DESKRIPSI DAN PERKEMBANGAN PAGUYUBAN SENI CAMPURSARI
WULANDARI DIDESA SUKA DAMAI KECAMATAN PULO BANDRING
KABUPATEN ASAHAN
SKRIPSI SARJANA
O L E H
NAMA : SUGANDA ASMAN SASMITHA .TB.
NIM : 120707005
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2019 DESKRIPSI DAN PERKEMBANGAN PAGUYUBAN SENI CAMPURSARI
WULANDARI DIDESA SUKA DAMAI KECAMATAN PULO BANDRING
KABUPATEN ASAHAN
O L E H
NAMA : SUGANDA ASMAN SASMITHA .TB. NIM : 120707005 Disetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Fadlin, MA. Arifninetrirosa, SST., MA NIP. 196102201989031003 NIP. 196502191994032002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2019 PENGESAHAN
DITERIMA OLEH
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana seni dalam disiplin ilmu Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Fakultas Ilmu Budaya USU
Dekan
Dr. Budi Agustono, M.A. NIP 196010131976031001
Panitia Ujian: Tanda Tangan
1. Drs. Fadlin, MA. ( )
2. Arifninetrirosa, SST., MA ( )
3. Drs. Kumalo Tarigan, M.A. ( )
4. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. ( ) DISETUJUI OLEH
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK DESKRIPSI DAN PERKEMBANGAN PAGUYUBAN CAMPURSARI WULANDARI DI DESA SUKA DAMAI KECAMATAN PULO BANDRING KABUPATEN ASAHAN
Campursari adalah salah satu wujud kesenian musik yang tumbuh dan berkembang di daerah Jawa, Terutama Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Wujud musiknya adalah gabungan dari alat musik irama pentatonic (tradisional Indonesia) dan irama nada diatonic (Barat). Dengan menggabungkan dua unsur musik yang berbeda jenis musik barat dan musik jawa yang menghasilka jenis musik yang baru, yang disebutcampur sari dengan dominasi alat musik gamelan, saron, gong dan alat musik jawa lainnya. Dengan menulis skripsi mengenai campur sari ini diharapkan penulis dapat menjelaskan hal-hal yang menjadi pertanyaan pada pokok-pokok permasalahan yang akan di bahas dalam karya tulis ini yaitu mengengetahui deskripsi dan lokasi Paguyuban campursari wulandari dan mengetahui bagaimana manajemen di paguyuban campursari wulandari yang menjadi bahan tulisan yang nantinya ditulis dengan metode-metode penelitian Etnomusikologi dan dengan bimbingan ibu, bapak dosen agar skripsi yang ditulis dapat selesai dengan baik pula. Adapun judul yang akan di angkat dalam pengerjaan skripsi ini adalah : “DESKRIPSI DAN PERKEMBANGAN PAGUYUBAN CAMPURSARI WULANDARI DI DESA SUKA DAMAI KECAMATAN PULO BANDRING KABUPATEN ASAHAN”
Kata Kunci : Campursari, Jawa, Asahan, Paguyuban Campursari Wulandari KATA PENGANTAR
Apa yang telah dibuat dalam bentuk skripsi yang berjudul, “Deskripsi Manajemen
Pertunjukkan Campursari Wulandari Di Desa Suka Damai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten
Asahan” adalah berkat kasih dan karunia Allah swt, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Karena-Nya penulis panjatkan puji syukur ke hadirat-Nya. Karya yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara, merupakan salah satu syarat di akhir kegiatan akademis yang formal setelah bertahuntahun menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa yang menuntut ketabahan dan kesabaran. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang terbaik. Namun kemudian, penulis menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan di dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan berbagai saran dan kritik Bapak Dan Ibu dosen selaku orang tua yang mendidik kami di perkuliahan ini untuk skripsi ini agar dapat bermanfaat dan menjadi karya tulis yang baik. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, M.Hum., sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Budi Agustono., M.S., Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universittas Sumatera
Utara.
3. IbuArifninetrirosa.,SST.,MA., selaku Ketua Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu
Budaya Sumatera Utara, juga selaku Dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan
arahan kepada penulis, dan saran-saran yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi
ini, semoga allah selalu memberikan rahmatnya kepada ibu.
i 4. Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd., selaku sekretaris Program Studi Etnomusikologi Fakultas
Ilmu Budaya Sumatera Utara, dan juga sebagai Wakil Dekan II, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
5. BapakDrs. Fadlin, MA., selaku Dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dari
materi skripsi ini, semoga Allah selalu memberikan rahmat-Nya kepada bapak.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara,
Bapak Prof. Drs. Mauly Purba,M.A., Ph.D.; Ibu Dra. Rithaony, M.A.; Ibu Dra. Frida Deliana,
M.Si.; Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si.; Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si.; Bapak
Drs. Perikuten Tarigan, M.Si.; dan Ibu Arifninetrirosa, SST, M.A.; Bapak Drs. Fadlin, M.A.;
yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama bertahum-tahun
mengikuti perkuliahan.
7. Bapak Merihadi selaku Narasumber yang telah bersedia sepenuh hati memberikan kelapangan
waktu, tempat, diskusi, dan wawancara mengenai paguyuban seninya yaitu Campursari
wulandari. Semogga allah selalu memberi rahmatnya kepada bapak.
8. Stambuk 2012 Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Nevo
Kaban, Gopas Velentino, Tulus Sargih, Timotius surbakti, Joseph reno, john nhmia tarigan,
Ade Pasaribu, Harti Silitonga, Veronika Sitepu, Olivia Gabriella, Yunita Batubara, Friztian
Richard, Gogom Silaban, Lawrence Simbolon, Philipus Aritonang dan teman-teman lain nya
yang tak bisa disebutkan nama nya satu per satu, yang selama beberapa tahun ini selalu
bersama-sama dengan penulis dalam mengikuti banyak matakuliah untuk meraih gelar
sarjana.
12. Sahabat-sahabat yang mendukung penulis dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan
matakuliah yang sudah ditempuh selama di Etnomusikologi terimakasih kepada Abang dan
ii Kakak senior, Stambuk 2013 khususnya Arnold Sitorus, Sintong Pasaribu, Felix Sianipar,
Ando Sipayung, Deny, Salomo dan teman-teman yang lain yang tidak bisa disbut satu
persatu
13. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua
orang tua saya Ayah dan Mama yang senantiasa memberikan dukungan kepada saya baik itu
Doa dan Materi, dan semuanya demi sang anak kalian selalu memberikan semangat kepada
penulis untuk belajar, dan terus belajar. kepada abang saya Velndana asman sasmitha TB.
S.St., dan kepada kedua Adik saya Intan Loneta Asman Sasmitha TB, dan Gilang Praja
Asman Sasmitha TB. yang selalu memberikan doa kepada penulis dalam menjalani proses
akademi dan semua hal baik lainnya.
Medan, Januari 2019
Penulis,
Suganda Asman Sasmitha TB
NIM: 120707005
iii DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ...... i KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI...... iv
BAB I PENDAHULUAN...... 1 1.1 Latar Belakang...... 1 1.2 Pokok Permasalahan ...... 4 1.3 Tujuan dan Manfaat ...... 4 1.3.1 Tujuan ...... 4 1.3.2 Manfaat ...... 5 1.4 Konsep dan Teori...... 5 1.4.1 Konsep ...... 5 1.4.2 Teori ...... 6 1.5 Metode Penelitian ...... 7 1.5.1. Studi Kepustakaan...... 8 1.5.2 Penelitian Lapangan...... 8 1.6 Wawancara...... 8 1.7 Observasi...... 9 1.8 Kerja Laboratorium...... 9 1.9 lokasi Penelitian...... 9
BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN ASAHAN DAN SUKU JAWA DI ASAHAN...... 10 2.1 Sejarah Asahan...... 10 2.2 Pemerintahan...... 12 2.3 Letak Geografis dan Wilayah Kab.Asahan...... 15 2.4 Gambaran Umum Masyarakat Jawa ...... 20 2.5 Suku Jawa di Asahan Dan Tinjauan Historisnya...... 20 2.5.1 Bahasa Yang di Gunakan ...... 22 2.5.2 Kepercayaan...... 24 2.5.3 Pekerjaan/Status sosial ...... 25 2.5.4 Susunan Lapisan Sosial...... 26 2.5.5 Sistem Teknologi ...... 26 2.5.6 Sistem Pengetahuan ...... 27 2.6 Kebudayaan dan Kessenian ...... 28
BAB III MUSIK CAMPURSARI...... 33 3.1 Deskripsi dan Sejarah Campur Sari ...... 33
iv 3.2 Tokoh-tokoh Musik Campur Sari ...... 34 3.3 Campursari Sebagai Genre Musik Baru ...... 39 3.4 Eksistensi Musik Campursari ...... 42 3.5 Alat-alat Musik Campursari...... 43 3.6 Kostum Dan Aksesoris Pemain Campursari...... 54 3.7 Fungsi Musik Campursari...... 57
BAB IV ANALISIS PAGUYUBAN CAMPURSARI WULANDARI ...... 58 4.1 Sejarah Paguyuban Campursari Wulandari ...... 58 4.2 Deskripsi Paguyuban Campursari Wulandari...... 59 4.3 Manajemen Paguyuban Campursari Wulandari ...... 63 4.3.1 Definisi Manajemen ...... 63 4.3.2 Fungsi Manajemen ...... 64 4.4 Hasil Wawancara ...... 65 4.5 Manajemen Paguyuban Campursari Wulandari ...... 65 4.5.1 Struktur Organisasi ...... 66 4.5.2 Daftar Nama Personil Campursari ...... 67 4.6 Proses Latihan...... 68 4.7 Kebijakan Jadwal Latihan dan Pembagian Uang Job ...... 69
BAB V PENUTUP...... 71 5.1 Kesimpulan ...... 71 5.2 Saran ...... 72
DAFTAR PUSTAKA...... 73 DAFTAR INFORMAN ...... 75 DAFTAR TABEL ...... vi DAFTAR GAMBAR...... vii
v DAFTAR TABEL
Tabel 1 Susunan Kepemerintahan Kabupaten Asahan
Tabel 2 Jumlah Desa/Kelurahan,Dusun Meurut Kecamatan Di Kabupaten. Asahan
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Agama Di Kabupaten. Asahan
Tabel 4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Asahan
Tabel 5 Daftar Lagu yang sering dibawakan Campur Sari Wulandari
Tabel 6 Struktur Organisasi Campur Sari Wulan Dari
Tabel 7 Daftar Personil Campur Sari Wulandari
vi DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Sumatera Utara Asahan
Gambar 2 Peta Wilayah Kabupaten Asahan
Gambar 3 Manthous Tokoh Musik Campur Sari
Gambar 4 Didi Kempot Tokoh Musik Campur Sari
Gambar 5 Kinartho Sabdho Tokoh Musik Campur Sari
Gambar 6 Sony Jozz Tokoh Musik Campur Sari
Gambar 7 Alat Musik Bonang
Gambar 8 Alat Musik Kendang Ciblon
Gambar 9 Alat Musik Kendang Jaipong
Gambar 10 Alat Musik Demung
Gambar 11 Alat Musik Saron
Gambar 12 Alat Musik Gong
Gambar 13 Alat Musik Gender
Gambar 14 Alat Musik Gitar Bass
Gambar 15 Alat Musik Gitar Elektrik
Gambar 16 Alat Musik Keyboard
Gambar 17 Alat Musik Ketipung Dangdut
Gambar 18 Alat Musik Drum
Gambar 19 Kostum Pemain Campur Sari Pria
Gambar 20 Blanmgkon Aksesories Bagian Kepala Pria
Gambar 21 Kebaya Kostum Penyanyi Campur Sari
Gambar 22 Pertunjukkan Campur Sari Wulandari
Gambar 23 Pengambilan Foto Campur Sari wulandari
vii Gambar 24 Partitur Musik Dalam Bentuk Angka Pada Campursari Wulandari
Gambar 25 Studio Latihan Campur Sari Wulandaari
viii BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terdiri dari banyak ragam suku dan budaya, begitu juga dengan wilayah
Sumatera Utara. Berbagai kelompok etnik di Sumatera Utara ini, dapat dikategorikan kepada
3 kelompok, yaitu yaitu: (a) etnik setempat, yang terdiri dari delapan kelompok etnik:
Melayu, Karo, Pakpak-Dairi, Toba, Simalungun, Mandailing-Angkola, Pesisir Tapanuli
Tengah, dan Nias, ditambah etnik Lubu dan Siladang; (b) Etnik pendatang Nusantara, seperti: Aceh Raya, Simeulue, Alas, Gayo, Tamiang, Aneuk Jamee, Minangkabau, Jawa,
Sunda, Banjar, Makasar, Bugis, dan lainnya; (c) Etnik Pendatang Dunia, seperti: Hokkian,
Hakka, Khek, Kwong Fu, Tamil, Hindustani, Pashtun, Arab, dan berbagai etnik Eropa lainnya1.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Musik dapat diartikan sebagai suara atau nada yang tersusun sedemikian rupa yang pada akhirnya menghasilkan irama, nada lagu, serta keharmonisan suara yang tercipta dari alat-alat musik yang mampu menghasilkan nada atau bunyi.
Karena musik merupakan hasil dari sebuah intuisi, maka saat menciptakan musik, menikmati musik, mengolah musik, dan menampilkan karya bermusik dapat disebut sebagai bentuk akan seni. Orang yang mendengarkan dan menikmati musik akan merasakan sebuah rasa atau sensasi sebuah seni yang menghibur hati2.
1 Takari, Muhammad 2016:8,Pendidikan Multikulturalisme Melalui Kesenian: Studi Kasus Masyarakat Sumatera Utara 2 https://id.m.phyyirize./2012/07/Definisi-Musik
1 Musik merupakan fenomena bunyi yang tercipta dari alat musik yang berbunyi yang menghasilkan harmoni.
Musik telah ada dari jaman pra-sejarah, pada era Homo Sapien musik telah hadir pada masa sekitar 180 ribu sampai 100 ribu tahun silam. Tidak diketahui siapa yang pertama kali memainkan musik atau disebut sebagai penemu musik. Penemuan para arkeolog di benua
Afrika menyebutkan bahwa telah ditemukan bukti mengenai evolusi pola pikir otak manusia kala itu mengenai musik. Kemampuan otak manusia yang lebih cerdas dibandingkan hewan menjadikan manusia mempunyai daya imajenasi yang luar biasa.
Dalam perkembangan kehidupan manusia purba saat itu, manusia melakukan perburuan atas hewan untuk diambil dagingnya sebagai bahan makanan sedangkan kulit dan tulang belulang hewan buruan dimanfaatkan untuk keperluan lainnya. Dari sini lah cikal bakal perkembangan musik dimulai. Dengan tingkat intelejensi yang semakin berkembang, manusia purba kala itu mengamati fenomena-fenomena alam, kreasi akan musik mulai tercipta. Memanfaatkan segala sesuatu disekitarnya, manusia menggunakan tulang belulang hewan butuan sebagai alat musik, dengan cara saling memukulkan satu dengan lainnya. Ada juga yang menjadikannya semacam seruling, dengan cara meniup rongga tulang kering yang menghasilkan bunyi ketika ditiup.
