ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN “PERNYATAAN BASUKI TJAHJA PURNAMA (AHOK) MENGENAI QS. AL-MAIDAH AYAT 51” OLEH REPUBLIKA.CO.ID DAN HIDAYATULLAH.COM

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh Delsha Amanda Pohan NIM: 1113051000093

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI 1438 H/2017 M

iv

ABSTRAK

DELSHA AMANDA POHAN 1113051000093 Analisis framing pemberitaan pernyataan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) mengenai QS Al-Maidah ayat 51 oleh Republika.co.id dan Hidayatullah.com

Kasus pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu tentang surah Al-Maidah ayat 51 yang berisi larangan memilih pemimpin non muslim merupakan kasus yang menarik perhatian media dan juga masyarakat, khususnya kalangan umat muslim. Beredarnya video singkat Ahok yang mengatakan “Dibohongin pake QS. Al- Maidah 51 macem-macem itu“ membuat kasus ini kontroversial dan mengakibatkan demo besar yang dikenal dengan aksi bela Islam Jilid I, II dan III. Hangatnya kasus pernyataan Ahok, demo yang terjadi dan munculnya pro kontra pemberitaan yang berisi ahok menistakan agama atau tidak dari masyarakat, media nasional maupun Islam membuat kasus ini menarik untuk diteliti. Analisis Framing merupakan metode yang digunakan untuk melihat bagaimana media memahami fakta dan mengkonstruksi realitas. Dalam penelitian ini, media masa yang dipilih adalah media online Republika.co.id dan Hidayatullah.com. Kedua media dipilih karena Republika.co.id dan Hidayatullah.com merupakan media yang sama-sama mempunyai kanal khusus umat Islam. Melalui Analisis Framing, peneliti akan melihat bagaimana sebuah fakta dikisahkan dan dikonstruksi. Adapun rumusan masalahnya adalah pertama bagaimana framing pada Republika.co.id dan Hidayatullah.com terkait pemberitaan pernyataan (Ahok) mengenai QS. Al-Maidah ayat 51 dan kedua apakah ditemukan perbedaan dalam framing pemberitaan Republika.co.id dan Hidayatullah.com. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori konstruksi sosial dan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Adapun metodelogi yang dipakai adalah metodelogi kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Dalam memberitakan kasus pernyataan Ahok mengenai surah Al-Maidah ayat 51, meskipun Republika.co.id dan Hidayatullah.com merupakan media yang sama-sama memilki kanal khusus umat muslim dan secara umum sama-sama mengisahkan fakta pada arah ada kasus penistaan agama yang harus diproses hukum dari hasil penelitian ini ditemukan perbedaan pada struktur retoris dan tematik. Republika.co.id lebih tenang dalam memberitakan kasus pernyataan Ahok, sedangkan Hidayatullah.com lebih tegas dan berani dalam pemberitaannya hal itu terjadi karena ideologi dari masing-masing media. Republika.co.id memiliki ideologi Islam Nasionalis dan Hidayatullah.com memiliki ideologi Islam.

Kata Kunci: Framing, Konstruksi Sosial, Kasus pernyataan Ahok, Republika.co.id, dan Hidayatullah.com

v

KATA PENGANTAR

. .   Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta„ala yang telah memberikan nikmat, ilmu, kekuatan dan izin-Nya sehingga penelitian ini bisa selesai pada waktunya. Peneliti menyadari dalam proses sebelum ataupun saat penelitian berlangsung, ada banyak tantangan yang terkadang membuat peneliti membutuhkan semangat, motivasi, bahkan bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu, terima kasih peneliti ucapkan kepada:

1. Keluarga tersayang. Terima kasih untuk almarhum ayahanda Besirudin

Pohan dan almarhumah Ratna Dewi Pohan yang telah mendidik,

mendampingi setiap langkah pertumbuhan, memberikan semangat dan

memberikan do„a terbaik semasa hidupnya. Terima kasih untuk

almarhum abang kedua yang telah melindungi dan mendukung

kegiatan adik perempuannya. Terima kasih untuk abang pertama dan

ketiga yang selalu mendidik, mengajarkan dan melindungi hingga hari

ini. Skripsi ini peneliti persembahkan untuk keluarga tersayang.

2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Suparto, M.Ed

Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Ibu Dr. Hj Roudonah,

MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, serta Bapak Dr.

Suhaimi, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

3. Bapak Drs. Masran, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam. Ibu Fita Faturrokhmah, M.Si selaku Sekretaris

vi vii

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Nunung Khoiriyah,

MA, selaku Dosen Penasehat Akademik KPI B 2013 yang telah

mengurus, membantu serta membimbing perkuliahan selama ini.

4. Ibu Ade Rina Farida, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah menuntun dengan lembut dan baik, memberikan semangat,

dukungan, memberikan do„a dan mengajarkan peneliti selama proses

penelitian hingga selesai.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

telah memberikan ilmu, motivasi dan kesan dalam proses pembelajaran

selama peneliti duduk dibangku kuliah S1 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta sejak tahun 2013 sampai akhir perkuliahan.

6. Tim Redaksi Republika.co.id khususnya Redaktur Republika.co.id

Bapak Bayu Hermawan dan Sekertaris Redaktur Ibu Erna Indriyanti.

Tim Redaksi Hidayatullah.com khususnya Pimpinan Redaksi

Hidayatullah.com Bapak Mahladi Murni dan Sekretaris Redaktur

Bapak Abdullah Khadirin. Terima kasih untuk kedua media yang telah

menyambut dengan baik, ramah, membantu dan mempermudah

peneliti dalam perolehan data penelitian ini.

7. Teman dekat sejak semester awal sampai semester akhir yaitu Ayu

Utami Saraswati, Desty Aryani, Intan Afrida Rafni, Rizki Yanuarti dan

Vicky Dianiya yang telah menemani hari-hari peneliti selama kuliah di

Universitas Islam Negeri Jakarta.

8. Teman yang menemani proses belajar dan mengisi jam kosong saat

perkuliahan, Teb Fams. Untuk para calon ayah Baq, Bib, Dar, Fiq, Ga,

viii

Gie, Jay, Je, Lang, Penk, Qih, Sa, Ux, Zhiy, Ziz dan para calon ibu

Des, Ki, Tan, Ti, Vic, Yu. Terima kasih atas semangat, kebersamaan,

pelajaran dan keseruan selama di kampus. Teb Fams akan menjadi

salah satu kenangan terfavorit. Semoga komunikasi dan keseruan kita

tidak berhenti sampai di sini.

9. Pejuang tercinta, Abdurachman Wahid Surya Kusumah, Aulia Jihan,

Hanida Amalina S.Hum dan Ilham Noer Rachman yang selalu

mengalirkan semangat dan menjadi teman berjuang untuk menjadi

pribadi yang lebih baik lagi walau pun berbeda kampus.

10. Bang Tanto Fadly S.Kom,i , Sheila Imelda, KKN Beriman 002, KPI B

2013, HMJ KPI dan pejuang framing satu bimbingan Melati

Anggraini yang telah memberi dukungan dan semangat.

11. Fajar, Ilham Edlian, Ojan Muhammad, Sandra Oktaviani dan seluruh

tim pejuang laporan KKN Bogor 2016 yang telah saling membantu,

menyemangati dan berjuang bersama dalam penyelesaian buku laporan

KKN, hingga peneliti bisa melaksanakan sidang skripsi yang sempat

tertunda ini.

Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, do„a, maupun semangat yang telah diberikan.

Jakarta, 21 April 2017

Delsha Amanda Pohan

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR TABEL ...... xi DAFTAR GAMBAR ...... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ...... 1 B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH ...... 4 C. TUJUAN PENELITIAN ...... 4 D. MANFAAT PENELITIAN ...... 4 E. TINJAUAN PUSTAKA ...... 5 F. METODE PENELITIAN ...... 6 G. SISTEMATIKA PENULISAN ...... 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. LANDASAN TEORITIS ...... 11 B. KERANGKA KONSEPTUAL ...... 21

BAB III GAMBARAN UMUM A. KASUS PERNYATAAN AHOK ...... 27 B. SURAH AL-MAIDAH AYAT 51 BESERTA TAFSIRNYA ...... 33 C. MEDIA ONLINE REPLUBLIKA.CO.ID ...... 34 D. MEDIA ONLINE HIDAYATULLAH.COM...... 36

BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS A. FRAMING REPUBLIKA.CO.ID DAN HIDAYATULLAH.COM PADA HARI MINGGU, 9 OKTOBER 2016...... 39 1. Framing Berita Republika.co.id ...... 39 2. Framing Berita Hidayatullah.com ...... 50

ix x

B. FRAMING REPUBLIKA.CO.ID DAN HIDAYATULLAH.COM PADA TANGGAL 10 OKTOBER 2016 ...... 58 1. Framing Berita Republika.co.id ...... 58 2. Framing Berita Hidayatullah.com ...... 66 C. INTERPRETASI DAN PERBANDINGAN FRAME ...... 74

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ...... 85 B. SARAN ...... 87 DAFTAR PUSTAKA ...... 89 LAMPIRAN ...... 93

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Pandangan Konstruksionis Eriyanto ...... 11

Tabel 2.2 : Framing Media ...... 20

Tabel 3.1 : Struktur Oganisasi Media Republika.co.id ...... 35

Tabel 3.2 : Struktur Organisasi Media Hidayatullah.com ...... 36

Tabel 4.1 : Pemberitaan Republika.co.id Minggu, 9 Oktober ...... 39

Tabel 4.2 : Struktur Sintaksis Pemberitaan Republika.co.id ...... 40

Tabel 4.3 : Struktur Skrip Pemberitaan Republika.co.id ...... 44

Tabel 4.4 : Struktur Tematik Pemberitaan Republika.co.id ...... 46

Tabel 4.5 : Struktur Retoris Republika.co.id ...... 48

Tabel 4.6 : Frame Republika.co.id Minggu, 9 Oktober 2016 ...... 49

Tabel 4.7 : Pemberitaan Hidayatullah.com Minggu, 9 Oktober ...... 50

Tabel 4.8 : Struktur Sintaksis Pemberitaan Hidayatullah.com ...... 50

Tabel 4.9 : Struktur Skrip Pemberitaan Hidayatullah.com ...... 54

Tabel 4.10 : Struktur Tematik Hidayatullah.com ...... 56

Tabel 4.11 : Struktur Retoris Hidayatullah.com ...... 57

Tabel 4.12 : Frame Hidayatullah.com Minggu, 9 Oktober 2016 ...... 58

Tabel 4.13 : Pemberitaan Republika.co.id Senin, 10 Oktober 2016 ..... 58

Tabel 4.14 : Struktur Sintaksis Pemberitaan Republika.co.id ...... 59

Tabel 4.15 : Struktur Skrip Pemberitaan Republika.co.id ...... 63

Tabel 4.16 : Struktur Tematik Pemberitaan Republika.co.id ...... 64

Tabel 4.17 : Struktur Retoris Pemberitaan Republika.co.id ...... 65

Tabel 4.18 : Frame Republika.co.id Senin, 10 Oktober 2016 ...... 65

Tabel 4.19 : Pemberitaan Hidayatullah.com Senin, 10 Oktober ...... 66

xi xii

Tabel 4.20 : Struktur Sintaksis Pemberitaan Hidayatullah.com ...... 66

Tabel 4.21 : Struktur Skrip Pemberitaan Hidayatullah.com ...... 71

Tabel 4.22 : Struktur Tematik Pemberitaan Hidayatullah.com ...... 72

Tabel 4.23 : Struktur Retoris Pemberitaan Hidayatullah.com ...... 73

Tabel 4.24 : Frame Hidayatullah.com Senin, 10 Oktober 2016 ...... 74

Tabel 4.25 : Perbandingan Frame Minggu, 9 Oktober 2016...... 79

Tabel 4.26 : Perbandingan Frame Senin 10 Oktober 2016 ...... 81

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Perangkat Framing ...... 18

Gambar 3.1 : Pidato Ahok di Kepulauan Seribu ...... 27

Gambar 3.2 : Akun Facebook Buni Yani ...... 30

Gambar 3.3 : Ahok Meminta Maaf ...... 32

Gambar 3.4 : Aksi Bela Islam 14 Oktober 2016 ...... 32

Gambar 4.1 : Foto Pemberitaan Republika.co.id Minggu, 9 Oktober 2016 ...... 49

Gambar 4.2 : Foto Pemberitaan Hidayatullah.com Minggu, 9 Oktober 2016 ..... 57

Gambar 4.3 : Foto Pemberitaan Republika.co.id Senin,10 Oktober 2016 ...... 65

Gambar 4.4 : Foto Pemberitaan Hidayatullah.com Senin 10 Oktober 2016 ...... 73

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bukti Pengajuan Judul Penelitian di Seminar Proposal

Lampiran 2 : Bukti Mendapatkan Dosen Pembimbing

Lampiran 3 : Bukti Surat Pengajuan Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 : Bukti Telah Melakukan Penelitian di Republika.co.id

Lampiran 5 : Berita Republika.co.id Minggu, 9 Oktober 2016

Lampiran 6 : Berita Republika.co.id Senin, 10 Oktober 2016

Lampiran 7 : Transkrip Wawancara Redaktur Republika.co.id

Lampiran 8 : Transkrip Wawancara Wartawan 1 Republika.co.id

Lampiran 9 : Transkrip Wawancara Wartawan 2 Republika.co.id

Lampiran 10 : Bukti Telah Melakukan Penelitian di Hidayatullah.com

Lampiran 11 : Berita Hidayatullah.com Minggu, 9 Oktober 2016

Lampiran 12 : Berita Hidayatullah.com Senin, 10 Oktober 2016

Lampiran 13 : Transkrip Wawancara Pimpinan Redaksi Hidayatullah.com

Lampiran 14 : Dokumentasi Wawancara

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berita pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama atau Ahok yang dinilai melecehkan al-Qur„an mengemuka pada awal Oktober 2016. Isu ini bermula dari video yang diunggah pada akun facebook pribadi milik Buni Yani seorang Dosen London School of Public Relation (LSPR). Dalam postingan Buni

Yani, video itu berdurasi kurang lebih sekitar 30 detik. Seperti yang dilansir

Republika.co.id dalam kolom resonansi yang berjudul Timpa Menimpa Isu Agus

Ani Ahok. Israr Itah menuliskan, video asli memiliki durasi sekitar 1:48:33.

Pernyataan Ahok menjadi kontroversial ketika video dipangkas menjadi 30 detik dan hanya berfokus pada pernyataan Ahok yang diduga melecehkan ayat suci al-

Qur„an Al-Maidah ayat 51 yang berbunyi sebagai berikut:

          

              

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Pernyataan Ahok mengenai ayat suci tersebut menarik perhatian media, baik itu media cetak atau media online. Berikut kutipan transkrip pernyataan Ahok dalam tulisan Israr Itah:

“Jadi bapak ibu enggak usah khawatir, ini pemilihan kan dimajuin, jadi kalo saya enggak terpilih pun bapak ibu, saya berhentinya Oktober 2017. Jadi kalo program ini kita jalankan dengan baik, bapak ibu masih sempat panen sama saya. Sekalipun saya tidak terpilih sebagai Gubernur. Jadi saya

1 2

cerita ini supaya bapak ibu semangat. Enggak usah kepikiran „Ah, nanti kalau enggak kepilih, pasti Ahok programnya bubar‟ enggak, saya sampai Oktober 2017. Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu enggak bisa pilih saya, karena dibohongin pake Qs. Al Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan enggak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, enggak apa-apa. Karena ini kan panggilan pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. Jadi bapak ibu enggak usah merasa enggak enak. Dalam nuraninya enggak bisa pilih Ahok, enggak suka sama Ahok nih, tapi programnya kalo gue terima enggak enak dong gue utang budi, jangan! Bapak ibu punya perasaan ga enak nanti mati pelan-pelan lho, kena stroke. Jadi angg….bukan anggap, ini semua adalah hak bapak ibu sebagai warga DKI, kebetulan saya Gubernur punya program ini. Jadi tidak ada hubungannya dengan bapak ibu mau pilih siapa. Ya!”1

Transkrip pernyataan yang peneliti berikan penebalan di atas, merupakan bagian yang dinilai melecehkan ayat suci al-Qur„an.

Kasus pernyataan Ahok dipilih karena sedang menjadi perbincangan hangat saat ini. Pernyataan itu dianggap sebagai penistaan agama oleh sebagian kalangan dan telah terjadi demo besar pada Jum„at, 14 Oktober 2016 dan akan terjadi demo susulan pada Jum„at, 4 November 2016.

Dalam prakata buku Analisis Teks Media, Alex Sobur menggunakan fabel gajah dan tiga tunanetra untuk menjelaskan seperti apa perspektif media. Media diibartakan sebagai tunanetra yang memiliki sudut pandangnya sendiri dan fakta diibaratkan sebagai gajah. Ketika tunanetra pertama memegang ekor gajah, orang pertama mengatakan gajah adalah tali. Ketika tunanetra kedua meraba gajah tepat pada tubuhnya, orang kedua menganggap gajah adalah dinding dan ketika tunanetra ketiga meraba gajah pada bagian kakinya, gajah dianggap sebagai pohon. Hal yang dapat diambil dari fable itu adalah masing-masing memiliki perspektif sendiri dan tidak ada yang salah dalam perspektif itu, yang mereka

1 Israr Itah, ”'Insiden' Kepulauan Seribu, Bukti Ahok Wajib Cuti Kampanye “ artikel diakses pada 16 Oktober pukul 21:20 WIB, dari http://www.republika.co.id/berita/kolom/fokus/16/10/11/oeryfx282-insiden-kepulauan-seribu- bukti-ahok-wajib-cuti-kampanye

3

sentuh benar gajah seperti itulah kira-kira sebuah media. Setiap media memiliki sudut pandangnya masing-masing dalam melihat sebuah fakta. Alex Sobur juga menuliskan:

“Kita tahu bahwa berita pada hakikatnya adalah rekonstruksi tertulis atas suatu realitas yang ada dalam masyarakat. Namanya saja rekonstruksi, ia tidak mungkin sama dan sebangun dengan apa yang direkonstruksi itu, yakni suatu realitas. Hasil dari rekontruksi bagaimanapun banyak terngantung pada orang yang mengerjakan rekonstruksi tadi, yaitu wartawan pada tahap permulaannya dan redaktur pada tahap berikutnya“2

Sobur dalam prakata bukunya juga menuliskan bahwa wartawan memiliki suatu persepsi dan interpretasi yang berbeda mengenai fakta, realitas, atau peristiwa. Selain itu, Eriyanto menjelaskan bahwa kaum konstruksionis berpandangan fakta yang dipahami oleh wartawan merupakan hasil konstruksi sosial, berita yang dihasilkan merupakan fakta yang telah dikonstruksi sesuai dengan bagaimana mereka memahami realitas, ideologi media, serta nilai-nilai yang melekat pada wartawan atau media tempatnya berkerja.3

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana realitas diceritakan oleh media, khususnya pada media Islam. Peneliti memilih media

Republika.co.id dan Hidayatullah.com karena kedua media ini sama-sama menyediakan kanal khusus untuk umat muslim.

Berdasarkan latar belakang dan fakta di atas, maka peneliti memberi judul penelitian dengan “Analisis Framing Pemberitaan Pernyataan Basuki Tjahaja

Purnama (Ahok) Mengenai QS. Al-Maidah Ayat 51 oleh Republika.co.id dan

Hidayatullah.com”.

2 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.vii. 3 Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS, 2008), h.29.

4

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan, peneliti membatasi permasalahan hanya pada topik berita “Pernyataan Basuki Tjahaja

Purnama (Ahok) Mengenai QS. Al-Maidah Ayat 51” oleh dua media online yaitu

Republika.co.id dan Hidayatullah.com. Penelitian ini berfokus pada pemberitaan awal bulan Oktober 2016. Adapun rumusan masalahnya yaitu:

1. Bagaimana framing pada Republika.co.id dan Hidayatullah.com terkait

pemberitaan pernyataan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengenai QS.

Al-Maidah ayat 51?

2. Apa perbedaan dalam framing Republika.co.id dan Hidayatullah.com ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menjelaskan bagaimana cara framing kedua media, menambah pembuktian teori konstruksi sosial yaitu realita yang kita lihat adalah hasil konstruksi dan mengetahui apakah terdapat perbedaan frame dari kedua media online tersebut.

D. MANFAAT PENELITIAN

Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat memberi manfaat dalam akademis yaitu bisa menambah pengetahuan serta pemahaman pembaca terhadap konstruksi sosial ataupun framing yang dilakukan oleh media. Menambah koleksi penelitian analisis framing yang bisa digunakan sebagai referensi pada penelitian selanjutnya terutama untuk Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam praktis, peneliti berharap penelitian ini dapat memberi pemahaman kepada masyarakat tentang pembingkaian atau

5

framing sebuah berita yang dilakukan oleh media dan bisa memberikan konstribusi positif bagi wartawan.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk membantu peneliti dalam proses penyusunan, peneliti melakukan studi pustaka hasil penelitian sebelumnya yaitu :

1. Analisis Framing Isu Tentang Kondisi Partai Islam Pada Surat Kabar

Nasional Media dan Republika. Diteliti oleh Arfian Fahri

(Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu

komunikasi, 2013). Dalam penelitian Arfian, terdapat persamaan pada

metode penelitian dan juga konsep framing yang digunakan yaitu

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dalam penelitiannya, Arfian

menemukan, Media Indonesia melihat pemberitaan tentang kondisi partai

dari tiga permasalahan yang terjadi dalam tubuh partai Islam sedangkan

Republika, lebih melihat pemberitaan tentang kondisi partai Islam dari

keberhasilan mendapatkan predikat bersih dari kasus korupsi. Perbedaan

antara skripsi Arfian dengan penelitian ini adalah peneliti menggunakan

media online dan melakukan perbandingan framing.

2. Analisis Framing Pemberitaan ISIS (ISLAMIC STATE OF IRAQ AND

SYRIA) pada Republika online dan Merdeka.com Edisi September

2014. Diteliti oleh Zaidatul Khoironi (Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2015). Dalam penelitian

Zaidatul terdapat persamaan pada tema berita yang menyangkut agama.

Hasil penelitian menunjukkan Republika online cenderung melihat isu

pemberitaan ISIS sebagai masalah hukum sedangkan Merdeka.com melihat

6

isu pemberitaan ini sebagai pesan moral. Perbedaan antara skripsi Zaidatul

dan penelitian ini terletak pada judul berita yang diangkat, media dan model

framing yang digunakan.

3. Analisis Framing Pemberitaan Intruksi Gubernur DKI Jakarta terkait

Larangan Penyembelihan Hewan Kurban di Sembarang Tempat oleh

Republika online dan Kompas online September 2015. Diteliti oleh

Setya Malikh Kefin Turangga (Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016) dalam penelitian ini terdapat persamaan

pada tema berita yang menyangkut agama, dan konsep framing yang

digunakan yaitu model Zhongdang Pan Kosicki. Hasil penelitian pada

skripsi ini adalah Republika online memilih narasumber aktifis Islam

sedangkan Kompas.com menggunakan narasumber Ahok langsung tanpa

menghadirkan narasumber lain. Perbedaannya dengan penelitian ini terletak

pada media yang digunakan.

F. METODE PENELITIAN

1. Paradigma Penelitian

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme, seperti dalam buku

Eriyanto mengenai analaisis framing, dituliskan bahwa realitas itu subjektif

atau menurut pandangan (perasaan) sendiri. Eriyanto menjelaskan kalau

fakta atau pristiwa yang dibaca atau dilihat pada media merupakan hasil

konstruksi. Fakta tersebut dibentuk oleh konsep subjektif wartawan melalui

pertanyaan yang disiapkan. Seperti misalnya, ketika wartawan menulis

berita tentang sebuah peristiwa, tentunya wartawan akan menyiapkan

7

pertanyaan yang akan dijawab oleh narasumber sesuai dengan pertanyaan

yang diajukan. Artinya, wartawan memberi batasan terhadap jawaban

narasumber melalui pertanyaan yang diajukan. Secara tidak langsung,

wartawan telah memilih fakta yang ada melalui sudut pandangnya yang

nantinya jawaban tersebut akan dijadikan berita. Eriyanto menuliskan:

“Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat sebaliknya. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkontruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya.“4 2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, yang dalam

penelitiannya peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian. Selain itu,

Antonius dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Komunikasi juga

menuliskan, penelitian yang menggunakan paradigma konstruktivisme

kecenderungan penelitiannya akan lebih bersifat kualitatif. 5

3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjeknya adalah media Islam

online, yaitu Republika.co.id dan Hidayatullah.com. Sedangkan objek dari

penelitian ini adalah, pemberitaan pernyataan Basuki Tjahja Purnama

(Ahok) mengenai QS. Al-Maidah ayat 51, yang selanjutnya akan disebut

dengan pernyataan Ahok.

4. Teknik Pengumpulan Data

Antonius dalam bukunya menjelaskan, dalam teknik pengumpulan

data pada analisis framing dibagi menjadi dua level.

4 Eriyanto, Analisis Framing, h.26. 5 M. Antonius Birowo, MA, Metode Penelitian Komunikasi : Teori dan Aplikasi , (Yogyakarta: Gintanyali, 2004), h.184.

8

“Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini bersifat multilevel karena akan dibagi menjadi dua level. Pertama, pengumpulan data pada level teks media dan kedua, pengumpulan data pada level manajemen redaksional (produksi berita)“6

Pada level teks media, peneliti akan mengumpulkan pemberitaan pernyataan Ahok pada awal Oktober dari kedua media. Lalu, peneliti akan memilih dua pemberitaan dari masing-masing media. Pada level kedua, pengumpulan data dilakukan dengan metode :

a. Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk mengetahui, kebijakan

redaksional dalam menyajikan fakta dan menentukan frame.

b. Studi Kepustakaan

Pada tahap ini, peneliti memperkaya pemahaman dengan cara

membaca buku yang cocok dengan judul penelitian.

c. Dokumentasi

Setelah melakukan studi kepustakaan, peneliti

mengumpulkan dan mengambil data tulisan.

5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis

framing. Analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana

media mengkonstruksi sebuah fakta yang ada.

“Analisis framing secara sederharna dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi.“7

6 Antonius Birowo, MA, Metode Penelitian Komunikasi. h.186. 7 Eriyanto, Analisis Framing, h.3.

9

Model konsep yang dipilih adalah Zhongdang Pan Kosicki

dengan alasan, model ini adalah salah satu model yang paling terkenal

dan banyak digunakan.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I, Pendahuluan. Pada bab ini, peneliti menjelaskan latar

belakang masalah. Berangkat dari latar belakang, peneliti menentukan

batasan masalah agar pembahasan tetap fokus dan tidak melebar.

Selanjutnya, peneliti membuat rumusan masalah, dilengkapi dengan tujuan

dan manfaat penelitian. Peneliti juga menyertakan tinjauan pustaka, metode

penelitian yang digunakan, paradigma yang dipilih, bagaimana pendekatan

penelitian dilakukan, apa subjek dan objek penelitian, bagaimana cara

peneliti mengumpulkan data, dan bagaimana teknik analisis yang digunakan

dalam menjawab rumusan masalah. Sistematika penulisan juga dibuat guna

membatu pembaca dalam memahami alur setiap bab dari penelitian ini.

BAB II, Landasan Teori dan Kerangka Konsep. Bab ini berisi

penjelasan teori, pisau analisis dan perspektif yang digunakan, yaitu teori

konstruksi sosial, analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki dan perspektif konstruktivis. Selain itu, media online dan cara

produksi berita juga dijelaskan pada bab ini.

BAB III, Gambaran Umum. Pada bab ini, peneliti memaparkan

gambaran umum dari kasus pernyataan Ahok yang diambil dari berbagai

sumber pemberitaan online dan sejarah serta struktur organisasi

Republika.co.id dan Hidayatullah.com.

10

BAB IV, Temuan dan Hasil Analisis. Pada bab ini berisi tentang jawaban dari rumusan masalah yang telah dibuat, yaitu: “Bagaimana framing Republika.co.id dan Hidayatullah.com terkait pemberitaan pernyataan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengenai QS. Al-Maidah ayat

51?” dan “Apa perbedaan framing pemberitaan yang dilakukan

Republika.co.id dan Hidayatullah.com?” dengan menggunakan Teori

Konstruksi sosial dan Analisis framing model Pan dan Kosicki.

