25

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI WARNA ALAM KAYU SECANG (Caesalpinia sappan Linn) DAN GAMBIR (Uncaria gambir) TERHADAP KUALITAS WARNA Extraction Temperature Effect of Secang (Caesalpinia sappan Linn) and Gambier (Uncaria gambir) on Batik Quality

Titiek Pujilestari dan Irfa‘ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta [email protected]

Tanggal Masuk: 30 September 2016 Tanggal Revisi: 31 Januari 2017 Tanggal Disetujui : 31 Januari 2017

ABSTRAK Zat warna alam dapat diperoleh dengan cara perlakuan ekstraksi yaitu mengeluarkan pigmen dari bagian tumbuhan pada kondisi yang sesuai. Senyawa-senyawa pembawa warna mempunyai ketahanan tertentu pada berbagai kondisi suhu ekstraksi. Suhu ekstraksi zat warna alam dari tumbuhan mempengaruhi arah warna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstraksi warna alam dari kayu secang dan gambir terhadap kualitas warna batik. Ekstraksi zat warna alam dilakukan pada berbagai variasi suhu pemanasan yaitu 50oC, 75oC, 100oC. Zat warna alam yang diperoleh diaplikasikan untuk pewarna batik pada kain katun dan sutera. Arah warna ditentukan melalui fiksasi menggunakan tawas, kapur, dan tunjung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu ekstraksi berpengaruh terhadap kualitas dan arah warna ekstrak kayu secang dan gambir. Suhu ekstraksi 75oC dan 100oC pada secang memberikan ketahanan luntur pencucian dan ketahanan terhadap sinar matahari yang baik. Perlakuan ekstraksi dan fiksasi pada warna gambir tidak berpengaruh terhadap ketahanan luntur warna. Nilai absorbansi berhubungan dengan ketuaan warna batik. Arah warna kayu secang adalah merah sampai merah kecoklatan sedangkan arah warna gambir adalah kecoklatan sampai coklat tua.

Kata kunci: ekstraksi, warna, batik, kayu secang, gambir

ABSTRACT Natural dyes can be obtained by extraction treatment which separate the pigment from the plant under appropriate conditions. Compounds of color carriers having a specific resistance at various temperature conditions. Extraction‘s temperature of natural dyes from plants affects the direction of color. This study aims to determine the effect of natural color‘s extraction from secang and gambier on batik dyes quality. Extraction of natural dyes made at various heating temperature specifically at 50°C, 75°C, and 100°C. Natural dyes obtained are applied to batik on cotton and silk. Directions color are determined by fixation using alum, lime, and ferro sulphate. The results showed that the extraction temperature affects the quality and color matching of secang and gambier. Secang‘s extraction temperature at 75°C and 100°C produce fastness and good sunlight resistant. Extraction and fixation on gambier has no effect on color fastness. Absorbances rate relate to the darkness color of Batik. Secang color direction is red to the red brown and brownish to the dark brown of gambier.

Keywords: extraction, dyes, batik, secang, gambier

26| Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol. 34, No. 1, Juni 2017, 25-34

