjata ini adalah satu hal yang penting. Hal

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 45

itu karena Presiden turut angkat bicara untuk menanggapi problematika yang sudah terlanjur merebak.

Setelah adanya kalrifikasi dari Wiranto selaku Menko Polhukam dalam artikel sebelumnya, Kompas.com kemudian menerbitkan artikel yang melibatkan Jokowi. Pernyataan Jokowi tentunya akan sangat mempengaruhi kelanjutan isu impor senjata yang saat ini menjadi perbincangan publik. Dengan alasan demikian, peneliti menganggap artikel dari Kompas.com ini sangat penting dan perlu dianalisis.

Elemen Inti Berita (Core Frame)

Hal pertama yang menarik dari artikel ini adalah judul berita yaitu „Jokowi Sudah Minta Penjelasan Panglima TNI Soal Isu Pembelian Senjata‟. Melalui judul tersebut, Kompas.com menggiring pembaca pada suatu opini bahwa isu impor senjata sudah sampai pada pertemuan Presiden dan Panglima TNI dan mencapai suatu titik terang. Sebagai orang nomor satu di Indonesia, pernyataan Jokowi terkait hal ini akan sangat berpengaruh dan ditunggu oleh publik.

Sementara untuk inti gagasan yang ada pada artikel tentu mengarahkan publik pada bagaimana isi dari pernyataan yang akan disampaikan Presiden Jokowi. Jokowi juga mengatakan sudah bertemu dengan Panglima TNI dan membicarakan masalah ini bersama. Meskipun begitu, Jokowi menolak mengomentari isi pertemuannya dengan Panglima TNI dan justru menginstruksikan publik untuk mengacu pada klarifikasi yang disampaikan oleh Menko Polhukam, Wiranto.

Jokowi mengaku tidak bisa mengungkapkan soal penjelasan yang disampaikan Panglima kepadanya. Menurut dia, tidak semua informasi bisa disampaikan ke publik. Ia justru meminta publik untuk mengacu pada pernyataan yang disampaikan Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto.

Adapun klarifikasi yang dimaksud adalah Menko Polhukam tidak membenarkan adanya impor 5.000 pucuk senjata api. Ia membenarkan ada pembelian senjata, yaitu dari Badan Intelejen Negara (BIN) yang digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 46

keperluan pendidikan. Senjata tersebut berjumlah 500 pucuk dan dibeli dari PT.Pindad, bukan dari luar negeri.

Perangkat Pembingkai (Framing Devices)

Pemikiran atau gagasan-gagasan Kompas.com dalam menuliskan artikel terkait isu impor senjata api ini dilakukan dengan pemakaian simbol untuk memberi penekanan dan penonjolan suatu makna tertentu. Salah satu metafora yang menonjol dalam artikel ini menyebut bahwa pernyataan Panglima TNI kerap menimbulkan polemik. Kompas.com menggunakan kata „kerap‟ yang merujuk pada frekuensi. Dalam KBBI, kata kerap dapat diartikan dengan „berkali-kali‟. Dengan menggunakan kata tersebut, Kompas.com ingin menampilkan sebuah frame bahwa Gatot sudah sering menimbulkan berbagai masalah melalui pernyataan yang ia sampaikan.

Selain kalimat diatas, peneliti juga menemukan frasa yang terkesan menyudutkan pernyataan Panglima TNI. Potongan kalimat ini menyebut bahwa perizinan pembelian senjata oleh pihak yang dimaksud (BIN) tidak perlu ke Markas Besar TNI. Kalimat itu terdapat pada:

Karenanya, kata dia, izin pembelian cukup ke Mabes Polri dan tidak perlu ke Mabes TNI.

Peneliti melihat penggunaan kata„tidak perlu‟ sebagai frase yang menunjuk pada suatu pemikiran tertentu. Melalui frase tersebut, Kompas.com seolah ingin memberi gambaran bahwa pembelian senjata ini tidak ada hubungannya dengan Panglima TNI. Hal itu terlihat dari kalimat yang merujuk pada izin pembelian yang cukup hanya melibatkan Mabes Polri dan tidak harus ke Mabes TNI.

Gambar yang digunakan dalam artikel ini adalah potret Jokowi yang sedang diwawancara oleh banyak media. Dalam gambar tersebut, terlihat Jokowi yang memakai kemeja putih sedang menjawab pertanyaan dari para wartawan. Adapun hal yang terlihat mencolok dari visual image artikel ini adalah ekspresi Jokowi yang menurut peneliti cukup tegas dan serius. Jokowi juga terlihat sedang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 47

memainkan gestur tubuhnya saat berbicara. Hal itu terlihat dari foto gerakan tangan Jokowi yang tampak sedikit kabur menunjukkan saat itu Jokowi berbicara dengan melibatkan gerakan tangan. Kompas.com mencamtumkan Presiden Joko Widodo usai menghadiri pameran kriyanusa di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (27/9/2017). Foto tersebut diambil pada hari yang sama dengan terbitnya artikel. Dengan kata lain, gambar yang dipakai dalam artikel ini merupakan foto yang diambil langsung saat wawancara bersama Jokowi.

Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)

Selain framing devices, condensing symbol juga dibangun oleh reasoning devices untuk mencapai maksud dari core frame. Reasoning devices disebut juga perangkat penalaran merupakan ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam artikel berita untuk menekankan kepada khalayak bahwa „versi berita‟ yang disajikan dalam artikel adalah benar. Oleh sebab itu, fakta yang dipilih secara tidak langsung dalam pandangan ini untuk memperkuat bangunan perspektif yang telah disusun oleh wartawan. Dalam artikel berita, perangkat penalaran itu disajikan dengan beberapa pola. Pola pertama ada pada roots:

Terakhir, Gatot menyebut adanya institusi nonmiliter yang membeli 5000 pucuk senjata.

Kalimat di atas merupakan roots pertama yang ditemukan peneliti. Melalui kalimat tersebut, terdapat hubungan kausal utama dengan terbitnya isi artikel. Kompas.com memunculkan kembali „akar‟ masalah dari impor senjata. Adapun yang menjadi polemik dalam kasus ini adalah pernyataan Jenderal Gatot Nurmantyo tentang adanya institusi non militer yang mengimpor 5.000 pucuk senjata api. Peneliti juga menemukan ada nya hubungan kausal lain terkait artikel ini. Roots kedua yang peneliti temuakan adalah kalrifikasi dari Menko Polhukam, Wiranto. Menurut Wiarnto, munculnya pernyataan Gatot tersebut akibat kesalahan komunikasi antara Panglima TNI dengan kepala BIN serta Kapolri.

Selain menemukan adanya hubungan kausal pada artikel berita, penggunaan klaim moral juga terdapat pada kalimat yang mengacu pada pernyataan Jokowi. Pada kalimat tesebut Jokowi tidak dapat menyampaikan isi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 48

pertemuaannya dengan Panglima. Hal tersebut dikarenakan adanya klaim moral untuk tidak menyampaikan semua informasi ke publik. Peneliti melihat dengan adanya klaim moral ini, Kompas.com seolah ingin menyinggung Panglima TNI secara tidak langsung. Adapun spekulasi tersebut dikarenakan tindakan sang Jenderal yang sudah mengungkapkan infromasi penting terkait isu impor senjata kehadapan publik dan bukannya langsung pada Presiden.

Jokowi mengaku tidak bisa mengungkapkan soal penjelasan yang disampaikan Panglima kepadanya. Menurut dia, tidak semua informasi bisa disampaikan ke publik.

Hal terakhir yang terdapat dalam perangkat reasoning devices adalah consequence atau efek. Adapun bentuk consequence terdapat pada akhir artikel yang mengutip pernyataan langsung dari Jokowi. Kompas.com menutup artikel ini dengan tanggapan Jokowi terhadap peristiwa impor senjata. Dalam kutipan tersebut, Jokowi mengatakan adapun tanggapannya sama dengan klarifikasi yang disebut oleh Menko Polhukam, Wiranto. Sebelumnya Wiranto menyebut adanya kessalahan komunikasi diantara beberapa pihak hingga muncul isu impor 5.000 pucuk senjata api sebagaimana disampaikan oleh Jenderal Gatot Nurmantyo. Ia kemudian mengkalirifikasi pernyataan tersebut dan menyebut adanya pembelian 500 pucuk senjata oleh BIN dan dibuat oleh PT. Pindad bukan buatan asing.

Tabel 4.4 Kodifikasi Artikel III Frame: Jokowi Meminta Publik Untuk Fokus Pada Klarifikasi Wiranto Terkait Isu Impor Senjata Framing Devices Reasoning Devices Methapors: Hal ini disampaikan Roots: Terakhir, Gatot menyebut Jokowi saat ditanya wartawan adanya institusi nonmiliter yang mengenai pernyataan Gatot yang kerap membeli 5000 pucuk senjata. menimbulkan polemik. Wiranto mengakui ada kesalahan komunikasi antara Panglima dengan Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 49

dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Exemplaar: Ia justru meminta publik Appeals to Principle: Jokowi mengaku untuk mengacu pada pernyataan yang tidak bisa mengungkapkan soal disampaikan Menteri Koordinator penjelasan yang disampaikan Panglima bidang Politik Hukum dan Keamanan kepadanya. Menurut dia, tidak semua Wiranto. informasi bisa disampaikan ke publik.

Wiranto sudah meluruskan informasi yang disampaikan Panglima. Menurut dia, memang ada pembelian senjata oleh Badan Intelijen Negara (BIN) kepada PT Pindad sebanyak 500 pucuk, bukan 5000 pucuk. Catchphrases: Karenanya, kata dia, izin Consequence: Saya kira penjelasan dari pembelian cukup ke Mabes Polri dan Menko Polhukam sudah jelas. Saya kira tidak perlu ke Mabes TNI tidak usah saya ulang lagi Depiction: Panglima TNI memang biasanya mengantar dan menjemput di Bandara Halim tiap kali Jokowi melakukan perjalanan ke luar kota atau luar negeri. Visual Image: Kompas.com mencamtumkan gambar Presiden Joko Widodo usai menghadiri pameran kriyanusa di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (27/9/2017). Foto tersebut diambil pada hari yang sama dengan terbitnya artikel.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 50

4.1.4 Analisis Framing Artikel Berita IV

Judul: Panglima TNI Khawatir Soal Senjata Ilegal Setelah Analisis Suriah Irak Terbit: Jum’at, 06 Oktober 2017 / 08.53 WIB

Frame: Pernyataan Impor Senjata Disampaikan Panglima TNI Karena Spekulasi Pribadi

Peneliti memilih artikel ini untuk melengkapi artikel-artikel yang sebelumnya diteliti. Setelah tiga artikel yang memunculkan bingkai berita berdasarkan asumsi dari pihak-pihak yang terkesan menyudutkan pernyataan Panglima TNI terkait isu impor 5.000 senjata api, artikel ini memuat tanggapan langsung Gatot Nurmantyo. Adapun tanggapan yang dimaksud, merupakan jawaban Gatot akan isu impor senjata ataupun Indonesia yang sedang dilanda krisis keamanan sebagaimana yang sebelumnya ia ungkapkan.

Hal lain yang membuat peneliti tertarik pada artikel ini, Kompas.com juga melengkapi artikel dengan menyertakan kutipan klarifikasi dari Menko Polhukam, Wiranto. Tidak hanya itu, ada juga kutipan awal tentang impor senjata yang disampaikan Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo dihadapan purnawirawan TNI dan awak media sebagai rujukan awal.

Elemen Inti Berita (Core Frame)

Salah satu yang mempengaruhi pembaca tertarik untuk membaca artikel adalah judul yang digunakan. Artikel keempat ini berjudul „Panglima TNI Khawatir soal Senjata Ilegal Setelah Analisis Suriah Irak‟. Melalui judul berita, Kompas.com menarik perhatian pembaca dengan mencatut „analisis Suriah Irak‟. Sebagaimana kita tahu, Suriah Irak merupakan dua negara di Timur Tengah yang tengah dilanda konflik. Dengan mengangkat isu Suriah-Irak, Kompas.com ingin menarik perhatian pembaca dan tak lupa masih menggunakan isu impor senjata yang masih hangat diperbincangkan. Kompas.com juga menggunakan kata „khawatir‟ untuk mewakili pernyataan Panglima TNI. Berdasarkan KBBI, khawatir memiliki arti „takut (gelisah,cemas) terhadap sesuatu hal yang belum

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 51

diketahui dengan pasti. Pemilihan judul artikel ini oleh Kompas.com ingin menggambarkan suatu ketidakpastian ataupun kecemasan akibat adanya impor senjata. Dengan kata lain, Kompas.com ingin menggambarkan spekulasi yang tidak pasti dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo karena hanya berupa analisis pribadi.

