1

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE ABA TA TSA DAN METODE IQRA’ DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI LTQA AL-HIKMAH DAN LTQA AT-TAQWA SELATAN

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh ENDANG NIM : 102011023445

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2

1428 H / 2007 M

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE ABA TA TSA DAN METODE IQRA’ DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI LTQA AL-HIKMAH DAN LTQA AT-TAQWA JAKARTA SELATAN

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh ENDANG NIM : 102011023445

Di Bawah Bimbingan

Drs. Abdul Haris, M.Ag NIP : 150275608

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1427 H / 2007 M

3

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul : EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE ABA TA

TSA DAN METODE IQRA’ DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI

LTQA AL-HIKMAH DAN LTQA AT-TAQWA JAKARTA SELATAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana program strata I ( SI ) pada Jurusan

Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 16 Februari 2007

SIDANG MUNAQASAH

Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota

Prof. Dr. Dede Rosyada Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP. 150 231 356 NIP. 150 202 343

Penguji I Penguji II

4

Prof. Dr. Muardi Khotib, MA Drs. Muarif Syam, M.Pd NIP. 150012950 NIP.150268585 KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, Maha

Penyayang yang tidak pernah pilih sayang dan Yang Maha Pengasih tidak pernah pilih kasih, ucapan itulah yang paling pantas penulis panjatkan kehadirat- Nya, karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat dan salam tidak lupa semoga tetap tercurahkan kepada Qudwah hasanah kita, junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Atas berkat perjuangan beliaulah kita bisa merasakan nikmatnya iman, Islam dan ukhuwah.

Disadari sepenuhnya, selama proses pembuatan skripsi ini, penulis tidak luput dari kesulitan dan hambatan. Namun berkat limpahan rahmat Allah SWT dan dengan kerja keras, serta dorongan dari berbagai pihak, hambatan dan kesulitan itu dapat diatasi, sehingga selesailah skripsi ini selesai sesuai dengan waktu yang direncanakan. Oleh karena itu sepantasnyalah penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dengan tulus.

1. Prof. Dr. Qomarudin Hidayat, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

hidayatullah Jakarta

5

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prof. Dr. Dede Rosada serta

seluruh staf Fakultas, yang telah membantu secara administratif, sehingga

memperlancar penyusunan skripsi ini.

3. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, Drs, Abdul Fatah Wibisono, MA,

sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam, Drs. Syafiuddin MA.g, serta

Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya dengan ikhlas.

4. Drs. Abdul Haris, MA.g, pembimbing skripsi, yang telah banyak memberikan

bimbingan, serta pengarahan yang penuh keihklasan dan penuh kesabaran.

5. Drs. Akyas Azhari, penasehat akademik, yang senantiasa memberikan saran

dan motivasi kepada penulis selama meyelesaikan studi di Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

6. Perpustakan Fakultas dan Umum UIN Jakarta, yang telah mempasilitasi penulis

dalam menyelesaikan Skripsi.

7. Kedua orang tuaku tercinta, Ibunda Nur Uliyah (Almarhumah) dan Ayahanda

Muhammad Seroh, kupersembahkan Skripsi ini sebagai tanda bakti dan terima

kasih ananda, atas jerih payah ,cucuran keringat, penuh dengan deraian air mata

memperjuangkan ananda sampai meyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih

tinggi. Tanpa itu semua mustahil skripsi ini bisa diselesaikan. Hanya do’a yang

selalu kupersembahkan untuk mu berdua, semoga Allah membalas segala amal

baik dan cintah kasih kepada Ananda dengan balasan yang berlipat ganda.

6

8. Buat kaka-kakak dan adik-adikku ku di Palembang, Lihas, Yumi, Iyun, Ani dan

Nanik yang selalu memberikan dukungan penulis dalam meyelesaikan skripsi

ini.

9. Terimah kasih kepada Segenap pengajar dan staf LTQA Al-Hikmah dan LTQA

At-Taqwa yang telah membantu penulis dalam pembuatan Skripsi.

10. Terimah kasih kepada teman-teman PAI angkatan 2003, khususnya kelas A,

Akh. Wastoni, rohman, Mbah Husnul dan KH. Dasukih yang senantiasa

mewarnai hari-hari penuh dengan kecerian.

11. Kepada sahabat-sahabat ku, Amsir, Budi Ajar, Haris, Bambang, Sobarna, yang

tak henti-hentinya memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis,

khususnya Kusnanto yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini dengan tulus. Semoga persahabatan kita takkan pernah putus ditelan waktu.

Kepada semua pihak yang mendukung, hanya kepada Allah penulis

berharap, semoga amal kebaikan tersebut mendapat balasan yang berlipat

ganda. (Amin).

7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...... i

DAFTAR ISI...... iv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...... 1

B. Identifikasi masalah……………………………………………. 8

C. Pembatasan masalah...... 9

D. Perumusan Masalah ...... 10

E. Kegunaan Penelitian …………………………………………… 10

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Metode Aba Ta Tsa...... 12

B. Metode Iqra’...... 22

C. Proses Belajar Mengajar Al- Qur’an……………………………… 28

D. Efektifitas Pembelajaran Al-Qur’an ...... 36

E. Indikator Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an ...... 39

F. Uraian.………………………………………………...... … 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

8

A. Tujuan Penelitian………………………………………………… 11

B. Metode Penelitian ...... 11

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...... 46

D. Variabel Penelitian……………………………………………… 46

E Konsep dan Pengukuran Variabel ...... 47

F. Teknik PengumpulanData……………………………………… 49

G. Teknik Analisis Data...... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum LTQA Al-Hikmah ...... 52

B. Gambaran Umum LTQA At-Taqwa ...... 60

C. Deskripsi Data...... 64

D. Usaha Peningkatan LTQA Al-Hikmah dan LTQA At-Taqwa .. 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 80

B. Saran-saran...... 81

DAFTAR PUSTAKA...... 83

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...... 85

9

MATERI TES BACA AL-QUR’AN DI LTQA AL-HIKMAH DAN LTQA AT-TAQWA JAKARTA

Surat Ali-Imran Ayat 38-45

⌧ ☺ ⌦ ☺ ⌧ ☺ ⌦ ⌧⌧ ⌦

10

⌧ ⌧ ⌧ ⌧☺ ☺ ⌧ ⌧ ☺ ☺ ⌧ ☺ ☺ ☺ ☺ ☺ ☺ ⌧☺ ☺

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi umat

Islam. Dalam surat Al-Isra ayat 9 Allah SWT berfirman :

Artinya : “ Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lurus dan memberikan kabar gembira kepda orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka pahala yang besar “.1

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an dianjurkan untuk dibaca, direnungkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap sikap, tindakan, ucapan dan perbuatan seorang Muslim harus sesuai dengan ajaran al-

Qur’an.

Mengamalkan ajaran al-Qur’an adalah suatu kewajiban bagi umat Islam,

Untuk bisa mengamalkan al-Qur’an dengan baik, paling tidak harus melalui beberapa

1 Depag RI, Al-Qur’an danTerjemahannya (Semarang : CV. Toha Semarang, 1988), edisi revisi, h. 45 1

12

tahapan, yaitu ( 1) Membacanya dengan baik dan benar (2) Menghafal, (3) Mengerti makna ayat-ayatny, dan (4) Mengamalkan.

Setiap Muslim harus bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid. Ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, adalah

“iqra” yang terdapat pada ayat pertama surat al-‘Alaq yang artinya “bacalah”. Ayat tersebut menunjukkan bahwa membaca sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Dengan membaca manusi terbebas dari buta huruf dan kebodohan yang memang tidak pantas dimiliki oleh seorang Muslim.

Untuk belajar membaca diperlukan seorang pembimbing, demikian juga untuk belajar membaca al-Qur’an dibutuhkan pengajar yang benar-benar mampu mengajarkan al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid. Tanpa pengajar seseorang akan mengalami kesulitan dalam belajar membaca al-Qur’an. Nabi sendiri ketika menerima wahyu di gua Hira dipandu dan dituntun oleh malaikat Jibril agar mampu membaca, menerima dan memahami wahyu yang diturunkan kepadanya. Begitu pentingnya seorang guru sebagai pengajar al-Qur’an, sehingga Rasulullah memberikan pujian yang terbaik kepada orang yang belajar dan mengajarkan al-

Qu’ran. Sebagai mana dijelaskan dalam haditsnya : ﺧَ ﻴْ ﺮُ آُ ﻢْ ﻣَ ﻦْ ﺗَ ﻌَ ﻠﱠ ﻢَ ا ﻟْ ﻘُ ﺮْ ء اَ نَ وَ ﻋَ ﻠﱠ ﻤَ ﻪُ (رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى)

Artinya : “Orang yang paling baik diantara kamu adalah yang mempelajari (kandungan) al-Qur’an dan mengajarkannya”. (H.R. Bukhori).

13

Di dalam hadits yang lain Rasulullah memberi motivasi kepada umatnya agar rajin membaca al-Qur’an, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam Tarmizi berbunyi : ﻣَ ﻦْ ﻗَ ﺮَ أَ ﺣَ ﺮْ ﻓ ﺎً ﻣِ ﻦْ آِ ﺘ ﺎَ بِ ا ﷲِ ﻓَ ﻠَ ﻪُ ﺣَ ﺴَ ﻨَ ﺔٌ وَ ا ﻟْ ﺤَ ﺴَ ﻨَ ﺔُ ﺑِ ﻌَ ﺸْ ﺮٍ أَ ﻣْ ﺜَ ﺎ ﻟِ ﻬَ ﺎ ﻻَ أَ ﻗُ ﻮْ لُ اﻟﻢ ﺣَ ﺮْ فٌ. وَ ﻟَ ﻜِ ﻦْ أَ ﻟِ ﻒٌ ﺣَ ﺮْ فٌ وَ ﻻَ مٌ ﺣَ ﺮْ فٌ وَ ﻣِ ﻴْ ﻢٌ ﺣَ ﺮْ فٌ (رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬى)

Artinya : “Barang siapa yang membaca satu huruf saja dari Kitabullah (al-Qur’an), maka baginya satu kebajikan dan satu kebajikan itu sebanding dengan sepuluh kebajikan. Aku tidak mengatakan Alif-Lam-Mim itu satu huruf, tapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf”. (H.R. Tirmidzi).2

Kondisi kemampuan baca al-Qur’an umat Islam pada saat ini masih memprihatinkan, karena sebagian besar penduduk negeri ini yang notabene adalah beragama Islam, ternyata kemampuan baca al-Qur’annya sangatlah minim.

Lemahnya kemampuan baca al-Qur’an tentu saja akan berimplikasi terhadap berkurangnya intensitas untuk selalu berinteraksi dengan al-Qur’an yang pada gilirannya akan meyebabkan jauhnya umat ini terhadap pengamalan al-Qur’an itu sendiri. Hal ini lah yang disadari oleh beberapa orang tokoh masyarakat yang mencentus metode cepat belajar al-Qur’an, diantaranya: Bambang yulianto sebagai pencetus metode Aba Ta Tsa, dan Efendi Lc, sebagai pencetus metode Utsmani.3

2 Drs. H. Moh. Zuhri, dkk, Terjemah Sunan at-Tarmidzi bab. Mengajarkan al-Qur’an, (Semarang : CV. asy-Syifa, 1992), jilid IV, hal. 507-508 3 WWW. NU. Com

14

Usaha memberantas buta huruf al-Qur’an, sudah mulai disadari oleh pemerintah dan sebagian masyarakat kita. Berbagai upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah daerah, para tokoh masyarakat dan pemuka agama tersebut, diantaranya lahirlah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)/ Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak- anak (LTQA) dan Perda Banten dan Aceh yang mensyaratkan bahwa siswa harus bisa membaca al-Qur’an sebelum lulus SD.

Taman Pendidikan Al-Qur’an atau Lembaga Tahfidz Al-Qur’an merupakan lembaga pendidikan luar sekolah (non formal) jenis keagamaan. Muatan pengajaran

TPA/ LTQA lebih menekankan aspek keagamaan dengan mengacu pada sumber utamnya, yaitu al-Qur’an dan Hadits.

Pertumbuhan dan perkembangan TPA/ LTQA cukup pesat dan semarak di seluruh tanah air.Berdasarkan hasil penelitian dari badan LITBANG departemen agama RI tahun 1990 bahwa perkembangan TPA dan LTQA dari tahun 1995 ke tahun 2000 mencapai 30 %, yaitu pada tahun 1998 jumlah TPA yang terdaftar di

Departemen Agama sebanyak 40.000 buah, pada tahun 2000 jumlah TPA diseluruh

Indonesia meningkat menjadi 41.600 buah.4

.Hal ini sebagai indikasi adanya sambutan dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan adanya kepedulian umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Bagi generasi mendatang keberadaan dan pertumbuhan unit-unit pendidikan non formal jenis keagamaan itu pun cukup

4 Hasan Mua’rif dan Ambari, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT. Icthiar Baru, 1996)

15

strategis untuk menunjang dan membantu anak dalam meraih prestasi belajar di pendidikan formal.

TPA/ LTQA mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan keagamaan anak dalam upaya memberikan pembekalan dasar dan motivasi belajar anak untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi guna meraih prestasi dan mewujudkan cita-cita, juga harapan orang tua, agama dan bangsa.

Demikian pula TPA/ LTQA yang kini mulai marak tersebar, berbagai metode pun digunakan dalam mencetak generasi Muslim Qur’ani yang berilmu dan berakhlaqul karimah dengan pemahaman dan pengamalan al-Qur’an sebagai pedoman hidup.

Untuk merangsang minat belajar sekaligus mempermudah belajar membaca al-Qur’an khususnya bagi anak-anak, diperlukan metode yang tepat, efektif dan efisien. Penggunaan metode yang tepat dan efektif dalam proses belajar mengajar di lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal merupakan salah satu faktor pendukung tercapainya tujuan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang optimal, di samping guru yang professional dan adanya sarana dan prasarana yang menunjang proses KBM tersebut.

Seiring dengan adanya kemajuan di bidang pendidikan dan pengajaran serta kebutuhan akan tercapainya tujuan KBM yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan, berbagai upaya yang dilakukan oleh individu maupun lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan, sehingga bermunculan metode-metode baru yang digunakan di lembaga pendidikan baik formal maupun non formal. Berbagai

16

metode yang digunakan dalam pembelajaran al-Qur’an. Diantara metode yang sering digunakan di TPA/ LTQA, diantaranya : metode Iqra, metode Baghdadiyah, al-

Barqy, Qiraati, Aba Ta Tsa dan sebaginya. Berbagai metode tersebut yang digunakan di lembaga-lembaga pengajaran al-Qur’an seperti TPA/ LTQA tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan.

Munculnya metode-metode tersebut didasari oleh perbedaan latar belakang dan tuntutan masyarakat yang mengharapkan anak-anak mereka mampu membaca al-

Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Dari berbagai metode pembelajaran al-Qur’an yang berkembang saat ini, metode Aba Ta Tsa adalah metode pembelajaran al-Qur’an yang belum terlalu lama di cetuskan, tetapi sudah mulai banyak digunakan di Lembaga-Lembaga Pengajaran al-Qur’an, terutama di Sekolah-Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) di kota-kota besar di , hal ini sebagai indikasi bahwa metode Aba Ta Tsa lebih efektif dibandingkan metode Iqra’, meskipun demikian, metode Iqra juga tampaknya masih banyak digunakan dalam pembelajaran al-Qur’an terutama di TPA-TPA di seluruh tanah air. Hal ini dimungkinkan karena metode Iqra adalah metode yang sudah cukup lama dikenal masyarakat Indonesia dan mereka belum banyak mengenal metode Aba

Ta Tsa yang baru berkembang saat ini.

Meskipun dalam pembelajaran, metode bukan segala-galanya, akan tetapi metode mempunyai peranan penting dalam pencapaian keberhasilan siswa.

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung kepada dua faktor utama, yakni faktor

17

yang datang dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, sebagai mana dijelaskan oleh Nana Sudjana sebagai berikut :

Keberhasilan seorang siswa dalam belajar bergantung kepada dua faktor, yakni faktor yang datang dari dalam diri siswa, dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa erat kaitannya dengan psikologi, mencakup minat dan motivasi. Sedangkan faktor yang datang dari luar meliputi lingkungan dan sarana prasarana, kurikulum, guru, teknik (metode) mengajar serta fasilitas pendukung lainnya.5

Berdasarkan uraian di atas, mendorong penulis untuk mengkaji lebih dalam penerapan metode Aba Ta Tsa dan Metode Iqra’ yang digunakan dalam pembelajaran al-Qur’an dengan menjadikannya sebagai skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE ABA TA TSA DAN METODE IQRA DALAM PEMBELAJARAN AL- DI LTQA AL-HIKMAH DAN LTQA AT- TAQWA JAKARTA SELATAN” Alasan lain penulis memilih judul tersebut adalah :

1. Sepanjang pengatahuan penulis, Judul tersebut belum ada yang membahasnya

secara khusus.

2. Penulis ingin mengetahui lebih jauh efektivitas metode Aba Ta Tsa dan metode

Iqra’ dalam pembelajaran al-Qur’an.

3. Metode Aba Ta Tsa adalah metode yang baru yang belum banyak digunakan di

lembaga-lembaga pengajaran al-Qur’an, sementara metode Iqra adalah metode

yang sudah lama digunakan di Lembaga-Lembaga Pembelajaran Al-Qur’an.

4. Antusiasme lembaga-lembaga pendidikan untuk mulai menerapkan metode Aba

Ta Tsa dan meninggalkan metode Iqra.