PENDAHULUAN organic (Purnomo, 2004). Pada cara Pewarna alam dari sumber tanaman ekstraksi ini akan dihasilkan senyawa yang pembawa warna dewasa ini banyak bervariasi tergantung pada pigmen yang digunakan oleh beberapa industri batik dan terkandung dalam tanaman pembawa warna. tekstil kerajinan. Berbagai alasan untuk Oleh karena itu perlu dilakukan suatu menggunakan pewarna alam diantaranya penelitian ekstraksi zat warna alam pada karena bersifat tidak toksik, dapat kondisi suhu tertentu sesuai sifat yang diperbaharui, mudah terurai dan ramah dimilikinya. Senyawa kimia mempunyai lingkungan (Yernisa, dkk., 2013) dan sifat dapat berubah dan bereaksi pada tersedianya bahan baku disekitar perajin kondisi suhu tertentu dan lingkungan asam batik di . Data tentang penggunaan basa. Pada kondisi tersebut senyawa kimia beberapa jenis pewarna alam telah banyak dapat bereaksi maupun terurai menjadi tersedia, namun untuk mendapatkan kondisi senyawa jenis lain yang memberikan warna yang optimum pada warna alam belum yang berbeda dari kondisi awalnya. banyak yang mengetahuinya. Sifat warna Perbedaan warna ini akan mempunyai alam sangat tidak stabil dan mudah terurai manfaat pada pewarnaan pembatikan. Dari sesuai suhu pada waktu dilakukan ekstraksi. satu jenis tanaman pembawa warna Ekstraksi zat warna alam sampai saat ini dimungkinkan akan mempunyai warna yang belum mempunyai standar tertentu untuk bervariasi apabila kondisi ekstraksi mendapatkan warna yang dikehendaki. dilakukan pada suhu yang berbeda, Penggunaan suhu yang berbeda akan demikian juga pada perlakuan fiksasi memberikan warna yang berbeda pula. dengan berbagai bahan fiksator. Diharapkan Pigmen dari zat warna alam dapat penelitian ini dapat memberi gambaran pada dimanfaatkan untuk keperluan industri, para industri batik dan pengamat tekstil namun demikian untuk medapatkan arah kerajinan jumputan tentang kondisi warna masih banyak diperlukan penelitian ekstraksi terhadap aplikasi warna batik kain yang seksama (Pujilestari, 2015). Pada kayu katun dan sutera. secang dan gambir diperkirakan mengandung senyawa tanin, senyawa ini METODOLOGI PENELITIAN mempunyai sifat mudah terurai menjadi Bahan dan Peralatan senyawa lain pada kondisi yang berbeda. Bahan yang digunakan dalam penelitian Menurut Kasmudjiastuti (2014) flavonoid adalah serutan kayu secang dan gambir, kain tannin berasal dari kelompok flavonol yang katún, sutera, dan air. Bahan pembantu yang dapat memberikan warna kuning kecoklatan digunakan adalah kapur (Ca(OH)2), dan coklat kemerahan. Menurut Sanusi tunjung/fero sulfat (FeSO4), tawas (1993), dikatakan bahwa kayu secang dapat (Al2(SO4)3.K2SO4. 24H2O), prusi/kupri digunakan sebagai pewarna karena adanya sulfat, soda abu, TRO (Turkish Red Oil) dan kandungan brazilin yang mempunyai arah malam (lilin batik). warna merah dan bersifat mudah larut dalam Peralatan yang digunakan terdiri dari air. seperangkat alat untuk pengekstrak, bak Zat warna alam dapat diperoleh dengan pencelupan, panci pelorodan, bak cara ekstraksi dari berbagai bagian tanaman perendaman, saringan, parang, timbangan menggunakan pelarut air pada suhu tinggi digital dan kasar, kompor, drum tempat atau rendah dan juga menggunakan pelarut penyimpanan zat warna alam, gunting, gelas Pengaruh Suhu Ekstraksi Warna Alam..., Pujilestari | 27 ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, stop-watch, dilakukan dengan cara pencelupan sebanyak dan peralatan untuk pengujian ketahanan lima kali celupan. Untuk menentukan arah luntur warna terhadap sinar matahari warna, kain batik yang sudah diwarnai langsung dan pencucian, serta arah dan selanjutnya difiksasi dengan larutan tawas ketuaan warna. 