Selain dari tulang belulang, ada juga yang memanfaatkan rongga kayu yang ditiup selayaknya seruling pada masa sekarang ini. Mereka juga mengkombinasikan kulit hewan buruan kering yang direkatkan pada penampang kayu berongga yang menjadi bentuk awal dari sebuah gendang.
Seiring perkembangan waktu dari masa ke masa, musik mengalami perkembangan dari jenis musik itu sendiri atau biasa disebut genre.
2 Demikian ulasan sederhana tentang asal usul, definisi serta perkembangan musik dari jaman pra-sejarah hingga jaman modern sekarang ini. Disini penulis akan menulis tentang
Campursari.
Campursaridalam dunia musik nasional Indonesia mengacu pada campuran (crossover) beberapa genre musik kontemporer Indonesia. Nama campursari diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik campursari di wilayah Jawa bagian tengah hingga timur khususnya terkait dengan modifikasi alat-alat musik gamelan sehingga dapat dikombinasi dengan instrumen musik barat, atau sebaliknya. Dalam kenyataannya, instrumen-instrumen 'asing' ini 'tunduk' pada pakem musik yang disukai masyarakat setempat: langgam Jawa dan gending.
Campursaripertama kali dipopulerkan oleh Manthous dengan memasukkan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan pada sekitar akhir dekade 1980-an melalui kelompok gamelan
"Maju Lancar". Kemudian secara pesat masuk unsur-unsur baru seperti langgam Jawa
(keroncong) serta akhirnya dangdut. Pada dekade 2000-an telah dikenal bentuk-bentuk campursari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong (misalnya Kena Goda dari
Nurhana), campuran gamelan dan dangdut, serta campuran keroncong dan dangdut (congdut, populer dari lagu-lagu Didi Kempot). Meskipun perkembangan campursari banyak dikritik oleh para pendukung kemurnian aliran-aliran musik ini, semua pihak sepakat bahwa campursari merevitalisasi musik-musik tradisional di wilayah tanah Jawa.
Campursari adalah salah satu wujud kesenian musik yang tumbuh dan berkembang di daerah
Jawa, Terutama Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Wujud musiknya adalah gabungan dari alat musik irama pentatonic (tradisional Indonesia) dan irama nada diatonic (Barat). Dengan menggabungkan dua unsur musik yang berbeda jenis tadi menghasilkan jenis musik yang baru, yang disebut Campursari. Awalmulanya Campursari dikenalkan oleh Ki Narto Sabdo dengan Media Wayang. Pada saat itu Campursari
3 ditampilkan masih dengan model lama yaitu dengan gabungan gamelan asli dan keroncong.
Campursari pada zaman sekarang dikenal dengan istilah campursari moderen yang dipopulerkan oleh Manthous. Manthous dengan kepekaan musiknya, Ia berinovasi dengan
Campursari gaya lama. Ia mencoba menggabungkan seperangkat Gamelan, Misalnya : kendhang, gong, gender di campur alat musik keroncong, Misalnya ukulele, cak- cuk, seruling, dll. Dari Inovasi tadi muncul Campursari yang lebih baik, lagunya lebih enak didengar. Tidak hanya berhenti di situ Manthous juga menambahkan Bass, gitar elektrik dan keyboard. Hasilnya lagu Campursari semakin enak saja didengar.
Setelah Manthous mempopulerkan Campursari moderen banyak penyanyi dan pencipta
Campursari yang terkenal. Misalnya, Didi Kempot dengan lagu Campursari : Stasiun
Balapan, Sewu Kutha, Layang Kangen, Prawan Kalimantan, Jambu Alas, dll.
1.2. Pokok Permasalahan Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keberadaan Paguyuban campursari wulandari?
2. Bagaimanakah Pengelolahan Manajemen Paguyuban Campursari Wulandari?
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan Campursari Wulandari
2. Mengetahui manajemen Paguyuban Campursari wulandari
dalam mengelola musikalitas pada jasa hiburan musik di Kabupaten Asahan.
4 1.3.2. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis yaitu sebagai sumbangsih pemikiran penulis
khususnya mahasiswa pendidikan seni musik untuk menambah referensi dalam
mengungkap sebuah management pada sebuah group musik dan hasil penelitian ini
dapatdijadikan sebagai referensi pada penelitian berikutnya
2. Manfaat praktis yaitu dapat memberikan informasi tentang
management grup campursari wulandari khususnya dalam bidang seni
pertunjukkan dan instrumennya baik sebagai pustaka maupun sebagai bahan
pengembangan penelitian selanjutnya.
1.4. Konsep dan Teori
`1.4.1. Konsep Definisi Konsep adalah suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna danbermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya setelah melakukan persepsi terhadap objek benda. Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu3.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan Sekumpulan gagasan atau ide yang sempurna dan bermakna berupa abstrak, entitas mental yang universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap ekstensinya sehingga konsep membawa suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang samadan membentuk suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan.
3 https://id.m.wikipedia.org
5 1.4.2. Teori Teori adalah serangkai bagian atau variabel,definisi,dan dalil yang berhubungan dengan menghadirkn sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan variabel,dengan maksud menjelaskan fenomena. Dalam ilmu pengetahuan, teori berarti kerangka fikiran atau model pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu.Dalam pertunjukan seni yang akan dibahas mengenai campursari Wulandari ini penulis mengunakan teori yang di ajukan oleh Alan P.Merriam dan Andriene L.Keappler.
Alan P.Merriam maengatakan dalam The Anthropology Of Music bahwa untuk menganalisis suatu penyajian pertunjukan musikal penting diperhatikan mengenai elemen- elemen: bunyi musikal,konsep-konsep mengenai musik,dan tingkah laku manusia yang berhubungan dengan bunyi musikal yang berpengruh tehadap konsep-konsep musik4.
Meriam (1964:44-47) juga mengatakan apa yang dikerjakan oleh Etnomusikologi di lapangan di tentukan oleh rumusan metodenya yang tidak hanya dari aspek saja,tetapi sosial budaya,psikologi,dan estetika yang baik. Oleh karena itu ada enam area pemeriksaan untuk diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah ini,antara lain:
1. Kebudayaan material musik,
2. Studi terhadap teks nyanyian,
3. Studi terhadap kategori musik,
4. Studi terhadap para pemusik,
5.` Studi dengan penekanan pada penggunaan dan fungsi musik, dan
6. Studi tentang musik sebagai aktivitas kreatif kebudayaan.
Ada juga Antropolog dari negara kita indonesia yaitu di awal tulisannya
Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu antropologi yang mempelajari makhluk anthropus atau manusia merupakan suatu integrasi dari beberapa ilmu yang masing-masing mempelajari
4Alan P.Merriam, The Antropology Of Musik.1964. Kritik Musik
6 suatu kompleks masalah-masalah khusus mengenai manusia. (h.1) ilmu-ilmu yang tergabung antara lain ilmu paleo-antropologi,ilmu antropologi fisik, ilmu arkeologi prehistori, ilmu etnolinguistik dan ilmu antropologi budaya yang kemudian menjadi sub-sub ilmunya5.
1.5. Metode Penelitian Metode adalah cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja,yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Penelitian adalah penyelidikan secara sistematis untuk menemukan jawaban dari sebuah permasalahan,penelitian berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata re yang berarti lagi atau kembali dan search yang berarti mencari atau menguji secara cermat dan hati-hati untuk mencoba dan membuktikan. Secara bersama-sama dua kata tersebut
(reasearch) berarti studi atau penyelidikan secara hati-hati,sistematis,sabar dalam suatu bidang pengetahuan yang dilakukan untuk menemukan fakta atau prinsip. Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis maupun lisan dari orang-orang atau prilaku yang peneliti amati6.
Dalam rangka kerja penelitian ini, penulis juga berpedoman pada disiplin etnomusikologi. Seperti yang disarankan Curt Sarchs dalam nettl (1964:62) yaitu penelitian etnomusikologi di bagi kedalam dua jenispekerjaan yakni kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (deks work). Kerja lapangan meliputi studi keputusan, observasi, wawancara, dan perekaman lagu. Sedangkan kerja laboratorium meliputi pembahasan dan penganalisisan data yang telah diperoleh selama penelitian.
Sehingga melalui pendekatan ini penulis lebih terfokus dan memusatkan objek yang ingin diteliti untuk dituliskan kedalam karya ilmiah ini serta dapat dipertangung jawabkan.
5Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi.Jakarta.Penerbit Ul-pres 1987 6Melly G.Tan,Metode-metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta:PT.Gramedia 1973)
7 1.5.1.Studi Kepustakaan Untuk mendukung penelitian ini dibutuhkan banyak bahan bacaan guna mencapai suatu penelitian ilmiah yang tidak hanya mampu memberi jawaban atas permasalahan, tapai juga layak menjadi sebuah karya ilmiah karena memenuhi persyaratan keilmiahan.
Penulis kemudian membaca bahan bacaan tersebut guna menambah kajian berfikir dan sebagai salah satu satu sumber informasi yang penting. Penulis juga mengambil sumber lainnya dari situs internet.
1.5.2. Penelitian lapangan Sebagai sebuah disiplin ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaannya,khususnya musik, etnomusikologi tidak lepas dari kerja lapangan. Karena budaya dan musik adalah hal yang tidak mungkin lepas dari semua kehidupan manusia sehingga perlu diadakan penelitian lapangan agar mampu melihat realitasnya secara objektif dan faktual. Dalam konteks ini penulis melakukan kerja lapangan yaitu wawancara.
1.6. Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara mendapatkan informasi serta opini dari orang yang di sebut narasumber. Proses wawancara yaitu dengan pewawancara mengundang atau mendatangi narasumber baik secara langsung maupun tidak langsung dan meminta narasumber untuk menjawab pertanyaan dari pewawancara7. Dengan kata lain, wawancara adalah kegiatan tanya dan jawab antara narasumber dan pewawancara untuk mendapatkan, informasi, opini, dan fakta dari narasumber. Dalam wawancara, pewawancara harus dapat
7https://id.pribahasaindonesi.m/2016/05/Definisi-Wawancara
8 membuat narasumber menyatakan hal yang jujur. Wawancara merupakan salah satu tehnik dalam mengumpulkan informasi selain observasi dan kuisioner.
1.7. Oservasi
Observasi adalah suatu penyelidikan di jalankan secara sistematis dan sengaja diadakannyan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yang langsung (Bimo, Walgito). Observasi atau pengamatan dapat berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan indra pengelihatan yang juga berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
1.8. Kerja Laboratorium
Sebuah data yang diperoleh penulis dari lapangan yaitu hasil obsrvasi,wawancara, kuisioner dan perekaman kemudian diolah dalam kerja laboratorium dengan pendekatan- pendekatan etnpmusikologis. Namun, sebelum diolah dalam kerja laboratorium, data-data yang sudah diperoleh oleh penulis terlebih dahulu dikelompokan satu persatu untuk mempermudah proses pengerjaan.
1.9 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian penulis bertempat di Desa Suka Damai Kecamatan Pulo Bandring
,karena lokasi dan tempat yang penulis teliti berada di Asahan beertempat yang sama dengan lokasi atau tempat kediaman Bapak Merihadi Sebagai Narasumber Kunci dan Pendiri
Sekaligus Pimpinan Dari Paguyuban Seni yang penulis kerjakan dengan harapan kelancaran dan kemudahan proses pengerjaan skripsi ini nantinya dapat berjalan efisien serta lebih dinamis nantinya. Lokasi berada di wilayah Sumatera Utara, Kabupaten Asahan, Kecamatan
Pulo Bandring, Dan tempatnya di Desa Suka Damai.
9 BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN ASAHAN DAN MASYARAKAT JAWA
ASAHAN
2.1 Sejarah Asahan
Perjalanan Sultan Aceh “Sultan Iskandar Muda” ke Johor dan Malaka pada tahun
1612 dapat dikatakan sebagai awal dari Sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai, yang kemudian dinamakan ASAHAN. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah “Tanjung” yang merupakan pertemuan antara sungai Asahan dengan sungai Silau, kemudian bertemu dengan
Putri Raja Simargolang Dari hasil perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang puteri Raja Simargolang dan lahirlah seorang putera yang bernama Abdul Jalil yang menjadi cikal bakal dari kesultanan Asahan. Di tempat itu juga, Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai “Balai” yang kemudian berkembang menjadi perkampungan.
Perkembangan daerah ini cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan
Malaka, sekarang ini dikenal dengan “Tanjung Balai”.
Kesultanan Asahan berdiri pada abad 16, yaitu pada saat Sultan Abdul Jalil dilantik sebagai Sultan Asahan yang pertama dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah I. Sultan- sultan Asahan berikutnya adalah Sultan Saidisyah, Sultan Muhammad Rumsyah, Sultan
Abdul Jalil Syah II, Sultan Dewa Syah (1756-1805) dan Sultan Musa Syah (1805 – 1808) masing-masing memindahkan pusat pemerintahan negeri Asahan dari satu tempat ke tempat lain.
10 Memasukimasa-masa peperangan, Pada tanggal 13 Maret 1942 Pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan Jepang. Pemerintahan Fasisme Jepang yang dipimpin T. Jamada mengganti nama struktur pemerintahan menjadi Asahan Bunsyu dan bawahannya Fuku
Bunsyu Batubara. Selain itu wilayah yang lebih kecil dibagi menjadi Distrik, yaitu Distrik
Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang.Pemerintahan
Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 dan tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai dengan perkembangan
Ketatanegaraan RI maka berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia wilayah Asahan dibentuk pada bulan September 1945. Pada saat itu pemerintahan yang dipegang oleh Jepang sudah tidak ada lagi tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan
Fuku Bunsyu di Batubara masih tetap ada.
Tiga hari setelah jatuhnya bom di Hiroshima, Soekarno meproklamirkan kemerdekaan
Indonesia. Di saat yang sama pula diumumkanlah pemerintah Republik Indonesia dengan
Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakilnya. Dengan demikian, dimulailah revolusi republik di seluruh wilayah Indonesia.
Pemimpin-pemimpin pergerakan di Indonesia mendaulat Soekarno dan Hatta sebagai pemimpin tertinggi mereka, tetapi pada umumnya perkembangan revolusi di kebanyakan daerah di Sumatera Utara terlepas dari pergerakan di Jawa. Revolusi di Sumatera bermula pada Oktober 1945 pada saat tentara sekutu tiba di Sumatera untuk melucuti tentara Jepang.
Aktivis-aktivis pergerakan pada mulanya berperang dengan tentara Jepang yang sedang mundur untuk merebut senjata dan dengan tentara Inggris yang menduduki sebagian Kota
Medan, Padang dan Palembang dan akhirnya dengan Belanda yang mengambil alih dari
Tentara Inggris pada akhir tahun 19458.
