JOGED: Jurnal Seni Tari Volume 17 No 1 April 2021 p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 p. 80-91

MAMPIR NGOMBE: REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI

Arjuni Prasetyorini

Prodi Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Email: [email protected]

RINGKASAN

“Mampir Ngombe” adalah film tari yang merefleksikan kondisi Pandemi Covid-19. Sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini, seluruh manusia di bumi sedang menghadapi Pandemi dengan skala global. Memasuki tahun 2020 negara-negara di dunia mulai melakukan lockdown atau pembatasan sosial berskala besar bagi negaranya. Tingkat kematian akibat Pandemi Covid-19 ini selalu diberitakan melalui berbagai media setiap harinya, bahkan terdapat beberapa kerabat dan kawan yang terkonfirmasi positif Covid-19, hingga sembuh kembali namun juga ada yang meninggal. Duka dan kecemasan meliputi hampir disetiap harinya. Pandemi Covid-19 secara langsung dan tidak langsung memberi berbagai dampak. Salah satu dampak yang terjadi jika direnungkan secara dalam akan muncul suatu kesadaran, di mana hidup terasa benar-benar singkat bahwa setiap manusia tidak tahu kapan akan dipanggil pulang.Sebuah pepatah Jawa atau pitutur Jawa mengatakan “Urip iku mung sadermo mampir ngombe, yang memiliki arti hidup itu sangat singkat, ibarat hanya singgah minum. Pepatah itu menjadi sangat terasa pada kondisi saat ini. Waktu yang demikian singkat ini manusia diharapkan mengisinya dengan fikiran yang positif dan dan berusaha memanfaatkannya dengan melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Daripada hidup dalam ketakutan, kecemasan, dan kekuatiran, sebaiknya diisi dengan doa, serta belajar untuk ikhlas setiap harinya, hingga setiap langkah yang dijalani akan menjadi laku yang migunani tumpraping diri lan liya. Koreografer menggunakan media video/film sebagai media ungkap sebagai respons dan adaptasi pada kondisi Pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 membatasi gerak seni pertunjukan dalam hal ini tari yang secara normatif dapat dinikmati secara langsung oleh mata dan energi dirasakan hadir secara nyata, namun pada kondisi ini harus dinikmati melalui video/film. Karya ini merupakan sebuah ekperimentasi langkah baru bagi koreografer untuk mencoba dan berusaha mengekpresikan tari melalui media video/film dengan durasi 6.44 detik.

Kata kunci : Refleksi, Pandemi Covid-19, film tari.

80

MAMPIR NGOMBE: JOGED: Jurnal Seni Tari REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171

ABSTRACT The film entitled "Mampir Ngombe" with a short duration is a reflection and introspection on the current conditions of the Covid-19 Pandemic, all people on earth are facing a pandemic on a global scale since the end of 2019, entering 2020 countries in the world have begun. carry out lockdowns or large-scale social restrictions for the country. The death rate due to the Covid- 19 Pandemic is always reported through various news media every day, there are even some relatives and friends who have been confirmed positive for Covid-19, until they recover, but some have died. Grief and anxiety always cover almost every day. The Covid-19 pandemic directly and indirectly has various impacts. One of the impacts that occurs if you think about it deeply will emerge an awareness, where life feels really short that every human being does not know when to be called home. A Javanese proverb or Javanese pitutur “statesUrip iku mung sadermo mampir ngombe, which means life is like just stopping by for a drink, very briefly. The proverb is very pronounced in the current condition. This time is so short that humans are expected instead of every day filled with worries, fears and worries, it would be nice if they were filled with positive thoughts and and trying to make use of them by doing good and useful things, such as filling them with prayers, working with them. following health protocols, trying to live up to the advice from the government, namely Gerakan 5M Covid-19 (Wearing a mask, washing hands with soap with running water, keeping your distance, keeping away from crowds) and learning to do iklas every day, so that every step you take will become a practice that greeks tumpraping yourself lan liya. Choreographers use video / film media as a medium of expression as a response and adaptation to the conditions of the Covid-19 Pandemic. The Covid-19 pandemic limits the movement of performing arts, in this case dance, which can normally be enjoyed directly by the eye and the energy is felt to be present in real terms, but in this condition it must be enjoyed through videos / films. This work is an experimentation of a new step for choreographers to try and try to express dance through video / film media with short duration.