BAB V, Penutup. Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil temuan dan saran.

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A. LANDASAN TEORITIS

1. Sudut Pandang Konstruktivis

Ada dua karakteristik penting dalam pendekatan konstruktivis.

Eriyanto menyebutkan karakteristik pertama adalah, pemaknaan dan proses

bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas yang ada.

Karakteristik yang kedua, konstruktivis memandang kegiatan komunikasi

sebagai proses dinamis. Pada komunikasi yang terjadi, pesan dipandang

bukan sebagai kenyataan yang sebenarnya melainkan tentang pemahaman

komunikator yang disampaikan kepada komunikan dan makna merupakan

hal yang diperhatikan dalam pendekatan ini.1

Beberapa poin konstruktivis menurut Eriyanto akan peneliti rangkum

menjadi satu tabel seperti yang dibawah ini :2

Tabel 2. 1: Pandangan Konstruksionis Eriyanto NO PANDANGAN KONSTRUKSIONIS PENJELASAN MENURUT ERIYANTO 1 Fakta atau peristiwa adalah hasil Fakta merupakan konstruksi. konstruksi atas realitas. Kebenaran suatu fakta bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu. 2 Media adalah agen konstruksi. Media sebagai agen konstruksi pesan. 3 Berita bukan refleksi dari realitas. Ia Berita tidak mungkin hanya konstruksi dari realitas. cermin dari refleksi realitas. Karena berita yang terbentuk merupakan konstruksi atas realitas.

1 Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS, 2008), h. 47-48. 2 Eriyanto, Analisis Framing, h. 22-41.

11 12

4 Berita bersifat subjektif. Berita bersifat subjektif: opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif. 5 Wartawan agen konstruksi. Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial. 6 Etika, pilihan moral, dan keberpihakan Nilai, etika, ataupun wartawan adalah bagian yang integral keberpihakan wartawan dalam proses produksi berita. tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa 7 Nilai, etika dan pilihan moral peneliti Nilai, etika dan pilihan menjadi bagian integral dalam penelitian. moral bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian 8 Khalayak memiliki tafsiran tersendiri Khalayak mempunyai atas berita. penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat berita. (Sumber: Eriyanto, Analisis Framing)

2. Teori Konstruksi Realitas Sosial

a. Pemahaman tentang konstruksi sosial

Dikutip oleh wikipedia dari website Boston University, Peter

Ludwig Berger adalah Pria kelahiran Vienna Australia sedangkan

Thomas Luckman berkelahiran di Slovenian Jesenice seperti yang

dikutip oleh wikipedia dari Encyclopedia of Religion and Society:

Thomas Luckmann. Berger dan Luckman menulis bersama karya tulis

terkenal The Social Construction of Reality (1966) untuk menuangkan

pemikirannya. 3

3 “Peter L berger“ dan “Thomas Luckman“ di akses pada 14 Januari 2017 pukul 15:23 dari Wikipedia.

13

Dalam pemikirannya, Berger dan Luckman memandang bahwa

realitas adalah hasil konstruksi yang terjadi akibat komunikasi yang

menimbulkan pemahaman tentang suatu hal, seperti yang dikutip dari

Fathurin Zen :

“Dalam prespektif ini, Peter Berger dan Thomas Luckman menyatakan bahwa pengertian kita dan pemahaman kita terhadap sesuatu muncul akibat komunikasi dengan orang lain. Realitas sosial sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi sosial dalam komunikasi tertentu.“4

Dalam buku Burhan Bugin yang berjudul konstruksi sosial

media massa, dijelaskan bahwa realitas yang terkonstruksi bisa

membentuk opini publik. Kalau di awal Fathurin Zen menuliskan

pernyataan Berger dan Luckman bahwa realitas sosial muncul akibat

komunikasi, Burhan Bugin dalam karya tulisnya menjelaskan bahwa

ada proses yang harus dilewati sebelum realitas terkonstruksi. Dalam

kata lain, konstruksi sosial tidak terjadi secara tiba-tiba, berikut

penjelasannya: 5

a. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi

Bugin menuliskan, bahwa materi konstruksi disiapkan

oleh editor media, materi tidak luput dari hal penting seperti

keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan

semu kepada masyarakat dan keberpihakan kepada kepetingan

umum yang memiliki arti sesungguhnya yaitu visi setiap

media masa.

4 Fathurin Zen, NU POLITIK : Analisis Wacana Media (Yogyakarta : LKiS, Cet I 2004), h. 50. 5 Burhan Bugin. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L Berger & Thomas Luckman, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2008) h.194-200.

14

b. Tahap Sebaran Konstruksi

Ketika materi konstruksi sudah siap, Semua informasi

harus sampai kepada khalayak secepatnya berdasarkan agenda

media.

c. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas

Pembentukan realitas terjadi setelah berita sampai

kepada pembaca dan terbentuk melalui tiga tahapan. Tahap

pertama, terjadi saat pembaca percaya dengan berita yang

dibacanya. Tahap kedua, terjadi saat pembaca memilih sebuah

media, karena saat pembaca memilih sebuah media, otomatis

pembaca bersedia untuk dikonstruksi pemikirannya oleh

media yang telah menyiapkan materi konstruksi sebelumnya.

Tahap ketiga, media telah menjadi pilihan konsumtif, yaitu

ketika pembaca telah memilih sebuah media menjadi

pilihannya.

Setiap media memiliki bentukan konstruksi. Bugin

menjelaskan, terdapat dua model hasil konstruksi. Good news

yaitu objek pemberitaan diberitakan sebagai citra yang baik

oleh media dan bad news yaitu objek pemberitaan diberitakan

sebagai citra yang buruk. d. Tahap Konfirmasi

Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa

maupun pembaca memberi agrumentasi dan akuntabilitas

15

terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan

konstruksi.

Dalam penjelasan konstruksi sosial pada bab ini, selain informasi

tentang konstruksi yang terjadi karena komunikasi tertentu dan proses

yang harus dilewati dalam konstruksi, terdapat pula informasi tentang

tiga sifat realitas.

Pendapat Berger tentang tiga sifat realitas dituliskan oleh Eriyanto

dalam bukunya saat menjelaskan tentang teori konstruksi sosial.

Dalam penjelasannya, Berger berpendapat bahwa realitas memiliki

sifat plural atau ganda, dinamis dan dialektis yang akan dijelaskan

dibawah ini : 6

Plural atau lebih dari satu. Maksud dari realitas bersifat plural

atau ganda adalah, realitas dipandang lebih dari satu. Maksudnya, isi

otak manusia yang berbeda, latar belakang, pendidikan, pergaulan,

nilai yang dianut dan hal yang lainnya menjadi salah satu penyebab

perbedaan bagaimana seseorang memandang sebuah realita yang

sebenarnya. Berger berpendapat setiap orang bisa memiliki konstrusi

yang berbeda terhadap realitas yang ada.

Sifat yang kedua adalah dinamis atau bisa menyesuaikan dan

sifat realita yang terakhir adalah selalu terjadi proses dialektika

didalamnya.

Eriyanto dalam bukunya menjelaskan bagaimana Peter L Berger

dan Thomas Luckman memberikan pandangannya tentang konstruksi

6 Eriyanto, Analisis Framing, h.18

16

sosial. Pada bab dua, dijelaskan bahwa terdapat tahapan dalam sebuah

proses dialektis atau dialog :7

a) Proses pertama, eksternalisasi. Proses ini adalah perbuatan

manusia dalam sebuah kegiatan ditempatnya berada. Eriyanto

memberikan contoh saat wartawan datang ke sebuah lokasi

peristiwa, yaitu ketika wartawan turun langsung untuk

melihat dan memaknai realitas bisa disebut eksternalisasi.

b) Proses kedua, objektivasi. Wartawan melihat sebuah fakta

di lapangan. Fakta yang dilihat dalam proses ini belum

terpengaruh oleh apa-apa dan masih begitu adanya.

c) Proses terakhir, internalisasi. Fakta dilapangan yang dilihat

oleh wartawan diserap kembali dan dipengaruhi oleh

pandangan-pandangan yang ada di dalam dirinya.

3. Pemahaman tentang Analisis Framing

Dalam sebuah buku Eriyanto, dijelaskan analisis framing adalah

cara untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media.

Jurnalis yang selama ini dikenal dengan independen dan objektif pun

menjadi blur karena kalau diperhatikan, media tidak bisa terlepas dari

bias-bias yang berkaitan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial,

bahkan agama.8

Sebelum sebuah berita muncul dalam media terjadi proses

produksi berita sebelumnya. Seperti rapat redaksi yang dilakukan,

wartawan yang menyusun pertanyaan, memilih narasumber dan

7 Eriyanto, Analisis Framing, h. 16-17. 8 Eriyanto, Analisis Framing, h. x.

17

menuliskan sebuah fakta kedalam susunan kata. Analisis framing

merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana

wartawan menulis dan menghadirkan fakta dalam berita. Seperti yang

dikutip dari buku Teori Dasar Komunikasi Pergolakan dan Masa

Depan Massa :

“Teori framing menantang pemahaman mengenai jurnalisme yang sudah lama diterima. Pendapat bahwa berita dapat dan harus objektif. Teori ini menyatakan bahwa peran jurnalisme sebagai penyedia forum ketika ide mengenai dunia sosial secara rutin ditampilkan dan diperdebatkan. Saat ini, forum tersebut didominasi oleh lembaga sosial yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi frame yang biasa digunakan untuk menyusun pemberitaan terhadap dunia sosial.“9

Lembaga-Lembaga ini dapat mempromosikan frame yang

mampu menguatkan atau meningkatkan tatanan sosial yang ada

dan untuk menyingkirkan frame yang meragukan atau yang

menentang bagaimana hal-hal sebagaimana adanya.10

“Ralph Negrine (1996) berkata dengan hati-hati (dengan merujuk kepada pers) bahwa mungkin kepemilikan memang mengandung potensi untuk kontrol langsung dan tidak langsung. Dia menyatakan bahwa para pemilik memang merujuk para editor dan meng-alokasikan pelbagai sumber daya“11 Dalam analisis framing, Eriyanto menjelaskan, ada dua

aspek dalam framing pemberitaan. Seperti memilih fakta atau

realitas, dalam memilih sebuah fakta Eriyanto berpendapat bahwa

sebelum sebuah berita dituliskan, wartawan harus memandang

sebuah peristiwa yang akan diliputnya, setiap orang memiliki sudut

9 Stanley J.Baran Dan Dennis K. Davis, Teori dasar komunikasi pergolakan dan masa depan massa, ( Jakarta : Salemba Humanika 2010), h.398. 10 Baran dan Davis, Teori dasar komunikasi pergolakan dan masa depan massa, h.398. 11 Burton, Media dan Budaya populer, (Yogyakarta: Jalasutra 2012), h. 66.

18

pandang yang berbeda-beda, setiap media memiliki ideologi serta

visi misi dan juga target pebaca yang berbeda pula, yang artinya

setiap prespektif wartawan itu tentu akan mempengaruhi

bagaimana fakta dipilih. Aspek selanjutnya setelah memilih berita

adalah saat penulisannya. Saat bagaimana sebuah fakta ditulis lalu

disajikan kepada pembaca. Fakta yang dipilih akan membuat

pembaca lebih terfokus terhadap fakta yang dipilih serta

melupakan fakta yang lainnya.12

Framing mempunyai efek kepada khalayak. Dalam

penjelasan Eriyanto, framing dinyatakan bisa menggiring opini

publik dan bisa membuat khalayak ingat pada ingatan tertentu.

4. Model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki a. Perangkat Framing

Gambar 2. 1: Prangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki (Sumber: Eriyanto, Analisis Framing)

12 Eriyanto, Analisis Framing, h.81.

19

Dalam model framing ini, Eriyanto menjelaskan Pan dan

Kosicki berasumsi bahwa frame berita merupakan suatu ide wartwan

dalam memaknai peristiwa yang kemudian disusun dalam empat

struktur besar yang dapat menunjukkan framing media seperti

berikut:13

1) Struktur Siktaksis

Dalam struktur siktaksis, perlengkapan yang digunakan

untuk menganalisis ada pada rangka berita. Pada struktur ini,

bagian yang diamati adalah headline, lead, latar informasi,

kutipan, sumber, penyataan dan penutup. Melalui pengamatan

tujuh bagian tersebut, bisa terlihat bagaimana fakta dikonstruk

oleh wartawan.14

2) Struktur Skrip

Dalam struktur skrip, perlengkapan yang digunakan ada

pada kelengkapan berita. Pada struktur ini, bagian yang diamati

adalah unsur 5w+1H dalam berita. Melalui pengamatan ini, bisa

terlihat bagaimana wartawan mengisahkan peristiwa dan bagian

mana yang ingin ditonjolkan dalam berita.15

3) Struktur Tematik

Dalam struktur tematik, perlengkapan yang digunakan ada

pada detail paragraf, koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti

yang digunakan. Pada struktur ini, bagian yang diamati adalah

paragraf, proposisi, kalimat dan hubungan antar kalimat.

13 Eriyanto, Analisis Framing, h.293 -306. 14 Eriyanto, Analisis Framing, h. 295-299. 15 Eriyanto, Analisis Framing, h. 299-300.

20

Melalui pengamatan ini, bisa terlihat bagaimana wartawan dapat

mengarahkan pemahaman terhadap berita yang ditulis melalui

kalimat yang digunakan. Pada struktur ini juga akan terlihat

bagaimana wartawan mengungkapkan peristiwa.16

4) Struktur Retoris

Dalam struktur retoris, perlengkapan yang digunakan ada

pada leksikon atau kosa kata, grafis, dan metafora atau

pemilihan kata untuk melukiskan sesuatu. Pada struktur ini,

bagian yang diamati adalah kata, idiom, gambar atau foto, dan

grafik. Melalui pengamatan ini, bisa terlihat bagaimana

wartawan menekankan fakta menggunakan gambar, kata,

ataupun grafik.17

b. Efek Framing Media Tabel 2. 2: Framing Media Mendefinisikan realitas tertentu. Melupakan definisi lain atas realitas. Penonjolan aspek tertentu. Pengaburan aspek lain. Penyajian sisi tertentu. Penghilangan sisi lain. Pemilihan fakta tertentu. Pengabaian fakta lain. (Sumber: Eriyanto, Analisis Framing)

Framing media ditandai oleh fokusnya arah suatu pemberitaan atau

penonjolan aspek tertentu dengan pengaburan aspek yang lain. Hal ini

menyebabkan pembaca lebih terfokus kepada aspek yang satu dan

melupakan bahwa ada aspek yang lain. Dalam menyajikan berita, wartawan

menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang lain, hal ini

16 Eriyanto, Analisis Framing, h.301-304. 17 Eriyanto, Analisis Framing, h.304-306.

21

menyebabkan adanya sisi lain yang tak terlihat oleh pembaca yang

mempengaruhi bagaimana realitas itu dipahami. Menampilkan aktor tertentu

dan melupakan aktor yang lain, dalam pemilihan fakta, berita seringkali

memilih aktor tertentu dalam pemberitaan, dan melupakan aktor yang lain

yang mungkin lebih penting dalam pemberitaan tersebut.18 Karenanya,

framing disebutkan dapat membentuk opini publik. Selain itu, framing bisa

membuat khalayak digiring pada ingatan tertentu mengenai suatu

peristiwa.19

B. KERANGKA KONSEPTUAL

1. Media Online

a. Pengertian Media Online Perkembangan teknologi telah terjadi akhir-akhir ini.

Berkembangnya teknologi ternyata juga menyebabkan

berkembangnya media massa. Seperti yang dituliskan oleh Novi

Kurnia dalam jurnalnya yang berjudul Perkembangan Teknologi

Komunikasi dan Media Baru, inovasi teknologi dalam bidang media

massa menyebabkan munculnya media baru. Novi Kurnia

menjelaskan bahwa kata media baru sebetulnya sering diartikan

sebagai media interaktif yang menggunakan prangkat dasar

komputer.20

18 Eriyanto, Analisis Framing, h.167-168. 19 Eriyanto, Analisis Framing, h.169-177. 20 Novi Kurnia “Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Media Baru : Implikasi terhadap teori komunikasi”, Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005. Hal 292 E- Journal di akses pada 14 januari dari http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/viewFile/1197/751 .

22

Banyak media cetak yang mengembangkan perusahaannya ke

media online. Banyak keunggulan yang dimiliki oleh media online,

seperti cepatnya pemberitaan, bisa diakses dimana saja, bahkan

pembaca bisa menanggapi langsung pemberitaan pada media online

tersebut. Zaenudin HM menyebutkan di dalam bukunya,

bermunculannya situs-situs berita online seperti detik.com,

okezone.com menandakan jurnalistik di Indonesia telah berkembang.

Ditambah lagi media koran ternama seperti Kompas, Media Indonesia,

Republika bahkan Tempo yang mulanya bermain di media cetak,

melebarkan usahanya ke online.21

Media online memiliki keunggulan yaitu informasinya bersifat

up to date “...media online dapat melakukan upgrade suatu informasi

atau berita dari waktu ke waktu...“22

2. Berita dan Cara Produksinya

a. Pengertian Berita Zaenudin HM dalam bukunya The Journalist mengatakan,

setiap wartawan memiliki gaya penulisan yang berbeda. Begitu pula

dengan ciri dari media-nya. Tetapi dibalik perbedaan itu, terdapat

kesamaan dalam sebuah penyajian berita.

“Berita adalah sesuatu yang diproduksi, dalam hal ini adalah proses kolaborasi di mana tim dipersatukan oleh editor, oleh pemahaman yang sama terhadap nilai-nilai dan oleh suatu pemahaman terhadap peran-peran tim.“23

21 Zaenuddin HM, THE JOURNALIST: bacaan wajib wartawan, redaktur, editor dan mahasiswa jurnalistik (Bandung : Simbiosa rekatama media 2011), h. 8. 22 Indah Suryawati, Jusnalistik Suatu pengantar : Teori dan Praktik (Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), h.46. 23 Burton, Media dan Budaya populer (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 108.

23

b. Jenis Berita Berita bisa diklasifikasikan kedalam dua kategori seperti :24

1) Berita berat (Hard News): Berita yang dianggap penting

bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun

organisasi.

2) Berita ringan (Soft News): Sering disebut dengan

feature, yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas

namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya.

c. Jenis Lead Berita

Sedia Willing Barus menuliskan dalam bukunya pada

hakikatnya, teras atau lead berfungsi sebagai tema atau gagasan

dalam sebuah berita. Oleh sebab itu, teras atau lead ada baiknya

ditulis semenarik mungkin sehingga mampu membangkitkan minat

pembaca. Bukan hanya Sedia Willing Barus, Tebba juga

mengatakan hal yang serupa dalam bukunya ia menuliskan seperti

berikut:25

“Lead atau teras atau intro dalam berita ialah sebuah kalimat atau sejumlah kalimat pertama pada sebuah berita yang dimaksudkan untuk menarik minat agar khalayak mengikuti berita itu“

Dalam bukunya itu, Sudirman Tebba menjelaskan lead

berita kedalam beberapa macam sesuai dengan penulisan dalam

beritanya :26

“Pada berita yang ditulis dengan cara piramida terbalik lead, ada dua macam, yaitu : Formal lead, yaitu lead yang mengandung unsur berita (5w+1H) dan informal lead, yaitu hanya mengandung sebagian unsur berita.“

24 Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar : Teori dan Praktik, h.70. 25 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat : Penerbit Kalam Indonesia 2005), h.96. 26 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h.97-98.

24

Beberapa pilihan lead menurut buku Jurnalistik Petunjuk

Teknik Menulis Berita antara lain :27

1) Lead AP

Yaitu lead yang ditulis dengan menggunakan semua

unsur 5W + 1H seperti :

“Jakarta, Pemerintah DKI Jakarta (who) mengeluarkan, peraturan gubernur no.5 Tahun 2007 yang berisi mengenai larangan memelihara unggas bagi warga ibu kota di kawasan pemukiman yang efektif berlaku 1 Februari 2007 (what). Keputusan itu diambil untuk menyelamatkan jiwa warga dari wabah flu burung (why). “Jika ada yang membandel, pemerintah mengencam akan menyita dan memusnahkan unggah tersebut,“ (how) kata Gubernur Sutiyoso di Balai Kota, Jakarta (where) Rabu, 18/1 (when)“ 2) Lead ringkasan

Lead ini mengabaikan unsur 5W + 1 H. Ciri utamanya

adalah keringkasan. Seperti :

“Pemerintah DKI Jakarta (who) melarang warga memelihara unggas di kawasan pemukiman mulai 1 February (what) demi mencegah wabah flu burung yang telah melanda ibu kota (why)“

3) Lead who

Lead ini menyebutkan siapa yang menjadi sumber

utama berita itu, yang tentu saja bisa diikuti dengan latar

belakang jabatan. Who disini bisa berbentuk organisasi,

atau mereka yang berbicara mewakili lembaga yang

dimaksud. Seperti :

27 Sedia Willing Barus, Jurnalistik : Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta : Penerbit Erlangga 2010), h.70-73.

25

“Bambang Haryanto, pimpinan delegasi Gerakan Solidaritas Masyarakat Demokrasi (GSMD), yakni yang bergerak pada masalah Agama (Islam) kemarin kamis (21/12) di departement dalam negeri membacakan pernyataan sikap tentang ancaman komunis dengan gerakan Organisasi Tanpa Bentuk(OTB) “

4) Lead what

Lead ini menyebutkan tentang apa yang terjadi.

Seperti :

“Permintaan pensiun inspektur pengawasan umum Mabes Polri, Komisaris Jendral Binarto, ternyata dikabulkan oleh Kapolri Jenderal Soetanto. Permintaan pensiun dini itu dilakukannya menjelang pemeriksaan atas dugaan pelanggaran kode etik dan profesi terkait dengan kasus penyeludupan bahan bakar minyak di Jawa Timur.“

5) Lead where

Lead ini menyebutkan tentang dimana latar kejadian. Seperti :

“Di markas Badan sepak bola dunia (FIFA) , Zurich, Swiss, Ronaldinho, menerima anugerah gelar “Pemain Terbaik Sepak Bola“ yang merupakan penghargaan paling bergengsi dalam dunia sepak bola, hari senin (19/12) malam.“ 6) Lead when Lead ini menyebutkan tentang kapan kejadiannya.

Seperti :

“Tepat saat jam kerja yang sibuk, kemarin siang, kamis (21/12) pimpinan GSMD Bambang Haryanto membacakan pernyataan sikap organisasi tersebut mengenai...“

26

7) Lead why

Lead ini menyebutkan tentang mengapa kejadian itu terjadi. Seperti :

“Dengan munculnya kembali ansir-ansir gerakan komunisme di indonesia yang cukup meresahkan masyaralat, GSMD melakukan orasi di departemen dalam negeri, Jakarat Kamis (21/12) “

8) Lead how

Lead ini menyebutkan tentang bagaimana kejadian ini terjadi. Seperti :

“Dengan berdemonstrasi, didahului jalan kaki dari senayan menuju Departemen dalam negeri dan diikuti ssekitar 100 Orang anggotanya, GSMD menyampaikan pernyataan sikap yang berisi antara lain mengenai bahaya gerakan komunisa di Indonesia“

28

lima bulan ke depan (Saidiman Ahmad, Kompas.com 18/10/2016, diakses 9/11/2016 pukul 10.00)“1 Saidiman Ahmad mengutip dari Kompas.com, satu ikan kerapu bisa berharga Rp300.000,- dan berharga jutaan ketika sudah menjadi makanan di restoran.

“Selasa siang yang terik itu, 27 September 2016, Ahok asyik mengayunkan jaring ke dalam keramba. Ada beberapa ikan yang terjerat. Seekor kerapu berwarna gelap ia angkat. „Ini satu ekor bisa Rp 300.000 loh. Kalau dijual restoran yang sudah matang bisa jutaan ini„ ujar Ahok (Kompas.com, 27/09)“2 Dalam program ini, warga Kepulauan Seribu akan menjadi pemeran utama atau pengelola. Warga diedukasi untuk mengerti bagaimana budidaya berlangsung. Hal itu diajarkan oleh alumnus sekolah perikanan. Dalam berita

Kompas, disebutkan bahwa pada bulan februari 2017, diperkirakan budi daya ini dapat menghasilkan 87,5 juta rupiah. Seperti pada kutipan :

“Pada bulan Februari 2017, diperkirakan panen pertama sebanyak 4 ribu ekor ikan dengan perkiraan hasil sebanyak 87,5 juta rupiah. Artinya, pengelola akan memperoleh hasil pertama sekitar 70 juta rupiah (80%) dan pemodal (Pemprov) sebesar 17,5 juta rupiah (20%)“3 Di dalam kunjungannya itu, Ahok berpidato dan menjelaskan bahwa programnya tersebut akan terus berjalan, meski Ahok tidak terpilih pada Pilkada

DKI yang diadakan pada tanggal 15 Februari 2017 mendatang. Ahok menjelaskan, bahwa masa jabatnya akan berakhir pada Oktober 2017 dan mengatakan kepada warga Kepulauan Seribu tidak usah khawatir terhadap program itu, apabila masa jabatnya telah habis program itu akan tetap berjalan.

1 S Sinansari Ecip Akademisi dan Wartawan Senior, “Mengapa Ahok pergi ke kepulauan seribu?“, artikel diakses pada 13 April 2017 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/opini- koran/16/11/12/ogizw730-mengapa-ahok-pergi-ke-kepulauan-seribu . 2 Saidiman Ahmad, “Bisnis Ahok di Kepulauan seribu“, berita diakses pada 13 April 2017 dari http://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/18/12405661/bisnis.ahok.di.kepulauan.seribu . 3 Saidiman Ahmad, “Bisnis Ahok di kepulauan seribu” .

29

Dalam pidatonya, Ahok menyatakan tidak memaksa warga untuk memilih dirinya pada pilkada 2017. Pernyataan itu disertai kutipan surah Al-Maidah ayat 51.

Berikut transkrip pidato Ahok yang diunggah oleh Pemerintah Provinsi DKI, transkrip dikutip dari detik.com :

“Di menit ke 23:40 sampai 25:35, Ahok bicara agar warga tidak khawatir jika dirinya tak terpilih lagi di Pilgub DKI 2017. Program-program yang dicanangkannya di Kepulauan Seribu akan tetap berjalan. Di bagian waktu ini juga lah Ahok ada menyinggung soal surat Al Maidah 51. Berikut kutipan utuh ucapan Ahok dari menit ke 23:40 sampai 25:35: Jadi bapak ibu enggak usah khawatir, ini pemilihan kan dimajuin. Jadi kalau saya tidak terpilih pun bapak ibu, saya berhentinya Oktober 2017. Jadi kalau program ini kita jalankan dengan baik pun, bapak ibu masih sempat panen sama saya sekalipun saya tidak terpilih jadi gubernur. Jadi saya ingin cerita ini supaya bapak ibu semangat. Jadi enggak usah pikiran 'Ah nanti kalau enggak kepilih pasti Ahok programnya bubar'. Enggak, saya sampai Oktober 2017. Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu enggak bisa pilih saya. Karena Dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macem-macem gitu lho (orang-orang tertawa-red). Itu hak bapak ibu, ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan enggak bisa pilih nih, saya takut masuk neraka dibodohin gitu ya, enggak apa-apa, karena ini kan panggilan pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. Jadi bapak ibu enggak usah merasa enggak enak. Dalam nuraninya enggak bisa pilih Ahok, enggak suka sama Ahok nih. Tapi programnya, gue kalau terima, gue enggak enak dong sama dia. Kalau bapak ibu punya perasaan enggak enak nanti mati pelan-pelan lho kena stroke. (Orang-orangtertawa-red). Jadi,ang...bukan anggap. ini adalah hak semua bapak ibu sebagai warga DKI. Kebetulan saya gubernur mempunyai program itu. Jadi tidak ada hubungannya dengan perasaan bapak ibu mau pilih siapa. Ya saya kira itu. Kalau yang benci sama saya, jangan emosi terus dicolok waktu pemilihan colok foto saya, wah jadi kepilih nanti saya. Jadi kalau benci sama saya, coloknya musti berkali- kali baru batal. Kalau cuma colok sekali, wah kepilih lho gue entar (Orang-orang tertawa).“4

4 Herianto Batubara, “Ini Video utuh Ahok pidato singgung surat al-maidah ayat 51 yang jadi polemik”, berita diakses pada 13 April 2017 dari https://news.detik.com/berita/3315258/ini- video-utuh-ahok-pidato-singgung-surat-al-maidah-51-yang-jadi-polemik .