8Dikutip dari dokomen Asahan BPS dalam angka 2018 tentang sejarah singkat Asahan Hal 1
11 2.2. Pemerintahan
Kabupaten Asahan adalah sebuah Kabupaten yang terletak di Sumatera Utara,
Indonesia. Kabupaten ini beribukotakan Kisaran dan mempunyai wilayah seluas 3.675 km².Penduduknya berjumlah 668.272 jiwa (Sensus2010). Asahan juga merupakan Kabupaten pertama di Indonesia yang membentuk lembaga pengawas pelayanan umum bernama
Ombudsman Daerah Asahan, melalui SK Bupati Asahan Nomor: 419-Huk/Tahun 2004, tanggal 20 Oktober 2004. Di era kolonial, wilayah ini disebut sebagai “ Assaban” oleh orang
Eropa.
Struktur Pemerintahan Kabupaten Asahan
Tabel 1 Susunan Kepemerintahan Kab. Asahan
Kepala Daerah
Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD
Inspektorat Dinas Daerah Lembaga Teknis
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Sumber : BPS Kab. Asahan
12 Dari mulai berdirinya Kabupaten Asahan yaitu pada tanggal 15 Maret 1946 sampai dengan sekarang, Kabupaten Asahan dipimpin oleh Bupati Asahan yaitu:
ABDULLAH ETENG ( 15-3-1946 s/d 30-1-1954 )
RAKUTTA SEMBIRING ( 1-2-1954 s/d 29-2-1960 )
ABDUL AZIZ ( 1-3-1960 s/d 3-5-1960 )
USMAN J S ( 4-5-1960 s/d. 10-5-1966
A. MANAN SIMATUPANG ( 11-5-1966 s/d 31-1-1979
IBRAHIM GANI sebagai pelaksana Bupati ( 1-2-1979 s/d 2-3-1979)
BAHMID MUHAMMAD ( 2-3-1979 s/d 2-3-1984 )
A. RASYID NASUTION, SH sebagai pelaksana Bupati ( 2-3-1984 s/d 17-3-1984 )
WAHAB DALIMUNTE, SH sebagai pelaksana Bupati ( 17-3-1984 s/d 22-6-1984)
ZULFIRMAN SIREGAR ( 22-6-1984 s/d 22-6-1989 )
RIHOLD SIHOTANG periode I ( 22-6-1989 s/d 22-6-1994 )
RIHOLD SIHOTANG peroide II ( 22-6-1994 s/d Juli 1999 )
H. FACHRUDDIN LUBIS sebagai pelaksana Bupati ( 7 – 1999 s/d 12-1- 2000 )
HAKIMIL NASUTION sebagai pelaksana Bupati ( 12-1-2000 s/d 25-3-2000 )
H. RISUDDIN ( 25-3-2000 s/d 25-3-2005 )
H. SYARIFULLAH HARAHAP, sebagai pelaksana Bupati ( 25-3-2005 s/d 8-8-2005)
H. RISUDDIN ( 8-8-2005 s/d 18-8-2010)
Drs. H. TAUFAN GAMA SIMATUPANG, MAP (19-8-2010 s/d 20-08-2015)
13 Sedangkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Asahan adalah :
AHMAD SALEH ( 15-2-1967 s/d 17-11-1972 )
NURMANSYH ( 17-2-1972 s/d 11-8-1977 )
BAHMID MUHAMMAD ( 11-8-1977 s/d 2-3-1979 )
A. EFFENDY HASYIM ( 6-10-1979 s/d 11-8-1982 )
SUPARMIN ( 11-8-1982 s/d 11-7-1987 )
SAID YUSUF ( 11-7-1987 s/d 11-7-1992 )
AMINUDDIN SIMBOLON ( 11-7-1992 s/d 25-7-1997 )
AMINUDDIN SIMBOLON ( 25-7-1997 s/d 7-9-1999 )
SYAMSUL BAHRI BATUBARA ( 14-10-1999 s/d 2004 )
BUSTAMI HS. ( 2004 s/d 2009 )
BENTENG PANJAITAN, SH (2009 s/d sekarang)
14 2.3 Letak Geografis Dan wilayah Kabupaten Asahan
Gambar 1. Peta Asahan Sumatera Utara
Sumber: id.wikipedia.org
Gambar 2. Peta Wilayah Kabupaten Asahan
Sumber: id.wikipedia.org
15 Asahan merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera
Utara. Kabupaten Asahan menempati area seluas 379 939 Ha yang terdiri dari 25 Kecamatan,
204 Desa/Kelurahan.
Saat ini Kabupaten Asahan terdiri dari 25 kecamatan, yaitu:
Kec. Aek Kuasan, ibukota Aek Loba Pekan
Kec. Aek Ledong, ibukota Aek Ledong
Kec. Aek Songsongan, ibukota Ake Songsongan
Kec. Air Batu, ibukota Air Batu
Kec. Air Joman, ibukota Binjai Serbangan
Kec. Bandar Pasir Mandoge, ibukota Bandar Pasir Mandoge
Kec.Bandar Pulau, ibukota Bandar Pulau Pekan
Kec. Buntu Pane, ibukota Sei Silau
Kec. Kota Kisaran Barat, ibukota Kisaran Barat
Kec. Kota Kisaran Timur, ibukota Kisaran Timur
Kec. Meranti, ibukota Meranti
Kec. Pulo Rakyat, ibukota Pulau Rakyat Pekan
Kec. Pulo Bandring, ibukota Suka Damai
Kec. Rahuning, ibukota Rahuning
Kec. Rawang Panca Arga, ibukota Rawang Pasar IV
Kec. Sei Dadap, ibukota Perkebunan Sei Dadap I/II
Kec. Sei Kepayang, ibukota Sei Kepayang Tengah
Kec. Sei Kepayang Barat, ibukota Sei Tulang Pandau
16 Kec. Sei Kepayang Timur, ibukota Sungai Pasir
Kec. Setia Janji, ibukota Sei Silau Barat
Kec.Silau Laut, ibukota Silo Lama
Kec. Simpang Empat, ibukota Simpang Empat
Kec. Tanjung Balai, ibukota Teluk Nibung
Kec. Teluk Dalam, ibukota Teluk Dalam
Kec. Tinggi Raja, ibukota Piasa Ulu
Kecamatan Pulo Bandring Adalah Lokasi Paguyuban Campursari Wulandari dan di sini
Penulis mencoba menuliskan nama Kelurahan/Desa yang berada di kecamatan ini guna memperjelas pendataan secara detail keberadaan paguyuban tersebut.
Daftar nama Kelurahan/Desa dan Di Kecamatan Pulo Bandring:
1. Kelurahan/Desa Bunut Seberang
2. Kelurahan/Desa Gedangan
3. Kelurahan/Desa Perhutaan Silau
4. Kelurahan/Desa Pulo Bandring
5. Kelurahan/Desa Sidomulyo
6. Kelurahan/Desa Suka Damai ( Tempat/Lokasi Penelitian )
7. Kelurahan/Desa Suka Damai Barat
8. Kelurahan/Desa Suka Makmur
9. Kelurahan/Desa Taman Sari
10. Kelurahan/Desa Tanah Rakyat
17 Data Jumlah Desa/Kelurahan Dusun Menurut Kecamatan Di Kabupaten Asahan
Tabel 2 Jumlah Desa/Kelurahan,Dusun Menurut Kecamatan Di Kab. Asahan
NO KECAMATAN DESA KELURAHAN DUSUN 1 B.P.Mandoge 9 - 92 2 Bandar Pulau 10 - 60 3 Aek Songsongan 9 - 53 4 Rauhuning 7 - 46 5 Pulau Rakyat 12 1 75 6 Aek Kuasan 6 - 50 7 Aek Ledong 7 - 45 8 Sei Kepayang 6 - 73 9 Sei Kepayang Barat 6 - 35 10 Sei Kepayang Timur 5 - 49 11 Tanjung Balai 8 - 63 12 Simpang Empat 8 - 73 13 Teluk Dalam 6 - 35 14 Air Batu 12 - 64 15 Sei Dadap 10 - 59 16 Buntu Pane 9 - 74 17 Tinggi Raja 7 - 54 18 Setia Janji 5 - 45 19 Meranti 7 - 52 20 Pulo Bandring 10 - 85 21 Rawang Panca Arga 7 - 71 22 Air Joman 6 1 61 23 Silo Laut 5 - 55 24 Kisaran Barat - 13 74 25 Kisaran Timur - 12 95 ASAHAN 177 27 1538 Sumber: BPS Asahan
Data Jumlah Pemeluk Agama Di Kbupaten Asahan
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Agama Di Kab. Asahan
N0 KECAMATAN AGAMA AGAMA AGAMA AGAMA AGAMA AGAMA JUMLA ISLAM PROTEST KATHO BUDHA HINDU KHONG H AN LIK HUCU TOTAL 1 B.P.Mandoge 21616 12440 335 2 - - 34393 2 B.pulau 19255 2086 63 19 - - 21423 3 Aek Songsongan 15589 1564 82 - - - 17235 4 Rahuning 17226 900 105 72 4 - 18307 5 Pulau Rakyat 27551 4512 857 128 1 - 33049 6 Aek Kuasan 22621 1078 35 129 6 - 23869
18 7 Aek Ledong 20047 484 15 45 - - 20591 8 Sei Kepayang 14184 2867 838 4 2 - 17895 9 Sei Kepayang Barat 13351 17 - 28 - - 13396 10 Sei Kepayang 8982 7 - - - - 8989 Timur 11 Tanjung Balai 36426 30 2 79 1 - 36538 12 Simpang Empat 36291 4304 491 188 - - 41274 13 Teluk Dalam 16358 1502 150 47 -2 - 18057 14 Air Batu 38598 1996 94 277 - - 40967 15 Sei Dadap 31051 1163 27 24 - - 32265 16 Buntu Pane 21946 1609 40 7 - - 23602 17 Tinggi Raja 18233 675 13 26 - - 18947 18 Setia Janji 10526 1326 117 5 1 - 11977 19 Meranti 14113 5896 275 3 2 - 20288 20 Pulo Bandring 28566 426 8 1 - 5 29008 21 Rawang Panca Arga 13801 4369 173 3 - - 18346 22 Air Joman 47231 431 13 292 76 - 47967 23 Silo Laut 20451 616 7 2 18 - 21076 24 Kisaran Barat 49197 4186 333 4199 76 - 57994 25 Kisaran Timur 60411 9576 652 1607 18 3 72267 ASAHAN 623624 64063 4725 7187 113 8 699720 Sumber BPS Asahan
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Asahan (2016)
Tabel 4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kab. Asahan
No Kecamatan Laki-laki Perempuan jumlah Rasio J.kelamin 1 B. P. Mandoge 17957 17073 35030 105,18 2 Bandar Pulau 11163 10656 21819 104,76 3 Aek Songsongan 8837 8717 17554 101.38 4 Rahuning 9410 9236 18646 101,88 5 Pulau Rakyat 16890 16775 33665 100,69 6 Aek Kuasan 12259 12052 24311 101,72 7 Aek Ledong 10612 10361 20973 102,42 8 Sei Kepayang 9066 9160 18226 98,97 9 Sei Kepayang Barat 6881 6762 13643 101,76 10 Sei Kepayang Timur 4707 4448 9155 105,82 11 Tanjung Balai 18866 18348 37214 102,82 12 Simpang Empat 21221 20818 42039 101,94 13 Teluk Dalam 9272 9118 18390 101,69 14 Air Batu 20978 20748 41726 101,11 15 Sei Dadap 16637 16625 32862 102,54 16 Buntu Pane 11987 12052 24039 99,46 17 Tinggi Raja 9658 9640 19298 100,19
19 18 Setia Janji 6093 6105 12198 99,80 19 Meranti 10241 10422 20663 98,26 20 Pulo Bandring 14864 14680 29544 101,25 21 Rawang Panca Arga 9464 9221 18685 102,64 22 Air Joman 24611 24245 48856 101,51 23 Silo Laut 10746 10720 21466 100,24 24 Kisaran Barat 29140 29931 59071 97,36 25 Kisaran Timur 36340 37271 73611 97,50 ASAHAN 357900 354784 712684 100,88
Sumber: BPS Asahan
2.4 Gambaran Umum Masyarakat Suku Jawa
Suku Jawa merupakan suku terbesar di Indonesia, baik dalam jumlah maupun luas penyebarannya. Mereka kerap menyebut dirinya sebagai Wong Jowo atau Tiang Jawi. Orang
Jawa telah menyebar hampir ke semua pulau besar di Indonesia sejak abad ke-18. Selain menyebar di wilayah nusantara, suku Jawa pada saat itu juga sudah dibawa ke Suriname
(Amerika Selatan), ke Afrika Selatan, dan ke Haiti di Lautan Teduh (Pasifik) oleh Belanda.
Menurut populasi aslinya, suku Jawa menempati wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun di luar wilayah itu, sebagian provinsi Jawa Barat juga banyak suku Jawa, seperti Cirebon, Indramayu, Jakarta, dan Banten. Di wilayah
Sumatra, suku Jawa paling banyak adalah di wilayah Lampung. Sisanya menyebar ke seluruh pulau besar di Indonesia.
2.5 Suku Jawa Di Asahan dan Tinjauan Hstorisnya
Datangnya orang Jawa di Sumatera berawal pada masa kolonial Belanda. Sumatera
Utara saat itu dikenal dengan Sumatera Timur tanah kekuasaan raja-raja Melayu. Daerah yang merupakan bagian Sumatera Timur yakni: tanah Deli (kawasan Medan), Langkat, Deli
Serdang, Batubara, Asahan, sampai Labuhan Batu. Sumatera Timur dikenal dengan daerah perkebunan tembakau dan karet, pembukaan onderafdeling (perkebunan besar) tahun 1890-
20 1920 oleh Belanda mengawali datangnya pekerja kuli kontrak murah dari pulau Jawa di tanah
Sumatera.
Gelombang kedatangan kuli dari Jawa terus berlangsung dan semakin banyak didatangkan, dan di Sumatera mereka disebar di beberapa daerah yang menjadi konsentrasi perkebunan kekuasaan Belanda. Salah satu daerah di Sumatera yang menjadi kawasan perkebunan adalah Asahan, pada tanggal 22 September tahun 1865 kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda, sejak saat itu kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Belanda sampai pada dibukanya kawasan perkebunan di tanah Asahan.
Pekerja kuli Jawa bekerja sebagai buruh kasar perkebunan, cerita-cerita menyedihkan tentang kehidupan mereka bekerja di perkebunan sudah menjadi hal yang biasa didengar termasuk ketika penjajahan Jepang, kondisi para pekerja buruh tidak jauh berbeda bahkan semakin sengsara dengan adanya sistem kerja negara penjajah tersebut. Banyak dari mereka yang melarikan diri dari perkebunan untuk kembali ke Jawa, tetapi ada juga yang akhirnya tertangkap oleh polisi kebun dan mendapat siksaan. Bagi mereka yang takut untuk melarikan diri memilih untuk bertahan dengan mematuhi sistem kerja yang diberlakukan baik oleh pemerintah kolonial maupun pada masa pemerintahan Jepang. Nasib pekerja kuli dari Jawa ini belum mengalami perubahan diperantauaan pada saat itu.