Gagaasan utama pada artikel ini adalah klarifikasi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akan isu impor senjata yang ia angkat di hadapan purnawirawan TNI dan media. Adapun klarifikasi Gatot ini muncul setelah Menko Polhukam Wiranto menegaskan bahwa dugaan impor 5.000 pucuk senjata api oleh instansi non militer tidak benar adanya. Wiranto juga menyebutkan munculnya isu ini karena ada kesalahan komunikasi di antara beberapa pihak terkait, yaitu TNI, Polri serta BIN.

Untuk meluruskan hal ini, Gatot menjelaskan bahwa pernyataannya terkait impor senjata tersebut terpaksa ia sampaikan setelah menganalisis kejadian yang terjadi di daerah Timur Tengah. Ia merasa khwatir apabila masyarakat sipil dapat memperoleh senjata dengan mudah. Gatot juga menjelaskan tidak ingin menyudutkan ataupun menyinggung institusi manapun terkait pernyataannya tersebut.

Perangkat Pembingkai (Framing Devices)

Perangkat-perangkat yang terdapat pada framing devices berhubungan dengan pembingkaian teks melalui kata atau kalimat yang mengandung makna dan simbol tertentu. Selain itu juga terdapat gambar yang dapat memperkuat makna pesan yang terkandung di dalamnya. Hal pertama yang terlihat menonjol dalam artikel ini terdapat pada penggunaan exemplaar berikut:

“Saya menyampaikan keadaan ini karena saya bercermin di Suriah dan Irak.”

Kutipan di atas merupakan sebuah teori ataupun analisis pribadi dari Gatot Nurmantyo terkait isu impor 5.000 pucuk senjata api. Dalam exemplaar diketahui bahwa posisinya sebagai pelengkap dalam kesatuan wacana atau bingkai pada

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 52

sebuah teks atau dialog mengenai isu tertentu. Peneliti melihat kesatuan bingkai berita pada artikel ini dimulai dengan analisis Gatot mengenai konflik yang ada di negara-negara timur tengah seperti Suriah dan Irak. Panglima TNI juga merasa khawatir jika ada ribuan senjata masuk ke tanah air tanpa status yang jelas, maka akan sulit untuk membedakan kombatan dan non kombatan. Label kombatan kerap digunakan oleh militer yang berarti petempur.

Makna lain terdapat dalam penggunaan Catchphrases. Frasa yang terdapat pada artikel ini berupa pemakaian kata „ramai‟. Kompas.com menggunakan frasa tersebut untuk menggambarkan bahwa polemik ini menarik perhatian banyak orang. Kata ramai juga memperlihatkan bahwa isu impor senjata adalah hal penting yang ingin diketahui oleh masyarakat luas.

Pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengenai ada institusi nonmiliter yang mencatut nama Presiden Joko Widodo untuk pengadaan 5.000 senjata secara ilegal ramai jadi perbincangan.

Hal terakhir yang menguatkan perangkat pembingkaian pada artikel ini adalah penggunaan gambar. Sekilas tidak ada hal yang mencolok pada gambar yang dipakai oleh Kompas.com untuk mengemas artikel ini. Gambar yang dipakai menjelaskan kondisi Gatot yang saat itu sedang melakukan sebuah wawancara terbuka bersama media. Namun, keterangan yang ada dibawah gambar tersebut membuatnya lebih mencolok. Pada keterangan gambar tertulis „Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo seusai memberikan materi pada acara Rapimnas Partai Hanura di Kuta, Bali, Jumat (4/8/2017).‟ Melalui gambar ini, peneliti melihat Kompas.com ingin menampilkan lagi citra „gerakan politik‟ yang dilakukan Gatot. Meski di dalam artikel tidak ada bahasan seputar Panglima TNI dan tuduhan gerakan politik, namun melalui keterangan pada gambar Kompas.com seolah mengajak pembaca untuk tidak melupakan bahasan tersebut.

Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)

Analisis framing kemudian dilanjutkan dengan menggunakan perangkat dari reasong devices. Menurut Eriyanto (2002: 262), reasoning devices merupakan perangkat penalaran yang berhubungan dengan kohesi dan koherensi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 53

dari realitas dalam teks suatu isu tertentu. Hal pertama yang peneliti temukan adalah adanya hubungan kausal (roots) yang juga sebagai suatu bentuk akar permasalahan hingga timbul hal lainnya. Dalam artikel ini, root ditemukan pada:

Gatot mengatakan, pernyataan tersebut terpaksa dikeluarkan setelah dirinya menganalisis apa yang terjadi di negara-negara Timur Tengah yang dilanda konflik.

Melalui kalimat diatas peneliti melihat Kompas.com menarik akar masalah dari artikel ini berdasarkan analisis Gatot tentang negara-negara yang berkonflik di timur tengah. Sebagaimana judul yang dipakai untuk artikel ini „Panglima TNI Khawatir Soal Senjata Ilegal Setelah Analisis Suriah Ira‟k‟, roots pada artikel adalah awal keresahan pribadi Panglima TNI tentang negara yang berkonflik. Kemunculan polemik impor senjata berdasar pada awal keresahan pribadi Panglima TNI tentang negara yang berkonflik. Berkaca dari hal tesebut, maka Jendral Gatot mengambil sikap berani dengan membawa isu impor 5.000 senjata api kehadapan publik.

Klaim moral juga terdapat sebagai suatu upaya untuk memberikan alasan tentang kebenaran suatu isu dengan menggunakan logika dan klaim moral, pemikiran dan prinsip untuk mengkonstruksi suatu realitas. Pada penelitian konsep Gamson dan Modgliani hal itu disebut appeals to pricinciple yang dalam artikel ini terdapat pada kutipan:

“Saya (hanya) mengatakan institusi. Tidak menyebut (institusi mana). Saya juga cerita kan secara garis besar. Bukan laporan intelijen yang saya sebutkan. Hanya informasi saja berdasarkan informasi yang dapat dipercaya, kredibel.”

Melalui kutipan di atas, Kompas.com memaparkan klaim moral yang disampaikan oleh Gatot Nurmantyo. Ia mengklaim bahwa tidak pernah menyebut nama institusi manapun secara langsung namun hanya menyebut bahwa impor senjata dilakukan oleh sebuah institusi. Ia juga menjelaskan bahwa apa yang ia sampaikan hanya garis besar dari keseluruhan informasi yang dapat dipercaya dan juga kredibel.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 54

Sebagai penutup pada perangkat penelaran akan terdapat pula konsekuensi mengenai isu tersebut. Konsekuensi itu merupakan akhir dari pembingkaian dalam artikel.

“Yang membuat gaduh adalah informasi ini keluar, ditanggapinya macam-macam. Ya saya mau apa? Saya menikmati saja kan. Kok saya dibilang buat gaduh, saya tidak buat gaduh. Yang buat gaduh kan media dan itu sah-sah saja dalam kondisi seperti ini.”

Kutipan diatas merupakan dialog langsung yang disampaikan oleh Gatot pada media. Dengan mencermati kutipan teresbut, Gatot ingin menegaskan bahwa dalam hal isu impor senjata ini ia tidak bersalah. Adapun yang membesarkan masalah ini adalah media. Kompas.com menuliskan kutipan ini sebagai akhir dari pembahasan isi artikel secara keseluruhan namun bukan sebagai penutup artikel.

Tabel 4.5 Kodifikasi Artikel IV Frame: Pernyataan Impor Senjata Disampaikan Panglima TNI Karena Spekulasi Pribadi Framing Devices Reasoning Devices Methapors: peneliti tidak menemukan Roots: Gatot mengatakan, pernyataan adanya methapors dalam artikel ini. tersebut terpaksa dikeluarkan setelah dirinya menganalisis apa yang terjadi di

negara-negara Timur Tengah yang dilanda konflik Exemplaar: Saya menyampaikan Appeals to Principle: Saya (hanya) keadaan ini karena saya bercermin di mengatakan institusi. Tidak menyebut Suriah dan Irak. (institusi mana). Saya juga cerita kan secara garis besar. Bukan laporan intelijen yang saya sebutkan. Hanya informasi saja berdasarkan informasi yang dapat dipercaya, kredibel. Catchphrases: Pernyataan Panglima Consequence: Yang membuat gaduh TNI Jenderal Gatot Nurmantyo adalah informasi ini keluar,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 55

mengenai ada institusi nonmiliter yang ditanggapinya macam-macam. Ya saya mencatut nama Presiden Joko Widodo mau apa? Saya menikmati saja kan. untuk pengadaan 5.000 senjata secara Kok saya dibilang buat gaduh, saya ilegal ramai diperbincangan. tidak buat gaduh. Yang buat gaduh kan media dan itu sah-sah saja dalam kondisi seperti ini. Depiction: Saya menyampaikan keadaan ini karena saya bercermin di Suriah dan Irak. Itu tidak bisa membedakan kombatan dengan non kombatan Visual Image: Pada keterangan gambar tertulis „Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo seusai memberikan materi pada acara Rapimnas Partai Hanura di Kuta, Bali, Jumat (4/8/2017).‟ Melalui gambar ini, peneliti melihat Kompas.com ingin menampilkan lagi citra „gerakan politik‟ yang dilakukan Gatot. Meski di dalam artikel tidak ada bahasan seputar Panglima TNI dan tuduhan gerakan politik, namun melalui keterangan pada gambar Kompas.com seolah mengajak pembaca untuk tidak melupakan bahasan tersebut.

4.1.5 Analisis Framing Artikel Berita V

Judul: Pengamat Militer Nilai Panglima TNI Langgar Sumpah Prajurit

Terbit: Sabtu, 07 Oktober 2017 / 16:25 WIB

Frame: Pengamat Militer Menilai Sikap Panglima TNI Sedang Berpolitik

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 56

Artikel ini merupakan artikel kelima yang dipilih untuk diketahui frame beritanya. Pemilihan artikel ini didasarkan pada isi berita yang memilih pengamat militer sebagai narasumber utamanya. Dengan adanya pendapat dari pengamat militer, Kompas.com terlihat ingin memberi penjelasan yang lebih mendukung terkait aksi Panglima TNI yang menyebarkan isu impor 5.000 pucuk senjata.

Selain membahas tentang analisis pengamat militer, artikel ini juga mempunyai sub judul „Kenapa Hanya Panglima?‟. Adapun isi sub judul ini berisi tanggapan wakil ketua umum partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang juga menjabat wakil ketua DPR RI, Fadli Zon tentang Panglima TNI yang dinilai berpolitik. Dibalik jabatan tinggi yang ia sandang, Fadli Zon juga dikenal dengan berbagai tindakan kontroversi yang ia lakukan. Peneliti menilai dengan dipilihnya Fadli Zon untuk mengomentari pendapat pengamat militer, Kompas.com ingin menghadirkan sesuatu yang mendukung atau malah menjadi kontroversi baru. Meskipun demikian, dengan adanya sub judul pada artikel ini, dapat memberi warna berbeda serta frame yang mendukung keseluruhan penelitian.

Elemen Inti Berita (Core Frame)

Sebelum masuk ke isi berita, peneliti ingin memberi sedikit ulasan pada judul berita yang dipilih oleh Kompas.com, „Pengamat Militer Nilai Panglima TNI Langgar Sumpah Prajurit‟. Pada judul artikel, Kompas.com seolah ingin menggiring opini pembaca pada suatu fakta bahwa isu impor senjata yang sudah terlanjur tercium media merupakan sebuah pelanggaran keras untuk Panglima TNI. Kompas.com juga secara terang-terangan memilih sapaan „pengamat militer‟ dalam judul untuk memberatkan Panglima TNI. Selain itu di dalam judul juga dituliskan „Langgar Sumpah Prajurit‟ yang menjadi sebuah kesalahan fatal karena sudah mematahkan sumpah profesi. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari pemilihan judul artikel, Kompas.com ingin menentukan sikapnya yang menyudutkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Core frame pada artikel berita adalah penyataan Pengamat Militer yang menilai tindakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo adalah sebuah gerakan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 57

politik. Hal ini bukan tanpa alasan. Connie menilai informasi negara yang bersifat rahasia seperti itu hanya boleh disampaikan kepada Presiden.

