PELAKSANAAN SALAT DUHA PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK AL – ADABIY PONTIANAK

Sri Irmayani, M. Syukri, Halida Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini FKIP UNTAN Pontianak Email: [email protected]

Abstract This study aims to describe the implementation of salat duha children aged 4-5 years in kindergarten Al-Adabiy Pontianak. This research uses descriptive method with qualitative approach. The data sources of this research are teachers and class A students and data from observation guides, interview guides, documentation and field notes. The results of this study indicate the planning that teachers do in implementing salat duha in children have been categorized either because the teacher has set goals to be achieved, the media images or props, facilities and infrastructure, the child's assessment sheet and time, steps of prayer implementation duha children are also quite good because in accordance with the goals and strategies that teachers have made and children are also enthusiastic or enthusiastic in carrying out praying prayer duha, support factors in the implementation of prayers duha has become a role model in the implementation, inhibiting the implementation of salat duha also resolved well because of solutions contained in the implementation of prayer duha so as to make the child become happy carry out habituation prayer duha.

Keywords: Duha Prayer, Habituation

PENDAHULUAN Ahmad Nawawi Sadili (2014) salat Peraturan Menteri Pendidikan dan sunah duha adalah salat sunah yang Kebudayaan Republik Indonesia Tahun dikerjakan pada waktu dhuha artinya pagi 2014 Nomor 137 Pasal 1 menyatakan antara pukul 7 sampai 11 siang. bahwa Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Ahmad Yaman (2007) hukum (PAUD) adalah upaya pembinaan yang pelaksanaan salat duha adalah sunah, ditujukan kepada anak sejak lahir hingga pelaksanaannya dimulai ketika matahari usia enam (6) tahun yang dilakukan mulai tinggal seukuran satu tombak hingga melalui pemberian rancangan tergelincir dan yang lebih utama dilakukan pendidikan untuk membantu setelah seperempat siang. pertumbuhan dan perkembangan Muhammad Sholikhin (2012) jasmani dan rohani agar anak memiliki menyatakan, Salat sunah duha atau juga kesiapan dalam memasuki pendidikan sering disebut salat awwabin duha, yang lebih lanjut. dikerjakan ada waktu matahari sudah Al-Lajnah Ad Da-imah Komisi beranjak naik sekitar satu tombak (sekitar Fatwa di Saudi Arabia (dalam pukul 07:00 WIB), matahari setinggi sekitar Ubaidurrahim El Hamdi, 2013) 7 hasta) hingga menjelang waktu salat menjelaskan bahwa “Waktu awal salat Zuhur. Salat duha yang dilaksanakan persis duha adalah sekitar 15 menit setelah pada awal waktu terbitnya matahari disebut matahari terbit. Waktu yang paling salat isyraq. Disebut salat awwabin duha Afdhal menurut mayoritas ulama di disebabkan ia media untuk bertobat, serta akhir waktunya”. kembali kepada jalan Allah dengan jalan