Keywords: Reflection, Covid-19 Pandemic, dance film.

I. PENDAHULUAN Hidup Orang Jawa adalah sebuah (ora ana), madya (ana) menuju alam wasana perjalanan dari tiada menuju keketiadaan (ora ana) (Endraswara, 2002:107) Alam purwa kembali. Perjalanan panjang, dari alam purwa merupakan alam di mana manusia berawal

81

JOGED: Jurnal Seni Tari MAMPIR NGOMBE: p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI mula. Madya ialah alam fana atau kehidupan tersebut timbulnya dirangsang oleh anasir- manusia di dunia, dan alam wasana adalah alam anasir yang ada di dunia ini dan masuk melalui akhir atau kelanggengan. Dalam budaya Jawa paningal (mata), pengucap (mulut), pangrungu kehidupan manusia dimulai semenjak (telinga), dan pangganda (hidung). Menguasai tumbuhnya bayi dalam kandungan ibu, diartikan sebagai memelihara mengatur kemudian setelah bayi dilahirkan dimulailah ataupun mengendalikan, yang dalam budaya kehidupan yang sebenarnya di dunia. Makna Jawa diistilahkan dengan “wong urip iku mung ungkapan “Wong urip itu mung sadermo sadermo mampir ngombe”, haruslah mampir ngombe”, memiliki arti keberadaan disibukkan dengan tindakan-tindakan manusia di dunia ini dipandang sangat singkat memelihara, mengatur serta mengendalikan karena hanya singgah sebentar saja dan keempat nafsu manusia ini, sehingga kehidupan nantinya akan melanjutkan perjalan menuju ke di dunia yang sifatnya hanya sesaat tersebut alam selanjutnya, yaitu alam kelanggengan. diisi dengan kebajikan dan tindakan-tindakan Alam madya, yaitu kehidupan setelah manusia terpuji, seperti tolong-menolong, mengasihi dilahirkan di dunia. Karena manusia hidup di sesama, berbakti kepada nusa dan bangsa, “alam madya” ini hanya sebentar, waktunya saling hormat-menghormati, bermusyawarah, hanya singkat, dibandingkan dengan di alam dan lain-lain. kelanggengan yang abadi, sudah sepantasnya Bagaimana agar seseorang dapat kesempatan ini dipergunakan dengan sebaik- menguasai dan menjaga hati nuraninya baiknya. Jika manusia melakukan banyak terhadap nafsu? Budaya Jawa mengajarkan kebaikan di dalam hidupnya, tentu kelak akan agar seseorang selalu menjalani laku, seperti memperoleh tempat yang baik pula di alam berpuasa dan lain-lain, sebagai latihan kelanggengan. Sebaliknya, bila berbuat buruk, pengendalian diri sehingga dapat maka di alam kelanggengan pun manusia akan mengendalikan diri apabila timbul rangsangan mendapatkan tempat yang buruk. untuk bertindak yang tidak baik. Selain itu juga Manusia, menurut budaya Jawa terlahir di mengajarkan agar seseorang selalu dunia ini berbekal empat sifat dasar yang mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha mewarnai kehidupannya, yang sering Esa, sehingga selalu mendapatkan terang dari- diistilahkan dengan aluamah, sefiah, amarah, Nya sebagai penunjuk jalan kebenaran dan dan mutmainah, atau yang biasa juga dapat berpikir secara jernih dan bersih. diistilahkan dengan nafsu angkara, amarah, “Wong urip iku mung sadermo mampir keinginan dan perbuatan suci. Nafsu-nafsu ngombe” di alam kehidupan di dunia yang

