INTERFERENSI BAHASA MELAYU TERHADAP BAHASA PADA NAMA-NAMA KELURAHAN DI KOTA PONTIANAK

Nur indah, Ahmad Muzammil, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email:[email protected]

Abstract This research aims to describe the forms of interference that found in the names of villages in Pontianak and explain the factors that influence the occurrence of interference in the names of villages in Pontianak. The results in the form of interference can be juxtaposed through the implications in Learning for SMA X grade 2 semester 2 of 2013 curriculum with basic competency (KD) 3.13 Analyzing the debate on issues, points of view and arguments of several parties and conclusions 4.13 Developing problems / issues from various points of view that are complemented argument in arguing.In the method and technique of providing data using the method of observation that is collecting data by observing objects. Methods and data analysis techniques use the method of matching and the method of agitation, and the method of presenting data analysis using formal methods such as symbols.Based on the results of the data analysis that found 22 names of villages in Pontianak experienced the interference. There are three forms of interference, namely phonological interference, elemental interference and factors that cause interference. So this research can be concluded that interference occurs at the level of community mastery in Indonesian language which relatively low and Pontianak is still very strong in both language and speech. Keywords: Interference, Pontianak Malay Language, Indonesian Language, Village Names PENDAHULUAN Sarana komunikasi yang paling penting yang digunakan oleh para anggota suatu pada masyarakat adalah bahasa. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, Kedudukannya yang sangat penting, maka dan mengidentifikasi diri. Informasi yang membuat bahasa tidak akan pernah lepas dari disampaikan secara lisan maupun tulisan kehidupan manusia dan selalu ada dalam dapat disampaikan dalam bahasa daerah dan setiap aktivitas dan kehidupannya. bahasa nasional. Pemakaian bahasa dalam komunikasi selain Bahasa daerah dan bahasa Indonesia ditentukan oleh faktor-faktor linguistik juga digunakan secara berdampingan, namum ditentukan oleh faktor-faktor nonlinguistik kedua bahasa tersebut dapat saling atau luar bahasa, antara lain faktor sosial mempengaruhi satu sama lain yang sering yang merupakan faktor yang berpengaruh disebut dengan kontak bahasa. Kontak dalam penggunaan bahasa. Pandangan bahasa yang sifatnya saling mempengaruhi demikian memang cukup beralasan karena antara kedua bahasa yang dapat mengganggu pada dasarnya bahasa adalah bagian dari dan merusak kemurnian masing-masing suatu sistem sosial. bahasa disebut peristiwa interferensi. Bahasa sangat berperan penting dalam Interferensi merupakan suatu bentuk kehidupan manusia guna menyampaikan penyimpangan dalam penggunaan bahasa dari suatu gagasan, pikiran, dan memberikan kaidah-kaidah yang ada. Menurut Suwito informasi secara lisan maupun tulisan. Hal (1983:54) mengatakan bahwa interferensi ini didukung oleh (Kridalaksana, 2008:24) pada umumnya dianggap sebagai gejala tutur bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi (speech, parole) yang terjadi pada

