Biografi Pejuang I Gusti Ayu Rija (Studi Tentang Pewarisan Nilai-Nilai Karakter Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA Berbasis Kurikulum 2013)

Oleh: Qori’ Bayyinaturrosyi, Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd, Dra. Desak Made Oka Purnawati, M. Hum Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, e-mail: {[email protected], [email protected], [email protected]}@undiksha.ac.id

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) Biografi I Gusti Ayu Rija; (2) nilai-nilai karakter yang tersurat dan tersirat dari sosok I Gusti Ayu Rija; dan (3) nilai-nilai karakter dari I Gusti Ayu Rija yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah di SMA berbasis kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan metode penulisan sejarah yaiutu: (1) pengumpulan sumber (heuristic); (2) kritik sumber; (3) interpretasi; dan (4) penulisan sejarah (historiografi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa I Gusti Ayu Rija adalah putri ke-3 dari 7 bersaudara dari pasangan I Gusti Bagus Negara (putra generasi ke XI puri Anyar) dengan I Gusti Ngurah Rai dari Katiasa. I Gusti Ayu Rija lahir di puri Anyar, masa kecilnya kebanyakn dihabiskan bergaul dengan masyarakat biasa sehingga tumbuh besar menjadi seorang pejuang masa revolusi fisik di Buleleng 1946-1949. Nilai-nilai karakter yang terkandung pada sosok I Gusti Ayu Rija antara lain: (1) relegius; (2) jujur; (3) disiplin; (4) bertanggung jawab; (5) kerja keras; (6) percaya diri; (7) mandiri; (8) sadar diri; (9) patuh pada aturan sosial; (10) respek; (11) demokratis; (12) nasionalis; (13) suka menolong; (14) tangguh; dan (15) berani mengambil resiko. Nilai-nilai karakter I Gusti Ayu Rija dapat dimasukkan dalam sumber belajar sejarah SMA berbasis kurikulum 2013 kelas XI pada materi pokok “Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman sekutu dan Belanda”.

Kata Kunci: Biografi, Nilai-Nilai Karakter, Kurikulum 2013.

ABSTRACT This study aims to know (1) I Gusti Ayu Rija’s biography; (2) the values of explicit and implicit character of the figure I Gusti Ayu Rija; and (3) of character values of I Gusti Ayu Rija which can be used as a source of learning in high school history curriculum based on 2013. This study uses historical writing namely: (1) the collection of resources (heuristic); (2) source criticism; (3) interpretation; and (4) the writing of history (historiography). The results showed that I Gusti Ayu Rija is the daughter of the 3rd of seven children of the couple I Gusti Bagus Negara (son generation to Anyar castle XI) with I Gusti Ngurah Rai from Katiasa. I Gusti Ayu Rija was born in the castle Anyar, mostly spent her childhood mingle with ordinary people that grow up to be a fighter the physical revolution in Buleleng 1946-1949. Character values embodied in the figure of I Gusti Ayu Rija, among others: (1) religious; (2) to be honest; (3) discipline; (4) is responsible; (5) hard work; (6) self-reliant; (7) independently; (8) self-conscious; (9) comply with social rules; (10) respect; (11) democratic; (12) nationalist; (13) prefer; (14) resilient; and (15) take risks. The values of I Gusti Ayu Rija characters can be entered in the source-based high school curriculum learning the history of class XI in 2013 on the subject matter "The struggle to defend the independence of the threat of allies and the ".

Keywords: Biography, Values Character, Curriculum 2013.

PENDAHULUAN Rija. I Gusti Ayu Rija adalah sosok Indonesia telah mengalami berbagai perempuan asal Buleleng yang pada masa macam transisi dalam pemerintahan. Pada revolusi fisik ikut serta berjuang bersama masa lampau perjuangan secara fisik serta suaminya I Gusti Ngurah Mayor. politik melalui kancah diplomatik yang Berdasarkan hasil wawancara langsung didukung oleh seluruh lapisan dan golongan dengan I Gusti Ayu Rija, beliau masyarakat baik yang berdasarkan menceritakan bagaimana perjuangan di semangat keagamaan, golongan maupun tengah penderitaan pada masa revolusi fisik. nasionalisme, merupakan rangkaian usaha Beliau yang menempatkan dirinya sebagai panjang perjuangan Indonesia untuk seorang laskar rakyat yang bertugas memperoleh kemerdekaannya. mengantarkan logistik untuk pasukan Setiap masa dalam perjuangan suaminya, dan pasukan-pasukan gerilya kemerdekaan khususnya di Indonesia, selalu lainnya. melahirkan begitu banyak tokoh pejuang. Tak terkecuali ketika Indonesia memasuki “Daweg titiang kari anom, dereng masa revolusi fisik. Pada masa revolusi fisik mapawiwahan titiang awal nyane 1945-1949 ada begitu banyak golongan wantah sareng-sarengan antuk masyarakat yang ikut berjuang turun tangan maktayang ajengan majeng anak untuk mempertahankan kemerdekaan. sane daweg punika kari luas Kaum perempuan bertempur juga. Revolusi maperang. Wusan titiang Indonesia telah memberikan kemerdekaan