30

31

kliennya diperiksa di Gedung Bareskrim Polri, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Kamis.“6

Video ini viral dan menjadi sorotan, khususnya umat muslim. Hal itu terjadi karena video yang diunggah tersebut hanya mengambil penggalannya saja.

Seperti yang diberitakan oleh detik.com :

“(Video) Dipotong artinya karena durasinya kan cukup panjang 1 jam kurang lebih penjelasan Ahok di Pulau Seribu, diambil penggalanan saja," kata Analis Kebijakan Madya Divisi Humas Polri, Komisaris Besar Rikwanto kepada wartawan di kantornya, Senin (7/11/2016).“7

Banyak orang Islam yang marah dan ulama merasa dihina karena pernyataan Ahok tersebut, atas pernyataan tersebut, Ahok diminta untuk meminta maaf :

" „Meskipun apa yang dia (Ahok) katakan ada perbedaan pemahaman di kalangan ummat Islam, tapi menurut saya tetap dia tidak pantas karena dia adalah penganut agama lain dan dia tidak meyakini ajaran agama itu,‟ ujar Zainut. „Saya mengharapkan Pak Ahok segera menyampaikan permintaan maaf sebelum persoalannya melebar ke mana-mana‟ sambungnya. “8

“Menurut Wiranu, Ahok semestinya menyadari Islam tidak pernah anti-terhadap nilai-nilai demokrasi sejauh dijalankan dengan baik dan tidak bertentangan dengan akidah umat Islam. Karena itu, Wiranu menganggap tindakan Ahok merupakan bentuk keteledoran dan kekeliruan yang fatal. Sehingga, sebagai pejabat dan pemimpin masyarakat, Ahok harus secara dewasa menyampaikan pernyataan maaf atas pernyataan tersebut kepada seluruh warga DKI Jakarta.”9

6 Benardy Ferdiansyah, “Menurut pengacaranya, Buni Yani hanya ingin ajak diskusi netizen“, berita diakses pada 15 April 2017 dari http://www.antaranews.com/berita/595459/menurut-pengacaranya-buni-yani-hanya-ingin-ajak- diskusi-netizen ,. 7 Andhika Prasetia, “Polri soal transkrip video postingan Buni Yani : Kata „pakai„ ditinggalkan“, berita diakses pada 13 April 2017 dari http://news.detik.com/berita/d- 3339565/polri-soal-transkrip-video-postingan-buni-yani-kata-pakai-ditinggalkan . 8 Herianto Batubara, “ MUI Berharap Ahok Minta Maaf Soal Ucapan Terkait Surat Al Maidah 51“, berita diakses pada 13 April 2017 dari http://news.detik.com/berita/3315323/mui- berharap-ahok-minta-maaf-soal-ucapan-terkait-surat-al-maidah-51 . 9 Destrianita, “Dianggap Lecehkan Ayat Al-Quran, Ahok Dituntut Minta Maaf“, berita diakses pada 13 April 2017 dari https://m.tempo.co/read/news/2016/10/09/078810788/dianggap- lecehkan-ayat-al-quran-ahok-dituntut-minta-maaf .

32

33

B. SURAH AL-MAIDAH AYAT 51 BESERTA TAFSIRNYA Surah Al-Maidah ayat 51 memiliki berbagai macam tafsiran. Seperti Tafsir

menurut Ibnu Katsir, QS. Al-Maidah ayat 51 memiliki tafsiran dilarangnya

menjadikan kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin. Ibnu Katsir

menuliskan, bahwa Allah mengecam orang yang memilih kaum Yahudi dan

Nasrani sebagai pemimpin.12

Tafsir Syaikh Imam Al-Qurthubi yang diterjemahkan oleh Ahmad Khotib,

QS. Al-Maidah ayat 51 membahas dua masalah, dalam permasalahan yang

pertama Syaikh Imam Al-Qurthubi menafsirkan firman Allah ini

menunjukkan tidak diperbolehkannya menjadikan orang-orang Yahudi dan

Nasrani sebagai pemimpin. Syaikh Imam Al-Qurthubi menjelaskan menurut

suatu pendapat yang termasuk dalam kaum yang dilarang pada ini adalah

orang munafik dan permasalahan yang kedua adalah orang-orang yang

menjadikan mereka (orang munafik) sebagai pemimpin adalah sama dengan

mereka. 13

Hampir sama dengan tafsir-tafsir sebelumnya, Tafsir Al-Mishbah

M.Quraish Shihab QS. Al-Maidah ayat 51 memiliki tafsiran jangan

menjadikan orang Yahudi dan Nasrani atau siapapun yang bersifat seperti

mereka sebagai aulia yakni penolong dalam menghadapi orang Muslim.

Dalam tafsirnya Quraish Shihab menuliskan bahwa kaum Yahudi dan Nasrani

seperti yang dituliskan dalam ayat-ayat terdahulu, kaum Yahudi dan Nasrani

dituliskan lebih suka mengikuti hukum Jahiliah dan mengabaikan hukum

12 Muhammad Nasib ar-Rifa‟I, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR, Jilid 2 (Surah Al-Maidah – an Nahl). Penerjemah Dra. Syihabudin. (Jakarta: Gemana Insani Press,1999) h.108 13 Tafsir Al Qurthubi Syaikh Imam Al Qurthubi; penerjemah Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) h.517-520

34

Allah. M.Quraish Shibab menuliskan dalam tafsirnya, Allah tidak akan

memberi petunjuk dan mengantar orang-orang zalim menuju kebahagiaan

duniawi dan ukhrawi. 14

Menurut Tafsir Al-Munir Jilid 3 (JUZ 5-6) karya Prof. Dr. Wahbah az-

Zuhaili yang diterjermahkan oleh Abdul Hayyie al kattani,dkk QS. Al-

Maidah ayat 51 memiliki tafsiran larangan Allah untuk ber-muwaalaah dengan

kaum Yahudi dan Nasrani, karena mereka adalah musuh Islam dan kaum

Muslimin. Kemudian dituliskan bahwa barangsiapa yang menjadi patron

mereka, seakan-akan ia sama seperti mereka. 15

C. MEDIA ONLINE REPLUBLIKA.CO.ID

1. Sejarah Perusahaan

ROL hadir sejak 17 Agustus 1995, dua tahun setelah Harian

Republika terbit. ROL merupakan portal berita yang menyajikan informasi

secara teks, audio, dan video, yang terbentuk berdasakan teknologi

hipermedia dan hiperteks. Dengan kemajuan informasi dan perkembangan

sosial media, ROL kini hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan

percampuran komunikasi media digital. Informasi yang disampaikan

diperbarui secara berkelanjutan yang terangkum dalam sejumlah kanal,

menjadikannya sebuah portal berita yang bisa dipercaya. Selain menyajikan

14 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an vol. 3 Surah Al-Maidah. Jakarta: Lentera Hati, 2002. h. 121-122 15 Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syari'ah, Manhaj, Jilid 3, (an- Nissa'-al-Maa'idah) Juz 5 &6 . Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. (Jakarta: Gema Insani,2016) h.558-559

35

informasi, ROL juga menjadi rumah bagi komunitas. ROL kini juga hadir

dalam versi English.16

2. Struktur Redaksi Media

Tabel 3. 1: Struktur Organisasi Media Republika.co.id REDAKSI & MANAJEMEN Pemimpin Redaksi Irfan Junaidi Wakil Pemimpin Redaksi Nur Hasan Murtiaji Redaktur Pelaksana ROL Maman Sudiaman Wakil Redaktur Pelaksana ROL Joko Sadewo Asisten Redaktur Pelaksana Didi Purwadi, Muhammad Subarkah, ROL Budi Rahardjo Tim Redaksi Agung Sasongko, Bayu Hermawan, Bilal Ramadhan, Esthi Maharani, Hazliansyah, Ilham Tirta, Indira Rezkisari, Israr Itah, Winda Destiana Putri, Yudha Manggala Putra, M.Amin Madani, Sadly Rachman, Ririn Liechtiana, Fian Firatmaja, Ani Nursalikah, Angga Indrawan, Dwi Murdaningsih, Nidia Zuraya, Nur Aini, Teguh Firmansyah, Andi Nur Aminah, Karta Raharja Ucu, Andri Saubani, Agus Yulianto, Reiny Dwinanda Tim Sosmed Fanny Damayanti, Asti Yulia Sundari, Dian Alfiah, Inarah Tim IT dan Desain Mohamad Afif, Mufti Nurhadi, Abdul Gadir, Nandra Maulana Irawan,

16 Profil Republika.co.id diakses pada 13 April 2017 dari http://www.republika.co.id/page/about

36

Mardiah, Kurnia Fakhrini Kepala Support dan GA Slamet Riyanto Tim Support Firmansyah Sekred Erna Indriyanti Rolshop Riky Romadon (Sumber: Republika.co.id)

D. MEDIA ONLINE HIDAYATULLAH.COM 1. Sejarah Perusahaan Hidayatullah.com adalah portal berita nasional dan internasional

mengusung motto “Mengabarkan kebenaran”. Hidayatullah.com berdiri

tahun 1996 lalu di bawah naungan Kelompok Hidayatullah Media.

Hidayatullah.com menyajikan berbagai menu seperti nasional, internasional,

wawancara, cover story, feature, opini, sudut pandang, kesehatan, iptek, dan

lain lain. Hidayatullah.com diupdate setiap hari.17

2. Struktur Redaksi Media Tabel 3. 2 : Struktur Organisasi Media Hidayatullah.com HIDAYATULLAH.COM Pemimpin Umum Haryono Madari Pimpinan Redaksi Mahladi Murni Redaktur Pelaksana Cholis Akbar Hidayatullah.com Newsroom Jabodetabek Abdus Syakur Ainuddin Chalik Masykur Ibnu Sumari Surabaya Yahya G. Thoriq Bandung Ngadiman Djojonegoro Sumatera Barat Dodi Nurja

17 Profil Hudayatullah.com diakses pada 13 April 2017 dari https://www.hidayatullah.com/tentang-kami/

37

Luar Negeri Khadijah Kairo Jundi ; Aulia El Haq Madinah M. Dienul Haq ; Ibnu Abdurahman Sudan Abidurrahman Sibghatullah (Sumber: Hidayatullah.com)

BAB IV

TEMUAN DAN HASIL ANALISIS

Isu pernyataan Ahok tentang surah Al-Maidah ayat 51 mengemuka pada awal Oktober tahun lalu. Berawal dari video pidato Ahok di Kepulauan Seribu yang beredar. Berdasarkan pemberitaan Republika.co.id hari Senin, 10 Oktober

2016, awalnya video itu berdurasi 1:48:33 lalu dipangkas menjadi 30 detik yang hanya berfokus pada pernyataan Ahok saja. Pro dan kontra hadir di tengah-tengah kasus ini. Demo besar-besaran yang disebut dengan aksi bela Islam pun terjadi.

Banyak media yang memberitakan isu ini, salah satunya adalah

Republika.co.id dan Hidayatullah.com. Alasan Republika.co.id ikut memberitakan isu ini karena Republika.co.id memandang siapa yang berbicara, Ahok sebagai

Gubernur DKI Jakarta dipandang tidak layak mengatakan itu. Seperti yang dikatakan oleh Bayu Hermawan selaku Redaktur Republika.co.id melalui wawancara:

“Jadi itu yang membuat kita menarik untuk memberitakan, bahwa tidak panteslah, seharusnya tidak begitu, ya seharusnya tidak boleh apalagi dia seorang tokoh publik, pemimpin masyarakat, publik figure, dan itu bukan bidangnya sama sekali. Tidak tepat“1 Republika.co.id memandang, kasus Ahok ini harus diproses hukum, karena pada kasus penistaan agama sebelumnya juga diproses hukum.

“Ya karena itu faktanya penistaan agama, yang harus diproses. Dan gak boleh, gak boleh, gak boleh ada orang yang disepesialkan, enggak. Siapa pun yang melakukan penistaan keagamaan, siapa pun bukan cuma Ahok, bukan. Nanti pun kalau misalkan ada dari tokoh-tokoh misalkan AA Gym, atau eee Habib Rizik melakukan penistaan, ya silahkan diproses, laporkan“2

1 Wawawancara pribadi dengan Bayu Hermawan, Jakarta, 24 Maret 2017. 2 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan.

38 39

Berbeda dengan Republika.co.id, Hidayatullah.com tertarik memberitakan pernyataan Ahok karena sedang menjadi perbincangan publik. Seperti yang dikatakan oleh Mahladi Murni Pimpinan Redaksi Hidayatullah.com :

“Kasus Ahok ini memang sudah menjadi perbincangan publik. Karena itu kami juga harus memberitakan ini. Jadi begitu, itu alasannya.“3 Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada pemberitaan bulan

Oktober saja selain itu peneliti juga akan membandingkan bagaimana kedua media membingkai berita. Peneliti menggunakan sudut pandang konstruktivis dan konsep Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang dalam konsep ini, prangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar, seperti siktaksis, skrip, tematik dan retoris.

“Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukan framing dari suatu media. Kecendrungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut“4

A. FRAMING REPUBLIKA.CO.ID DAN HIDAYATULLAH.COM PADA HARI MINGGU, 9 OKTOBER 2016.

1. Framing Berita Republika.co.id Tabel 4. 1 : Pemberitaan Republika.co.id Minggu, 9 Oktober 2016. Judul MUI desak polri tangkap Ahok karena lecehkan al-Qur„an Isi berita Pandangan MUI mengenai pernyataan Ahok yang dipandang melecehkan agama Islam harus diproses hukum. Sumber Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Serang Mahmudi.

3 Wawancara pribadi dengan Mahladi Murni, Jakarta, 10 April 2017. 4 Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2008), h.294.

40

a. Struktur Siktaksis Tabel 4. 2: Struktur Siktaksis Pemberitaan Republika.co.id pada Minggu, 9 Oktober

UNIT YANG STRATEGI PENULISAN KETERANGAN DI AMATI Headline “MUI desak Polri tangkap Ahok Headline karena lecehkan alquran“ Lead REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paragraf 1 Ketua Umum Majelis Ulama Lead who Indonesia Kota Serang, Mahmudi Memandang pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) soal surat Al-Maidah ayat 51 sebagai pelecehan dan penistaan terhadap agama Islam. Tak hanya itu, Pernyataan tersebut juga bisa mengganggu kerukunan umat beragama dan memicu kerusuhan antargolongan (SARA). Latar Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Paragraf 2 dan 3 Informasi Basuki Tjahja Purnama (Ahok) soal surat Al-Maidah ayat 51 dipandang sebagai pelecehan dan penistaan agama Islam, dan mengganggu kerukunan umat beragama. Maka dari itu, Mahmudi meminta agar kapolri segera menangkap Ahok dan memprosesnya sesuai hukum yang berlaku. Kutipan “Pernyataan saudara Basuki Tjahaja Mahmudi, Purnama alias Ahok selaku Gubernur Paragraf 2 DKI Jakarta tentang al-Qur‟an surah Al-Maidah ayat 51, adalah dipandang sebagai pelecehan dan penistaan terhadap agama Islam, mengganggu kerukunan umat beragama, memicu kerusuhan antargolongan“ “Menghimbau Para pendukung Ahok Mahmudi, agar segera sadar dan bertaubat serta Paragraf 1 meminta maaf kepada seluruh umat Islam Indonesia“ Pernyataan Maka dari itu, Mahmudi meminta Paragraf 2 agar kapolri segera menangkap Ahok dan memprosesnya sesuai hukum yang berlaku. Mahmudi juga meminta MUI pusat Paragraf 2

41

melalui MUI provinsi banten untuk segera mengambil langkah langkah strategis untuk mendesak kapolri dan presiden menangkap Ahok. Tak hanya itu, Mahmudi juga Paragraf 4 menghimbau agar para pendukung Ahok segera sadar dan bertaubat. Dia juga meminta para pendukung Paragraf 4 Ahok segera meminta maaf kepada seluruh umat Islam Indonesia Meski begitu, Mahmudi berharap Paragraf 5 masyarakat tidak terprovokasi dan menyerahkan sepenuhnya masalah tersebut kepada aparat keamanan. Mahmudi juga menyatakan, Ahok Paragraf 5 haram menginjakkan kakinya diwilayah hukum Kota Serang provinsi Banten Penutup Meski begitu, Mahmudi berharap Paragraf 5 masyarakat tidak terprovokasi dan menyerahkan sepenuhnya masalah tersebut kepada aparat keamanan. Mahmudi juga menyatakan, Ahok haram menginjakkan kakinya diwilayah hukum Kota Serang Provinsi Banten

Melalui analisis struktur siktaksis, pandangan Republika.co.id diwujudkan dalam skema berita. Pandangan Republika.co.id diwujudkan melalui headline.

Kata “karena“ yang digunakan pada headline berfungsi sebagai penjelas sebab

MUI mendesak polri untuk menangkap Ahok dengan memberikan penjelasan bahwa Ahok harus ditangkap karena lecehkan al-Qur„an. Republika.co.id memandang kasus penistaan agama Ahok harus diproses hukum seperti kasus- kasus yang sebelumnya. Hal tersebut terlihat melalui wawancara pribadi oleh

Redaktur Republika.co.id Bayu Hermawan :

“Ada beberapa, banyak lah, nanti silahkan dilihat, dicari. Semuanya berproses hukum. Nah, kemudian kenapa untuk Ahok sendiri, itu terkesan tidak tegas, gitu. Kenapa, kenapa harus gitu,

42

mereka kan sama aja. Mereka sama aja, ini penistaan agama, ada kasus penistaan agama yang harus diproses.“5

“Kita mendesak bukan karena, Ahok itu, pertama non muslim, bukan karena itu. Kita mendesak bukan karena, Ahok itu, Cina, bukan karena itu. Kita mendesak Ahok bukan karena kita tidak menukung Ahok di pilkada, bukan itu. Tapi kita, mendesak proses hukum itu di tegakkan, harus adil dong. Gitukan. kasus ini bukan kasus pertama yang terjadi di Indonesia. Dari sejak jaman orde baru, orde lama itu, kasus ini sempet terjadi, pencemaran agama dan semuanya diproses hukum“6

Pada Lead berita, jenis lead yang digunakan adalah lead who. Lead who adalah lead yang menjelaskan siapa yang menjadi sumber utama dari berita tersebut. Republika.co.id memilih Mahmudi sebagai sumber utama, Mahmudi adalah seseorang yang berbicara mewakili lembaga. Hal itu terlihat dari jabatan yang diletakkan diawal dan penggunaan kata “Mahmudi memandang“. Berikut kutipannya :

“Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Kota Serang, Mahmudi Memandang pernyataan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) soal surat Al Maidah ayat 51 sebagai pelecehan dan penistaan terhadap agama Islam“7 Melalui lead tersebut Republika.co.id membangun pandangan pembaca pernyataan Ahok itu menistakan dan melecehkan agama Islam dan itu dinyatakan oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memang bidangnya untuk mengomentari hal tersebut, kata Ulama dalam KBBI Online adalah :

“Ulama/ula·ma/ n : orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam“8

5 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan. 6 Wawancara Pribadi dengan Bayu Hermawan. 7 Dadang Kurnia , “MUI Desak Polri Tangkap Ahok karena Lecehkan Alquran “, diakses pada 10 Februari 2017 dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/16/10/09/oercfz282-mui-desak-polri- tangkap-ahok-karena-lecehkan-alquran . 8 “Ulama“ diakses pada 10 Februari2017 dari http://kbbi.web.id/ulama .

43

Latar yang digunakan dalam pemberitaan ini adalah pernyataan Ahok itu melecehkan dan menistakan agama Islam, dan bisa memicu kerusuhan antargolongan.

Pada pemberitaan ini, yang menjadi sumber informasi Republika.co.id adalah MUI Serang. Dalam kutipan pernyataan yang digunakan, terdapat dua fakta yang dikutip oleh Republika.co.id.

Fakta pertama, terletak pada paragraf pertama, dengan isi kutipan bahwa pernyataan Gubernur Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dipandang menistakan agama dan mengganggu kerukunan umat beragama. Kutipan ini berfungsi sebagai penguat lead berita yang menyatakan hal serupa. Sebagai berikut :

“REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Kota Serang, Mahmudi Memandang pernyataan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) soal surat almaidah ayat 51 sebagai pelecehan dan penistaan terhadap agama Islam. Tak hanya itu, Pernyataan tersebut juga bisa mengganggu kerukunan umat beragama dan memicu kerusuhan antargolongan (SARA).“9

Fakta kedua, terletak pada paragraf keempat. Berisi himbauan kepada pendukung Ahok untuk taubat dan minta maaf kepada seluruh umat Islam

Indonesia. Kutipan ini berfungsi sebagai penguat fakta penyataan wartawan pada kalimat sebelumnya seperti di bawah ini :

“Tak hanya itu, mahmudi juga menghimbau agar para pendukung Ahok segera sadar dan bertaubat. Dia juga meminta para pendukung Ahok segera meminta maaf kepada seluruhumat Islam Indonesia. „Menghimbau para pendukung Ahok agar segera sadar dan bertaubat serta meminta maaf kepada seluruh umat Islam Indonesia„ ucap Mahmudi. “10 Dalam fakta pernyataan, Republika.co.id lebih menekankan pada pilihan fakta yang digunakan untuk membawa pesan kepada pembaca bahwa Ahok harus

9 Dadang Kurnia, “MUI desak polri tangkap Ahok karena lecehkan Alquran” 10 Dadang Kurnia, “MUI desak polri tangkap Ahok karena lecehkan Alquran“ .

44

diproses hukum. Dalam fakta yang digunakan, Republika.co.id terlihat lebih menonjolkan Ahok harus diproses hukum, hal itu terlihat dari bagaimana

Republika.co.id menggunakan kutipan narasumber dan memilih fakta yang menunjukan desakan Ahok harus diproses hukum. Dalam menutup pemberitaan,

Republika.co.id menggunakan pernyataan Mahmudi agar tidak terprovokasi dan menyerahkan masalah tersebut kepada aparat keamanan sebagai penutup.

Menyerahkan kepada aparat keamanan, menjadi penutup dari pemberitaan ini.

b. Struktur Skrip Tabel 4. 3: Struktur Skrip Pemberitaan Republika.co.id Minggu, 9 Oktober 2016 UNSUR YANG TEMUAN DALAM TEKS KETERANGAN DIAMATI Unsur 5w + 1H What (Apa yang terjadi) : Paragraf 1 Ketua MUI Majelis Ulama Indonesia Kota Serang, Mahmudi memandang, pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) soal Surat Al-Maidah ayat 51 sebagai pelecehan dan penistaan terhadap Agama Islam. Who (Siapa yang terlibat dalam Paragraf 2 kasus?) Gubernur DKI Jakarta, Basuku Tjahja Purnama (Ahok) Why (Kenapa MUI mendesak Polri Paragraf 2 untuk tangkap Ahok?) Pernyataan Ahok dinilai sebagai pelecehan dan penistaan terhadap agama Islam, mengganggu kerukunan umat beragama, memicu kerusuhan antargolongan. Where (Dimana Pernyataan itu Paragraf 2 dinyatakan?) Dalam siaran pers yang diterima republika.co.id When (Kapan siaran pers itu Paragraf 2 diterima?) Ahad, 9 Oktober 2016 How - -

45

Frame Republika.co.id terlihat dari bagaimana cara Republika.co.id mengisahkan fakta yang ada. Pristiwa yang diangkat oleh Republika.co.id adalah pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu. Pada pemberitaan ini, Republika.co.id mengisahkan fakta dengan awalan unsur what (apa yang terjadi). Dalam unsur what, Republika.co.id menggambarkan tentang MUI Kota Serang yang memandang pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai penistaan dan pelecehan agama Islam yang bisa mengganggu kerukunan umat bergama dan memicu kerusuhan antar golongan.

Setelah menggambarkan fakta apa yang terjadi, Republika.co.id mulai memasukkan unsur who (siapa yang terlibat dalam peristiwa itu). Dalam unsur who, Republika.co.id menjelaskan pernyataan saudara Basuki Tjahja Purnama

(Ahok) selaku Gubernur DKI Jakarta yang dipandang sebagai pelecehan agama

Islam.

Unsur selanjutnya adalah why (Kenapa MUI desak polri untuk tangkap

Ahok) dalam unsur why, Republika.co.id menggunakan kutipan pernyataan

Mahmudi yang mengatakan pernyataan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) selaku gubernur dinilai sebagai penistaan agama yang diucapkan dalam siaran pers

(where) pada tanggal 9 Oktober 2016 (when).

Dalam penutup berita, Republika.co.id memilih fakta yang memperjelas arah pemberitaan. Penutup berita ini berisi Mahmudi yang menghimbau masyarakat agar tidak terprovokasi dan menyerahkannya kepada aparat keamanan. Penutup ini memberi pesan kepada pembaca tentang pemahaman awal, bahwa Ahok harus diproses hukum.

46

c. Struktur Tematik

Tabel 4. 4: Struktur Tematik Pemberitaan Republika.co.id Minggu, 9 Oktober 2016 UNIT YANG STRATEGI PENULISAN KETERANGAN DIAMATI Paragraf dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Paragraf 1 kalimat Kota Serang, Mahmudi memandang, pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) soal surat Al-Maidah ayat 51 sebagai pelecehan dan penistaan terhadap agama Islam. Tak hanya itu, pernyataan tersebut juga bisa mengganggu kerukunan umat beragama dan memicu kerusuhan antargolongan (SARA) Proposisi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Paragraf 1 dan Kota Serang, Mahmudi Memandang Hubungan pernyataan gubernur DKI Jakarta Basuki antar Tjahaja Purnama (Ahok) soal surat Al- kalimat Maidah ayat 51 sebagai pelecehan dan penistaan terhadap agama Islam. Tak hanya itu, pernyataan itu juga bisa mengganggu kerukunan umat beragama dan memicu kerusuhan antar golongan (SARA) Maka dari itu, Mahmudi meminta agar Paragraf 3 Kapolri segera menangkap Ahok dan memprosesnya sesuai hukum yang berlaku. Mahmudi juga meminta MUI pusat melalui MUI provinsi Banten untuk segera mengambil langkah langkah strategis untuk mendesak kapolri dan presiden Joko Widodo menangkap Ahok. Tak hanya itu, Mahmudi juga Paragraf 4 menghimbau agar para pendukung Ahok segera sadar dan bertaubat. Dia juga meminta para pendukung Ahok segera meminta maaf kepada seluruh umat Islam Indonesia

47

Meskipun begitu, Mahmudi berharap Paragraf 5 masyarakat tidak terprovokasi dan menyerahkan sepenuhnya masalah tersebut kepada arparat keamanan Dalam tematik pada Republika.co.id terdapat satu tema, yaitu Ahok melakukan penistaan agama dan harus diproses hukum. Dalam berita ini, fakta yang lebih sering ditonjolkan adalah pernyataan Ahok yang dinilai menistakan agama dan mengganggu kerukunan umat beragama sehingga harus dihukum.

Frame Republika.co.id juga bisa dilihat dari hubungan antar kalimat.