5 Nana Sudjana Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Argesindo, 1995) cet ke- 3 h. 39

18

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau masalah atau variable yang akan diteliti

Terkait dengan latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah yang berkaitan dengan pembelajaran al-Qur’an dan Efektivitas Metode Pembelajaran al-

Qur’an dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Minimnya penguasaan guru terhadap metode pembelajaran al-Qur’an.

2. Kurang memadainya sarana prasarana yang mendukung terlaksananya program

pembelajaran. al-Qur’an.

3. Metode pembelajaan al-Qur’an yang digunakan kurang menarik dan tidak sesuai

dengan perkembangan psikologi peserta didik.

4. Metode pembelajaran al-Qur’an kurang praktis, sehingga materi pembelajaran al-

Qur’an sulit diingat dan dipahami oleh peserta didik.

5. Sistem pengajaran al-Qur’an kurang baik dan belum mampu menciptakan

suasana belajar yang kondusif.

6. Masih rendahnya Prestasi peserta didik dalam membaca al-Qur’an serta masih

banyak peserta didik belum mampu membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah

tajwid yang baik dan benar.

7. Kurikulum lembaga pengajaran al-Qur’an kurang memadai dan bersifat parsial.

8. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya belajar al-Qur’an.

19

C. Pembatasan Masalah

Dalam pembahasan skripsi ini penulis membatasi masalahnya sebagai berikut:

1. Proses pelaksanaan dan penggunaan metode Aba Ta Tsa dan metode Aba Ta Tsa

di LTQA Al-Hikmah dam metode Iqra’ di LTQA At-Taqwa, Mampang.

2. Adapun yang dijadikan objek penelitian ini adalah : siswa-siswi yang berumur

antara 6-12 tahun di Lembaga Tahfidz AL-Qur’an anak-anak al-Hikmah.

3. Hasil dari penggunaan kedua metode Aba Ta Tsa dan metode Iqra’.

Adapun yang dimaksud metode Aba Ta Tsa disini adalah salah satu metode pengajaran al-Qur’an yang teknik pengajarannya disesuaikan dengan perkembangan anak-anak dengan mengunakan simbol-simbol serta mempunyai karakteristik tersendiri dalam sistem pengajarannya.

Sedangkan metode Iqra’ adalah cara cepat belajar membaca al-Qur’an yang teknik pengajarannya berurutan dan dilengkapi materi tajwid yang praktis disusun secara sistematis, sehingga merasa ringan bagi yang mempelajarinya. Sejak usia balita sampai manula mampu membaca al-Qur’an dalam waktu yang tidak terlalu lama.

LTQA yang penulis maksud adalah Lembaga Tahfidz al-Qur’an anak-anak yang meyelenggarakan pengajaran al-Qur’an sederajat dengan dengan TPA, yang mengajarkan anak didik mulai dari tingkat membaca sampai tingkat tahfidz

(menghafal). Akan tetapi dalam skripsi ini penulis hanya membatasi pada tingkat membaca al-Qur’an.

20

Mengenai istilah “efektivitas’ yang dimaksud penulis adalah tercapainya tujuan dan target dari pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an dengan metode Aba Ta

Tsa dalam waktu yang singkat dengan hasil belajar yang memuaskan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar pembatasan di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an dengan metode Aba Ta

Tsa dan metode Iqra di LTQA Al-Hikmah dan LTQA at-Taqwa ?

2. Apakah metode Aba Ta Tsa dan metode Iqra’ efektif digunakan dalam

pembelajaran al-Qur’an ?

E. Tujuan lain Penelitian

1. Untuk mengetahui lebih dalam proses penerapan metode Aba Ta Tsa dan

metode Iqra dalam pembelajaran al-Qur’an.

2. Untuk mengetahui keunggulan serta kelemahan metode Aba Ta Tsa dan

metode Iqra’.

3. Untuk mengetahui efektivitas metode Aba Ta Tsa dan metode Iqra’ dalam

mengajarkan al-Qur’an.

4. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar strata satu (S 1) di jurusan PAI,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

21

F. Kegunaan Penelitian

Adapun hasil kajian ini sangat berguna untuk :

1. Menjadi bahan acuan bagi praktisi pendidikan khususnya bagi para pengajar

lembaga pendidikan TPA/ LTQA untuk memilih metode yang lebih efektif

dalam pembelajaran al-Qur’an.

2. Hasil kajian ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam meningkatkan

belajar membaca al-Qur’an di kalangan anak-anak.

3. Untuk menambah wawasan para pendidik al-Qur’an baik lembaga formal

maupun non formal (TPA/ LTQA) dan masyarakat umumnya dalam rangka

memberantas buta huruf al-Qur’an di Indonesia.

22

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Metode Aba Ta Tsa

1. Pengertian Metode Aba Ta Tsa

Metode Aba Ta Tsa adalah suatu metode yang digunakan dalam pengajaran

al-Qur’an dengan penggabungan antara kemampuan hafalan, penalaran, dan

ucapan dengan mengunakan al-Qur’an standar Timur Tengah (rosmul utsmani)

salah satu metode keberhasilan . Dengan adanya penggabungan kemampuan

belajar diatas, metode ini akan lebih aplikatif, singkat, komunikatif, dan terpadu,

sehingga tidak membosankan serta akan mempercepat siswa/i mampu membaca

al-Qur’an.6

Jadi metode Aba Ta Tsa adalah suatu metode pembelajaran al-Qur’an yang

dirancang sedemikian rupa yang disesuaikan dengan perkembangan psikologi

anak dan menggunakan simbol-simbol tajwid agar mudah dipahami dan diingat

oleh anak didik.

2. Dasar Hukum

a. Surat Faathir, ayat 31

6 Bambang yulianto, Pedoman mudah Membaca Al-Qur’an Metode Aba Ta Tsa (Jakarta : Aba Ta Tsa Group, 2000) Jilid 1.

23

Artinya : “Dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Quran) Itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha mengetahui lagi Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya” (QS. Faathir : 31) . b. Surat al Qomar ayat 17

Artinya : “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” 7

c. Hadits Rasul :

ﻋَ ﻦْ ﻋَ ﻠِ ﻲﱟ رَ ﺿِ ﻲَ ا ﷲُ ﻋَ ﻨْ ﻪُ ﻗ ﺎَ لَ رَ ﺳُ ﻮْ لُ ا ﷲِ ﺻﻠﻌﻢ : أَ دﱢﺑُﻮْا أَ وْ ﻻَ دِ آُ ﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺛَ ﻼَ ثِ ﺧِ ﺼَ ﺎ لٍ : ﺣُ ﺐﱢ ﻧَ ﺒِ ﻴﱢ ﻜُ ﻢْ وَ ﺣُ ﺐﱢ ا لَ ﺑَ ﻴْ ﺘِ ﻪِ وَ ﺗِ ﻼَ وَ ةِ اﻟْﻘُﺮْﺁ نِ (رواﻩ اﻟﺪﻳﻠﻤﻰ)

Artinya : “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara : Mencintai Nabimu, mencintai keluarga Nabimu dan membaca al-Qur’an”.(H.R. Addailami)8

Berdasarkan beberapa dalil dari al-Qur’an dan hadits di atas mendorong kepada kita umat Islam untuk peduli terhadap pengajaran al-Qur,an kepada masyarakat kita khususnya anak-anak, dengan merancang metode yang mudah dipahami, maka lahirlah metode Aba Ta Tsa. Metode tersebut dirintis oleh Ust.

7 Depag RI, Op. Cit. , h. 700 8 Ahjad Najih, Al Jamius Shagier 1, (terjemahan), (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1995), h. 124

24

Bambang Abdullah sebagai pimpinan Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak

(LTQA) al-Hikmah Mampang, Jakarta Selatan sampai sekarang.

Lahirnya metode tersebut juga dilatar belakangi oleh adanya kegelisahan Ust.

Bambang Abdullah melihat kondisi umat Islam yang masih banyak buta huruf membaca al-Qura’n, serta minimnya anak-anak yang mampu membaca al-Qur’an dengan baik dalam usia dini dan usia SD/MI, hal ini disebabkan metode pembelajaran al-Qur’an yang ada selama ini dirasa kurang berhasil dalam mencetak generasi Islam

Qur’ani sejak dini dan cenderung memakan waktu yang lama, sehingga lahirlah metode Aba Ta Tsa yang dirancang secara sistematis,ringkas,dan padat dengan menggunakan simbol-simbol yang dijadikan kata kunci dengan harapan anak didik mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dalam waktu yang tidak terlalu lama. Metode tersebut didesain sedemikian rupa dengan memperhatikan unsur-unsur psikologi perkembangan anak., pengajarannya dengan sistem talaqqi.

3. Sistem Pengajaran Metode Aba Ta Tsa

1) Bacaan langsung tanpa dieja

Yaitu siswa tidak mengenalakan nama-nama huruf dan hukum-huku tajwid,

akan tetapai langsung diajarkan bunyi A, Ba, Ta Tsa dan seterusnya.

2) Face to Face (berhadapan langsung dengan guru)

Yaitu siswa maju kehadapan guru secara langsung, baik satu persatu, maupun

dua-dua untuk didenagarkan bacaannya.

3) Talaqqi

25

Yaitu sebelum membaca huruf-huruf al-Qur’an guru mentalaqqi siswa agar

siswa terhindar dari kesalahan serta pengucapannya huruf-huruf sesuai

dengan makhrojnya.

4) Tilawah mandiri di rumah maupun di tempat belajar.

Yaitu apa bila siswa sudah membaca huruf-huruf al-Qur’an di hadapan guru,

maka guru memberikan tugas kepada siswa agar siswa tersebut melanjutkan

tilawahnya sendiri sampai minimal 10 kali. Bagi siswa yang mencapai rekor

terbanyak, maka akan diberikan reward (ganjaran) oleh guru, yaitu pulangnya

lebih awal.

5) Halaqoh

Setelah bel dibunyikan, maka siswa membuat lingkaran, lalu meroja’ah bersama

membaca surat-surat pendek dari al-Dhuha sampai an-Nas, lalu setelah itu siswa

kembali membuat baris yang rapai sesuai dengan tempat duduk sebelumnya.

6) Modul

Yaitu siswa dalam menyelesaikan materi Aba Ta Tsa tergantung dari

kemampuan dan usahanya sendiri, mereka yang rajin dan cerdas serta memiliki

daya ingat yang kuat akan lebih cepat menyelesaikan bacaannya. Jadi cepat

lambatnya menamatkan Aba Ta Tsa tergantung dari masing-masing siswa,

sehingga meskipun mulai bersama-sama, akan tetapi selesainya sangat

bervariasi. Dalam hal ini adanya buku pemantau setiap siswa berguna untuk

melihat perkembangan kemampuan siswa serta meliahat kerajinan siswa

melakukan tilawah mandiri di rumah.

26

7) Praktis

Yaitu tujuan utama pengajaran al-Qur’an ini adalah siswa dapat membaca al-

Qur’an dengan mudah dan cepat. Maka buku Aba Ta Tsa sangat praktis hanya

terdiri dari dua jilid, dan menekankan praktek dengan mengenal simbol-simbol

yang mudah diingat siswa.Jadi langsung diajar cara pengucapannya.

ﻣِﻦ ﺑَﻌْـﺪِﻩ : Contoh

Nun pada bacaan di atas tidak dikasih baris sebagai simbol bacaan yang di

dengungkan menjadi bunyi mim, siswa tidak diberitahu hukumnya dalam ilmu

tajwid.

8) Standar kenaikan tingkat

Apabila siswa telah menyelesaikan jilid satu, maka utuk kanaikan tingkat ke

jilid dua, dilakan pengujian ualang, apakah siswa tersebut sudah benar-benar

menguasai materi yang ada dalam jilid satu tersebut, jika belum, maka siswa

haru meroja’ah (mengulangi) materi yang belum dikuasai secara ringkas, begitu

juga utuk naik ke tingkat selanjutnya sampai ke tingkat menghafal selalu ada

pengetesan.

4. Isi buku Aba Ta Tsa Jilid 1 dan jilid 2

Secara ringkas isi materi Aba Ta Tsa jilid 1 adalah :

1. Pengenalan huruf-huruf hijaiyah yang berbaris fathah sekaligus

makhrojnya sambil menyanyi, seperti :

27

اَ بَ تَ ثَ جَ حَ خَ ...... يَ

ا ﺑﺘﺚ : Mengenal huruf sambung, seperti .2

3. Mengenal huruf berbaris kastrah,fathah dan dhamma seperti :

اَ اِ اُ , بَ بِ بُ , تَ تِ تُ ...... 4. Mengenal materi mad (alif besar) sebagai simbol, seperti : َﻳﺸَﺎءَ , ﻓَ ﻮَ ﺟَ ﺪ اَََ...... 5. Mengenal materi mad (alif kecil) sebagai simbol, yaitu : ﺣ ﺴِ ﺐَ, ﺛََ ﻠ ﺚَ...... 6. Mengenal materi mad (ya tidak berbaris) sebagai simbol, yaitu : ﻣِ ﻴ ﺜََ ﻖَ , ﻓ ﻜِ ﻬِِ ﻴ ﻦَ......

7. Mengenal materi mad (waw tidak berbaris ) sebagai simbol, yaitu :

ﻟُﺨُﻮ بِ, ﻃُﻠُﻮ عُ...... 8. Mengenal baris dua fathah, kats rah dan dhomma, seperti : اً ٍا اٌ , بً بٍ بٌ,......

Isi buku jili 2 secara ringkas adalah :

1) Tanda mati atau tanda sukun semua huruf-huruf Arab seperti : ﻳَ ﺴْ ﺘَ ﻘِ ﻴْ ﻢِ , وَ ﻣَﺎ ﺻَﺎ ﺣِ ﺒً ﻜً ﻢْ ......

2) Tanda tasdid, seperti : ﻓَ ﻚﱡ رَ ﻗَ ﺒَ ﺔٍ , وَاﻟﻀﱡﺤَﻰ ...... 3) Lafzul Jalalah (tebal dan tipis) seperti : اﷲ , ﷲ

28

4) Nun bertasydid, seperti : إِ ﻧﱠﺎ آُﻨﱠﺎ , ﻓَ ﻠَ ﻦْ ﻧَ ﺰِ ﻳْ ﺪَ آُ ﻢْ ,......

5) Mim bertasydid, seperti : ﺛُ ﻢﱠ ﻋَ ﺒَ ﺲَ وَ َ ﺑ ﺴَ ﺮَ ......

6) Mim kecil (Iqlab), seperti : آَﺎ نَ ﻓِﻰ ﺿَ ﻼََ ل ﺑَ ﻌِ ﻴْ ﺪٍ ......

7) Mim tidak bersukun bertemu Ba, seperti : هُﻢ ﺑِﻤَﺎ ﻋَ ﻤِ ﻠُ ﻮ ا ...... 8) Nun tidak bersukun, Baris dua tak rata, dan angka 99, seperti : ﻣَﺎ ﻟَ ﻪُ ﻣِﻦ دَ ا ﻓِ ﻊٍ , ﻓَﺎ ﺻْ ﺒِ ﺮْ ﺻَﺒْﺮًا ﺟَ ﻤِ ﻴْ ﻼً, ﺑِ ﻞْ هُ ﻢْ ﻗَﻮْم ﻃَﺎ ﻏُ ﻮْ نَ ......

9) Nun bersukun, Baris dua rata dan angka 69, seperti : ﻣِ ﻦْ أَ ﻣْ ﺮِ ﻧَﺎ رَﺷَﺪًا , ﻣِ ﻦْ أَ ىﱢ ﺷَ ﻰْ ءٍ ﺧَ ﻠَ ﻘَ ﻪُ , ﺳَ ﻼَ مٌ ﻋَ ﻞَ إِ لْ ﻳَ ﺎ ﺳِ ﻴْ ﻦَ...... 10) Nun tidak bersukun, baris dua tak rata dan angka 99 bertemu dengan Wau, seperti : أَ وْ ﻣِﻦ وَ رَ ا ءَ ﺟُ ﺪُ ٍر, إِ ﻻﱠ ﺣَ ﻤِﻴْﻤًﺎ وَﻏَﺴﱠﺎًﻗًﺎ , هُ ﺪ ىً وَ ﻧُ ﻮْ رٌ وَﻣُﺼَﺪﱢﻗًﺎ......

11) Nun tidak bersukun, baris dua tak rata dan angka 99 bertemu dengan Ya, seperti :

ﻣَﻦ ﻳُ ﺆْ ﻣِﻦ ﺑِ ﺮَ ﺑﱢ ﻪِ , ﻓِﻰ ﺧَ ﻮْ ضٍ ﻳَ ﻠْ ﻌَ ﺒُ ﻮْ نَ , ﺑَ ﻞْ هُ ﻢْ ﻗَ ﻮْ مٌ ﻳَ ﻌْ ﺪِ ﻟُ ﻮْ نَ ...... 12) Huruf –huruf di awal surat, seperti :

29

ا ﻟﻢ , ﻃﺲ ...... 13) Tanda wakof (tanda berhenti), seperti : Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar target pembelajaran dengan menggunakan metode Aba Ta Tsa jilid 1 sebagai berikut: a. Siswa dituntut untuk menguasai huruf-huruf hijaiyah berbaris fathah, kasrah, domah, fathatain, kasrotain dan domatain. b. Siswa dituntut untuk menguasai huruf hijaiyah bersambung. c. Siswa dituntut menguasai materi mad dengan ketukan 2 harokat. d. Siswa dituntut menguasai makhrijul huruf. Adapun kesimpulan isi dari jilid 2 adalah : a. Siswa dituntut menguasai materi sukun dan tasdid. b. Siswa dituntut menguasai hukum-hukum khunnah + Izhar c. Siswa dituntut menguasai hukum-hukum mad yang memiliki 4-6 ketukan. d. Siswa dituntut menguasai materi waqof dan angka Arab.