mapawiwahan sareng lanang bagi kaum perempuan. Tak ada lagi titiange, sane daweg punika ipun perempuan atau laki-laki yang berpikiran anak sane sareng berperang, titiang sempit. Mereka tidak lagi menjadi warga wawu midep napi sane titiang negara kelas dua. Mereka secara langsung laksanayang. Daweg punika samian mengambil peran dalam perjuangan, baik itu istri sareng ngwantu nyiagayang langsung ikut bertempur memanggul logistik majeng para lanang-lanange. senjata, atau menjadi pengantar logistik bagi Punika sane ngranayang titiang pejuang lainnya (Suhaimi, 1997:34; Adams, ngranjing ring kelaskaran rakyat. Kala 2011:301). punika titiang sering ngelaksanayang Indonesia memproklamirkan aktivitas maktayang kebutuhan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945, pangan majeng para gerilyawan”. dalam catatan sejarah Indonesia kemudian Sejak saya masih muda, belum memasuki masa revolusi fisik. Pada masa ini menikah saya awalnya hanya ikut- kesadaran masyarakat untuk berjuang ikutan untuk mengantarkan makanan sangat tinggi, termasuk kaum perempuan. kepada orang-orang yang pada saat Kaum perempuan bertempur juga. Revolusi itu sedang pergi berperang. Setelah Indonesia telah memberikan kemerdekaan saya menikah dengan suami saya, bagi kaum perempuan. Tak ada lagi yang pada saat itu dia juga adalah perempuan atau laki-laki yang berpikiran seorang yang ikut berjuang, saya sempit. Mereka tidak lagi menjadi warga baru paham apa yang harus saya negara kelas dua. Mereka secara langsung lakukan. Pada saat itu semua mengambil peran dalam perjuangan, baik itu perempuan ikut membantu langsung ikut bertempur memanggul menyiapkan logistik untuk para kaum senjata, atau menjadi pengantar logistik bagi laki-laki. Oleh sebab itu saya masuk pejuang lainnya (Suhaimi, 1997:34; Adams, ke dalam kelaskaran rakyat. 2011:301). Semenjak itu saya semakin sering Tingginya kesadaran perempuan untuk melakukan aktivitas mengantarkan ikut berjuang terus menular hingga ke kebutuhan pangan bagi para daerah-daerah, tidak terkecuali di gerilyawan (Wawancara dengan I Kecamatan Buleleng. Di Kecamatan Gusti Ayu Rija, 15 Februari 2014). Buleleng terdapat beberapa pejuang perempuan yang terdaftar di Legiun Veteran Terlibatnya perempuan dalam Buleleng, salah satunya adalah I Gusti Ayu perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan suatu bukti bagaimana pejuang yang secara administratif perempuan Indonesia telah mampu sudah ditetapkan sebagai pejuang. menempatkan peranannya setara dengan Kita mencoba menanyakan pada laki-laki Indonesia. Akan tetapi apabila mereka pada masa hidupnya siapa berbicara dalam ranah sejarah dan saja orang yang pada masa itu ikut penulisannya, peranan perempuan dalam atau pernah berjuang dengannya sebuah perjuangan masih sangat kurang. (wawancara dengan Bapak Wayan Kalau pun ada, maka hanya akan ditemukan Patet Arya, 10 Mei 2014). pejuang perempuan yang memiliki latar belakang kehidupan sosial yang mapan, Pernyataan yang sama juga berasal dari kalangan bangsawan. Sedikit disampaikan oleh Bapak Gede Seroeti (83 sekali catatan sejarah yang merekam jejak Tahun) selaku pihak dari Legiun Veteran. perjuangan seorang perempuan yang berlatar belakang masyarakat biasa, padahal “Beliau menambahkan para memiliki peranan yang luar biasa. Akan pejuang pada masa itu tidak pernah tetapi bila mengkaji penghargaan terhadap mengharapkan imbalan. Apa yang para pejuang dan pahlawan, khususnya mereka lakukan semata-mata terhadap para pejuang dan pahlawan berlandaskan semangat sukarela perempuan, tentu masih sangat kurang. dan kegotongroyongan. Ada banyak Padahal perjuangan perempuan memiliki pejuang di Buleleng yang ikut kedudukan penting dalam kajian sejarah berjuang, meskipun mereka belum Indonesia. Mengutip pemaparan dari Bapak mengenal nama Indonesia. Akan Wayan Patet Arya (67 tahun) selaku tetapi dengan aturan yang ada saat pengurus Legiun Veteran Cabang Buleleng: ini selayaknyalah mereka harus mendapatkan penghargaan” Beliau mengatakan bahwa ada (wawancara dengan Bapak Gede kendala tersendiri dalam pendataan Seroeti, 10 Mei 2014). terhadap para pejuang, apalagi para pejuang perempuan. Penetapan Pernyataan-pernyataan tersebut seorang tokoh sebagai seorang sejalan dengan pemaknaan penulis dari apa pejuang harus melalui tahapan- yang disampaikan selintas oleh I Gusti Ayu tahapan tertentu berdasarkan Rija selaku informan awal. “Bahwasanya aturan yang ada. Lebih lanjut secara beliau ikut berjuang karena sukarela, tak ada lokal, dikarenakan para pejuang imbalan”. Mengacu pada keikutsertaan I pada masanya melakukan Gusti Ayu Rija pada masa revolusi fisik, perjuangan dengan cara sukarela tentunya tak hanya beliau yang pada masa dan ikhlas, maka pada era sekarang itu ikut berpartisipasi dalam perjuangan. ini sangat banyak para pejuang Akan tetapi ada banyak para pejuang wanita yang tidak