Dalam hubungan antar kalimat di atas, terlihat bagaimana Republika.co.id mengungkapkan pandangannya ke dalam kalimat. Kata sambung “Tak hanya itu“ pada paragraf pertama, menunjukkan ada peristiwa lain yang terjadi akibat pernyataan Ahok yaitu pernyataan itu bisa mengganggu kerukunan umat beragama. Kata sambung “Maka dari itu“ menunjukan penekanan sebab-akibat pada kutipan sebelumnya yaitu:

“Pernyataan saudara Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta tentang Alquran Surat Al Maidah ayat 51, adalah dipandang sebagai pelecehan dan penistaan terhadap agama Islam, mengganggu kerukunan umat beragama, memicu kerusuhan antargolongan“ Kata Mahmudi dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (9/10)“11

Republika.co.id menggunakan kata sambung “Maka dari itu“ untuk menjelaskan kepada pembaca, kutipan sebelumnya merupakan alasan Mahmudi mendesak Polri untuk menangkap Ahok. Kata sambung “Meskipun begitu“ pada akhir kalimat menggambarkan tentang suatu yang bertentangan pada kalimat sebelumnya yang menjelaskan ketegasan dari Mahmudi agar Ahok diproses. Pada kalimat penutup Republika.co.id memberikan pesan meskipun Mahmudi terlihat

11 Dadang Kurnia, “MUI desak polri tangkap Ahok karena lecehkan Alquran“.

48

tegas, Mahmudi tetap berharap agar masyarakat tidak terprovokasi dan

menyerahkannya kepada aparat keamanan.

Dalam penulisan berita, jenis paragraf yang digunakan adalah deduktif.

Dimulai dari persoalan yang pokok dan diikuti dengan kalimat penjelas dengan

bentuk kalimat aktif. Pada pemberitaan ini, Republika.co.id menggunakan kata

ganti dia untuk Mahmudi, untuk menjelaskan selain himbauan kepada pendukung

Ahok agar segera sadar dan bertaubat, Mahmudi juga meminta pendukung Ahok

meminta maaf kepada seluruh umat Islam Indonesia. :

“Tak hanya itu, Mahmudi juga menghimbau agar pendukung Ahok segera sadar dan bertaubat. Dia juga meminta para pendukung Ahok segera meminta maaf kepada seluruh umat Islam Indonesia. “Menghimbau para pendukung Ahok agar segera sadar dan bertaubat serta meminta maaf kepada seluruh umat Islam Indonesia,“ ucap Mahmudi12

d. Struktur Retoris Tabel 4. 5: Struktur Retoris Republika.co.id Minggu, 9 Oktober 2016 UNIT YANG STRATEGI PENULISAN KETERANGAN DIAMATI Gambar atau Ilustrasi al-Qur„an dan - Foto Tashbih

Dalam Headline, Republika.co.id

memilih kata “Desak“ untuk menggambarkan

ketegasan, seperti yang diungkap oleh

Wartawan Republika.co.id Dadang Kurnia :

“Kalo desak sebenernya lebih teges gitu Gambar 4. 1 : Foto Pemberitaan kalo desak. Kalo cuma meminta kan banyak Republika.co.id Minggu, 9 Oktober permintaan yang tidak dikabulkan. Tapi kalo 2016 desak kan otomatis seperti sudah bener-bener harus dilakukan, gitukan. Kalo meminta kan bu saya minta ini dong atau kalo desak kan, kamu mau ga mau harus ini, gitu. Jadi penegasan.“13

12 Dadang Kurnia, “MUI desak polri tangkap Ahok karena lecehkan Alquran“. 13 Wawancara pribadi dengan Dadang Kurnia, Jakarta 4 April 2017.

49

Dari struktur retoris, Republika.co.id memasukan ilustarasi al-Qur„an dan tasbih, dengan maksud menggambarkan kasus penistaan agama. Seperti yang dikatakan Bayu Hermawan dalam wawancara :

“Kalo yang ini, ini kan masalah penistaan agama, penistaan alquran ya kayaknya lebih pas fotonya tasbih dan al Quran“14 Tabel 4. 6: Frame Republika.co.id Minggu, 9 Oktober 2016 "MUI Desak Polri Tangkap Ahok karena Lecehkan Alquran" Elemen Strategi Penulisan Siktaksis Menyusun fakta yang didapat melalui wawancara dengan ketua MUI kota serang, yang berpandangan bahwa pernyataan Ahok menistakan agama Islam dan harus diproses Hukum. Skrip Menonjolkan bagian pelecehan Ahok dipandang sebagai pelecehan dan penistaan dan bisa menyebabkan kerusuhan antar golongan. Republika.co.id menonjolkan kasus ini harus diproses hukum Tematik Republika.co.id menggunakan satu pokok pikiran, yaitu pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dinilai sebagai pelecehan mengganggu kerukunan umat beragama dan harus diproses hukum. Retoris Penggunaan kata desak pada headline sebagai gambar ketegasan dan menggunakan Foto Ilustrasi al-Qur„an dan Thasbih untuk menggambarkan kasus penistaan agama.

14 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan.

50

2. Framing Berita Hidayatullah.com

Tabel 4. 7 : Pemberitaan Hidayaullah.com Minggu, 9 Oktober 2016. Judul Hidayatullah Minta Aparat Segera Menindak Penistaan Gubernur DKI Isi berita Pernyataan Dewan Pengurus Pusat (DPP) terkait pernyataan Ahok menistakan agama harus diproses hukum. DPP mengeluarkan pernyataan terkait ucapan ini, seperti jangan memilih pemimpin non muslim sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Maidah, dan meminta masyarakat DKI Jakarta dan luar Jakarta tidak bersikap anarkis dan terpancing melakukan reaksi yang berlebihan. Sumber Mahladi, Kepala Biro Humas Dewan Pimpinan Pusat Hidayatullah

a. Struktur Siktaksis Tabel 4. 8: Struktur Siktaksis Pemberitaan Hidayatullah.com Minggu, 9 Oktober 2016 Unit yang di Strategi Penulisan Keterangan amati Headline Hidayatullah Minta Aparat Segera Headline Menindak Penistaan Gubernur DKI Lead Dewan Pengurus Pusat (DPP) Paragraf 1 Hidayatullah meminta aparat yang berwenang menindak secara hukum atas dugaan penistaan agama terkait pernyataan terbaru Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama (Ahok), yang menyinggung Surat Al Maidah: 51. Latar Pidato akhir September Gubernur Paragraf 2 dan Informasi DKI Jakarta di Kepulauan Seribu paragraf 3. yang menjadi viral di youtube karena Ahok mengatakan agar masyarakat muslim Jakarta tidak dibohongi dengan surat Al-Maidah ayat 51 . dilatarbelakangi kasus itu, Dewan Pengurus Pusat (DPP) meminta agar Ahok ditindak hukum. Kutipan “Meminta kepada aparat yang Narasumber berwenang untuk menindak secara hukum atas penistaan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia,” Pernyataan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Paragraf 1 Hidayatullah meminta aparat yang berwenang menindak secara hukum

51

atas dugaan penistaan agama terkait pernyataan terbaru Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok), yang menyinggung Al- Maidah 51 Seperti diketahui. Beberapa hari ini Paragraf 3 umat Islam Indonesia dikejutkan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok yang telah menjadi viral di youtube Dewan Pengurus Pusat (DPP) Paragraf 1 dan Hidayatullah meminta aparat yang Pargraf 4 berwenang menindak secara hukum terkait pernyataan Ahok yang menyinggung Al-Maidah 51

Menurut Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hidayatullah 1.Mengencam keras pernyataan tersebut, sebab itu adalah bentuk penistaan kepada Islam, agama yang dianut oleh sebagian besar warga DKI Jakarta. 2.Surat Al-Maidah ayat 51 dan surat-surat lain yang seperti itu adalah pedoman yang diberikan oleh Allah subhanahu wata„ala kepada kaum muslim. Sangat tidak pantas bila seorang non-muslim mencampuri ketentuan yang tercantum dalam kitab suci kaum muslim tersebut,apalagi menyebutnya bohong. 3.Menghimbau kepada warga Muslim Jakarta, serta warga Muslim di wilayah lain di indonesia agar tidak memilih pemimpin non- Muslim sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 51 dan surat-surat lain yang sejenis. 4.Meminta kepada aparat yang berwenang untuk menindak secara hukum atas penistaan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku di indonesia 5.Meminta kepada masyarakat Muslim di DKI Jakarta dan di luar DKI Jakarta agar tidak bersikap anarkis atas kejadian ini atau terpancing untuk melakukan reaksi yang berlebihan sehingga merugikan kaum muslim sendiri.

52

Penutup Lima pernyataan Dewan Pimpinan Paragraf 4 Pusat (DPP) Hidayatullah Dari analisis siktaksis, Hidayatullah.com menggunakan “Hidayatullah minta aparat segera menindak penistaan Gubernur DKI“ pada headline. Kata

“Segera“ yang digunakan, menggambarkan ketegasan dalam menindak kasus ini.

Berbeda dengan Republika.co.id, Hidayatullah.com menggunakan kata “Penistaan

Gubernur DKI“ sebagai kata ganti Ahok. Dengan menggunakan judul seperti itu, ketegasan tergambar melalui headline yang membawa pesan kepada pembaca bahwa Ahok telah melakukan penistaan al-Qur„an.

Hidayatullah.com menggunakan lead what untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Dalam lead, Hidayatullah.com menggambarkan permintaan

Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah yang meminta aparat untuk menindak

Gubernur DKI Jakarta sesuai hukum yang berlaku .

Lalu, yang menjadi latar pemberitaan Hidayatullah.com ini adalah bagaimana kejadian di Kepulauan Seribu terjadi. Hidayatullah.com memberikan pesan tentang alasan yang membuat DPP Hidayatullah.com meminta aparat Ahok agar ditindak hukum.

Untuk menguatkan fakta pernyataan wartawan pada lead,

Hidayatullah.com memasukan fakta sebagai penguat sebagai berikut :

“Meminta kepada aparat yang berwenang untuk menindak secara hukum atas penistaan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia“15

Dalam menutup berita, Hidayatulah.com mengambil fakta pernyataan DPP

Hidayatullah yang memberi pesan kepada pembaca bahwa pernyataan Ahok yang

15 Ahmad, “Hidayatullah Minta Aparat Segera Menindak Penistaan Gubernur DKI“, diakses pada 28 Maret 2017 dari https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/10/09/102323/hidayatullah-minta-aparat- segera-menindak-penistaan-gubernur-dki.html.

53

menyinggung Al-Maidah ayat 51 harus diproses hukum. Ahok sebagai non muslim dinilai tidak pantas mencampuri ketentuan yang tercantum dalam kitab suci, apalagi menyebutnya bohong. Selain itu Mahladi mengimbau agar warga muslim Indonesia tidak memilih pemimpin non-muslim dan meminta aparat untuk menindak secara hukum atas penistaan tersebut dan meminta masyarakat tidak terpancing untuk bersikap anarkis. Berikut kutipannya :

“Terkait ini, Dewan Pimpinan Pust (DPP) Hidayatullah mengeluarkan lima pernyataan : 1. Mengencam keras pernyataan tersebut, sebab itu adalah bentuk penistaan kepada Islam, agama yang dianut oleh sebagian besar warga DKI Jakarta. 2. Surat Al-Maidah ayat 51 dan surat-surat lain yang seperti itu adalah pedoman yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata„ala kepada kaum Muslim. Sangat tidak pantas bila seorang non muslim mencampuri ketentuan yang tercantum dalam kitab suci kaum Muslim tersebut, apalagi menyebutnya bohong. 3. Menghimbau kepda warga Muslim Jakarta, serta warga Muslim di wilayah lain di Indonesia agar tidak memilih pemimpin non- Muslim sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 51 dan surat-surat lain yang sejenis. 4. Meminta kepada aparat yang berwenang untuk menindak secara hukum atas penistaan tersebut sesuai dengan hukum yan berlaku di Indonesia. 5. Meminta kepada masyarakat Muslim di DKI Jakarta dan diluar DKI Jakarta agar tidak bersikap anarkis atas kejadian ini atau terpancing untuk melakukan reaksi yang berlebihan sehingga merugikan kaum Muslim sendiri.“16

16 Ahmad, “Hidayatullah Minta Aparat Segera Menindak Penistaan Gubernur DKI“.

54

b. Struktur Skrip

Tabel 4. 9: Struktur Skrip Pemberitaan Hidayatullah.com Minggu, 9 Oktober 2016 Unsur yang Temuan dalam teks Keterangan diamati unsur berita What (Apa yang terjadi) : Paragraf 1 5 W + 1 H Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah meminta aparat yang berwenang menindak secara hukum atas dugaan penistaan agama. Who (Siapa yang terlibat dalam Paragraf 1 kasus?) Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama (Ahok) Why (Kenapa Hidayatullah minta Paragraf 1 Aparat untuk menindak Gubernur DKI?) Pernyataan terbaru Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) yang menyinggung Al-Maidah 51 Where (Di mana Pernyataan itu Paragraf 3 dinyatakan?) Di kepulauan seribu, Jakarta Utara When (Kapan pernyataan Ahok itu Paragraf 3 dinyatakan?) Pada akhir september How (Bagaimana kejadian yang Paragraf 3 membuat Hidayatullah minta Aparat menindak Gubernur DKI? ) Seperti yang diketahui, beberapa hari ini umat islam dikejutkan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok yang telah menjadi viral di youtube. Dalam pidato pada akhir september di depan warga Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Ahok mengatakan agama masyarakat muslim Jakarta tidak dibohongi dengan al-Qur„an ayat 51

55

Frame terlihat dari bagaimana cara Hidayatullah.com mengisahkan fakta yang ada. Pada pemberitaan ini, fakta dikisahkan dengan awalan unsur what (apa yang terjadi). Dalam unsur what, digambarkan tentang permintaan Dewan

Pimpinan Pusat (DPP) Hidayatullah yang meminta aparat untuk menindak

Gubernur DKI Jakarta yang menyinggung Al-Maidah ayat 51. Setelah menggambarkan fakta apa yang terjadi pada paragraf pertama, Hidayatullah.com menjelaskan unsur Why (Kenapa Hidayatullah minta Aparat untuk menindak

Gubernur DKI?) untuk menjelaskan unsur what yaitu alasan DPP Hidayatullah meminta Aparat untuk menindak Gubernur karena pernyataan terbaru Gubernur

DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) yang menyinggung Al-Maidah 51. Pada paragraf tiga, Hidayatullah.com memasukkan unsur how yang mengishakan bagaimana pristiwa itu terjadi untuk memberikan pemahaman DPP Hidayatullah tidak secara tiba-tiba meminta aparat untuk menindak secara hukum penistaan agama, di dalam unsur ini juga terkandung unsur who, when dan where. Berikut kutipannya :

“Seperti yang diketahui, beberapa hari ini umat islam dikejutkan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok yang telah menjadi viral di youtube. Dalam pidato pada akhir september di depan warga Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Ahok mengatakan agama masyarakat Muslim Jakarta tidak dibohongi dengan al-Qur„an ayat 51“17 Dari kutipan di atas, unsur who adalah Gubernur DKI Jakarta Basuki

Tjahja Purnama, unsur when adalah akhir September, unsur where adalah

Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.

17 Ahmad, “Hidayatullah Minta Aparat Segera Menindak Penistaan Gubernur DKI”.

56

c. Struktur Tematik Tabel 4. 10: Struktur Tematik Hidayatullah.com

Minggu, 9 Oktober 2016 UNIT YANG STRATEGI PENULISAN KETERANGAN DI AMATI Paragraf dan Dewan pengurus Pusat (DPP) Paragraf 1 Kalimat Hidayatullah meminta aparat yang berwenang menindak secara hukum atas dugaan penistaan agama terkait pernyataan terbaru Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama (Ahok), (Persoalan Pokok) yang menyinggung surat Al Maidah :5 1 (Penjelas) Seperti diketahui, beberapa hari ini Paragraf 3 umat Islam Indonesia dikejutkan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok yang telah menjadi viral di youtube. Dalam pidato pada akhir september didepan warga kepulauan seribu, Jakarta Utara, Ahok mengatakan agar masyarakat Muslim Jakarta tidak dibohongi dengan al-Qur„an surat al- Maidah ayat 51. Proposisi dan Dewan pengurus Pusat (DPP) Hubungan Hidayatullah meminta aparat yang antar kalimat berwenang menindak secara hukum atas dugaan penistaan agama terkait pernyataan terbaru Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama (Ahok), yang menyinggung surat Al Maidah :5 1 Seperti diketahui, beberapa hari ini umat Islam Indonesia dikejutkan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok yang telah menjadi viral di youtube. Mengencam keras pernyataan tersebut, sebab itu adalah bentuk penistaan kepada Islam, agama yang dianut oleh sebagian besar warga DKI Jakarta.

57

58

Tabel 4. 12: Frame Hidayatullah.com Minggu, 9 Oktober 2016 "Hidayatullah Minta Aparat Segera Menindak Penistaan Gubernur DKI" Elemen Strategi Penulisan Siktaksis Menyusun fakta kepada pemahaman pernyataan Ahok merupakan bentuk penistaan agama yang harus diproses hukum karena Ahok yang bukan non muslim telah mencampuri ketentuan yang tercantum dalam kitab suci dan menyebutnya bohong, dan kepada warga muslim dihimbau agar tidak memilih pemimpin non-muslim. Skrip Hal yang lebih ditonjolkan dalam berita ini adalah menindak Gubernur DKI Jakarta yang menistakan agama Islam. Tematik Wartawan mengungkapkan bahwa Pernyataan Ahok termasuk ke dalam penistaan yang harus diproses hukum dan himbauan orang Islam agar tidak memilih pemimpin non muslim. Retoris Menggunakan Screen Capture Video viral pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu.

B. FRAMING REPUBLIKA.CO.ID dan HIDAYATULLAH.COM pada TANGGAL 10 OKTOBER 2016

1. Framing berita Republika.co.id Tabel 4. 13 : Pemberitaan Republika.co.id Senin, 10 Oktober 2016. Judul Ahok Minta Maaf, Ini Tanggapan Buni Yani Isi berita Tanggapan Buni Yani sebagai pengunggah dugaan pelecehan al- Qur„an terhadap permintaan maaf Ahok atas pernyataannya. Sumber Buni Yani dan Ahok

59

a. Struktur Siktaksis Tabel 4. 14: Struktur Siktaksis Pemberitaan Republika.co.id Senin, 10 Oktober 2016 UNIT YANG STRATEGI PENULISAN KETERANGAN DI AMATI Headline Ahok Minta Maaf, Ini Tanggapan Headline Buni Yani Lead Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Paragraf 1 Purnama (Ahok) meminta maaf What Lead kepada umat Islam atas pernyataannya yang dinilai melecehkan al-Qur„an surah Al- Maidah 51 yang menjadi viral di media sosial. Ahok pun meminta polemik itu untuk tidak dilanjutkan. Latar Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Paragraf 1 dan 2 Informasi Purnama (Ahok) meminta maaf kepada umat Islam atas pernyataannya yang dinilai melecehkan al-Qur„an surah Al- Maidah 51 yang menjadi viral di media sosial. Ahok pun meminta polemik itu untuk tidak dilanjutkan. Buni Yani, pengunggah video dugaan pelecehan al-Quran oleh Ahok pun menanggapi permintaan maaf tersebut. Menurut Yani meminta maaf merupakan urusan etika. Kutipan “Saya sebagai akademisi tentu saja Buni Yani, Narasumber melihat ini lebih condong ke etika. Paragraf 2 Sebenarnya kan orang bisa khilaf. Silahkan, posisi saya di sana“ “Saya jelas orang minta maaf, ya Buni Yani, terimalah“ Paragraf 3

“Saya minta maaf untuk kegaduhan Ahok, Paragraf 6 ini. Saya rasa komentar ini jangan dilanjutkan lagi karena tentu mengganggu keharmonisan hidup berbangsa dan bernegara. Tidak ada niat apapun saat itu, bahkan orang pulau seribu pun tertawa kok“

60

Pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Paragraf 1 Purnama (Ahok) meminta maaf atas pernyataannya yang dinilai melecehkan al-Qur„an Yani tidak punya kepentingan terkait Paragraf 2 video tersebut Yani tidak menghalangi jika Paragraf 4 masyarakat tetap ingin melanjutkan kasus ini ke proses hukum Penutup “Saya minta maaf untuk kegaduhan Paragraf 6 ini. Saya rasa komentar ini jangan dilanjutkan lagi karena tentu mengganggu keharmonisan hidup berbangsa dan bernegara. Tidak ada niat apapun saat itu, bahkan orang Pulau Seribu pun saat itu tertawa kok“

Dilihat dari struktur siktaksis, pada headline yang digunakan,

Republika.co.id ingin menyampaikan pesan tentang tanggapan Buni Yani selaku orang yang mengunggah video pernyataan Ahok terhadap permintaan maaf

Ahok. Seperti yang dikatakan oleh Rahmat Fajar selaku wartwan yang menulis berita :

“Tidak ada salahnya kan, meminta tanggapan dari orang yang mengunggah pertama kali video Ahok gitu. Jadi kan, gimana menurut dia ketika Ahok sudah minta maaf. ternyata dia jawabannya, ya terserah sebagai orang muslim kan eee minta maaf oke, tapi kalo secara sisi hukumnya, mau dilanjutkan terserah juga.“19

Dimulai Pada Lead berita, Republika.co.id menggunakan what lead.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, what lead adalah lead yang menggambarkan apa yang sedang terjadi. Pada lead berita ini, Republika.co.id ingin menggambarkan bahwa Ahok meminta maaf karena pernyataannya yang dinilai melecehkan al-Qur„an.

19 Wawancara pribadi dengan Rahmat Fajar. Jakarta 4 April 2017

61

Latar informasi yang digunakan oleh Republika.co.id adalah tentang tanggapan Buni yani terhadap permintaan maaf Ahok akan pernyataannya. Pada pemberitaan ini yang menjadi sumber informasi adalah Buni Yani dan Ahok.

Kutipan fakta yang dipilih oleh Republika.co.id adalah pernyataan dari Buni Yani yang memaafkan Ahok dan kutipan fakta pernyataan Ahok yang memohon maaf serta meminta polemik itu dihentikan.

Kutipan pertama diletakkan setelah fakta pendapat, untuk memperkuat kalimat disebelumnya. Seperti pada penggalan berita berikut:

“Buni Yani pengunggah video dugaan pelecehan al-Qur„an oleh Ahok pun menanggapi permintaan maaf tersebut. Menurut Yani meminta maaf merupakan urusan etika yaitu menilai antara baik dan tidak. „Saya sebagai akademisi tentu saja melihat ini lebih condong ke Etika. Sebenarnya kan orang bisa khilaf, silahkan posisi saya di sana„ Kata Yani “20

Pada kutipan kedua, Republika.co.id juga meletakkan kutipan setelah kalimat yang menyatakan bahwa Buni Yani tidak memiliki kepentingan dalam pengunggahan Video tersebut. Buni Yani mengaku hanya seorang akademisi yang tidak memiliki kepentingan politik dan secara etika, Yani menanggapi menanggapi permintaan maaf tersebut dan menerima permaafannya.

Pada kutipan ketiga, Republika.co.id ingin menguatkan fakta pernyataan pada paragraf sebelumnya bahawa apa yang dituliskan wartawan benar ada, dan tidak mengada-ada. Paragraf sebelumnya yaitu :

“Seperti dibertikan, Ahok meminta maaf kepada semua umat Islam terkait video berjudul „Ahok : Anda Dibohongi Alquran surat Al-Maidah 51„. Mantan belitung Timur itu juga meminta kasus tersebut tidak dilanjutkan lagi.“21

20 Rahmat Fajar, “Ahok Minta Maaf, Ini Tanggapan Buni Yani“, diakses pada 29 Maret dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/10/10/oetg2a384-ahok-minta-maaf- ini-tanggapan-buni-yani . 21 Rahmat Fajar, “Ahok Minta Maaf, Ini Tanggapan Buni Yani“.

62

Dalam pernyataan yang digunakan, Republika.co.id menggambarkan

Ahok telah meminta maaf atas pernyataan tersebut dan meminta polemik itu untuk dihentikan. Hal itu diletakkan pada paragraf pertama.

Pada paragraf kedua, Republika.co.id mengungkapkan kepada pembaca bahwa tidak ada kepentingan politik dibalik pengunduhan video pernyataan Ahok yang dilakukan Buni Yani.

Pada paragraf ketiga, Republika.co.id menjelaskan Buni Yani selaku pengunduh video tersebut memaafkan Ahok atas pernyataannya. Pada pernyataan itu digambarkan bahwa Buni Yani memaafkan, tetapi bukan berarti proses hukum tidak dilanjutkan lagi, hal itu tergambar dari fakta pernyatan Buni Yani yang tidak menghalangi jika masyarakat ingin melanjutkan kasus ini keproses hukum.

Republika.co.id juga menjelaskan bahwa video itu berisikan konten hukum.

Seperti berikut :

“Kendati demikian, Yani tidak menghalangi jika masyarakat tetap ingin melanjutkan kasus ini ke proses hukum. Pasalnya, Video tersebut juga berisikan konten hukum yang jika terbukti mengandung unsur SARA harus diproses hukum.“22 Pada penutup, Republika.co.id menggunakan kutipan pernyataan Ahok yang menggambarkan Ahok mengakui pernyataannya itu telah mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara dan Ahok meminta untuk tidak dilanjutkan lagi. Pada penutup ini Republika.co.id ingin menunjukan pengakuan dari Ahok bahwa dirinya salah, dan mendukung kalimat-kalimat sebelumnya bahwa meskipun sudah dimaafkan, bukan berarti persoalan selesai.

22 Rahmat Fajar, “Ahok Minta Maaf, Ini Tanggapan Buni Yani“.

63

b. Stuktur Skrip Tabel 4. 15: Struktur Skrip Pemberitaan Republika.co.id

Senin, 10 Oktober 2016

UNSUR YANG TEMUAN DALAM TEKS Keterangan DIAMATI Unsur berita What (Apa yang terjadi) : Paragraf 1 5w+1H Gubernur DKI Jakarta (Ahok) meminta maaf kepada umat Islam atas pernyataannya. Who (Siapa yang terlibat dalam Paragraf 2 kasus?) Buni Yani Why (Kenapa Ahok meminta maaf?) Paragraf 4 Seperti yang diberitakan, Ahok meminta maaf kepada semua umat Islam terkait video berjudul „Ahok : Anda dibohongi AlQuran surat Al Maidah 51„. Mantan Bupati Beliting Timur itu juga meminta kasus tersebut tidak dilanjutkan lagi. Where (Dimana Ahok meminta maaf ?) Paragraf 6 Balai Kota When (Kapan Ahok meminta maaf?) Paragraf 6 Senin , 10 Oktober 2016 How (Bagaimana tanggapan buni yani Paragraf 2 terhadap permintaan maaf Ahok? ) Buni yani pengunggah video dugaan pelecehan Alquran oleh Ahok pun menanggapi permintaan maaf tersebut. Menurut Yani meminta maaf merupakan urusan etika yaitu menilai antara baik dan tidak. “Saya sebagai akademisi tentu saja melihat ini lebih condong ke etika. Sebenarnya kan orang bisa khilaf, silahkan, posisi saya di sana“ujar Yani

Frame Republika.co.id terlihat dari bagaimana cara Republika.co.id mengisahkan fakta yang ada. Pada pemberitaan ini, Republika.co.id mengisahkan fakta dengan awalan unsur what (apa yang terjadi). Dalam unsur what, tergambar tentang permintaan maaf Gubernur DKI Jakarta soal pernyataannya yang dinilai melecehkan al-Qur„an. Setelah menggambarkan fakta apa yang terjadi pada paragraf pertama, Republika.co.id memassukan unsur how (Bagaimana

64

tanggapan Buni Yani terhadap permintaan maaf Ahok?), setelah itu

Republika.co.id memasukkan unsur why (Kenapa Ahok meminta maaf) dan sebagai penutup, Republika.co.id menggunakan unsur where dan when seperti berikut :

“Saya minta maaf untuk kegaduhan ini. Saya rasa komentar ini jangan dilanjutkan lagi karena tentu mengganggu keharmonisan hidup berbangsa dan bernegara. Tidak ada niat apapun saat itu, bahkan orang pulau seribu pun tertawa kok,“ kata Ahok di Balai Kota, Senin (10/10)23

c. Struktur Tematik Tabel 4. 16: Struktur Tematik Pemberitaan Republika.co.id Senin, 10 Oktober 2016 UNIT YANG STRATEGI PENULISAN KETERANGAN DI AMATI Paragraf dan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Paragraf 1 Kalimat Purnama (Ahok) meminta maaf kepada umat Islam atas pernyataannya yang dinilai melecehkan al-Qur„an surah Al Maidah 51 yang menjadi viral dimedia sosial (Persoalan pokok). Ahok pun meminta polemik itu untuk tidak dilanjutkan (Penjelas). Proposisi dan Kendati demikian, yani tidak Paragraf 4 Hubungan menghalangi jika masyarakat tetap antar kalimat ingin melanjutkan kasus ini ke proses hukum. Republika.co.id menggunakan jenis paragraf deduktif, yang memulai dengan persoalan pokok dan diikuti dengan kalimat penjelas. Pada detail ini

Republika.co.id membahas tentang alsan kenapa Ahok meminta maaf. Frame

Republika.co.id juga bisa dilihat dari hubungan antar kalimat. Dalam hubungan antar kalimat di atas, terlihat bagaimana Republika.co.id mengungkapkan pandangannya kedalam kalimat. Kata sambung “yang“ pada paragraf pertama

23 Rahmat Fajar, “Ahok Minta Maaf, Ini Tanggapan Buni Yani“.

65

berfungsi sebagai penjelas dari kalimat sebelumnya. Sedangkan pada paragraf 4, kata sambung “kendati demikian“ berufungsi sebagai konjungsi pembenaran yang menghubungkan dua hal dengan membenarkan satu hal sekaligus dengan menolak yang tadi.

d. Struktur Retoris Tabel 4. 17: Struktur Retoris Pemberitaan Republika.co.id Senin, 10 Oktober 2016 UNIT YANG STRATEGI PENULISAN KETERANGAN DIAMATI Gambar atau Foto akun facebook Buni - foto Yani

Dari struktur retoris,

Republika.co.id menggunakan yang

menanggapi permintaan maaf Ahok

dengan tujuan menguatkan berita yang di

tulis. Hal ini di akui oleh Redaktur

Gambar 4. 3: Foto Pemberitaan Republika.co.id : Republika.co.id Senin, 10 Oktober 2016 “Kalo foto sebenernya, kita samain aja dengan berita yang akan diangkat. Gitu aja. Misalkan, berita yang ngomong presiden Jokowi, ya kita tinggal, ummnya kita ambil foto presiden aja, presiden Jokowi, itu yang untuk menguatkan, beritanya ini, yang ngomong dia, orangnya ini loh.“24 Tabel 4. 18: Frame Republika.co.id Senin, 10 Oktober 2016

"Ahok Minta Maaf, Ini Tanggapan Buni Yani" Elemen Strategi Penulisan Siktaksis Menyusun fakta berdasarkan hasil wawancara Buni Yani dan Ahok. Yang lebih menekankan

24 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermwanan.