70 g/l, kapur 50 g/l, prusi 30 g/l, dan tunjung 30 g/l. Kemudian kain batik dilorod Prosedur Kerja dengan cara memasukkannya dalam air Warna alam dihasilkan dari bahan baku panas yang ditambahkan pati kanji sampai warna alam berupa serutan kayu secang dan semua lilin terlepas. gambir yang diekstraksi. Bahan tersebut Hasil penelitian didapatkan setelah dipilih yang baik dan tidak berjamur. dilakukan pengujian ketahanan luntur warna Ekstraksi warna alam dilakukan pada 3 terhadap sinar matahari langsung dan (tiga) variasi suhu, yaitu 50oC, 75oC dan pencucian, serta arah dan ketuaan warna. 100oC. Warna alam yang diperoleh selanjutnya diaplikasikan untuk pewarnaan HASIL DAN PEMBAHASAN pada media batik dari kain katun dan sutera. Ekstrak warna alam yang diperoleh Untuk memperoleh arah warna dilakukan diaplikasikan pada batik dengan media kain fiksasi menggunakan tawas, kapur, dan katun dan sutera. Fiksasi dilakukan tunjung. menggunakan tawas, kapur, tunjung, dan Bahan baku warna alam ditimbang prusi. Perlakuan fiksasi dimaksudkan untuk sesuai dengan keperluan dalam penelitian memperkuat ikatan garam logam dan untuk menggunakan perbandingan 1:8, yaitu setiap mendapatkan arah warna sesuai jenis garam 1 kg bahan baku warna alam diperlukan air logam yang mengikatnya. Pengujian warna sebanyak 8 liter. Serutan kayu secang alam dari gambir dan kayu secang, direndam selama satu malam (24 jam) untuk dilakukan di laboratorium Universitas Islam mempermudah pigmen keluar, kemudian air Indonesia, Jl. Kaliurang, Yogyakarta. Pada dan bahan dimasukkan ke dalam panci pengujian nilai absorbansi kayu secang dan pengekstrak yang dapat disetel sesuai gambir, pada berbagai perlakuan suhu variabel perlakuan suhu 50oC, 75oC, dan ekstraksi memberikan hasil seperti Tabel 1. 100 oC. Selanjutnya campuran dipanaskan Warna merupakan sekumpulan cahaya sampai variasi suhu yang dikehendaki yang dapat diukur intensitas dan panjang tercapai, proses ekstraksi dilanjutkan hingga gelombangnya. Warna hasil ekstraksi dapat 1 jam setelah suhu tercapai. Kemudian diukur intensitasnya menggunakan alat ekstrak larutan dipisahkan dengan cara spektrofotometer. Prinsip absorbsi yaitu disaring dan hasilnya siap digunakan untuk apabila suatu cahaya putih dilewatkan pewarnaan. melalui larutan berwarna maka radiasi Sebelum proses pewarnaan dilakukan, panjang gelombang akan diserap secara perlu dilaksanakan perlakuan mordan pada selektif. kain katun dan sutera dengan menggunakan Nilai absorbansi kayu secang bervariasi larutan campuran tawas sebanyak 6 g/l dan dari 0,3038-2,1921 dan pada gambir soda abu 2 g/l. Perlakuan mordan dibiarkan bervariasi dari 0,8246-1,0035. Nilai ini selama 24 jam dan kain dikeringkan tanpa mempunyai hubungan dengan ketuaan diperas. Kain katun dan sutera kemudian warna alam hasil pewarnaan kain batik. dibatik menggunakan canting. Pewarnaan Semakin tinggi suhu ekstraksi maka warna 28 | Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol. 34, No. 1, Juni 2017, 25-34