pernah secara peribadi yang belum sempat mendapatkan memunculkan dirinya menyatakan penghargaan atau pengakuan yang bahwa dulu dia pernah ikut selayaknya. Berdasarkan Daftar Nominatif berjuang. Padahal saya rasa masih Veteran di Kecamatan Buleleng saja tercatat banyak pejuang yang ada di , hanya 25% perempuan, dan sisanya 75% khususnya di Buleleng yang belum didominasi oleh kalangan laki-laki. Kondisi mendapatkan penghargaan tersebut tentu secara tidak langsung sewajarnya. Untuk menangani memberikan image bahwa peran serta permasalahan tersebut, kita dari perempuan dalam perjuangan sangat minim. pihak Legiun Veteran dengan Padahal pada masa revolusi fisik wanita inisiatif tinggi berusaha sampai saat merupakan salah satu kunci dalam ini untuk melakukan pendataan kesuksesan perjuangan mempertahankan terhadap para pejuang yang ada di kemerdekaan Republik Indonesia. Wanita Buleleng. Salah satu cara yang kita merupakan mata dan telinga para pejuang gunakan adalah, melakukan kemerdekaan Indonesia. wawancara dengan para tokoh Perjuangan yang dilakukan I Gusti Ayu yang berbasis pada pendekatan kontekstual Rija tentunya mengandung nilai-nilai yang akan dapat menggeser paradigma penting untuk dikaji, dipelajari, dan pembelajaran yang kaku dan beku (Yamin, diimplementasikan oleh generasi muda 2010:8). penerus bangsa. Dalam konteks tersebut Akan tetapi, ketika melihat apa yang pembelajaran sejarah memiliki peranan tercantum dalam buku ajar sejarah. Materi penting dalam hal bagaimana generasi yang tercantum belum serta merta mampu muda bisa memaknai esensi dari perjuangan menggambarkan secara tekstual kondisi generasi terdahulu, dan bisa dijadikan kontekstual. Dengan kata lain, materi yang pedoman pembelajaran dalam upaya ada tidak jauh berbeda dengan materi pada menggapai masa depan. buku ajar terdahulu. Ambil saja contoh Pembelajaran sejarah memiliki pembahasan sejarah kelas XI pada materi peranan yang amat penting dalam hal “Kebangkitan heroisme dan kebangsaan bagaimana generasi muda bisa memaknai Indonesia”, dan pada materi “Proklamasi dan esensi dari perjuangan generasi terdahulu perkembangan negara kebangsaan untuk bangsa ini, dan bisa dijadikan Indonesia.” Begitu juga dengan sejarah pedoman pembelajaran dalam upaya kelas XII pada materi “Perjuangan menggapai masa depan. Sejarah mempertahankan kemerdekaan Indonesia”. memberikan khazanah bagi kita untuk bijak Pembahasan dalam materi-materi tersebut mengambil langkah dalam berperoses untuk masih berkecimpung pada pembahasan masa depan. Hal ini tentunya sejalan peran dari tokoh laki-laki, yang dalam hal ini dengan fungsi yang dimiliki oleh sejarah terkesan mengesampingkan dedikasi dari sebagai sarana edukatif yaitu instrumen golongan masyarakat yang berjenis kelamin pendidikan bagi masyarakat dan anak didik perempuan. Kondisi tersebut memberikan di bangku sekolah melalui penyampaian inisiatif bagi penulis untuk melakukan pesan-pesan moral dan nilai-nilai yang sebuah penelitian dan penulisan dengan tersembunyi di balik sebuah peristiwa judul “Biografi Pejuang I Gusti Ayu Rija sejarah. Selain itu sejarah memiliki arti (Studi Tentang Pewarisan Nilai-Nilai strategis dalam pembentukan watak dan Karakter Sebagai Sumber Belajar Sejarah di peradaban bangsa yang bermartabat serta SMA Berbasis Kurikulum 2013)”. dalam pembentukan manusia Indonesia Menulis biografi tokoh pejuang I Gusti yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta Ayu Rija adalah suatu usaha merekam dan tanah air (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 memperkenalkan peran nyata salah satu tentang Standar Isi). Hal inilah yang masih kaum perempuan dalam perjuangan. kurang disadari oleh masyarakat bahwa Dengan demikian maka penulisan karya ini sejarah bukan hanya pelajaran hafalan, sebenarnya merupakan suatu bentuk melainkan pelajaran yang kaya akan nilai- sumbangan perbendaharaan sumber nilai moral yang dapat kita sampaikan pengetahuan kita mengenai kesejarahan, kepada generasi muda sehingga tetap lestari dan peran kesetaraan gender yang dapat melalui pendidikan formal ataupun nonformal diterapkan secara paralel dalam yang diajarkan di sekolah (Pageh, 2010:8). pembelajaran sejarah. Penulisan karya ini Oleh sebab itu tentu sangat disayangkan selain merupakan tugas akhir dalam apabila pembelajaran sejarah yang kita menuntaskan program studi yang ditempuh kenal saat ini masih mengedepankan oleh penulis, juga merupakan suatu usaha hafalan dan bersifat verbal, dan tidak merekam peranan pejuang wanita yang terjabarkan secara kontekstual. dalam budaya patriarki sebagai golongan Sejalan dengan pernyataan di atas, termarginalkan, akan tetapi keberadaannya pembelajaran sejarah yang saat ini sudah memberikan makna dalam sebuah menggunakan kurikulum 2013 memberikan perjuangan yang sarat akan nilai-nilai positif. tempat yang luas bagi pewarisan