82

MAMPIR NGOMBE: JOGED: Jurnal Seni Tari REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171

sesaat, manusia harus dapat mengisinya dengan tari yang secara normatif dapat dinikmati secara tindakan baik. Diyakini salah satu tindakan langsung oleh mata dan energi dirasakan hadir yang pasti akan dilakukan pada kesempatan di secara nyata, namun pada kondisi ini harus dunia adalah belajar, belajar apapun untuk dinikmati melalui video/film. Karya ini dapat memahami hakikat tentang berbagai ilmu merupakan sebuah ekperimentasi langkah baru sehingga kelak dapat berguna dan bermanfaat bagi koreografer untuk mencoba dan berusaha untuk menolong sesama. Ngombe adalah mengekspresikan tari melalui media video/film minum, minum adalah suatu tindakan untuk dengan durasi pendek. menghilangkan dahaga, kehausan hilang dahaga tersebut sampai puas. Jika telah lepas II. PEMBAHASAN rasa haus tersebut maka tenaga akan pulih dan A. Proses Pembuatan Karya dapat melakukan kegiatan selanjutnya dengan Proses awal pembuatan karya ini baik. Manusia harus selalu belajar apapun diawali dengan diskusi mengenai konsep yang untuk dapat mengatasi segala persolan yang akan dihadirkan, ide cerita, dan plot-plotnya. dihadapi, manusia belajar untuk beradaptasi Target karya ini hanya berdurasi lima menit dengan alam dan lingkungan sosialnya. Apabila hingga tujuh menit sehingga perlu adanya seseorang selalu ingat akan hal ini dan mengisi strategi bagaimana menghadirkan setiap plot kehidupan sesaat dengan belajar segala sesuatu adegan dengan ringkas, padat, namun dapat dengan bijak dan baik, hingga setiap ilmunya dipahami oleh penonton. Diskusi yang dapat bermanfaat untuk menolong sesama dilakukan juga berkaitan dengan hal-hal teknis maka dapatlah diharapkan tujuan hidup persiapan dalam produksi film tari yang seseorang akan tercapai, yaitu selamat di dunia membutuhkan berbagai alat yang cukup banyak maupun di alam kelak nanti. Mampir adalah dan juga mempertimbangkan lokasi yang akan singgah, singgah dilakukan ketika melakukan digunakan. suatu perjalanan. Singgah dilakukan dengan Riset awal mengenai konsep dilakukan singkat atau hanya sementara, maka kehidupan secara mandiri melalui refrensi buku-buku, yang singkat dan sementara ini perlu wawancara dengan berbagai sumber, serta dimanfaatkan sebaik-baiknya. melihat film-film tari pendek. Koreografer Media video/film dipakai sebagai media sendiri menganggap bahwa ini adalah sebuah ungkap sebagai respons dan adaptasi pada eksperimentasi yang metode dan langkah- kondisi Pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 langkahnya masih perlu dijelajahi dan diujicoba membatasi gerak seni pertunjukan dalam hal ini dengan seksama. Film tari ini merupakah

83

JOGED: Jurnal Seni Tari MAMPIR NGOMBE: p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI langkah awal sebuah riset bagi koreografer dan keperluan lampu-lampu yang akan sebagi suatu pengalaman produksi film tari digunakan. Survey dilakukan jauh-jauh hari selanjutnya. Ketika konsep dan plot serta sebeleum hari shooting, agar jika terdapat referensi yang telah didapat yaitu mengenai kekurangan atau tidak sesuai dapat mencari pepatah Jawa “Wong urip iku mung sadermo alternatif lokasi yang lain. Sanggar Seni mampir ngombe” sebagai refleksi di tengah Bodronoyo sesuai dengan kriteria yang kondisi Pandemi Covid-19 ini, maka hal dibutuhkan dalam pembuatan film tari ini. selanjutnya yang dilakukan adalah menentukan Langkah selanjutnya membuat alur penari, pendukung, alat, lokasi, dan melakukan kasar atau draf dan mencocokannya dengan survey. lokasi yang telah disurvey, agar terjadi Koreografer harus menentukan lokasi kesesuaian dengan konsep dan cerita yang akan yang memenuhi beberapa kriteria, selain sesuai dihadirkan. Draf kasar tersebut selanjutnya dengan konsep garap tetapi juga lokasi yang dikirimkan ke supervisor sebagai acuan strategis, aman dan mudah untuk melakukan persiapan saat shooting pengambilan gambar. produksi, terkait juga dengan diperlukannya Penari dalam karya ini berjumlah empat aliran listrik untuk camera dan tempat transit perempuan dan satu perempuan sebagai ibu yang aman dan nyaman digunakan oleh seluruh yang memang sedang mengandung. Perempuan pelaku yang terlibat dalam produksi. Pemikiran dipilih sebagai bentuk simbol kekuatan dengan tersebut didapat koreografer dari pengalaman insting, naluri dan perasaanya ditengah sebelumnya terlibat dalam mengikuti pandemi saat ini. Perempuan dipilih sebagai beberapa produksi film. representasi ibu yang mengayomi anak- Melalui diskusi dengan supervisor dan anaknya agar kuat dan tambah menghadapi crew, maka lokasi yang dipilih di Sanggar Seni cobaan. Perempuan mampu menjalani peran Bodoronoyo, Kulon Progo. Sanggar Seni sebagai wanita yang harus kuat dan tabah serta Bodoronoyo ini terletak di deretean lereng bukit mengayomi. Laku atau perjalan hidup wanita Menoreh dengan view lokasi yang indah serta dari melahirkan dan merawat keluarga adalah fleksibel dan strategis untuk produksi film tari inspirasi pemilihan penari perempuan. Jumlah ini, dikarenakan aksesnya yang mudah dan empat memiliki makna keseimbangan empat sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. sifat dasar yang mewarnai kehidupan. Selanjutnya survey dilakukan untuk melihat Koreografer memiliki catatan motif dan medan, area plot-plot yang akan digunakan, gerak setiap adegan yang kemudian ditransfer kelengkapan perlengkapan seperti aliran listrik pada penari. Koreografer sengaja melakukan