Tabel 1. Hasil Uji Arah dan Ketuaan Warna pada Larutan Ekstrak

No Warna Alam Suhu (oC) Panjang Gelombang Absorbansi (nM) 1. Secang 50 536.50 0.3038 2. Secang 75 536.00 0.4953 3. Secang 100 445.00 2.1921 4. Gambir 50 796.50 0.8246 5. Gambir 75 730.00 0.9217 6. Gambir 100 766.00 1.0035 akan semakin merah, hal ini sesuai dengan Kegunaan gambir selain untuk industri, pendapat (Heyne, 1987) yang mengatakan obat-obatan, kosmetik, serta penyamakan bahwa kandungan kimia pada kayu secang kulit, juga dapat digunakan sebagai bahan meliputi tanin, asam galat, resorsin dan pewarna tekstil untuk industri batik. pigmen merah yang mempunyai sifat larut Semakin tinggi suhu ekstraksi maka warna dalam air panas. Selanjutnya dikatakan yang muncul semakin kuat, hal ini diperkuat bahwa brazilin apabila mengalami oksidasi oleh laporan Halabani (2012), bahwa akan mengalami perubahan menjadi gambir sangat larut dalam air panas, apabila senyawa brazilein yang berwarna merah dipanaskan pada suhu 110oC akan kecoklatan. kehilangan satu molekul air dan berubah Kandungan senyawa kimia pada gambir menjadi asam tannat berwarna yang utama adalah flavonoid terutama coklat kemerah-merahan. catechin dan asam catechin tannat. Adanya perlakuan ekstraksi ternyata Disamping itu juga mengandung sedikit sangat berpengaruh terhadap arah dan quercetine yaitu bahan pewarna yang ketuaan warna. Hal ini disebabkan karena mempunyai warna kuning (Hayani, 2003). adanya senyawa kimia yang mempunyai Kegunaan gambir selain untuk industri, sifat dapat berubah dan bereaksi pada obat-obatan, kosmetik, serta penyamakan kondisi suhu tertentu dalam lingkungan kulit, juga dapat digunakan sebagai bahan asam basa. Pada kondisi tersebut senyawa pewarna tekstil untuk industri batik. kimia dapat bereaksi maupun terurai Semakin tinggi suhu ekstraksi maka menjadi senyawa jenis lain atau muncul warna yang muncul semakin kuat, hal ini senyawa baru yang memberikan warna yang diperkuat oleh laporan Halabani (2012), berbeda dari kondisi awalnya. bahwa gambir sangat larut dalam air panas, Kualitas kain batik dengan pewarnaan apabila dipanaskan pada suhu 110oC akan kayu secang dan gambir pada perlakuan kehilangan satu molekul air dan berubah ekstraksi air pada variasi suhu 50oC, 75oC, menjadi asam catechu tannat berwarna dan 100oC, ditunjukkan melalui uji coklat kemerah-merahan. ketahanan luntur warna terhadap sinar Kandungan senyawa kimia pada gambir matahari dan pencucian. Nilai ketahanan yang utama adalah flavonoid terutama luntur warna bervariasi mulai cukup sampai catechin dan asam catechin tannat. baik, 3 sampai (4-5) seperti disajikan pada Disamping itu juga mengandung sedikit Tabel 2 dan 3. quercetine yaitu bahan pewarna yang Ekstrak kayu secang pada suhu 50oC mempunyai warna kuning (Hayani, 2003). untuk aplikasi batik kain katun rata-rata Pengaruh Suhu Ekstraksi Warna Alam..., Pujilestari | 29 memberikan nilai cukup baik (3-4) pada semua variasi suhu ekstraksi, sedangkan pada suhu 75oC dan 100oC sebaliknya fiksasi tunjung rata-rata baik, kualitas warna meningkat baik dengan nilai kecuali pada suhu 50oC. Pewarnaan batik 4. pada kain sutera memiliki ketahanan luntur Fiksasi menggunakan prusi warna terhadap sinar matahari dan cuci menghasilkan nilai ketahanan luntur warna lebih baik dari pada kain katun.

Tabel 2. Hasil uji ketahanan luntur warna secang terhadap sinar matahari Dan pencucian pada kain batik

Jenis Uji Sinar Matahari Uji Pencucian 40°C No Suhu Fiksator (°C) Katun Sutera Katun Sutera 1 50 Tawas 3 - 4 4 - 5 3 - 4 4 - 5 2 75 Tawas 3 - 4 3 - 4 3 - 4 4 - 5 3 100 Tawas 4 3 - 4 4 4 - 5 4 50 Kapur 3 - 4 4 3 - 4 4 - 5 5 75 Kapur 4 4 - 5 4 4 - 5 6 100 Kapur 4 4 3 - 4 4 - 5 7 50 Prusi 3 - 4 4 3 4 - 5 8 75 Prusi 4 4 3 4 - 5 9 100 Prusi 4 4 3 4 10 50 Tunjung 3 - 4 4 3 - 4 4 - 5 11 75 Tunjung 4 4 3 - 4 4 - 5 12 100 Tunjung 4 4 4 4 -5