Meski demikian, Connie tak mengetahui apa tujuan dari disampaikannya pernyataan tersebut. Pasalnya, informasi rahasia seperti itu, menurut dia, seharusnya hanya disampaikan kepada Presiden.

Pengamat militer juga menilai bahwa Gatot sudah melanggar janji prajurit tentang menjaga informasi intelejen dari publik. Bahkan, tindakan Gatot juga di cap sudah melanggar sumpah prajurtit pasal 5, yang berisi tentang menjaga rahasia Tentara sekaras-kerasanya. Pernyataan ini terdapat pada kalimat:

“Bahaya sekali saat Panglima TNI itu melanggar sumpah prajuritnya sendiri, (saat) memegang rahasia negara sekeras-kerasnya. Itu pelanggaran sumpah prajurit Pasal 5.”

Perangkat Pembingkaian (Framing Devices)

Dalam artikel berita Kompas.com, perangkat pembingkai digunakan untuk menyatakan bahwa tindakan Panglima TNI dalam menyampaikan informasi terkait isu impor senjata sangat fatal. Hal tersebut tercermin dari penggunaan metafora dengan kata „membunuh TNI dari dalam‟. Peneliti menilai Kompas.com memilih kata membunuh pada kalimat ini untuk memberatkan kesalahan yang ditudingkan pada Panglima TNI. Kompas.com bisa saja menggunakan kata merusak ataupun menghancurkan untuk mengganti kata membunuh. Tetapi sekali lagi, kata membunuh merupakan satu pilihan yang dipakai Kompas.com untuk memunculkan kesan bersalah yang cukup fatal.

Artikel ini juga menjelaskan pembenaran isu sosial yang terdapat dalam exemplaar. Pembenaran isu sosial tersebut terletak pada fakta adanya sumpah prajurit dan sapta marga. Sapta Marga merupakan tujuh pasal yang harus ditaati oleh anggota TNI. Berdasarkan argumen ini, Connie menilai sikap Gatot yang membawa isu impor senjata menjadi perbincangan publik telah melanggar sapta marga dan sumpahnya sebagai prajurit.

“Ada sumpah prajurit yang harus diikuti, mulai dari dia dilantik jadi prajurit dan dia resign atau purnawirawan pun sumpah prajurit tidak pernah dicabut. Kemudian ada Sapta Marga.”

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 58

Hal terakhir yang dapat menguatkan simbol-simbol tertentu dalam artikel ini adalah pemilihan gambar. Gambar yang digunakan sebagai visual image untuk keseluruhan isi berita adalah potret dari Connie Rahakundini Bakrie, seorang pengamat militer sekaligus narasumber utama dari artikel berita ini. Tidak ada keterangan kapan tepatnya foto tersebut diambil, namun berdasarkan latar belakang ia terlihat sedang menjadi narasumber dalam sebuah acara. Pemilihan potret Connie oleh Kompas.com sebagai visual image untuk artikel ini, menurut peneliti akan sangat mempengaruhi isi berita. Melalui potret tersebut, Kompas.com terkesan ingin mempertegas pendapat dari Connie. Sebagaimana peneliti sebut sebelumnya, artikel ini memiliki sub artikel dengan narasumber yang berbeda, namun Kompas.com hanya menampilkan potret Connie sebagai ikon utama.

Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)

Segala fakta yang dijejer didukung dengan penalaran untuk menguatkan makna pesan yang ingin disampaikan. Pada artikel ini, Kompas.com melalui pernyataan dari Connie ingin menekankan sebab akibat munculnya penilaian sikap Gatot yang membeberkan tentang adanya instansi yang mengimpor 5.000 senjata ke tanah air bertentangan dengan sapta marga. Penilaian ini terus berkembang yang kemudian menimbulkan pendapat lain sehingga menjadi keutuhan artikel ini.

Selain itu juga terdapat klaim moral dari tanggapan Connie yang mengaku heran dengan orang-orang yang menganggap Gatot tidak berpolitik. Klaim yang ingin diperkuat adalah Gatot memang sedang berpolitik dan itu sudah terbukti. Melalui pernyataan ini, Kompas.com ingin memperkuat sikap mereka yang menentang Panglima dan pernyataannya melalui gagasan-gagasan yang dikemukan oleh Connie. Sebagaimana suatu tindakan, pastilah memiliki konseskuensi atas setiap keputusannya. Sebagai pemimpin TNI dengan pangkat tertinggi, pernyataan yang disampaikan Jenderal Gatot Nurmantyo akan sangat berpengaruh di masyarakat. Untuk itu, kesalahan informasi ataupun pernyataan dengan maksud dan tujuan tertentu akan menjadi perbincangan yang membuat

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 59

rakyat tidak lagi mempercayai TNI. Hal ini lah yang kemudian sangat disayangkan Connie dengan menyebut kepercayaan masyarakat pada TNI akan runtuh.

Tabel 4.6 Kodifikasi Artikel V Frame: Pengamat Militer Menilai Sikap Panglima TNI Sedang Berpolitik Framing Devices Reasoning Devices Methapors: Pernyataan Panglima TNI, Root: Pengamat militer Connie menurut dia, sama saja membunuh TNI Rahakundini Bakrie menilai sikap dari dalam. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo melanggar sumpah prajurit hingga Sapta Marga. Exemplaar: Ada sumpah prajurit yang Appeals to Principle: pernyataan- harus diikuti, mulai dari dia dilantik pernyataan panglima yang oleh jadi prajurit dan dia resign atau sebagian pihak dinilai bermuatan purnawirawan pun sumpah prajurit politis. Connie justru mengaku heran tidak pernah dicabut. Kemudian ada masih ada pihak yang menilai sikap Sapta Marga Gatot tak berpolitik.

Catchphrases: Ia mencontohkan, terkait Consequence: Sebab, kepercayaan informasi 5.000 senjata yang sempat rakyat terhadap TNI akan runtuh. disampaikan Gatot di depan para purnawirawan TNI. Connie melihat langkah tersebut seperti ingin membuat drama politik. Depiction: Bahaya sekali saat Panglima TNI itu melanggar sumpah prajuritnya sendiri, (saat) memegang rahasia negara sekeras-kerasnya. Itu pelanggaran sumpah prajurit Pasal 5.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 60

Visual Image: Gambar yang digunakan sebagai visual image untuk keseluruhan isi berita adalah potret dari Connie Rahakundini Bakrie, seorang pengamat militer sekaligus narasumber utama dari artikel berita ini.

Elemen Inti Berita (Core Frame)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam artikel ini juga terdapat sub judul. Sub judul pada artikel ini diberi judul “Kenapa Hanya Panglima?” Jika dilihat dari konten yang ada pada sub judul ini, Kompas.com ingin memunculkan keterlibatan pihak lainnya terkait dengan artikel utama. Gagasan utama pada sub judul seolah ingin memunculkan nama baru yang diduga ikut berpolitik sebagaimana dituduhkan pada Panglima TNI. Hal itu disampaikan oleh Fadli Zon, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Fadli menyebut bahwa potensi adanya maksud politik juga mungkin muncul pada institusi lain seperti Kepolisian dan Jaksa Agung. Pendapat ini terlihat dari potongan teks berikut:

Menurut Fadli, pimpinan institusi lain seperti Kepala Kepolisian RI dan Jaksa Agung juga berpotensi dimasuki kepentingan politik, namun tidak pernah dipermasalahkan.

Perangkat Pembingkaian (Framing Devices)

Dalam sub judul pada artikel kelima ini, perangkat pembingkai digunakan untuk menyatakan adanya kemungkinan pihak lain yang terlibat dalam kepentingan politik. Hal ini terdapat pada penggunaan exemplaar yang mempertanyakan mengapa publik hanya fokus pada TNI dan bukan institusi lain. Selain itu, peneliti juga menemukan adanya frasa „berpotensi‟ dalam menggambarkan kemungkinan pihak lain berpolitik. Penggunaan kata „berpontensi‟ oleh Kompas.com menjelaskan tentang suatu kemungkinan yang kuat untuk berhadapan dengan dunia politik.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 61

Peneliti juga menemukan penggunaan depiction pada leksikon melalui kalimat yang menggambarkan suatu permintaan pada presiden untuk mencegah agar institusi lain tidak masuk dunia politik. Lewat kata „politik praktis‟ Kompas.com seolah juga ingin menegaskan bahwa politik yang dimaksud adalah kehidupan politik secara nyata. Kalimat selanjutnya menunjukkan dengan kemungkinan tersebut, institusi-institusi ini tidak dipermasalahkan sebagaimana institusi TNI yang di dapat pada potongan teks berikut:

Menurut Fadli, pimpinan institusi lain seperti Kepala Kepolisian RI dan Jaksa Agung juga berpotensi dimasuki kepentingan politik, namun tidak pernah dipermasalahkan.

Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)

Peneliti tidak menggunakan kata atau kalimat yang bersifat kausal (sebab- akibat) dalam sub judul pada artikel ini. Dengan kata lain, Kompas.com tidak menyertakan roots untuk mengisi reasoning devices pada sub judul artikel. Penalaran yang digunakan oleh Kompas.com dalam mendukung ide yang dikembangkan dilakukan melalui klaim moral. Klaim moral yang ditemukan pada sub judul ini terletak pada permintaan narasumber kepada Presiden untuk mengimbau agar institusi lain tidak terlibat dan masuk dalam politik. Permintaan pada Presiden ini dikarenakan Presiden memiliki posisi tertinggi dalam konstitusi negara. Dengan demikian, Presiden diharap dapat memberi peringatan tegas kepada institusi-institusi pertahanan negara agar tidak terlibat dalam politik praktis. Efek yang terdapat pada sub judul ini melibatkan pihak lain dari luar TNI. Selaku narasumber, Fadli Zon memberikan pesan pada Presiden agar dapat berlaku setimpal pada instansi lain. Dalam hal ini, Kompas.com melalui pernyataan dari Fadli Zon menempatkan TNI sebagai pihak yang disudutkan. Untuk itu, Fadli berharap agar Presiden dapat berlaku sama untuk mengimbau agar Polri dan Kejaksaan Agung dapat untuk menjauh dari hal yang berbau politik. Hal ini diperkuat dengan pernyataan sebagai berikut:

“Presiden kalau mau mengimbau pada Polri hal yang sama. Pada aparat Kejaksaan Agung hal yang sama.”

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 62

Tabel 4.7 Kodifikasi Sub Judul Artikel V Frame: Ada Potensi Politik Pada Institusi Lain di Luar TNI Framing Devices Reasoning Devices Methapors: Tidak ditemukan adanya Root: Tidak ditemukan adanya Methapors dalam sub judul. Methapors dalam sub judul. Exemplaar: Kenapa yang selalu jadi Appeals to Principle: Fadli juga fokus TNI? Kenapa kalau yang berharap Presiden Joko Widodo melakukan institusi lain tidak. mengimbau institusi lain agar tidak turut masuk ke dalam ranah politik praktis. Catchphrases: Menurut Fadli, Consequence: Presiden kalau mau pimpinan institusi lain seperti Kepala mengimbau pada Polri hal yang sama. Kepolisian RI dan Jaksa Agung juga Pada aparat Kejaksaan Agung hal yang berpotensi dimasuki kepentingan sama. politik, namun tidak pernah dipermasalahkan. Depiction: Fadli juga berharap Presiden Joko Widodo mengimbau institusi lain agar tidak turut masuk ke dalam ranah politik praktis. Visual Image: Gambar yang digunakan pada sub judul ini satu dengan artikel utama.