84

MAMPIR NGOMBE: JOGED: Jurnal Seni Tari REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171

latihan atau transfer gerak pada hari shooting Shooting pengambilan gambar pengambilan gambar saja karena kondisi dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan pandemi saat ini, untuk mengantisipasi terlalu target selesai dalam waktu 1 hari. Cameraman banyak pertemuan. Penari yang dipilihpun yang menggunakan beberapa set lampu untuk adegan telah memiliki pengalaman dan handal dalam yang berada di Pendopo, selain adegan tersebut merekam hafalan gerak sehingga dengan cerdas pencahyaannya murni menggunakan dan cepat menerima transfer gerak dari pencahayaan alami matahari, karena plot koreografer. Di sini koreografer juga terlibat lainnya berada di outdoor dengan cuaca menjadi penari dikarenakan salah satu penari mendukung atau cerah. Sett dan property, yang pada awalnya bisa terlibat, mendadak bersifat natural lebih fokus pada pemandangan tidak bisa mengikuti proses karena jadwal lain alam yang ada. Lokasi shooting pengambilan yang bersamaan. gambar ada di empat lokasi atau plot, yaitu Kostum yang digunakan oleh empat Pendopo dengan setting kursi kayu panjang, penari perempuan berupa kebaya model kutu teras pendopo dengan setting property baru dengan berbagai corak motif yang lumpang, tepi rumah dengan latar jendela dan berbeda, celana longgar berwarna coklat dan dinding rumah kayu dan tepi kolam dengan rambut dikepang. Untuk penari ibu panorama gunung. Pengambilan gambar menggunakan kebaya putih, selendang dan kain dimulai pukul 08.00 pagi dan selesai pada pukul jarik motif Sidomukti. Kebaya di sini 18.00 petang. merupakan suatu bentuk rekontruksi budaya, Selanjutnya editor melakukan editing, mengenalkan kembali bentuk kutu baru, dengan memilih gambar-gambar yang sesuai kebaya selain memiliki sisi elegan juga memiki dengan plot yang telah dibuat oleh koreografer. makna kekuatan bagi perempuan untuk selalu Editor juga selalu memberikan update kuat dan bangkit dalam menghadapi setiap perkembangan editing kepada koreografer. tantangan. Dialog dilakuan melalui jaringan telfon dan Musik yang dipergunakan ialah musik chat aplikasi untuk menentukan gambar- digital record dengan vokal dan tembang Jawa gambar yang dipilih. Hasil editing yang yang yang dikomposeri oleh Ari Ersandi dan vocalis telah tersusun kemudian direview bersama dan Renata Astria. Vocal yang digunakan adalah diskusi mengenai beberapa hal yang perlu tembang dengan beberapa ornamen vocal diperbaiki. Hasil rekaman yang dipresentasikan suara. cukup sesuai sehingga hanya perlu perbaikan-