1 dwibahasawan dan dianggap sebagai Sintaksis Bahasa Jawa Dialek Solo dalam penyimpangan. Salah satu bentuk Penggunaan Bahasa Indonesia Tulis Murid penyimpangannya terhadap bahasa Melayu Kelas V Sekolah Dasar Surakarta”. Pontianak ke dalam bahasa Indonesia Adapun persamaannya terletak pada tepatnya pada nama-nama kelurahan di Kota kajiannya, yaitu sama-sama meniliti Pontianak. interferensi. Sedangkan perbedaanya yaitu Bahasa Melayu Pontianak adalah pada objek penelitiannya. bahasa daerah yang digunakan oleh Sementara itu, berkaitan dengan masyarakat Pontianak. Bahasa Melayu pembelajaran di sekolah, hasil penelitian ini Pontianak tumbuh dan berkembang di dapat di implikasikan dalam Pembelajaran masyarakat dan digunakan untuk Bahasa Indonesia SMA kelas X semester 2 berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari. kurikulum 2013. Hasil berupa interferensi Bahasa Melayu Pontianak juga digunakan dapat disandingkan melalui kompentensi untuk keperluan atau kegiatan misalnya dasar 3.13 Menganalisisis debat gotong royong. (permasalah/isu, sudut pandang dan argumen Kelurahan adalah satuan wilayah beberapa pihak dan simpulan 4.13 administratif terendah pada sistem Mengembangkan permasalahan/ isu dari pemerintahan kota dibawah kecamatan. berbagai sudut pandang yang dilengkapi Kelurahan merupakan wilayah kerja sebagai argumen dalam berdebat. Dalam hal ini perangkat Daerah Kabupaten Kota. penulis akan membuat Rencana Pelaksanaan Kelurahan merupakan unit terkecil setingkat Pembelajaran (RPP) tentang menganalisis desa. Adapun jumlah kelurahan yang terdapat teks debat yang berkaitan dengan interferensi di Kota Pontianak sebanyak 29 kelurahan fonologi dalam ragam bahasa sebagai bentuk Peneliti memilih nama-nama kelurahan implikasi. sebagai objek penelitiannya dengan Berdasarkan rumusan masalah memfokuskan bentuk penyimpangan terhadap tersebut, maka secara umum tujuan penelitian bahasa Indonesia ke dalam bahasa Melayu ini adalah untuk mendeskripsikan interferensi Pontianak yang tuturkan oleh masyarakat bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Melayu Pontianak. Pontianak pada nama-nama kelurahan di Kota Alasan memilih interferensi adalah Pontianak. Adapun tujuan khusus dalam peneliti ingin mendeskripsikan bentuk penelitian ini sebagai berikut. penyimpangan dalam penggunaan bahasa 1. Menjelaskan bentuk interferensi misalnya bentuk penulisan dan pelafalan. bahasa Melayu Pontianak terhadap Peneliti juga ingin mendeskripsikan faktor- bahasa Indonesia pada nama-nama faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kelurahan di Kota Pontianak. interferensi. Interferensi sangat mudah 2. Menjelaskan bentuk unsuriah Melayu ditemui dalam masyarakat Kota Pontianak. Pontianak terhadap bahasa Indonesia Salah satu bentuk interferensi ke dalam pada nama-nama kelurahan di Kota bahasa Melayu Pontianak yang sering terjadi Pontianak. oleh masyarakat Pontianak adalah tuturan 3. Menjelaskan faktor yang dalam penyebutan nama-nama kelurahan mempengaruhi terjadinya interferensi yang ada di Pontianak. dalam nama-nama kelurahan di Kota Adapun penelitian yang relevan Pontianak. dengan penelitian ini adalah penelitian Manfaat penelitian interferensi interferensi terhadap Bahasa Indonesia dalam bahasa Indonesia terhadap bahasa Melayu bahasa daerah. Adapun penelitian tentang Pontianak dalam nama-nama Kelurahan di interferensi yang pernah dilakukan oleh Kota Pontianak bermanfaat untuk menambah penelitian lain yaitu. wawasan mengenai interferensi bahasa Hidayatullah (2009) dalam skripsinya Melayu Pontianak terhadap bahasa yang berjudul “Interferensi Morfologi dan