4.1.6 Analisis Framing Artikel Berita VI

Judul: Dituding Lakukan Manuver Politik, Ini Jawaban Panglima TNI

Terbit: Rabu, 27 September 2017 / 18:38 WIB

Frame: Panglima TNI Bantah Sedang Berpolitik

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 63

Artikel ke 6 ini merupakan artikel terakhir yang dipilih untuk melengkapi ke 5 artikel sebelumnya tentang impor senjata. Artikel ini juga sebagai artikel penutup yang digunakan untuk melihat bagaimana Kompas.com membingkai pemberitaan terkait isu impor 5.000 senjata yang dinyatakan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Peneliti memilih artikel berita ini dikarenakan beberapa alasan yang terdapat dalam isi konten. Pertama, artikel menampilkan bagaimana jawaban Panglima TNI yang dituduh melakukan gerakan politik. Hal ini sangat berpengaruh dengan artikel sebelumnya yang mengaitkan pernyataan Panglima TNI dengan aksi politik.

Alasan lain peneliti memilih artikel ini dikarenakan adanya isi konten yang membahas tentang berbagai pendapat narasumber tertentu yang menyatakan bahwa Gatot sedang berpolitik. Kompas.com memilih untuk menuliskan pendapat tersebut di akhir artikel. Peneliti melihat hal tersebut sebagai bentuk perbandingan antara pendapat Panglima TNI dan narasumber yang mengklaim dirinya sedang melakukan manuver politik. Hal yang sangat kontras ini semakin menguatkan posisi Kompas.com dalam membingkai pemberitaan terkait isu impor senjata.

Elemen Inti Berita (Core Frame)

Sebelum melakukan analisis lebih dalam pada artikel ini, peneliti terlebih dulu ingin membahas pemilihan judul artikel oleh Kompas.com. Dengan memilih judul „Dituding Lakukan Manuver Politik, Ini Jawaban Panglima TNI‟, secara garis besar Kompas.com ingin menyampaikan jawaban Panglima TNI dalam menyikapi tudingan politik yang dituduhkan kepada dirinya. Masih dalam judul, Kompas.com juga secara terbuka menuliskan „Dituding Lakukan Manuver Politik‟, seolah ingin menyampaikan pesan bahwa tudingan atau tuduhan politik itu cukup kuat. Dengan berbagai spekulasi dan pendapat yang beredar setelah Jenderal Gatot menyampaikan isu impor 5.000 senjata ke publik, tudingan adanya manuver politik dibalik hal ini memang yang paling sering terdengar.

Core frame pada artikel ini adalah tanggapan Panglima TNI atas tudingan dirinya yang berpolitik oleh beberapa pihak. Adapun tanggapan Gatot, berupa bantahan bahwa ia sedang berpolitik. Ia menyatakan hanya akan menyampaikan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 64

hal-hal baik kalau memang ia sedang berpolitik dengan tujuan untuk mencari simpati publik. Pernyataan ini terdapat pada kalimat:

Menurut Gatot, jika sedang bermanuver politik, maka dia hanya akan menyampaikan pernyataan yang baik dan menarik simpati publik. "Kalau saya berpolitik, 'Oh kamu baik, PKI baik'. Baik semuanya," kata Gatot.

Artikel ini diperkuat pula dengan pernyataan beberapa pihak yang sebelumnya menuding Gatot berpolitik sebagai rujukan awal artikel. Pernyataan tersebut bersumber dari Rachland Nashidik, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat serta Connie Rahakundini Bakrie Pengamat Pertahanan Universitas Indonesia. Kedua narasumber melayangkan kritik akan sikap Gatot yang terkesan berbau politik.

Perangkat Pembingkaian (Framing Devices)

Penonjolan makna yang tampak jelas dibentuk oleh Kompas.com dalam artikel ini dengan penggunaan exemplaar. Peneliti melihat Kompas.com menunjukkan bahwa tudingan adanya manuver politik oleh Panglima TNI dikarenakan pernyataannya yang kerap menuai polemik. Dengan demikian, Kompas.com ingin menegaskan hal terkait isu impor senjata bukanlah yang pertama menuai polemik. Exemplaar dalam artikel ini juga menguraikan lebih dalam tentang pernyataan Panglima TNI yang menjadi polemik. Kompas.com menjabarkan 2 bentuk kesalahan Panglima TNI dalam menyampaikan pernyataannya. Hal pertama berkaitan dengan ajakan untuk menonton film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI. Isu PKI memang bukanlah hal yang baru dan sangat sensitif di kalangan masayarakat. Sebagai seorang Panglima TNI, ajakan untuk menonton kembali film tersebut tentu bukanlah hal yang biasa. Sementara polemik kedua adalah pernyataan tentang impor 5.000 senjata oleh institusi non-militer.

Kompas.com juga menyertakan frasa menarik yang terdapat dalam kutipan Jenderal Gatot. Dalam kutipan itu, ia mengatakan asumsi mengenai dirinya yang dituding sedang berpolitik. Kompas.com mengutip pernyataan tersebut dengan menambahkan frasa untuk menjelaskan kutipan tersebut. Frasa pertama adalah „di

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 65

sini‟ yang diperjelas dengan gedung DPR. Selanjutnya ada kata „itu‟ yang diberi arti „menilai‟. Kompas.com memilih untuk menambahkan kata „menilai‟ yang kemudian disambung dengan kalimat „bodoh yang saya lakukan.‟ Frasa yang dipilih oleh Kompas.com ini, tentu memberikan satu arti lebih terhadap kalimat yang diungkapkan oleh Gatot. Penggunaan depiction dapat kita temukan dengan ungkapan Gatot yang menilai kalau ia sedang berpolitik, maka apa yang ia sampaikan adalah hal-hal baik yang akan menarik simpati publik.

Pada methapors Gamson dan Modigliani menekankan pada penggunaan analogi ataupun kiasan untuk merelasikan fakta. Peneliti menemukan methapors yang terdapat pada artikel berita ini ada pada kata „baju seragam‟. Pernyataan ini dikemukan oleh Pengamat Militer. Selain memiliki arti sebagai baju khusus yang dipakai oleh suatu organisasi ataupun instansi, dalam hal ini seragam juga menganalogikan suatu identitas khusus. Pemakaian seragam merupakan bentuk cerminan dari organisasi ataupun instansi. Maka dengan demikian, „baju seragam‟ yang terdapat pada artikel ini juga merujuk pada identitas dan harga diri TNI.

“...stop lah Panglima TNI itu menggunakan baju seragam Panglima TNI membuat chaos semacam ini.” Terakhir, peneliti menemukan Kompas.com menggunakan gambar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang sedang berada diantara para awak media. Suasana riuh dan padat tampak pada gambar tersebut. Gatot dikelilingi oleh para wartawan seolah sedang dimintai untuk memberikan keterangan tertentu. Gambar yang dipilih oleh Kompas.com untuk artikel ini mengandung suatu makna tertentu. Peneliti melihat Kompas.com seolah mengisyaratkan bahwa media sangat penasaran dan sangat menunggu tanggapan Gatot tentang dirinya yang dituding berpolitik. Meskipun gambar ini bukan potret langsung terkait Gatot yang menanggapi dirinya dituding berpolitik, namun gambar ini sangat tepat untuk mewakili isi artikel. Adapun gambar ini merupakan dokumentasi Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo saat memberikan keterangan usai menghadiri acara buka puasa bersama dengan sejumlah pimpinan media massa nasional, di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (12/6/17).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 66

Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)

Jika diamati dari isi artikel, roots yang ingin ditampilkan oleh Kompas.com adalah tudingan pihak yang menanggap Gatot sedang berpolitik. Kompas.com, melalui narasumber menyebut tudingan itu sebagai sebuah kritikan atas aksi kontroversi Panglima TNI. Pernyataan narasumber ini memiliki hubungan kausal dengan core frame yang akhirnya mengangkat Gatot untuk angkat suara. mengungkapkan bagaimana tanggapan Gatot tentang dirinya yang dituding berpolitik. Adapun klaim moral yang terdapat pada artikel adalah bagaimana Kompas.com menyebut Gatot hanya menyampaikan pernyataan baik untuk menarik simpati publik. Hal itulah yang akan dilakukan Gatot apabila memang benar ia sedang melakukan manuver politik. Melalui artikel, peneliti melihat adanya klaim moral berupa simpati publik yang dikaitkan dengan gerakan politik.

Setiap artikel pasti memiliki efek pada akhir pemberitaan. Penggunaan consequence dalam artikel ini mengarah pada ajakan Gatot untuk pensiun dini terkait dengan tudingan dirinya sedang berpolitik. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Pengamat Militer melalui kalimat berikut:

Pengamat Pertahanan Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie meminta Gatot pensiun dini dan bergabung ke partai politik.

Penggunaan kata-kata di atas menunjukkan sikap tegas dari pengamat pertahanan Universitas Indonesia. Pada kutipan di atas, Connie menyebut Gatot harus pensiun dini dan bergabung dengan partai politik. Hal tersebut diungkapkan Connie berdasarkan analisisnya tentang sikap Gatot yang menyebut adanya impor 5.000 senjata api dari instansi non militer.

Tabel 4.8 Kodifikasi Artikel VI Frame: Panglima TNI Bantah Sedang Berpolitik Framing Devices Reasoning Devices Methapors: Stop lah Panglima TNI itu Roots: Sejumlah kritik memang menggunakan baju seragam Panglima ditujukan kepada Panglima TNI. Wakil

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 67

TNI membuat chaos semacam ini. Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik misalnya, yang menganggap pernyataan Gatot soal pembelian senjata merupakan contoh manuver politik Exemplaar: Adapun sejumlah Appeals to Principle: Menurut Gatot, pernyataan Panglima TNI yang menuai jika sedang bermanuver politik, maka polemik antara lain ajakan untuk dia hanya akan menyampaikan nonton bareng film Penumpasan pernyataan yang baik dan menarik Pengkhianatan G30S/PKI (1984) dan simpati publik soal kabar pembelian 5.000 pucuk senjata oleh institusi non-militer. Catchphrases: Di sini (gedung DPR) Consequence: Pengamat Pertahanan tempat banyak orang politik. Kalau Universitas Indonesia Connie orang politik di sini, itu (menilai) bodoh Rahakundini Bakrie meminta Gatot yang saya lakukan. Kontituen saya pada pensiun dini dan bergabung ke partai kabur. politik. Depiction: Kalau saya berpolitik, 'Oh kamu baik, PKI baik'. Baik semuanya. Visual Image: Gambar yang dipakai Kompas.com merupakan dokumentasi Panglima TNI saat memberikan keterangan usai menghadiri acara buka puasa bersama dengan sejumlah pimpinan media massa nasional, di Balai Sudirman. Dalam gambar ini Panglima TNI dikelilingi oleh awak media seolah sedang dimintai untuk memberikan keterangan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 68

4.2 Pembahasan

Sebagai media pemberitaan online yang dikonsumsi oleh banyak orang, Kompas.com secara umum mencoba untuk menyajikan berita yang tidak berpihak. Untuk itu Kompas.com menuliskan berita dengan memuat narasumber (aktor-aktor) dari berbagai kepentingan dan latar belakang. Dalam pemberitaan terkait isu impor senjata yang melibatkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kompas.com mencoba untuk adil, namun porsi berita yang disampaikan tampak tidak sebanding. Kompas.com tidak memberikan porsi yang sama terhadap citra positif dan citra negatif yang muncul di masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat salah satunya berdasarkan pemilihan judul berita.

Dari enam judul berita yang peneliti analisis, terdapat beberapa judul yang bernada menyudutkan Panglima TNI. Seperti misalnya dua judul berita yang digunakan Kompas.com, menurut peneliti mampu menempatkan Panglima TNI pada citra negatif. Judul pertama adalah „Panglima TNI Khawatir Soal Senjata Ilegal Setelah Analisis Suriah Irak‟ yang merupakan artikel berita keempat yang dianalisis dalam penelitian ini. Selanjutnya pemberian judul pada berita kelima, „Pengamat Militer Nilai Panglima TNI Langgar Sumpah Prajurit‟. Pada judul pertama, Kompas.com memainkan teknik „tarik-ulur‟. Dengan menggunakan kata „khawatir‟, peneliti melihat seolah ada upaya untuk tidak terlalu menekan Panglima TNI. Namun hal ini justru menambah fakta baru bahwasanya heboh isu impor senjata ini hanya didasarkan pada kekhawatiran dan analisis pribadi. Hal ini tentu membuat posisi Jenderal Gatot selaku Panglima TNI dinilai gegabah. Sementara pada judul kedua, Kompas.com terlihat mantap dalam menanggapi sikap Panglima TNI. Hal ini terlihat dari penulisan narasumber yang cukup kuat, yaitu pengamat militer dan dilanjutkan dengan tudingan adanya pelanggaran sumpah prajurit yang dikemukan oleh narasumber.