85

JOGED: Jurnal Seni Tari MAMPIR NGOMBE: p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI perbaikan seperti grading dan coloring untuk manusia, baik dan buruk. Di dalam rahim ibu, finalisasi. bergerak memutar memegang selendang B. Hasil Karya sebagai simbol plasenta, ikatan ibu dan anak Karya Film tari pendek ini dipentaskan serta ajaran-ajaran ibu yang diberikan pada di kanal Youtube Dinas Kebudayaan Provinsi anaknya melalui kasih sayang, dua sifat dasar DIY, dalam kegiatan Pentas Virtual Dinas tersebut tumbuh dalam pribadi manusia sejak Kebudayaan DIY. Film tari ini berjudul masih dalam kandungan. Hingga saat manusia “Mampir Ngombe” dengan durasi 6.44 detik, baru, si jabang bayi lahir berjalan di tengah sesuai dengan ketentuan dari penyelenggara kehidupan nyata bersama dua sifat tersebut pentas virtual. Film ini tampil perdana di kanal selalu berdampingan. Setiap manusia memiliki Youtube Dinas Kebudayaan DIY (tasteofjogja pilihannya untuk berada pada sisi yang mana disbud diy) pada tanggal 10 Januari 2021, pada serta menyeimbangkannya. link:https://www.youtube.com/watch?v=VRX OB97KS2w. Karya film tari berdurasi pendek ini memiliki empat plot adegan sebagai berikut: 1. Lair Seorang perempuan yang sedang mengandung, berjalan pelan menuju ke tengah Pendopo, kemudian menari dengan pelan dan Gambar 1.Screenshoot Youtube, lembut di atas sebuah kursi kayu. Dengan hati adegan Lair, Sang Ibu berkomunikasi dengan sijabang bayi. yang gembira dan harap-harap cemas ia 2. Ngombe menantikan kelahiran si jabang bayi. Sang Ibu Adegan ini dua penari perempuan berkomunikasi dengan si jabang bayi, bergerak saling berinteraksi dengan gerak memberikan kasih sayang dan perhatian penuh tempo cepat dan tegas, merupakan terhadap si jabang bayi. Kasih dan perhatian penggambaran perjalanan manusia beranjak seorang ibu untuk mempersiapkan manusia dewasa yang miliki tanggungjawab di dunia. baru di dunia dengan memberikan ilmu dan Merupakan representasi alam Madya, alam asuhan tentang kebajikan dan kasih. Bayi tengah atau kehidupan dunia fana. Belajar disimbolisasikan oleh dua penari perempuan menuntut ilmu, bekerja beribadah, saling tolong yang bergerak melingkar di atas meja. Dua menolong adalah yang utama. Keseimbangan penari perempuan merupakan simbol dua sisi

86

MAMPIR NGOMBE: JOGED: Jurnal Seni Tari REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171

dan saling menopang di kehidupan manusia. Saling berkomunikasi dan berinteraksi.

Gambar 3.Screenshoot Youtube, adegan Urip, perempuan-perempuan yang berjuang dan bekerja ditengah kondisi yang tidak menentu dan penuh kecemasan. Gambar 2.Screenshoot Youtube, adegan Ngombe, anak sedang belajar dan saling berinteraksi. 4. Laku 3. Urip Pada waktu senja empat penari Empat penari perempuan melakukan perempuan dengan membawa teko dan cangkir gerak koreografi dan ekplorasi di teras yang dari tanah liat, simbol ilmu pengetahuan dan sempit/tritisan dengan latar jendela dan dinding tanggungjawab, berjalan dengan pelan, tenang kayu. Adegan ini merupakan wujud namun pasti disetiap langkahnya beriringan penggambaran kehidupan yang singkat dan dari satu titik awal ke titik selanjutnya, sebagai sempit, penari bergerak dengan sangat hati-hati representasi perjalanan atau laku yang masih dan saling berinteraksi, saling memberikan panjang untuk terus berjuang apapun kesempatan bergerak di ruang yang sempit dan keadaannya, tidak menyerah, berfikir positif berpindah tempat, hingga masing-masing penari dan fokus, belajar dan belajar untuk meraih sebagai sosok manusia dapat memilih jalan mimpi dan masa depan dengan iringan doa. yang akan dilalui. Bagian ini merupakan refleksi diri untuk memilih diam tak bergerak atau berani melangkah dengan kuat dan tegar. Perempuan pada masa ini dituntut untuk mampu menjalani berbagai peran kehidupan, tidak hanya ibu rumah tangga tetapi juga karir dan mimpi-mimpinya. Empat ssifat dasar manusia sebagai suatu keseimbangan yang akan terus mewarnai kehidupan manusia.