nilai-nilai. Berkenaan dengan itu muncul ketertarikan Penerapan kurikulum 2013 diharapkan penulis untuk mengangkat nilai-nilai mampu melahirkan tatanan pendidikan yang perjuangan dari pejuang perempuan pada sesuai dengan kepentingan anak-anak didik masa revolusi fisik 1945-1949 yang ada di secara kontekstual. Karena pembelajaran Kecamatan Buleleng. Berdasarkan data yang penulis peroleh Sedangkan dikalangan mahasiswa dari Kantor Legiun Veteran Buleleng, dalam sejarah, penulisan peran kepahlawanan Daftar Nominatif Veteran di Kecamatan yang sempat peneliti temukan adalah karya Buleleng dapat penulis temukan beberapa Ni’matul Husna (2008) Fatima Mernissi pejuang perempuan pada masa revolusi (Biografi Intelektual Soerang Feminis fisik. Di antaranya adalah tokoh I Gusti Ayu Muslim), dan Cahayaningsih (2013) dengan Rija (NPV: 13.034.222, Kelurahan Paket judul skripsi Biografi Ida I Dewa Agung Istri Agung) yang merupakan narasumber awal Kanya (Studi Tentang Nilai-Nilai penelitian dalam penulisan karya ini. Selain Kepahlawanan dan Sumbangannya Bagi itu ada nama Ni Made Kerti Pembelajaran Sejarah di SMA). Tentunya (NPV:13.033.323, Kelurahan Banjar Jawa), masih banyak lagi penulisan tokoh-tokoh Desak Made Sikiati (NPV:13.003.772, kepahlawanan atau perjuangan yang ditulis Kelurahan Kampung Anyar), Jro Nagari dan dibukukan oleh para sejarawan atau pun Singgara (NPV: 13.007.915, Desa oleh kalangan akademisi yang peduli akan Pemaron). Nilai-nilai perjuangan dari para pelestasian nilai-nilai luhur generasi pejuang perempuan tersebut tentunya akan terdahulu. sangat bermanfaat apabila bisa disampaikan Berdasarkan latar belakang di atas, dalam pembelajaran sejarah, sejalan dengan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran sejarah lokal yang mendukung biografi singkat dari sosok I Gusti Ayu Rija pembelajaran kontekstual. Selain itu nilai- (Studi tentang pewarisan nilai-nilai karakter nilai perjuangan dari para pejuang sebagai sumber belajar sejarah di SMA perempuan tersebut menurut pandangan berbasis kurikulum 2013). Kajian teori yang penulis sangat memberikan dampak positif digunakan dalam penelitian ini adalah kajian bagi pengajaran sejarah dalam kurikulum tentang biografi, dan mereduksi kajian 2013, terkait penerapan metode penelitian tentang konsep perjuang/kepahlawanan, sejarah dengan kelompok peminatan. revolusi, dan kajian teori tentang sumber Penulisan tentang peran pejuang atau belajar. pahlawan memang sudah sangat banyak ditulis dan dibukukan oleh para peneliti atau METODE PENELITIAN sejarawan yang tentunya sangat kaya akan Berdasarkan permasalahan yang kandungan nilai-nilai perjuangan, dibahas, maka dalam penelitian ini kepahlawanan, dan nasionalisme meskipun digunakanlah metode penelitian sejarah. sebagian besar yang ditulis adalah tentang Ada empat tahap yang harus ditempuh tokoh pejuang laki-laki. Harus diakui dalam penelitian sejarah, yaitu (1) penulisan tentang peran pejuang wanita Pengumpulan Sumber/jejak-jejak sejarah masih sangat kurang. Namun melalui kajian (Heuristic), (2) Kritik Sumber, (3) Interpretasi kepustakaan, ada beberapa tulisan yang dan, (4) Penulisan Sejarah (Historiografi) penulis temukan yang menulis tentang peran (Kuntowijoyo, 1995: 89-105). pejuang perempuan secara khusus ataupun peran wanita secara umum dalam koteks HASIL DAN PEMBAHASAN sejarah dan bangsa. Diantaranya adalah BIOGRAGI I GUSTI AYU RIJA seperti yang ditulis oleh Suhaimi (1997) Hasil dari penelitian ini adalah I Gusti Wanita Aceh dalam Peperangan dan Ayu Rija merupakan salah seorang putri Pemerintahan, Nuryanti (2007) Perempuan (generasi ke XII) dari keturunan keluarga dalam Hidup Soekarno: Biografi Inggit puri Anyar, Sukasada, Buleleng. Beliau Garnasih, Gunawan (1993) “Dimensi- merupakan anak ke-3 dari 7 bersaudara dari dimensi Perjuangan Kaum Perempuan pasangan I Gusti Bagus Negara (putra Indonesia dalam Perspektif Sejarah”. Dalam generasi ke XI puri Anyar) dengan I Gusti Fauzie, Ridjal, dkk. (Ed). Dinamika Gerakan Ngurah Rai dari Katiasa. Perempuan di Indonesia, Soekarno (1963) I Gusti Ayu Rija lahir pada tahun 1930 Sarinah “Kewajiban Wanita dalam di Puri Anyar, Sukasada. I Gusti Ayu Rija Perjoangan Republik Indonesia”, dan Darma kecil sangat gemar bermain permainan Putra (2007) yang mengkaji tentang Wanita tradisional seperti permainan congklak, ceb Bali Tempoe Doeloe “Perspektif Masa Kini”. ceb byak, bermain tali, dan mandi di sungai. I Gusti Ayu Rija kecil setiap hari bergaul dan perempuan desa yang hanya mengenyam bermain bersama dengan anak-anak dari pendidikan sekolah rendah sebatas baca kalangan luar puri. Mungkin karna faktor ini dan tulis, sosok perempuan yang tidak juga yang secara ekstrinsik memberikan mengenal idiologi kebangsaan, sosok sikap emosional beliau kelak ketika secara perempuan yang belum tau yang namanya sukarela ikut bahu membahu