2

Indonesia pada nama-nama kelurahan di mempelajari bahasa dalam hubungannya Kota Pontianak.. dengan faktor di luar bahasa. Istilah Ruang lingkup dalam penelitian ini sosiolingiustik terdiri dari dua unsur yaitu bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam sosio dan linguistik, linguistik adalah menganalisis data sehingga pelaksanaan ilmu yang mempelajari atau penelitian menjadi lebih terarah. Penelitian membicarakan bahasa, khususnya unsur- tersebut difokuskan pada Interferensi Bahasa Melayu Pontianak terhadap bahasa Indonesia unsur bahasa (fonem, morfem, kata, pada nama-nama Kelurahan di Kota kalimat) dan hubungan antara unsur- Pontianak Ruang lingkup penelitian ini unsur itu. sebagai berikut. 1. Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Dalam penlitian ini, penelitian Menurut Sudaryanto (dalam memilih kelurahan-kelurahan yang berada di Muhammad, 2014:203) metode adalah cara Kota Pontianak sebagai tempat yang yang harus dilakukan. Metode penelitian digunakan dalam penelitian ini, karena yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti meneliti tentang nama-nama metode deskriptif. Metode deskriptif adalah kelurahan di Kota Pontianak. penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan 2. Objek Penelitian atau mendeskripsikan suatu peristiwa, Dalam penelitian ini, peneliti keadaan, atau segala sesuatu yang berkaitan memilih nama-nama kelurahan yang dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan berjumlah sebanyak 29 kelurahan sebagai baik menggunakan angka-angka atau data– objek penelitian. Nama-nama kelurahan yang data. diteliti berfokus pada penulisan dan Sumber Data dan Data pelafalan. masyarakat Pontianak sebagai Sumber data dari penelitian ini objek penelitian. adalah tuturan masyarakat Pontianak yang Adapun masyarakat yang masuk berkaitan dengan interferensi bahasa Melayu dalam penelitian ini adalah masyarakat yang Pontianak ke dalam bahasa Indonesia pada berdomisili di Kota Pontianak. Peneliti nama-nama keluruhan di Kota Pontianak. memilih sebanyak dua orang sebagai Sehingga untuk mendapatkan data nama- informan setiap kecamtan. nama keluruhan di Kota Pontianak yang 3. Fokus Pembahasan sesuai yaitu dari Badan Pengelola Statistik Fokus pembahasan penelitian ini (BPS). Nama-nama keluruhan di Kota yaitu interferensi fonologi yang terdiri dari Pontianak Menurut Badan Pengelola Statistik dua macam, yaitu interferensi fonologis (BPS) : pengurangan atau penghilangan huruf a. Kecamatan Pontianak Kota terdiri dari 5 (fonem) dan interferensi fonologis pergantian kelurahan, yaitu : atau perubahan huruf (fonem). Interferensi 1) Kelurahan Mariana. unsuriah yang terdiri dari kata, frasa, atau 2) Kelurahan Tengah. klausa dan faktor penyebabnya yaitu, 3) Kelurahan Darat Sekip. kedwibahasaan peserta tutur, tipisnya 4) Kelurahan Sungai Bangkong. kesetian pemakai bahasa penemrima, tidak 5) Kelurahan Sungai Jawi. cukupnya kosa kata dalam penrima, b. Kecamatan Pontianak Barat terdiri dari menghilangnya kata-kata yang jarang 4 kelurahan, yaitu : digunakan, kebutuhan akan sinonim, prestise, 1) Kelurahan Sungai Jawi Luar dan terbawanya dalam bahasa ibu. 2) Kelurahan Sungai Jawi Dalam. Apabila ditinjau dari ruang 3) Kelurahan Pal Lima. lingkupnya, sosiolinguistik merupakan 4) Kelurahan Sungai Beliung. cabang ilmu makro linguistik. Makro c. Kecamatan Pontianak Selatan terdiri dari 5 kelurahan, yaitu : merupakan bidang linguistik yang 1) Kelurahan Benua Melayu Laut

3

2) Kelurahan Benua Melayu Darat merekam tuturan masyarkat tentang nama 3) Kelurahan Akcaya keluruhan di Kota Pontianak. 4) Kelurahan Parit Tokaya Menurut Wikanjanti (2012) alat 5) Kelurahan Kota Baru. adalah barang yang dipakai untuk d. Kecamatan Pontianak Timur terdiri dari mengerjekan sesuatu. Alat yang diperlukan 7 kelurahan, yaitu : dalam pengumpulan data penelitian ini 1) Kelurahan Tanjung Hilir. adalah peneliti sendiri sebagai instrumen 2) Kelurahan Tanjung Hulu. kunci, yang dibantu dengan kamera, buku 3) Kelurahan Dalam Bugis catatan dan alat tulis. 4) Kelurahan Tambelan Sampit Metode dan Teknik Analisis Data 5) Kelurahan Saigon. Teknik analisis data merupakan 6) Kelurahan Banjar Serasan. upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi 7) Kelurahan Parit Mayor. dan mengelompokkan data. Pada tahap ini e. Kecamatan Pontianak Utara terdiri dari upaya mengelompokkan, menyamakan data 4, kelurahan yaitu : yang sama dan membedakan data yang 1) Kelurahan Siantan Hulu serupa, tetapi tidak sama. Adapun langkah- 2) Kelurahan Siantan Tengah langkah yang akan dilakukan peneliti dalam 3) Kelurahan Siantan Hilir teknik analis data ialah sebagai berikut : 4) Kelurahan Batu Layang a. Peneliti membaca dan mendegarkan f. Kecamatan Pontianak Tenggara terdiri kembali data yang telah dikumpulkan dari 4 kelurahan, yaitu : yaitu video berupa tuturan informan atau 1) Kelurahan Bansir Darat masyarakat dalam interferensi bahasa 2) Kelurahan Bansir Laut Melayu Pontianak terhadap bahasa 3) Kelurahan Bangka Belitung Darat Indonesia padanama-nama kelurahan di 4) Kelurahan Bangka Belitung Laut Kota Pontianak. Teknik dan Alat Pengumpulan Data b. Peneliti menganalisis tuturan informan Penyedian data dalam penelitian ini atau masyarakat dalam interferensi dengan menggunakan metode observasi. bahasa Indonesia terhadap bahasa Metode observasi adalah pengumpulan data Melayu Pontianak dalam nama-nama dengan cara mengamati objek penelitian kelurahan di Kota Pontianak. (Sudaryanto (1993) dalam hal ini untuk c. Setelah selesai melakukan langkah- melihat kebenaran data penelitian yang langkah tersebut, peneliti menarik berkaitan dengan interferensi nama kelurahan kesimpulan. di Kota Pontianak. Teknik dalam penelitian Interferensi bahasa Melayu Pontianak ini menempuh dua tahapan yaitu teknik catat terhadap bahasa Indonesia pada nama-nama dan teknik wawancara, teknik catat di kelurahan di Kota Pontianak dianalisis peroleh dari Badan Pengelola Statistik (BPS) menggunakan metode formal. Metode formal dan teknik wawancara bertujuan untuk adalah perumusan dengan tanda dan memperoleh data lingual yang dituturkan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:143). oleh informan dalam pelafalan nama-nama Tanda yang dimaksud diantaranya adalah kelurahan di Kota Pontianak dengan tanda ( ) untuk menjelaskan adanya proses menempuh tiga tahapan yaitu teknik rekam, interferensi dan / / mengapit adanya teknik catat dan teknik wawancara. perubahan bunyi interferensi dalam nama Pengumpulan datanya yaitu dengan kelurahan di Kota Pontianak. Dapat dilihat cara melakukan observasi lingkungan pada contoh data dibawah pada nama-nama masyarakat di setiap kecamatan, kemudian kelurahan Tanjung Hulu dan kelurahan menanyakan tentang nama kelurahan dan Benua Melayu Darat yang mengalami merekamnya. Kemudian peneliti penghilangan vokal. mengumpulkan data dengan cara menulis dan Bentuk interferensi ditemukan dalam nama-nama kelurahan di Kota Pontianak