87

JOGED: Jurnal Seni Tari MAMPIR NGOMBE: p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI

masker, menjaga jarak, selalu mencuci tangan dan menghindari kerumunan. “Mampir Ngombe” adalah doa, bekerja, berusaha dan belajar mengendalikan diri, hidup berdampingan dengan alam dan sesama di tengah kondisi Pandemi saat ini. Hidup berdampingan dan diisi dengan kebajikan dan

tindakan-tindakan terpuji, seperti tolong- Gambar 4.Screenshoot Youtube, menolong, mengasihi sesama, berbakti kepada adegan Laku, representasi perjalanan atau laku yang masih panjang untuk terus berjuang apapun keadaannya. nusa dan bangsa, saling hormat-menghormati,

bermusyawarah untuk mencapai mufakat dan III. PENUTUP lain-lain. Hidup saling menghormati dan Tari adalah bahasa ungkapan jiwa yang menghargai anugerah kehidupan ini telah diekpresikan melalui gerak-gerak. Pada kondisi diajarkan para leluhur tanah Jawa sejak dahulu normal pertunjukan tari dapat disaksikan secara kala dengan melakukan perbuatan yang baik langsung, namun ditengah kondisi Pandemi dan bermanfaat. Manusia juga diingatkan Covid-19 saat ini, tari dituntut dan mencoba bahwa “Urip iku mung sadermo mampir menggunakan media baru sebagai bahasa ngombe”, sangat singkat ada suatu kelahiran, ungkap ekpresinya, yang pada karya “Mampir masa anak- anak bermain, masa dewasa dan Ngombe” ini adalah film tari berdurasi pendek. turun ke dunia nyata, belajar, berusaha, bekerja Film tari ini merupakan refleksi dan instropeksi dengan tanggung jawab dan selalu atas kondisi pandemi saat ini dan yang masih mengutamakan kebaikan hingga senja tiba dan berlangsung hingga entah kapan. Pemerintah waktu untuk pulang, segala yang telah dengan segala usaha, baik kebijakan dikerjakan di dunia ini memiliki makna dan PSBB/PSBK hingga vaksinasi terus bermanfaaat. Hal ini kembali harus dilakukan diupayakan, agar kehidupan kembali normal. dan dimulai dari diri sendiri, keluarga, Sebagai seorang manusia yang saat ini berada masyarakat di lingkungan terdekat dan pada kondisi ini, kita tidak boleh untuk panik, akhirnya kepada seluruh dunia, agar tercapai cemas dan gegabah dalam menghadapi, namun hidup yang damai. Pandemi Covid-19 belum tetap berusaha dengan tenang, kuat dan tabah tahu kapan akan berakhir, namun manusia di mencoba untuk terus berjalan ke depan, bumi tidak boleh menyerah, harus tetap beradaptasi dengan kenormalan baru, memakai

88

MAMPIR NGOMBE: JOGED: Jurnal Seni Tari REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171

bergerak maju dengan memperbaiki diri dan Brow, Jean Morison. (1998) Naomi Mindlin dan Charles H. Woodford. The Vision of masyarakat agar Bumi kembali pulih. , In The Words of Its Adaptasi dan inovasi selalu diharapkan Creators, Second Edition. Princenton Book Company, USA. muncul untuk memberikan jalan ke luar atau Caturwati, Endang. (2006). Perempuan dan solusi bagi keadaan yang tidak menentu. Dalam Ronggeng, Pusat Kajian LBPB, Bandung. Danesi, Marcel.(2004), Messages, Signs, hal ini tari mencoba menggunakan alih media Meanings: A Basic Texbook in Semiotic yaitu video/film sebagai sarana untuk tetap and Communication Theory (Third Edition) atau Pesan, Tanda dan Makna, eksis menjaga keberlangsungan hidup tari. Hal Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika ini merupakan sebuah usaha untuk tetap dan Teori Komunikasi teerjemahan Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari. (2010), berkarya meskipun dalam kondisi Pandemi Jalasutra, Yogyakarta. Covid-19. Endraswara, Suwardi. (2010) Falsafah Hidup Jawa, Menggali Mutiara Kebijaksanaan