66

orang meminta maaf diterima, tetapi kalau ingin dilanjutkan keproses hukum silahkan, karena video itu mengandung konten hukum. Skrip Lebih menekankan kepada tanggapan Buni Yani terkait permintaan maaf Ahok. Tematik Menggunakan 2 tema, yang pertama tentang permintaan maaf Ahok dan yang kedua tentang tanggapan Buni Yani selaku pengunggah video tentang permintaan maaf itu. Retoris Menggunakan foto akun facebook Buni Yani sebagai pengunggah video pernyataan Ahok yang menajadi viral.

2. Framing berita Hidayatullah.com Tabel 4. 19 : Pemberitaan Hidayatullah.com Senin, 10 Oktober 2016.

Judul Setelah didesak Publik, Ahok mengaku minta maaf Isi berita Pengakuan Ahok terhadap ucapannya yang menimbulkan kegaduhan dan menyinggung perasaan umat Islam. Sumber Ahok, MUI, dan aa Gym

a. Struktur Siktaksis Tabel 4. 20: Struktur Siktaksis Pemberitaan Hidayatullah.com

Senin, 10 Oktober 2016 UNIT YANG STRATEGI PENULISAN KETERANGAN DI AMATI Headline Setelah didesak publik, Ahok mengaku Headline minta maaf Lead Setelah terus didesak oleh berbagai kalangan Paragraf 1 publik terkhusus umat Islam, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akhirnya mengaku meminta maaf. Hal itu terkait ucapannya yang menyinggung al-Qur‟an surat Al- Maidah ayat 51. Latar Pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu, Paragraf 4,5,6,7 Informasi ketika Ahok membahas tentang suatu program. Ahok lalu mengaitkan rencana itu dengan agenda pilkada DKI Jakarta yang menyinggung al-Qur„an surat Al-Maidah ayat 51 dan Ahok meminta maaf atas itu di Balai Kota. Kutipan “Yang pasti, saya sampaikan kepada umat Ahok

67

Narasumber Islam atau orang yang tersinggung, saya mohon maaf,” Ahok “Jadi, jangan percaya sama orang, bisa aja Ahok dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya. …Dibohongi pakai Surat Al-Maidah (ayat) 51 macem-macem itu. Itu hak bapak- ibu ya!” Ahok “Tidak ada maksud saya melecehkan al- Ahok Qur‟an. Kalian bisa lihat suasananya seperti apa,” Ahok “Orang Pulau Seribu pun tidak ada satu pun Ahok yang tersinggung, kami tertawa-tawa kok. Niatnya waktu itu hanya ingin menunjukkan, sebetulnya saya nggak mau orang yang punya tafsiran seperti itu bingung,” Ahok “Saya bukan anti-Islam,” Ahok Ahok “Sebaiknya kita ingatkan saudara Ahok Aa Gym bahwa perbuatan ini perbuatan yang sangat salah. (Ahok) dianjurkan untuk memohon maaf secara terbuka kepada umat Islam, diakui dengan jujur, dan tidak boleh mengulanginya lagi.Dan andai pun sudah meminta maaf terbuka, umat Islam adalah pemaaf,” Dai Kondang KH Abdullah Gymnastiar (aa gym) “MUI DKI juga sudah tulis surat MUI memberikan peringatan keras yang meminta saya fokus untuk kemasalahan umat. Jangan bicara tafsiran agama yang sensitif“ Ahok. Pernyataan Setelah terus didesak oleh berbagai kalangan Paragraf 1 publik terkusus umat Islam, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok akhirnya mengaku meminta maaf. Menurut pengakuannya, Ahok saat itu Paragraf 2 menyinggung surat Al-Maidah ayat 51 dengan harapan tidak ada warga yang salah menafsirkan. Namun dia akhirnya mengaku menyadari Paragraf 4 bahwa agama, menurutnya adalah urusan pribadi yang tidak boleh dibicarakan dihadapan publik secara luas. Penutup Lima point teguran MUI DKI Jakarta Dari headline yang digunakan, Hidayatullah.com menyampaikan pesan bahwa Ahok mengaku dan meminta maaf setelah didesak publik. Dari headline yang digunakan, Hidayatullah.com memberikan pemahaman kepada pembaca

68

bahwa Ahok meminta maaf setelah ada desakan dari publik. Hal tersebut terlihat dari kalimat yang digunakan, yaitu “Setelah didesak publik, Ahok mengaku minta maaf“. Jenis lead yang digunakan adalah lead what. Pada lead what dijelaskan apa yang sedang terjadi. Dalam lead, terlihat bagaimana gambaran tentang isi berita ini. Dari lead yang digunakan, Hidayatullah.com ingin menjelaskan Ahok meminta maaf dan mengakui ucapannya yang menyinggung al-Qur„an surah Al-

Maidah ayat 51 itu setelah adanya desakan dari publik. Kata “setelah“ dan

“akhirnya“ yang digunakan oleh Hidayatullah.com pada lead memberikan pengertian bahwa Ahok sebelumnya tidak mau meminta maaf, namun karena adanya desakan dari berbagai kalangan, akhirnya Ahok mengakui ucapannya tersebut dan meminta maaf.

Latar informasi yang digunakan adalah kejadian sebelumnya yang membuat Ahok meminta maaf. Pada kejadian itu, Ahok mendatangi Kepulauan

Seribu untuk membahas tentang suatu program, dan saat itu Ahok mengaitkan rencana itu dengan agenda pilkada, dituliskan Hidayatullah.com Ahok mengatakan:

“Jadi, jangan percaya sama orang, bisa aja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya... Dibohongi pakai surat Al-Maidah (ayat) 51 macem-macem itu. Itu hak bapak-ibu ya!“25

Narasumber yang digunakan oleh Hidayatullah.com ada 3 orang, yaitu

Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta yang menyinggung al-Quran, Aa Gym selaku kiai kondang, dan MUI Jakarta. Hidayatullah.com menggunakan kutipan yang menggambarkan kesalahan Ahok dan permintaan maafnya, hal itu terlihat dari

25 SKR, “Setelah didesak publik, Ahok mengaku minta maaf“, diakses pada 25 Maret 2017 dari https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/10/10/102357/setelah-didesak- publik-ahok-mengaku-minta-maaf.html .

69

bagaimana Hidayatullah.com memilih fakta dan meletakkan kutipan dalam berita.

Pada kutipan pertama, Hidayatullah meletakkan fakta kutipan yang berisi permintaan maaf Ahok. Seperti :

“Yang pasti, saya sampaikan kepada umat Islam atau orang yang tersinggung, saya mohon maaf,”26

Setelah itu, Hidayatullah mengulas kembali tentang apa yang terjadi dengan memasukkan kutipan pernyataan Ahok yang dinilai menyinggung umat

Islam. Seperti :

“Jadi, jangan percaya sama orang, bisa aja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya. …Dibohongi pakai Surat Al-Maidah (ayat) 51 macem-macem itu. Itu hak bapak-ibu ya!”27 Setelah itu, Hidayatullah memasukkan fakta yang menggambarkan bahwa

Ahok tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan umat Islam, seperti :

“Tidak ada maksud saya melecehkan al-Qur‟an. Kalian bisa lihat suasananya seperti apa,”28 “Orang Pulau Seribu pun tidak ada satu pun yang tersinggung, kami tertawa-tawa kok. Niatnya waktu itu hanya ingin menunjukkan, sebetulnya saya nggak mau orang yang punya tafsiran seperti itu bingung,” 29 “Saya bukan anti-Islam,” 30 Kutipan pernyataan terakhir, Hidayatullah.com menggunakan fakta kutipan yang berisi saran untuk Ahok atas sarannya tersebut. Hal itu diucapkan oleh Aa Gym dan MUI sebagai berikut :

“Sebaiknya kita ingatkan saudara Ahok bahwa perbuatan ini perbuatan yang sangat salah. (Ahok) dianjurkan untuk memohon maaf secara terbuka kepada umat Islam, diakui dengan jujur, dan tidak boleh mengulanginya lagi.Dan andai pun sudah meminta maaf terbuka, umat Islam adalah pemaaf,” Dai Kondang KH Abdullah Gymnastiar (aa gym)

26 SKR, “Setelah didesak publik, Ahok mengaku minta maaf“. 27 SKR, “Setelah didesak publik, Ahok mengaku minta maaf“. 28 SKR, “Setelah didesak publik, Ahok mengaku minta maaf“. 29 SKR, “Setelah didesak publik, Ahok mengaku minta maaf“. 30 SKR, “Setelah didesak publik, Ahok mengaku minta maaf“.

70

“MUI DKI juga sudah tulis surat memberikan peringatan keras yang meminta saya fokus untuk kemasalahan umat. Jangan bicara tafsiran agama yang sensitif“ Ahok. Dalam fakta pernyataan, Hidayatullah.com lebih menekankan kepada pengakuannya Ahok tentang pernyataannya. Dalam pemberitaan ini,

Hidayatullah.com menekankan bahwa Ahok salah pada penutup,

Hidayatullah.com memasukkan lima point teguran MUI DKI Jakarta yang berisi :

“Pertama, MUI menegur Ahok supaya tidak melakukan perbuatan dan menyampaikan pernyataan atau komentar yang dapat meresahkan kehidupan masyarakat DKI Jakarta umumnya, dan kaum Muslimin khususnya. Kedua, MUI minta Ahok tidak masuk ke area perbincangan yang bukan menjadi kewenangan tugas. Seperti pernyataan yang dikategorikan penghinaan dan hasutan serta penyebaran kebencian di kalangan umat Islam khususnya, dan warga DKI Jakarta umumnya Ketiga, MUI minta Ahok tidak lagi melakukan tindakan atau menyampaikan perkataan yang dianggap meremehkan umat Islam khususnya, dan warga DKI Jakarta umumnya. Selanjutnya, MUI meminta Ahok menarik perkataannya yang menganggap Musabaqoh Tilawati Qur„an (MTQ) sebagai pelecehan yang dilakukan umat Islam. Terakhir, MUI meminta Ahok fokus pada tugas utamanya untuk memajukan DKI Jakarta, dan meingkatkan kesejahteraan warganya“

71

b. Struktur Skrip

Tabel 4. 21: Struktur Skrip Pemberitaan Hidayatullah.com Senin 10 Oktober 2016 UNSUR YANG TEMUAN DALAM TEKS KETERANGAN DIAMATI Unsur berita What (Apa yang terjadi) : Paragraf 1 5w+1H Setelah terus didesak oleh berbagai kalangan publik terkhusus umat Islam, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok akhirnya mengaku meminta maaf Who (Siapa yang terlibat dalam Paragraf 1 kasus?) Gubernur DKI Jakarta, Basuku Tjahja Purnama Why (Kenapa Ahok meminta Paragraf 2 maaf?) Gubernur DKI Jakarta ini mengakui jika ucapannya menimbulkan kegaduhan dan menyinggung perasaan umat Islam. Where (Dimana Pernyataan itu Paragraf 3 dinyatakan?) Di Balai Kota When (Kapan Ahok meminta Paragraf 3 maaf?) 10 Oktober 2016 How (Bagaimana kejadian Paragraf 4, 5, 6 pernyataan Ahok sampai harus Ahok meminta maaf? ) Diberitakan Hidayatullah.com sebelumnya, pada sebuah acara di kepulauan seribu (27/09/2016) Ahok membahas tentang rencana suatu program. Ia kepada warga mengatakan “Jadi, jangan percaya sama orang, bisa aja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya... dibohongi pakai surat Al- Maidah (ayat) 51 macem-macem itu. Itu hak bapak-ibu ya!“

72

Dalam pemberitaan ini, Hidayatullah.com memulai mengisahkan fakta dengan unsur what. Setelah menjelaskan apa yang terjadi, Hidayatullah.com unsur who dan why untuk menjelaskan siapa yang terlibat dan kenapa Ahok harus meminta maaf. Setelah unsur why, Hidayatullah.com memasukkan when dan where yang menejalaskan dimana dan kapan Ahok meminta maaf. Sebagai unsur terakhir, Hidayatullah menggunakan unsur how, untuk mengulas kembali apa yang terjadi sebelumnya.

c. Struktur Tematik Tabel 4. 22: Struktur Tematik Pemberitaan Hidayatullah.com Senin, 10 Oktober 2016

UNIT YANG STRATEGI PENULISAN KETERANGAN DIAMATI Paragraf dan Setelah terus didesak oleh berbagai Paragraf 1 Kalimat kalangan publik terkhusus umat Islam, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok akhirnya mengaku meminta maaf. (Persoalan Pokok) hal itu terkait ucapannya yang menyinggung surat Al Maidah ayat 51 (Penjelas) Proposisi Setelah didesak oleh berbagai Paragraf 1 dan kalangan publik terkhusus umat Hubungan Islam, Basuki Tjahja Purnama alias antar Ahok akhirnya mengaku meminta kalimat maaf. Hal itu terkait ucapannya yang menyinggung al-Qur„an surat Al-Maidah ayat 51 Gubernur DKI Jakarta ini mengakui Paragraf 2 jika ucapannya menimbulkan kegaduhan dan menyinggung perasaan umat Islam. Ahok lalu mengaitkan rencana itu Paragraf 5 dengan agenda Pilkada DKI Jakarta 2017 dan posisi dirinya sebagai pertahana non-Muslim

73

Dalam penulisan berita, Hidayatullah.com menggunakan jenis paragraf deduktif pada pemberitaannya. Dimulai dari persoalan yang pokok dan di ikuti dengan kalimat penjelas. Hidayatullah menggunakan kohersi penjelas, yaitu

“yang“ dan “dan“. Kata itu digunakan untuk mejelaskan kata yang pertama. Kata ganti ia dan dia yang digunakan Hidayatullah.com untuk menggantikan Ahok.

Seperti : Ia kepada warga mengatakan , Namun dia akhirnya

d. Struktur Retoris Tabel 4. 23: Struktur Retoris Pemberitaan Hidayatullah.com Senin, 10 Oktober 2016 UNIT YANG STRATEGI PENULISAN KETERANGAN DIAMATI Gambar atau Print screen video - Foto pernyataan Ahok

Sama seperti pemberitaan

sebelumnya, Hidayatullah.com

menggunakan gambar yang sama. Gambar

yang dipilih adalah video pernyataan Ahok

yang dinilai menistakan agama. Gambar ini

dipilih untuk mendukung pemberitaan yang Gambar 4. 4: Foto Pemberitaan Hidayatullah.com Senin, 10 Oktober 2016 ada.

74

Tabel 4. 24: Frame Hidayatullah.com Senin, 10 Oktober 2016 "Setelah Didesak Publik, Ahok Mengaku Minta Maaf Elemen Strategi Penulisan Siktaksis Menyusun fakta pada pemahaman Ahok salah karena mencampuri urusan agama dan Ahok mengakui kesalahannya. Dengan mewawancarai Ahok, Aa Gym dan MUI Jakarta. Skrip Penekanan pada Aspek Permintaan maaf Ahok atas pernyataannya di kepulauan seribu. Tematik Hidayatullah menggunakan 3 tema dalam pemberitaan ini, yang pertama tentang permintaan maaf ahok, yang kedua tentang kejadian yang mengharuskan Ahok meminta maaf, dan yang ketiga tentang saran dari MUI dan Aa Gym untuk Ahok. Retoris Menggunakan print screen video pernyataan Ahok

C. INTERPRETASI dan PERBANDINGAN FRAME

Dalam sudut pandang konstruktivis, media dan wartawan dipandang sebagai agen konstruksi pesan. Dalam buku Bila Fenomena Jurnalisme Direfleksikan karya Ana Nadhya Abar dijelaskan secara terang-terangan tentang wartawan dan tempat mereka berkerja. Bukan hanya gambaran tentang kedua hal itu, tetapi

Nadhya Abar juga menceritakan tentang profesionalisme dan keluh kesah wartawan tetang kenyataan yang ada sebenarnya. Selama ini, wartawan dituntut untuk berkerja sesuai dengan ideologi media tempatnya berkerja.31

Republika.co.id memiliki warna media Islam Nasionalis, seperti yang dikatakan oleh Bayu Hermawan selaku Redaktur Republika.co.id melalui wawancara pribadi :

“Ketika media lain membahas soal Islam, ya mereka enggak kuat karena mereka enggak punya corak dasar agama. Sebenernya di

31 Ana Nadhya Abrar, Bila Fenomena Jurnalisme Direfleksikan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 1997), h. 89.

75

Republika.co.id kita punya, kita punya memang, karena kita Islam Nasionalis, kita mengakui bahwa diri kita Islam Nasionalis, warna kita adalah itu. Jadi dari dua sisi kita bermain, dari agama kita bermain, dari nasional kita juga bermain.“32 Lalu Hidayatullah.com memiliki warna Islam, seperti yang dikatakan oleh

Mahladi Murni selaku Pemimpin Redaksi Hidayatullah.com :

”Kami Hidayatullah sudah menyatakan diri secara terang-terangan bahwa kami adalah media Islam. Maka karena kami sudah menyatakan seperti itu, sebagaimana ormas kami juga ormas Islam. Maka, sudut pandang Islam adalah sudut pandang kami atau sebaliknya, sudut pandang kami adalah sudut pandang Islam. Bagaimana Islam berpendapat tentang sesuatu, itulah kami berpendapat tentang sesuatu.”33

Dalam pemberitaan Republika.co.id pada tanggal 9 dan 10 Oktober 2016,

Republika.co.id lebih menekankan kepada Ahok harus diproses hukum, karena pernyataannya tersebut dinilai sebagai pelecehan dan penistaan agama Islam.

Seperti yang terlihat dari wawancara pribadi dengan Redaktur Republika.co.id,

Bayu Hermawan :

“Pada dasarnya ini tuh bukan kasus Ahok sebetulnya, ee untuk kasus penistaan agama itu bukan kasus baru di Indonesia, gituyah. Banyak, banyak orang yang pernah terjerat untuk kasus itu. Karena pasti ada beberapa, salah satunya adalah Avenzo, yakan. Avenzo pernah terjerat kasus itu, ada beberapa, banyak lah, nanti silahkan dilihat, dicari. Semuanya berproses hukum. Nah, kemudian kenapa untuk Ahok sendiri, itu terkesan tidak tegas, gitu. Kenapa, kenapa harus gitu, mereka kan sama aja. Mereka sama aja, ini penistaan agama, ada kasus penistaan agama yang harus diproses.“34

Meskipun Republika.co.id dan Hidayatullah.com sama-sama memiliki corak agama, kedua media bercorak Islam ini memiliki perbedaan. Jika Republika.co.id memiliki pandangan hanya sebatas pada ada kasus penistaan agama yang harus diproses hukum, Hidayatullah.com lebih tegas dalam menekankan bahwa Ahok

32 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan 33 Wawancara pribadi dengan Mahladi Murni 34 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan.

76

telah melecehkan al-Qur„an dan menjadikan perkataan ulama, al-Qur„an dan hadist sebagai cara Hidayatullah.com memandang suatu permasalahan, seperti yang dikatakan oleh Mahladi Murni selaku Pemimpin Redaksi:

“Maka, sudut pandang Islam adalah sudut pandang kami atau sebaliknya, sudut pandang kami adalah sudut pandang Islam. Bagaimana Islam berpendapat tentang sesuatu, itulah kami berpendapat tentang sesuatu.”35 Eriyanto menjelaskan, media tidak bisa lepas dari pengaruh ideologi, politik, sosial, budaya, dan agama. Bagaimana realitas disajikan oleh media, bagaimana peristiwa dimaknai oleh media, dapat terlihat melalui analisis framing.

Dalam analisis framing, pada bab dua, telah dijelaskan tentang dua aspek dalam framing pemberitaan. Sebelum sebuah fakta dituliskan dan dijadikan sebuah berita, seorang wartawan harus memandang pristiwa yang akan diliput saat itu, setiap wartawan memiliki sudut pandang yang berbeda-beda, setiap media memiliki ideologi dan juga target pebaca yang berbeda pula, yang artinya setiap prespektif wartawan itu tentu saja akan mempengaruhi bagaimana fakta dipilih.

Berita yang dihasilkan atau realitas yang dihasilkan sudah dikonstruk ketika wartawan mewawancarai narasumber dan juga menyusun sebuah pertanyaannya yang bisa mempengaruhi bagaimana narasumber itu menjawab sebuah pertanyaan yang sudah di ajukan. Graeme Burton menuliskan, bahwa :

“Michael Schudson (1996) membela pandangan sosiologis tersebut dengan mengatakan „kita tidak mengatakan bahwa para wartawan memalsukan berita, kita mengatakan bahwa para wartawan membuat berita“36 Wartawan telah memilih, fakta mana yang ditonjolkan dan fakta mana yang dikaburkan, pertanyaan mana yang harus diajukan dan pertanyaan mana yang

35 Wawancara pribadi dengan Mahladi Murni. 36 Graeme Burton, Media dan Budaya populer, (Yogyakarta: Jalasutra 2012), h.109.

77

harus disimpan. Dari kedua pemberitaan media, melalui analisis framing model

Zhongdang Pan dan Kosicki, terlihat bagaimana kedua media ini membingkai pemberitaannya sesuai dengan sudut pandang masing-masing dan terlihat pembuktian dari teori konstruksi sosial bahwa realitas tersebut bersifat subjektif, sesuai dengan bagaimana media tersebut memandang realitas yang dipengaruhi oleh ideologi dan nilai-nilai yang dianut, bukan realitas apa adanya.

Framing media ditandai dengan penonjolan aspek tertentu dan pengaburan aspek yang lain. Hal itu dibuktikan dari Frame pemberitaan pada pemberitaan

Minggu, 09 Oktober 2016. Dilihat dari struktur siktaksis dan skrip, frame

Republika.co.id lebih memfokuskan pernyataan Ahok merupakan kasus penistaan agama dan harus diproses hukum, sedangkan Hidayatullah.com terlihat lebih tegas terhadap kasus tersebut. Hidayatullah.com tidak sebatas meminta Ahok agar diproses hukum, tetapi juga menghimbau kepada masyarakat untuk mengikuti dan patuh pada al-Quran. Hal itu terlihat dari bagaimana dalam beritanya

Hidayatullah.com memasukkan fakta kutipan yang berisi larangan umat muslim untuk memilih pemimpin non muslim sebagaimana yang telah disebutkan dalam surah Al-Maidah ayat 51 dan surah yang sejenis. Selain itu, Hidayatullah.com juga menjelaskan orang non muslim tidak pantas mencampuri ketentuan tersebut.

Seperti berikut :

“Surat Al-Maidah ayat 51 dan surat-surat lain yang seperti itu adalah pedoman yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta„ala kepada kaum Muslim. Sangat tidak pantas bila seorang non muslim mencampuri ketentuan yang tercantum dalam kitab suci kaum Muslim tersebut, apalagi menyebutnya bohong.“37 Melalui struktur siktaksis, kedua media ini mengkonstruk pemberitaan sesuai dengan pandangannya masing-masing. Hidayatullah sebagai media yang

37 Ahmad, “Hidayatullah Minta Aparat Segera Menindak Penistaan Gubernur DKI“, diakses pada 28 Maret 2017 dari

78

beridiologi Islam, berani menonjolkan fakta tentang isi surah Al-Maidah ayat 51.

Sedangkan Republika.co.id yang memiliki warna Islam Nasionalis memilih untuk tidak begitu tegas terhadap kasus ini, yang ditekankan adalah hanya sebatas pada ada kasus penistaan agama yang harus diproses hukum tanpa membahas lebih tentang larangan memilih pemimpin non muslim.

Dari struktur tematik, Republika.co.id mempunyai tiga pokok pikiran, yang pertama pernyataan Ahok dinilai sebagai pelecehan, yang kedua pernyataan Ahok mengganggu kerukunan agama dan yang ketiga pernyataan Ahok harus diproses hukum. Pokok pikiran yang digunakan Republika.co.id dan Hidayatullah.com hampir sama. Sebagai media yang memiliki corak agama, kedua media ini sama- sama mempunyai pokok pikiran bahwa pernyataan Ahok dinilai sebagai pelecehan agama dan harus diproses hukum yang membedakan dari pokok pikiran kedua media ini adalah, Republika.co.id lebih menekankan kepada hal tersebut mengganggu kerukunan umat beragama, sedangkan Hidayatullah.com lebih kepada jangan memilih pemimpin non muslim sebagaimana disebutkan dalam al-

Qur„an. Hal tersebut terjadi karena meskipun Republika.co.id dan

Hidayatullah.com merupakan media yang memiliki corak agama, tetapi mereka memiliki pandangan yang berbeda. Republika.co.id lebih kepada pandangan Islam

Nasionalis dan Hidayatullah.com memiliki pandangan Islam.

Dalam struktur Retoris, Republika.co.id dan Hidayatullah.com sama-sama menggunakan gambar yang menjelaskan peristiwa tersebut. Meskipun kedua media ini sama-sama memilih gambar yang mewakili pemberitaan ini, gambar pilihan Republika.co.id terlihat lebih kalem dibandingkan dengan

Hidayatullah.com. Hidayatullah.com menggunakan gambar pernyataan Ahok di

Kepulauan Seribu yang dijeda pada menit di mana pernyataan itu dimulai.

79

Perbandingan frame ini bisa lebih terlihat dengan jelas melalui tabel perbandingan, berikut tabel perbandingannya.