5. Tahapan dan Langka-langka Penerapan Metode Aba Ta Tsa

Adapun tahapan-tahapan pengajarannya Aba Ta Tsa yang sering dikenal dengan istilah levelisasi meliputi :

1) Program Aba Ta Tsa , yang terdiri dari dua jilid, jilid 1 dan jilid II.Jilid I,

yaitu dikhususkan bagi para siswa-siswi yang belum sama sekali mengenal

huruf-huruf hijaiyah atau sudah mengenal, tapi belum menguasai dengan baik.

Target program ini adalah siswa-siswi mampu membaca huruf hijaiyah

berbaris dan tanda mad (panjang 2 harakat). Adapun Aba Ta Tsa jilid II

30

adalah dikhususkan bagi para siswa-siswi yang telah selesai jiulid I, dengan

target siswa-siswi mampu membaca huruf hijaiyah berbaris, tanda mad,

sukun, tasydid dan tajwid simbol.

2) Progaram Tilawah, yaitu dikhususkan bagi siswa-siswi yang sudah menguasai

Aba Ta Tsa I dan II dengan baik. Biasanya siswa membaca al-Qur’an juz 30

dengan penerapan tajwid dalam tilawah, pemantapan tajwid dalam tilawah,

dan perbaikan tilawah.

3) Mahir tilawah, yaitu siswa dituntut mampu membaca al-Qur’an dengan cepat

dan bertajwid, biasanya siswa-siswii menggunakan al-Qur’an kecil standar

Timur Tengah (rosmul utsmani).

4) Tahfidz al-Qur’an, yaitu siswa-siswi dituntut mampu menghafal al-Qur’an

mualai dari juz 30, 26, 27, 28, 29, dan juz 1. Program ini dikhususkan bagi

anak-anak yang sudah mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar

sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid berdasarkan rekomendasi dari tim

penguji.

6. Kelebihan dan kekurangan metode Aba Ta Tsa

1) Kelebihan

a) Menggunakan sistem Talaqqi yaitu siswa-siswi dibimbing guru untuk

mengucapakankan huruf-huruf hijaiyah dengan benar sebagaimana

31

yang dilakukan malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW. Ketika

menerima wahyu pertama, sehingga siswa terhindar dari kesalahan.

b) Menggunakan istilah kunci atau simbol-simbol tajwid yang sangat

mudah untuk diingat oleh anak-anak.

c) Materi yang diajarkan berurutan, mulai dari yang sangat mudah

sampai kepada materi yang lebih sulit dengan disesuaikan pada fase

perkembangan anak.

d) Siswa dianjurkan untuk tilawah mandiri, guru setiap hari memberikan

tugas siswa-siswi agar tilawah dirumah denagan mengisi buku

pemantau yang harus ditandatangani oleh orang tua.

2) Kekurangan

a) Siswa-siswi kurang banyak latihan terhadap setiap pokok bahasan,

dikarenakan contoh-toncohnya dibuat seringkas mungkin. Hal ini bisa

diatasi dengan siswa banyak membaca dan muroja’ah (mengulang)

pada materi yang sama sampai mahir, baru pindah ke halaman

berikutnya.

b) Metode Aba Ta Tsa banyak menggunakan simbol-simbol yang

bertujuan agar anak-anak bisa menalar, hal ini sering menjadi

kesulitan bagi anak-anak yang IQ nya rendah, tapi bisa diatasi dengan

penjelasan yang berulang kali oleh guru, menyebut ciri-ciri simbol

yang sedang dipelajari.

32

B. Metode Iqra’

1. Pengertian Metode Iqra

Metode Iqra’ adalah cara cepat belajar membaca al-Qur’an yang terdiri dari beberapa jilid atau sampai enam jilid dan dilengkapi buku metode tajwid praktis disusun secara sistematis, dimulai dari hal-hal yang sederhana, lalu meningkat tahap demi tahap, sehingga merasa ringan bagi yang mempelajarinya..

Metode Iqra’ mempunya beberapa kekhususan diantaranya :

1) Bacaan langsung tanpa dieja

2) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), yang belajar adalah siswa bukan guru,

oleh sebab itu siswa harus didorong utnuk aktif sedangkan guru hanya

membimbing saja.

3) Privat, yaitu siswa dalam membaca al-Qur’an harus berhadapan langsung

dengan gurunya.

4) Modul, yaitu siswa dalam menyelesaikan materi Iqra’ tergantung

kemampuan dan usaha sendiri.

5) Asistensi, yaitu jika terpaksa kekurangan guru, maka menunjuk siswa

terpilih yang sudah memiliki kemampuan membaca Al-Quran dengan

Baik menjadi asiten penyimak terhadap siswa yang masih kurang.

6) Praktis, yaitu tujuan utama belajar dan mengajarkan Al-Qur’an dengan

mudah dan tepat.

7) Sistematis, yaitu disusun secara lengkap dan sempurna serta terencana

dengan komposisi huruf yang seimbang.

33

8) Variatif, yaitu disusun secara berjilid-jilid terdiri dari 6 jilid dengan

simbol warna warni yang harmonis

9) Komunikatif, yaitu ungkapan rambu-ranbu petunjuk akrab dengan

pembaca, sehingga menyenangkan bagi yang membacanya.

10) Fleksibel, yaitu iqra’ bisa dipelajari oleh TK, SD, SMP, SMA, Mahasiswa,

orang-orang tua (manula) dan sebagainya.9

2 Isi buku Iqra mulai dari jilid 1 sampai jilid V1

Buku Iqra jilid 1

1) Pengenalan bacaan huruf-huruf hijaiyah yang berbaris fathah sekaligus

makhroj hurufnya, sepeti :

اَ بَ تَ ثَ جَ حَ خَ ...... يَ 2) Membedakan bacaan huruf-huruf tertentu, seperti : اَ- عَ جَ – زَ ذَ - ظَ طَ - ضَ 3) Membaca huruf-huruf secara acak, seperti : اَ بَ ثَ تَ بَ

Buku Iqra jilid 11

1) Pengenalan tanda panjang, seperti :

ﺑﺎ ﺳَﺠﻰ ﺗ ﺎَ 2) Pengenalan huruf sambung, seperti :

9 As’ad Human, Loc. cit. , h.1

34

ﺧَ ﻄَ ﺐَ ﺟَ ﻌَ ﻞَ

Buku Iqra jilid 111

1) Pengenalan tanda baca kasroh dan tanda baca panjang sekaligus

memperkenalkan tanda sukun, seperti : اِ ﻩِ ﺑِ ﻲْ ﻧِ ﻲْ 2) Pengenalan tanda baca dhommah dan tanda baca panjang, seperti :

ﺑُ ﻮْ بُ ﻟُ ﻮْ ﻩُ

Buku Iqra jilid 1V

1) Pengenalan bacaan tanwin, seperti :

اً ٍا اٌ , بً بٍ بٌ

2) Pengenalan Nun dan Mim sukun, seperti :

اَ نْ اِ نْ اُ نْ اَ مْ اِ مْ اُ مْ 3) Pengenalan huruf Qolqolah dan cara membacanya, seperti :

اَ بْ اَ جْ اَ دْ اَ طْ ﺣَ ﺴِ ﺒْ ﺘُ ﻢْ اَ ﻗْ ﻼَ مٍ dan kaf sukun ,( عْ ) dengan ‘Ain sukun ( ءْ ) Perbedaan Hamzah sukun (4 dengan Qaf sukun, seperti : ﺗَ ﺄْ آُ ﻞُ اَﻋْﻤَﻰ اَ آْ ﺮَ مَ اَ ﻗْ ﻮَ ا مٌ

Buku Iqra jilid V 1) Pengetahuan bacaan waqaf, seperti :

35

ﻧَ ﺴ ﺘَ ﻌِ ﻴْ ﻦَ اَ ﺑَ ﺪ اً 2) Pengenalan bacaan panjang 5-6 harakat, seperti : ﻵ اَ ﻋْ ﺒُ ﺪُ وَﻵ اﻟﻀﱠﺎ ﻟﱢ ﻴْ ﻦَ

3) Pengenalan bacaan tasydidi, seperti : أَ نﱠ ﻋَ ﻢﱠ ﺛُ ﻢﱠ إِ نﱠ 4) Pengenalan bacaan dengung, seperti : ﺧَ ﻴْ ﺮٌ ﻧِ ﺴَ ﺎ ءٌ ﻣِ ﻦْ ﻣﱠ ﻘ ﺎَ مِ

5) Pengenalan bacaan yang tidak dengung, seperti :

ﻣِ ﻦْ رُ ﺳُ ﻠِ ﻪِ ﺧَ ﻴْ ﺮٌ ﻟﱠ ﻜُ ﻢْ 6) Pengenalan Alif Lam Syamsyiah, seperti contoh :

وَا ﻟ ﻨﱠ ﺎ سُ وَاﻟﻨﱠﻬﺎَرُ

7) Pengenalan Alif Lam Qomariyah, seperti : اَ ﻟْ ﻘَ ﻤَ ﺮُ اَ ﻟْ ﻤُ ﺆْ ﻣِ ﻦُ اَ ﻟْ ﻌَ ﻠِ ﻴْ ﻢُ 8) Pengenalan bacaan lafaz “Allah” yang sebelumnya berharakat fathah dan dhommah, seperti contoh : رَ ﺳُ ﻮْ لُ ا ﷲِ ﺗَﺎ ا ﷲِ إِ نﱠ ا ﷲِ

9) Pengenalan bacaan lafaz “Allah” yang sebelumnya berharakat kasrah, seperti contoh :

ﺑِ ﺴْ ﻢِ ا ﷲِ بِ ا ﷲِ

Buku Iqra jilid V1 1) Pengenalan Nun sukun atau tanwin bila bertemu dengan huruf Wau

dibaca dengan dengung, seperti : ﻣِ ﻦْ وﱠ ا ﺣِ ﺪٍ ﺣَﻴًّﺎ وﱠ ﻧَ ﺒ ﺎَ ﺗ ﺎً اَ نْ ﻳُ ﻮْ ﺻَ ﻞَ

36

2) Pengenalan Nun sukun atau tanwin bila bertemu dengan huruf Ba seperti Mim mati, seperti : ﻣِ ﻦْ ﺑَ ﻌْ ﺪٍ اَ ﺑَ ﺪ اً ﺑِ ﻤ ﺎَ رَ ﺳُ ﻮْ لٌ ﺑِ ﻤ ﺎَ 3) Pengenalan Nun mati atau Tanwin bertemu dengan huruf yang lima belas, maka dibaca samara-samar, seperti contoh : ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك اَ ﻧْ ﺘُ ﻢْ ﻣِ ﻦْ ﺟُ ﻮْ عٍ

Qif ( ج ) jaiz ,( ط ) Muthlaq ,( م ) Pengenalan bacaan waqaf lazim (4 : seperti,( ﻻ ) La Waqfa Fiih ,( ﻗﻒ ) ﻓَ ﺘَ ﻮَ لﱠ ﻋَ ﻨْ ﻬُ ﻢْ ﻳَ ﻮْ مَ ﻳَ ﺪْ عُ ا ﻟ ﺪﱠ ا عِ 5) Pengenalan bacaan huruf-huruf Qolqolah yang bertasydid bila diwaqofkan, seperti : ﺗَ ﺒﱠ ﺖْ ﻳَ ﺪ اَ اَ ﺑِ ﻲْ ﻟَ ﻬَ ﺐٍ وﱠ ﺗَ ﺐﱠ

Untuk mengetahui kamampuan siswa apakah telah menguasai materi

pelajaran, maka pada tiap jilid diakahiri dengan EBTA. Siswa yang cepat

menguasai materi, akan cepat pula menyelesaikan buku Iqra’nya.

3. Kelebihan dan kekurangan metode Iqra’

1) Kelebihan

a) Materi yang diajarkan langsung disebut nama hukum-hukumnya, hal

ini sangat cocok bagi anak yang cepat nangkap, sehingga ketika selesai

jilid 6 siswa tidak hanyak pintar baca, tetapi mereka juga pintar teoari-

teorinya.

37

b) Materi yang diajarkan sangat luas dan lengkap, serta dilengkapi

dengan contoh-contoh materi yang cukup memadai, sehingga

memungkinkan siswa akrab dengan materi yang diajarkan.

c) Materi yang diajarkan berurutan, mulai dari yang sangat mudah

sampai kepada materi yang lebih sulit dengan disesuaikan pada fase

perkembangan anak.

d) Menggunakan sistem asistensi, hal ini sangat baik untuk memotivasi

siswa untuk berkempetisi menjadi yang terbaik, sehingga

dipercayakan oleh guru mengajar temannya sendiri.

2) Kekurangan

a) Materi terlalu padat dan tidak menggunakan simbol-simbol, hal ini

seringkali menjadikan anak kesulitan, karena pada anak usia SD/ MI

belum begitu menganggap penting suatu teori, jadi sulit melekat

pada memori anak.Hal ini bisa diatasi dengan penjelasan berulang-

ulang oleh guru.

b) Materi yang diajarkan kurang praktis dan cenderung memakan

waktu yang lama, sehingga banyak anak-anak usia SD/ MI yang

belajar dengan menggunakan metode Iqra belum bisa melanjutkan

ketingkatan hafalan, karena masih dalam proses belajar

membaca.Hal ini bisa diatasi dengan melewati materi-materi yang

pokok pembahasannya sama.

38

C. Proses Belajar Mengajar Al-Qur’an

1. Pengertian Proses Belajar Mengajar Al-Qur’an

Sebelum mendefenisikan pengertian diatas, terlebih dahulu penulis akan

menguraikan terlebih dahulu istilah tersebut.

a. Makna Proses

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “ processus “ yang

berarti berjalan ke depan. Kata ini mempunya makna langka atau kemajuan

ayang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan.10

Proses merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang

terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya dapat berhubungan

(interpenden) dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa proses satu rangkaian kegiatan yang di dalamnya terjalin interaksi

antar komponen–komponen yang ada, yang saling berhubungan erat antara

satu sama lainnya guna menghasilkan sesuatu.

10 Muhibin Syah M.Ed, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001 ), Cet. Ke-6 h. 182

39

b. Makna Belajar

Belajar adalah proses menyebabkan adanya perubahan dalam

pengetahuan dan prilaku makhluk hidup sebagai hasil latihan, pendidikan dan

pengalaman11.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa-siswi

baik ia berada di sekolah maupun di lingkunagan rumah atau keluarganya

sendiri

Secara umum pengertian belajar adalah tahapan perubahan seluruh

tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan yang melipatkan proses kognitif12.

Secara luas pengertian belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko

fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,

belajar dimaksudkan usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan menuju

kepribadian seutuhnya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

belajar bukanlah pengumpulan atau menghafal fakta–fakta yang tersaji dalam

11 Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pendidikan, ( Jakarta : Golo Riwu, 2000 ), Cet. Ke-2 h. 899

12 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. I, hal. 64

40

bentuk informasi/ materi pelajaran, tetapi belajar adalah sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dalam lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

c. Makna Mengajar

Mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem

lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya

proses belajar.13

Jadi mengajar bukanlah semata–mata menyampaikan pelajaran kepada

anak didik, tetapi sama halnya denagan belajar, mengajarpun sama

hakikatnya, yaitu : suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasi

lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan

mendorong siswa untuk melakukan proses belajar.

Dari pengertian istilah diatas, maka pengertian proses belajar mengajar

Al-Qur’an merupakan suatu proses yang berkesinambunngan dan terencana

yang dilakukan guru dan murid yang di dalamnya terdapat aktivitas–aktivitas

dalam suasana edukatif serta saling mempunyai hubungan timbal balik guna

tercapainya tujuan belajar mengajar Al-Qur’an yang ditandai dengan

berubahnya tingkah laku anak didik baik kognitif, afektif dan psikomotorinya,

serta siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan

kaidah tajwid. Juga dapat dikatakan bahwa, proses belajar mengajar dalam

13 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. Ke-7 h. 45

41

suatu lembaga pendidikan formal (sekolah) dikatakan efektif apabila tujuan

yang ditentukan oleh sekolah tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang

diharapkan.

2. Pengertian Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Yang dimaksud metode adalah pendekatan yang digunakan dalam

menyajikan bahan pengajaran kepada siswa dalam proses belajar dan mengajar

tatap muka. Secara umum metode itu bermacam-macam, seperti : metode latihan,

penugasan, Tanya jawab, demonstrasi, bermain, bercerita dan bernyanyi (B-3).

Penerapan metode belajar dan mengajar itu dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

a. Untuk pendekatan klasikal : metode bermain, bercerita dan bernyanyi

(B-3), demonstrasi dan tanya jawab.

b. Untuk pendekatan privat : metode latihan, penugasan asistensi,

demonstrasi dan tanya jawab14

Metode belajar adalah cara yang merupakan suatu proses perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Belajar pada hakekatnya merupakan proses aktifitas,

14 Chairini Idris dan Tasyrifin Karim, Buku Pedoman dan Pengembangan TK Al-Qur’an ( Jakarta : BKPRMI Masjid Istiqlal, 1996 ), Cet. Ke-1, h.40

13

42

sedangkan aktifitas belajar ditandai dengan keterlibatan mental dan emosional

pendidik.15

Jadi metode pembelajaran al-Qur’an adalah salah satu pendekatan yang

digunakan dalam mengajarkan al-Qur’an kepada peserta didik, agar peserta

didik dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu

tajwid.