bersama nasionalisme, sosok perempuan yang lahir masyarakat yang lainnya dalam kancah dalam tatanan masyarakat patriarkhi, perjuangan pada masa Revolusi Fisik. menjelmakan dirinya sebagai sesosok Terkait dengan pendidikan, selain perempuan yang turun tangan dalam memproleh pendidikan dari keluarga (seperti perjuangan melawan penjajah. membaca lontar, pendidikan keagamaan, Memasuki tahun 1945 setelah dan pendidikan humanis lainnya), Indonesia merdeka dan setelah Bali secara berdasarkan inisiatif pribadi I Gusti Ayu Rija resmi menjadi salah satu bagian dari wilayah juga menempuh pendidikan sekolah rendah kedaulatan Indonesia. Ketika pada masa kelas 3 meskipun beliau tidak sampai tuntas, dimana diseluruh wilayah Indonesia sedang dikarenakan beliau lebih memilih semarak menikmati era kemerdekaan, sibuk menyibukkan diri dalam urusan mencari membentuk segala macam administrasi nafkah buat keluarga dan ikut serta dalam kepemerintahan, datanglah masa dimana perjuangan. Belanda ingin kembali berkuasa di Puri Anyar adalah keluarga puri yang Indonesia. Era ini lebih dikenal dengan era republikan, kalangan yang tidak mau tunduk Revolusi Fisik. kepada penjajah, lebih memihak kepada Di Bali sendiri Revolusi Fisik dimulai rakyat. Kondisi ini menyebabkan puri Anyar pada tahun 1946, ditandai dengan mendapat tekanan keras dari Belanda, kedatangan kapal Gajah Merah yang bahkan banyak tanah yang semula mendarat di Sanur pada pagi hari tanggal 2 merupakan milik puri Anyar disita oleh Maret 1946 dengan membawa kesatuan alat Belanda. Dapat dikatakan puri Anyar adalah pemerintahan NICA (Netherlands Indies Civil puri yang miskin dibanding dengan Administration) dibawah pimpinan Letkol. Inf. lingkungan keluarga puri yang lainnya. FH Ter Meulen. Dengan persenjataan serba Situasi ini lah yang mengharuskan sosok I lengkap dan modern bergerak menyebar ke Gusti Ayu Rija tumbuh dewasa terlalu cepat seluruh wilayah Bali dengan memakai tidak dalam hal tindakan dan pemikirannya. kurang dari 150 Truk bersama kendaraan Dalam lingkungan keluarga, I Gusti Jip. Maret 1946 NICA memasuki wilyah Bali Ayu Rija dipandang sebagai sosok Utara dan pada tanggal 5 Maret 1946 NICA perempuan yang sangat berjasa, sebagai telah menduduki Singaraja. Dimulailah masa tulang punggung keluarga. Hidup dalam Revolusi Fisik di Buleleng. lingkungan masyarakat yang menganut Memasuki masa Revolusi Fisik di sistem patriarkhi dan memiliki saudara yang Buleleng seolah-olah menjadi panggilan kebanyakan laki-laki, Mengharuskan I Gusti kembali dari “Ibu Pertiwi” bagi para pejuang Ayu Rija menempatkan dirinya sebagai yang sebelumnya telah merasa merdeka, penghidup keluarga. Dalam usaha untuk kembali berjuang mempertahankan menafkahi keluarga, I Gusti Ayu Rija yang kemerdekaan. Tak terkecuali bagi I Gusti merupakan keturunan keluarga puri tidak Ayu Rija sendiri yang pasca kemerdekaan sungkan-sungkan bekerja mencari upahan telah mengenal yang namanya bendera menuai padi menjadi pdrop pada musim merah putih, dan sudah bisa merasakan panen, dan memelihara Babi. bagaimana rasa nasionalisme itu. Pada Ikut sertanya I Gusti Ayu Rija dalam masa Revolusi Fisik I Gusti Ayu Rija tanpa ranah perjuangan sebagai penghubung dan diminta oleh siapa pun kembali terjun turun pengantar logistik dimulai sejak usia 12 tangan sembari mengajak rekan-rekannya tahun, usia yang masih sangat belia. Sejak yang lain untuk kembali membantu para tahun 1942, semasa Jepang masih berkuasa kaum laki-laki yang sedang berjuang di Indonesia, ketika Indonesia belum mempertahankan kemerdekaan. Tak jauh memproklamirkan kemerdekaannya, berbeda dengan tugas yang beliau lakukan semenjak itulah I Gusti Ayu Rija sosok pada masa sebelum kemerdekaan dulu, hanya saja pasca kemerdekaan motif dari penuh resiko, namun demi perjuangan apa yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Rija mereka laksanakan dengan sangat hati-hati lebih mendasar, yaitu didasari oleh dan penuh rasa tanggung jawab. Tidak semangat kebangsaan. Adapun tugas yang jarang mereka digeledah tetapi karena sering dilakukan I Gusti Ayu Rija sebagai mereka sudah mengetahui dirinya akan penghubung pada masa Revolusi Fisik diperiksa, maka mereka dengan wajah yang adalah pengawalan, mengumpulan iuran tenang menyerahkan dirinya untuk diperiksa (iuran perbanjar), mengantarkan surat, dan oleh tentara NICA. Karena sikapnya yang mengantarkan logistik. Pengawalan yang tenang itu ahirnya mereka tidak dicurigai dilakukan adalah mengawal para pejuang hingga lolos dari pemeriksaan. Sumbangan- yang akan turun ke garis depan. Ketika ada sumbangan dari dalam kota ke markas- patroli tentara musuh disinilah tempat peran markas pun dikirim melalui mereka dengan I Gusti Ayu Rija sebagai penghubung untuk modus sebagai pedagang yang berjualan ke menginformasikan para pejuang bahwa kota, sehingga tidak menimbulkan sedang