Rasa ikatan senasib dan sepenanggungan antara para pekeraja kuli dari Jawa ini menimbulkan hubungan persaudaraan diantara mereka untuk sama-sama bertahan dan bahu membahu hidup diperantauan. Dulur tunggal sekapal merupakan istilah bagi hubungan persaudaraan yang dibangun atas dasar persamaan nasib para buruh kontrak Jawa di Asahan.
Pekerja kuli dari Jawa ini datang ke Sumatera juga membawa serta kebudayaan yang dimilikinya sebagai bentuk identitas diri mereka sebagai orang Jawa yang berasal dari tanah
Jawa.
21 Suku jawa adalah suku bangsa yang terbesar di indonesia, tahun 2010, tercatat bahwa jumlah penduduk suku Jawa di Asahan kini mencapai kurang lebih 59,41 persen. Mereka yang bersuku Jawa sebagian besar banyak tinggal di desa-desa, perkebunan dan pinggiran kota dan sebagian kecil lainnya tinggal di kota. Matapencarian mereka pun beragam mulai dari petani, karyawan perkebunan, buruh pabrik, pedagang, pekerja rumahtangga, pegawai pemerintah, pegawai swasta dan sebagainya. Mereka yang bersuku Jawa ini tidak ingin disebut sebagai generasi kuli, penyebutan tersebut dianggap “menyakitkan” dan melukai perasaan mereka, meskipun sebagian memang berasal dari generasi pekerja kuli tetapi masih menjadi proses untuk berkembang.
Kehidupan masyarakat Jawa di Asahan juga tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara-upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, mulai dari dalam kandungan sampai kematian. Upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup ini masih banyak dilakukan masyarakat Jawa yang tinggal di perkebunan dan di desa-desa. Intensitas menggelar kegiatan seperti hajatan dan slametan tidak jarang ditemukan di pedesaan. Acara hajatan dan slametan yang dilangsungkan biasanya mulai dari lingkup kecil-kecilan yanghanya melibatkan kerabat dan tetangga dekat sampai yang berukuran besar yang melibatkan hampir seluruh warga desa, handai taulan, dan kerabat jauh.
2.5.1 Bahasa Yang Digunakan
Keturunan-keturunan masyarakat Jawa berpendapat bahwa bahasa Jawa adalah bahasa yang sangat penting bagi mereka sebagai modal komunikasi dan silahturahmi, khususnya orang-orang tua yang sangat menghargai orang-orang yang menuturkan bahasa mereka. Bahasa Jawa juga sangat mempunyai arti yang luas
Terdapat tiga bentuk utama tingkatan variasi bahasa Jawa, yaitu ngoko (“kasar”), madya (“biasa”), dan krama (“halus”). Namun , pada tingkat yang lebih spesifik lagi, terdapat
22 7 (tujuh) tingkatan dalam berbahasa Jawa, diantaranya: ngoko, ngoko andhap, madhya, madhyantara, kromo, kromo inggil, bagongan, kedhaton. Di antara masing-masing bentuk ini terdapat bentuk "penghormatan" (ngajengake, honorific) dan "perendahan" (ngasorake, humilific). Seseorang dapat berubah-ubah registernya pada suatu saat tergantung status yang bersangkutan dan lawan bicara. Status bisa ditentukan oleh usia, posisi sosial, atau hal-hal lain.
Sebahagian besar suku bangsa Jawa menuturkan bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan harian. Sebuah tinjauan pendapat yang dijalankan oleh Majalah Tempo pada awal dekad 1990-an menunjukkan bahawa hanya sekitar 12% daripada orang-orang Jawa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertuturan harian. Sekitar 18% menggunakan campuran bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, dengan yang lain menuturkan bahasa Jawa sebagai bahasa utama mereka. Keturunan-keturunan masyarakat Jawa berpendapat bahawa bahasa Jawa adalah bahasa yang sangat sopan dan mereka, khususnya orang-orang yang lebih tua, menghargai orang-orang yang menuturkan bahasa mereka. Bahasa Jawa juga sangat mempunyai erti yang luas.
Ada beragam bahasa yang di pakai oleh suku jawa, seperti orang jawa terkadang berbicara bahasa jawa dengan sesama orang jawa, dan kalau suku batak juga berbicara bahasa batak dengan orang batak, tetapi terkadang orang batak yang tinggal di kampung orang jawa di desa tersebut dengan mau tidak mau beradaptasi dengan suku setempat.
Tetapi ada sebagian orang jawa yang di daerah itu memakai bahasa Indonesia dan bercampur dengan bahasa jawa, dan bahasa jawa yang tidaklah seperti bahasa jawa yang asli di daerah pulau jawa mereka berbahasa jawa kasar istilahnya (ngoko), karena itu bahasa jawa nya tidak kelihat jawa halus lagi. Khusus masyarakat Jawa di Sumatra Utara ini, mereka merupakan keturunan para kuli kontrak yang dipekerjakan di berbagai wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayah Deli sehingga kerap disebut sebagai Jawa Deli atau
23 Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera). Sedangkan masyarakat Jawa di daerah lain disebarkan melalui program transmigrasi yang diselenggarakan semenjak jaman penjajahan
Belanda. Maka dari itu daerah Kabupaten Asahan masyarakat jawa sudah ada sejak zamann penjajahan Belanda.
2.5.2 Kepercayaan
Agama yang di anut suku jawa di Kabupatren Asahan adalah islam, ada juga ang menganuti agama Kristian, Protestan dan Katolik juga banyak, termasuknya di kawasan luar bandar, dengan penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan di kalangan masyarakat
Jawa. Terdapat juga agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen.
Kepercayaan ini pada dasarnya berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh agama
Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal kerana sifat asimilasi kepercayaannya, dengan semua budaya luar diserap dan ditafsirkan mengikut nilai-nilai Jawa sehingga kepercayaan seseorang kadang kalanya menjadi kabur.
Kalau di amati orang –orang jawa di desa, masih menganut yang namanya kepercayaan animisme atau yang mempercayai adanya roh halus, contohnya saja jika hari raya idul fitri sebagian orang jawa di desa ini masih ada yang membuat sesaji makanan taupun kemenyan pada hari pertama lebaran. Dan masyarakat tidak pernah menghilangkan ritual seperti itu karena menrut mereka itu adalah sesuatu yang sudah ada sejak dulu sejak zaman nenek moyang, maka mereka sampai sekarang mewarisi kepercayaan itu.
Dan peristiwa lainnya adalah ketika sesorang ibu yang hamil dan usia kandungannya sudah 7 bulan wajib diadakannya acara 7 bulanan yang acaranya memandikan ibu tersebut dengan air bunga dan membelah kelapa melihat jenis kelamin anak yang dikandungnya karena menurut orang tua saya sistem dahulu belum mengenal USG maka dari
24 itu cara melihat jenis kelamin apa bayi nya menggunakan belah kelapa di 7 bulanan. Sungguh banyak keunikan –keunikan yang di lihat dari suku jawa yang ada di desa padang halaban.
Keunikan lainnya pada bulan syuro atau kalau di kalender islam adalah bulan dzulhijjah kalau didalam bulan islam bulan syuro adalah bulan baik, tetapi dalam kepercayaan jawa bulan itu adalah bulan yang tidak baik mengapa karena setiap bulan itu datang dipercayai sebagai bulan yang penuh kesialan dan musibah, contohnya kita tidak boleh masuk rumah baru, kita tidak boleh melakukan acara pesta perkawinan, kita tidak boleh berpergian, misalnya jika kalau kita berpergian kita mengalami kecelakaan dan kecalakaan nya di bulan syuro maka itu salah satu dari kesialan di bulan itu, Eyang atau nenek selalu melarang berpergian kemana –man kalau bulan ini datang. Terkadang berpikir hal tersebut adalah bertentangan apa yang kita pikirkan di zaman semodren ini masih ada orang yang mempercayai hal mistis seperti itu.
2.5.3 Pekerjaan/status sosial.
Di Kabupaten Asahan orang Jawa biasanya ditemukan pada semua bidang. i,kebanyakan orang Jawa adalah petani. Ini adalah sebabkan oleh tanah gunung berapi yang subur di Jawa. Mata pencaharian masyarakat jawa yang lain adalah perkebunan, maka dari itu banyak penduduk yang bekerja di perkebunan kelapa sawit, kebanyakan suku jawa yang bekerja apalagi suku jawa dikenal sebagai suku yang rajin dalam bekerja, tidak dipungkiri kalau pada penjajahan Belanda suku jawa lah yang di pakai untuk membangun rel keretapi.
Ada juga penduduk yang bekerja di istansi pemerintahan, PNS,dll.
25 2.5.4 Susunan Lapisan Sosial
Masyarakat Jawa juga terkenal kerana pembahagian golongan sosialnya. Pada dekad
1960-an, Clifford Geertz, pakar antropologi Amerika Syarikat yang ternama, membahagikan masyarakat Jawa kepada tiga buah kelompok:
1.Kaum santri
2.Kaum abangan
3.Kaum priyayi.
Menurut beliau, kaum santri adalah penganut agama Islam yang warak, manakala kaum abangan adalah penganut Islam pada nama sahaja atau penganut Kejawen, dengan kaum priyayi merupakan kaum bangsawan. Tetapi kesimpulan Geertz ini banyak ditentang kerana ia mencampurkan golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Pengelasan sosialnya juga dicemari oleh penggolongan kaum-kaum lain, misalnya orang-orang Indonesia yang lain serta juga suku-suku bangsa bukan pribumi seperti keturunan-keturunan Arab,
Tionghoa dan India.
2.5.5 Sistem Teknologi
Sistem teknologi di Kabupaten Asahan sudah mengikuti perkembangan zaman, suku jawa di daerah tersebut tidak lagi Gaptek dengan teknologi zaman sekarang dengan adanya penyuluhan –penyuluhan tentang teknologi didaerah , yang diadakan kepala desa setempat.
Tetapi kalau dengan adat istiadat jawa, suku jawa masih memegang teguh adat istiadat tersebut apalagi dalam mendidik anak. Didesa tersebut masih ada orang tua yang menggap bahwa pendidikan tidak lah terlalu penting untuk anak perempuan, maka dari itu banyak di desa tersebut anak perempuan yang dijumpai sudah menikah atu sudah memiliki anak.
Kemajuan teknologi terkadang membawa pengaruh bagi penduduk sekitar contohya saja
26 handphone ,banyak penduduk yang salah menggunakan teknologi ini dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi orang jawa asli yang bertempat tinggal di Kabupaten Asahan tersebut ada juga masih yang memasak dengan api atau kayu bakar, padahal kepala desa setempat telah membagikan kompor gas dengan gratis. Suku jawa di desa padang halaban sebagian telah mengikuti kemajuan tekhnologi seperti internet, termaksud putra-putri nya. Jika diamati banyak penduduk yang sudah menggunakan sepeda motor kalau mau pergi kerja, sedikitlah yang masih menggunakan sepeda. Itu berarti desa Padang halaban telah menerima sisi positifnya globalisasi. Hanphone dan sepeda motor telah menjadi kebutuhan primer, setiap keluarga pasti memilikinya.
2.5.6 Sistem Pengetahuan
Kebanggaan orang Jawa tampaknya belum pudar di kabupaten ini. Sebagai salah satu suku di Indonesia dengan populasi paling tinggi sekaligus konon kabarnya paling tua dalam hal peradaban, kebudayaan Jawa tak bisa disangsikan kemajemukannya. Mulai dari aksara kuno, perhitungan tanggal dan bulan, ramal-ramalan sampai dengan peninggalan candi tertua ada di budaya satu ini.
Salah satu bentuk sistem pengetahuan yanga ada, berkembang, dan masih ada hingga saat ini, adalah bentuk penanggalan atau kalender. Bentuk kalender Jawa menurut kami, adalah salah satu bentuk pengetahuan yang maju dan unik yang berhasil diciptakan oleh para masyarakat Jawa kuno, karena penciptaanya yang terpengaruh unsur budaya islam, Hindu-
Budha, Jawa Kuno, dan bahkan sedikit budaya barat. Namun tetap dipertahankan penggunaanya hingga saat ini, walaupun penggunaanya yang cukup rumit, tetapi kalender
Jawa lebih lengkap dalam menggambarkan penanggalan, karena di dalamnya berpadu dua sistem penanggalan, baik penanggalan berdasarkan sistem matahari (sonar/syamsiah) dan
27 juga penanggalan berdasarkan perputaran bulan (lunar/komariah), dan sampai sekarang sistem itu masih adaa di desa ini.
2.6 Kebudayaan Dan Kesenian
Kebudayaan yang sering di pertunjukan adalah kesenian seperti tarian. Campur sariI, Ludruk, Jarana,nembang dan sebagainya, kebudayaan serupa kesenian ini dimaksudkan untuk mengobati kerinduan mereka akan kampung halaman serta menghibur diri selama diperantauan. Demikian juga halnya dengan adat istiadat yang mereka miliki senantiasa untuk bisa diterapkan dalam kehidupan mereka diperantauan. Kebudayaan dan kesenian ini adalah salah satucara adaptasi dengan penduduk lokal Asahan merupakan strategi utama agar kebudayaan Jawa yang mereka miliki dapat diterima.Kesenian asli suku jawa belumlah hilang dari kebudayaan karena mereka sangat menghargai adat, setiap ada hari –hari besar mereka selalu mengadakan pertunjukan kesenian contohnya:
A. Kesenian tipe jawa tengah
Wujud kesenian tipe jawa tengah bermacam-macam misalnya sebagai berikut:
1. Seni Tari Contoh: Seni tari tipe jawa tengah adalah tari serimpi dan tari bambang cakil, tari jaipong.
2. Seni Tembang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagu-lagu dolanan suwe ora jamu, gek kepiye dan pitik tukung.
3. Seni pewayangan merupakan wujud seni teater di jawa tengah.
4. Seni teater tradisional wujud seni teater tradisional di jawa tengah antara lain adalah ketoprak.
28 B. Kesenian tipe jawa timur
Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta madura juga bermacam-macam, misalnya sebagai berikut:
1. Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban, dan tari kuda lumping.
2. Seni pewayangan antara lain wayang beber.
3. Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti tanduk majeng (dari Madura) dan ngidung (dari Surabaya).
4. Seni teater tradisional antara lain ludruk dan kentrung.
C. Pakaian Adat/Khas Jawa
Suku Jawa mempunyai pakaian adat/tradisional yang sangat terkenal, yaitu kebaya.
Kebaya merupakan pakaian khas Jawa Tengah yang sangat terkenal, sehingga kini kebaya bukan hanya menjadi pakaian khas Jawa saja tetapi sudah menjadi pakaian adat nasional. Itu merupakan suatu bukti bahwa kebudayaan daerah merupakan bagian dari kebudayaan nasional. Dan banyak kita lihat di setiap acara perkawinan suku jawa kedua pengantin masih menggunakan pakaian adat suku jawa.
D. Kuda Lumping
Kuda Lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan.
Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet.