Untuk belajar membaca al-Qur’an diperlukan adanya metode yang baik dan tepat, tanpa metode yang baik, belajar apapun akan menjadi sulit.

3. Macam-macam Sistem dan Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Setiap mukmin yang mempercayai al-Qur’an mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu. Diantara kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajari dan mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan al-

Qur’an itu adalah suatu perbuatan yang mulia. Rasulullah bersabda : “sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari al-Qur’an dan Mengajarkannya”.

Jadi belajar al-Qur’an merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin, begitu pula mengajarkannya. Belajar al-Qur’an dapat dibagi beberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya, sampai lancar dan baik sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid, belajar memahami artinya, belajar mentadabburnya, dan belajar menghafal ayat-ayatnya di luar kepala, sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat di masa Rasulullah SAW. Dan diikuti oleh generasi Islam sampai saat ini.

15 As’ad Human, Cara Cepat Belajar Baca Al-Qur’an, ( Yogyakarta : AM, 1994 ), h.1

43

Adapun perkembangan sistem pengajaran al-Qur’an di Indonesia seperti dalam madrasah-madrasah yang modern, seperti yang didirikan oleh

Muhammdiyah atau NU, pelajaran membaca al-Qur’an sudah diatur lebih sempurna. Anak-anak itu diajar membaca huruf Arab di papan tulis dan dilatih membunyikan ayat-ayat itu dengan hafalan dan bacaan yang baik.

Pada akhir-akhir ini, banyak perkumpulan-perkumpulan Islam sudah menciptakan sendiri kitab-kitab pelajaran membaca al-Qur’an dengan sistem yang baik, kebanyakan dengan memperhatikan contoh-contoh pelajaran di Mesir.16

Dalam pembelajaran al-Qur’an ini ada beberapa sistem dan metode yang ada dan berkembang di Indonesia. Metode yang selama ini kita terapkan dalam mempelajari al-Qur’an, ternyata sudah kurang sesuai lagi, karena dengan metode yang ada, belajar membaca al-Qur’an dirasa sulit dan memakan waktu yang relatif lama.

Para ulama, tokoh masyarakat, dan para pimpinan lembaga Al-Qur’an banyak menciptakan metode belajar membaca al-Qur’an dengan cepat. Sampai saat ini tidak kurang dari 20 metode, diantaranya sebagai berikut : a. Metode Baghdadiyyah b. Metode Hattaiyyah di Riau c. Metode Al-Barqi di Surabaya d. Metode Qira’ati di Semarang e. Metode Iqra’ di Yogyakarta

16 Abu Bakar Saleh, Sejarah Al-Qur’an, ( Solo : CV. Ramadhani, 1989 ), cet. Ke-6, h. 238

44

f. Metode Al-Banjari di Banjarmasin

g. Metode SAS di Jawa Timur

h. Metode Tombak Alam di Sumatra Barat.

i. Metode Muhafakah ; metode yang digunakan untuk pengajaran al-Qur’an

dengan cara hafalan kalimat sehari-hari.

j. Metode Muqoronah ; yaitu dengan padanan huruf atau persamaan huruf atau

transliterasi.

k. Metode wasilah ; Metode urai baca dengan alat peraga.

l. Metode saufiyah ; dengan cara gestalt

m. Metode tarqidiyah ; pada dasarnya sama dengan metode Bagdadiyah.

n. Metode jam’iyah ; metode campuran

o. Metode an-Nur

p. Metode El-Fath

q. Metode 15 jam belajar al-Qur’an

r. Metode Aba Ta Tsa

Metode tersebut adalah hasil penelitian Litbang Depag bulan Januari tahun

1994. Disimpulakan bahwa metode Al-Barqi lebih tepat digunakan secara klasikal dan dapat masuk dalam kegiatan intrakulikuler.17

Adapaun metode SAS, Iqra’, dan al-Banjari dapat digunakan dalam kelompok kecil dengan sistem tutorial sehingga pelaksanaannya lebih tepat di luar kegiatan

17 Hasan Muarif Ambari dan Taufik Abdillah, Ensiklopedia Islam, ( Jakarta : PT. Iktiar Baru Van Hoeve 1996 ) jilid 2, h. 391

45

kulikuler. Metode Iqra’ akhirnya lebih banyak dipakai karena lebih mudah dan cepat dipahami oleh anak didik,meskipun memakan waktu yang cukup lama. Metode ini ditemukan oleh K.H. As’ad Humam (1933-1996) , pendiri Persatuan Pengajian Anak-

Anak Kota Gede dan Sekitarnya (PPKGS, 1953).

Dalam uapaya mencari metode belajar dan mengajar membaca al-Qur’an, berbagai buku menawarkan cara-cara baru, sebagaimana yang telah disebut di atas, antara lain : metode bagdadiyah, metode Qira’ati, metode al-Barqi, metode Iqra’ metode Aba Ta Tsa dan metode lainnya. Adapun yang akan dikembangkan dalam skripsi ini adalah suatu kajian perbandinagan antara metode Aba Ta Tsa dan metode

Iqra. Metode Aba Ta Tsa adalah metode yang baru mulai diterapkan di lembaga- lembaga pendidikan formal khususnya Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan lembaga-lembaga non formal lainnya, sedangkan metode Iqra adalah metode yang sudah lama diterapkan di TPA/ LTQA seluruh tana air.

D. Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an

1. Pengertian Efektivitas

Kata “efektivitas” merupakan kata sifat dari kata “efektif” yang berarti

ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat membawa

46

hasil ; Berhasil Guna.18 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti

dapat membawa hasil guna atau tepat guna.19

Efektivitas adalah merupakan salah satu kriteria keberhasilan siswa

dalam pembelajaran. Hal ini didukung oleh pendapat etzioni (1964) bahwa :

“efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

atau sasarannya.”20 Sesuatu dapat dikatakan efektif jika dapat berhasil sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai (telah direncanakan) sebelum melakukan hal

tersebut.

Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa secara umum efektifitas berarti ketercapaian suatu usaha dengan tujuan

yang telah direncanakan sebelumnya.

Dalam dunia pendidikan efektifitas dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu

segi efektifitas mengajar guru dan segi efektifitas belajar murid. Efektifitas

mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang

direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektifitas belajar murid terutama

menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui

kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.21

18 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka), Cet. Ke-8, h. 961

19 Departement pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.250

20 WWW. Sisdiknas Co.Id. 21 Madya, Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effhar offset,1990), Cet. Ke-1, h.63

47

Sejalan dengan pendapat di atas, Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik/

Metodik/ Kurikulum IKIP Surabaya (1988) mengemukakan bahwa “efektivitas adalah tingkat keberhasilan sesorang dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini seorang yang hendak mencapi tujuan tersebut adalah siswa dan guru, sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan pembelajaran”. Dengan demikian yang dimaksud dengan efektivitas dalam pembelajarn Al-Qur’an adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran dalam waktu yang singkat.

2. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Proses Pembelajaran Al-

Qur’an.

Untuk menciptakan suatu sistem proses belajar mengajar yang baik

tidaklah mudah, hal ini disebabkan permasalahan dalam kegiatan belajar

mengajar begitu kompleks, dalam arti untuk menciptakan kondisi yang efektif

sangatlah dipengaruhi oleh komponen–komponen yang ada dalam proses

belajar mengajar itu sendiri baik yang sifatnya intern maupun yang ekstern.

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar

adalah : a Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni kondisi/ keadaan jasmani dan

rohani siswa; b Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar

siswa;

48

c Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan

kegiatan pembelajaran22

Selain dari beberapa hal di atas sistem pengolahan dan administrasi

yang baik dalam suatu sekolah, beberapa faktor tersebut di atas dapat

mempengaruhi efektif tidaknya kegiatan belajar mengajar, untuk lebih

jelasnya sebagian dari faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor murid

Murid atau anak didik merupakan potensi yang harus

dikembangkan. Didalam mendidik atau membimbingnya harus melihat

potensi–potensi yang ada pada diri anak didik tersebut, sehingga potensi–

potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik pula.

b. Faktor guru

Belajar mengajar adalah aktivitas interaksi antara guru dan murid.

Dimana interaksi itu bukan hanya membutuhkan keterlibatan dari pihak

murid saja melainkan juga keterlibatan sorang guru, sehingga tidak berat

sebelah atau dalam artian harus saling mengisi sehingga terdapat Feed

back (timbal balik) diantara keduanya. Gurupun harus menjadi suri

tauladan dan dapat mengantarkan anak didiknya kearah tujuan yang telah

22 Muhibbin Syah, Loc Cit, hal.130

49

ditentukan, melalui kegiatan bimbingan, pendidikan,latihan, dan

pengarahan,maka sikap prilaku dan pengetahuannya dapat terbentuk

dengan baik yang kemudian menjadi pribadi yang baik dan berkualitas.

c. Faktor lingkungan Sekolah

Adapun yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah bagaimana

menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan di lingkungan sekolah

tempat siswa belajar, sehingga membantu kegiatan belajar mengajar, seperti

rasa aman, suasana yang bersih, keindahan, ketertiban, dan kekeluargaan.

E. Indikator Efektivitas dalam Pembelajaran Al-Qur’an

Untuk mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai secara efektif atau tidak, maka dapat diketahui dengan tingkat prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai.

Tingkat keberhasilan dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf, yaitu istimewa

(maksimal), baik sekali (optimal), baik (minimal), dan kurang.23

a. Istimewa/maksimal : Apabila seluruh (100%) bahan pelajaran yang

diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal : Apabila sebagian besar (76%-99%) bahan

pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

c. Baik/minimal : Apabila hanya (60%-75%) bahan pelajaran yang

diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

23 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h.121

50

d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan itu kurang dari 60%

dapat dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa efektifitas

pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah

direncanakan sebelumnya. Berdasarkan ketercapaian tujuan

pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan

ketercapaian tujuan pembelajaran ini maka suatu kegiatan pembelajaran

dikatakan memiliki tingkat efektifitas yang baik sekali bila dapat

mencapai minimal 80% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

Suatu proses belajar dapat dikatakan efektif jika telah diuji melalui beberapa kriteria efektivitas, sebagaimana telah dikemukan oleh Tim Penyusun Didaktik

Metodik Kurikullum IKIP Surabaya, bahwa demi ketetapan dan keobjektifan dalam pengamatan dan penilaian terhadap proses belajar mengajar seorang guru, maka perlu digunakan sebuah daftar pertimbangan dan penilaian efektivitas mengajar yang berisi

10 kriteria efektivitas mengajar yang perlu diperhatikan oleh para pengajar yaitu sebagai berikut :

1. Persiapan : seperti peralatan mengajar, buku pengangan dan sebagainya

2. Sikap guru harus berwibawa dan suara di dalam mengajar harus jelas

3. Perumusan kompetensi dasar, harus dinyatakan secara kongret

4. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai

5. Menguasai bahan pelajaran

51

6. Penguasaan situasi kelas

7. Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar

8. Penggunaan alat pengajaran

9. Jalan pengajaran atau proses pengajaran haruslah efektif dan efisien.

10. Teknik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah laku murid

yang diharapkan.24

Menurut Nana Sudjana (1989), indikator-indikator efektivitas pembelajaran meliputi :

1. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum

2. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru

3. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa

4. Interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa

5. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran

6. Motivasi siswa meningkat

7. ketrampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi

8. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa25

Sedangkan indicator-indikator efektivitas dalam pembelajaran al-Qur’an adalah :

a. Anak didik dapat membaca al-Qur’an dengan cepat dan bertajwid

24 Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993 ) Cet. Ke-5, h. 164 – 166

25 Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1991), Cet. Ke-3 hal. 60-63

52

b. Siswa mampu membaca al-Qur’an dengan baik dalam waktu minimal 7

bulan.

c. Siswa mampu membaca al-Qur’an tanpa ditunjuk dalam wktu yang singkat.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, metode

pembelajaran al-Qur’an bisa dikatakan efektif apabila: Guru menguasai kelas,

guru menguasai materi pelajaran, guru menguasai metode pengajaran, taget

kurikulum tercapai dan nilai kemampuan baca al-Qur’an siswa, dan siswa

dapat menyelesaikan materi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

F. Urain

Keberadaan TPA/LTQA yang bersifat sebagai lembaga pendidikan non formal jenis keagamaan berperan penting dalam membantu mempersiapkan, mengembangkan sikap, pengetahuan peserta dan ketrampilan keagamaan yang telah dimiliki oleh peserta didik melalui program pendidikan formal.

Materi pelajaran TPA/ LTQA menitik beratkan pada pengajaran al-Qur’an sesuai dengan tujuannya, yaitu mencetak kader-kader muslim Qur’ani yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, meskipun demikian ditunjang pula dengan materi- materi seperti : pengajaran shalat, hafalan ayat-ayat al-Qur’an, aqidah, akhlaq dan lain sebagainya.

Mayoritas TPA/ LTQA yang ada di sekitar Jakarta Selatan, khususnya di wilayah Pela Mampang, Jakarta Selatan, kebanyakan lembaga al-Quran masih menggunakan metode Iqra’, karena metode Iqra’ telah lama keberadaannya dan menyebar luas di dunia TPA. Dan LTQA, Sedangkan metode Aba Ta Tsa dan

53

metode-metode lainnya bermunculan setelah metode Iqra’ itu ada. Hal dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian Mahasiswa siswa STIDDI Al-Hikmah Jakarta semester VI tahun 2006, bahwa 55 buah dari 60 TPA yang berada di wilayah Pela

Mampng, masih menggunakan metode Iqra, dalam pembelajaran al-Qur’an, sedangkan sisanya 5 buah TPA menggunakan Metode Aba Ta Tsa.26

TPA/ LTQA dan sekolah-sekolah formal seperti SDIT yang baru menggunakan metode Aba Ta Tsa. Meskipun metode Aba Ta Tsa tergolong baru digunakan di lembaga-lembaga pendidikan, akan tetapi hasilnya sudah mulai kelihatan. Sebagai contoh kemampuan dan prestasi membaca al-Qur’an anak-anak

LTQA dan SDIT Al-Hikmah Mampang yang menggunakan metode Aba Ta Tsa cukup menggembirakan. Hal ini tidak terlepas dari metode mengajarkan al-Qur’an yang menggunakan metode Aba Ta Tsa tersebut, disamping banyak faktor pendukung lainnya, seperti tingkat kecerdasan siswa, keuletan dan kerajinannya, kemampuan guru, sarana prasarana serta sistem pengajaran yang menciptakan suasana kondusif.

Adapun TPA/ LTQA yang menggunakan metode Iqra dalam mengajarkan al-

Qur’an meskipun juga dianggap berhasil, namun siswa-siwi baru bisa membaca al-

Qur’an dalam waktu yang cukup lama dan kemampuan tilawahnya kurang memuaskan. Hal ini terbukti banyak sekolah-sekolah yang menggunakan metode Aba

Ta Tsa selalu memenangkan juara baik tingkat sekolah maupun tingkat Propinsi, seperti lomba tilawah anak-anak yang diadakan RRI dan acara LOKETA PAI tingkat

SD se-Kecamatan mampang prapatan 2006 yang diadakan oleh Dinas Pendidikan

26 Rina Wati, Laporan Penelitian, th 2006

54

Dasar Jakarta Selatan, didominasi oleh anak-anak dari Lembaga-lembaga yang menggunakan metode Aba Ta Tsa dalam pengajaran al-Qur’an nya.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat dibuat uraian, bahwa ada perbedaan kemampuan dalam membaca al-Qur’an di TPA/ LTQA yang menggunakan metode Aba Ta Tsa dengan TPA/ LTQA yang menggunakan metode

Iqra’ yang mengindikasikan sebuah metode lebih efektif dibandingkan metode yang lain.

55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan yang dihadapi. Hal ini merupakan rencana pemecahan masalah yang diselidiki.

Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menemukan data yang valid, akurat, dan signifakan dengan permasalahan, sehingga terungkap masalah yang diteliti.

Adapun dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriftif yang bersifat komparatif.

B. Objek Penelitian

Objek yang penulis teliti adalah manusia, yaitu siswa-siswi Lembaga Tahfidz

Al-Qur’an Anak-anak (LTQA) Al-Hikmah dan siswa-siswi Lembaga Tahfidz Al-

Qur’an Anak-anak (LTQA) At-Taqwa.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

56

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek

penelitian yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan

penelitian. Adapun target dalam populasi ini adalah keseluruhan siswa-siswi yang

belajar di Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak Al-Hikmah dan Lembaga

Tahfidz Al-Qur’an At-Taqwa pada tingkatan tilawah dan mahir tilawah pada

tahun ajaran 2006-2007.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang harus diteliti, yang

dipilih atau ditetapkan sebagai analisa27. Maka untuk memudahkan penelitian dan

juga keterbatasan waktu, peneliti hanya mengambil 20 orang dari jumlah siswa-

siswi LTQA Al-Hikmah dan 20 orang siswa-siswi LTQA At-Taqwa yang berada

pada tingkatan tilawah dan mahir tilawah di kedua lembaga tersebut yang diambil

secara random.

D. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksankan di Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak

Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak

At-Taqwa Mampang, Jakarta Selatan. Adapun pelaksanaan penelitiannya dilaksanakan dari tanggal 1 - 29 Desember 2006 M.

E. Variabel Penelitian

27 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-12, hal. 266

57

Suatu penelitian agar dapat dioperasionalkan dan dapat diteliti secara empiris, maka ditentukan variabelnya. Veriabel adalah karakter dari unit obsevasi yang mempunyai variasi.28 Atau segala sesuatu yang dijadikan objek penelitian.

Suharsimi Arikunto menyebutkan variable adalah “gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian.”29

Penelitian yang berjudul “Efektivitas Metode Aba Ta Tsa dan Metode Iqra’ dalam Pembelajaran Al-Qur’an di LTQA al-Hikmah dan LTQA at-Taqwa Mampang,

Jakarta Selatan”, variabelnya sebagai berikut :

• Variabel bebas ( X ) adalah : Penggunaan metode Aba Ta Tsa dan Metode Iqra’.

• Variabel terikat ( Y ) adalah : Efektivitas penggunaan kedua metode yang berupa

Kemampuan dan prestasi belajar siswa.

F. Konsep dan pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, untuk memudah peneliti dalam menilai proses pembelajaran, maka diperlukan sebuah patokan atau ukuran yang disebut Indikator.

Menurut Nana Sudjana (1989), indikator-indikator efektivitas pembelajaran meliputi :

28 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996 ), Cet. Ke-1 h. 216

29 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-10 h. 111.

58

INDIKATOR ASPEK PENILAIAN Alat Ukur TIAP INDIKATOR A. Keterlaksanaan 1. Guru dapat mengkondisikan kelas Observasi Program pembelajaran 2. Waktu pembelajaran cukup dan oleh guru sesuai dengan program pembelajaran 3. Guru membimbing siswa saat proses pembelajaran B. Kesesuaian proses 1. Materi sesuai rencana Observasi pembelajaran dengan 2. Guru membuat rencana kurikulum pembelajaran al-Qur’an C. Keterlaksanaan 1. Siswa ikut serta dalam proses Observasi program pembelajaran pembelajaran oleh siswa 2. Siswa melaksanakan apa yang diperintah guru D. Penggunaan alat 1. Guru membawa papan tulis dan Observasi pengajaran spidol 2. Guru membawa buku pedoman E. Menggunakan 1. Guru memberikan materi tambahan Observasi pendekatan yang 2. Guru memberikan penghargaan bervariasi bagi muurid yang berprestasi

59

3. Guru memberikan sanksi bagi murid yang melanggar F. Evaluasi 1. Guru mengavaluasi sesuai dengan Observasi kemampuan masing-masing siswa 2. Guru melakukan evaluasi secara continue 3. Guru membiarkan siswa memperbaiki kesalahannya sendiri ketika salah dalam bacaan al- Qur’an. G. Ketrampilan dan 1. Guru memberikan pengantar Observasi kemampuan guru sebelum belajar 2. Guru memberikan motivasi kepada siswa setiap selesai belajar 3. Guru menguasai materi dan metode pembelajaran 4. Guru menggunakan metode Aba Ta Tsa 5. Guru menjelaskan materi dengan suara yang jelas H. Keikutsertaan siswa 1. Bertanya pada guru bila tidak Observasi dalam proses memahami materi pembelajaran 2. Banyak tilawah al-Qur’an selama proses pembelajaran I. Siswa termotivasi 1. Siswa belajar dengan Observasi menyenangkan 2. Siswa tidak banyak bercanda ketika proses pembelajaran berlangsung

60

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan data tersebut ditempuh dengan beberapa cara, antara lain :

1. Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan mengamati secara langsung

terhadap obyek yang diteliti. Adapun obyek observasinya adalah keadaan

lingkungan LTQA Al-Hikmah dan LTQA At-Taqwa.

2. Tes, yaitu penulis melakukan pengetesan langsung selama satu bulan kepada

siswa-siswi kedua lembaga tersebut satu persatu untuk mengetahui

kemampuan mereka dalam membaca Al-Qur’an.

3. Dokumentasi, yaitu penulis mencatat dokumen-dokumen tentang sejarah

berdirinya Lembaga Tahfizd Al-Qur’an Anak-anak Al-Hikmah (LTQA) dan

LTQA At-Taqwa sesuai dengan masalah yang diteliti serta prestasi siswa-

siswi yang menggunakan metode Aba Ta Tsa dan metode Iqra tersebut.

4. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan mewawancarai pihak-pahak

yang dianggap dapat memberikan informasi di sekitar pembahasan materi ini,

seperti Pimpinan lembaga, guru-guru yang mengajar Al-Qur’an di Lembaga

Tahfizd Al-Qur’an Anak-anak Al-Hikmah (LTQA) dan LTQA At-Taqwa.

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terpimpin, yaitu

pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun.

H. Teknik Analisis Data

61

Untuk mengolah data, agar mendapatkan hasil komparatif, penulis menganalisa dokumen-dokumen prestasi siswa di LTQA Al-Hikmah dan LTQA

At-Taqwa, melihat hasil tes siswa/i di kedua lembaga dengan penggunaan metode yang berbeda, melakukan analisa hasil observasi dan hasil wawancara yang mengacu kepada indikator-indikator efektifitas pembelajaran dengan menggunakan metode

Aba Ta Tsa dan metode Iqra, kemudian dibandingkan dan ditarik kesimpulan.

Sebagaimana bagan di bawah ini :

Fokus Indikator Pengamatan Bukti Analisis Kesimpulan masalah Efektifitas tes dan wawancara

Penganalisaan hasil wawancara, observasi dan test bertujuan untuk mengungkapkan dua hal :

1. Profil lembaga

2. Efektifitas pembelajaran.

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum LTQA Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan

1. Sejarah Berdirinya

Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Al-Hikmah terletak di Jalan Bngka II No.

24, kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Madya

Jakarta selatan.

Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Al-Hikmah adalah lembaga pendidikan

non formal yang berada di bawah koordinasi yayasan Al-Hikmah. Berdirinya

Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Al-Hikmah tersebut dilatar belakangi oleh

situasi, kondisi masyarakat yang jauh dari al-Qur’an, serta rendahnya tingkat

kualitas bacaan, pemahaman dan pengamalan masyarakat terhadap al-

Qur’an.30

Berdasarkan kenyataan di atas, maka beberapa orang tokoh

masyarakat setempat, diantaranya adalah KH. Abdul Hasib Hasan, Lc, dan

dua orang Huffadz (penghafal) al-Qur’an yang mengajar di Madrasah Aliyah

Al-Hikmah pada waktu yaitu H. Abdul Aziz Abdul Rouf Al hafidz dan

Sofyan Nur Al-hafidz berinisiatif untuk mendirikan Lembaga khusus

mengajarkan membaca, menghafal dan menafsirkan al-Qur’an sebagai wadah

30 Bambang Abdullah, Direktur LTQA Al-Hikmah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 12 Desember 2006

63

untuk mewujudkan masyarakat Qur’ani yang menjadikan al-Qur’an sebagai

pedoman hidup. maka berdirilah Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Al-Hikmah

pada tahun 1990 baik pada tingkat dewasa maupun pada tingkat anak-anak.

Atas bantuan para dermawan muslim yang berada di wilayah Bangka,

maka Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Al-Hikmah dari tahun ke tahun mengalami

perkembangan baik dari sisi sarana dan prasarana maupun kuantitas siswa-

siswi yang belajar. Pada tahun 1992 Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Al-Hikmah

diresmikan sebagai lembaga khusus membaca, menghafal dan memberikan

pengajaran tafsir al-Qur’an.

Awal kegiatan belajar mengajar dilakasanakan di gedung Sekolah

Dasar Islam Al-Hikmah, akan tetapi, karena jumlah siswa-siswi semakin

bertambah, sementara tempat tidak mencukupi, akhirnya kegiatan belajar

mengajar dipindahkan ke Masjid Al-Hikmah, yaitu lantai II digunakan untuk

pria dan lantai III digunakan untuk wanita.

Pada tahun pertama jumlah siswa yang mendaftar sekitar 100 orang,

akan tetapi, karena minimnya jumlah pengajar yang tersedia, maka diadakan

penyeleksian jumlah peserta didik, akan tetapi pada tahun berikutnya sampai

sekarang lembaga tersebut menerima siswa-siswi baru tanpa melakukan

penyeleksian lagi, dikarnakan stok guru yang sudah mencukupi.

2. Keadaan Guru dan Murid

Guru yang mempunyai peran dan pengaruh bagi anak didik sebagai

pelaksana langsung dan orang yang bertanggung jawab terhadap tercapainya

64

tujuan pendidikan. Sebagaimana yang dikemukan oleh Abu Ahmadi dalam

bukunya menyatakan bahwa guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar.

Sebagai pendidik selain memberikan pengetahuan, guru juga mengarahkan

tingkah laku anak didik ke arah yang lebih baik, dan sebagai pengajar guru

berkewajiban menterjemahkan segala pengetahuan yang dimilikinya kepada

anak didik sesuai dengan perkembangannya.

Kedua tugas tersebut merupakan faktor yang sangat penting untuk

menunjang terlaksananya program pendidikan, sehingga untuk dapat

melaksanakan tugas dengan baik, guru wajib memberikan disiplin waktu,

disiplin ilmu, terutama ilmu keguruan untuk meningkatkan mutu. Jumlah guru

yang mengajar di Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak Al-Hikmah saat ini

berjumlah 16 orang, yakni 9 orang guru laki-laki dan 7 orang guru

perempuan.

Tabel I

Keadaan Guru LTQA Al-Hikmah

No Nama Guru Jabatan Pendidikan

1 Bambang Abdullah Mudir SI Univ. Az-Zahroh

2 Dedi Arisandi TU SMU

3 Faris Ketua harian LIPIA

4 Alim Santoso Guru STID Al-Hikmah

5 Endang Talimuddin Guru UIN Syahid

65

6 Ahmad Zaki Guru SI UIN Syahid

7 Diah Khoiriyah Guru UIN Syahid

8 Busyroh Guru SMA

9 Nani Salihah Guru SMA

10 Riqi Firmansyah Guru SMA

11 Hendra Guru LIPIA

12 Ahmad Saefuddin Guru SMA

13 Sobarna Guru STID Al-Hikmah

14 Yeni Guru SMA

15 Adib Guru STID Al-Hikmah

16 Fatimah Guru STIU Al-Hikmah

17 Siti Nurjannah Guru STID Al-Hikmah

18 Ela Guru LIPIA Jakarta

Adapun syarat-Syarat menjadi guru di LTQA Al-Hikmah, antara lain :

1. Mahir membaca al-Qur’an dengan baik dan benar

2. Hafal al-Qur’an minimal (1-2 juz)

3. Telah Mengikuti Pelatihan Metode Aba Ta Tsa

4. Memiliki budi pekerti yang baik

66

Adapun mengenai keadaan siswa-siswi di Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak- anak Al-Hikmah dari tahun ke tanun mengalami perkembangan, sehigga dari tahun ke tahun selalu ada penambahan guru. Jumlah sisiwa-siswi LTQA Al-Hikmah pada tahun ajaran 2006-2007 tercatat sebanyak 221 orang yang masing-masing terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu, tingkatan Aba Ta Tsa, Tilawah, Mahir Tilawah dan

Tahfidz.

Untuk lebih jelasnya keadaan siswa-siswi Lembata Tahfidz Al-Qur’an Anak- anak Al-Hikmah lihat pada tabel berikut ini :

Tabel II

Keadaan Murid LTQA Al-Hikmah

No Tingkatan Pria Wanita Jumlah

1. Aba Ta Tsa 37 38 75

2. Tilawah 52 25 77

3. Mahir Tilawah 20 16 36

4. Tahfidz 16 17 33

Jumlah keseluruhan 125 96 221

3. Sarana dan Prasarana

Dalam suatu lembaga formal maupun non formal, sudah barang tentu

memiliki sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya kegiatan

belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan dalam

67

mencapai tujuan pendidikan sangatlah diperlukan, disamping sebagai

motivator juga sebagai mediator bagi anak didik Tanpa sarana dan prasarana

yang memadai, maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan baik.

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Lembaga Tahfidz Al-

Qur’an Anak-anak Al-Hikmah adalah sebagai berikut :

Tabel III

Sarana dan Prasarana LTQA Al-Hikmah

Sarana dan Prasarana Jumlah

Kantor 2 buah

Meja 3 buah

Kursi 3 buah

Telepon 1 buah

Komputer 1 buah

Alat Peraga 2 buah

Laboratorium Aba Ta Tsa 1 buah

Lemari Buku 1 buah

Tape Rocorder 1 buah

LCD 1 buah

68

4. Kegiatan Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar yang baik tentu akan menghasilkan prestasi

yang baik pula. Pengajaran al-Qur’an di LTQA Al-Hikmah dimulai pada

pukul 16. 00 sampai dengan jam 17.30 WIB.

Adapun hari yang digunakan siswa-siswi untuk belajar adalah lima

hari dalam sepekan, yaitu dimulai pada hari senin sampai hari jum’at. Selain

belajar al-Qur’an siswa –siswi juga diajarkan ilmu-ilmu keislaman lainnya,

seperti Aqidah, akhlaq, fiqih ibadah, do’a –do’a, dan ayat-ayat pendek yang

itu semua merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam.

Adapun gambaran pembelajar dalam waktu 90 menit, secara garis

besar sebagai berikut :

Muroja’ah Hafalan ayat-ayat pendek bersama : 15 Menit

Tilawah Mandiri : 15 Menit

Face to Face : 45 Menit

Motivasi guru kepada siswa : 15 Menit

Alokasi waktu diatas, adalah alokasi waktu normal dalam keadaan

rutin, namun jika sewaktu-waktu dalam keadaan darurat, misalkan ada rapat

dewan guru mendadak, atau acara-acara insidental lainnya, maka alokasi

waktu dapat berubah sesuai dengan keadaan.

69

5. Struktur Organisasi LTQA Al-Hikmah

Sebagai sebuah lembaga, tentulah memiliki organisasi kelembagaan

tersaebut, maka Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak juga memiliki

Struktur Organisasi.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis membuat sebuah bagan struktur organisasi LTQA Al-Hikmah, yaitu :

Struktur Organisasi LTQA Al-Hikmah

Mudir Ust. Bambang Abdullah

TU Ketua Harian Dedi Arisandi Ust. Faris

Guru

Murid

70

B. Gambaran Umum LTQA At-Taqwa, Jakarta

1. Sejarah Berdirinya

Beridinya LTQA At-Taqwa ini dilatar belakangi oleh Ide dua orang,

yaitu Khoirul Anwar MA Al-Hafidz yang pada waktu itu baru pulang dari

menuntut ilmu syari’ah di Suriah, dan Khoirul Sholeh yang merupakan

penduduk asli betawi yang juga peduli terhadap kondisi umat, khususnya

masyarakat yang berada di wilayah bangka IV yang juga tidak jauh dari

tempatnya tinggal untuk membentuk Lembaga pengajaran al-Qur’an di masjid

At-Taqwa tersebut, karena melihat masih minimnya Lembaga-lembaga al-

Qur’an khususnya di wilayah Pela Mampang, sementara kebutuhan

masyarakat terhadap Lembga-lembaga al-Qur’an meningkat, akhirnya pada

tahun 2000 atas dukungan tokoh-tokoh masyarakat setempat, maka berdirilah

LTQA At-Taqwa tersebut.31

Walaupun LTQA At-Taqwa ini tergolong lembaga al-Qur’an yang

baru berdiri, akan tetapi dari tahun ke tahun mengalami perkembangan.

Diantara tujuan didirikanya LTQA At-Taqwa adalah :

a. Menyiapkan generasi Qur’ani yang terampil membaca, memahami,

menghafal dan mengamalkan al-Qur’an.

b. Membentuk anak didik yang beriman, berilmu dan betaqwa kepada

Allah SWT.

31 Lukmanul Hakim, Ketua LTQA At-Taqwa, Wawancara Pribadi, Jakarta, 1 Desember 2006

71

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengelolaan pendidikan al-

Qur’an.

d. Memasyarakatkan al-Qur’an di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

2. Keadaan Guru dan Murid

Setiap guru yang mengajar di LTQA At-Taqwa harus mempunyai kriteria

sebagagai berikut :

a. Akhlaqul Karimah dan berkepribadian menarik

b. Loyalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap lembaga

c. Wajib mengikuti program hapalan al-Qur’an

d. Mempunyai hafalan (minimal 2 juz)

Agar lebih jelasnya keadaan guru di LTQA At-Taqwa, sebagai mana dibawah ini :

Keadaan guru dan karyawan LTQA At-Taqwa

No Nama Guru Jabatan Pendidikan

1 Lukmanul Hakim Pimpinan STID AlHikmah

2 Basyir Hasan Guru UIN Syahid

3 Muhaimin Guru Aliyah

4 Siti Juhairiah Guru STIU Al-Hikmah

5 Husnul Kamilah Guru STIU Al-Hikmah

6 Masyito Guru STIU Al-Hikmah

7 Hidayati Guru STIU Al-Hikmah

72

8 Maisah Guru STID Al-Hikmah

9 Zulifah Guru STIU Al-Hikmah

10 Atih K. Guru Aliyah

11 Mas’ah Guru STIU Al-Hikmah

12 Aisyah Guru STIU Al-Hikmah

13 lilik Guru STIU Al-Hikmah

Adapun mengenai keadaan siswa-siswi di Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak- anak At-Taqwa dari tahun ke tanun mengalami perkembangan, Jumlah sisiwa-siswi

LTQA At-Taqwa pada tahun ajaran 2006-2007 tercatat sebanyak 160 orang yang masing-masing terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu, tingkatan Iqra’, Tilawah al-

Qur’an, takhasus dan tingkatan Tahfidz.(menghafal)

Untuk lebih jelasnya keadaan siswa-siswi Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak- anak At-Taqwa adalah sebaga berikut :

Keadaan Murid LTQA At-Taqwa

No Tingkatan Pria Wanita Jumlah

1. Iqra’ 16 25 41

2. Tilawah al-Qur’an 30 30 60

3. Tahkasus 15 25 40

4. Tahfidz (hafalan) 9 10 19

Jumlah keseluruhan 70 90 160

73

3. Sarana dan Prasarana

Berhasilnya KBM di setiap lembaga pendidikan tidak terlepas dari

unsur sarana dan prasarana yang tersedia, Demikian pula LTQA At-Taqwa

mempunyai sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang

tercapainya proses belajar mengajar dengan baik.