1 meninggalkan dosa dan memupuk diri 7 hasta (kira-kira pukul 07:00 WIB) dan dengan aneka kebaikan (al-khairat). habis waktunya ketika matahari hampir Menurut Indikator Pencapaian tergelincir, sekitar pukul 10:30 WIB. Salat Perkembangan Anak Usia Dini (2014) sunah ini bertujuan untuk memohon kepada menyatakan anak usia dini yang berusia Allah SWT. agar diberi kemudahan rezeki kisaran 4-5 tahun sudah mulai dan berkah. mengucapkan doa-doa pendek dan Andrew N Weintraub, (2011) melakukan ibadah sesuai dengan agama mengemukakan bahwa: The salat is yang dianutnya dengan tuntunan orang referred to as "talking" to allah. Salat is dewasa. Dengan demikian, para pendidik more than just talking but is an intense dapat membiasakan anak untuk form of communication, in a transcendental melaksanakan ibadah seperti salat duha way with allah. pada waktu pagi hari sebelum masuk ke Berdasarkan observasi yang dilakukan dalam kelas. Dengan demikian, para peneliti, pelaksanaan salat duha ini pendidik dapat membiasakan anak untuk dikatakan unik atau berbeda dari taman melaksanakan ibadah seperti salat duha kanak-kanak pada umumnya. Disebabkan pada waktu pagi sebelum masuk ke dalam anak yang telah lulus dari Taman Kanak- kelas. Alasan pembiasaan ini sangat tepat Kanak (TK) ini menjadi lebih pandai dalam diberikan kepada anak usia dini karena melaksanakan salat duha dan baik dalam pada masa ini anak sedang mengalami bacaan salatnya daripada semua taman perkembangan yang sangat pesat baik kanak-kanak yang juga melaksanakan perkembangan fisik maupun psikisnya. pembelajaran yang seperti ini yaitu Pada saat ini anak masih mudah pembiasaan salat duha. Fadlan Al-Ikhwani dipengaruhi dan diajak untuk membiasakan (2011) menyatakan bahwa jumlah minimal diri pada hal-hal yang baik seperti rakaat salat duha adalah rakaat dan melaksanakan salat duha. Sehingga jumlah maksimal tidak terbatas. Kadang kebiasaan-kebiasaan yang telah ditanamkan rasulullah SAW mengerjakan empat rakaat sejak dini akan melekat pada dirinya dan dan kadang lebih menurut apa yang dibawa sepanjang hidupnya. dikehendaki oleh Allah. Sedangkan Abu Siti Khadijah (2010) menyatakan Sakhi (2016) menyebutkan, Adapun rakaat bahwa the duha salat is a forenoon sunah dalam salat duha ini bisa dilakukan salat. Its time starts when the sun has sebanyak 2, 4, 6, 8, dan 12 rakaat. Jika completely risen (and is above the horizon menunaikannya lebih dari 2 rakaat maka by the length of a spear) until before the setiap 2 rakaat diakhiri dengan salam. sun is at its zenith. The salat duha consists Idrus Hasan (2009) Salat duha of a minimum of two rakaats. Rasulullah merupakan satu tathawwu yang SAW usually did two, four, and even eight hukumnya sunah. Mengerjakannya secara rakaats. If we do more two rakaats, we may rutin setiap hari merupakan amalan yang do it at once or two by two rakaats. mulia dan terpuji. Jumlah rakaatnya yang Pendapat tersebut mengungkapkan paling banyak yang pernah diriwayatkan bahwa salat duha dilakukan pada waktu oleh Ummu Hani RA adalah sebanyak pagi hari dan salat tersebut dikerjakan delapan rakaat. Sedangkan menurut paling sedikit dua rakaat dan paling banyak Farasunnabi (2010) Salat sunah duha adalah delapan rakaat. Dengan kata lain, prosesnya salat sunah dua rakaat atau lebih (bisa boleh saja dua rakaat-dua rakaat atau empat, enam, delapan rakaat, tiap dua sekaligus dalam sekali salam. rakaat ditutup dengan salam). Sedangkan Muhammad Amrin Rauf (2015) menurut Sulaiman Al-Kumayi (2007) menyatakan, salat duha adalah salat sunah menyatakan Salat duha adalah salat sunah yang dilaksanakan di waktu pagi ketika yang dikerjakan pada waktu pagi. matahari sudah terbit dan meninggi sekitar Waktunya mulai setelah matahari setinggi