4 yang terjadi dalam dua bentuk interferensi yang berkarat apabila dilafalkan yaitu interferensi fonologi (tata bunyi) dan menjadi [Daɣat Sekip] menyebabkan interferensi unsuriah yang dilihat dari bentuk terjadinya interferensi bahasa dasar dan frasa. Pada data dibawah dapat Melayu Pontianak terhadap bahasa dilihat kelurahan di Kota Pontianak yang Indonesia. mengalami interferensi. 3. Data (3) Kelurahan Sungai Jawi Luar HASIL PENELITIAN DAN I1/D3= Informan ke satu, data ke tiga PEMBAHASAN Bahasa Melayu Pontianak = [Sungai Hasil Jawi Lua/r/ ] jika dilafalkan menjadi Interferensi Fonologi [Sungai Jawi Luaɣ] Interferensi Fonologi yaitu terjadinya Bahasa Indonesia = [Sungai Jawi] apabila penutur mengungkapkan kata-kata [Sungai Jawi Luaɣ] → [Sungai Jawi dari suatu bahasa dengan menyisipkan bunyi- Luar] bunyi bahasa dari bahasa lain. Interferensi Berdasarkan data (3) nama dibedakan menjadi dua macam, yaitu Kelurahan Sungai Jawi Luar yang interferensi fonologia seperti adanya berada di kecamatan barat di Kota perubahan bunyi atau pergantian bunyi Pontianak yang mengalami (fonem) dan interferensi fonologis perubahan bunyi vokal /r/ dalam penghilangan bunyi dan penambahan bunyi bahasa Melayu Pontianak apabila (fonem) adapun data yang dibawah ini yang dilafalkan menjadi [Sungai Jawi termasuk interferensi fonologis dalam nama- Luaɣ] yang menyebabkan terjadinya nama kelurahan yang ada di Kota Pontianak interferensi bahasa Melayu sebagai berikut : Pontianak terhadap bahasa Indonesia. a. Perubahan Bunyi 4. Data (4) Kelurahan Pal Lima 1. Data (1) Kelurahan Mariana I1/D4= Informan ke satu, data ke I1/D1= Informan ke satu data ke satu empat Bahasa Melayu Pontianak= Bahasa Melayu Pontianak = [maɣriana] [Pal Lima/k/ jika dilafalkan jika Bahasa Indonesia= [Mariana] dilafalkan menjadi [Pal LimaɁ] [Mariana] → [maɣriana] Bahasa Indonesia = Pal Lima Berdasarkan data (1) nama [Pal Lima Ɂ]→[Pal Lima] kelurahan Mariana yang berada di Berdasarkan data (4) nama kecamatan Kota, di kota Pontianak kelurahan Pal Lima yang terletak di yang mengalami perubahan bunyi /r/ kecamatan barat yang mengalami yang berkarat apabila dilafalkan penambahan huruf /k/ jika dilafalkan [maɣriana] menyebabkan terjadinya menjadi [Pal LimaɁ] yang interferensi bahasa Melayu menyebabkan terjadinya interferensi Pontianak terhadap bahasa Indonesia. bahasa Melayu Pontianak yang 2. Data (2) Keluruhan Darat Sekip menyebabkan adanya interferensi. I1/D2= Informan ke satu, data ke dua 5. Data (5) kelurahan Sungai Beliung Bahasa Melayu Pontianak= [Da/r/at I1/D5 = Informan ke satu, data ke Sekip] jika dilafalkan menjadi [Daɣat lima Sekip] Bahasa Melayu Pontianak = Sungai Bahasa Indonesia= [Darat Sekip] Beli/o/ng [Daɣat Sekip] → [Darat Sekip] jika dilafalkan menjadi [sungai Berdasarkan data (2) nama Beliong] kelurahan Darat Sekip yang berada Bahasa Indonesia = Sungai Beli/u/ng di kecamatan Kota, di kota Pontianak [Sungai Beliog] → [Sungai Beliung] yang mengalami perubahan bunyi /r/