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Lembaga Tahfidz Al-

Qur’an Anak-anak At-Taqwa adalah sebagai berikut :

Sarana dan Prasarana LTQA At-Taqwa

Sarana dan Prasarana Jumlah

Kantor 1 buah

Meja 2 buah

Kursi 4 buah

Telepon 1 buah

Komputer 1 buah

Alat Peraga I buah

Lemari Buku 1 buah

Ruang belajar 1 lantai

Spidol 10 buah

74

4. Kegiatan Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar yang baik tentu akan menghasilkan prestasi

yang baik pula. Pengajaran al-Qur’an di LTQA At-Taqwa dimulai pada pukul

16. 00 sampai dengan jam 17.30 WIB.

Adapun hari yang digunakan siswa-siswi untuk belajar adalah lima

hari dalam sepekan, yaitu dimulai pada hari senin sampai hari jum’at. Selain

belajar al-Qur’an siswa –siswi juga diajarkan ilmu-ilmu keislaman lainnya,

seperti Aqidah, akhlaq, fiqih ibadah, do’a –do’a, dan ayat-ayat pendek yang

itu semua merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam.

Adapun gambaran pembelajar dalam waktu 90 menit, secara garis

besar sebagai berikut :

Muroja’ah Hafalan ayat-ayat pendek bersama : 15 Menit

Persiapan : 15 Menit

Membaca dihadapan guru : 50 Menit

Motivasi guru kepada siswa : 10 Menit

C. Deskripsi Data

Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukan bahwa salah diantara teknik- teknik pengunpulan data yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini adalah melalui test, observasi dan wawancara.

75

1. Melalui test

Peneliti mengadakan test perorangan secara langsung di LTQA Al-

Hikmah dan LTQA At-Taqwa Jakarta dengan bacaan surat Ali- ’Imran ayat 38-

45. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel IV

Daftar Nilai Hasil Tes Bacaan Al-Qur’an Siswa / Siswi LTQA Al-Hikmah

No. Nama Tajwid Makharijul Kelancaran Mean Huruf Bacaan (X) 1 Yusuf Bachtiar 70 85 80 78

2 Tian Olan 70 85 70 75

3 Galang putra 40 85 70 65

4 Hisbulloh 75 85 80 80

5 Ahmad Faruqi 85 90 80 85

6 Taufik Hidayat 90 90 80 87

7 Kamaluddin robbani 95 85 80 87

8 Irfan Jundi 95 90 90 92

9 Ahmad Faqih 95 90 70 85

10 Septiyan Subhan 50 60 60 57

11 Muhamamd 90 85 80 85

12 Faris Kahfi 80 90 80 83

13 Rizki 50 80 80 70

76

14 Ahmad Salim 95 90 70 75

15 Burhanuddin R. 80 90 80 83

16 M. Irsyad 90 90 90 90

17 Zaqalul Artazani 80 90 70 80

18 Reza 60 85 70 72

19 M. Lutfi 80 90 70 80

20 Ahmad Zidan 90 90 70 83

Jumlah 1640 1645 1480 1592

Rata-rata 82 82.25 74 79.6

Dari daftar nilai hasil test bacaan al-Qur’an diatas pada tabel IV, terlihat bahwa rata-rata nilai kemampuan tajwid siswa di Lembaga Tahfidz Al-Qur’an anak- anak Al-Hikmah adalah tergolong cukup baik, karena rata-rata nilai kemampuan tajwid siswa 82, beigitu juga nilai makhroj huruf siswa dalam membaca al-Qur’an juga tergolong cukup baik, hal ini dibuktikan dari hasil test kemampuan tajwid di

LTQA Al-Hikmah rata-rata siswa mendapat nilai 82,25, adapun nilai kemampuan siswa LTQA Al-Hikmah dalam bidang kelancaran agak mengalami penurunan, namun masih masuk dalam katagori lebih dari cukup, karena nilai rata-rata kecepatan siswa LTQA Al-Hikmah yang menggunakan metode Aba Ta Tsa dalam membaca al-

Qur’an adalah 74.Adapun nilai rata-rata dari hasil test al-Qur’an dari keseluruhan siswa-siswi di LTQA Al-Hikmah yang menggunakan metode Aba Ta Tsa adalah

77

79.6, hal itu menunjukkan bahwa kemampuan baca al-Qur’an siswa-siswi LTQA Al-

Hikmah tergolong baik

Tabel V

Daftar Nilai Hasil Tes Bacaan Al-Qur’an Siswa / Siswi LTQA At-Taqwa

No. Nama Tajwid Makharijul Kelancaran Mean Huruf Bacaan (X) 1 Huzaifah 45 90 70 68

2 Rafi 55 80 80 72

3 Naufal 30 70 60 53

4 Angga 70 70 80 73

5 Ahmad fikri 60 70 80 70

6 Maulana 100 90 80 90

7 M. Kholilullah 100 90 90 93

8 Nanak 75 90 80 82

9 Fahmi 45 30 60 45

10 Ardeni 35 55 60 50

11 Akbar 60 65 70 65

12 Rian 40 50 65 48

13 Faisal 55 65 60 60

14 Erlangga 40 50 50 47

15 Dandi 35 50 40 42

78

16 Hendro 80 70 70 73

17 Khoiruddin 60 70 70 67

18 Wicaksono 75 75 70 73

19 Imran 50 70 70 63

20 Pajar 60 65 70 65

Jumlah 1170 1365 1475 1233

Rata-rata 58,5 68,25 73,75 61.65

Berdasarkan nilai hasil test siswa-siswi di Lembaga Tahfidz Al-Qur’an At-

Taqwa yang menggunakan metode Iqra diatas menggambarkan bahwa, kemampuan tajwid anak-anak di LTQA At-Taqwa dalam membaca al-Qur’an tergolong pada katagori hampir cukup, karena rata-rata nilai kemampuan tajwid siswa-siswi LTQA

At-Taqwa yang menggunakan metode Iqra adalah 58,5, adapun nilai kemampuan bacaan al-Qur’an dalam bidang makhroj tergolong cukup, karena rata-rata nilai kemampuan siswa-siswi dalam bidang makhroj adalah 68,25, sementara nilai kecepatan siswa-siswi LTQA At-Taqwa tergolong lebih dari cukup, karena rata-rata nilai kecepatan siswa dalam membaca al-Qur’an adalah 73,75. Adapun secara keseluruhan, nilai rata-rata kemampuan baca al-Qur’an siswa-siswi LTQA At-Taqwa adalah 61.65, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa-siwi LTQA At-Taqwa termasuk dalam katagori cukup.

79

2. Melalui observasi

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Al-Qur’an, maka penulis

melakukan observasi di kedua lembaga tahfidz al-Qur’an yang menggunakan

metode pengajaran yang berbeda, yaitu LTQA Al-Hikmah menggunakan

metode Aba Ta Tsa dan LTQA At-Taqwa menggunakan metode Iqra’. Dengan

berpedoman kepada patokan atau ukuran yang disebut indikator. Dibawah ini

adalah indikator-indikator efektivitas pembelajaran dan efektivitas pembelajaran

al-Qur’an beserta hasil observasi di kedua lembaga tersebut :

Berdasarkan hasil dari observasi peneliti di Lembaga Tahfidz Al-

Qur’an Al-Hikmah Jakarta diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pada indikator A, yaitu tentang keterlaksanaan program pembelajaran

oleh guru di LTQA Al-Hikmah sudah tercapai, hal ini dibuktikan bahwa,

rata-rata guru dapat mengkondisikan kelas ketika proses belajar

berlangsung, meskipun ada beberapa orang guru yang tampak siswa-

siswinya bercanda ketika proses pengajaran berlangsung, akan tetapi guru

langsung memberikan isyarat dengan tangan agar siswa-siswi itu berhenti

dari bercanda, memang ketika diberi isyarat masih ada siswa yang tetap

bercanda, hal ini memang sulit dikendalikan, karena memang secara

psikologi anak-anak seusia Sekolah Dasar masih senang bermain.

Begitu juga waktu pembelajaran rata-rata sudah cukup sesuai dengan

program pembelajaran yaitu satu setengah jam, dimulai dari jam 16.00

sampai jam 17.30 WIB. Meskipun ada beberapa orang guru yang

80

memulangkan siswa-siswinya jam 17.00, itupun karena guru tersebut

masuk kuliah pada hari-hari tertentu dan siswanyapun di ambil alih oleh

guru lain.

Dan guru juga melakukan bimbingan terhadap siswa-siswi selama

proses pembelajaran berlangsung, yaitu dengan sealu memperhatikan

siswa yang berpindah tempat dan tidak membaca al-Qur’an secara

mandiri, guru langsung menegurnya.

Pada indikator B, yaitu kesesuaian proses pembelajaran dengan

kurikulum, memang ini seringkali menjadi kendala di LTQA Al-Hikmah,

secara materi sudah sesuai dengan kurikulum, akan tetapi target kurikulum

itu sering kali belum sepenuhnya tercapai, hal ini dikarenakan terjadinya

perbedaan kemampuan siswa dalam belajar al-Qur’an, begitu juga pada

indikator guru membuat rencana pembelajaran, hampir rata-rata guru tidak

membuatkannya, hal ini disebabkan adanya paradigma guru al-Qur’an

yang menganggap pengajaran al-Qur’an tidak lah sama seperti pengajaran

pelajaran lain yang ada di sekolah formal.

Pada indikator C, yaitu tentang keterlaksanaan program pembelajaran

oleh siswa secara umum sudah tercapai, hal ini dapat dibuktikan dari

keikut sertaan siswa-siswi dalam proses pembelajaran, hal ini terlihat

ketika guru menjelaskan materi kepada seorang siswa, maka sebagian

siswa yang lain mendekati guru tersebut untuk mendapatkan penjelasan

yang sama, begitu juga siswa selalu melaksanakan apa yang diperintahkan

81

guru, sebagai contoh ketika guru menyuruh siswa membaca lima halaman,

maka siswa langsung melaksanakannya, karena bagi yang tidak

melaksanakannya, maka dia akan diberikan hukuman dengan pulang

belakangan.

Pada indikator D, yaitu guru menggunakan alat bantu, ini sifatnya

kondisional, artinya guru hanya akan membawa papan tulis ketika

memang materi yang akan diajarkan hari itu membutuhkan papan tulis,

seperti materi teori-teori ilmu tajwid, itupun akan diajarkan dengan anak-

anak yang sudah kelas 5 dan 6 SD. Adapun dalam pengajaran Aba Ta Tsa

guru tidak membawa buku Aba Ta Tsa sendiri, akan tetai guru hanya

meminjam buku siswa yang akan membaca.

Pada indikator E, yaitu Guru menggunakan pendekatan yang bervariasi,

secara umum sudah tercapai, hal ini dibuktikan guru sa’at mengajar sering

menyelipkan materi-materi tambahan, seperti cerita, permainan dan

lainnya, dengan tujuan anak tidak merasa bosan dalam belajar al-Qur’an.

Guru juga memberikan penghargaan sa’at murid berprestasi, contoh guru

mempersilakan siswa pulang duluan bagi yang dapat menebak nama-nama

surat dan sebaliknya guru memberikan hukuman bagi yang tidak rapi

dalam barisan.

Pada indikator F, yaitu Evaluasi, secara umum sudah tercapai, hal ini

bisa dilihat bahwa guru saat mengevaluasi siswa sesuai dengan

kemampuan siswa tidak berdasarkan target kurikulum, guru melaksanakan

82

evaluasi per pokok bahasan setiap hari, dan guru tidak akan memindahkan

siswa ke materi berikutnya sebelum siswa itu benar-benar sudah

menguasai materi yang sedang dipelajari.

Sementara pada indikator G, yaitu ketrampilan dan kemampuan guru,

bisa dikatakan belum tercapai secara maksimal, hal ini terlihat dari ketika

guru memulai pelajaran maka langsung masuk ke pokok bahasan, tanpa

adanya pengantar dari guru dan juga guru tidak memberikan motivasi

kepada siswa saat berakhirnya pelajaran, hal ini mungkin guru

mengganggap bahwa motivasi yang cocok untuk anak-anak adalah dengan

penghargaan. Guru juga kebanyakan belum sepenuhnya menjalankan

konsep Aba Ta Tsa, hal ini dimungkinkan guru belum begitu menguasai

konsep metode tersebut, akan tetapi buku yang digunakan adalah tetap

buku Aba Ta Tsa.dalam pedoman pembelajaran al-Qur’an.

Pada indikator H, yaitu keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran

sudah tercapai, hal ini bisa terlihat dari banyak siswa yang bertanya

kepada guru ketika siswa tersebut tidak memahami pelajaran.Siswa juga

giat membaca al-Quran sesuai yang ditetapkan guru baik di kelas maupun

di rumah dibuktikan dengan tanda tangan orang tua siswa.

Pada indikator I, yaitu siswa termotivasi, secara umum juga sudah

tercapai, hal ini bisa dilihat, ketika guru mengajarkan matei Aba Ta Tsa

dengan menggunakan lagu, siswa mengikuti dengan suara yang keras dan

wajah yang ceria.

83

Adapun hasil observasi di LTQA At-Taqwa dapat diuraikan sebagai

berikut :

Pada indikator A, yaitu tentang keterlaksanaan program pembelajaran

oleh guru di LTQA At-Taqwa secara umum juga sudah tercapai, hal ini

dibuktikan bahwa, rata-rata guru dapat mengkondisikan kelas ketika

proses belajar berlangsung.

Adapun waktu pembelajaran bisa dikatakan belum sepenuhnya

tercapai , karena waktu belajar seharusnya dimulai jam 16. 00 WIB, Akan

tetapi terlihat ketika penulis observasi di sana rata-rata guru baru datang

jam 16.30 Artinya waktu belajarnya tentu terjadi pengurangan.

Guru juga belum melakukan bimbingan terhadap siswa-siswi selama

proses pembelajaran berlangsung secara maksimal, dimana ketika proses

pembelajaran berlangsung, masih banyak anak yang berlarian main kejar-

kejaran sesama teman.

Pada indikator B, yaitu kesesuaian proses pembelajaran dengan

kurikulum, juga belum berjalan dengan baik, secara materi juga sudah

sesuai dengan kurikulum, hal ini dikarenakan secara kurikulum di LTQA

At-Taqwa belum tertata secara rapi, maklum lembaga tersebut masih

tergolong mudah.

Pada indikator C, yaitu tentang keterlaksanaan program pembelajaran

oleh siswa secara umum juga belum berjalan dengan baik, hal ini

disebabkan sistem pengajarannya di Lembaga tersebut ada kesamaan

84

diantara guru-guru, dalam pengajarannya, guru-guru diberi kebebasan

sesuai dengan pengalamannya masing-masing. Hal ini didukung dari hasil

wawancara peneliti dengan salah seorang pengajar di LTQA At-Taqwa

tersebut.

Pada indikator D, yaitu guru menggunakan alat bantu, di LTQA

At-Taqwa belum memiliki alat bantu yang khusus, guru hanya

menggunakan buku pedoman Iqra dan pulpen.

Pada indikator E, yaitu Guru menggunakan pendekatan yang bervariasi,

secara umum sudah tercapai, hal ini dibuktikan guru saat mengajar guru

menyelipkan materi-materi tambahan, seperti cerita, permainan dan

lainnya, dengan tujuan anak tidak merasa bosan dalam belajar al-Qur’an.

Guru juga memberikan penghargaan saat murid berprestasi, contoh guru

memberikan permen kepada siswa-siswi yang rapi dalam barisan, sebagai

mana dijelaskan salah seorang guru di LTQA At-Taqwa kepada peneliti

saat wawancara.

Pada indikator F, yaitu Evaluasi, secara umum sudah tercapai, hal ini

bisa dilihat bahwa guru saat mengevaluasi siswa sesuai dengan

kemampuan siswa tidak berdasarkan target kurikulum, guru melaksanakan

evaluasi per pokok bahasan setiap hari, dan guru tidak akan memindahkan

siswa ke materi berikutnya sebelum siswa itu benar-benar sudah

menguasai materi yang sedang dipelajari.

85

Sementara pada indikator G, yaitu ketrampilan dan kemampuan guru,

bisa dikatakan belum tercapai secara maksimal, hal ini terlihat dari ketika

guru memulai pelajaran maka langsung masuk ke pokok bahasan, tanpa

adanya pengantar dari guru dan juga guru tidak memberikan motivasi

kepada siswa saat berakhirnya pelajaran, hal ini mungkin karena

paradigma guru mengganggap mengajar al-Qur’an tidak sama seperti

mengajar di kelas formal.