Tabel 3. Hasil uji ketahanan luntur warna gambir terhadap sinar matahari dan pencucian pada kain batik

Jenis Uji Sinar Matahari Uji Pencucian 40°C No Suhu (°C) Fiksator Katun Sutera Katun Sutera 1 50 Tawas 4 t 5 4 4 4 - 5 2 75 Tawas 4 t 5 4 4 4 - 5 3 100 Tawas 4 4 4 4 - 5 5 50 Kapur 4 t 5 4 - 5 4 4 - 5 6 75 Kapur 4 - 5 4 - 5 4 - 5 4 - 5 7 100 Kapur 4 - 5 4 - 5 4 - 5 4 - 5 9 50 Prusi 4 4 - 5 3 - 4 4 - 5 10 75 Prusi 4 - 5 4 - 5 4 - 5 4 - 5 11 100 Prusi 4 4 - 5 4 4 - 5 13 50 Tunjung 4 - 5 4 - 5 4 4 - 5 14 75 Tunjung 4 - 5 4 - 5 4 4 15 100 Tunjung 4 - 5 4 - 5 4 4 - 5 30 | Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol. 34, No. 1, Juni 2017, 25-34

Gambar 1. Pewarnaan kayu secang pada kain katun

Nilai uji ketahanan luntur warna sinar semakin tinggi suhu maka warna merah matahari dan pencucian dari zat warna semakin kuat. Penggunaan suhu 100oC gambir pada berbagai suhu ekstraksi dan terlihat memberikan arah warna yang paling jenis fiksasi rata-rata memberikan nilai baik kuat. Arah warna berbanding lurus dengan (4-5). Penggunaan suhu dalam ekstraksi tingkat absorbansi ketuaan warna. Nilai gambir tidak memberikan perbedaan absorbansi zat warna alam secang berkisar terhadap kualitas ketahanan luntur warna pada nilai 0,3038-2,1921. Penggunaan sinar matahari dan pencucian. Hal ini berarti fiksasi akan merubah arah warna dimana pigmen warna gambir yang sudah masuk fiksasi dengan prusi menghasilkan warna dalam serat dengan perlakuan fiksasi dapat coklat keunguan sedangkan fiksasi dengan terikat kuat dan terjadi reaksi sehingga tidak tunjung menghasilkan warna ungu mudah luntur akibat pencucian maupun kehitaman sebagaimana ditunjukkan pada sinar terang hari. Gambar 1. Kupri sulfat atau prusi Warna alam kayu secang setelah merupakan senyawa garam yang terdiri dari diaplikasikan pada batik kain katun campuran logam tembaga dengan asam memberikan warna coklat kemerahan, sulfat panas. Tunjung atau fero sulfat Pengaruh Suhu Ekstraksi Warna Alam..., Pujilestari | 31

Gambar 2. Pewarnaan kayu secang pada kain sutera apabila terkena udara akan teroksidasi dan tidak tahan panas, mempunyai ketahanan dapat menyebabkan perubahan menjadi feri pada suhu 140oC, dan pada suhu 170oC akan sulfat. mulai terjadi kerusakan, mempunyai Pada Gambar 2 dapat diketahui bahwa ketahanan dalam kondisi alkali konsentrasi pewarnaan kayu secang dengan suhu rendah dan dapat mengalami kerusakan ekstraksi 75oC dan 100oC pada kain sutera pada pH lebih dari 9,5. mampu memberikan warna merah yang Hasil ekstrak gambir pada suhu 50oC kuat, tetapi setelah proses pelorodan warna tidak banyak memberikan perbedaan warna merah pada kain sutera banyak mengalami dengan suhu 75oC dan 100oC. Warna alam penurunan sehingga warna menjadi gambir setelah diaplikasikan pada batik kain kemerahan muda pada semua perlakuan katun dan sutera memberikan warna jenis fiksasi. Hal ini disebabkan proses kecoklatan. Perlakuan pelorodan dapat pelorodan menggunakan soda abu yang menurunkan warna pada batik dan fiksasi bersifat alkali. Kain sutera berasal dari serat memberikan arah warna yang berbeda. hewani yang mempunyai sifat antara lain 32 | Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol. 34, No. 1, Juni 2017, 25-34