5

Berdasarkan data (5) nama 8. Data (8) Kelurahan Parit Tokaya Kelurahan Sungai beliung yang I1/D8 = Informan ke satu, data ke berada di kecamatan barat di Kota enam Pontianak yang mengalami Bahasa Melayu Pontianak = [Par/e/t penghilang dan perubahan bunyi Tokaya/k/] vokal /u/ menjadi /o/ jika dilafalkan Jika dilafalkan menjadi [paɣǝt [Sungai Beliong] yang menyebab TokayaɁ] adanya interferensi bahasa Melayu Bahasa Indonesia = [Parit Tokaya] Pontianak terhadap bahasa Indonesia. [Pa/r/e/t Tokaya/k/] → [Parit 6. Data (6) Kelurahan Benua Melayu Tokaya] Laut Berdasarkan data (8) nama I1/D6 = Informan ke satu , data ke Kelurahan Parit Tokaya yang berada enam di kecamatan Selatan di Kota Bahasa Melayu Pontianak = [Benua Pontianak yang mengalami Melayu La/o/t] perubahan bunyi /i/ menjadi /e/dan jika dilafalkan menjadi [Benua penambahan bunyi huruf /k/ jika Melayu La[ɔ]t] dilafalkan menjadi [Paɣǝt TokayaɁ] Bahasa Indonesia = Benua Melayu yang menyebabkan terjadinya Laut interferensi bahasa Melayu [Benua Melayu La/o/t] → [Benua Pontianak terhadap bahasa Indonesia. Melayu La/u/t] 9. Data (9) Kelurahan Kota Baru Berdasarkan data (6) nama I1/D9 = Informan ke satu, data ke Kelurahan Benua Melayu Laut yang sembilan berada di kecamatan selatan di Kota Bahasa Melayu Pontianak = [Kota Pontianak yang mengalami Ba/r/u] jika dilafalkan menjadi [kota perubahan bunyi vocal /u/ menjadi Baɣu] /o/ jika dilafalkan menjadi [Benua Bahasa Indonesia = [Kota Baru] Melayu Laot] yang menjadi sebab [Kota Ba/r/u] → [Kota Baru] adanya interferensi bahasa Melayu Berdasarkan data (9) nama Pontianak terhadap bahasa Indonesia. kelurahan Benua Melayu Darat yang 7. Data (7) Kelurahan Benua Melayu berada di kecamatan Selatan di Kota Darat Pontianak yang mengalami I1/D7 = Infoman ke satu, data ke perubahan bunyi /r/ yang berkarat tujuh apabila dilafalkan [Benua Melayu Bahasa Melayu Pontianak = Benua Daɣat] menyebabkan terjadinya Melayu Da/r/at jika dilafalkan interferensi bahasa Melayu menjadi [Benua Melayu Daɣat] Pontianak terhadap bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia = Benua Melayu 10. Data (10) Kelurahan Tanjung Hilir Darat I2/D10 = Informan ke dua, data ke [Benua Melayu Da/r/at] → [Benua sepuluh Melayu Darat] Bahasa Melayu Pontianak = [Tanjuŋ Berdasarkan data (7) nama Il/e//r/] jika dalam pelafalannya kelurahan Benua Melayu Darat yang menjadi [Tanjoŋ Ilǝɣ] berada di kecamatan selatan di Kota Bahasa Indonesia = [Tanjung Hilir] Pontianak yang mengalami [Tanjuŋ Il/e//r/] → [Tanjung Hilir] perubahan bunyi /r/ yang berkarat Berdasarkan data (10) nama apabila dilafalkan [Benua Melayu kelurahan Tanjung Hilir yang berada Daɣat] menyebabkan terjadinya di Kecamatan Timur di Kota interferensi bahasa Melayu Pontianak yang mengalami Pontianak terhadap bahasa Indonesia. penghilangan huruf /h/ , peurubahan