Pada indikator H, yaitu keikut sertaan siswa dalam proses pembelajaran

belum juga tercapai dengan baik, hal ini peneliti melihat banyak sekali

siswa asyik dengan kegiatannya masing-masing, tanpa menghiraukan

guru, disamping karena gurunya kurang memberikan perhatian kepada

siswa.

Pada indikator I, yaitu siswa termotivasi, secara umum belum telihat

dengan baik, hal ini bisa dilihat ketika guru mengajarkan dengan

menggunakan metode Iqra tersebut, tidak terlihat tanda-tanda kecerian

siswa-siswi, karena mungkin kurangnya variasi dalam metode Iqra’.

3. Melalui wawancara

Untuk melengkapi data yang diperoleh, peniliti melakukan wawancara

kepada seorang guru yang focus mengajar Aba Ta Tsa di LTQA Al-Hikmah dan

mengajar Iqra’ di LTQA At-Taqwa, hasilnya sebagai berikut :

86

a. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan tiga orang guru yang mengajar di

LTQA Al-Hikmah pada tingkat Aba Ta Tsa (dasar), menjelaskan bahwa rata-

rata siswa-siswi LTQA Al-Hikmah dapat menyelesaikan Aba Ta Tsa yang

teridiri dari dua jilid, paling lama 7 bulan, setelah itu siswa-siswi melanjutkan

ke tingkat tilawah yaitu membaca al-Qur’an Juz 30 dari surah an-Naba sampai

an-Nash.

b. Adapun berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang pengajar di LTQA At-

Taqwa pada tingkat Iqra (tingkat dasar), menjelaskan bahwa rata-rata siswa-

siswi baru bisa menyelesaikan Iqra’ dari jilid 1 sampai jilid 6 paling cepat 1

(satu) tahun, setelah itu siswa-siswi baru pindah ke tingkat tilawah, dimulai dari

surah al-Baqarah ayat 1.

D. Usaha-usaha Peningkatan Lembaga Tahfidz al-Qur’an

1. Tahfidz al-Qur’an Anak-anak Al-Hikmah

Untuk mencapai hasil yang maksimal, pada saat ini LTQA Al-Hikmah

melakukan berbagai macam kegiatan, diantaranya :

a Menyediakan guru yang frofesional

Guru sebagai pelaksana pendidikan dalam pengajaran merupakan

penentu bagi kesuksesan proses belajar mengajar. Oleh karena itu LTQA

menyediakan guru yang menguasai dibidangnya, dengan mengikuti pelatihan

Aba Ta Tsa sebelum mengajar.

87

b Kurikulum yang terpadu

Kurikulum merupakan arah yang akan dituju oleh suatu pendidikan,

sesuai dengan informasi yang diperoleh LTQA ingin, membentuk anak didik

bukan saja bisa membaca al-Qur’an dengan baik, akan tetapi memiliki

akhlakul karimah. Oleh sebab itu dilakukan penanbahan kurikulum tentang

Aqidah, Akhlaq, Ibadah dan Siroh Nabawiyah. c Tasmi’ al-Qur’an

Untuk menimbulkan keberanian dalam diri siswa-siswi, diadakan

dilaksanakan tilawah dan menghafal ayat-ayat pendedek di depan teman-

temannya yang lain. d Qiyamul lail bersama

Dalam rangka membiasakan siswa-siswi untuk melaksankan ibadah,

maka LTQA Al-Hikmah melakukan shalat tahajud bersama setiap dua bulan

sekali. e Musabaqoh tilawatil dan hifdzul qur’an

LTQA Al-Hikmah juga melakukan Musabaqoh tilawatil Qur’an dan

Hifdzul Qur’an setiap setahun sekali, baik antar lembaga al-Qur’an, maupun

internal lembaga tersebut, hal ini bertujuan mengembangkan dan

meningkatkan potensi yang ada pada siswa-siswi.

88

2. Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak At-Taqwa

Dalam rangka meningkatkan kualitas LTQA At-Taqwa, berbagai usaha dilaksanakan, diantaranya : a. Peningkatan mutu guru

Guru memegang peranan yang penting dalam menjalan proses kegiatan

belajar mengajar, oleh sebab itu LTQA At-Taqwa berusaha meningkatkan

kualitas pengajar dengan mewajibkan para guru mengikuti program hafalan

30 Juz. b. Mabit (qiyamul lail bersama)

Untuk menanamkan kencintaan siswi-siswi dengan masjid dan

membisakan siswa-siswi untuk selalu mengikuti serta melaksankan sunnah-

sunnah Nabi, maka LTQA At-Taqwa mengadakan tidur dimasjid bersama

(mabit) 2X dalam sebulan. c. Mengadakan kegiatan-kegiatan Islami

Sebagai upaya menggali potensi siswa-siswi sejak dini, maka LTQA

melakukan kegiatan-kegiatan keislaman, seperti lomba Nasyid. Lomba

hafalan al-Qur,an dan tilawah al-Qur’an serta lomba kreativitas menulis

mading. d. Mencari donatur

Suatu lembaga tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan financial, oleh sebab itu LTQA At-Taqwa berusaha mencari para donator, hal ini

89

dimaksudkan juga untuk memberikan keringan kepada orang tua siswa-siswi dalam pembayaran SPP bulanan.

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian mengenai efektivitas penerapan metode Aba Ta Tsa dan metode Iqra’ di LTQA Al-Hikmah dan LTQA At-Taqwa Jakarta, maka penulis mempunyai beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran al-Qur’an di LTQA Al-

Hikmah jakarta yang menggunakan metode Aba Ta Tsa ternyata efektif,

namun alangkah baiknya dalam proses pembelajaran al-Qur’an yang

menggunakan metode Aba Ta Tsa para guru harus menguasai konsep sistem

Aba Ta Tsa dengan baik dan benar, sebaiknya ketika mengajar, para guru

memberikan perhatian yang maksimal kepada bacaan siswa dan ketika siswa-

siswi salah dalam membaca, tidak langsung diajarkan cara bacanya, akan

tetapi biarlah siswa itu memperbaiki sendiri kesalahahnya, guru hanya

menanyakan nama dari simbol-simbol bacaan tersebut, agar mendapat hasil

yang lebih baik lagi.

2. Kemampuan membaca al-Qur’an siswa-siswi LTQA Al-Hikmah yang

menggunakan metode Aba Ta Tsa cukup baik karena hasil tes kemampuan

membaca al-Qur’annya mencapai rata-rata 79.6, hal ini tergolong baik,

sedangkanhasil tes kemampuan membaca al-Qur’an siswa-siswi LTQA At-

Taqwa hanya mencapai 61.65 ”tergolong cukup”dengan standar penilaian

raport dengan angka yang digunakan di seluruh LTQ dan TPA.

91

3. Menurut hasil tes bacaan al-Qur’an siswa-siswi di LTQA At-Taqwa yang

menggunakan metode Iqra’ nilai rata-rata tertinggi adalah kelancaran, yaitu

73,73, sementara nilai rata-rata makhrijul huruf adalah 68,25 dan nilai rata-

rata tajwid 58,5, maka proses pembelajaran di LTQA At-taqwa harus

ditingkatkan lagi, lebih-lebih pada tajwid dan makhrijul hurufnya, supaya

kemampuan baca al-Qur’an siswa-siswi lebih baik.

4. Adapun kendala-kendala yang dapat menghambat proses pembelajaran al-

Qur’an adalah, Metode yang kurang efektif, kurangnya penguasaan guru

terhadap metode pembelajaran serta masih adanya paradigma lama yang

melekat pada para guru, bahwa pembelajaran al-Qur’an tidak membutuhkan

sistem pengajaran yang bagus.

B. Saran-saran

1. Bagi kepala sekolah diharapkan senantiasa memberikan motivasi dan

pembinaan kepaa para guru, agar dalam menjalankan tugasnya tetap

semangat, amanah dan berusaha untuk melaksnanakan program

pembelajaran al-Qur’an yang lebih baik.

2. Bagi masyarakat Islam, khususnya orang tua siswa, penulis menghimbau

agar memberi perhatian, dukungan dan motovasi yang terus menerus kepada

anak-anaknya dalam hal belajar al-Qur’an.

3. Kepada pemerintah pusat dan daerah, agar memberikan bantuan baik berupa

sarana dan prasarana, ataupun berupa financial, agar terbentuknya Lembaga-

92

lembaga al-Qur’an yang lebih baik yang mampu melahirkan generasi-

generasi muda yang dekat dengan al-Qur’an.

4. Bagi LTQA/ TPA dan Lembaga-lembaga al-Qur’an yang lainnya, sebaiknya

dalam pengajaran al-Qur’an harus memilih metode yang lebih efektif dan

efisien, agar bisa menghasilkan anak-anak yang mampu membaca al-Qur’an

dengan baik dan benar dalam usia dini (usia SD).

5. Kepada para guru al-Qur’an hendaknya merubah paradigma lama yang

menganggap mengajar al-Qur’an hanya sekedarnya saja, kepada paradigma

baru, yaitu mengajar al-Qur’an adalah bernilai ibadah dan bahkan

sebagaimana dikatakan di dalam hadits nabi bahwa orang yang paling baik

diantara kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya,

oleh sebab itu lakukanlah dengan profesional serta rasa tanggung jawab.

6. Bagi siswa-siwi di Lembaga-lembaga al-Qur’an, agar senantiasa berlajar al-

Qur’an dengan sungguh-sungguh, kuasai ilmu tajwid dan makhrijul huruf

dengan baik, dan lanjutkan untuk menghafal al-Qur’an, karena

sesungguhnya al-Qur’an itu mudah untuk di hafal.

93

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Bambang, Pedoman mudah Membaca Al-Qur’an Metode Aba Ta Tsa, Jakarta : Aba Ta Tsa Group, 2000, Jilid 1

Ahjad Najih, Al Jamius Shagier 1 (terjemahan), Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1995, h. 124

Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor : PT. Litera Antar Nusa, 1996, Cet ke-3

Ambari, Hasan Muarif dan Taufik Bdullah, Ensiklopedia Islam, Jakarta : PT. Ictiar Bru Van Hoeve 1996, jilid 2

AM, Sardirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. Ke-7 h. 45

Arikunto,suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996, Cet. Ke-10

As’ad Human, Cara Cepat Belajar Baca Al-Qur’an,Yogyakarta : AAM, 1994

Dagun, M, Save, Kamus Besar Ilmu Pendidikan, Jakarta : Golo Riwu, 2000, Cet. Ke-2 h. 899

Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, Semarang : CV. Toha Semarang, 1988

Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. Ke-1

Idris, Chairini, dan Tasyrifin Karim, Buku Pedoman dan Pengembangan TK Al- Qur’an, Jakarta : BKPRMI Masjid Istiqlal, 1996, Cet. Ke-1

Muhibin Syah M. Ed, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001, Cet. Ke-6

Soleh, Abu Bakar, Sejarah Al-Qur’an , Solo : CV. Ramadhani, 1989, cet. Ke-6

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Argesindo, 1995 cet ke-3

94

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. Ke-12.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, Cet. Ke-8

WWW. Sisdiknas Co.Id.

Zuhri,Moh, Drs, H, dkk, Terjemah Sunan at-Tarmidzi bab. Mengajarkan al-Qur’an, Semarang : CV. asy-Syifa, 1992, jilid I

95

LEMBAGA TAHFIDZ QUR’AN ANAK-ANAK (LTQA) AL-HIKMAH Jl. Bangka II No. 24 Pela Mampang Jakarta Selatan. Telp (021) 719 2383

SURAT KETERANGAN NO : 24/LTQA-ALHIKMAH/I/2007

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Kepala Lembaga Tahfidz Al- Qur’an Anak-anak (LTQA) Al-Hikmah Jakarta, menerangkan bahwa :

Nama : Endang NIM : 102011023445 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Universitas : Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Akademik : 2006-2007 Semester : IX (Sembilan)

Nama Tersebut di atas adalah benar telah mengadakan riset/ wawancara di LTQA Al-Hikmah dari tanggal 1 Desember 2006 sampai dengan tanggal 29 Desember 2006 tentang “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE ABA TA TSA DAN METODE IQRA DALAM PEMBELAJARAN AL-QURAN: KAJIAN PERBANDINAGN DI LTQA AL-HIKMAH DAN LTQA AT-TAQWA JAKARTA ”. Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan agar dapat digunakan sebagai mana mestinya.

Jakarta, 22 Desember 2006 Kepala LTQA Al-Hikmah

(Bambang Abdullah)

96

SURAT KETERANGAN NO : 20/LTQA-At-Taqwa/X/2007

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Kepala Lembaga Tahfidz Al- Qur’an Anak-anak (LTQA) At-Taqwa Jakarta, menerangkan bahwa :

Nama : Endang NIM : 102011023445 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Universitas : Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Akademik : 2006-2007 Semester : IX (Sembilan)

Nama Tersebut di atas adalah benar telah mengadakan riset/ wawancara di LTQA At-Taqwa dari tanggal 1 Desember 2006 sampai dengan tanggal 29 Desember 2006 tentang “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE ABA TA TSA DAN METODE IQRA DALAM PEMBELAJARAN AL-QURAN: KAJIAN PERBANDINAGN DI LTQA AL-HIKMAH DAN LTQA AT-TAQWA JAKARTA ”. Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan agar dapat digunakan sebagai mana mestinya.

Jakarta, 22 Desember 2006 Kepala LTQA At-Taqwa

(Lukmanul Hakim)

97

HASIL WAWANCARA

Hari / tgl : Selasa, 5 Desember 2006 Interviewee : Ust. Bambang Abdullah Jabatan : Pimpinan LTQA Al-Hikmah

Pokok Pembicaraan : 1. Latar belakang berdirinya 2. Kapan dan siapa pendirinya 3. Keadaan guru dan murid 4. Sarana dan prasarana 5. Proses kegiatan belajar mengajar 6. Usaha-usaha peningkatan Pertanyaan : 1. Apa latar belakang berdirinya Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak Al- Hikmah? 2. Kapan didirikannya? 3. Siapa tokoh-tokoh pendirinya? 4. Berapa jumalah guru dan siswa-siswi di LTQA Al-Hikmah pada saat ini? 5. Bagaimana tingkatan pendidikan di LTQA Al-Hikmah? 6. Kapan waktu belajar di LTQA Al-Hikmah? 7. Materi apa saja yang diajarkan di Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Al-Hikmah? 8. Apa saja syarat-syarat pengajar di LTQA Al-Hikmah? 9. Sarana dan prasarana apa saja yang tersedia? 10. Usaha apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan LTQA Al-Hikmah?

Jawaban : 1. Berdirinya Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak Al-Hikmah Mampang, Jakarta Selatan dilatar belakangi oleh situasi dan kondisi masyarakat yang

98

jauh dari al-Qur’an, khususnya masyarakat yang berada di wilayah bangka dan umumnya masyarakat Islam, serta rendahnya tingkat kualitas bacaan, pemahaman dan pengamalan masyarakat terhadap nilai-nilai al-Qur’an. 2. Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak Al-Hikmah didirikan sejak tahun 1990, akan tetapi diresmikannya sebaga lembaga khusus membaca, menghafal dan menafsirkan al-Qur’an pada tahun 1992. 3. Adapun tokoh-tokoh pendiri LTQA Al-Hikmah diantaranya adalah K.H. Abdul Hasib Hasan Lc yang merupakan alumni Timur Tengah, dan dua orang huffadz (penghafal) al-Qur’an, yaitu H. Abdul Aziz Abdur Rouf Al- Hafidz dan dan Sofyan Nur Al-Hafidz. 4. Jumlah pengajar yang ada di LTQA Al-Hikmah yang tercatat pada saat ini berjumlah 16 orang, yaitu 9 orang guru laki-laki dan 7 orang guru perempuan. Sementara jumlah siswa-siswi LTQA Al-Hikmah pada saat ini tercatat 221 orang, siswa laki-laki berjumlah 125 orang, sementara siswi perempuan berjumlah 96 orang. Dari keseluruhan jumlah siswa-siswi tersebut 75 orang berada pada tingkatan Aba Ta Tsa, 77 orang yang berada pada tingkatan tilawah, 36 orang yang berada pada tingkatan mahir tilawah dan 33 orang masuk pada program menghafal. 5. Seperti yang saya katakana tadi bahwa di LTQA Al-Hikmah terdapat beberapa tingkatan, diantaranya :(1) Tingkatan dasar (tingkatan Aba Ta Tsa) dikhususkan bagi anak-anak yang betul-betul belum mengenal huruf-huruf hijaiyyah atau sudah mengenal huruf-huruf hijaiyyah tapi belum mengetahui simbol-simbol tajwidnya yang ada pada al-Qur’an rosmul Utsmani. (2) Tingkatan tilawah (membaca), yaitu khusu bagi anak-anak yang telah selesai membaca buku Aba Ta Tsa jilid 1 dan Aba Ta Tsa jilid 2 dan focus hanya membaca al-Qur’an 5 juz yang di cetak oleh tim Aba Ta Tsa. (3) Tingkatan mahir tilawah (membaca cepat), ini khusus bagi anak-anak yang telah meyelesaikan program tilawah dan melalui rekomendasi dari tim penguji bahwa siswa-siswa tersebut berhak masuk ke tingkatan mahir

99

tilawah, biasanya anak-anak dianjurkan menggunakan al-Qur’an standar Timur Tengah yang agak kecil agar tidak terlalu berat dipegang. (4) Tingkatan tahfidz (menghafal), tingkatan ini khusus anak-anak yang sudah mampu membaca al-Qur’an dengan cepat tanpa ditunjuk. 6. Program belajar mengajar di LTQA Al-Hikmah dilaksanakan dari hari Senin sampai hari Jum’at, setiap hari nya dimulai dari jam 14.00 WIB setelah shalat ashar dan berakhir pada jam 15.30 WIB. 7. Di LTQA Al-Hikmah kita tidak hanya mengajarkan al-Qur’an semata, akan tetapi kita ingin anak-anak kita juga mempunya Aqidah yang benar, Akhlaq yang baik serta Ibadah yang bagus, oleh sebab itu, kita menambahkan di dalam kurikulum kita ada Materi Aqidah, Fiqih dan Akhlaq. 8. Bagi yang ingin bergabung di LTQA Al-Hikmah untuk menjadi pengajar, kami mempunyai syarat-syarat tertentu, diantaranya (a) Mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, (b) Hafal al-Qur’an minimal (1-2 Juz), (c) Telah mengikuti Pelatihan Metode Aba Ta Tsa dan (d) Berakhlaq Islami. 9. Adapun sarana dan prasarana di LTQA Al-Hikmah ini, dari hari ke hari kita tingkatkan, diantaranya baru-baru ini kita menyediakan Lab al-Qur’an dan LCD untuk memutar film-film Islami, dan tentunya masih banyak lagi yang lainnya. 10. Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas LTQA Al-Hikmah berbagai macam usaha yang kami lakukan, diantaranya meningkatkan kualitas guru, mengadakan tambahan-tambahan kurikulum, melaksanakan kegiatan- kegiatan Islami dan kegiatan-kegiatan yang mendukung anak-anak untuk selalu dekat dengan al-Qur’an, seperti tasmi’ al-Qur’an.