Hal lain peneliti temukan pada artikel berjudul “Luruskan Pernyataan Panglima, Wiranto Sebut 500 Pucuk Senjata untuk Pendidikan BIN”. Artikel kedua yang dijadikan objek dalam penelitian ini memuat judul yang tidak membentuk citra negatif, namun tetap menentang pernyataan Panglima TNI.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 69

Dengan menggunakan kata „luruskan‟, peneliti melihat meskipun judul artikel ini membantah pernyataan yang diungkapkan Gatot, namun Kompas.com tetap „bermain aman‟ dengan pemilihan kata pada judul.

Kompas juga memuat judul lain yang berbau politik, namun diambil dari sudut pandang Panglima TNI. Artikel tersebut merupakan artikel terakhir yang menjadi objek penelitian, berjudul „Dituding Lakukan Manuver Politik, Ini Jawaban Panglima TNI‟. Dengan menggunakan judul ini, Kompas.com mencoba netral dan memuat artikel yang berisi tanggapan Jenderal Gatot terkait tudingan dirinya berpolitik, namun peneliti masih menemukan adanya suatu tekanan pada judul artikel. Hal tersebut dikarenakan penggunaan kata „dituding‟ yang mengarahkan publik pada citra politik praktis yang seakan sudah dibentuk. Lebih lanjut, judul dari artikel ini juga seolah menjawab artikel kelima yang menilai Gatot sedang berpolitik. Penggunaan judul ini menunjukkan sikap Kompas.com yang seolah „tarik-ulur‟ menanggapi polemik impor senjata.

Untuk judul berita yang lain, seperti “Panglima TNI Akui Rekaman Pernyataannya soal 5.000 Senjata API” dan “Jokowi Sudah Minta Penjelasan Panglima TNI soal Isu Pembelian Senjata” merupakan judul berita yang bernada netral. Tidak memihak maupun menyudutkan pihak manapun. Hanya merupakan pemaparan dari fakta yang terjadi.

Selain itu, pemilihan aktor atau narasumber menjadi pertimbangan penting dalam konstruksi berita. Dari jumlah aktor-aktor yang dipilih Kompas.com sendiri terlihat jumlah aktor yang Kontra terhadap Panglima TNI lebih banyak dibandingkan yang Pro maupun netral. Hal inilah yang membentuk pemberitaan Kompas.com terkait isu impor senjata cenderung berisi kritikan dan tudingan politik terhadap sikap yang diambil Panglima TNI. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, ada 3 orang narasumber yang memiliki sikap kontra terhadap Panglima TNI dan 2 orang narasumber terkesan netral. Sedangkan satu-satunya narasumber yang pro terhadap keenam artikel yang diteliti adalah Jenderal Gatot Nurmantyo sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 70

Pemilihan narasumber yang cenderung mengarahkan tekanan pada Panglima TNI mampu membangun suatu citra kontra oleh Kompas.com. Pernyataan yang dikutip Kompas.com dari masing-masing narasumber dengan latar belakang dan kepentingan berbeda mampu mengkonstruksi pola pikir pembacanya sehingga tercipta suatu arena sosial yang berasal dari media Kompas.com sendiri.

Hal selanjutnya berkaitan dengan frekuensi artikel. Seluruh artikel yang dijadikan subjek penelitian, peneliti temukan pada rubrik news kategori nasional. Dari penempatan tersebut, terlihat bahwa Kompas.com menganggap isu impor senjata sebagai berita nasional yang sangat penting untuk disampaikan kepada masyarakat di Indonesia secara luas.

Selain itu, pemilihan narasumber yang lebih banyak Kontra terhadap Panglima TNI secara otomatis mempengaruhi isi berita. Frekuensi isi berita lebih banyak mengacu pada hal-hal yang mendukung kelemahan dari pernyataan Panglima TNI.

Berita yang diberi judul “Panglima TNI Akui Rekaman Pernyataannya soal 5.000 Senjata Api” berisi tentang pengakuan Panglima TNI bahwasanya memang benar dirinya lah yang menyatakan isu impor senjata dalam rekaman video yang ramai tersebar di media sosial. Selain memuat detail pengakuan Panglima TNI, artikel ini juga menuliskan pernyataan Panglima tentang pernyataannya yang tidak untuk diekspos ke pers atau publik. Lebih lanjut, Kompas.com juga menuliskan bahwa Panglima TNI enggan menanggapi kebenaran dari pernyataannya dalam video tersebut.

Berita yang diberi judul “Luruskan Pernyataan Panglima, Wiranto Sebut 500 Pucuk Senjata untuk Pendidikan BIN” berisi tentang klarifikasi dari Wiranto selaku Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan. Dalam artikel, disebutkan Wiranto meluruskan pernyataan Panglima TNI dengan mengatakan ada kesalahan komunikasi antara Panglima TNI, Kapolri dan Kepala BIN. Adapun senjata yang dimaksud hanya berjumlah 500 pucuk dan dibeli oleh BIN untuk keperluan pendidikan. Tidak ada impor ribuan senjata sebagaimana yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 71

sebelumnya disampaikan oleh Panglima TNI. Lebih lanjut, Kompas.com juga mengutip pernyataan Wiranto yang meminta agar polemik ini ditutup.

Berita berjudul “Jokowi Sudah Minta Penjelasan Panglima TNI soal Isu Pembelian Senjata” menampilkan Jokowi sebagai narasumber utama. Dengan turutnya Presiden dalam menanggapi polemik ini, sekali lagi, Kompas.com ingin membuat citra bahwasanya masalah ini adalah hal yang penting dan mendesak. Artikel ini berisi tentang pertemuan Presiden dan Panglima TNI untuk membahas isu impor senjata. Namun dalam pertemuan ini Presiden tidak terlalu banyak berkomentar dan meminta publik untuk mengarah pada klarifikasi dari Wiranto yang menyebut tidak adanya impor senjata.

Berita berjudul “Panglima TNI Khawatir soal Senjata Ilegal Setelah Analisis Suriah-Irak” menjelaskan bahwa pernyataan Panglima TNI tentang isu impor senjata dan kemungkinan Indonesia sedang dalam situasi tidak aman didasarkan pada spekulasi pribadi. Hal tersebut terkait analisisnya tentang situasi konflik di negara-negara Timur Tengah saat banyak warga sipil yang dengan mudah memperoleh senjata api. Kompas.com juga melengkapi artikel ini dengan kutipan pernyataan awal Panglima TNI tentang impor senjata dan klarifikasi dari Menko Polhukam. Peneliti melihat adanya usaha perbandingan yang ingin ditampilkan oleh Kompas.com.

Berita berjudul “Pengamat Militer Nilai Panglima TNI Langgar Sumpah Prajurit” berupa tanggapan akan aksi Panglima TNI yang menyampaikan isu impor 5.000 pucuk senjata api. Dalam hal ini, Kompas.com mengutip tanggapan dari Pengamat Militer yang menyatakan Gatot sudah melanggar sumpah prajurit dan memang benar sedang berpolitk. Artikel ini juga memuat sub judul “Kenapa Hanya Panglima?”. Sub judul tersebut membahas bukan hanya Panglima TNI selaku alat pertahanan negara yang sedang berpolitik. Namun ada juga Kepala Kepolisian RI dan Jaksa Agung yang juga berpotensi untuk melakukan manuver politik. Artikel ini memunculkan dua kontradiksi konten yang berbeda antara judul dan sub judul. Pada judul utama, artikel berisi tentang sikap kontra yang menyatakan Panglima TNI sedang berpolitik. Pada sub judul, Kompas.com

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 72

mengulur artikel dengan menampilkan tanggapan bahwa media tidak seharusnya hanya fokus pada TNI. Hal tersesebut karena ada pihak-pihak di luar TNI yang berpotensi untuk melakukan gerakan politik.

Artikel terakhir diberi judul “Dituding Lakukan Manuver Politik, Ini Jawaban Panglima TNI” yang berisi sanggahan dari Panglima TNI bahwa dirinya sedang melakukan manuver politik. Kompas.com juga menyertakan beberapa pernyataan Panglima TNI yang kemudian menjadi polemik, yaitu ajakan untuk menonton film G30S PKI serta isu impor senjata. Meski awalnya menuliskan sanggahan dari Panglima TNI, di akhir artikel Kompas.com kembali memunculkan beberapa kritikan yang menyatakan Panglima TNI sedang berpolitik. Hal ini kembali menempatkan Kompas.com dalam permainan “tarik- ulur”. Namun secara keseluruhan isi, artikel ini memunculkan satu stigma negatif terhadap Panglima TNI.

Dengan demikian dapat dilihat dengan jelas bahwa Kompas.com menuliskan berita yang membentuk citra cendrung negatif terhadap Panglima TNI terkait pernyataannya tentang isu impor senjata. Di dalam berita yang dimuatnya, Kompas.com mengkonstruksi sikap Panglima TNI berusaha untuk menarik simpati publik yang kemudian ditanggapi sebagai manuver politik.

4.2.1 Kompas.com Sebagai Arena Sosial

Peneliti sudah menyinggung bahwa pemilihan narasumber dengan latar belakang dan kepentingan yang berbeda akan memunculkan suatu arena sosial dalam media massa. Dalam dunia politik yang melibatkan berbagai instansi dan pemerintahan, hal ini lumrah saja terjadi. Sebagai contoh, pada tahun 2008 Indonesia digemparkan dengan dua instansi pemerintahan, Kepolisian dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berkonflik. Hal ini pun melibatkan banyak pihak seperti anggota Tim Delapan (Tim Verifikasi Fakta), DPR, Menko Polhukam, Pakar Hukum Tata Negara hingga Presiden RI saat itu, . Dalam perkembangan kasus ini, media massa menjadi sarana utama yang dapat mengkonstruksi citra kedua belah pihak. Bahkan tidak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 73

sedikit pula media massa yang mengkritisi sikap dari Presiden saat itu yang dinilai tidak tegas dalam menanggapi kasus ini.

Peristiwa lain yang membentuk media massa sebagai arena sosial adalah Pemilihan Umum Presiden RI tahun 2014. Saat itu, ada dua media yang seakan berseteru dan sangat mencolok dalam memberitakan kedua calon Presiden, yaitu TvOne dan MetroTV. TvOne, secara aktif menampilkan berita positif dalam kubu Prabowo sementara MetroTv juga gencar memberitakan sisi positif Jokowi. Hingga akhir pemilihan Presiden, kedua media ini tetap berseteru untuk membentuk suatu citra yang akan menarik simpati publik. Tidak hanya membentuk citra positif dari kubu mereka, kedua media ini juga membuat berita yang dapat menjatuhkan kubu lawan.

Munculnya isu impor 5.000 pucuk senjata api oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo juga membuka kembali arena sosial dalam media massa. Dengan menyebut adanya institusi yang mengimpor senjata tanpa menyebut nama institusi tersebut, membuat publik bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dalam arena pemerintahan. Untuk mengetahui lebih lanjut terkait tentang bagaimana isu impor senjata menjadi arena sosial dalam media massa dapat dilihat dari:

1. Resonasi Budaya Sebagai media daring yang muncul untuk melengkapi isi berita dalam media cetak, ada sedikit perbedaan budaya yang terdapat dalam keduanya. Jika kita melihat Harian Kompas yang mementingkan akurasi, maka sebagai media daring, kecepatan berita lebih diutamakan dalam Kompas.com. Hal ini terlihat dari banyaknya pemberitaan terkait isu impor senjata di laman Kompas.com sementara harian Kompas hanya memuat 2 berita saja.