6

huruf /i/ menjadi /e/ dan perubahan Pada data (13) nama bunyi huruf /r/ yang berkarat jika kelurahan Saigon yang berada di dilafalkan menjadi [Tanjoŋ Ilǝ/r/] itu Kecamatan Timur di Kota Pontianak yang menyebabkan terjadinya yang mengalami perubahan bunyi /a/ interferensi bahasa Melayu menjadi /e/ jika dilafalkan [Sǝgon] Pontianak terhadap bahasa Indonesia. yang mengalami terjadinya 11. Data (11) Kelurahan Tanjung interferensi bahasa Melayu Hulu Pontianak terhadap bahasa Indonesia. I2/D11 = Informan ke dua,data ke 14. Data (14) Kelurahan Banjar sebelas Serasan Bahasa Melayu Pontianak = I2/D14= Informan kedua, data ke [Tan/o/ng Ulu] jika di lafalkan empat belas menjadi [Tanj/u/ŋ Ulu] Bahasa Melayu Pontianak = [Banja/r/ Bahasa Indonesia = Tanjung Hulu S/e//r/asan] jika dilafalkan menjadi [Tanj/o/ŋ Ulu] → [Tanjung Hulu] [Banjaɣ sǝɣasan] Berdasarkan data (11) nama Baha sa Indonesia = [Banjar kelurahan Tanjung Hulu yang berada Serasan][Banja/r/ S/e//r/asan] → di Kecamatan Timur di Kota [Banjar Serasan] Pontianak yang mengalami Berdasarkan data (14) nama penghilangan huruf /h/, peurubahan Kelurahan Banjar Serasan yang huruf /u/ menjadi /o/ jika dilafalkan berada di kecamatan Tmur di Kota menjadi [Tanj/o/ŋ Ulu] yang Pontianak yang mengalami menyebabkan terjadinya interferensi perubahan bunyi /r/ berkarat apabila bahasa Melayu Pontianak terhadap dilafalkan menjadi [Banjaɣ Seɣasan] bahasa Indonesia. yang menyebabkan terjadinya 12. Data (12) Kelurahan Dalam Bugis interferensi bahasa Melayu I2/D12 = Informan kedua, data ke Pontianak terhadap bahasa Indonesia. dua belas 15. Data (15) Kelurahan Parit Mayor Bahasa Melayu Pontianak = [Dalam I2/D15= Informan kedua,data ke Bug/e/s] jika dilafalkan menjadi lima belas [Dalam Bugǝs] Bahasa Melayu Pontianak= [Pa/r//e/t Bahasa Indonesia = [Dalam Bugis] Mayo/r/] jika dilafalkan menjadi [ Dalam Bug/e/s] → [ Dalam Bugis] [Paɣǝt Mayoɣ] Berdasarkan Pada data [12] Bahasa Indonesia = [Paret Mayor] nama kelurahan Dalam Bugis yang [Pa/r//e/t Mayo/r/] → [Parit Mayo/r/] berada di Kecamatan Timur di Kota Berdasarkan data (15) nama Pontianak yang mengalami Kelurahan Parit Mayor yang berada perubahan huruf /i/ menjadi/e/ jika di Kecamatan Timur di Kota dilafalkan menjadi [Dalam Bug/e/s] Pontianak yang mengalami itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan bunyi /r/ yang berkarat,,/a/ bahasa Melayu Pontianak terhadap menjadi /e/ jika dilafalkan menjadi Indonesia. [Paɣǝt Mayoɣ] itu yang 13. Data (13) Kelurahan Saigon menyebabkan terjadinya interferensi I2/D13= Informan kedua, data ke bahasa Melayu terhadap bahasa tiga belas Indonesia. Bahasa Melayu Pontianak= [S/e/gon] 16. Data (16) Kelurahan Siantan Hulu jika dilafalkan menjadi [Sǝgoŋ] I4/D16 = Informan ke empat, data ke Bahasa Indonesia= [Saigon] enam belas [S/e/gon] → [Saigon]