Keanehan kesenian ini adalah orang yang memerankannya akan mampu memakan kaca serta
29 rumput. Selain itu orang yang memerankannya akan dicambuk seperti halnya menyambuk
kuda. Biasanya kesenian ini dipimpin oleh seorang pawang. Kesenian ini merupakan
kesenian yang dalam memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat khusus, karena
merupakan kesenian yang cukup berbahaya.banyak pemuda desa yang ikut dalam kesenian
ini.
Kesenian ini sangat digemari oleh suku jawa di daerah saya, selain menarik dan
menantang banyak dari desa lain berbondong- bondong untuk menonton jika salah satu desa
membuat acara ini. Bangga menjadi suku jawa karena setiap adat istiadat dan kebudayaan
belum hilang, malah semakin di junjung tinggi karena suku jawa adalah suku yang menarik
dari kesenian dari suku –suku lain yang ada di Indonesia.
E. Reog
Di daerah Jawa Tengah terdapat kesenian yang disebut Reog,dan kesenian ini juga
sering di tampilkan di desa padang halaban pada acara-acara perkawinan,sunatan,dll.
kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan bodoran, serta diiringi dengan musik
tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang
mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan
membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah cerita lucu
atau lelucon. Banyak juga warga yang menyukai kesenian ini, dan suku batak yang ada di
daerah ini juga antusias dengan kesenian ini.
F.Campursari
Secara harfiah campursari artinya campur aduk, campur baur atau gabungan dari beraneka
macam dan ragam. Campursari merupakan salah satu bentuk kesenian musik yang
hidup berasal dari Jawa. Bentuk musik ini merupakan perpaduan permainan alat
30 musik berskala nada pentatonis (tradisional Indonesia) dan berskala nada diatonis
(Barat), dimana dalam musik ini para seniman mencoba memadukan dua unsur musik yang
berbeda untuk dapat memunculkan suatu bentuk musik yang baru. Campursari ini konon
dipopulerkan oleh Ki Narto Sabdo melalui pertunjukan wayang kulit yang dimainkannya,
namun musik campursari yang disuguhkannya masih dalam bentuk corak lama yaitu
perpaduan gamelan asli dengan keroncong. Sementara campursari yang ada
sekarang lebih dikenal dengan campursari modern yang dipopulerkan oleh
Manthous bersama saudara-saudaranya pada awal tahun 1993.
G. Upacara Adat
1. Selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, dimulai dengan upacara nujuh bulanan,
aqiqahan, potong rambut, turun tanah, terus berputar hingga sampai pada saat kematian orang
tersebut, mulai dari upacara sedekah surtanah, sedekah nelung dina, sedekah mitung dina,
sedekah matangpulung dina, sedekah mendak pisan, dan sedekah nyewu.
2. Selamatan yang diadakan dalam rangka bersih desa, penggarapan tanha pertanian, dan
setelah memanen padi.
3. Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari besar atau hari-hari keagamaan islam.
Seperti muludan, malam satu suro, dll.
4. Selamatan yang dibuat pada waktu-waktu tertentu dan bersifat insidentil, seperti saat
menempati rumah baru, mendapatkan rizki, dan saat sembuh dari sakit.
5. Sesajen adalah penyerahan sesaji pada waktu, tempat, dan keadaan tertentu dalam rangka
kepercayaan kepada makhluk halus. Tempat-tempat yang dipilih biasanya dipilih tempat
yang keramat, begitupun dengan waktu, biasanya dipilih waktu-waktu yang dianggap
keramat, seperti malam jum’at kliwon. Sesajen biasanya terdiri dari kembang, kemenyan,
cerutu, kopi hitam, teh, dll yang disimpan dalam besek ataupun daun pisang.
31 6. Kepercayaan terhadap kekuatan sakti dari benda-benda atau makhluuk hidup tertentu
(kesakten). Kepercayaan terhadap kemampuan seperti keris, gamelan, kereta kencana, bahkan pada burung perkutut.
7. Sadran adalah suatu upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa baru (juga Sunda, dan madura). Upacara ini dilakukan oleh orang Jawa, pada bulan sebelum bulan puasa
(reuwah/syaban). Upacara ini diisi dengan acara mengunjungi makam (nyekar) ke makam keluarga, kerabat, atau orang-orang yang dihormati. Biasanya orang Jawa non-muslim pun ikut melakukan upacara ini.
32 BAB III
MUSIK CAMPURSARI
3.1 Deskripsi dan Perkembangan Campursari
Sebelum penulis membahas campur sari wulandari penulis memulai dengan menerangkan kembali seperti Judul diatas Apa itu deskripsi campursari agar di dalam prosesnya nanti bahan tulisan ini dapat mudah di mengerti dan bisa memberi efek positif bagi pembaca terlebih untuk penulis sendiri. Deskripsi adalah satu upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Campursari adalah salah satu wujud kesenian musik yang tumbuh dan berkembang di daerah Jawa, Terutama Jawa Tengah,
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Wujud musiknya adalah gabungan dari alat musik irama pentatonic (tradisional Indonesia) dan irama nada diatonic (Barat). Dengan menggabungkan dua unsur musik yang berbeda jenis tadi menghasilkan jenis musik yang baru, yang disebut Campursari. Awalmulanya Campursari dikenalkan oleh Ki Narto Sabdo dengan Media Wayang. Pada saat itu Campursari ditampilkan masih dengan model lama yaitu dengan gabungan gamelan asli dan keroncong. Campursari pada zaman sekarang dikenal dengan istilah campursari moderen yang dipopulerkan oleh Manthous. Manthous dengan kepekaan musiknya, Ia berinovasi dengan Campursari gaya lama. Ia mencoba menggabungkan seperangkat Gamelan, Misalnya : kendhang, gong, gender di campur alat musik keroncong, Misalnya ukulele, cak- cuk, seruling, dll. Dari Inovasi tadi muncul
Campursari yang lebih baik, lagunya lebih enak didengar. Sehingga aliran campur sari ini dapat semakin berkembang, dan dikenal hampir diseluruh penjuru indonesia. Begitu pula sampai kesumatera dan kedaerah-daerahnya termasuk wilayah kabupaten asahan yang penduduknya juga banyak bersuku jawa. Seperti yg kita lihat kebudayaan mereka masih
33 dapat terjaga melalui berbagai kesenian salah satu didalamnya adalah campur sari yang menjadi pembahasan dalam karya tulis ini.
3.2 Tokoh-Tokoh Musik Campursari
1. Manthous
Gambar 3Manthous Tokoh Musik Campursari
Sumber: old.solopos.com
Manthous lahir di Desa Playen, Gunung Kidul pada tahun 1950. Ketika berusia 16 tahun, Manthous memberanikan diri pergi ke Jakarta. Pilihan utamanya adalah hidup ngamen, yang ia anggap mewakili bakatnya. Namun,pada tahun 1969 dia bergabung denganorkes keroncong Bintang Jakarta pimpinan Budiman BJ.
Kemudianpada tahun tahun 1976, Manthous yang juga piawai bermain bas mendirikan grup band Bieb Blues berciri funky rock bersama dengan Bieb anak Benyamin S.Bieb Blues bertahan hingga tahun 1980.Kemudian, Manthous bergabung dengan Idris Sardi,dalam grup
Gambang Kromong Benyamin S. Selain itu, sebelumnya ia pernah juga menjadi pengiring
Bing Slamet ketika tampil melawak dalam Grup Kwartet Jaya. Berbekal dari pengalaman itu, tahun 1993 Manthous mendirikan sendiri Grup Musik Campursari ” MajuLancar ”
Gunung Kidul.
34 Lagu-lagu Manthous
1. andeng-andeng 2. balen 3. bengawan solo 4. esemu 5. getun 6. kangen 7. kempling
8. lorobronto 9. mbah dukun 10. ngimpi 11. ojo di gondeli 12. ojo lamis 13. pak rebo
14. pantai asmoro 15. putro nuswantoro 16. sengit 17. sido opo ora 18. sluman-slumun slamet 19. tak eling-eling 20. yen ing tawang 21. anting-anting 22. becak solo 23. eling-eling emut 24. geblek kulon progo 25. gunung kidul handayani 26. kembang kecubung
27. langgam lego 28. jeruk purut 29. Methuk 30. ngidam sari 31. ojo gawe-gawe 32. ojo sembrono 33. Panjerino 34. Pripun 35. sakit rindu 36. setyo tuhu 37. simpang lima 38. tahu opo tempe 39. timbangono
2. Didi Kempot
Gambar 4 Didi kempot Tokoh Musik Campur Sari
Sumber: wartakota.tribunnews.com
Didi Kempot demikian panggilan akrabnya dari nama asli Didi Prasetyo,yang lahir di
Solo 31 Desember 1966 lulusan SMA. Anak dari Ranto Eddy
Gudel pelawak terkenal dari Solo adalah seorang pengamen. Dari sinilah Didiyang juga sebagai saudara dengan Mamiek Podang. Langgam jawa dan campursari Didi tidak hanya terkenal didalam negerinya sendiri melainkan juga sampai di Belanda dan Suriname.
35 Dikalangan masayarakat jawa dijuluki sebagai superstar, bahkan sewaktu Presiden Suriname ke Jakarta ia mendapat gelar sebagai Penyanyi Jawa Teladan.
Album pertama Didi pertama muncul pada tahun 1999, di dalamnya terdapat lagu Cidro dan Stasiun Balapan. Pada awalnya album Didi ini tidak mendapat respon dari beberapa pihak pedagang kaset karena mengusung aliran campursari yang berbeda dengan artis campursari yang terkenal sebelumnya, yakni Manthous. Dengan kata lain, albumnya yang mampu beredar hanya sedikit, namun hal ini malah membawa peruntungan baik karena album yang sedikit ini digemari oleh pasaran. Setelah itu, ia memutuskan untuk memantapkan diri menggeluti aliran musik ini dan belakangan, Didi menjadi salah satu icon dari music campursari.
Lagu-lagu Didi Kempot
1. aduh mana tahan 2. aku dudu rojo 3. anggar bini 4. arum dalu 5. awu merapi 6. janda baru.
7. nunut ngiyup 8. ilang tresnane 9. layang kangen 10. bapak 11. bojo gemati 12. bojo loro .
13. cidro 14. cintaku jauh di lampung 15. cintaku sekonyong koder 16. cintaku tak terbatas waktu 17. cucak rowo 18. kangen kowe 19. gethuk 20. hello sayang 21. iki weke sopo
22. lingso tresno 23. jambu alas 24. janji palsu 25. karindangan (prawan kalimantan).
26. kere munggah mbale 27. konangan 28. kucing gering 29. Kuncung 30. Lilo 31. lingsir wengi 32. nyidam sari 33. Malioboro 34. ono opo awakmu 35. Parangtritis 36. plong 37. pokoke melu 38. Selingkuh 39. stasiun balapan 40. sewu dino 41. sri minggat 42. taman jurug
43. tangise ati 44. tanjung mas ninggal janji 45. tanjung perak 46. tragedi tawangmangu 47. trimo ngalah 48. untuk apa lagi 49. wes ewes ewes
36 3. Kinarto Sabdho
Gambar 5 Kinarto Sabdho Tokoh Musik Campursari
Sumber: jateng.tribunnews.com
Ki Nartosabdho (lahir di Klaten, 25 Agustus 1925 – meninggal di Semarang, 7 Oktober
1985 pada umur 60 tahun) adalah seorang seniman musik dan dalang wayang kulit legendaries dari Jawa Tengah, Indonesia. Salah satu dalang ternama saat ini, yaitu Ki
Manteb Soedharsono mengakui bahwa Ki Nartosabdo adalah dalang wayang kulit terbaik yang pernah dimiliki Indonesia dan belum tergantikan sampai saat ini. Asal-usul Nama asli
Ki Nartosabdo adalah Soenarto. Merupakan putra seorang perajin sarung keris bernama
Partinoyo. Kehidupan masa kecilnya yang serba kekurangan membuat Soenarto putus sekolah dalam pendidikan formalnya, yaitu Standaard School Muhammadiyah atau SD 5 tahun.
Pada tahun 1945 Soenarto berkenalan dengan pendiri grup Wayang Orang Ngesti
Pandowo, yaitu Ki Sastrosabdo. Sejak itu ia mulai mengenal dunia pedalangan di mana Ki
Sastrosabdo sebagai gurunya. Bahkan karena jasa-jasanya membuat banyak kreasi baru bagi grup tersebut, Soenarto memperoleh gelar tambahan "Sabdo" di belakang nama aslinya.
Gelar itu diterimanya pada tahun1948, sehingga sejak saat itu namanya berubah menjadi
Nartosabdo. Ki Nartosabdo dapat dikatakan sebagai pembaharu dunia pedalangan di tahun
80-an.Gebrakannya dalam memasukkan gending-gending ciptaannya membuat banyak
37 dalang senior yang memojokkannya. Bahkan ada RRI di salah satu kota memboikot hasil karyanya. Meskipun demikian dukungan juga mengalir antara lain dari dalang-dalang muda yang menginginkan pembaharuan dimana seni wayang hendaknya lebih luwes dan tidak kaku.
Selain sebagai dalang ternama, Ki Narto Jg dikenal sebagai pencipta lagu-lagu Jawa yang sangat produktif. Melalui grup karawitan bernama "Condong Raos" yang ia dirikan.
Lahir sekitar 319 buah judul lagu (lelakon) atau gending
Lagu-lagu Ki Narto Sabdho:
1.Prau Layar 2. Swara Suling 3. Kelinci Ucul 4. Lesung Jumengglung 5. Entog Takkandani
Gundul 6. Gambang Suling 7. Mbok Yo Mesem 8. Mbok Jo Mesem 9. Ibu Pertiwi 10. Lagu
Warung Ayu 11. Sarung Jagung 12. Kupu Kuwi Aja Rame 13. Gugur Gunung Kebaya And
Batik 14. Judul Sawang Sawangan
4. Sonny Joss
Gambar 6 Sony Joss Tokoh Musik Campursari
Sumber: kapanlagi.com
38 Sonny Joss , penyanyi campursari yang memiliki cirri khas suara lembut dan terkesan sedih. Berbeda dengan pecampursari lainnya. sonny joss sangat professional dalam bermusik dan olah vokalterbukti dengan lagu-lagunya yang laris dipasaran hingga saat ini.