Gambar 3. Pewarnaan gambir pada kain katun

Pewarnaan batik pada media kain sutera dan gambir. Suhu ekstraksi 75oC dan 100oC setelah pelorodan memberikan arah warna pada secang memberikan ketahanan luntur coklat keunguan dan warna lebih tipis pencucian dan ketahanan terhadap sinar dibanding pada media katun. Proses matahari yang baik. Perlakuan ekstraksi dan pelorodan pada kain sutera mempunyai fiksasi pada warna gambir tidak kelemahan karena sifat kain sutera yang berpengaruh terhadap ketahanan luntur kurang tahan terhadap sifat alkali, disisi lain warna. Nilai absorbansi berhubungan soda abu/alkali dapat membantu dengan ketuaan warna batik, semakin tinggi mempercepat pelepasan lilin sebagai bahan suhu maka nilai absorbansi akan semakin perintang batik. tinggi. Arah warna pada kayu secang adalah merah sampai coklat kemerahan sedangkan KESIMPULAN warna gambir adalah kecoklatan dengan Suhu ekstraksi berpengaruh terhadap ketuaan warna yang berbeda sesuai bahan kualitas dan arah warna ekstrak kayu secang fiksator yang digunakan.

Pengaruh Suhu Ekstraksi Warna Alam..., Pujilestari | 33

Gambar 4. Pewarnaan gambir pada kain sutera

.

DAFTAR PUSTAKA Industri. Dinamika Kerajinan Dan Batik: Halabani, H. Al. (2012). Meningkatkan Nilai Majalah Ilmiah, 32(2), 93œ106. Tambah Gambir (Uncaria gambir) Melalui Purnomo, M. . A. . (2004). Zat Pewarna Alam Supply Chain Management (SCM) di sebagai Alternatif Zat Warna Yang Ramah Daerah Sumatera Barat. Retrieved from Lingkungan. Jurnal Seni Rupa STSI http://alhendry84.blogspot.co.id/2012/02/ Surakarta, 1(2), 57œ61. meningkatkan-nilai-tambah-gambir.html Sanusi, M. (1993). Isolasi dan Identifikasi Zat Hayani, E. (2003). Analisis Kadar Catechin dari Warna Dari Caesalpinia lignum. Ujung Gambir Dengan Berbagai Metode. Buletin Pandang: Majalah Kimia Balai Industri Teknik Pertanian, 8(1), 31œ33. Ujung Pandang. Heyne K. (1987). Tumbuhan Berguna Yernisa, Gumbira-Sa‘id, E., & Syamsu, K. Indonesia. Jakarta: Yayasan Sarana (2013). Aplikasi Pewarna Bubuk Alami Wanajaya. dari Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.) Kasmudjiastuti, E. (2014). Karakterisasi Kulit pada Pewarnaan Sabun Transparan. Jurnal Kayu Tingi (Cereops tagal) sebagai Bahan Teknologi Industri Pertanian, 23 (3), 190œ Penyamak Nabati. Majalah Kulit, Karet 198. Dan Plastik, 30(2), 71œ78. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20543/ mkkp.v30i2.128 Pujilestari T. (2015). Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam Untuk Keperluan

34 | Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol. 34, No. 1, Juni 2017, 25-34