dari Intisari Filsafat Kejawen. DAFTAR SUMBER ACUAN Cakrawala, Yogyakarta. Gere, David.(2004) How to Make in an Anderson, Benedict R.O’G. (1965) Mythology and the Tolerance of the Javanese atau Epidemic-Tracking in the Age of Mitologi dan Toleransi Orang Jawa, AIDS, terjemahan Revianto B. Santoso dan Luthfi Wulandari. (2008), JEJAK, The University of Wisconsin Press, London. Yogyakarta. Anderson, Janet. (2010), Modern Dance, Gonzales, Joseph. (2004) Choreography, A Second Edition. Chelsea House, New Malaysian Perspective. Akademi Seni York. Kebangsaan, Kuala Lumpur. Achmad, Sri Wintala. (2012) Wisdom Van Hadi,Y. Sumandiyo. (2004) Aspek-Aspek Java Mendedah Nilai-Nilai Kearifan Dasar Koreografi Kelompok. ELKAPHI, Jawa. IN AzNa Books, Yogyakarta. Yogyakarta. Achmad, Sri Wintala, (2017). Asal-usul & Hadi,Y. Sumandiyo. (2007) Pasang Surut Sejarah Orang Jawa, Yogyakarta, Pelembagaan Tari Klasik Gaya Araska. Yogyakarta. Pustaka Book Publiser dan Bing, Agus. “Tradisi Mencintai Bumi”. Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta, Majalah Seni dan Budaya Yogyakarta. GONG Edisi 71/VII/ 2005. Yogyakarta Hadi,Y. Sumandiyo. (2011) Koreografi, Berger, Arthur Asa. (2005) Signs in Bentuk, Teknik, Isi. Cipta Media Contemporary Culture, An Introduction bekerjasama dengan Jurusan Tari FSP ISI to Semiotics atau Tanda-Tanda Dalam Yogyakarta, Yogyakarta. Kebudayaan Kontemporer, Suatu Hadi,Y. Sumandiyo. (2012) Seni Pertunjukan Pengantar Semiotika terjemahan M. Dwi dan Masyarakat Penonton. BP ISI Marianto, Tiara waca Yogya, Yogyakarta, Yogyakarta. Yogyakarta. Hadikoesoemo, R.M. Soenandar. (1985) Brannigan, Erin. (2011) Dancefilm- Filsafat Kejawaan Ungkapan Lambang Choreography and the Moving Image. Ilmu Gaib Dalam Seni Budaya Oxford University Press, Inc, New York Peninggalan Leluhur Jaman Purba. Yudhagama Corporation, .

89

JOGED: Jurnal Seni Tari MAMPIR NGOMBE: p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171 REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI

Harymawan, RMA. (1993) Dramaturgi. PT McPherson, Katrina. .(2006) Making Video Remaja Rosdakarya, Bandung. Dance: A step-by-step guide to creating Haryono, Timbul. (2009) Seni dalam Dimensi dance for the screen. Routledge, New Bentuk, Ruang dan Waktu. Wedatama York Widya Sastra, Jakarta. Murgiyanto, Sal. (1986) Tari dalam Kaplan, David dan Robert A. Manners. (2012) Pengetahuan Elementer Tari dan The Theory of Culture atau Teori Budaya Beberapa Masalah Tari., Direktorat terjemahan Landung Simatupang. Putaka Kesenian, Proyek Pengembangan Pelajar Offset, Yogyakarta. Kesenian Jakarta, Jakarta. Hawkins, Alma. (2003) Moving From Whithin. Murgiyanto, Sal. (1993) Ketika Cahaya Merah A New Method For Dance Making atau, Memudar, Sebuah Kritik Tari. Deviri Bergerak Menurut Kata Hati terjemahan Ganan, Jakarta. I Wayan Dibia. Masyarakat Seni Purwadi dkk. (2010) Upacara Pengantin Pertunjukan Indonesia, Jakarta. Jawa.Panji Pustaka, Yogyakarta. Hawkins, Alma. (2006) Creating Through Dance atau Mencipta Lewat Tari Purwadi. (2008) Kitab Jawa Kuno. Pinus, terjemahan Y. Sumandiyo HadiManthili, Yogyakarta. Yogyakarta. Purwadi. (2012) Foklor Jawa. Pura Pustaka, Hayuaji, Gangsar R. (2011) Centhini 3, Malam Yogyakarta. Ketika Hujan. Diva Press, Yogyakarta. Ricour, Paul. (2012) Teori Interpretasi Herusatoto, Budiono. (2003) Simbolisme diterjemahkan oleh Masnur Hei. Dalam Budaya Jawa. Hanindita Graha IRCiSoD, Yogyakarta. Widia, Yogyakarta. Schechner, Richard. (2003) Performance Hidajat, Robby. (2008) Seni Tari, Pengantar Studies, An Introduction. Routledge, New Teori dan Praktek Menyusun Tari bagi York. Guru. Jurusan Seni dan Desain Fakultas Schechner, Richard. (2006) Performance Sastra Universitas Negeri Malang, Studies, An Introduction, Second Malang. EditionRoutledge, New York. Hobart, Angela dan Bruce Kapferer. (2005) Schlaich, Joan dan Betty DuPont. (1977) Dance Aesthetics in performance: Formations of The Art of Production. The CV Mosby Simbolic Contruction and Experience. Company, USA. Berghahn Books, United States Setiawan, Erie. “Inisiasi: Pertaruhan Simbol Kartika, Daharsono Sony. (2007) Estetika., dan Harapan”, Majalah Seni dan Rekayasa Sains, Bandung. Budaya GONG Edisi 118/XI/2010. Koentjaraningrat. Kebudayaan Jawa (1984), Yogyakarta PN Balai Pustaka, Jakarta. Soedarsono, R.M. (1997) Wong, Kussudiardja, Bagong. (2000) Bagong Dramatari Ritual Kenegaraan di Keraton Kussudiardja, Dari Klasik Hingga Yogyakarta. Gadjah Mada University Kontemporer. Padepokan Press, Yayasan Press, Yogyakarta. Bagong Kussudiardja. Yogyakarta. Soedarsono, R.M. (2002). Seni Pertunjukan Kussudiardja, Bagong. (2007) Joget mBagong Indonesia di Era Globalisasi. Gajah di sebalik Tarian Bagong Kussudiardja, Mada University Press, Yogyakarta. Padepokan Press, Yayasan Bagong Smith, Jacqueline. (1985) Dance Composition: Kussudiardja. Yogyakarta A Practical Guide For Teacher atau Martono, Hendro. (2008) Sekelumit Ruang Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Pentas., Cipta Media, Yogyakarta. Bagi Guru. terjemahan Ben Suharto. Martono, Hendro. (2012) Koreografi IKALASTI, Yogyakarta. Lingkungan. Cipta Media, Yogyakarta.

90

MAMPIR NGOMBE: JOGED: Jurnal Seni Tari REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI p-ISSN 1858-3989 | e-ISSN 2655-3171

Sudarsono. (1977) Tari-Tarian Indonesia I. Proyek Pengembangan Media, Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Suharto, Ben. (1999) Tayub: Pertunjukan dan Ritus Kesuburan. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia dan art.line atas bantuan Ford Foundation, Bandung. Spradley, James P. Metode Etnografi. Tiara Wacana, Yogyakarta. Sutrisno, Mudji. (2010) Ranah-Ranah Estetika Kanisius, Yogyakarta. Sumaryono, (2016). Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia, Yogyakarta: Media Kreativa. Tilaar, Martha. (1999) Kecantikan Perempuan Timur. IndonesiaTera, Magelang. Widaryanyo, FX. (2000) Memoar Ben Suharto, Bungah Ingaran Cubluk. Art.Line dan sePiring, Yogyakarta. Yosodipuro, Marmien Sardjono. (1996) Rias pengantin Gaya Yogyakarta, Dengan Segala Upacaranya. Kanisius, Yogyakarta. Yudiaryani. (2002). Panggung Teater Dunia Perkembangan dan Perubahan Konvensi. Pustaka Gondho Suli, Yogyakarta.

91