Lagu-lagu Sony Joss :
1. jujur 2. sulastri 3. saritem 4. kawin tunda 5. mesin rusak 6. madiun ngawi 7. sepurane
8. terminal probolinggo 9. nelongso 10. piring dibanting 11. lilo 12. istri teladan 13. rondo teles 14. kangen magetan 15. may-may 16. angge orong-orong 17. jogja-magetan 18. pak tukiran 19. udan deres 20. banjir lumpur 21. panen duit 22. Tembapesisir23. tulus 24. langit mendung kutho ngawi 25. Tsunami 26. Kontrakan 27. Gelo 28. aku bingung 30. nganggo klambi salah ukure 31. kembang warung kopi 32. ojo dumeh 33. mas rommy 34. ngamen sewu 35. Transmigrasi 36. Kapok 37. tekanan bathin 38. gombal mukiyo 39. layang kapindo
40. adem panas 41. alamat palsu 42. minggat43. separo kutho 44. wong ndeso
3.3 Campursari Sebagai Genre Musik Baru
Tahun 1990-an musik keroncong dan karawitan masih menyimpan masa keemasan dilihat dari fungsinya sebagai seni hiburan yang populer. Pada masa itu mulai ada kreasi- kreasi dari berbagai seni pertunjukan yang menggabungkan kedua jenis seni musik tersebut.Kreasi juga timbul pada masing-masing jenis dengan menciptakan komposisi baru yang tidak lazim dari segi bentuk, irama, laras, dan teknik menyajikannya. Musik keroncong dan karawitan masih ketat mempertahankan ansambelnya, baik berupa alat dan teknik bermusiknya. Terlihat sekali seniman-seniman seni musik ini masih setia menggunakan perang katakustik yang tidak memakai instrumen musik elektronik.
Kreasi-kreasi itu memunculkan pemikiran seniman untuk berbuat praktis dengan membawa serta kedua genre music dalam satu ansambel baru. Keinginan ini muncul untuk
39 mewadahi keinginan penikmat musik yang heterogen dalam memilih lagu. Seringkali penikmat musik salah sasaran karena meminta laguyang tidak bisa dilayani grup yang tampil.
Ambil saja contoh suatu orkes keroncong tidak dapat menyajikan repertoar lagu/gendhing yang biasa disajikan oleh karawitan/ gamelan. Begitupun sebaliknya, suatu grup karawitan tidak bisa menyajikan lagu keroncong atau lagu diatonic lainnya. Akhirnya muncullah musik campursari yang mana merupakan modifikasi alat-alat musik gamelan dikombinasi dengan instrumen-instrumen musik modern. Aransemen musik campursari lebih fleksibel karena mengandung musik tradisional dan modern, sehinggamusik campursari banyak digemari masyarakat dari tingkat masyarakat daerah hingga masyarakat kota. Pada awalnya, kehadiran musik ini memunculkan suatu kontroversi antara seniman dari musik tradisional dengan para pelaku musik kreatif. Karena hal ini dianggap menurunkan nilai-nilai tradisi yang terkandung dalam gamelan sebagai salah satu bentuk music istana. Namun, bagi seniman pelaku musik kreatif, hal tersebut bukan merupakan suatu penghalang yang berarti. Ketidak setujuan beberapa pihak akan perpaduan musik ini bukan berarti mengharuskan musik ini dicekal ataupun menjadi tidak boleh diperdengarkandalam kehidupan sehari-hari. Buktinya campursari dapat berkembang hingga meluas padamasyarakat dimana music itu berasal dan kemudian di luar kebudayaan musik itu berasal. Kendati munculnya pro dan kontra terhadap kemurnian aliran musik ini, namun semua pihak sepakat dan memahami bahwa campursari menghidupkan kembali musik-musik tradisional di wilayah tanah jawa. Karena musik campur sari merupakan musik yang mampu mengusung suatu etnisitas dan patut diterima oleh masyarakat luas tanpamenghapus identitas dari masyarakat pemilik musik itu sendiri.
Bentuk musik enak didengar dan dengan nuansa tradisi yang dibawa akhirnya musik ini diminati banyak orang dari berbagai kalangan di Indonesia.
Tak heran kalau selanjutnya muncul banyak kelompok musik campursari di daerah- daerah. Musik campur sari menjadi salah satu jenis musik komersial yang digemari oleh
40 masyarkat yang kebanyakan dari golongan social ekonomi menengah ke bawah dan banyak dijumpai dalam berbagai macam acara, seperti pesta pernikahan, promise wisata, perayaan hari-hari besar, dan lain-lain. Jenis-jenis lagu yang dinyanyikanpun bervariasi, sesuai permintaan tamu, seperti langgam jawa, keroncong, pop, dangdut, bahkan juga terkadang lagu berbahasa inggris.
Zaman keemasan musik campursari terjadi mulai pertengahan tahun 1990-an sampai awal tahun 2000-an. Campursari tidak lagi berwujud seperti campursari tahun 1960-an.
Masyarakat dapat memaknai sendiri ansambel campursari, grup organ tunggal yang menyajikan lagu-lagu pentatonic sudah dapat dikatakansebagai sebuah pertunjukan campursari, demikian juga pemakaian keyboard dengan kendang. Campursari yang yang mana sebuah genre musik baru yang menonjolkan percampuran antara musik tradisional danmusik modern secara tampilan memberikan hal yang berbeda dalam pertunjukan tidak hanya dalam variasi instrumen music yang digunakan,akan tetapi ada perbedaan juga dalam penggunaan kostum yang digunakan penyanyi maupun musisinya. Biasanya penyanyi keroncong atau karawitan (swarawati atau sindhen) menggunakan busana kain Jawa menurutukuran seperlunya tetapi, berbeda dengan penyanyi campursari, mereka merasa harusmenambahkan aksesoris lain untuk mempercantik penampilan.
Jadi musik campursari haruslah memilki ruh yakni nilai- nilai kearifan lokal yang tetapmelekat pada musik campursari (intrumen, kostum, dan lagu-lagunya). Akan tetapi, dalam perkembangannya saat ini memang hanya beberapa musisi campursari yang tetap mempertahankan ruh campursari. Sedangkan sebagian besar musisi campursari justru mengabaikan ruh tersebut, sehingga yang muncul kemudian adalah penyimpangan dalam berbagai pentas music campursari yang membuat efek negatif terhadap music campursari
Penggarapan karya dan penyajian campursari yang asal-asalan dan mengabaikan nilai-
41 nilailuhur justru akan menjerumuskan musik campursari ke jurang degradasi luhuran kesenian tradisional
3.4 Eksistensi Musik Campursari
Musik Campursari ini masih dapat dipertahankan atau kembali dipopulerkan dengan berbagai cara, antara lain :
• Membuat media promosi yang tepat, antara lain dengan mengikutsertakan atau menampilkan musik Campursari dalam berbagai acara baik yang sifatnya formal maupun informal dan nasional maupun internasional, sehingga kalangan public menjadi mengetahui dan tertarik dengan musik ini.Contohnya pada penyambutan duta besar asing atau membuat acara pameran kebudayaan Indonesia di negara- negara tetangga.
• Mendirikan sebuah organisasi yang bersifat mendidik dan melestarikan, seperti salah satu organisasi yang telah berdiri yaitu Asosiasi Campur Sari Indonesia (ACSI) namun dengan berdirinya organisasi seniman ini belum cukup untuk melestarikannya. Ada baikinya jika dibuat pula program pendidikan dalam program kerja organisasi tersebut seperti melatih anak-anak jalanan atau pengamen jalanan menggunakan alat musik dan memainkan musik Campursari.
• Melatih para seniman Campursari untuk meneliti minat pasar. Seperti kita ketahui bahwa minat pasar selalu mengalami perubahan sehingga dalam musik Campursari tersebut juga harus membuat inovasi atau perubahan-perubahan yang dapat menarik minat para pendengar.
42 3.5 Alat-Alat Musik Campursari
Berikut ini adalah alat-alat musik ( instrumen ) pada Campursari Wulandari
1. Bonang
Gambar 7 Alat musik Bonang
Sumber: Dokomenter Penulis
Bonang di kenal sebagai salah satu alat musik jawa timur. Alat musik ini di mainkan dengan cara di pukul seperti gong hanya saja dengan posisi di tidurkan. Ketika bonang ini di mainkan dalam sebuah ansambel musik, alat musik ini sering di gunakan sebagai alat musik penuntun dan pembawa melodi pokok untuk mengatasi pola nada yang akan dimainkan pada pertunjukkan campursari.
43 2.Kendang Ciblon
Gambar 8 Kendang Ciblon
Sumber: Dokumenter Penulis
Kendang ciblon adalah instrumen dalam campursari yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu.Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila dimainkan oleh satu orang dengan orang lain maka akan berbeda nuansanya
Pada musiik campursari kendang ini digunakan untuk mengiringi langgam & ladrangan.
44 3.Kendang Jaipong
Gambar 9Kendang Jaipong
Sumber: Dokumenter Penulis
Pengertian kendang jaipong ini sama halnya dengan kendang ciblon ,namun berbeda jenis lagu yang akan diiringinya. Dalam sebuah musyik campursari biasanya kendang jaipong ini untuk mengiringi lagu-lagu campursari yang agak cepat sedikit temponya dibandingkan dengan kendang ciblon, misalnya lagu bajing loncat ,walang kekek dll. Namun dalam perkembangannya saat ini kendang jaipong ini sangat identik dengan lagu-lagu yang berasal dari jawa tengah terutama daerah sragen yang terkenal dengan lagu-lagunya yang diberi nama
“SRAGENAN” contoh judul lagu-lagu sragenan : janjiku , ojo ngalamun , imbangono katresnanku,jangan koro dan masih banyak lagi .
45 4.Demung
Gambar 10 Demung
Sumber: Dokumenter Penulis
Dalam satu set gamelan biasanya terdapat 2 demung, keduanya memiliki versi pelog dan slendro. Namun dalam sebuah campursari kebanyak hanya menggunakan 1 saja ,tetapi masih ditambahi dengan sorok ,.fungsinya jika untuk memainkan gending pelog/slendro tinggal mengganti beberapa wilahan saja .Demung menghasilkan nada dengan oktaf terendah dalam keluarga balungan, dengan ukuran fisik yang lebih besar.
Demung memiliki wilahan yang relatif lebih tipis namun lebih lebar daripada wilahan saron, sehingga nada yang dihasilkannya lebih rendah. Tabuh demung biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu, lebih besar dan lebih berat daripada tabuh saron.
Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, menghasilkan jalinan nada yang bervariasi namun mengikuti pola tertentu. Cepat lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis gendhingnya. Pada gendhing
Gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan misalnya, demung ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati yang bernuansa cepat, demung ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu ditabuh pelan. Ketika sedang dalam kondisi imbal, maka ditabuh cepat dan keras.Dalam memainkan demung, tangan kanan memukul wilahan / lembaran logam dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya
46 untuk menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik ini disebut memathet (kata dasar: pathet = pencet)
5.Saron
Gambar 11 Saron
Sumber: Dokoment player info
Saron (atau disebut juga ricik) adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan. Dalam sebuah campursari biasanya terdapat 2 buah saron dan memiliki sorok yang fungsinya untuk memainkan gending / langgam bernada pelog atau slendro.
Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.
Cara memainkan saron sama halnya dengan cara memainkan depok/demung .
47 6.Gong
Gambar 12 Gong
Sumber: Dokumen player info
Gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending dan Bapak Merihadi juga menjelaskan sedikit tentang pilosofi gong ini dalam kehidupan yang artinya sama seperti kehidupan manusia dimana kita sebagai makhluk hidup yang berakal dan berbudi tidak lah dilihat dari status sosialnya ataupun seberpa kuatnya kita sebagai manusia karena apapun yang kita lakukan di dunia yang panah ini maka akan menuju kehidupan diakhir jaman yaitu akan kembali ke sang pencipta ataupun ke sang Agung seperti Gong ini sendiri dalam musik campursari apapun yang dimainan nada irama dan pola permainannya maka akan di tutup dengan pukulan akhir yaitu gong sebagai akhir dalam pemainan musik juga penyajiannya..
Di dalam campursari ini juga biasanya hanya terdapat satu buah gong besar saja dan cara memainkannya dipukul dengan menggunakan sebuah tabuh yang terbuat dari kayu yang
Diselimuti sebuah kain padaujung kayu tersebut agar menghasilkan suara yang mendengun
48 7.Gender
Gambar 13 Gender
Sumber: Dokumenter Penulis
Gender merupakan salah satu kelompok alat music idiophone,yaitu alat music yang sumber suaranya adalah badan dari alat music itu sendiri(bilah logam).adapun cara membunyikan ricikan gender adalah dengan dipukul pada bagian tengah permukaan bilah bilahnya menggunakan dua tabuh yang dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri.
8.Gitar Bass
Gambar 14 Gitar Bass Yamaha BB414
Sumber: m.inkuiri.com
49 Bass adalah alat musik dawai yang menggunakan listrik untuk memperbesar suaranya. Penampilannya mirip dengan gitar listrik tapi ia memiliki tubuh yang lebih besar, leher yang lebih panjang, dan biasanya memiliki empat senar (gitar listrik memiliki enam senar). Fungsinya dalam campursari sangat dibutuhkan untuk menggantikan posisi gong yang biasanya digunakan untuk memainkan gending atau ladrang didalam sebuah gamelan. Namun dalam campursari gitar bass ini selalu dimainkan dalam segela jenis lagu.
9.Gitar Elektrik
Gambar 15 Gitar Elektrik
Sumber: Dokumenter penulis
Gitar Elektrik adalah alat musik berdawai yang dimainkan dengan jari-jemari tangan atau sebuah plektrum (alat petik gitar). Bunyinya dihasilkan dari senar-senar yang bergetar dan di dukung sound serta efek gitar agar menghasilkan suara yang maksimal dan sesuai
50 karakter pada lagu. Dalam sebuah campursari , alat musik ini hanya dimainkan pada lagu dangdut saja.
10.Keyboard Yamaha PSR-E333
Gambar 16 Keyboard Yamaha PSR-E333
Sumber: gumtree.com
Keyboard berbeda dengan Grand Piano. Keyboard terlihat lebih kecil dan lebih ringan, sehingga sangat mudah untuk dipindahkan atau dibawa. Suara yang dihasilkanpun agak berbeda dibandingkan dengan grand piano.Alat musik Keyboard mendapatkan suaranya dari manipulasi kunci-kunci. Susunan Keyboard arahnya mengikuti logika, dari kiri nada- nada rendah, ke kanan nada-nada tinggi. Susunan kiri-kanan bass ke treble juga berlaku demikian.
Dalam sebuah campursari keybord inilah yang sangat dominan dan paling dibutuhkan, keyboard ini sama halnya dengan gitar bass .selalu dimainkan dalam segala jenis lagu yang ada dicampursari
51 11.Ketipung dangdut
Gambar 17
Ketipung Dangdut
Ketipung dangdut adalah alat musyik yang terbuat dari kayu,bisa juga dari pipa paralon namun alangkah enak dan pantasnya pasti dengan kayu. biasanya kayu yang digunakan adalah kayu nangka. ketipung terdapat 2 sisi berbentuk tabung yang satu kecil ukurannya dan yang kedua lebih besar. biasanya orang-orang menyebutnya dengan dut dan tak karena suaranya berbunyi dut untuk yang besar dan tak untuk yang kecil.
Cara memainkannya adalah dipukul dengan tangan,namun untuk memainkan pada bagian dut harus menggunakan jari.jadi untuk memainkan alat musyik jenis ini harus mempunyai ketrampilan yang khusus,karena yang dipakai adalah kekeuatan tenaga jari.