Interviewee Interviewer

( Ust. Bambang Abdullah ) ( Endang )

100

HASIL WAWANCARA

Hari / tgl : Minggu, 17 Desember 2006 Interviewee : Ust. Sobarna Jabatan : Guru LTQA Al-Hikmah

Pokok Pembicaraan : 1. Persiapan mengajar 2. Kesesuaian materi dengan kurikulum 3. Penggunaan alat bantu dalam mengajar 4. Lama waktu yang dibutuhkan dengan metode Aba Ta Tsa 5. Teknik evaluasi pengajaran 6. Kendala-kendala dalam penerapan metode Aba Ta Tsa 7. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut

Isi Pembicaraan : 1. Persiapan apa yang dilakukan sebelum mengajar? 2. Apakah yang diajarkan sesuai dengan kurikulum? 3. Apakah dalam mengajar menggunakan alat bantu? 4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dengan menggunakan metode Aba Ta Tsa? 5. Bagaimana teknik evaluasinya? 6. Apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan metode Aba Ta Tsa? 7. Usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut?

Jawaban : 1. Sebelum mengajar, tidak banyak yang saya lakukan, karena kita mengajar tidak seperti di lembaga-lembaga formal, kalau persiapan yang saya lakukan adalah : (a) Selalu meperbaiki bacaan saya kepada orang yang lebih ahli (talaqqi), (b)

101

Membawa alat-alat yang dibutuhkan ketika mengajar, seperti al-Qur’an, pulpen, alat bantu mengajar dan Buku pedoman Aba Ta Tsa. 2. Tentu dong, kitakan sudah ada kurikulum, kalau kita tidak berpedoman dengan kurikulum, buat apa bikin kurikulum?, walaupun sering kali target kurikulum itu belum tercapai, akan tetapi kita berusaha semaksimal mungkin untuk mengejarnya, paling tidak mendekati kurikulum itu. 3. Kalau lagi perlu saja, seperti ketika siswa-siswi baru mulai belajar biasanya kita menggunakan alat bantu, jadi bukan setiap hari kita bawa, jadi tergantung kebutuhan akan alat peraga tersebut. 4. Kalau ditanya berapa lama anak-anak itu menyelesaiakn Aba Ta Tsa, itu tergantung kemampuan anak-anaknya, kalau yang cerdas dan rajin masuk, biasanya satu semester sudah menamatkan dua jilid buku Aba Ta Tsa, yang kemampuannya sedang biasanya 6-7 bulan baru menyelesaikan dua jilid buku Aba Ta Tsa tersebut, adapun yang agak rendah kemampuannya, kadang-kadang bisa sampai satu tahun. Tapi rata-rata kalau yang anak-anak yang saya ajarkan selama ini paling lama anak-anak menyelesaikan Aba Ta Tsa selama 7 bulan. 5. Kita melakukan evaluasi sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing, yaitu dengan memberikan penilaian pada buku pemantaunya dan belum boleh pindah ke halaman berikutnya kalau siswa-siswi belum menguasi materi yang diajarkan pada hari itu dan memberikan tugas kepada anak-anak untuk dibaca dirumah dengan bantuan orang tua siswa. 6. Yang menjadi kendala dalam penerapan metode Aba Ta Tsa tentu banyak, diantaranya : (a) Guru belum menguasi betul teknik pengajarannya, (b) guru dan siswa sering tidak masuk dan (c) Anak-anak kurang terkondisikan, (d) bagi anak-anak yang kemampuan menalarnya rendah akan merasakan kesulitan untuk mengingat simbol-simbol tersebut. 7. Adapun usaha-usaha yang kita lakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, diantaranya : (a) Lembaga mewajibkan kepada para guru untuk mengikuti pelatihan Metode Aba Ta Tsa, (b) Memberikan hukuman kepada

102

siswa-siswi yang tidak tertib dan memberikan hadiah bagi siswa-siswi yang tertib, (c) Mentalaqqi materi yang belum difahami siswa-siswi berulang-ulang, sehingga siswa itu memahami dan hafal simbol-simbol tajwid yang diajarkan.

Interviewee Interviewer

( Ust. Sobarna ) ( Endang )

103

HASIL WAWANCARA

Hari / tgl : Selasa, 1 Desember 2006 Interviewer : Ust. Lukmanul Hakim Jabatan : Pimpinan LTQA At-Taqwa

Pokok Pembicaraan : 1. Latar belakang berdirinya 2. Kapan dan siapa pendirinya 3. Keadaan guru dan murid 4. Sarana dan prasarana 5. Proses kegiatan belajar mengajar 6. Usaha-usaha peningkatan Isi Pembicaraan : 1. Apa latar belakang berdirinya Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak At- Taqwa dan siapa saja tokoh pendirinya? 2. Kapan didirikannya? 3. Berapa jumalah guru dan siswa-siswi di LTQA At-Taqwa pada saat ini? 4. Bagaimana tingkatan pendidikan di LTQA At-Taqwa? 5. Kapan waktu belajar di LTQA At-Taqwa? 6. Materi apa saja yang diajarkan di Lembaga Tahfidz Al-Qur’an At-Taqwa? 7. Apa saja syarat-syarat pengajar di LTQA At-Taqwa? 8. Sarana dan prasarana apa saja yang tersedia? 9. Usaha apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan LTQA At-Taqwa?

Jawaban : 1. Berdirinya Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak At-Taqwa Jakarta, bermula dari ide dua orang, yaitu Khorirul Anwar Al Hafidz yang pada waktu itu baru pulang dari Syiriah dan Khorus Sholeh yang merupakan penduduk asli betawi,

104

melihat sangat minimnya jumlah lembaga-lembaga al-Qur’an yang ada khusunya di wilayah Pela Mampang, sementara kebutuhan masyarakat terhadap lembaga al-Qur’an meningkat, akhirnya atas dukungan tokoh-tokoh masyarakat setempat berdirilah Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak At-Taqwa yang terletak di wilayah bangka tersebut. 2. Didirikanya Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Anak-anak At-Taqwa pada tahun 2000 dan pada mulanya murid yang belajar di LTQA At-Taqwa tersebut sangat sedikit sekali, akan tetapi lama kelamaan masyarakat semakin memberikan kepercayaan kepada LTQA At-Taqwa, karena kami juga memberikan keringanan SPP bagi yang tidak mampu. 3. Jumlah pengajar yang ada di LTQA At-Taqwa sampai tahun ajaran 2006/ 2007 berjumlah 12 orang, yaitu 2 orang guru laki-laki dan 10 orang guru perempuan. Sementara jumlah siswa-siswi LTQA Al-Hikmah pada saat ini tercatat 160 orang, siswa laki-laki berjumlah 70 orang, sementara siswi perempuan berjumlah 90 orang. Dari keseluruhan jumlah siswa-siswi tersebut 41 orang berada pada tingkatan Iqra’, 60 orang yang berada pada tingkatan tilawah, 40 orang yang berada pada tingkatan mahir tilawah (takhasus) dan 19 orang masuk pada program menghafal. 4. Di LTQA At-Taqwa terdapat beberapa jenis tingkatan, diantaranya :(1) Tingkatan dasar (tingkatan Iqra’) dikhususkan bagi anak-anak yang belum mengenal huruf-huruf hijaiyyah atau anak-anak yang belum bisa membaca al- Qur’an, (2) Tingkatan tilawah (membaca), yaitu khusu bagi anak-anak yang telah selesai membaca buku Iqra’ jilid 1-6, (3) Tingkatan takhasus (memantapkan bacaan), ini khusus bagi anak-anak yang telah meyelesaikan program tilawah akan tetapi kemampuan baca al-Qur’annya belum mantap (4) Tingkatan tahfidz (menghafal), tingkatan ini khusus anak-anak yang sudah mampu membaca al-Qur’an dengan dengan baik.

105

5. Program belajar mengajar di LTQA Al-Hikmah dilaksanakan dari hari Senin sampai hari Jum’at, setiap hari nya dimulai dari jam 14.00 WIB setelah shalat ashar dan berakhir pada jam 15.30 WIB. 6. Materi-materi yang diajarkan di LTQA At-Taqwa diantaranya Ibadah, Aqidah dan akhlaq dan materi-materi yang lainnya yang dianggap perlu bagi siswa- siswi di berikan kebebasan bagi setiap pengajar untuk berkreasi. 7. Syarat pengajar di LTQA At-Taqwa, diantaranya (a) Setiap guru harus mengikuti setoran hafalan intensif setiap hari yang diadakan setelah dzuhur, (b) Mempunyai hafalan al-Qur’an minimal (1-2 Juz), (c) Berakhlaq Islami (d) Mempunyai loyalitas terhadap lembaga. 8. Mengenai sarana dan prasarana di LTQA At-Taqwa ini, memang belum lengkap, akan tetapi kami berusaha secara bertahap untuk menyediakan sarana dan prasarana yang lebih memadai, sarana dan prasarana yang ada saat ini, Spidol, computer berjumlah satu buah, telpon, lemari buku satu buah dan ruang belajar 9. Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas LTQA At-Taqwa berbagai macam usaha yang kami lakukan, diantaranya meningkatkan kualitas guru, mengadakan tambahan-tambahan kurikulum, melaksanakan kegiatan-kegiatan Islami dan kegiatan-kegiatan yang mendukung anak-anak untuk selalu dekat dengan al- Qur’an, seperti tasmi’ al-Qur’an, lomba tahfidz dan tilawah al-Qur’an dan mabit (menginap) di masjid sebulan sekali.

Interviewee Interviewer

( Ust. Lukamnul Hakim ) ( Endang )

106

HASIL WAWANCARA

Hari / tgl : Minggu, 17 Desember 2006 Interviewee : Ust. Basyir Jabatan : Guru LTQA At-Taqwa

Pokok Pembicaraan : 1. Persiapan mengajar 2. Kesesuaian materi dengan kurikulum 3. Penggunaan alat bantu dalam mengajar 4. Lama waktu yang dibutuhkan dengan metode Iqra’ 5. Teknik evaluasi pengajaran 6. Kendala-kendala dalam penerapan metode Iqra 7. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut

Isi Pembicaraan : 1. Persiapan apa yang dilakukan sebelum mengajar? 2. Apakah yang diajarkan sesuai dengan kurikulum? 3. Apakah dalam mengajar menggunakan alat bantu? 4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dengan menggunakan metode Iqra’? 5. Bagaimana teknik evaluasinya? 6. Apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan metode Iqra’? 7. Usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut?

Jawaban : 1. Sebelum mengajar, persiapan yang saya lakukan adalah : (a) Selalu meperbaiki bacaan saya kepada orang yang lebih ahli (talaqqi), (b) Menyiapkan hafalan saya lebih kurang 5 juz

107

2. Saya mengajar tidak berpedoman dengan kurikulum, saya mengajar sesuai dengan pengalaman yang saya miliki. 3. Alat bantu yang saya gunakan hanya spidol dan papan tulis. 4. Anak-anak-anak menyelesaikan buku Iqra dari jilid 1-6 paling cepat satu tahun. 5. Kita melakukan evaluasi sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing, bagi anak-anak yang lambat, kita memberikan perhatian lebih dan kita berikan tugas, agar siswa tersebut banyak latihan terhadap materi yang belum dikuasainya. 6. Yang menjadi kendala dalam penerapan metode Iqra itu biasa ya, seperti anak-anak banyak bercanda, materinya terlalu banyak, jadi agak lambat siswa- siswi itu menyelesaikan buku iqra tersebut. 7. Usaha-usaha yang kita lakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, diantaranya : (a) Memberikan hukuman kepada siswa-siswi yang bercanda pada waktu belajar dan memberikan penghargaan bagi siswa-siswi yang rapih tidak banyak bercanda, seperti memberikan permen, pujian dan lain-lain (b) Pada mater yang sama di lembar yang berbeda, sementara anak-anak sudah memahami materi tersebut, maka kita lakukan percepatan.

Interviewee Interviewer

( Ust. Basyir Hasan ) ( Endang )

108

Hasil observasi di LTQA Al-Hikmah

INDIKATOR ASPEK PENILAIAN HASIL TIAP INDIKATOR OBSERVA SI A. Keterlaksanaan 1. Guru dapat mengkondisikan kelas Program pembelajaran 2. Waktu pembelajaran cukup dan oleh guru sesuai dengan program pembelajaran

3. Guru membimbing siswa saat proses pembelajaran B. Kesesuaian proses 1. Materi sesuai rencana pembelajaran dengan 2. Guru membuat rencana kurikulum pembelajaran al-Qur’an

C. Keterlaksanaan 1. Siswa ikut serta dalam proses program pembelajaran pembelajaran oleh siswa 2. Siswa melaksanakan apa yang diperintah guru D. Penggunaan alat 1. Guru membawa papan tulis dan pengajaran spidol 2. Guru membawa buku pedoman E. Menggunakan 1. Guru memberikan materi tambahan pendekatan yang 2. Guru memberikan penghargaan bervariasi bagi muurid yang berprestasi 3. Guru memberikan sanksi bagi murid yang melanggar

F. Evaluasi 1. Guru mengavaluasi sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa

109

2. Guru melakukan evaluasi secara continue 3. Guru membiarkan siswa memperbaiki kesalahannya sendiri ketika salah dalam bacaan al- Qur’an. G. Ketrampilan dan 1. Guru memberikan pengantar kemampuan guru sebelum belajar 2. Guru memberikan motivasi kepada siswa setiap selesai belajar 3. Guru menguasai materi dan metode pembelajaran 4. Guru menggunakan metode Aba Ta Tsa 5. Guru menjelaskan materi dengan suara yang jelas H. Keikutsertaan siswa 1. Bertanya pada guru bila tidak dalam proses memahami materi pembelajaran 2. Banyak tilawah al-Qur’an selama proses pembelajaran

I. Siswa termotivasi 1. Siswa belajar dengan menyenangkan 2. Siswa tidak banyak bercanda ketika proses pembelajaran berlangsung

110

Hasil observasi di LTQA At-Taqwa

INDIKATOR ASPEK PENILAIAN HASIL TIAP INDIKATOR OBSERVA SI A. Keterlaksanaan 1. Guru dapat mengkondisikan kelas Program pembelajaran 2. Waktu pembelajaran cukup dan oleh guru sesuai dengan program pembelajaran 3. Guru membimbing siswa saat proses pembelajaran B. Kesesuaian proses 1. Materi sesuai rencana pembelajaran dengan 2. Guru membuat rencana kurikulum pembelajaran al-Qur’an

C. Keterlaksanaan 1. Siswa ikut serta dalam proses program pembelajaran pembelajaran oleh siswa 2. Siswa melaksanakan apa yang diperintah guru D. Penggunaan alat 1. Guru membawa papan tulis dan pengajaran spidol 2. Guru membawa buku pedoman E. Menggunakan 1. Guru memberikan materi tambahan pendekatan yang 2. Guru memberikan penghargaan bervariasi bagi muurid yang berprestasi 3. Guru memberikan sanksi bagi murid yang melanggar F. Evaluasi 1. Guru mengavaluasi sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa 2. Guru melakukan evaluasi secara

111

continue 3. Guru membiarkan siswa

memperbaiki kesalahannya sendiri ketika salah dalam bacaan al- Qur’an. G. Ketrampilan dan 1. Guru memberikan pengantar kemampuan guru sebelum belajar 2. Guru memberikan motivasi kepada

siswa setiap selesai belajar 3. Guru menguasai materi dan metode pembelajaran 4. Guru menggunakan metode Iqra’ H. Keikutsertaan siswa 1. Bertanya pada guru bila tidak dalam proses memahami materi pembelajaran 2. Banyak tilawah al-Qur’an selama proses pembelajaran I. Siswa termotivasi Siswa belajar dengan menyenangkan

112