ada patroli tentara NICA. Sedangkan kecurigaan dari pihak musuh. Dalam dalam hal mengumpulkan iuran perbanjar I keadaan yang sangat mendadak sering juga Gusti Ayu Rija harus mendatangi rumah dipergunakan penghubung istimewa baik masyarakat satu persatu untuk mengambil dari markas ke kota maupun sebaliknya, dari iuran berupa padi, beras, jagung, ubi dan kota ke pedalaman. Surat-surat itu biasanya bahan makanan lainnya. Tak jarang apabila ditaruh dalam lipatan-lipatan baju, atau di hasil iuran tersebut masih kurang I Gusti Ayu dalam sepatu. Akan tetapi ada juga Rija beserta para penghubung perempuan penghubung yang terkadang nekat, yang lainnya harus meburuh disawah orang agar membI awanya dengan demikin saja. Begitu dapat upah berupa gabah yang nantinya ada pemeriksaan dan penggeledahan surat bisa diolah sebagai makanan untuk logistik yang mereka bawa dengan cepat para pejuang. dimasukkan ke delam mulut kemudian Posisi atau peran serta penghubung dikunyah dan ditelan. dalam perjuangan pada masa itu amat Selain itu, ternyata keberadaan para sangat membantu perjuangan para penghubung perempuan seperti I Gusti Ayu gerilyawan yang sedang berjuang. Rija yang pada masa awal Revolusi Fisik Dikarenakan melalui para penghubung masih menyandang status lajang, ternyata seperti I Gusti Ayu Rija inilah para pejuang dapat memberikan gairah semangat juang yang sedang bergerilya dapat membaca tensendiri bagi para pejuang laki-laki dalam situasi untuk melakukan penyerangan. berjuang. Dapat dikatakan keberadaan para Bagaimanapun ketatnya penjagaan musuh penghubung perempuan tersebut selalu ada kontak antara gerilyawan dan memberikan motivator bagi para laki-laki, rakyat di kota-kota melalui surat-menyurat apalagi penghubung seperti I Gusti Ayu Rija yang dibawa oleh penghubung, dengan cara yang lumayan terkenal dengan paras menitipkannya pada penghubung yang cantiknya. Tak jarang ketika mengantarkan menyamar sebagai pedagang dari desa surat atau logistik ke basis para gerilyawan yang berjualan ke kota. yang sedang bersembunyi, para laki-laki Berita-berita radio pun dapat dikirim curi-curi pandang melihat kedatangan I Gusti melalui mereka, dengan berbagai cara. Ayu Rija bahkan ada saja yang kadang kala Surat-surat dapat disembunyikan dalam iseng-iseng merayu. keranjang atau dimasukkan dalam bambu, Seiring berjalannya waktu, dalam ataupun ditengah-tengah ikatan kayu api aktivitasnya sebagai penghubung I Gusti yang dibawa dari desa Ambengan, Kedu, Ayu Rija bertemu dan berkenalan dengan Cengana, Abasan, Selat dan desa Kayuputih sosok pemuda yang bernama I Gusti Ngurah ke Pabean Singaraja. Demikian pula Wika Ningrat lebih dikenal dengan panggilan sebaliknya apabila mereka mebawa surat- Pak Mayor, seorang pejuang, dan masih surat dari kota ke markas-markas memiliki hubungan keluarga dengan Mr. I perjuangan disembunyikan pada barang- Gusti Ketut Pudja. Bagi I Gusti Ayu Rija barang yang mereka bawa. Mereka perkenalannya dengan Pak Mayor memiliki mengetahui bahwa hal itu berbahaya dan kisah tersendiri, dimana perkenalan beliau dimulai ketika terjadinya penghadangan tersebut diterima pada tanggal 28 Mei 1948. konvoi NICA dan pertempuran di Pangkung Informasi tersebut disampaikan oleh kurir Bangka Juli 1946. Dalam penghadangan dari Komando DPRI, dengan instruksi agar dan pertempuran selama 3 jam terssebut 9 para pejuang yang ada di Buleleng pemuda pejuang gugur, dipihak NICA melakukan gencatan senjata, dan sebuah truk hancur oleh ranjau dan 20 menyerahkan diri pada Pos Tentara tentaranya tewas. Bertepatan dengan terdekat. Instruksi tersebut ditanggapi penghadangan di Pangkung Bangka, pada berbeda oleh para pejuang. Ada yang waktu itu I Gusti Ayu Rija bertugas mematuhinya karena merupakan perintah mengantarkan logistik berupa makanan dan dan adapula yang tidak menerimanya obat-obatan bagi para pejuang yang sedang dengan alasan apabila menyerahkan diri melakukan penghadangan. I Gusti Ayu Rija mereka akan dijebloskan ke penjara. Oleh menuturkan betapa gemetar dan sebab itu sebagian pejuang tetap ingin ketakutannya ia ketika sampai di Pangkung berjuang hingga tetes darah penghabisan Bangka melihat ada salah seorang pemuda tanpa negosiasi, karena mereka tidak yakin pejuang yang tergeletak mati tertembak. Belanda akan menepati janjinya apabila Ditengah ketakutannya di Pangkung Bangka diajak berunding. tersebutlah I Gusti Ayu Rija berkenalan Adanya instruksi gencatan senjata dengan I Gusti Ngurah Wika Ningrat/Pak tersebut secara otomatis pada tahun 1948 di Mayor yang merupakan salah seorang Buleleng sudah tidak adalagi pertempuran pemuda pejuang yang saat itu ikut serta atau peperangan secara langsung, dalam penghadangan konvoi NICA di dikarenakan sudah banyak pejuang yang Pangkung Bangka. menyerahkan diri. Hanya sebagian pemuda I Gusti Ayu Rija menuturkan akibat dari yang tidak mau menyerahkan