Tabel 4. 25: Perbandingan Frame Pemberitaan Republika.co.id dan Hidayatullah.com Minggu, 9 Oktober 2016 ELEMEN REPUBLIKA.CO.ID HIDAYATULLAH.COM Siktaksis Menyusun fakta yang didapat Menyusun fakta kepada melalui wawancara dengan pemahaman pernyataan Ahok ketua MUI kota serang, yang merupakan bentuk penistaan berpandangan bahwa agama yang harus diproses pernyataan Ahok menistakan hukum karena Ahok yang bukan agama Islam dan harus non muslim telah mencampuri diproses hukum. ketentuan yang tercantum dalam kitab suci dan menyebutnya bohong, dan kepada warga muslim dihimbau agar tidak memilih pemimpin non-muslim. Skrip Hal yang lebih ditonjolkan Hal yang lebih ditonjolkan dalam berita ini adalah dalam berita ini adalah menindak Gubernur DKI menindak Gubernur DKI Jakarta Jakarta yang menistakan yang menistakan agama Islam agama Islam. dan surat Al-Maidah ayat 51 dan surat lain yang seperti itu adalah pedoman umat Islam dan masyarakat musim mengikuti pedoman tersebut. Tematik Republika.co.id menggunakan Wartawan mengungkapkan satu pokok pikiran, yaitu bahwa Pernyataan Ahok pernyataan Gubernur DKI termasuk kedalam penistaan Jakarta Basuki Tjahja Purnama yang harus diproses hukum dan (Ahok) dinilai sebagai himbauan orang Islam agar tidak pelecehan mengganggu memilih pemimpin non-muslim.

80

kerukunan umat beragama dan harus diproses hukum. Retoris Menggunakan foto ilustrasi al- Menggunakan print screen Qur„an dan thasbih untuk Video viral pernyataan Ahok di menggambarkan kasus Kepulauan Seribu. penistaan agama.

Pandangan Republika.co.id dan Hidayatullah.com juga terlihat pada pemberitaan Senin, 10 Oktober 2016. Dalam sturuktur siktaksis, Republika.co.id hanya berfokus pada tanggapan Buni Yani terhadap permintaan maaf Ahok, dalam tanggapannya itu Buni Yani memaafkan Ahok atas pernyataannya, namun

Buni Yani tidak menghalangi apabila masyarakat ingin tetap melanjutkannya ke jalur hukum, karena dalam pernyataan Ahok tersebut terdapat konten hukum.

Berbeda dengan Republika.co.id, Hidayatullah.com lebih mengarahkan ke arah

Ahok meminta maaf karena adanya desakan dari publik, dalam pemberitaan

Hidayatullah.com Ahok lebih terlihat salah dibandingkan Republika.co.id. Hal itu terlihat dari fakta yang dipilih dalam pemberitaan. Republika.co.id memilih fakta yang mengarahkan kepada Ahok dimaafkan, tetapi tidak menghalangi orang yang ingin memprosesnya ke arah hukum, secara halus, Republika.co.id memasukkan pandangannya, yaitu Ahok harus diproses hukum. sedangkan Hidayatullah.com lebih kepada membentuk kesan Ahok meminta maaf karena ada desakan dari berbagai pihak, bukan atas dorongan dirinya hal itu terlihat dari kata “Setelah“ yang digunakan dan Ahok diminta agar tidak meremehkan ulama.

Struktur skrip, Republika.co.id menceritakan fakta ke arah tanggapan Buni

Yani tentang pernyataan Ahok yang sudah dimaafkan dan tidak menghalangi apabila kasus tersebut ingin diproses hukum. Hidayatullah.com menceritakan

81

fakta lebih ke arah kejadian pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu yang membuat

Ahok meminta maaf setelah didesak oleh publik, dan Ahok diminta untuk tidak meremehkan ulama.

Dalam struktur tematik, Republika.co.id hanya menggunakan dua tema, yaitu permintaan maaf Ahok dan tanggapan dari Buni Yani yang mengunggah video pernyataan Ahok. Sedangkan Hidayatullah.com tiga tema, yaitu permintaan maaf Ahok, kejadian yang menyebabkan Ahok meminta maaf, dan saran dari kiai kondang dan MUI untuk Ahok.

Pada struktur retoris, Republika.co.id menggunakan foto akun Buni Yani.

Sedangkan Hidayatullah.com masih tetap konsisten menggunakan print screen video pernyataan Ahok di kepulauan seribu. Berikut tabel perbandingannya :

Tabel 4. 26: Perbandingan Frame Pemberitaan Republika.co.id dan Hidayatullah.com Senin, 10 Oktober 2016 ELEMEN REPUBLIKA.CO.ID HIDAYATULLAH.COM Siktaksis Menyusun fakta Dengan mewawancarai berdasarkan hasil Ahok, Aa Gym dan MUI wawancara Buni Yani Jakarta. Hidayatullah.com dan Ahok yang lebih menyusun fakta pada menekankan orang pemahaman Ahok salah meminta maaf diterima, karena mencampuri urusan tetapi kalau ingin agama dan Ahok mengakui dilanjutkan keproses kesalahannya dan diminta hukum silahkan, karena tidak meremehkan umat video itu mengandung Islam atau ulama. konten hukum. Skrip Lebih menekankan Penekanan pada aspek kepada tanggapan Buni permintaan maaf Ahok Yani terkait permintaan atas pernyataannya di maaf Ahok Kepulauan Seribu. Tematik Menggunakan 2 tema, Hidayatullah yang pertama tentang menggunakan 3 tema permintaan maaf Ahok dalam pemberitaan ini,

82

yang kedua tentang yang pertama tentang tanggapan Buni Yani permintaan maaf ahok, selaku pengunggah yang kedua tentang video tentang kejadian yang permintaan maaf itu. mengharuskan Ahok meminta maaf, dan yang ketiga tentang saran dari MUI dan Aa Gym untuk Ahok. Retoris Menggunakan foto akun Menggunakan print screen facebook Buni Yani video pernyataan Ahok sebagai pengunggah video pernyataan Ahok yang menajadi viral

Dari perbandingan frame di atas, terlihat bagaimana bukti dari sifat realitas yang dikatakan oleh Berger yang dikutip dari buku Analisis framing Eriyanto sebagai berikut :

Pertama, realitas bersifat ganda atau lebih dari satu. Berger beranggapan bahwa realitas dipengaruhi oleh latar belakang dan nilai-nilai. Hal ini dibuktikan oleh pemberitaan Republika.co.id dan Hidayatullah.com. Pada pemberitaannya, Republika.co.id memiliki warna Islam Nasionalis, dan

Hidayatullah.com memiliki warna Islam. Perbedaan latar belakang tersebut membuat perbedaan dalam pemberitaan yang disajikan. Tidak heran, kalau

Republika.co.id terlihat lebih tenang dalam memberitakan kasus ini, hal ini terjadi karena warna dari Republika.co.id adalah Islam Nasionalis, yang dalam wawancara pribadi, Bayu Hermawan selaku Redaktur mengatakan:

“Warna kita adalah Islam nasionalis, kita enggak Islam banget kok. Bukan dalam arti kata kita harus fanatik, enggak lah. Kalau fanatik mah

83

kita udah ga berdamai dengan demokrasilah ga berdamai dengan pancasila, engga. Tapi kita Islam nasional, kita Islam, ya tetep.“38 Sedangkan Hidayatullah.com sesuai dengan warnanya yaitu Islam berani lebih tegas dalam menginformasikan kandungan dalam surah Al-Maidah ayat 51 dalam pemberitaannya, hal itu didasari oleh pandangan Hidayatullah.com yang mengikuti al-Qur„an dan Hadis.

“ Maka, sudut pandang Islam adalah sudut pandang kami atau sebaliknya, sudut pandang kami adalah sudut pandang Islam. Bagaimana Islam berpendapat tentang sesuatu, itulah kami berpendapat tentang sesuatu.“39

Kedua, realitas bersifat dinamis, atau mudah disesuaikan. Realitas yang ada bisa dipilih dan disesuaikan dengan pandangan media ataupun warna media.

Melalui pemilihan fakta, pemilihan kata, pemilihan narasumber, realitas bisa dibangun ke arah tertentu.

Konstruksi di Republika.co.id terjadi pada saat rapat redaksi, dimana saat rapat redaksi dilaksanakan, Republika.co.id menentukan isu apa yang akan di mainkan.

“Termasuk salah satunya itu, kemudian juga nanti kita berpikir ke depan kita mau seperti apa nih, apa ranah kita, mau main ke mana, langkah kita berikutnya apa, mau main ke arah mana, kita mau mengembangkan berita ini kemana. Kira-kira inti maslah kasus ini apa sebenernya, kita akan membahas ini, di rapat redaksi ini.“40 Selain itu, Konstruksi juga terjadi pada saat editing berita

“ Ya semua sih sebenernya, dibaca dulu, apakah sesuai dengan budgeting isu yang kita mainkan hari ini, apakah itu sudah sesuai, atau belum, jadi bukan sekedar salah ketik huruf, tapi, isinya sesuai gak sih dengan apa yang lagi kita running hari ini, apakah sesuai dengan hasil rapat redaksi.“41

38 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan 39 Wawancara pribadi dengan Mahladi Murni 40 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan. 41 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan.

84

Artinya, pemberitaan yang diterbitkan harus sesuai dengan hasil rapat redaksi yang sudah disepakati. Konstruksi sosial di Hidayatullah.com terjadi pada saat editing. Seperti yang dijelaskan:

“Nah setelah itu reporter mendapatkan berita kemudian menyetorkan kepada redaktur. Dilihat redaktur kemudian diedit berita itu. Diedit, disesuaikan tata bahasanya, disesuaikan dengan sudut pandangnya, yang saya bilang tadi, sudut pandang Islami, diperkaya lagi jika belum diperkaya, baru dipublish“42 Dari proses di atas itulah, fakta disesuaikan sesuai dengan pandangan masing-masing media.

Ketiga, terjadi proses dialetika didalamnya. Berikut tahapannya :

a. Proses pertama, eksternalisasi. Ketika wartawan Republika.co.id

dan Hidayatullah.com hadir kelapangan untuk peliputan

b. Proses kedua, objektivasi. Ketika wartawan Republika.co.id dan

Hidayatullah.com melihat fakta apa adanya dan belum terpengaruh

oleh apa-apa

c. Proses Ketiga, internalisasi. Ketika wartawan Republika.co.id

dan Hidayatullah.com memilih fakta yang ada sesuai dengan

pandangannya.

42 Wawancara pribadi dengan Mahladi Murni.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN Melalui pengamatan sturuktur siktaksis, skrip, tematik dan retoris pada pemberitaan pernyataan Ahok tanggal 9 Oktober 2016 dan 10 Oktober 2016 oleh

Republika.co.id dan Hidayatullah.com peneliti menemukan:

1. Republika.co.id memiliki ideologi Islam Nasionalis dan

Hidayatullah.com memiliki ideologi Islam, secara umum kedua media ini

sama-sama memberitakan kasus pernyataan Ahok dengan frame Ahok

menistakan agama Islam dan harus diproses hukum atau dalam kata lain,

ada kasus penistaan agama yang harus diproses secara hukum.

2. Perbedaan framing ditemukan pada Republika.co.id dan

Hidayatullah.com, meskipun kedua media sama-sama memiliki kanal

khusus pembaca muslim dan secara umum memberitakan ada kasus

penistaan agama yang harus diproses, perbedaan ditemukan pada struktur

tematik dan retoris. Berikut penjelasannya:

a. Dari struktur tematik, Republika.co.id hanya berfokus pada Ahok

harus diproses hukum, tanpa harus membahas lebih lanjut tentang

larangan memilih pemimpin non muslim di dalam surah Al-

Maidah ayat 51. Hidayatatullah.com, selain membahas tentang

Ahok harus diproses hukum, Hidayatullah.com juga membahas

tentang larangan memilih pemimpin non muslim dalam surah Al-

Maidah ayat 51 melalui fakta yang disajikan.

85 86

b. Dari struktur retoris, Republika.co.id menggunakan ilustrasi al-

Qur„an dan tashbih sebagai gambar yang melambangkan agama

dan akun facebook Buni Yani sebagai narasumber pada berita

tanggal 10, sedangkan Hidayatullah.com konsisten menggunakan

print screen vidio pernyataan Ahok dalam pemberitaannya.

Melalui dua struktur tersebut, bisa dilihat bahwa Republika.co.id terlihat lebih tenang dalam pemberitaannya. Republika.co.id yang memiliki ideologi

Islam Nasionalis yang tidak terlalu Islam dan masih berdamai dengan demokrasi serta pancasila memilih menekan hanya pada proses hukum tanpa membahas larangan memilih pemimpin non muslim seperti dalam QS. Al-Maidah ayat 51.

Sedangkan Hidayatullah.com lebih tegas dan berani dalam memberitakan kasus pernyataan Ahok. Hidayatullah.com yang memiliki ideologi Islam, yang menjadikan al-Quran, sunah dan perkataan ulama sebagai sudut pandang, lebih berani dalam menyajikan fakta larangan memilih pemimpin non muslim seperti dalam surat Al-Maidah ayat 51, terdapatnya fakta tentang Al-Maidah ayat 51 tersebut membuat Hidayatullah.com terlihat tegas dan berani dalam memberitakan kasus pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu.

Melalui dua poin di atas, bisa kita ketahui dan simpulkan, bahwa realitas yang kita lihat adalah bukan realitas yang sebenarnya, melainkan hasil konstruksi media. Bagaimana sebuah peristiwa dipahami dan diberitakan oleh media, fakta mana yang dipilih, ditonjolkan, dikaburkan, bahkan dihilangkan. Hal tersebut mendukung pemikiran Peter L Berger dalam teori konstruksi sosial, yang dalam pandangannya Berger berpendapat bahwa realitas adalah hasil konstruksi. Pada

87

kenyataannya, media tidak bisa lepas dari ideologi dan nilai-nilai yang dianut. Hal itu dapat dilihat melalui analisis framing media.

B. SARAN

1. Untuk seluruh media, khususnya Republika.co.id dan

Hidayatullah.com diharapkan bisa menjadi lebih baik lagi

kedepannya dan menyajikan berita sesuai dengan fakta yang ada

tanpa menonjolkan atau mengaburkan fakta tertentu kearah

pandangan tertentu.

2. Pembaca berita online ataupun surat kabar, diharapkan bisa lebih

kritis dalam membaca berita. Selain itu, pembaca diharapkan dapat

memahami makna yang ada dalam sebuah pemberitaan. Hal itu

dapat dilihat dari struktur siktaksis, skrip, tematik, dan retoris

seperti yang telah dijabarkan penjelasannya pada bab dua. Pembaca

juga diharapkan tidak hanya terpaku pada satu media. Ada baiknya,

pembaca juga melihat pemberitaan dari media lainnya, agar

pembaca bisa melihat sudut pandang yang lain dan memperkaya

informasi terkait berita tersebut.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian

ini menggunakan model analisis framing yang lainnya, seperti

model Murray Edelman, William A.Gamson atau Robert N.

Entman. Model Murray Edelman dan William A.Gamson sangat

disarankan, khususnya untuk mahasiswi Universitas Islam Negeri

88

Jakarta, mengingat penelitian analisis framing menggunakan model

Robert N. Entman dan Zhondang Pan Kosicki sudah banyak digunakan di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku Abrar, Ana Nadhya. Bila Fenomena Jurnalisme Direfleksikan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 1997. Al Qurthubi, Imam. Tafsir Al Qurthubi. Penerjemah Khotib, Ahmad. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008. Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syari'ah, Manhaj, Jilid 3, (an- Nissa'-al-Maa'idah) Juz 5 &6 . Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani, 2016. Bugin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L Berger & Thomas Luckman. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2008. Barus, Sedia Willing. Jurnalistik: Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta : Penerbit Erlangga 2010. Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gintanyali, 2004.

Burton, Graeme. Media dan Budaya popular. Yogyakarta: Jalasutra,2012. Dan K. Davis, Dennis dan J.Baran Stanley. Teori dasar komunikasi pergolakan dan masa depan massa. Jakarta : Salemba Humanika 2010. HM, Zaenuddin . THE JOURNALIST: bacaan wajib wartawan, redaktur, editor dan mahasiswa jurnalistik. Bandung : Simbiosa rekatama media 2011. Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS, 2008. Muhammad Nasib ar-Rifa‟I, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR, Jilid 2 (Surah Al-Maidah – an Nahl). Penerjemah Syihabudin. Jakarta: Gemana Insani Press, 1999. Suryawati, Indah. Jusnalistik Suatu pengantar: Teori dan Praktik. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2011. Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Shihab, M.Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an vol. 3 Surah Al-Maidah. Jakarta: Lentera Hati, 2002. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Penerbit Kalam Indonesia 2005.

89 90

Universitas Islam Negeri Jakarta, Program Akademik Program Strata 1 2013/2014. Jakarta: UIN, 2013. Zen, Fathurin. NU POLITIK : Analisis Wacana Media. Yogyakarta : LKiS, Cet I 2004.

Sumber Internet Ahmad, Saidiman“Bisnis Ahok di Kepulauan seribu“ berita diakses pada 13 April 2017 dari http://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/18/12405661/bisnis.ahok.di.k epulauan.seribu

Ahmad, “Hidayatullah Minta Aparat Segera Menindak Penistaan Gubernur DKI“, diakses pada 28 Maret 2017 dari https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/10/09/102323/hida yatullah-minta-aparat-segera-menindak-penistaan-gubernur-dki.html Arjawinangun, Komaruddin Bagja. “Buni Yani: Pengunggah Pertama Video Ahok Website Pemprov DKI”, berita diakses pada 15 April 2017 dari https://metro.sindonews.com/read/1153383/170/buni-yani-pengunggah- pertama-video-ahok-website-pemprov-dki-1478507918 “Aksi Bela Islam”, artikel diakses pada 13 April 2017 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Aksi_Bela_Islam . Batubara, Herianto “Ini Video utuh Ahok pidato singgung surat al-maidah ayat 51 yang jadi 90olemic”, berita diakses pada 13 April 2017 dari https://news.detik.com/berita/3315258/ini-video-utuh-ahok-pidato- singgung-surat-al-maidah-51-yang-jadi-polemik

------“ MUI Berharap Ahok Minta Maaf Soal Ucapan Terkait Surat Al Maidah 51“, berita diakses pada 13 April 2017 dari http://news.detik.com/berita/3315323/mui-berharap-ahok-minta-maaf-soal- ucapan-terkait-surat-al-maidah-51

Destrianita, “Dianggap Lecehkan Ayat Al-Quran, Ahok Dituntut Minta Maaf“, Berita diakses pada 13 April 2017 dari https://m.tempo.co/read/news/2016/10/09/078810788/dianggap-lecehkan- ayat-al-quran-ahok-dituntut-minta-maaf Ecip, S Sinansari“Mengapa Ahok pergi ke kepulauan seribu?“ artikel diakses pada 13 April 2017 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/16/11/12/ogizw730- mengapa-ahok-pergi-ke-kepulauan-seribu

Fajar,Rahmat. “Ahok Minta Maaf, Ini Tanggapan Buni Yani“,

91

Berita diakses pada 29 Maret dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/10/10/oetg2a384- ahok-minta-maaf-ini-tanggapan-buni-yani Ferdiansyah, Benardy. “Menurut pengacaranya, Buni Yani hanya ingin ajak diskusi netizen“, berita diakses pada 15 April 2017 dari http://www.antaranews.com/berita/595459/menurut-pengacaranya-buni- yani-hanya-ingin-ajak-diskusi-netizen Itah, Israr” „Insiden‟ Kepulauan Seribu, Bukti Ahok Wajib Cuti Kampanye “ diakses pada 16 Oktober pukul 21:20 WIB, dari http://www.republika.co.id/berita/kolom/fokus/16/10/11/oeryfx282-insiden- kepulauan-seribu-bukti-ahok-wajib-cuti-kampanye Ikbal, “Ahok minta maaf kepada umat islam soal surat al maidah“ , berita di akses pada 13 April 2017 dari http://poskotanews.com/2016/10/10/ahok-minta-maaf-kepada-umat-islam- soal-surat-al-maidah/ Kurnia, Dadang. “MUI Desak Polri Tangkap Ahok karena Lecehkan Alquran“. Berita diakses pada 26 Maret 2017 dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/16/10/09/oercfz282- mui-desak-polri-tangkap-ahok-karena-lecehkan-alquran Kurnia,Novi. “Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Media Baru : Implikasi terhadap teori komunikasi”, Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005. Hal 292 E-Journal di akses pada 14 january dari http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/viewFile/1197/751 “Peter L berger“ dan “Thomas Luckman“ di akses pada 14 Januari 2017 pukul 15:23 dari Wikipedia Profile Company, http://www.republika.co.id/page/about

Profile Company, https://www.hidayatullah.com/tentang-kami/ Prasetia, Andhika. “Polri soal transkrip video postingan Buni Yani : Kata „pakai„ ditinggalkan“, berita diakses pada 13 April 2017 dari http://news.detik.com/berita/d-3339565/polri-soal-transkrip-video- postingan-buni-yani-kata-pakai-ditinggalkan SKR, “Setelah didesak publik, Ahok mengaku minta maaf“, Berita diakses pada 25 Maret 2017 dari https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/10/10/102357/setel ah-didesak-publik-ahok-mengaku-minta-maaf.html TV, Kompas “Kronologi Kasus Dugaan Penistaan Agama oleh Ahok“, video diakses pada 13 April 2017 dari https://www.youtube.com/watch?v=meaq-suNsR8

92

“Ulama“ diakses pada 26 Maret 2017 dari http://kbbi.web.id/ulama

Sumber Wawancara Wawancara Pribadi dengan Pemimpin Redaksi Hidayatullah.com, Mahladi Murni. Wawancara Pribadi dengan Redaktur Republika.co.id, Bayu Hermawan. Wawancara Pribadi dengan Wartawan Pemberitaan Minggu, 9 Oktober 2016 Republika.co.id, Dadang Kurnia. Wawancara Pribadi dengan Wartawan Pemberitaan Senin, 10 Oktober 2016 Republika.co.id, Rahmat Fajar.

LAMPIRAN

93 94

95

96

97

98

MUI Desak Polri Tangkap Ahok karena Lecehkan Alquran Rep: Dadang Kurnia/ Red: Karta Raharja Ucu

Alquran dan Dzikir (ILustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Kota Serang, Mahmudi memandang, pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) soal Surat Al-Maidah ayat 51 sebagai pelecehan dan penistaan terhadap Agama Islam. Tak hanya itu, pernyataan tersebut juga bisa mengganggu kerukunan umat beragama dan memicu kerusuhan antargolongan (SARA).

"Pernyataan sudara Basuki Tjahja Purnama alias Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta tentang Alquran Surat Al Maidah ayat 51, adalah dipandang sebagai pelecehan dan penistaan terhadap agama Islam, mengganggu kerukunan umat beragama, memicu kerusuhan antargolongan," kata Mahmudi dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (9/10).

Maka dari itu, Mahmudi meminta agar Kapolri segera menangkap Ahok dan memprosesnya sesuai hukum yang berlaku. Mahmudi juga meminta MUI Pusat melalui MUI Provinsi Banten untuk segera mengambil langkah langkah strategis untuk mendesak Kapolri dan Presiden Joko Widodo menangkap Ahok.

Tak hanya itu, Mahmudi juga menghimbau agar para pendukung Ahok segera sadar dan bertaubat. Dia juga meminta para pendukung Ahok segera meminta maaf kepada suluruh umat Islam Indonesia. "Mengimbau para pendukung Ahok agar segera sadar dan bertaubat serta meminta maaf kepada suluruh umat Islam Indonesia," ucap Mahmudi.

Meski begitu, Mahmudi berharap masyarakat tidak terprovokasi dan menyerahkan sepenuhnya nasalah tersebut kepada aparat keamanan. Mahmudi juga menyatakan, Ahok haram menginjakkan kakinya diwilayah hukum Kota Serang Provinsi Banten.

99

Senin , 10 Oktober 2016, 12:18 WIB Ahok Minta Maaf, Ini Tanggapan Buni Yani Rep: Rahmat Fajar/ Red: Andi Nur Aminah

Akun Facebook Buni Yani, pengunggah video dugaan pelecehan Alquran oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) meminta maaf kepada umat Islam atas pernyataannya yang dinila melecehkan Alquran surah Al Maidah 51 yang menjadi viral di media sosial. Ahok pun meminta polemik itu untuk tidak dilanjutkan.

Buni Yani, pengunggah video dugaan pelecehan Alquran oleh Ahok pun menanggapi permintaan maaf tersebut. Menurut Yani meminta maaf merupakan urusan etika yaitu menilai antara baik dan tidak. “Saya sebagai akademisi tentu saja melihat ini lebih condong ke etika. Sebenarnya kan orang bisa khilaf. Silakan, posisi saya di sana,” ujar Yani saat dihubungi Republika.co.id, Senin (10/10).

Yani menegaskan tidak punya kepentingan terkait video tersebut. Secara etika, Yani menerima permintaan maaf Ahok atas pernyataannya sendiri. Yani mengaku hanya seorang akademisi yang tidak memiliki kepentingan politik. “Saya jelas orang minta maaf, ya terimalah,” kata Yani.

Kendati demikian, Yani tidak menghalangi jika masyarakat tetap ingin melanjutkan kasus ini ke proses hukum. Pasalnya, video tersebut juga berisikan konten hukum yang jika terbukti mengandung unsur SARA harus diproses hukum.

Seperti diberitakan, Ahok meminta maaf kepada semua umat Islam terkait video berjudul „Ahok: Anda Dibohongi Alquuran Surat Al Maidah 51‟. Mantan Bupati Belitung Timur itu juga meminta kasus tersebut tidak dilanjutkan lagi.

“Saya minta maaf untuk kegaduhan ini. Saya rasa komentar ini jangan dilanjutkan lagi karena tentu mengganggu keharmonisan hidup berbangsa dan bernegara. Tidak ada niat apapun saat itu, bahkan orang Pulau Seribu pun saat itu tertawa kok,” kata Ahok di Balai Kota, Senin (10/10).

100

101

2. Bagaimana pandangan Republika.co.id tentang kasus pernyataan Ahok ini? Bayu Hermawan : Pada dasarnya ini tuh bukan kasus Ahok sebetulnya, ee untuk kasus penistaan agama itu bukan kasus baru di Indonesia, gitu yah. Banyak, banyak orang yang pernah terjerat untuk kasus itu, karena pasti ada beberapa, salah satunya adalah Avenzo, yakan. Avenzo pernah terjerat kasus itu, ada beberapa, banyak lah, nanti silahkan dilihat, dicari. Semuanya berproses hukum. Nah, kemudian kenapa untuk Ahok sendiri, itu terkesan tidak tegas, gitu. Kenapa? kenapa harus gitu? mereka kan sama aja. Mereka sama aja, ini penistaan agama, ada kasus penistaan agama yang harus diproses. Okelah kita gausah terjebak juga dengan Ahok harus salah Ahok harus dipenjara, enggak, Jangan. Karena ya nantikan ada pembuktiannya di sidang. Ya silahkan, berproses hukum aja. Kemudian juga, ada yang berpikir bahwa ini adalah masalah pilkada segala macem, ya enggalah, ga ada itu urusan. Ya karena itu faktanya penistaan agama, yang harus diproses dan gak boleh, gak boleh, gak boleh ada orang yang disepesialkan, enggak. Siapa pun yang melakukan penistaan keagamaan, siapa pun bukan cuma Ahok, bukan. Nanti pun kalau misalkan ada dari tokoh-tokoh misalkan AA„Gym, atau eee Habib Rizieq melakukan penistaan, ya silahkan diproses, laporkan. Kalau memang ada temuan, ada bukti, laporkan. Ya kita juga akan tetep mengawal kasus itu. Itu semua penegakan hukum. Penegakan hukum, tidak boleh dicampuri oleh siapapun penegakan hukum harus sama, untuk setiap orang. Mau itu dari penjabat, mau itu bukan penjabat, mau orang itu bekas temen presiden, bukan temen presiden, tapi harus sama. Seperti itu.