Pada perkembangan campursari alat musiik ini mulai ditambahkan guna untuk mengiringi lagu-lagu dangdut. Bisa dangdut campursari, koplo sragenan , pop yang didangdutkan, maupun lagu dangdut yang bener-bener dangdut .
52 11. Drum
Gambar 18 Drum
Sumber: Dokumenter Penulis
Drum adalah kelompok alat musik perkusi yang terdiri dari kulit yang direntangkan dan dipukul dengan tangan atau sebuah batang. Selain kulit, drum juga digunakan dari bahan lain, misalnya plastik. Drum terdapat di seluruh dunia dan memiliki banyak jenis, misalnya kendang, timpani, Bodhrán, Ashiko, snare drum, bass drum, tom-tom, beduk, dan lain-lain.
Pada sebuah campursari sebenarnya drum ini hanya berfungsi sebagai pelengkap saja . namun dalam perkembangannya alat ini selalu dimainkan dalam semua lagu-lagu campursari
,dari langgam ,sragenan ,sampaai dangdutan .Yang sering dipukul biasanya pada bagian hi- hatnya saja.
53 3.6 Kostum dan Aksesoris Pemain Campursari
1. Baju Surjan Lurik
Gambar 19 [ Bpk. Merihadi ] Kostum Pemain Campur Sari Laki-Laki
Sumber: Dokumenter penulis
Surjan adalah busana atas resmi adat Jawa untuk pria. Bahan dasar surjan terutama adalah lurik, meskipun dapat pula bahan bermotif kembang-kembang. lurik adalah kain dengan motif bergaris-garis kecil yang secara tradisional menjadi pakaian khas warga pria pedesaan di kalangan suku bangsa Jawa. Lurik berbahan dasar katun kasar sehingga menjadi kain bahan baju yang relatif murah dan terjangkau untuk masyarakat kecil. Selain baju surjan pemain campursari wulandari juga sesekali memakai baju rompi jawa seperti foto yang diambil penulis saat proses pengambilan dokumentasi foto saat pertunjukkan campursari ini.
54 2. Blangkon Yogyakarta
Gambar 20 Blangkon
Sumber: Dokumeter pribadi
Blangkon gaya Yogyakarta mempunyai mondolan pada bagian belakang blangkon.
Hal berdasarkan sejarah pada waktu itu di zamannya laki-laki Yogya memelihara rambut panjang kemudian diikat keatas, kemudian ikatan rambut disebut gelungan kemudian dibungkus dan diikat, lalu berkembang menjadi blangkon. Mondolan dibelakang juga dikaitkan dengan filosofi masyarakat jawa yang pandai menyimpan rahasia, tidak suka membuka aib orang lain atau diri sendiri karena ia akan serapat mungkin dan dalam bertutur kata dan bertingkah laku penuh dengan kiasan dan bahasa halus, sehingga menjadikan mereka selalu berhati-hati tetapi bukan berarti berbasa-basi, akan tetapi sebagai bukti keluhuran budi pekerti orang jawa.
Menurut bapak merihadi sendiri mengenai blangkon yang di kenakan pada campursari waulandari secara keseluruhan juga tidak terpatok dengan satu jenis blankon dari jogja ini, di karenakan para personil campur sari wulandari tidak hanya keturunan jawa wonogiri atau jogja,melainkan beragam dari jenis suku jawanya sendiri dalam artian mereka bebas memakai blankon jenis apa saja sesuai identitas suku jawa mereka sendiri. Namun bapak Merihadi khususnya wajib memakai blangkon ini sebagai pembawa acara dan selaku pimpinan dalam paguyuban seni mereka ini.
55 3.Baju Kebaya
Gambar 21 Kebaya
Sumber: Dokumenter pribadi
Baju kebaya yang digunakan penyanyi adalah kebaya seperti ini dalam artian tidak seperti kebaya-kebaya pada acara upacara-upacara adat jawa yang biasanyai wanita memakai sanggul dan aksesoris lainnya untuk menambah nilai . Karena di campursari wulandari ini penyanyi tidak hanya menyanyikan lagu-lagu jawa saja tetapi juga menyanyikan lagu-lagu modern dan dangdut masa kini. Pada campursari wulandari kebaya yang digunakan juga kebaya seperti gambar di atas dberdasarkan foto dokumentasi dari penlis untuk kebaya yang di pakai penyanyi saat pertunjukkan campursari wulandari.
56 3.7 Fungsi Musik Campursari
Ada 2 macam Fungsi Yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder.
A. Fungsi Primer
1. untuk melestarikan budaya bangsa terutama musik keroncong dan gamelan (seni
karawitan).
2. Sebagai sarana ritual;
3. Sebagai sarana hiburan pribadi; dan
4. Sebagai prosentasi estetis.
B. fungsi sekunder terdapat sembilan fungsi, yaitu :
1. Sebagai pengikat solidaritas kelompok
2. Sebagai pembangkit rasa solidaritas bangsa
3. Sebagai media komunikasi bangsa
4. Sebagai media propaganda keagamaan
5. Sebagai media propaganda politik
6. Sebagai media propaganda program-program pemerintah
7. Sebagai media meditasi
8. Sebagai sarana terapi dan
9. Sebagai perangsang produktivitas.
57 BAB IV
PERKEMBANGAN PAGUYUBAN CAMPURSARI WULANDARI
4.1 Sejarah Paguyuban Campursari Wulandari
Campursari wulandari ini berawal dari kesenian kuda lumping pada awalnya pada tahun 1998 yang bertempat di Desa Suka Damai, Kecamatan Pulo Bandring, Kabupaten
Asahan. Bapak Merihadi adalah salah satu orang yang mampu untuk berkomunikasi denganroh halus sehingga ia mampu memasukkan roh halus tersebut ketubuh para pemain kuda lumping dan sekaligus dapat mengeluarkan roh halus dari tubuh para pemain kuda lumping tersebut (gambu). di pertunjukkan kuda lumping tersebut. Seperti kita ketahui kuda lumping itu sendiri adalah kebudayaan jawa yang mana sangat berhubungan dengan dunia gaib atau terdapat komunikasi,reaksi,dan aksi roh gaib kedalam tubuh manusia sehingga dapat melakukan hal yang tidak wajar seperti contohnya makan kaca,mengupas kulit kelapa dengan gigi, gerak akrobatik, sampai rentan dengan suara peluit sehingga jaranan atau orang yang menjadi kuda lumping tersebut mengejar sumber suara peluit yang disengaja mengganggunya dan tidak jarang sampai melukai orang yang memainkan peluit tersebut.
Menurut penjelasan dari Bapak Merihadi perlahan di tahun 2003 istri,keluarga,dan orang2 terdekat beliau menyarankan agar pertunjukkan budaya tersebut tidak lagi di teruskan atau di berhentikan karna sangat berlawanan dengan nilai serta norma Agama beliau sekeluarga yang mememeluk agama islam atau muslim. dan akhirnya di tahun 2004 bapak
Merihadi menyadari kecintaannya dengan budaya Jawa ini tidak bisa di teruskan,menginggat rasa kekeluaragaan dan Agama yang begitu kuat pula sehingga perlahan kuda lumping
58 tersebut bubar dan bapak Merihadi ini memulai beralih merubahnya menjadi Paguyuban
Campursari Yaitu Campursari Wulandari.
4.2 Deskripsi Campursari Wulandari
wulan berarti bulan dan dadari adalah indah, elok, atau cantik maka dapat di artikan bahwa campursari wulandari yaitu bulan yang merona indah. Didalam campur sari ini terdapat juga keunikan yang mana ada satu sesi di awal dan akhir acara pertunjukkan menggunakan tarian kuda lumping tanpa memasukkan roh gaib ketubuh penari taersebut yang tadi sudah di bahas di atas bahwa kuda lumping adalah awal mula berdirinya campur sari. Di tarian kuda lumping tersebut terdapat doa atau tarian dimana pengharapan sehat sentosa, kebahagiaa, dan kerukunan bagi orang yang berhazat pesta khitan,pernikahan,atau acara yang lainnya. Campursari wulandari ini berbentuk paguyuban yang berasal dari bahasa jawa yaitu kata Guyub yang artinya kumpul atau perkumpulan rukun.
Maka di dalam campurcsari wulandari ini sangat terlihat tali persaudaraan yang erat antar pemain pemilik dan tim secara keseluruhan menjadi keluarga didalamnya. Bapak
Suhedy selaku pemilik sekaligus petua paguyuban ini mengatakan atas dasar rasa kecintaannya dengan budaya ini maka menjadikan kebudayaan jawa campursari ini sebagai sarana komunukasi dan yang paling penting silahtuhrahim dari orang orang jawa yang berada di sumatera atau yang sering disebut Putera Jawa Kelahiran Sumatera (PUJAKESUMA).
Kkususnya wilayah kabupaten Asahan dan sekitarnya. Dan trerlihat orang jawa di daerah pemukiman kecamatan sidodadi tersebut kerukunan dan sosial yang baik terjalin dengan baik sistem kekerabatan dan tali persaudaraan sebagai gaya hidup yang sangat berbeda dengan kehidupan kota dan menurut beberapa orang yang saya tanya mengenai ini, ternyata bapak
Merihadi ini termasuk tokoh masyarakat yan arif,bijaksana dan dapat di tuakan sebagai orang yang paham budaya dan berdampak positif bagi lingkungan. Hingga saat ini Paguyuban
59 Campursari Wulandari tetap berdiri dan menjadi kumpulan keluarga atau paguyuban yang baik di desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.
Gambar 22 Pertunjukkan Campursari Wulandari
Sumber: Dokumenter penulis
Gambar 23 Pengambilan Foto Pertunjukkan Campursari Wulandari
Sumber: Dokumenter penulis
60 Gambar di atas adalah saat pertunjukkan campur sari dalam rangka merayakan hari kemerdekaan 17 Agustus 2018 di Desa Suka Damai tempat kediaman mereka untuk menghibur warga desa dan merayakan Hari Ulang Tahun Indonesia yang ke Ke 73
Gambar 24 Partitur musik dalam bentuk angka pada Campursari Wulandari Sumber: Pemberian Narasumber yaitu Bapak Merihadi & karya beliau
Gambar di atas adalah contoh partitur musik dalam bentuk angka karya campursari wulandari, sebelum group ini memulai pertunjukkan mereka musik instrumental ini yang biasanya di mainkan terlebih dahulu tanpa penyanyi. Penulis pernah merasakan suasana di tempat yang sama dengan audiens menonton campursari wulandari ini. Mereka benar-benar dapat menciptakan suasana seakan-akan di perkampungan pulau jawa dengan musik yang dimainkan sesuai partitur diatas dan ini adalah konsep musik yang di buat oleh bapak
Merihadi Sendiri.
Sedangkan lagu-lagu yang sering dibawakan group campursari ini pada pertunjukkan mereka biasanya adalah karya dari tokoh-tokoh musik campursari indonesia seperti
Manthous, Didi Petet, Kinarto Sabdho, dan Sonny Joss yang telah ditulis oleh penulis Di bagian awal Pada bab ini yang dijelaskan sebagai tokoh musik campursari. Berikut lagu-lagu yang sering dibawakan Campur Sari Wulandari dalam bentuk tabel:
61 Tabel 5 Daftar Lagu Yang Sering Dibawakan Campur Sari Wulandari
No Judul lagu Arti Lagu Pencipta 1 Andeng-andeng Tahi Lalat Manthous 2 Balen Kembali Manthous 3 Tak Eling-eling Ku Ingat-ingat Manthous 4 Tahu Opo Tempe Tahu Apa Tempe Manthous 5 Ojo Sembrono Jangan Sembarangan Manthous 6 Ilang Tresnane Hilang Perasaannya Didi Petet 7 Bojo Loro Dua Istri Didi Petet 8 Sewu Dino Seribu Hari Didi Petet 9 Awu Merapi Abu Merapi Didi Petet 10 Anggar Bini Pamer Istri Didi Petet 11 Wong Ndeso Orang Desa Sonny Joss 12 Nelongso Kasihan Sonny Joss 13 Udan Deres Hujan Deras Sonny Joss 14 Ojo Dumeh Jangan Mentang-mentang Sonny Joss 15 Minggat Kabur Sonny Joss 16 Swara Suling Suara Suling Kinarto Sabdho 17 Prau Layar Perahu Layar Kinarto Sabdho 18 Mbok Yo Mesem Ya Tersenyumlah Kinarto Sabdho 19 Kelinci Ucul Kelinci Lepas Kinarto Sabdho 20 Sawan-sawangan Saling Pandang Kinarto Sabdho Sumber: Hasil Wawancara dengan Informan 1
Di dalam perkembangan Paguyuban Campursari ini penulis juga menggali informasi tentang manajemen yang di gunakan group kesenian ini guna mengetahui lebih detail secara keselurhan dan secara struktural agar nantinya dapat membantu pembaca dapat lebih memahami isi tulisan ini, terlebih untuk saya sendiri sebagai penulis sebagai nilai observasi lapangan dan keterampilan bertanya jawab dalam prosesnya ini.
62 4.3 Manajemen Paguyuban Campursari Wulandari
4.3.1 Definisi Manajemen
Sebelum membahas manajemen paguyuban campursari wulandari penulis terlebih dahulu mendefinisikan manajemen dan beberapa aspek mengenai manajemen agar pembahasan pada tulisan ini dapat dengan mudah di mngerti.
Kata manajemen (bahasa Inggris) adalah management berasal dari kata kerja to manage yang artinya mengatur, mengelola,mengendalikan sesuatu. Istilah-istilah yang berbeda pada prinsipnya memiliki kesamaan sudut pandang yaitu mengendalikannya, yang sesuatu itu masih bersifat sangat luas. Sesuatu itu diartikan mengendalikan keuangan organisasi, mengendalikan masyarakat dan sebagainya. pada dasarnya manajemen itu penting, karena: (1) pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya, (2) perusahaan akan dapat berhasil, jika manajemen ditetapkan dengan baik, (3) manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki, (4) manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan, (5) manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan memanfaatkan manusia, model, mode, material, sarana dan prasarana, dan pasar, (7) manajemen menjadikan pencapaian tujuan secara teratur, (8) manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan, (9) manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama kelompok. Manajemen sangat penting untuk mengatur semua kegiatan dalam rumah tangga, sekolah, koperasi, yayasan, perbankan, pemerintahan dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut pada dasarnya tidak dapat dikerjakan sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini mencakup kelangsungan yang menjadi sebuah kebutuhan dalam sebuah kerja sama kelompok. Dengan manajemen yang baik maka pembinaan kerja sama akan serasi dan harmonis, saling menghormati danmencintai sehingga tujuan optimal dapat tercapai.
63 Menurut George Terry (dalam Jazuli 2001:35) merumuskan fungsi dasar manajemen sebagai proses dasar. Fungsi-fungsi tersebut antara lain: 1)Perencanaan (Planning), 2)
Pergerakan (actuating), 3)Pengawasan (controling). Perencanaan (planning) adalah suatu rangkaian tindakan sebelum usaha dimulai sehingga proses usaha masih berlangsung. Pada hakikatnya perencanaan merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang menjadi dasar bagi aktivitas mendatang. Pengorganisasian adalah proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat oleh hubungan formal dalam rangkaian hierarki untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hierarki menunjukkan bahwa dalam organisasi selalu ada struktur yang mefmelukiskan interaksi, kegiatan, peranan, dan sifat organisasi. Struktur dalam sebuah organisasi, tujuan sangat penting dirumuskan secara spesifik karena segala aktivitas organisasi berakhir pada tujuan.