7

Bahasa Melayu Pontianak = [Siantan 19. Data (19) Kelurahan Bansir Darat ulu] jika dilafalkan menjadi [Siantan I4/D19 = Infomran ke tiga, data ke Ulu] Sembilan belas Bahass Melayu Pontianak = [Siantan Bahasa Melayu Pontianak = Ulu] [Bans/e//r/ Da/r/at] jika dilafalkan Bahasa Indonesia = [Siantan Hulu] menjadi [Bansǝɣ Da/r/aɣ] [Siantan Ulu] → [Siantan Hulu] Bahasa Indonesia = [Bansir Darat] Berdasarkan data (16) [Banse/r/ Da/r/at] → [Bansir Darat] Kelurahan Siantan Hulu yang berada Berdasarkan data (19) di Kecamatan Pontianak Utara Kelurahan Bansir Darat yang terletak mengalami perubahan bunyi dan di Kecamatan Pontianak Tenggara penghilangan huruf /h/ jika yang mengalami perubahan bunyi /i/ dilafalkan menjadi [Siantan Ulu] menjadi /e/ dan /r/ yang lebih yang menyebabkan terjadinya berkarat, jika dilafalkan menjadi interferensi bahasa Melayu [Bansǝɣ Daɣat] yang menyebabkan Pontianak tehadap bahasa Indonesia. terjadinya interfeensi bahasa Melayu 17. Data (17) Kelurahan Siantan Hilir Pontianak terhadap bahasa Indonesia. I4/D17= Informan ke empat, data ke 20. Data (20) Kelurahan Bansir Laut tujuh belas I4/D20 = Informan ke empat, data ke Bahasa Melayu Pontianak = [Siantan dua puluh Ili/r/] jika dilafalkan menjadi Bahasa Melayu/ Pontianak = [Siantan Iliɣ] [Ban/s/e//r/ La/o/t] jika dilafalkan Bahasa Indonesia = [Siantan Hilir] menjadi [Bansǝɣ Laot] [Siantan Ili/r/] → [Siantan Hilir] Bahasa Indonesia = [Bansir Laut] Berdasarkan data (17) yang [Bans/e//r/ Laot] → [Bansir Laut] berada di Kecamatan Pontianak Berdasarkan data (20) Utara mengalami penghilangan huruf Kelurahan Bansir Laut yang terletak /h/ dan /r/ yang lebih berkarat di Kecamatan Pontianak Tenggara sehingga terjadinya interferensi yang mengalami perubahan bunyi /i/ bahasa Melayu Pontianak terhadap menjadi /e/ dan /u/ menjadi /o/ jika bahasa Indonesia. dilafalkan menjadi [Bansǝ/ɣ/ Laot] 18. Data (18) Kelurahan Batu Layang yang menyebabkan terjadinya Data (18) Kelurahan Batu Layang interferensi bahasa Melayu I4/D18= Informan ke empat, data ke Pontianak terhadap bahasa Indonesia. delapan belas 21. Data (21) Kelurahan Bangka Bahasa Melayu Pontianak = [Tu Belitung Laut Layang] jika dilafalkan menjadi [Tu I4/D21= Informan ke empat, data ke Layang] dua puluh satu Bahasa Indonesia = [Batu Layang] Bahasa Melayu Pontianak = [Tu Layang] → [Batu Layang] [Bangk/e/ Belit/o/ng La/o/t] jika Berdasarkan (18) yang dilafalkan menjadi [Bangkǝ Belitoŋ berada di Kecamatan di Kota Laot] Pontianak Utara yang mengalami Bahasa Indonesia = [Bangka perubahan bunyi dan penghilangan Belitung Laut] huruf /b/ dan /a/ [Bangk/e/ Belitong Laot] → Jika dilafalkan menjadi [Tu Layang] [Bangka Belitung Laut] yang menyebabkan terjadinya Berdasarkan data (21) Pada interferensi bahasa Melayu Kelurahan Bangka Belitung Laut Pontianak terhadap bahasa Indonesia. yang terletak di kecamatan Pontianak Tenggara yang mengalami