Baik Harian Kompas maupun Kompas.com, keduanya tergabung dalam satu perusahan yang sama yaitu Kompas Gramedia yang menaungi beberapa anak perusahaan baik media (cetak, siar dan daring), percetakan, hotel, event organizer dan lainnya. Meskipun demikian, perusahaan yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 74

pertama kali didirikan oleh P.K Ojong dan Jakoeb Oetama tersebut, hingga kini cukup dikenal dengan jaringan media massa nya yang luas.

Sebagai salah seorang pendiri Harian Kompas dan juga seorang Swartawan, Jakoeb Oetama dikenal dengan strategi „jurnalisme kepiting‟ yang kemudian ikut mempengaruhi isi tulisan-tulisan Harian Kompas maupun Kompas.com. Istilah jurnalisme kepiting ini pertama kali dikemukan oleh seorang wartawan senior, Rosihan Anwar. Dalam Sularto (2007: 31), Jakoeb Oetama pernah menanggapi julukan yang diberi oleh Rosihan. Ia mengatakan :

jurnalisme kepiting, sekalipun istilah tersebut diciptakan oleh saudara Rosihan Anwar dengan nada sinisme, tetap berlaku dan menurut hemat saya ia hendaknya semakin dikembangkan jika mau diikuti oleh pers Indonesia, surat kabar harian maupun mingguan.

Adapun yang dimaksud dengan „jurnalisme kepiting‟ menurut Rosihan Anwar adalah tulis agak keras bila memungkinkan, dan tiarap bila penguasa mulai marah. Kompas yang bergerak ala kepiting mencoba langkah satu demi satu untuk mengetes seberapa jauh kekuasaan memberikan toleransi kepada kebebasan pers. Jika aman, akan maju beberapa langkah jika kondisi tidak memungkinkan, kaki kepiting pun bisa mundur. (Sutamat, 2012).

Meski hanya istilah yang diberikan oleh Rosihan Anwar, namun dapat dibenarkan jika hingga saat ini penulisan berita dibawah naungan Kompas Gramedia masih menggunakan langkah jurnalisme kepiting. Hal serupa pun peneliti temukan dalam berita terkait isu impor senjata. Dengan melibatkan berbagai narasumber, terciptalah beragam berita dalam menanggapi polemik ini.

Apa yang dilakukan oleh Kompas.com tersebut tidak terlepas dari budaya organisasi perusahaan. Kompas.com sebaik mungkin menciptakan pemberitaan yang berimbang dalam menanggapi suatu isu. Meskipun demikian, media tetaplah menjadi suatu „alat‟ yang harus menentukan sikap kemana dan bagaimana menanggapi isu yang diperbincangkan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 75

Dalam hal ini, peneliti menemukan sikap kontra terhadap Panglima TNI yang dominan ditemukan dalam pemberitaan yang dimuat Kompas.com. Meskipun demikian, Kompas.com selalu memberi ruang pemberitaan untuk meredam keadaan dengan menerbitkan artikel-artikel dari sudut pandang Panglima TNI ataupun pihak yang pro terhadap pernyataan Panglima TNI.

2. Kegiatan Sponsor Adapun kegiatan sponsor yang dimaksud disini adalah mereka yang terlibat dalam suatu isu yang sedang dibicarakan dalam wadah media massa. Sponsor juga melibatkan pihak-pihak yang dapat dimintai keterangannya untuk menanggapi isu yang sedang diperbincangkan.

Sebagaimana yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya, dari jumlah narasumber yang dipilih Kompas.com, terlihat jumlah narasumber yang Kontra terhadap Panglima TNI lebih banyak dibandingkan yang Pro maupun netral. Fakta tersebut menempatkan Panglima TNI dalam posisi yang tersebut dalam berita yang dikonstruksi oleh Kompas.com.

Dari berbagai narasumber yang terdapat dalam artikel penelitian ini, sebagian besar narasumber menyebut bahwa Panglima TNI memiliki kepentingan pribadi dalam keputusannya mengangkat isu impor senjata di hadapan para purnawirawan TNI. Adapun kepentingan yang dimaksud adalah kepentingan politik yang digunakan untuk menarik simpati publik.

3. Kegiatan Media Berkaitan dengan sumber, maka jurnalis atau wartawan seringkali secara tidak sadar telah memberi ruang pada elit sumber tetapi hal tersebutlah yang nantinya akan membuat suatu keragu-raguan apakah berita tersebut akan benar atau salah (Gamson-Modigliani, 1989:7).

Kegiatan media disini memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan sponsor seperti yang sudah sebelumnya dibahas. Lebih lanjut, kegiatan media melibatkan aktivitas wartawan dalam mengemas fakta-

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 76

fakta yang ada. Dengan menggunakan strategi „jurnalisme-kepiting‟, Kompas.com mampu menghasilkan berita dengan kritikan yang kuat dan meredamnya kemudian. Misalnya pada artikel yang berjudul „Pengamat Militer Nilai Panglima TNI Langgar Sumpah Prajurit‟. Jika diamati dari judul berita, maka peneliti menyimpulkan bahwa artikel ini berisi kritikan tajam terhadap Panglima TNI. Hal menarik kemudian ditemukan pada sub judul artikel yang diberi judul „Kenapa Hanya Panglima?‟. Sub judul ini seolah mengkritisi isi artikel utama yang menjelaskan tentang kemungkinan Jenderal Gatot melanggar sumpah prajurit dan turun ke ranah politik. Dengan memilih Fadli Zon selaku Wakil Ketua DPR RI, sebagai narasumber utamanya, sub judul ini menyatakan bahwa Jenderal Gatot bukanlah satu-satunya pihak yang terindikasi melakukan kegiatan politik. Ia kemudian menyebutkan pihak-pihak yang mungkin berpolitik seperti Kapolri ataupun Aparat Kejaksaan.

Berdasarkan apa yang sudah diteliti dan mengetahui budaya organisasi dari media yang digunakan sebagai subjek penelitian, maka terbentuklah arena sosial di media massa. Dalam hal ini, Panglima TNI selaku pihak yang memunculkan isu impor senjata adalah pihak yang disudutkan oleh aktor lainnya. Bantahan berupa klarifikasi tidak adanya impor senjata serta jumlah senjata yang hanya 500 pucuk dan dibeli dari PT Pindad, yang dikemukan oleh Menko Polhukam. Selanjutnya juga ada tuduhan manuver politik oleh beberapa pihak seperti Wasekjen Partai Demokrat dan Pengamat politik. Dengan demikian, berkaitan dengan berbagai informasi dan pernyataan yang berbeda dari para narasumber terbentuklah arena sosial pada Kompas.com

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang berisikan deskripsi dan interpretasi dari hasil penelitian. Dari bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan yang didasarkan pada model analisis framing Gamson dan Modigliani terhadap pemberitaan mengenai isu impor senjata di media online Kompas.com. Selain menyimpulkan hasil penelitian, pada bab ini peneliti juga menyertakan saran- saran terhadap hasil penelitian.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis seluruh item berita melalui perangkat framing Gamson dan Modigliani maka penulis memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kompas.com membingkai pemberitaan terkait isu impor senjata dengan menunjukkan bahwa polemik ini merupakan masalah penting untuk diinformasikan kepada masyarakat secara luas. Hal tersebut terlihat dari banyaknya artikel berita yang diterbitkan Kompas.com terkait impor senjata. Peneliti juga menemukan banyaknya pemberitaan impor senjata dalam rubrik news kategori nasional yang semakin memperkuat fakta bahwa Kompas.com mengangkat isu impor senjata dalam skala nasional. Adapun konstruksi berita yang dominan dari Kompas.com yaitu menentang pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Hal tersebut terlihat dari berita-berita yang memuat klarifikasi Menko Polhukam yang menyatakan bahwa pernyataan Panglima TNI hanyalah bentuk kesalahan komunikasi. Klarifikasi ini dapat ditemukan dalam 4 artikel yang dijadikan objek penelitian. Selain itu, Kompas.com juga mengkonstruksi berita yang menyinggung adanya maksud politik di balik pernyataan Panglima TNI terkait polemik isu impor senjata. Bingkai ini terbentuk dari 2 artikel yang membahas Jenderal Gatot dan manuver politiknya serta 2 berita lainnya yang menampilkan visual image berbau

77 Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 78

politik meskipun artikel tidak menyinggung manuver politik Panglima TNI.

2. Sebagai media yang dikenal menganut sistem “jurnalisme-kepiting”- tulis agak keras bila memungkinkan, dan tiarap bila penguasa mulai marah, posisi Kompas.com dalam menanggapi polemik isu impor senjata juga penuh perhitungan. Setelah peneliti menyelesaikan analisis artikel, peneliti menemukan Kompas.com mengkonstruksi berita yang dominan menentang pernyataan Panglima TNI. Meskipun demikian, sebagaimana „jurnalisme kepiting‟ yang dijalankan, Kompas.com masih memberi ruang untuk pemberitaan yang mengambil sudut pandang Panglima TNI sebagai gagasan inti. Kompas.com juga memilih narasumber yang berasal dari latar belakang dan kepentingan yang berbeda-beda. Langkah tersebut menempatkan Kompas.com sebagai arena sosial dalam sebuah media massa.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan penarikan kesimpulan yang sudah dilakukan, maka peneliti mengajukan saran di antaranya:

1. Secara teoritis, penelitian analisis framing menggunakan konsep Gamson dan Modigliani bukan merupakan satu hal yang sulit namun tidak juga mudah. Peneliti yang ingin menggunakan konsep ini diharap dapat lebih dulu memahami dengan baik unsur-unsur yang terdapat dalam konsep Gamson dan Modigliani. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tidak „tumpang tindih‟ potongan kutipan dalam menganalisis artikel.

2. Secara akademis, media online saat ini menjadi media yang sangat penting dalam penyampaian informasi. Kecenderungan dalam memilih media online sebagai sumber informasi yang cepat dan mudah diakses merupakan kebutuhan khalayak di era teknologi yang semakin pesat berkembang ini. Untuk itu diperlukan kajian-kajian yang lebih dalam mengenai keberadaan, fungsi dan dampak media online. Hal tersebut

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 79

bertujuan agar khalayak lebih cerdas dalam menyeleksi konten berita dan media online itu sendiri ketika mencari informasi.

3. Secara praktis, Penelitian ini terbatas pada berita yang ditampilkan oleh media daring, karenanya tidak diketahui secara pasti latar belakang penulisan berita. Untuk memahami konstruksi berita secara menyeluruh, peneliti perlu untuk melakukan penelitian terhadap pekerja media, baik dari redaksi maupun wartawan secara langsung melalui observasi sehingga peneliti dapat lebih memahami ideologi apa yang terkandung dalam sebuah pemberitaan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Daftar Referensi

Ardianto, E. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

______,E dan Erdinaya, L.K. (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Ariestyo, F. (2017). Analisis Framing Pemberitaan Serangan Paris Di Republika.co.id. Universitas Sumatera Utara

Baran, S.J dan Davis, D.K (2010). Teori Komunikasi Massa: Dasar Pergolakan dan Masa Depan. Jakarta: Salemba Humanika

Bimo, Eriyanto, Frans, Nugroho dan Surdiasis. (1999). Politik Media Mengemas Berita. Jakarta: Institut Studi Arus Informasi

Bungin, B. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann. Kencana: Jakarta

______. (2008). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

CNN Indonesia. (2017). Wiranto Klarifikasi Pernyataan Panglima Soal 5.000 Senjata. Situs: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170924181052- 20-243687/wiranto-klarifikasi-pernyataan-panglima-soal-5000-senjata. Diakses pada 20 November 2017, pukul 14.55

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana – Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS

______. (2002). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang

Gamson, W.A dan Modigliani, A. (1987). The Changing Culture of Affirmative Action. In Research in Political Sociology, vol.3

______. (1989). Media Discourse and Public Opinion on Nuclear Power: A Constructionist approach. American Journal of Sociology 95, no. 1: 1-37.