diri yang penghadangan di Pangkung Bangka para melakukan semacam penghadangan kecil- pejuang diburu oleh tentara NICA. NICA kecilan, tetapi tidak sampai mengarah pada menggencarkan patroli untuk memburu dan kontak senjata. Setelah adanya kesepakatan menangkap para pemuda pejuang, rumah- dari hasil Konfrensi Meja Bundar (KMB) di rumah penduduk di geledah, tempat-tempat Den Haag yang berlangsung selama dua yang dicurigai menjadi tempat bulan pada tanggal 2 November 1949 persembunyian para pejuang dibumi Indonesia memperoleh penyerahan hanguskan. Bahkan tentara NICA kedaulatan dari Belanda. Ahirnya di Buleleng mengerahkan pesawat capung untuk pada tanggal 27 Desember 1949 para membombardir wilayah yang dianggap pemuda pejuang yang ditahan dibebaskan. menjadi basis para pejuang. Pada saat itu Termasuk diantaranya adalah I Gusti Ngurah nama Pak Mayor sendiri menjadi pencarian Wika Ningrat/Pak Mayor. dalam setiap patroli NICA, setiap orang Karena NICA sudah menarik diri ditanyai dimana tempat persembunyian Pak Buleleng, sudah tidak ada lagi peperangan Mayor. NICA menganggap Pak Mayor yang mengharuskan adanya peran serta adalah orang yang harus segera ditangkap. para penghubung. Pada masa tersebut I Padahal nama panggilan Mayor tersebut Gusti Ayu Rija hanya menyibukkan diri bukan atas dasar pangkat, akan tetapi sebagai seorang perempuan yang bertugas memang merupakan nama panggilan sejak menghidupi keluarga. Memasuki usia 23 kecil. Setelah sekian lama menjadi buronan tahun, pada tahun 1953 I Gusti Ayu Rija ahirnya Pak Mayor ditangkap patroli NICA di melangsungkan pernikahan dengan salah dekat puri Sukasada. seorang mantan pejuang pemuda yang Setelah perang Margarana, dahulu ia kenal semasih menjadi dapat dikatakan perang perlawanan nampak penghubung dan pengantar logistik, yaitu I melemah. Apalagi setelah Indonesia Gusti Ngurah Wika Ningrat. Setelah menikah memasuki meja perundingan dengan beliau aktif dalam urusan kemasyarakatan Belanda muncul intruksi dari pusat agar para yang berkaitan dengan adat isitiadat, pejuang yang ada diseluruh daerah di khususnya bergelut dalam urusan Indonesia melakukan gencatan senjata. Di kewanitaan di dalam masyarakat (seperti Buleleng sendiri informasi gencatan senjara dalam upcara keagamaan). Nilai-Nilai Karakter Perjuangan I Gusti Berdasarkan notasi yang ada pada Ayu Rija kompetensi inti tersebut, nilai-nilai karakter Nilai karakter dalam kehidupan yang termuat dalam perjuangan I Gusti Ayu berbangsa sangatlah penting bagi Rija dapat diselipkan pada bagian KI-1 dan keberlangsungan berbangsa dan bernegara KI-2. (Mustari, 2004: vii). Biografi perjuangan I Demikianlah gambaran singkat dari Gusti Ayu Rija pada masa revolusi fisik di penjabaran nilai-nilai karakter yang termuat Buleleng tentunya dapat dijadikan sebagai dalam perjuangan “I Gusti Ayu Rija Pada salah satu sumber sederhana dalam Masa Revolusi Fisik 1945-1949 di Buleleng” mengambil dan mencontoh nilai-nilai ke dalam “Silabus Pelajaran Sejarah (Wajib) karakter yang positif, guna pewarisannya SMA Kelas XI” berbasis kurikulum 2013. pada generasi muda. Adapun nilai-nilai karakter yang dapat SIMPULAN DAN SARAN diambil dari kisah sederhana yang termuat I Gusti Ayu Rija adalah putri dari dalam biografi I Gusti Ayu Rija antara lain: pasangan I Gusti Bagus Negara (putra (1) relegius; (2) jujur; (3) disiplin; (4) generasi ke XI puri Anyar) dengan I Gusti bertanggung jawab; (5) kerja keras; (6) Ngurah Rai dari Katiasa. I Gusti Ayu Rija percaya diri; (7) mandiri; (8) sadar diri; (9) merupakan generasi ke XII dari puri Anyar, patuh pada aturan sosial; (10) respek; (11) anak ke-3 dari 7 bersaudara. Beliau adalah demokratis; (12) nasionalis; (13) suka cucu dari I Gusti Bagus Putra mantan menolong; (14) tangguh; dan (15) berani Perbekel Padang Bulia tahun 1922. I Gusti mengambil resiko. Ayu Rija lahir pada tahun 1930 di puri Anyar. Masa kecil I Gusti Ayu Rija adalah masa Penjabaran Nilai-Nilai Karakter I Gusti kecil yang penuh kebersamaan dengan Ayu Rija dalam Silabus Pelajaran Sejarah anak-anak dari keluarga biasa-biasa. I Gusti di SMA Ayu Rija kecil suka bermain permainan Berdasarkan telaah silabus penjabaran teradisional dan mandi di sungai. Hudup nilai-nilai karakter yang termuat dalam dalam keluarga puri yang miskin karena puri perjuangan “I Gusti Ayu Rija Pada Masa Anyar adalah puri yang republikan, Revolusi Fisik 1945-1949 di Buleleng” menjadikan I Gusti Ayu Rija perempuan sangat cocok dan tepat disampaikan dalam yang tangguh. Sejak muda beliau “Pembelajaran Sejarah SMA Kelas XI” pada merupakan tulang punggung penghidup Materi Pokok (MK) “Perjuangan keluarga. Usia 12 tahun dimulai dari dapur Mempertahankan Kemerdekaan dari masak I Gusti Ayu Rija ikut bergabung Ancaman Sekutu dan Belanda”. Pada dengan masyarakat membantu bagian MK tersebut guru dapat membahas mempersiapkan