3. Dalam pemberitaan Republika.co.id terkait kasus pernyataan Ahok, apakah ada opini publik yang ingin dibentuk? Bayu Hermawan : Kalau untuk pembentukan publik opini, sebenernya dalam kasus ini kita kasus ini, tidak tidak tidak, secara khusus menggiring, katakanlah menggiring pembaca untuk wah kita harus anti Ahok, enggak. Karena kita tau, kita juga sadar, ketika berita ini, kasus ini bergulir, kita akan sadar bahwa akan kemudian akan ada pihak-pihak yang menilai ini adalah permainan menjelang pilkada. Bahwa ini adalah masalah politik. disampe nanti ekstrimnya bakal ditarik

102

eee masalah rasial, masalah SARA, gitukan, itu bakal ditarik gitukan. Jadi, ketika ini bergulir, kita gak pernah mencoba untuk menggiring opini publik. kita tidak pengen membentuk opini publik, biarlah, kita memberitakan apa adanya, sesuai fakta apa opini yang berkembang di situ ya silahkan, masyarakat yang menyimpulkan. Karena kita menyajikan fakta, karena kasus ini, ini kasus hukum, ranahnya ranah hukum, kita gak bisa membentuk opini publik dalam satu masalah hukum. Ya, karena hukum itu tegas yakan, ya kalau gak bener, salah. Gak ada di antara kedua itu. Benar atau salah, seperti itu. Kita menyajikan, hanya menyajikan fakta. Bahwa ketika ada loh, kejadian Ahok ngomong seperti ini, di Kepulauan Seribu, eee konteksnya apa, ternyata konteksnya adalah untuk dia merasa takut di pilkada nanti isu agama dimainkan. Ya kita tetep, kita sajikan itu. Nanti biar masyarakat. Masyarakat yang menilai sendiri. mungkin kalau diperhatikan juga pemberitaan Republika, kita gak pernah, kita ga pernah mendorong opini publik, kita gak pernah mendorong eee katakanlah Ahok itu ya gak pantes jadi gubernur, gak ini, gak ini, enggak. Tapi yang kita dorong adalah apa? penegakan hukum. kita selalu mendorong penegakan hukum, ya silahkan polisi ayo diproses oleh polisi, diproses oleh polisi, gitu, seperti itu.

4. Dalam penulisan berita seperti tema, narasumber, judul berita, siapa yang menentukan? Bayu Hermawan : Yang pasti dari proses kerja redaksi, itu kan ada yang namanya rapat redaksi, itu adalah forum tertinggi, di rapat redaksi itu ya kita akan eee kita akan membahas, kira-kira ke depan apa lagi nih, angle apa yang akan kita angkat. Eee siapa yang kira-kira bisa kita hubungi segalamacem, itu nanti yang menentukan adalah orang redaksi. Kita bermain, ada polanya yang namanya rapat redaksi. Jadi Semua terstruktur. Itu juga untuk menjamin bahwa, ya mungkin di antara kita, temen-temen redaktur Republika, nasional, ada yang gak suka Ahok, tapi dengan adanya rapat redaksi itu adalah pemikirannya pemikiran kita semua bukan satu orang.

103

5. Apa saja yang menjadi topik pembahasan dalam rapat redaksi? Bayu Hermawan : Rapat redaksi yang pertama, perkembangan berita itu pasti. Perkembangan berita, perkembangan situasi terkini, berita terkini, kemudian, eee kita membahas apa sih yang terlewat dari hari ini, dari suatu peristiwa. Apasih yang perlu kita kupas, apasih yang mungkin pengen diketahui yang bermanfaat buat masyarakat tuh apa. Termasuk salah satunya itu, kemudian juga nanti kita berpikir ke depan kita mau seperti apa nih, apa ranah kita, mau main kemana, langkah kita berikutnya apa, mau main ke arah mana, kita mau mengembangkan berita ini kemana. Kira-kira inti maslah kasus ini apa sebenernya, kita akan membahas ini, di rapat redaksi ini.

6. Apakah penentuan narasumber juga dari rapat redaksi? Bayu Hermawan : Sebetulnya kalau narasumber ya sesuai dengan eee apasih tema yang mau kita mainin, apasih framing yang bakal kita mainin hari ini, kalau katakanlah dalam kasus Ahok misalkan, kalo kita, ingin eee membahas sebuah kejadian bahwa kita akan membandingkan kasus Ahok dengan kasus penistaan agama yang lain, pasti yang akan kita minta adalah pakar-pakar hukum. Kemudian, Pengamat-pengamat hukum . Kalo udah ada pengamat hukum kan tinggal oh si ini aja, oh si ini aja yang bisa kita hubungin.

7. Lalu, bagaimana proses gate keeper di Republika.co.id? Bayu Hermawan : Di Republika itu, sebenernya kalo untuk di ROL, kita Republika online ya, ini Republika online. Di Republika online itu ada 3 tahap. Yang pertama dari reporter masuk ke redaktur, ke saya, itu disitu kemudian dari saya kemudian naik lagi nanti ke asredpel (asisten redaktur pelaksana), asredpel yang juga melihat yang layak menentukan apakah ini layak atau enggak. Ada yang lengkap atau kurang, karena redaktur itu plot kerjanya banyak banget. Berita reporter itu banyak banget jadi kadang-kadang ada yang miss segala macem. Dari asredpel naik lagi ke waredpel (wakil redaktur pelaksana) itu terakhir, kalau udah clear ya sudah. Tapi kalau untuk di Republika secara umum, dari reporter, itu ada yang namanya news room. Semua berita itu masuknya ke news room, dari news room itu kemudian disebar ke ROL, ke Republika cetak, kendali reporter, itu

104

adanya bukan di redaktur. Mau itu redaktur ROL, koran, itu tidak bisa mengendalikan reporter. Itu artinya saya tidak bisa mengendalikan reporter langsung. Tapi saya harus melalui news room. News room yang nanti yang menugaskan reporter. Misal ada kebakaran, saya ga bisa ngomong eh kamu liput kebakaran langsung, saya cuma ngomong ke news room, tuh ada kebakaran disana tolong di cek. Nah nanti news room yang berkerja. Tapi kalau udah dalam bentuk berita, itu bisa langsung ke saya. Jadi ada dua tipe sebenernya, di ROL sendiri tahapannya itu berjenjang. kalau untuk umum liatnya ya ada di news room, itu pintu utamanya.

8. Ketika berita masuk ke redaktur, apakah tugas redaktur hanya melihat tulisan yang salah ketik saja atau isi beritanya juga menjadi salah satu yang dikoreksi? Bayu Hermawan : Ya semua sih sebenernya, dibaca dulu, apakah sesuai dengan budgeting isu yang kita mainkan hari ini, apakah itu sudah sesuai, atau belum, jadi bukan sekedar salah ketik huruf, tapi, isinya sesuai gak sih dengan apa yang lagi kita running hari ini, apakah sesuai dengan hasil rapat redaksi. Yang kadang kadang, misalnya gini, lagi running berita Ahok misalkan, kalo yang isinya dari kemarin sama-sama aja kan gak ada kemajuan, kalo ga ada kemajuan yaudah, cari lagi yang lain judulnya ini, kita termasuk lihat yang itu, kita lihat itu, kemudian juga kita melihat dari angle wartawan, bener ga sih wartawan ini memilih angle. Apakah sudah sesuai dengan apa yang kita sepakati, di budgeting dalam rapat redaksi. Kalau belum, apakah redaktur itu mengganti angle, atau harus kita menyuruh reporter untuk meliput ulang dengan anglenya seperti itu. Kemudian kredibel gak sih narasumber yang udah diambil sama reporter, karena kadangkan reporterkan dilapangan karena mereka juga tuntutan kerja siapapun di wawancara, tapikan masalah kredibel atau engga kita yang menentukan. Jangan kita nanti wah si, misalkan kita berbicara hukum dia di DPR, ya hukum itukan di komisi 3 DPR, kemudian yang diwawancara dikomisi 5, yakan gak kredibel. Walaupun mungkin orang komisi 5 itu, mengikuti berita soal hukum, tapikan gak kredibel, gak pantes. Ya gitu, jadi ga cuma mengedit berita.

105

9. Setiap media memiliki ideologi. Untuk Republika.co.id, lebih bergerak ke arah nasional atau Islami? Bayu Hermawan : Jadi, kalau secara umum, Republika itu Islam Nasionalis. Warna kita adalah Islam Nasionalis, kita enggak Islam banget kok. Bukan dalam arti kata kita harus fanatik, enggak lah. Kalau fanatik mah kita udah ga berdamai dengan demokrasilah ga berdamai dengan pancasila, engga. Tapi kita Islam nasional, kita Islam, ya tetep. Nah untuk kasus ini, menarik. Karena ini menyangkut keduanya. Dari sisi Islam juga, Ahok menyentuh masalah Islamnya, keislaman seseorang, kemudian juga dari segi nasional, ini bahaya, kalau ada orang yang seperti ini, kemudian tidak di, tidak diapa, tidak diproses tegas, kalau tokoh publik berani ngomong seperti itu dan kemudian dia lolos, gimana rakyatnya di bawah, apa itu ga berbahaya nanti, jangan-jangan nanti ditingkat pemilihan RT seperti itu. Nanti bisa keos itu, kalau itu dibiarin. Dalam kasus ini, ini ada dua hal yang sama sama masuk ke Republika. Jadi ya, ini memang makanan Republika sebenernya. Yang Islami juga, kita bisa bermain lewat ya sebagai koran Islam bernuansa Islam ya, kita punya tugas untuk mendidik katakanlah, pembaca, bahwa yang bener seperti ini. Dalam kasus Ahok, Ahok salah apa engga, ini yang pandangan Republika kasusnya seperti ini, secara Islamiah. Secara nasional pun kita harus bermain juga. Ya tetep harus di hukum, karena ada beberapa kasus yang sama itu semua kena hukum kenapa ini enggak. Ini adalah makanan, katakanlah, makanan Republika, ketika media lain katakanlah media yang bener-bener nasional, ketika dia berbicara islam, inikan maslah Ahok, Ahok menyinggung ee ayat suci, kitap suci orang Islam, katakan seperti itu. Ketika media lain membahas soal Islam, ya mereka engga kuat, karena mereka engga punya corak dasar agama. Sebenernya di Republika kita punya, kita punya memang, karena kita Islam Nasionalis, kita mengakui bahwa diri kita Islam Nasionalis, warna kita adalah itu. Jadi dari dua sisi kita bermain, dari agama kita bermain, dari nasional kita juga bermain. Jadi, ketika orang berdebat begini begini begini, ya kita secara Islam yang bener begini loh, kasih penjelasan, kalau media lain yang nasional, mungkin enggak, gabisa bermain, itu karena gapunya dasar agama, karena ya dari awal, mereka menempatkan diri dari awal pure nasionalis. Yaudah itu aja.

106

10. Pada pemberitaan tanggal 9 Oktober 2016 Republika.co.id menaikan pemberitaan dengan judul “MUI Desak Polri Tangkap Ahok karena Lecehkan Alquran“ dan “Ahok Minta Maaf, Ini Tanggapan Buni Yani“ pada tanggal 10 Oktober 2016. Melalui pemberitaan itu, apa yang ingin disampaikan Republika.co.id kepada pembacanya? Bayu Hermawan : Nah itu yang tadi, kemabali lagi. Dari awal saya ngomong, kita mendesak bukan karena, Ahok itu, pertama non muslim, bukan karena itu. Kita mendesak bukan karena, Ahok itu, cina, bukan karena itu. Kita mendesak Ahok bukan karena kita tidak menukung Ahok di pilkada, bukan itu. Tapi kita, mendesak proses hukum itu di tegakkan, harus adil dong. Gitukan. kasus ini bukan kasus pertama yang terjadi di Indonesia. Dari sejak jaman orde baru, orde lama, itu kasus ini sempet terjadi, pencemaran agama. Dan semuanya diproses hukum. Terakhir ya Avendo, kemudian ada orang yang melaporkan dia. Itu cuma menepatkan nama ya, nama nabi. Kemudian itu diproses hukum. Nah bagaimana dengan kasus ini yang Ahok ya secara sadar, dia mengatakan seperti itu, ya memang harus diproses hukum. Kemudian, maslah salah gak salah itu bukan urusan kita. Biar itu pengadilan yang memutuskan, diproses aja dulu. Inilah, yang seperti ini yang tadi saya bilang, kita memberitakan seperti itu, kita gak ngeliat itu masalah MUI, enggak. Bukan karena MUInya, bukan karena yang ngomong MUI, bukan yang ngomong parpol apa parpol apa, enggak. tapi ya tetep intinya adalah polisi harus turun, harus segera memproses, inikan heboh, kasus inikan menimbulkan kegemparan. Sebenernya kalau polisi saat itu Langsung sigap, langsung memproses, saya pikir gak ada tuh yang namanya demo-demo besar, segala macem, enggak.

11. Dalam kedua berita tersebut, meski hanya terdapat satu narasumber, berita sudah diterbitkan. Apa itu diperbolehkan? Bayu Hermawan : Jadi gini, kalau untuk masalah narasumber. Memang, eee, ada perubahan. Memang ada perbedaan, bukan perubahan. Ada perbedaan antara koran, dengan online. Karena pada dasarnya itu kembali ke prinsip kerja kita, online itu membutuhkan kecepatan, sementara koran membutuhkan kedalaman, gamungkin kita sebagai online mau berkerja cepat kalau perlu banyak cari

107

narsum. Untuk online, satu narasumber, itu bisa menjadi satu berita. Dan hampir semua prinsip online seperti itu, kayak di detik, tribun, banyak semua online dikumpulin, diliat, itu sama prinsipnya, karena kita butuh kecepatan. Bahkan kadang-kadang satu kutipan pun bisa jadi berita di online karena kita butuh kecepatan. Ya itu, yang tadi saya bilang. Anglenya udah kita tentuin, kita tinggal cari kutipan, dari narusum. sisanya apa? Kita kasih background. Tapi untuk koran tuh beda, koran butuh kedalaman, kedalaman di mana, di mana bisa mendapkatkan kedalaman, ya adalah dengan banyak narasumber. Semakin banyak narasumber yang berbicara, semakin banyak narasumber yang menyampaikan pikiran dia, ya berita itu lebih dalam. Itu beda makanya, kalau online ya gamasalah.

12. Background dalam online itu seperti apa? Bayu Hermawan : Nah, kalau background nah ini dia, kadang-kadang masih belum seragam. Ada yang menempatkan background itu adalah berita awal, berita pertama, itu dimasukin kedalam tubuh berita. Tapi ada juga, kita hanya memasukan sedikit saja, kejadiannya dimana, siapa yang berbicara, seperti itu. Contoh kasus, Ahok misalkan, ini, cukup misalkan cukup kita membackgroundkan disini aja. Nah, ketika dia ngomong soal AL-Maidah, dia ngomong di kepulauan seribu, itu cukup. Jadi orang yang membaca ga kaget, apa ya, berita apa ya, kenapa kita kadang-kadang engga memasukan background yang utuh, karena sifatnya online itu running terus. Mungkin dalam satu berita dengan tema yang seperti itu, empat, lima, bahkan bisa lebih. Tergantung runningan kita. Jadi, itu, narasumber cukup satu. Buat jangan panjang-panjang, satu angle aja, angle berita kita pecah-pecah. Running terus running terus. Kalo digabung ya banyak juga, kayak koran. Tapikan koran untuk besok, lebih mendalam.

13. Setiap berita yang diterbitkan oleh Republika.co.id memiliki gambar pendukung berita. Siapa yang terlibat dalam pemilihan gambar yang akan digunakan? Wartawan atau redaktur? Bayu Hermawan : Redaktur. Waratwan hanya teks aja, berita jadi. Tapi sekarang kalau untuk peristiwa eee reporter harus ngirim foto, untuk peristiwa. Misalkan

108

ada kebakaran, ya dari pristiwa lah ya, segalamacem atau pertemuan presiden dengan siapa, pokonya peristiwa pada hari itu. tapi kalau untuk runningan ga perlu lah.

14. Khusus pemberitaan tanggal 9 dan 10 Oktober. Apakah ada maksud dibalik pemilihan foto yang digunakan? Seperti foto al-quran-tasbih pada berita tanggal 9 Oktober dan foto Buni Yani pada 10 Oktober? Bayu Hermawan : Kalo foto sebenernya, kita samain aja dengan berita yang akan diangkat. Gitu aja. Misalkan, berita yang ngomong Presiden Jokowi, ya kita tinggal, umumnya kita ambil foto presiden aja, Presiden Jokowi, itu yang untuk menguatkan, beritanya ini, yang ngomong dia, orangnya ini loh. Kalo kebakaran misalkan kita belum punya foto, kita ambil ilustrasi kebakaran yang dimana, ilustrasiin aja, untuk menjelasin, bahwa ini kebakaran. Kalo yang ini, ini kan masalah penistaan agama, penistaan al-Quran ya kayaknya lebih pas fotonya tasbih dan al-Quran, MUI waktu itu belum dapet.

15. Apa Republika.co.id suka menggunakan kata-kata istilah sebagai pengganti dalam penulisan? Seperti predator dll. Bayu Hermawan : Sebenernya kalau untuk Republika, kita sebisa mungkin menggunakan Bahasa Indonesia. Walaupun artinya mungkin aneh, kita gamau, gamau eee menggunakan, kita meminimalisisr penggunaan kata-kata asing, walaupun sudah ada serapannya gitu, ya apalagi kalau udah ada serapannya, kayak predator, kita mungkin minimal meminimalisis penggunaan itu, mungkin kalau untuk di judul, mungkin okelah, tapi kalau untuk di tubuh berita itu enggak. Kaya misalkan, untuk di pilkada incomen, kita Republika salah satu media yang mempopulerkan kata pejawat. Karena memang padanane di Bahasa Indonesia itu adalah pejawat. Kalau ada padanane kenapa harus pake bahasa asing. Pake Bahasa Indonesialah, kita harus ya banggalah, media massa ini penjaga bahasa, salah satu lembaga penjaga bahasa, kalo gabisa jaga ya ngapain, kalo asing ya kita cari padanane sebisa mungkin. Atau selfie misalkan, loh ada suar foto kenapa ga pake itu. Walaupun aneh ya dia Bahasa Indonesia. Ya gapapa Bahasa indonesia. seperti itu pokonya.

109

TRANSKIP WAWANCARA REPLUBLIKA.CO.ID

Narasumber : Dadang Kurnia Posisi : Wartawan pemberitaan Minggu, 9 Oktober 2016 “MUI Desak Polri Tangkap Ahok karena Lecehkan Al- Quran“ Hari, Tanggal : Selasa, 4 April 2016 Pukul : 10:17 WIB - Selesai Tempat : Kantor Republika

1. Melalui judul berita “MUI Desak Polri Tangkap Ahok karena lecehkan alquran“ apa yang ingin disampaikan Republika.co.id? Dadang : Sebenarnya yang ingin kita sampaikan, ada tuntutan dari bawah. MUI kan sebetulnya di sini mewakili masyarakat itu, masyarakat muslim. Karena mereka menganggap, Ahok menistakan agama gitu kan. Nah yang ingin saya sampaikan itu, bahwa di sini ada tuntutan loh, gitu. Polisi tuh harus bisa merespon ini, di sini ada tuntutan, ya terserah kedepannya akan seperti apa, entah itu diproses hukum atau enggak, itu kan kebijakannya polisi gitukan, yang pasti kan kita cuma menyampaikan, bahwa ada tuntutan dari bawah, melalui MUI gitukan, apalagi kan ini bukan MUI pusat kan, MUI serang yang saya pilih kan. Nah ada tuntutan untuk eee polisi agar segera menangkap Ahok karena dianggap melecehkan al-Qur„an terkait surat Al-Maidah itu. Hanya itu yang ingin saya sampaikan. Karena, dalam menulis berita itukan kita juga tidak bisa mengada- ngada gitu. Saya tidak ingin menyampaikan apa-apa sebenernya. Tapi, narasumber saya yang ingin menyampaikan, melalui saya. Bahwa saya sama serkali di sana tidak ada opini saya gitu. Semuanya pure dari narasumber, gitukan.

2. Dalam berita “MUI Desak Polri Tangkap Ahok karena lecehkan alquran“, latar informasi apa yang digunakan? Dadang : Kalau latar informasi, ya jelas. bahwa di situ sedang rame- ramenya ada isu tentang penistaan agama Islam atau penistaan al-Qur„an oleh salah satu gubernur gitukan. Latar informasi ya itu. Jadikan ketika ada informasi, terkait eee kayak misalkan pristiwa itu kita kan hasrus terus follow up gitukan, supaya isu ini tidak meredup, supaya isu ini ada terus. Bahkan sampe bener-bener

110

ada jalur apa baik itu di yang dituntut atau yang menuntut merasa mendapat keadilan gitu . Latar informasi yang saya gunakan ya itu, latarnya itukan backgroundnya gitu kan. Backgroundnya itu ya itu, bahwa ada dugaan penistaan al-quran dugaan penistaan al-Quran sorry, yang diduga dilakukan oleh Ahok. Itulah latar yang saya gunakan, gitu.

3. Melalui lead berita, apa yang ingin disampaikan Republika.co.id? Dadang : Ini lead ringkasan, jadi di lead itu, sudah sampai apa yang ingin narsum sampaikan melalui saya, sudah disampaikan semua di lead. Di lead itu kan langsung. Saya mengatakan, bahwa MUI mendesak polri untuk menangkap Ahok karena diduga, karena mereka apa Ahok melanggar apa menistakan al- Quran gitu. Nah itulah yang ingin saya sampaikan.

4. Mengenai angle berita, siapa yang menentukan dan apakah ada aturan yang telah disepakati dalam rapat redaksi untuk menentukan angle? Dadang : Kalo angle kita yang nentuin, biasanya kalau rapat redaksi itu cuma ngebahas isu apa nih yang mau difollowup. Isu apa yang mau dikembangkan. Kamu punya isu apa, atau engga kamu tolong dong kembangin isu ini. Nah itu kan, kita lah yang ngembangin isunya. Kalo masalah angle berita, kitalah yang nentuin. Reporternya.

5. Apakah wartawan terlibat dalam rapat redaksi? Dadang : Kalo setiap hari engga. Karenakan biasanya redaktur, asredpel, waredpel, merekalah yang terlibat gitu. Kalo reporter engga setiap hari. Karenakan kalo setiap harikan kita di lapangan. Gak mungkin juga pulang dari lapangan, eee maksudnya sore-sore udah harus ke kantor ikut eee rapat redaksi. Kan engga gitu kan, kadang-kadang ada pristiwa juga yang sampe malem. Kalo kita ikut rapat redaksikan nanti banyak kebobolan gitu.

6. Untuk narasumber, siapa yang memilih? Apakah ada kriteria khusus? Dadang : Iya narasumber kita yang milih. Kita yang nentukan. Soalnya kan dalam menentukan narasumber itu kita juga pasti melihat gitu, maksudnya siapa

111

sih yang relevan dengan isu ini. Gak mungkin isu penistaan agama kita wawancaranya pengamat politik. Kan gak mungkin. Nah itulah dalam pemilihan narsum itu kita yang nentuin tuh. Tapi kita juga harus melihat, mana yang relevan mana yang enggak gitu. Kan enggak bisa sembarangan juga. Kalo misalkan ada kekurangan, ada narsum yang kurang, kayak misalkan ini kan penistaan agama, pasti yang terlibat tuh polisi, pihak Ahok sama si MUI yang nuntut atau masyarakat muslim yang minta tuntutan. Nah kalo misalnya ada yang kurang, kantor biasanya juga nambahin, oh di sini masih kurang nih, tambahin dong narsum ini, coba kontaknya. Kalo ada kurang kantor pasti ngasih tau. Tapi, kalo untuk ee awalnya kita yang nentuin semua.

7. Mengenai gambar pendukung berita. Apakah gambar yang digunakan merupakan pilihan atau diambil langsung oleh wartawan? Dadang : Jadi sekarang, memang ada tuntutan kalau kita misalkan peliputan peristiwa entah itu kebakaran, banjir, atau konferensi pers, kita diharuskan mengambil gambar. Saya ga terjun langsung ke pemberitaan, untuk pemberitaan ini kan, saya wawancara lewat whatsapp, jadi otomatis saya tidak dapat gambar ya kan. Kalo untuk itu kan masih bisa pake gambar ilustrasi. Nah biasanya redaktur yang nentuin. Misalnya kita ga ada gambarnya, redaktur yang nentuin tuh ilustrasi yang mana nih yang cocok. Itu biasanya redaktur yang nentuin, kalo gambar.

8. Jadi, bagaimana dengan pandangan Republika.co.id? Dadang : Kalo pandangan replublika, sebenernya kita berpandangan di kasus ini, apa ya, kita tidak memandang Ahok salah, kita tidak memandang Ahok benar, kitra juga tidak mengatakan bahwa mereka yang menuntut itu salah, ataupun benar, gitu. Karena yang ingin kita sampaikan disini, bashwa ada satu peristiwa, Ahok itu entah kecelakaan atau apa, dia tiba-tiba mengatakan bahwa yang dibodo-bodohi pake surat al-maidah, yang ternyata menimbulkan reaksi dari masyarakat gitu. itu lah yang ingin kita sampaikan, bahwa ada pristiwa itu dan ternyata banyak mendapatkan eee kontra dari masyarakat kaya gitulah yang ingin kita sampaikan.

112

9. Dalam pemilihan kata pada judul, apakah ada alasan tersendiri dalam penggunaan kata “Desak“ ? Dadang : Permainan kata sebenarnya, kan kalo desak sebenernya lebih teges gitu kalo desak. Kalo cuma meminta kan banyak permintaan yang tidak dikabulkan. Tapi kalo desak kan otomatis seperti sudah bener-bener harus dilakukan, gitukan. Kalo meminta kan bu saya minta ini dong atau kalo desak kan, kamu mau ga mau harus ini, gitu. Jadi penegasan.

10. Lalu bagaimana dengan penggunaan kata “lecehkan“? Dadang : Saya ga tau ya, disana ada ngomong dia lecehkan atau engganya, coba liat dikutipannya (Dadang dan peneliti melihat berita yang sudah dicetak untuk memastikan). Nah, pelecehan. Jadi dia sudah bilang kalo dia itu melecehkan, menurut dia. Makanya kita ambil juga dijudul, itu melecehkan juga. Gitu karena kita menyampaikan apa yang kita ucapkan kan. Biasanya kalo saya, apa yang dikatakan narsum, mana yang menarik mana yang engga. Bisa dikutip atau enggak kita pilih kan, jadi ketika disana ada yang lebih menarik untuk dijadikan judul, saya lebih memilih omongan narsum itu di jadikan judul.

11. Membahas tentang narasumber. Dalam berita “MUI Desak Polri Tangkap Ahok karena lecehkan alquran“ menggunakan satu narasumber, apa itu dibolehkan? Dadang : Gapapa, kan pendek kalo di online, ada berita yang cuma tiga paragrap, kayak pristiwa, karena kita harus cepet , tiga paragrap itu udah bisa jadi berita. Tanpa ada kutipan sama sekali. Tanpa ada narasumber sama sekali. Karena kita hanya melakukan laporan pandangan mata. Itu sudah bisa diberitakan. Nah, idealnya memang kita harus tiga kan di satu berita. Ada dari pihak MUI misalkan, terus kita minta tanggapan dari ahok, minta tanggapan dari polisinya ya kan. Itu idealnya. Tapi kalo di online kan, pertama kita dari MUI dulu, kita kirim. Abis itu pasti kita minta tanggapan ke ahok. Kita wawancara juga polri, polisi gimana nih, entar juga polisinya nyampein, itu nanti jadi berita juga. Berita yang berbeda gitu, tapi sebenernya masih sama gitu, intinya. Nah seperti itu. Kalo di cetak kan, itu semua mau gak mau harus jadi, untuk terbit berita itu mau gak mau

113

dari tiga narsum harus ada, minimal tiga narsum , si yang mendesak, yang di desak, sama eee kopolisiannya. Itu harus ada gitu. Itu seperti itu.