Ghozali, K.I. (2015). Analisis Framing Pemberitaan Konflik Internal Partai Persatuaan Pembangunan Dalam Menentukan Koalisi Pada Pemilu. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Hall, S. (1982). “The Rediscovery of Ideology: Return of The Repressed in Media Studies”, Dalam Sobur, Alex. (2004). Analisis Text Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya

Hamad, I. (2004). Konstruksi Realitas Politik di Media Massa. Jakarta: Granit

Universitas Sumatera Utara

Harian Kompas. Edisi Kamis 28 September 2017.Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara Harian Kompas. Edisi Rabu 4 Oktober 2017. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara Hidayat, D.N. (1999). Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi. Jurnal ISKI, Vol. III, April. Bandung: Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia.

Kementerian Pertahanan. (2012). Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012. Situs: http://www.peraturan.go.id/uu/nomor-16-tahun-2012.htm. Diakses pada 21 November pukul 19.30

Kompas.com (2017). Panglima TNI Khawatir soal Senjata Ilegal Setelah Analisis Suriah-Irak. Situs: http://nasional.kompas.com/read/2017/10/06/08532671 /panglima-tni-khawatir-soal-senjata-ilegal-setelah-analisis-suriah-irak. Diakses pada 20 November 2017, pukul 13. 37

Kompas.com (2017). Pengamat Militer Nilai Panglima TNI Langgar Sumpah Prajurit. Situs: http://nasional.kompas.com/read/2017/10/07/16255551/ pengamat-militer-nilai-panglima-tni-langgar-sumpah-prajurit. Diakses pada 20 November 2017 pukul 14.00

Kompas.com. (2017). Luruskan Pernyataan Panglima, Wiranto Sebut 500 Pucuk Senjata untuk Pendidikan BIN. Situs: http://nasional.kompas.com/ read/2017/09/24 /19493321/luruskan-pernyataan-panglima-wiranto-sebut- 500-pucuk-senjata-untuk. Diakses pada 20 November 2017, pukul 13. 35

Kompas.com. (2017). Sebar Isu Pembelian 5.000 Senjata, Panglima TNI Dinilai Sedang Berpolitik. Situs: http://nasional.kompas.com/read/2017/09/24/ 22023031/ sebar-isu-pembelian-5000-senjata-panglima-tni-dinilai-sedang- berpolitik. Diakses pada 20 November 2017, pukul 13.30

Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika

Moleong, L.J. (1997). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya

Mondry. (2008). Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik. Jakarta: Ghalia Indonesia

Morissan, M.A. (2009). Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia Mulyana, D. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Universitas Sumatera Utara

Mursanih, A. (2014). Konstruksi Realitas Sosial Larangan Khitan Perempuan di Media Massa: Analisis Framing Berita Pro-Kontra Khitan Perempuan di Kompas.com. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Nugroho, A.A. (2017). Analisis Framing Pemberitaan Program Bela Negara Di Media Online Metrotvnews.com Dan Sindonews.com Periode September- November 2015. Universitas Lampung.

Pan, Z dan Gerald M.K. (1991). Framing Analysis: An Approach to News Discourse dalam Political Communication vol 10

Rakhmat, J. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Singarimbun, M dan Effendi, S.(1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia

Sobur, Alex. (2004). Analisis Text Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudibyo, Agus. (2001). Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKIS Sumber

Sularto, S. (2007). Kompas: Menulis Dari Dalam. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Sutamat, M. (2012). Kompas: Menjadi Perkasa Karena Kata. Yogyakarta: Galangpress

Tempo. Edisi 2 – 8 Oktober 2017. Jakarta: Tempo Media Group

Tuchman, G. (1980). “Making News, The Study in the Construction of Reality”, Dalam Sobur, Alex. (2004). Analisis Text Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wibowo, I. (2013). Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media

Wikipedia. (2017). Kompas (Surat Kabar). Situs: http://id.wikipedia.org/wiki/ Kompas_(surat_kabar). Diakses pada 23 November 2017 pukul 9.30

Zamroni, Mohammad. (2009). Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiogis. Yogyakarta: Graha Ilmu

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Panglima TNI Akui Rekaman Pernyataannya soal 5.000 Senjata Api

SABRINA ASRIL Kompas.com - 25/09/2017, 11:29 WIB

Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan pandangannya dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) ke-1 Partai Hanura di Kuta, Bali, Jumat (4/8/2017). Dalam Rapimnas tersebut Panglima TNI menyampaikan tentang kondisi Bangsa Indonesia dan tantangan yang kemungkinan dihadapi ke depannya.(ANTARA FOTO/NYOMAN BUDHIANA)

JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membenarkan dirinya yang berbicara dalam video yang viral di media sosial.

Di dalam video itu, Gatot berbicara soal ancaman keamaan lantaran adanya lembaga non-militer yang membeli 5.000 pucuk senjata.

Namun, kata Gatot, ucapannya itu sebenarnya tidak untuk diekspos ke pers atau publik. Akan tetapi, pembicaraannya itu justru bocor ke media sosial.

"Saya tidak pernah 'press release' (soal senjata), saya hanya menyampaikan kepada purnawirawan, namun berita itu keluar. Saya tidak akan menanggapi

Universitas Sumatera Utara

terkait itu (senjata ilegal)," kata Panglima TNI usai menutup Kejurnas Karate Piala Panglima TNI Tahun 2017, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Minggu (24/9/2017) malam seperti dikutip dari Antaranews.com.

Namun demikian, dirinya mengakui bahwa beredarnya video dan rekaman soal itu di dunia maya adalah memang pernyataannya.

"Seribu persen itu benar kata-kata saya. Tapi saya tidak pernah press release, sehingga saya tidak perlu menanggapi hal itu," paparnya.

Terkait kebenaran informasi bahwa ada institusi di luar TNI yang berencana mendatangkan 5.000 pucuk senjata, Panglima TNI kembali enggan menanggapi soal itu.

Menanggapi pernyataan Menko Polhukam Wiranto bahwa ada masalah komunikasi antara TNI, BIN dan Polri, kata Gatot, bisa ditanyakan langsung kepada Wiranto soal itu.

Ia kembali mengakui bahwa rekaman yang beredar itu benar-benar omongannya, namun dirinya tidak punya kompetensi untuk menanggapi hal itu lantaran dirinya tidak pernah melakukan press release.

"Itu benar omongan saya, 1000 persen, tapi tentang kebenaran isi konten rekaman itu saya tak mau berkomentar," katanya.

Dalam rekaman yang beredar, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut adanya institusi tertentu yang akan membeli 5.000 senjata.

Pernyataan itu disampaikan Jenderal Gatot dalam silaturahmi TNI dengan purnawirawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jumat (22/9/2017).

Acara tersebut turut dihadiri Menko Polhukam Wiranto, mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Jenderal (Purn) Try Sutrisno, Laksamana TNI (Purn) Widodo AS, dan mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, Letnan Jenderal

Universitas Sumatera Utara

TNI (Purn) yang juga Ketua Umum Partai Gerindra, serta sejumlah petinggi TNI lainnya.

Menko Polhukam Wiranto sudah meluruskan polemik soal pembelian ribuan senjata itu. Wiranto sudah mempertemukan Gatot, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

Wiranto menyebut polemik itu hanya didasarkan pada kesalahan komunikasi Panglima TNI soal informasi pembelian senjata yang diterima. Menurut Wiranto, senjata itu sebenarnya dibeli oleh BIN untuk keperluan pendidikan. Jumlahnya pun 500 pucuk, bukan 5.000 pucuk.

Perizinan senjata itu dilakukan BIN ke Mabes Polri, bukan ke TNI. Hal ini karena senjata yang dipesan BIN dari Pindad bukan spesifikasi militer.

Luruskan Pernyataan Panglima, Wiranto Sebut 500 Pucuk Senjata untuk Pendidikan BIN

MOH. NADLIR Kompas.com - 24/09/2017, 19:49 WIB

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto angkat bicara soal polemik pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tentang

Universitas Sumatera Utara

isu pembelian 5000 pucuk senjata oleh institusi non militer. Jakarta, Minggu (24/9/2017).(KOMPAS.com/ MOH NADLIR )

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto angkat bicara soal polemik pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tentang isu pembelian 5.000 pucuk senjata oleh institusi non militer.

Wiranto menegaskan bahwa pernyataan Panglima tersebut tidak benar. Ia mengakui ada kesalahan komunikasi antara Panglima dengan Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Namun, saat ini sudah diluruskan.

"Setelah saya panggil Kepala BIN, hubungi Panglima TNI, Kapolri dan institusi lain yang terkait masalah ini. Ternyata ini hanya masalah komunikasi yang tidak tuntas dalam hal pembelian senjata," kata Wiranto di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Minggu (24/9/2017).

Wiranto pun membantah berbagai spekulasi yang beredar seperti Indonesia sedang dalam keadaan genting, karena ada suatu kelompok yang ingin menganggu ketertiban dan keamanan nasional.

"Saya kira kita tidak pada tempatnya menghubungkan dengan itu," kata Wiranto.

Bahkan, kata dia, senjata yang dibeli jumlahnya hanya 500 pucuk, bukan 5.000 pucuk senjata seperti yang sudah disampaikan oleh Panglima TNI.

"Setelah saya tanyakan, saya cek kembali, tenyata ini berhubungan dengan pembelian 500 pucuk senjata buatan PT Pindad yang diperuntukkan bagi sekolah intelejen BIN dan bukan buatan luar negeri," katanya.

Senjata itu juga dibeli oleh Badan Intelijen Negara (BIN) dan bukan institusi lain yang di luar kontrol Pemerintah dengan menggunakan APBN.

Universitas Sumatera Utara

"Ini juga menggunakan anggaran APBN. Jadi bukan institusi lain yang di luar kontrol Pemerintah," ungkap dia.

Hanya saja, kata Wiranto, senjata yang dipesan BIN memang berbeda dengan senjata yang biasa digunakan oleh militer Indonesia. Karenya, kata dia, izin pembelian cukup ke Mabes Polri dan tidak perlu ke Mabes TNI.

"Dari penjajakan dan penelitian yang kami lakukan. Pembelian senjata dari Pindad bukan standar TNI itu memang tidak perlu minta ijin ke Mabes TNI. Tapi cukup Mabes Polri dan itu sudah dilakukan," kata dia.

"Karena itu ada isu bahwa pembelian senjata ini atas persetujuan Presiden saya kira prosedur pembelian senjata pada jenis seperti ini secara spesifik tidak perlu kebijakan Presiden secara khusus, tidak perlu melibatkan Presiden," tambah dia.

Untuk itu, Wiranto pun meminta semua pihak tak lagi menjadikan persoalan ini sebagai sebuah polemik yang memecah belah hubungan institusi negara.

"Isu mengenai ini kita tutup. Karena tidak perlu dikhawatirkan ada satu kekuatan- kekuatan lain yang akan menganggu kepentingan nasional atau keamanan nasional, tidak sama sekali," tutup dia.

Sebelumnya, seperti dikabarkan Tribunnews.com, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyampaikan, ada institusi yang berencana mendatangkan 5.000 pucuk senjata secara ilegal dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Indonesia.

Gatot menyampaikan, TNI akan mengambil tindakan tegas jika hal tersebut dilakukan, tidak terkecuali apabila pelakunya berasal dari keluarga TNI bahkan seorang jenderal sekalipun.

Lebih lanjut, Gatot menegaskan, nama Presiden Jokowi pun dicatut agar dapat mengimpor senjata ilegal tersebut.

Universitas Sumatera Utara

"Mereka memakai nama Presiden, seolah-olah itu yang berbuat Presiden, padahal saya yakin itu bukan Presiden, informasi yang saya dapat kalau tidak A1 tidak akan saya sampaikan di sini. Datanya kami akurat, data intelijen kami akurat," kata di.

Jokowi Sudah Minta Penjelasan Panglima TNI soal Isu Pembelian Senjata

IHSANUDDIN

Kompas.com - 27/09/2017, 12:51 WIB

Presiden Joko Widodo usai menghadiri pameran kriyanusa di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (27/9/2017).(KOMPAS.com/IHSANUDDIN)

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo sudah bertemu dengan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Pertemuan berlangsung di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (27/9/2017) malam, saat Jokowi tiba dari kunjungan kerja di Provinsi Bali.

Hal ini disampaikan Jokowi saat ditanya wartawan mengenai pernyataan Gatot yang kerap menimbulkan polemik.