makanan bagi para mengenai perjuangan I Gusti Ayu Rija sosok pejuang. Ketika Buleleng memasuki era perempuan yang terpanggil jiwanya untuk Revolusi Fisik I Gusti Ayu Rija bertugas turun tangan melakukan perjuangan sebagai sebagai penghubung dan pengantar logistik. seorang penghubung dan pengantar logistik Melalui penghubung seperti I Gusti Ayu Rija pada masa revolusi fisik di Buleleng. lah segala macam informasi dapat dikirim Berpatokan pada struktur kurikulum oleh para pejuang. Berkat jasa-jasa beliau 2013, dalam kurikulum 2013 terdapat tersebut 31 Agustus 2004 Departemen Kompetensi Inti yang menggunakan notasi Pertahanan Republik Indonesia memberikan sebagai berikut: I Gusti Ayu Rija gelar kehormatan “Veteran 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia”. kompetensi inti sikap spiritual I Gusti Ayu Rija adalah sosok 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk perempuan yang lebih memilih turun tangan kompetensi inti sikap sosial ketika momentum jiwa zaman 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk membutuhkannya. Betapa pun terlihat kompetensi inti pengetahuan sederhananya tugas I Gusti Ayu Rija pada 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk masa Revolusi Fisik di Buleleng akan tetapi kompetensi inti keterampilan memiliki peranan yang sangat penting dalam perjuangan pada masa itu, dan mengandung nilai-nilai karaktern yang sangat penting DAFTAR PUSTAKA untuk diteladani oleh generasi muda penerus bangsa. Adapun nilai-nilai karakter Adams, Cindy. 2011. Bung Karno yang termuat dari perjuangan I Gusti Ayu “Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”. Rija adalah relegius, jujur, disiplin, Jakarta: Yayasan Bung Karno. bertanggung jawab, kerja keras, percaya diri, mandiri, sadar diri, patuh pada aturan sosial, Gunawan, Ryadi, 1993. “Dimensi-dimensi respek, demokratis, nasionalis, suka Perjuangan Kaum Perempuan menolong, tangguh, dan berani mengambil Indonesia dalam Perspektif Sejarah”. resiko. Dalam Fauzie, Ridjal, dkk. (Ed). Nilai-nilai karakter yang termuat dalam Dinamika Gerakan Perempuan di perjuangan I Gusti Ayu Rija pada masa Indonesia. : Tiara Wacana. Revolusi Fisik di Buleleng dapat dijabarkan ke dalam silabus mata pelajaran sejarah Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. kurikulum 2013. Nilai-nilai karakter I Gusti Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Ayu Rija sangat cocok dan tepat dijabarkan dalam “Silabus Sejarah (Wajib) Kelas XI” Mustari, Mohamad. 2004. Nilai Karakter pada Kompetens Inti (KI) 1 dan KI-2, Materi “Refleksi untuk Pendidikan”. Jakarta: Pokok (MK) “Perjuangan Mempertahankan PT. RajaGrafindo Persada. Kemerdekaan dari Ancaman Sekutu dan Belanda”. Penjabaran nilai-nilai karter I Gusti Nuryanti, Reni. 2007. Perempuan dalam Ayu Rija pada materi ini sangat berkaitan Hidup Soekarno: Biografi Inggit erat dengan masa I Gusti Ayu Rija berjuang, Garnasih. Yogyakarta: Ombak. yaitu pada masa revolusi fisik. Adapun saran dan masukan yang Pageh, I Made. 2010. Metodologi Sejarah penulis bisa berikan adalah pertama bagi Dalam Perspektif Pendidikan. guru sejarah harus mampu menyampaikan Denpasar: Pustaka Larasan. atau menyelipkan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter lokalitas yang Putra, I Nyoman Darma. 2007. Wanita Bali mudah diteladani oleh para peserta didik, Tempoe Doeloe “Perspektif Masa Kini”. kedua bagi PEMKAB yang terkait harus Denpasar: Pustaka Larasan. memberikan perhatian besar terhadap tokoh-tokoh yang memiliki andil besar bagi Soekarno. 1963. Sarinah “Kewajiban Wanita daerah, bangsa dan negara dalam dalam Perjoangan Republik Indonesia”. perjuangan semasa hidupnya. Jangan Yogyakarta: The Soekarno Foundation sampai tokoh-tersebut hanya tinggal nama, (Panitia Penerbit Buku-Buku Karangan bahkan terlupakan dalam semarak Presiden Soekarno). perkembangan zaman. Karena melaui tokoh-tokoh tersebutlah kita dapat Suhaimi, Emi. 1997. “Wanita Aceh dalam memperoleh nilai-nilai karakter kearifan lokal Peperangan dan Pemerintahan”. Cv. yang bisa diwariskan kepada generasi muda Gua Hira': Banda Aceh. Disarikan dari penerus bangsa, dan selanjutnya yang Hasjmy. 1993. Wanita Indonesia ketiga bagi generasi muda/mahasiswa sebagaï Negarawan dan Panglima sejarah. Tulisan ini hanya ibarat setitik air di Perang. Banda Aceh: Yayasan samudera, masih banyak lagi tokoh-tokoh Pendidikan A.Hasjmy. penting yang harus kita kenal dan teladani nilai-nilai luhurnya. Khusus bagi Mahasiswa Yamin, Moh. 2010. Manajemen Mutu Sejarah, terlepas dari banyak kekurangan Kurikulum Pendidikan “Panduan dalam tulisan ini karena masih Menciptakan Manajemen Mutu membutuhkan pengembangan lebih lanjut, Pendidikan Berbasis Kurikulum yang tulisan ini setidaknya bisa dijadikan bahan Progresif dan Inspiratif”. Jakarta: Diva inspirasi untuk melakukan penulisan karya Press. tulis yang lainnya.