Pergerakan (actuating) adalah tindakan-tindakan yang menyebabkan suatu organisasi bisa berjalan sehingga semua yang terlibat dalam suatu organisasi harusberupaya ke arah sasaran agar sesuai dengan perencanaan. Pengawasan (Controling) adalah kegiatan manajer atau pemimpin dalam mengupayakan agar pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan tujuan yang telah ditentukan. Teori mengenai fungsi manajemen dapat digunakan untuk membahas fungsi manajemen kelompok musik.
4.3.2 Fungsi Manajemen
Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia itu mendorong terjadinya kerjasama antara sesama manusia dalam membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab. Dalam kegiatan kerjasama tersebut maka terbentuklah kerja sama dan keterkaitan formal dalam suatu organisasi. Di dalam organisasi inilah semua pekerjaan berat dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut.
64 Manajemen sangatlah penting didalam kehidupan manusia ini agar terciptanya keteraturan dan tercapainya sebuah tujuan. Dengan manajemen yang baik, maka muncul sebuah sinergi antara satu manusia dengan manusia yang lain yang serasi, harmonis dan saling menghormati agar mampu mencapai tujuan dari organisasi dengan baik dan lancar.
4.4 Hasil Wawancara Mengenai Manajemen Pagguyuban Campursari Wulandari
Setelah penulis melakukan wawancara langsung dengan bapak Merihadi di rumah kediaman beliau ada beberapa pertanyaan yang saya ajukan, Diantaranya mengenai struktur keorganisasian dan keuangan grup campursari ini. Beliau menjawab dengan begitu langgam dalam bahasa indonesia memberi kesan sejuk, begini jawab beliau”
Di sini kami adalah keluarga seperti halnya keluarga pada rumah tangga hanya saja yang membedakan di grup ini adalah grup kesenian yang berusaha untuk dapat menghibur orang dan mempertahankan kebudayaan kami bicara struktur beliau sebagai orang yang paling tua sekaligus pendiri dipercaya untuk menjaga keutuhan grup ini, beliau juga memperjelas struktur organisasi hanya meliputi ketua, sekertaris, bendahara, pelindung dan anggota. Kami mengoptimalkan uang keluar dan masuk hanya pada saat mereka mendapat panggilan job atau diminta mengisi suatu acara lalu berapapun hasil yang mereka dapat mereka membagi semua dengan sama rata kurang lebih lima belas orang.
4.5 Manajemen Paguyuban Campursari Wulandari
Grup musik campur sari wulandari dalam pengelolahannya meliputi pengumpulan anggota, jadwal latihan, jadwal pementasan dan persiapan alat musik, dan lain sebagainya.
Adanya manajemen didalam grup ini sangat membantu dalam menyelesaika segala urusan baik dari dalam seperti antar personil, crew, pemilik grup dan seluruh pihak yang terlibat di
65 dalam paguyuban campursari ini yang berperan seiring kemajuan dan berjalannya grup campursari wulandari ini.
4.5.1 Struktur Organisasi Paguyuban Campursari Wulandari
Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian maupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi, group, komunitas, atau kumpulan manusia yg memiliki hubungan kerja atau atau sejenisnya dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Struktur organisasi dapat menggambarkan secara jelas pemisahan kegiatan dari pekerjaan antara yang satu dengan kegiatan yang lainnya dan juga bagaimana hubungan antara aktivitas dan fungsi kedudukan atau posisi yang memiliki tugas masing-masing. Dalam grup campursari wulandari ini terdapat sebuah struktur organisasi. Adanya struktur organisasi ini bertujuan untuk mengelola beberapa tugas untuk memenuhi kebutuhan grup musik ini.
Adapun bentuk dari Struktur Organisasinya adalah sebagai berikut:
T abel 6 Struktur Organisasi Campursari Wulandari
KETUA : BAPAK MERIHADI 1. RAMADHANI 2. JAYUS 3. KUDEL SEKERTARIS : RAHMAT ADITYA 4. TAGINO 5. WAGE PRADANA 6. NOKAS BENDAHARA : SUNARTI 7. IBNU TARIDI 8. SANDI 9. ARIF MAULANA 10. YANTI TUYEM PELINDUNG : IPTU RAMLAN 11. NUR CEMPLUK 12. NURMAWAN 13. PANJUL ANGGOTA 14. SUGIONO
Sumber : Wawancara
66 4.5.2 Daftar Personil Campursari Wulandari
Tabel 7 Daftar Personil Campursari Wulandari
DAFTAR NAMA ALAT MUSIK YANG DIMAINKAN DAN
TUGAS DI LAPANGAN
Ibnu Ramadhani Drum & Ketipung Dangdut
Jayus dan Kudel Gitar
Bpk. Tagino Bass
Wage Pradana Gendang Jawa
Bpk. Nokas Saron
Bpk. Tariadi Demung
Bpk. Sani Gong
Arif Maulana Keyboard
Ibu. Yanti Tuyem Vocal
Ibu. Nur Cempluk Vocal
Ibu. Sunarti Vocal
Bpk. Sugiono Gender
Bpk. Merihadi Pembawa acara/Dalang
Bpk. Irpan Teknisi Alat Musik
Bpk. Iwar Teknisi Lapangan
Sumber: Tanya jawab dengan Narasumber
67 4.6 Proses Latihan
Proses latihan yang dilakukan grup musik ini yaitu memilih lagu yang akan di bawakan pada pertunjukkan yang akan di gelar dalam beberapa kurun waktu yg akan datang.
Melakukan tindakan manajemen hingga lagu yang dibawakan saat pementasan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan, tindakan manjemen tersebut antara lain:
Planning, pada tahapan ini seluruh personil grup band ini mempersiapkan dan membahas
materi yang akan digarap, berupa: Lagu yang akan dibawakan, aransemen lagu, dan
kostum dengan mempertimbangkan akan pentas di acara seperti apa.
2. Program, dalam penggarapan materi lagu, grup campursari wulandari ini menentukan
beberapa hal antara lain: menentukan jadwal latihan, jadwal breefing sehingga diharapkan
materi atau lagu telah siap dalam waktu yang telah ditentukan sebelum dipentaskan di
depan publik. Kendala dalam pemilihan lagu adalah banyaknya permintaan dari klien yang
tidak sesuai dengan genre yang dibawakan oleh grup musik ini. Solusi dari pihak
management adalah mengaransemen permintaan lagu dari klien agar sesuai dengan genre
campursari dan dapat untuk dinikmati sesuai dengan konsep acaranya.
Proses latihan ini sangat efisien bagi mereka karena di dalam keseharian mereka juga harus menjalani aktivitas di rumah tangga masing-masing serta dalam pekerjaan sehari-hari sehingga bapak Merihadi berupaya memaksimalkan waktu yang tidak begitu lama ini untuk latihan yang serius demi kebaikan bersama didalam paguyuban seni yang mereka miliki ini.
68 4.7 Kebijakan Jadwal Latihan dan Tarif Untuk Jasa Pertunjukan Hiburan
Campursari Wulandari
Kebijakan yang dimaksud adalah kebijaksanaan dari manajemen untuk membebaskan para personil campursari wulandari untuk melakukan aktivitas sehari-hari berkumpul bersama keluarga, bekerja, dan aktivitas lain tanpa mengganggu aktivitas di grup wulandari apa bila mendapat panggilan job dalam artian membagi waktu latihan dan sebagainya.
Kebijaksanaan ini dilakukan karena seluruh personil mempunyai kesibukan yang berbeda. jadwal latihan dan jadwal pementasan disesuaikan dengan kesibukan para personil.
Kebijaksanaan lain dari manajemen grup campursari wulandari yaitu menggunakan additional player atau pemain pengganti sementara ketika ada salah satu personil yang tidak dapat meninggalkan kegiatannya diluar grup campursari wulandari. Perekrutan additional player atau pemain pengganti yang dilakukan minimal satu minggu sebelum pementasan agar additional player atau pemain pengganti dapat mengikuti proses latihan. Perekrutan additional player atau pemain pengganti ini harus disetujui oleh seluruh personil grup campursari wulandari.
Kebijaksanaan manajemen grup campur sari wulandari dalam setiap prosesnya juga meliputi kebijakan keuangan. Keuangan yang dikelola sendiri oleh pihak manajemen
(bendahara) telah disepakati bersama dengan seluruh anggota grup campursari wulandari.
Kebijaksanaan tersebut bertujuan agar terjadi pemerataan dana yang masuk ke pihak manajemen dan dana pengeluaran yang di keluarkan oleh pihak manajemen guna memenuhi kebutuhan paguyuban campursari wulandari.
Setiap penampilan, pemasukan yang diperoleh untuk khas adalah 350 ribu rupiah dan itu untuk semua biaya seperti transportasi, perawatan alat, kostum, dan konsumsi sewaktu latihan kemudian dibagi sama rata yaitu sisa dari potongan yang jumlahnya 350 ribu rupuiah
69 tersebut. Tarif dari pertuunjukan campursari wulandari ini harganya tergantung dari acara yang di isi seperti acara pesta keluarga pernikahan, khitan, dan ulang tahun biasanya harga untuk memanggil paguyuban campursari wulandari berkisar 4 sampai 5 juta rupiah.
Sedangkan acara yang besar seperti acara pemko, syukuran hari besar, acara diluar kota yang memakan waktu perjalan samapai 1 harian biasanya mereka di bayar dengan harga 8 sampai
12 juta. Dari hasil pendapatan itu pembagian yang rata akan semakin membantu perekonomian personil secara individu, dan semakin mempererat hubungan kekeluargaan didalam Paguyuban Campursari Wulandari ini.
Gambar 25 Sumber : Dokumenter penulis
Paguyuban Campur Sari Wulandari dan Kontak Person Untuk Pemesanan Jasa Pertunjukkan
Di desa Suka Damai Kecamatan Pulo Bandring Kaqbupaten Asahan.
70 BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan- penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya maka pada bab ini disimpulkan mengenai hasil penelitian. Kesimpulan ini adalah untuk menjawab pokok-pokok permasalahan, yaitu yang pertama adalah Bagaimanakah keberadaan
Paguyuban campursari wulandari? Dan yang kedua adalah Bagaimanakah Pengelolahan
Manajemen Paguyuban Campursari Wulandari?
1. Campursari Wulandari ini berada di Desa Suka damai Kecamatan Pulo Bandring
Kabupaten Asahan. Desa Suka damai adalah salah satu desa di kabupaten asahan yang mayoritas masyarakatnya bersuku jawa sehingga kesenian yang ada dan berkembangpun merupakan kesenian jawa yang mendarah daging bagi mereka. Seperti paguyban Campur
Sari Wulandari. Walaupun awalnya campursari ini adalah bentuk perubahan dari seni tradisi kuda lumping namun masyarakat tetap membuat kesenian mereka tidak luntur dan berupaya melestarikannya dengan sebaik mungkin.
2. Adapun Manajemen pada Campursari Wulandari mencakupi struktur organisasi, daftar personil, proses latihan, kebijakan jadwal latihan dan pembagian uang hasil pertunjukkan
Yang di optimalkan secara baik dalam pengolahan yang sederhana namun transparan bagi seluruh anggota Campursari Wulandari
71 5.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam membuat tulisan mengenai deskripsi dan manajemen pertunjukkan campursari wulandari oleh Bapak Merihadi. Untuk itu, bagi para peneliti selanjutnya diharapkan untuk semakin menyempurnakan bahasan tentang Paguyuban campursari ini.
Penulis jugh mempunyai beberapa saran kepada pembaca lainnya, yaitu agar kebudayaan campurssari tetap dipertahankan eksistensinya dan bisa merasakan bahwa hal ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang seharusnya dijadikan milik bersama, sehingga setiap etnis yang ada di seluruh Indonesia tetap hidup dan terus berkembang.
Semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap apresiasi budaya dan pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan dibidang Etnomusikologi secara khususnya.
72 DAFTAR PUSTAKA
Asa, Arthur Bager. 2010. “Pengantar Semiotika: Tanda-tanda Kebudayaan Kontemporer”
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta.
Bakar, Abdul Latiff Abu. 2006. Aplikasi Teori Semiotik dalam Seni Pertunjuka.
Etnomusikologi (jurnal Ilmu Pengetahuan dalam Seni Pertunjukan),(53), 45-51.
Damanik Erond L.2016. Ritus peralihan Upacra Adat Simalungunn Seputar Kelahiran,
Perkawinan dan Penghormatan Kepada Orangtua Serta Kematian. Medan:Simentri
Institute.
Depdikbud, 2005.Kamus Besar bahasa Indonesia.Jakarta balaipustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa
James. 1997. “Metode Etnografi” Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. 2009. “Pengantar Ilmu Antropologi”. Jakarta: Rineka Cipta.
Manik, Kepler H. 2002. Kajian Tekstual dan Musikal Dodingni Paragat Pada Masyarakat
Simalungun. (Skripsi). Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.
Mardalis. 2006. “Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal)”. Jakarta: Bumi Aksara.
Malm. William P. 1977. Music Culture of the Pasific, the Near East, and Asia (terjemahan).
Medan. Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
(terjemahan takari).
Purba, Anna. 2014 “Analisis Musikal dan Tekstual Dampeng Pada Upacara Adat Perkawinan
Suku Pesisir di Kota Sibolga. (Skripsi) Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.
Purba, Kezia. 2014. “Analisis Musikal Dan Tekstual Marsialopari Karya Taralamsyah
Saragih” (Skripsi). Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.
73 Sihombing, Ricky. 2016. “Fungsi Sosial Musik Populer Dalam Upacara Adat Perkawinan
Masyarakat Toba Di Saribudolok” (Skripsi). Medan: Fakultas Ilmubudaya USU.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tantawi, Isma. 2014. “Bahasa Indonesia Akademik”. Medan:CIptapustaka Media. www.ethnomusicology.org repository.usu.ac.id\
74 DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Merihadi Usia : 58 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta ( Ketua Campursari Wulandari ) Alamat : Desa Suka Damai, Kec. Pulo Bandring
2. Nama : Sulastri Usia : 37 Tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga ( Penyanyi ) Alamat : Desa Aek Demuli, Kec. Air Batu
3. Nama : Sugiono Usia : 42 Tahun Pekerjaan : Kayawan Perkebunan ( Pemain Gender ) Alamat : Desa Pulahan Kec. Air Batu
4. Nama : Wage Pradana Usia : 27 Tahun Pekerjaan : Drumer dan Pemain perkusi ( Ketipung Dangdut ) Alamat : Kisaran Jln. Cokro
5. Nama : Arief Maulana Usia : 32 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta ( Pemain Keyboard ) Alamat : Air joman
75