Terakhir, Gatot menyebut adanya institusi nonmiliter yang membeli 5000 pucuk senjata.

Universitas Sumatera Utara

Pernyataan soal 5000 pucuk itu disampaikan secara tertutup dalam pertemuan Panglima TNI dengan para purnawirawan padapekan lalu. Namun, rekaman pembicaraan tersebut bocor ke media sosial.

"Ya tadi malam, setelah saya dari Bali, (Panglima) sudah bertemu saya di Halim. Sudah dijelaskan," kata Jokowi kepada wartawan di Jakarta Convention Center, Senayan, Rabu (27/9/2017).

Panglima TNI memang biasanya mengantar dan menjemput di Bandara Halim tiap kali Jokowi melakukan perjalanan ke luar kota atau luar negeri.

Jokowi mengaku tidak bisa mengungkapkan soal penjelasan yang disampaikan Panglima kepadanya. Menurut dia, tidak semua informasi bisa disampaikan ke publik.

Ia justru meminta publik untuk mengacu pada pernyataan yang disampaikan Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto.

Wiranto sudah meluruskan informasi yang disampaikan Panglima. Menurut dia, memang ada pembelian senjata oleh Badan Intelijen Negara (BIN) kepada PT Pindad sebanyak 500 pucuk, bukan 5000 pucuk.

Senjata itu dibeli untuk keperluan sekolah intelijen BIN. Senjata yang dipesan BIN memang berbeda dengan senjata yang biasa digunakan oleh militer Indonesia.

Karenya, kata dia, izin pembelian cukup ke Mabes Polri dan tidak perlu ke Mabes TNI.

Wiranto mengakui mengakui ada kesalahan komunikasi antara Panglima dengan Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.

"Saya kira penjelasan dari Menko Polhukam sudah jelas. Saya kira tidak usah saya ulang lagi," ucap Jokowi.

Universitas Sumatera Utara

Panglima TNI Khawatir soal Senjata Ilegal Setelah Analisis Suriah-Irak

FABIAN JANUARIUS KUWADO Kompas.com - 06/10/2017, 08:53 WIB

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo seusai memberikan materi pada acara Rapimnas Partsmai Hanura di Kuta, Bali, Jumat (4/8/2017).(KOMPAS.com/Nabilla Tashandra)

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengenai ada institusi nonmiliter yang mencatut nama Presiden Joko Widodo untuk pengadaan 5.000 senjata secara ilegal ramai jadi perbincangan.

Pernyataan yang disampaikan di depan mantan petinggi TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (22/10/2017) lalu ini, dianggap menimbulkan kegaduhan sekaligus ketakutan di masyarakat.

Gatot mengatakan, pernyataan tersebut terpaksa dikeluarkan setelah dirinya menganalisis apa yang terjadi di negara-negara Timur Tengah yang dilanda konflik.

"Saya menyampaikan keadaan ini karena saya bercermin di Suriah dan Irak. Itu tidak bisa membedakan kombatan dengan non kombatan. Sekali lagi, tidak bisa membedakan kombatan dengan yang non kombatan," ujar Gatot dalam

Universitas Sumatera Utara

wawancara bersama Rosiana Silalahi dalam "Rosi" di Kompas TV, Kamis (5/10/2017) malam.

"Di situlah terjadi warga sipil bisa memiliki senjata api yang masuk dengan cara ilegal. Melalui institusi yang saya katakan tadi, tidak bisa membedakan kombatan dengan non kombatan," ucap Gatot.

Namun, Gatot menegaskan bahwa informasi yang dia kemukakan tersebut baru sebatas indikasi. Ia juga menegaskan, tidak pernah menyudutkan institusi mana pun karena tidak menyebut satu institusi.

Menurut dia, apa yang disampaikan adalah pesan kewaspadaan kepada seluruh elemen di negeri ini.

Ketika dimintai ketegasan kembali apakah pernyataan Gatot soal 5.000 senjata api ilegal itu mengarah kepada institusi nonmiliter semisal Polri, Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Narkotika Nasional (BNN), Gatot menegaskan, dirinya tidak akan pernah menyudutkan institusi mana pun.

"Saya (hanya) mengatakan institusi. Tidak menyebut (institusi mana). Saya juga cerita kan secara garis besar. Bukan laporan intelijen yang saya sebutkan. Hanya informasi saja berdasarkan informasi yang dapat dipercaya, kredibel," ujar Gatot.

"Yang membuat gaduh adalah informasi ini keluar, ditanggapinya macam-macam. Ya saya mau apa? Saya menikmati saja kan. Kok saya dibilang buat gaduh, saya tidak buat gaduh. Yang buat gaduh kan media dan itu sah-sah saja dalam kondisi seperti ini," kata dia.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyampaikan, ada institusi yang berencana mendatangkan 5.000 pucuk senjata api ke Indonesia secara ilegal dengan mencatut nama Presiden Jokowi.

"Mereka memakai nama Presiden, seolah-olah itu yang berbuat Presiden, padahal saya yakin itu bukan Presiden. Informasi yang saya dapat kalau tidak A1 tidak

Universitas Sumatera Utara

akan saya sampaikan di sini. Data kami akurat, data intelijen kami akurat," ujar Gatot sebagaimana dikutip dari Tribunnews.com.

Setelah pernyataan jenderal yang pensiun Maret 2018 menuai polemik, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto meluruskannya. Ia membenarkan ada institusi, yang membeli senjata api, yakni Polri dan BIN.

Namun, Wiranto membantah pembelian dilakukan secara ilegal.Senjata- senjata itu merupakan buatan PT Pindad dan dibeli secara legal.

"Setelah saya tanyakan, saya cek kembali, ternyata ini berhubungan dengan pembelian 500 pucuk senjata api buatan PT Pindad yang diperuntukkan bagi sekolah intelijen BIN dan bukan buatan luar negeri," ujar Wiranto.

Pengamat Militer Nilai Panglima TNI Langgar Sumpah Prajurit

NABILLA TASHANDRA Kompas.com - 07/10/2017, 16:25 WIB

Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie(KOMPAS.com/Nabilla Tashandra)

Universitas Sumatera Utara

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie menilai sikap Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo melanggar sumpah prajurit hingga Sapta Marga.

Hal itu menyangkut pernyataan-pernyataan panglima yang oleh sebagian pihak dinilai bermuatan politis. Connie justru mengaku heran masih ada pihak yang menilai sikap Gatot tak berpolitik.

"Ada sumpah prajurit yang harus diikuti, mulai dari dia dilantik jadi prajurit dan dia resign atau purnawirawan pun sumpah prajurit tidak pernah dicabut. Kemudian ada Sapta Marga," kata Connie dalam diskusi "Polemik" di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (6/10/2017).

Menurut Connie, tak mungkin seorang panglima tak melakukan perhitungan terhadap langkah-langkahnya.

Ia mencontohkan, terkait informasi 5.000 senjata yang sempat disampaikan Gatot di depan para purnawirawan TNI. Connie melihat langkah tersebut seperti ingin membuat drama politik.

Meski demikian, Connie tak mengetahui apa tujuan dari disampaikannya pernyataan tersebut. Pasalnya, informasi rahasia seperti itu, menurut dia, seharusnya hanya disampaikan kepada Presiden.

"Bahaya sekali saat Panglima TNI itu melanggar sumpah prajuritnya sendiri, (saat) memegang rahasia negara sekeras-kerasnya. Itu pelanggaran sumpah prajurit Pasal 5," tuturnya.

Pernyataan Panglima TNI, menurut dia, sama saja membunuh TNI dari dalam. Sebab, kepercayaan rakyat terhadap TNI akan runtuh.

Connie kemudian juga menyinggung soal impor senjata api yang tertahan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Universitas Sumatera Utara

"Begini ya, enggak usah pakai sweeping deh. Saya kasih tahu saja, itu kan benda negara dibeli dari anggaran negara, minta saja benda inventaris polisi apa aja sih, punya apa saja, baru duduk bersama, itu baru namanya bukan politik. Kalau dibuka ke publik itu namanya politik banget," kata dia.

Kenapa hanya Panglima?

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mempertanyakan, mengapa hanya Panglima TNI Jenderal yang mendapat tudingan telah berpolitik.

Menurut Fadli, pimpinan institusi lain seperti Kepala Kepolisian RI dan Jaksa Agung juga berpotensi dimasuki kepentingan politik, namun tidak pernah dipermasalahkan.

"Kenapa yang selalu jadi fokus TNI? Kenapa kalau yang melakukan institusi lain tidak," ujar Fadli.

Selain itu, Fadli juga berharap Presiden Joko Widodo mengimbau institusi lain agar tidak turut masuk ke dalam ranah politik praktis. Ini seperti imbauan Presiden yang diucapkan kepada prajurit TNI dalam peringatan HUT ke-72 TNI pada Kamis (5/10/2017) lalu.

"Presiden kalau mau mengimbau pada Polri hal yang sama. Pada aparat Kejaksaan Agung hal yang sama," kata dia.

Gatot Nurmantyo sendiri telah berulang kali membantah bahwa dia melakukan manuver politik, terutama politik praktis.

Dia mengakui bahwa sebagai panglima, dirinya juga berpolitik. Namun, politik yang dia jalankan merupakan politik negara, bukan politik praktis.

Artinya, tindakan yang dia lakukan selama ini merupakan pelaksanaan tugas yang sesuai dengan konstitusi.

Universitas Sumatera Utara

"TNI dalam posisi netral dalam politik praktis. Ini yang penting, Panglima TNI pasti berpolitik. Politiknya adalah politik negara bukan politik praktis," ujar Gatot usai memimpin upacara dan tabur bunga di atas KRI dr Soeharso-990 saat mengarungi perairan Selat Sunda, Banten, Selasa (3/10/2017).

Dituding Lakukan Manuver Politik, Ini Jawaban Panglima TNI

MOH. NADLIR Kompas.com - 27/09/2017, 18:38 WIB

Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo saat memberikan keterangan usai menghadiri acara buka puasa bersama dengan sejumlah pimpinan media massa nasional, di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (12/6/2017).(KOMPAS.com/Kristian Erdianto)

JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyodinilai sejumlah pihak sedang melakukan manuver politik terkait sejumlah pernyataannya.

Adapun sejumlah pernyataan Panglima TNI yang menuai polemik antara lain ajakan untuk nonton bareng film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI (1984) dan soal kabar pembelian 5.000 pucuk senjata oleh institusi non-militer.

Universitas Sumatera Utara

Namun, Gatot membantah bahwa apa yang ia lontarkan adalah manuver poltitik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

"Di sini (gedung DPR) tempat banyak orang politik. Kalau orang politik di sini, itu (menilai) bodoh yang saya lakukan. Kontituen saya pada kabur," kata Gatot di Kompleks Parlemen DPR RI, Jakarta, Rabu (27/9/2017).

Menurut Gatot, jika sedang bermanuver politik, maka dia hanya akan menyampaikan pernyataan yang baik dan menarik simpati publik.

"Kalau saya berpolitik, 'Oh kamu baik, PKI baik'. Baik semuanya," kata Gatot.

Sejumlah kritik memang ditujukan kepada Panglima TNI. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik misalnya, yang menganggap pernyataan Gatot soal pembelian senjata merupakan contoh manuver politik.

Menurut dia, pernyataan tersebut bisa dikatakan sebagai manuver politik yang melewati batas.

"Kita semua perlu lebih tenang dan menjaga jarak dari manuver-manuver politik yang sudah menabrak batas kepatutan maupun Undang-undang. Contohnya, manuver politik Panglima TNI Gatot Nurmantyo," ujar Rachland, Minggu (24/9/2017).

Tak berbeda, Pengamat Pertahanan Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie meminta Gatot pensiun dini dan bergabung ke partai politik. Connie menilai, beberapa kali Gatot melakukan manuver yang membawa TNI berpolitik.

"Dalam harapan saya, stop lah Panglima TNI itu menggunakan baju seragam Panglima TNI membuat chaos semacam ini. Dia senang sekali menggunakan drama politik," kata Connie dalam "Sapa Indonesia Pagi" di Kompas TV, Senin (25/9/2017).

Universitas Sumatera Utara