8

perubahan bunyi /a/ menjadi /e/ dan yang terjadi yaitu dalam, perubahan bunyi /e /u/ menjadi /o/, jika dilafalkan / menjadi [ǝ] sedangkan /u/, perubahan menjadi [Bangkǝ Belitoŋ Laot] itulah bunnyinya menjadi [ɔ]. Dapat dilihat dalam penyebab terjadinya interfeensi proses interferensi fonologi (tataran bunyi) bahasa Indonesia. dalam data terdapat dua bentuk yaitu bentuk 22. Data (22) Kelurahan Bangka (1.) Interferensi fonologi dan Interferensi Belitung Darat unsuriah.(2.) Pada interferensi fonologi I4/D22 = Informan ke tiga , data ke terdapat penghilangan bunyi vokal dua puluh dua /a/,menjadi /e/ yaitu kelurahan Saigon Bahasa Melayu Pontianak= menjadi /s/e/gon Perubahan bunyi yaitu [Bangk/e/ Belitong Da/r/at] jika bunyi /u/ menjadi/o/ misalnya terjadi pada dilafalakan menjadi [Bangkǝ Bǝlitoŋ kelurahan Bangka belitung la/o/t dan Da/r/aɣ] Penambahan bunyi /r/berkarat pada Bahasa Indonesia = [Bangka kelurahan banse/r/ laut dan penambahan Belitung Darat] huruf /k/ pada kelurahan par/et/ tokaya/k/. [Bangk/e/ Belitong Da/r/at] → Sedangkan interferensi unsuriah terdapat [Bangka Belitung Darat] pada kelurahan Akcaya, Saigon, Melayu laut, Berdasarkan data (22) Kelurahan Tanjung Hulu, Tanjung Hilir, Siantan Hilir, Bangka Belitung Darat yang terletak Siantan Hulu, Bangka Belitung Laut, Benua di kecamatan Pontianak Tenggara Melayu Laut, Dalam bugis. yang mengalami perubahan bunyi /i/ 3. Faktor peyebab terjadinya interferensi menjadi /e/ dan /u/ menjadi /o/, jika yang dapat dilihat dari analisis data yaitu dilafalkan menjadi [Bangkǝ Bǝlitoŋ interferensi terjadi adanya kedwibahasaan Da/r/aɣ] itulah penyebab terjadinya dan bahasa ibu. Faktor kedwibahasaan dapat interferensi Melayu Pontianak dipengaruhi oleh penutur yang memakai dua terhadap bahasa Indonesia. bahasa, sedangkan faktor selanjutnya terjadi karena adanya bahasa ibu yang mendomisili SIMPULAN DAN SARAN penuturnya menggunakan bahasa Melayu Simpulan Pontianak dari pada bahasa Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa Saran interferensi terjadi pada ingkat penguasaan Penelitian yang dilakukan tentang masyarakat dengan bahasa Indonesia yang interferensi bahasa Melayu Pontianak bisa dikatakan relatif rendah dan bahasa terhadap bahasa Indonesia pada nama-nama Melayu Pontianak masih sangat kental dalam kelurahan di Kota ini masih jauh dari berbahasa atau masih mendomisili dalam sempurna.Setiap kajian bahasa perlu bertutur. Ketetapan pemerintah yang diwakili peninjauan kembali guna memperoleh hasil oleh Badan Pengelola Statistik (BPS) sebagai yang optimal sehingga tidak ada lagi penulis data di Pontianak dan masyarakat kesalahan yang ditimbulkan oleh adanya cendrung memakai dua bahasa atau interferensi,dapat menulis kembali nama- dwibahasawan nama kelurahan sesuai dengan aslinya, guna Secara garis besar, penelitian memberikan makna dari nama kelurahan mengenai interferensi bahasa Melayu tersebut dan masyarakat Khusus mengenai Pontaianak terhadap bahasa Indonesia pada interferensi bahasa Melayu Pontianak nama-nama kelurahan di Kota Pontianak terhadap bahasa Indonesia pada nama-nama dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. kelurahan di Kota Pontianak oleh Badan Terdapat 22 nama kelurahan yang Pengelola Statistik (BPS) yang juga mengalami bentuk interferensi di kelurahan mengalami interferensi dalam hal pelafalan. Kota Pontianak Adapun bentuk interferensi yang terjadi pada nama-nama kelurahan di Kota Pontianak Interferensi fonologi dalam nama-nama kelurahan di Kota Pontianak

9

DAFTAR RUJUKAN Pateda, Mansoer. (1990). Sosiolingiustik. Aslinda. (2014). Pengantar Sosiolinguistik. Angkasa: Bandung. Bandung : PT. Refika Aditama. Sudaryanto, (1993). Metode dan Aneka Chaer, A. (2009). Fonologi Bahasa Teknik Analisis Bahasa. Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Yogyakarta: Gadjah Mada Mahsun, (2012). Metode Penelitian Bahasa: university Wacana University Tahapan Strategis, Metode, dan Press Tekniknya. Jakarta: PT Raja Leonie, A. (2004). Sosiolingiustik Grafindo Persada. Perkenalan Awa Jakarta: Rineka Cipta.

10