12. Sebagai penutup wawancara. Bagaimana proses awal sampai akhir peliputan berita di Republika.co.id? Dadang : Kadang kita si redpel ini, melalui asredpel atau waredpel nugasin, nih kembangin isu ini, otomatis mau ga mau kita harus kembangin isu itu dong, tapi kadang juga, kita sendiri yang inisiatif gitu kalo satu kasus misalkan, isu ini bagus nih untuk di follow up. Nah berartikan dari pagi tuh kita udah harus menyiapkan. Ini untuk follow up kasus ini, narsum siapa aja yang perlu dikontak atau narsum apa aja yang perlu ditemui untuk wawancara. Narsum apa aja yang perlu kita minta keterangannya. Nah, kita tentuin tukan seeet, untuk nulis berita itukan gak semua harus kelapangan kadang kita telepon atau wa aja bisa jadi berita, gitu. Yang pasti dari awal sudah kita pastikan gitu, kalau itu narasumber yang kita tuju. Kali aja kan ada yang iseng ngasih kontak namain dia padahal bukan dia gitu. Makanya kita harus pastikan dulu. Awalnya kan seperti itu, tentuin narsum, wawancara, setelah itu, sudah dapat bahan, kita pilih, mana yang bisa di bikin berita. Dari omongan narsum itu ga semua bisa kita jadiin berita gitukan, kadang ada aja gitu yang cuma mengulas, mengulang-ngulang kan ga mungkin juga. Nah itu seperti itu. Setelah kita dapat bahan, kita bikin berita, kita kirim, kalo kita kan sistemnya ngirimnya ke newslab jadi di newslab itu untuk menampung semua berita dari reporter. Jadi semua berita itu di tampung. Nanti redaktur yang pilih. Setelah kita kirim nanti redaktur akan pilih nih, berita ini layak naik atau enggak. Belum tentu yang kita kirim itu naik juga. Nah redakturlah yang milih. Setelah dipilih, di upload baru. Seperti itu prosesnya.

114

115

apakah dia yang pertama kali atau dia menyatut video lain, tapi dia yang mengunggah pertama kali kan. Itu aja sih sebenernya, itu aja tujuannya. 4. Mengenai angle berita, siapa yang menentukan dan apakah ada aturan yang telah disepakati dalam rapat redaksi untuk menentukan angle? Rahmat Fajar : Karena di roll, jadi kami di roll, eee enggak ini nyari sendiri. Ada sih sebenernya, ada budgeting dari redaktur ada, ini kita tetep berlanjut kasusnya Ahok. Itu narsumnya terserah, tapi kalo ada pertimbangan baru nih, diluar dari budgeting itu saya ambil sendiri.

5. Sebelumnya disebutkan tentang budgeting. Sebetulnya apa yang dimaksud dengan budgeting? Rahmat Fajar : Penugasanlah, atau isu apa yang mau di angkat hari ini, gitu.

6. Apakah wartawan terlibat dalam rapat redaksi? Rahmat Fajar : enggak, enggak.

7. Untuk narasumber, siapa yang memilih? Rahmat Fajar : ini saya yang milih, karena memang awalnya saya yang telpon, masih baru anget-angetnya .

8. Dalam penulisan berita, apa menggunakan pemilihan kata sebagai pengganti maksud sebenarnya, seperti predator dll? Rahmat Fajar : Pemilihan kata, kita sewajarnya sih. Kita tuh punya ini sendiri ya. Setiap media, punya cirinya. Kita punya bahasa-bahasa sendiri juga, lebih ke bakunya sih, engga pake bom bastis enggak. kita gak pake gitu.

9. Mengenai gambar pendukung berita. Apakah gambar yang digunakan merupakan pilihan atau diambil langsung oleh wartawan? Rahmat Fajar : Tergantung, kalo yang ini, teks doang. Kalo ketemu langsung bisa foto.

116

117

SETELAH DI DESAK PUBLIK, AHOK MENGAKU MINTA MAAF Senin, 10 Oktober 2016 Ahok juga mengaku menerima peringatan keras dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta terkait ucapannya soal Al-Maidah:51 yang menyinggung perasaan umat Islam tersebut.

YOUTUBE Video Ahok bilang “Jangan Percaya Dibohongi Pakai Surat Al-Maidah”. Hidayatullah.com– Setelah terus didesak oleh berbagai kalangan publik terkhusus umat Islam, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akhirnya mengaku meminta maaf. Hal itu terkait ucapannya yang menyinggung al-Qur‟an Surat Al-Maidah ayat 51. Gubernur DKI Jakarta ini mengakui jika ucapannya menimbulkan kegaduhan dan menyinggung perasaan umat Islam. “Yang pasti, saya sampaikan kepada umat Islam atau orang yang tersinggung, saya mohon maaf,” ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (10/10/2016) dikutip Antara. Diberitakan hidayatullah.com sebelumnya, pada sebuah acara di Kepulauan Seribu (27/09/2016), Ahok membahas tentang rencana suatu program. Ahok lalu mengaitkan rencana itu dengan agenda Pilkada DKI Jakarta 2017 dan posisi dirinya sebagai petahana non-Muslim. Ia kepada warga mengatakan, “Jadi, jangan percaya sama orang, bisa aja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya. …Dibohongi pakai Surat Al-Maidah (ayat) 51 macem-macem itu. Itu hak bapak-ibu ya!” [Baca juga: Ahok Dikecam Bilang “Jangan Percaya Dibohongi Pakai Surat Al-Maidah”] Di Balai Kota, Ahok mengaku dia tidak bermaksud menyinggung perasaan umat Islam apalagi sampai menistakan agama. “Tidak ada maksud saya melecehkan al-Qur‟an. Kalian bisa lihat suasananya seperti apa,” akunya. Menurut pengakuannya, Ahok saat itu menyinggung Surat Al-Maidah ayat 51 dengan harapan tidak ada warga yang salah menafsirkan. “Orang Pulau Seribu pun tidak ada satu pun yang tersinggung, kami tertawa-tawa kok. Niatnya waktu itu hanya ingin menunjukkan, sebetulnya saya nggak mau orang yang punya tafsiran seperti itu bingung,” ujarnya. Namun dia akhirnya mengaku menyadari bahwa agama, menurutnya, adalah urusan pribadi yang tidak boleh dibicarakan di hadapan publik secara luas.

118

“Makanya saya mengerti sekali. Ini memang urusan pribadi, tafsiran pribadi, semua orang punya hak yang sama. Urusan agama adalah pribadi jangan dikeluarkan di publik,” ujarnya. “Saya bukan anti-Islam,” klaimnya. Diberitakan hidayatullah.com sebelumnya, berbagai kalangan umat Islam mendesak Ahok untuk segera meminta maaf atas ucapannya tersebut. Baik desakan dari ormas Islam maupun para tokoh agama. “Sebaiknya kita ingatkan saudara Ahok bahwa perbuatan ini perbuatan yang sangat salah. (Ahok) dianjurkan untuk memohon maaf secara terbuka kepada umat Islam, diakui dengan jujur, dan tidak boleh mengulanginya lagi. Dan andai pun sudah meminta maaf terbuka, umat Islam adalah pemaaf,” ujar dai kondang KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) melalui tayangan video resminya diunggah pada Jumat (07/10/2016). [Baca: Aa Gym: Pernyataan Ahok Tercela, Dianjurkan Minta Maaf] Pernyataan Ahok tersebut menimbulkan kecaman publik dari berbagai pihak. Sebuah petisi muncul meminta Ahok tidak melecehkan al-Qur‟an. Berbagai ormas Islam pun melaporkan Ahok ke kepolisian. Mengaku Ditegur Keras oleh MUI Selain pengakuan maaf, Ahok juga mengaku menerima peringatan keras dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta terkait ucapannya soal Al-Maidah:51 yang menyinggung perasaan umat Islam tersebut. “MUI DKI juga sudah tulis surat memberikan peringatan keras yang meminta saya fokus untuk kemaslahatan umat. Jangan bicara tafsiran agama yang sensitif,” ujar Ahok. [Baca juga: MUI akan Keluarkan Pendapat tentang Ahok dan Menyampaikannya ke Kapolri] Diwartakan Antara, dalam surat teguran tertanggal 9 Oktober 2016 yang ditandatangani Ketua Umum MUI DKI Jakarta KH Syarifuddin Abdul Gani dan Sekretaris Umum KH Zulfa Mustofa itu, disampaikan lima poin teguran kepada Ahok. Pertama, MUI menegur Ahok supaya tidak melakukan perbuatan dan menyampaikan pernyataan atau komentar yang dapat meresahkan kehidupan masyarakat DKI Jakarta umumnya, dan kaum Muslimin khususnya. Kedua, MUI minta Ahok tidak masuk ke area perbincangan yang bukan menjadi kewenangan tugas. Seperti pernyataan yang dikategorikan penghinaan dan hasutan serta penyebaran kebencian di kalangan umat Islam khususnya, dan warga DKI Jakarta umumnya. Ketiga, MUI minta Ahok tidak lagi melakukan tindakan atau menyampaikan perkataan yang dianggap meremehkan umat Islam atau para ulama. Seperti, menyatakan bahwa umat Islam dibohongi dengan al-Qur‟an Surat Al-Maidah ayat ke- 51. Selanjutnya, MUI meminta Ahok menarik perkataannya yang menganggap Musabaqoh Tilawatil Qur‟an (MTQ) sebagai pelecehan yang dilakukan umat Islam. Terakhir, MUI meminta Ahok fokus pada tugas utamanya untuk memajukan DKI Jakarta, dan meningkatkan kesejahteraan warganya. [Baca juga: Nasihat Anies kepada Ahok: Hormati Ayat Suci, Jaga Ketenangan]* Rep: SKR Editor: Muhammad Abdus Syakur

119

Hidayatullah Minta Aparat Segera Menindak Penistaan Gubernur DKI

Ahad, 9 Oktober 2016

Hidayatullah.com–Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah meminta aparat yang berwenang menindak secara hukum atas dugaan penistaan agama terkait pernyataan terbaru Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama (Ahok), yang menyinggung Surat Al Maidah:51. “Meminta kepada aparat yang berwenang untuk menindak secara hukum atas penistaan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia,” demikian disampaikan Mahladi, Kepala Biro Humas Dewan Pimpinan Pusat Hidayatullah hari Sabtu (08/10/2016). Seperti diketahui, beberapa hari ini umat Islam Indonesia dikejutkan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang telah menjadi viral di youtube. Dalam pidato pada akhir September di depan warga Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Ahok mengatakan agar masyarakat Muslim Jakarta tidak dibohongi dengan al-Qur‟an surat al-Maidah ayat 51. Ahok Dikecam Bilang “Jangan Percaya Dibohongi Pakai Surat Al-Maidah” Terkait ini, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hidayatullah mengeluarkan lima pernyataan;

1. Mengecam keras pernyataan tersebut, sebab itu adalah bentuk penistaan kepada Islam, agama yang dianut oleh sebagian besar warga DKI Jakarta. 2. Surat Al Maidah ayat 51 dan surat-surat lain yang seperti itu adalah pedoman yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata‟ala kepada kaum Muslim. Sangat tidak pantas bila seorang non-Muslim mencampuri ketentuan yang tercantum dalam kitab suci kaum Muslim tersebut, apalagi menyebutnya bohong. 3. Menghimbau kepada warga Muslim Jakarta, serta warga Muslim di wilayah lain di Indonesia, agar tidak memilih pemimpin non-Muslim sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Maidah ayat 51 dan surat-surat lain yang sejenis. 4. Meminta kepada aparat yang berwenang untuk menindak secara hukum atas penistaan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. 5. Meminta kepada masyarakat Muslim di DKI Jakarta dan di luar DKI Jakarta agar tidak bersikap anarkis atas kejadian ini atau terpancing untuk melakukan reaksi yang berlebihan sehingga merugikan kaum Muslim sendiri.*

Rep: Ahmad Editor: Cholis Akbar

120

121

yang diakui oleh negara ini. Siapa mereka? yaitu Majelis Ulama Indonesia (MUI). Merekalah yang berpendapat bahwa Ahok ini telah begini, agar kami sebagai bagian dari umat Islam juga mendukung pernyataan tersebut. Jadi kalo sekalian ditanyakan bagaimana pendapat peribadi ya kita mengikut saja apa kata ulama.

3. Setiap media memiliki ideologi. Untuk Hidayatullah.com, lebih bergerak ke arah Nasional atau Islami? Mahladi Murni : Hidayatullah inikan sudah jelas-jelas menyatakan dirinya sebagai media Islam. Kami Hidayatullah sudah menyatakan diri secara terang- terangan bahwa kami adalah media Islam. Maka karena kami sudah menyatakan seperti itu, sebagaimana ormas kami juga ormas Islam. Maka, sudut pandang Islam adalah sudut pandang kami atau sebaliknya, sudut pandang kami adalah sudut pandang Islam. Bagaimana Islam berpendapat tentang sesuatu, itulah kami berpendapat tentang sesuatu. Apakah kami dibatasi? tidak. Islam itu tidak dibatasi . Islam itukan mengatur semua hal. Dari bangun tidur sampe dia tidur lagi. Kami juga begitu, kami tidak membatasi diri, kami hanya hal-hal berhubungan dengan hadis saja Al Qur‟an saja, tidak. Semua hal, semua hal akan kami beritakan. Tetapi dalam sudut pandang kami. Bagaimana? misalnya ada, dulu pernah ada konser Lady Gaga, oh itu bukan domain Islam itu, itu domainnya masyarakat yang umum ga begitu. Itu domain Islam juga. Tetapi menurut sudut pandang kami, bahwa Islam ternyata Islam tidak sama dengan ini, maka kami mengatakan, kaum muslim, jangan ikuti acara itu. Kalau kami tidak mau menggambil bagian dari itu gimana muslim. Jadi kita, kita menyajikan sudut pandang lain. Bagaimana menyikapi misalnya kasus LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) LGBT itu marak. Tapi kalau Islam tidak masuk ke situ ya umat tidak akan membuat, eee mendapatkan sudut pandang yang lain. Bahwa Islam sangat sangat menentang LGBT. Walaupun dari sudut HAM kata orang HAM diperbolehkan. Tetapi kata ulama bagaimana? Ulama mengatakan itu jangan. Itu merusak, itu tidak sesuai dengan Islam. Itu dibenci oleh para nabi. Kami katakan itu. Ulama mengatakan begini loh, sesuai dengan wawancara kami. Nah itu perlu, semua hal harus kita imbangi. Jadi tidak benar kalo kami hanya memberitakan hanya pengajian saja, tidak begitu. Semua. Tapi dengan sudut pandang Islam.

122

4. Dalam Hidayatullah.com, bagaimana proses rapat redaksi berlangsung? Mahladi Murni : Biasanya kita pagi-pagi ada rapat redaksi, rapat pagi, briefing pagi. Biasanya kita, redaktur dan redpel itu menerima laporan dari reporter di lapangan, hari ini mau apa. Misalnya reporter A, saya hari ini mau ke situ. Reporter B mengatakan saya hari ini mau ke sini. Reporter C mengatakan, saya belum ada agenda apa-apa. Setelah itu baru kemudian para redaktur ini mengarahkan, menugaskan, oh iya kalo si A belum punya agenda atau apa tolong anda harus ke sini, ke sini, ke sini. Si B sudah punya agenda ini, ya nanti tolong tanyakan ini ya ini ini ini . si C mau ke sana ke sana ke sana jangan karena sudah ada ini yang lebih bagus nanti diarahkan. Setelah briefing pagi itu baru para reporter kelapangan. Para redaktur sebagian ada di lapangan sebagian di sini. Nah setelah itu reporter mendapatkan berita kemudian menyetorkan kepada Redaktur. Dilihat redaktur kemudian diedit berita itu. Diedit, disesuaikan tata bahasanya, disesuaikan dengan sudut pandangnya, yang saya bilang tadi, sudut pandang Islami, diperkaya lagi jika belum diperkaya, baru dipublish. Nah setelah itu para redaktur kemudian memberikan instruksi lagi, ini tolong diberitakan, tolong ini diberitakan karena ini si reporter ini meliput tentang A, harus cover both side tolong tanyakan yang itu. Jadi, dinamis dalam satu hari itu bisa satu reporter itu bisa beberapa berita. Nah jadi, praktis di sini si reporter mencari berita di lapangan, kemudian redakturlah yang memutuskan apakah berita ini, layak atau tidak diberitakan dan redakturlah kemudian mempunyai hak untuk mengedit judulnya berikut isi.

5. Setiap berita yang diterbitkan oleh Hidayatullah.com memiliki gambar pendukung berita. Siapa yang terlibat dalam pemilihan gambar yang akan digunakan? Wartawan atau redaktur? Mahladi Murni : Redaktur. Kecuali kalau reporter di lapangan memiliki gambar-gambar. Misalnya ada demo, ada demo di Kedutaan Besar Suriah, biasanyakan para reporter tuh memfoto tuh di sana, foto itu kemudian dikirim ke redaktur dari sepuluh foto kemudian redaktur yang memilih oh ini . tetapi kalau reporter tidak menyetor eee gambar atau tidak memungkinkan misalnya, dia wawancara dengan seseorang, tentang kasus sebelumnya, maka mungkin si reporter akan memfoto Narasumbernya kemudian dikirimkan ke redaktur. Tapi

123

redaktur menegaskan kayaknya kurang bagus nih, kalau cuma gambar orang aja, perlu gambar view atau mungkin dia akan mencari gambar yang lainnya. Searching di tempat lain tentang apa-tentang apa yang mendukung cerita. Tapi intinya adalah keputusan akhirnya ada di redaktur.

6. Mengenai gambar pendukung berita. Apakah ada pesan yang ingin disampaikan melalui gambar yang digunakan Hidayatullah.com? Mahladi Murni : Pesan tersendiri sebenarnya tidak, cuma ini ada pada kesesuaian dengan beritanya. Karena ini, karena ini bercerita tentang kasus Ahok, maka foto inilah yang kita turunkan.

7. Apakah Hidayatullah.com memiliki kebijakan redaksi? Kalau ada, seperti apa kebijakan itu? Mahladi Murni : Tidak ada kebijakan-kebijakan, kebijakan redaksi itu hanya begini, pertama kita tidak boleh melaggar ketentuan Quran dan sunah, sebagaimana dengan Islam ya. Contoh misalnya, ada sesuatu yang tidak di tabayyun, harus tabayyun, yang kedua tidak boleh melanggar hukum positif di negara ini. Dalam hokum positif itukan misalnya ada ketentuan pencemaran nama baik, ujaran kebencian, itu berusaha kita patuhi nah jadi aturannya itu apa namanya, frame kita. Walaupun Frame kaidah Islam nah jadi untuk wartawan sih, karena mereka di lapangan ya laporkan aja semua semuanya, tetapi redakturlah yang menggawangi apakah ini keliatannya berpotensi masalah, maka dia bilang jangan turunkan dulu ini karena bisa menimbulkan ini, saya menurunkan ini setelah wawancara yang ini. Atau turunkan yang ini dengan berita berita yang berikutnya. Karena online ini kan sifatnya beda dengan cetak ya. Kalo online itukan berita-berita bergulir, bisa jadi seperti yang ditanyakan kenapa satu berita itu satu narasumber? Itu karena online itu bergulir. Saat ini bisa jadi Cuma si A tapi satu jam kemudian ada bantahan dari si B. Satu jam kemudian si A ngomong begini. Satu jam kemudian si B ngomong begini, jadi membaca online itu jangan membaca satu berita. Tetapi bacalah apa namanya alur Cerita itu. Sehingga menjadi utuh yang kemudian kadang-kadang dalam satu pekan atau satu bulan itu dari alur yang panjang ini kita jadikan satu benang merah dan itu kita sajikan di majalah. Sehingga mendapatkan utuh pembaca itu. Tapi kalau di online,

124

ya karena keterbatasan tadi, Biasanya begitu. Tidak sekaligus. Iya kecepatan waktu.

8. Mengenai penulisan berita di Hidayatullah.com. Siapa yang menentukan tema dan juga narasumber? Wartawan yang terlibat atau ada campur tangan redaktur media? Mahladi Murni : Bisa dua cara ya, pertama itu dari reporter sendiri. Kenapa? reporterlah yang paling tau situasi lapangan itu misalnya ada rencana nanti ingin meliput ini, dia yang tau di sini akan ketemu ini, ketemu ini, ketemu ini, dia yang tau, reporter yang tau. Tetapi kadang kala reporter ini karena kesibukannya di lapangan kemudian eee waktunya untuk menggali apa informasi itu kurang, sehingga dia perlu arahan dari redaktur. Kadang-kadang reporter bertanya begini : nanti saya akan ketemu narasumber A, apasih yang mau saya tanyakan. Lalu redaktur, karena redaktur kan di sini ya tidak di lapangan punya banyak waktu untuk mensearching dia searching. Oh kemarin itu narasumber bilang begini begini begini, tolong ditanyakan lagi soal ini ini ini biasanya gitu. Tapi adakalanya langsung reporter. Tapi apapun itu, putusan dimuat atau tidaknya ada pada redaktur.

9. Mengenai profil media, apa yang menjadi visi dan misi Hidayatullah.com? Mahladi Murni : Visi misi ini kita ingin menjadi media, apa, perekat. Karena kita tau, di negara ini kan banyak banyak Islam, ada banyak mazhab. Nah kita ingin menjadi yang ada di tengah-tengah disini. Sehingga ketika orang membaca majalah atau membaca situsnya orang tidak akan melihat punya siapa sih, oh ini situsnya PKS, oh bukan, ini situsnya. Jadi orang tidak akan mengatakan satu golongan karena semua kita cover di situ, NU kita cover di situ, Muhammadiyah kita cover, eee temen-temen tarbiah kita cover, Hizbut Tahrir kita cover, semuanya kita cover di situ. Selagi dia khasnya sunah wal jama‟ah kita cover yang tidak kita cover siapa? yang tidak kita cover adalah orang orang yang oleh Majelis Ulama sudah difatawa sesat. Itu ga akan kita cover. Siapa mereka? Meraka adalah misalnya Ahmadiah yang difatwa sesat gitu ya. Syiah juga oleh Majelis Ulama diminta untuk berhati-hati oleh Syiah. Nah karena ulama mengatakan begitu, maka kita mengikut kata ulama. Adapun orang kafir segala

125

macem, kita, apa namanya kata ulama kan berhati-hatilah terhadap mereka. Jadi intinya ya apa, kita mengikuti apa yang dikatakana oleh ulama.

10. Pada pemberitaan Hidayatullah.com, apakah ada opini publik yang ingin dibentuk? Mahladi Murni : Opini publik itu terbentuk bukan, jadi begini ya, jurnalis itukan penyampai. Ibaratnya tukang pos. Ada yang membuat surat, yang menulis surat, ada yang apa namanya penerima surat. Jurnalis di mana? Jurnalis hanya tukang pos saja. Mengantar pos dari sini, ke sini. Siapa yang membentuk opini? Yang membentuk opini kan yang menulis surat. Sedangkan yang membentuk opininya, misalnya yang menulis surat itu punya kerinduan gitu ya kepada anaknya. Dia tulislah suratnya dengan nada rindu, kami menyampaikan kepada sang anak. Nih ada surat begini begini. Lalu yang bereaksi terhadap suratnya kan ini. Siapa yang salah? kalau mereka kemudian rindu, apakah sang penyampe surat? Kan tidak. Makanya ketika ada kasus-kasus pemblokiran radikalisasi segala macam. Kenapa yang dituding salah ini tukang pos. Padahal kami kan cuma tukang pos yang mengantarkan surat saja, kenapa bukan si penulis surat yang dipersalahkan. Sehingga sipenerima surat kemudian bereaksi. Nah begitu juga dengan kita di sini, kita di sini hanya menyampaikan apa yang dinyatakan oleh ulama-ulama, kalau ulama mengatakan ahmadiah itu adalah golongan sesat, karena begini begini begini . Itukan pasti ada kajiannya mendalam faktanya sudah ada, lalu kami sampaikan oh begini begini begini. Karena masyarakat mesti tau ya, tidak mungkin masyarakat dibiarkan tidak tau. Tiba-tiba kami di nyatakan radikal. Tiba – tiba kami dinyatakan berbahaya. Loh, kenapa berbahaya, kami kan penyampai saja menyampaikan apa kata ulama. Nah itu yang kemudian masyarakat salah persepsi tentang itu. Salah apa namanya, eee salah memandang gitu, Ya harusnya kalau memang ada pihak-pihak yang eee merasakan apa namanya. Eee harusnya mereka juga mengkonter itu dengan opini-opini juga, narasumber-narasumber yang didapat. Kalau narasumber narasumber dari kami kebanyakan, itu kan adalah ulama, ada fenomena, apa kata ulama beritakan. Ada fenomena, apa kata ulama beritakan. Ada fenomena lagi, termasuk almaidah misalnya fenomena Ahok. Ulama mengatakan iniloh, bahwa memilih pemimpin kafir itu begini-begini begini. Ulama yang ngomong, kami yang beritakan.

126

Kemudian, apa namanya masyarakat bereaksi. Aksi aksi segala macam nah kalau ada orang yang tidak suka dengan itu ya harusnya dikonter juga dengan apa namanya pendapat-pendapat mereka seperti apa, jadi dalam konteks ini tidak bisa, jangan saling menyalahkan. Asal kita mengikuti kode etik jurnalistik, asal kita tidak menyalahi aturan yang ada di negara ini, saya kira itu sah-sah saja.

11. Dalam penggunaan bahasa, apakah Hidayatullah.com menggunaan pemilihan kata untuk berita? Mahldi Murni : Ya bisa saja, itukan masalah Bahasa. Bahasa itukan menentukan persepsi. Yang jelas bahasa-bahasa, diksi ya pemilihan kata itu kan harus ada acuannya. Bukan berdasarkan emosi, bukan berdasarkan suka dan tidak suka. Nah itu tidak boleh, harus ada acuan. Sebagai contoh misalnya begini, kata kafir, banyak orang bilang anti kata kafir. Menurut mereka itu kata yang, apa eee permusahan, mengandung kesan permusahan. Tetapi, di Al Quran kan begitu banyak kata kafir kalo Al Qur‟an kemudian mengatan itu ada, lalu apakah mungkin, kita sebagai umatnya kemudian jadi tidak berani menggunakan kata itu. Sehingga kita mengatakan tetap kafir itu tetap ada. Nah kalau kemudian ada orang yang mengatakan kafir itu adalah kata yang memicu permusuhan, maka kita harus mengedukasi orang itu, oh tidak kafir itu tidak begitu. Maksud kata kafir itu adalah menolak, karena ada orang yang menolak Islam, maka Islam mengatakan itu orang Kafir. Begitu juga kami, kami juga orang yang kafir, bagi orang yang Kristen. Kalau orang Kristen mengatakan kami kafir, ya begitulah adanya, kami memang kafir. Karena kami bukan pemeluk mereka kami adalah penolak. Itu kata biasa, bukan kata yang kasar. Itu perlu edukasi. Ini yang kurang. Sehingga yang muncul adalah, persepsi dan itu yang berbahaya, dan itu tugas berat. Nah tetapi kata kata yang diada-adakan dengan dalih kebencian itu yang tidak boleh, misalnya apa ya? kata kata yang mengihinakan sesuatu tidak boleh, apa? kata kata yang mengandung unsur apa menjatuhkan harkat dan martabat tidak boleh. Tetapi kata-kata yang kebetulan ada di dalam Al-Qur‟an itu tidak jadi persoalan. Al Qur‟an aja bisa menggunakan itu. Ya sangat naif kalau kita kepingin mengubah Al Qur‟an, Al Qur‟an jangan pake kata kafir dong, dirubah, kan gak mungkin . Nah intinya adalah penggunaan diksi itu diperbolehkan, dan kaidah

127

jurnalistik memperbolehkan itu, tetapi tetap berdasarkan dasar yang kuat bukan karena bukan karena kebencian.

128

DOKUMENTASI WAWANCARA

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Wawancara pribadi dengan Redaktur Republika.co.id, Bayu Hermawan pada hari Jum„at, 24 Maret 2017 pukul 15:36 WIB - selesai di Java Bean Coffee

& Resto, Pejaten Village, Jakarta Selatan.

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Wawancara pribadi dengan wartawan Republika.co.id, Rahmat Fajar untuk pemberitaan “Ahok minta maaf, ini tanggapan Buni Yani“ (kiri) dan

Dadang Kurnia dengan pemberitaan “MUI desak polri tangkap Ahok“ (kanan) pada hari Selasa, 4 April 2016 pukul 10:17 WIB – selesai di Kantor Republika,

Jakarta Selatan.

129

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Wawancara pribadi dengan Pimpinan Redaksi Hidayatullah.com, Mahladi

Murni pada hari Senin, 10 April 2017 pukul 12:54 WIB – selesai di Kantor

Hidayatullah.com Jl. Cipinang Cempedak 1 No. 14 Polonia, Jakarta Timur.