2 galah (sekitar pukul 6:30) hingga terik terbuat dari emas di surga. (HR. Ibnu matahari (kira-kira pukul 11:00). Majah), (6) Pahala salat duha menyamai Muhammad Umar (2008: 93) “Waktu pahala orang yang melakukan umroh dan salat duha dimulai sejak terbit matahari haji, jika orang yang melakukan itu sampai waktu zawal (tergelincirnya mengawalinya dengan salat subuh, matahari). Adapun waktu yang paling kemudian tetap duduk di masjid hingga afdhal itu adalah ketika terik matahari matahari cukup tinggi. semakin panas”. Selain itu ada juga yang Menurut Suprihatiningsih (2016) menjelaskan bahwa waktu yang paling menyatakan, Metode pembiasaan adalah utama saat melaksanakan salat duha adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk ketika sinar matahari mulai terasa panas membiasakan seseorang/anak didik untuk atau ketika ketinggian matahari mulai terbit dapat berpikir, bersikap, dan bertindak disebelah timur sama dengan ketinggian sesuai dengan tuntunan ajaran agama. matahari mulai terbenam disebelah barat Dalam proses pembelajaran adakala pada sore hari ketika masuk waktu anak merasa bosan apalagi melaksanakan ashar.(Huriyah Huwaida 2017: 41) salat duha yang dilakukan secara berulang- Dengan demikian dapat disistesiskan ulang. Kebosanan dan kejenuhan anak (dirangkum) bahwa salat duha adalah salat inilah salah satu hambatan bagi guru dalam yang dikerjakan pada waktu pagi hingga membiasakan salat duha pada anak. menjelang waktu zuhur dengan jumlah Diantara berbagai kendala/faktor yang rakaat paling sedikit 2 dan paling banyak mendukung serta menghambat yang 12. Namun, tidak ada ketentuan yang mempengaruhi dari dalam diri anak mendasar dalam mengerjakan salat duha maupun dari luar. Menurut Slameto (dalam ini. Kemudian waktu yang paling afdhal Putryani: 2016) mengemukakan bahwa dalam melaksanakan salat duha adalah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ketika pukul 08:00-08:30 wib. itu banyak jenisnya, tetapi digolongkan Adapun intisari hadist-hadist tentang menjadi dua jenis saja yaitu: (1) Faktor keutamaan salat duha menurut Budiman Internal: (a) Faktor jasmaniah (Kesehatan Mustofa (2010) yaitu sebagai berikut: (1) dan cacat tubuh), (b) Faktor psikolgis Salat sunah duha mempunyai kedudukan intelegensim, perhatian, minat, bakat, motif, yang sangat penting bagi seorang Muslim. kematangan, kesiapan, (c) Faktor kelelahan. Ia disejajarkan dengan kewajiban (2) Faktor Eksternal: (a) Faktor keluarga bersedekah setiap harinya, (2) Salat duha Cara orang tua mendidik, relasi antar bisa sebagai ganti atas kewajiban sedekah anggota keluarga, suasana rumah, keadaan seorang muslim, (3) selalu ekonomi keluarga, pengertian orang tua, menyediakan alternatif, jika seorang latar belakang kebudayaan; (b) Faktor muslim pada realitasnya belum mampu sekolah: Metode mengajar, kurikulum relasi melaksanakan suatu kewajiban. Salat duha guru dengan peserta didik, disiplin sekolah, menjadi pilihan, (4) Kita tidak boleh merasa alat pelajaran, waktu sekolah, standar lemah untuk melakukan salat duha, apapun pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, jabatan kita. Sebab, setan akan selalu metode belajar, tugas rumah; (c) Faktor menghiasi kesibukan kita sebagai tujuan masyarakat: Kegiatan peserta didik dengan hidup, (5) Allah menjanjikan akan masyarakat, teman bergaul, bentuk memberikan kecukupan hidup bagi setiap kehidupan masyarakat muslim yang melakukan salat duha. Dan Rasulullah SAW. bersabda: “Anas bin METODE PENELITIAN Malik berkata: Aku pernah mendengar Gunawan Sumodiningrat (2007): Rasulullah Saw. Bersabda, Siapa saja yang Metode Deskriptif adalah metode untuk salat duha 12 raka’at, Allah akan menggambarkan situasi atau kejadian, kerja membuatkan untuknya sebuah istana yang peneliti bukan saja memberikan gambaran

3 mengenai fenomena-fenomena, tetapi juga dengan bertambahnya data maka menerangkan hubungannya, membuat kesimpulannya menjadi jelas. prediksi, serta menyimpulkan makna atas persoalan yang dibahas.” HASIL PENELITIAN DAN Moleong (dalam Ratih Rusmayanti PEMBAHASAN 2013) yang menyatakan, “Penelitian Hasil Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa 1. Perencanaan Guru dalam yang dialami oleh subyek penelitian Melaksanakan Salat Duha misalnya perilaku, persepsi, motivasi, Berdasarkan observasi yang dilakukan tindakan, dll. Secara holistik dan dengan pada anak saat melaksanakan salat duha, cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan sudah terlihat bahwa tingkat pencapaian bahasa, pada suatu konteks khusus yang perkembangan anak bervariasi dimulai dari alamiah dan dengan memanfaatkan anak yang tidak bisa membaca dan berbagai metode alamiah.” menggerakkan anggota tubuh dengan benar, Analisis data pada penelitian kualitatif anak yang sudah bisa membaca namun dilakukan pada saat pengumpulan data tidak jelas serta sudah fasih atau sudah berlangsung dan setelah selesai benar sekali tanpa bantuan guru. Adapun pengumpulan data pada periode tertentu. yang dapat diobservasi, yaitu anak bisa Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, membaca bacaan salat dan gerakan salat 2016) mengemukakan bahwa, “ Aktivitas duha. Pada awal observasi ini, terlihat dalam analisis data kualitatif dilakukan bahwa masih banyak anak yang belum secara interaktif dan berlangsung secara berkembang dalam hal melaksanakan salat terus menerus sampai tuntas, sehingga duha. Terlihat masih ada anak yang tidak datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam mau melaksanakan bahkan ada anak yang analisis data yaitu (1) Pengumpulan Data ( sengaja terlambat datang ke sekolah agar Data Collection ) diartikan sebagai melewati pembelajaran salat duha ini. pengumpulan segala informasi ataupun Namun daripada itu, ada juga beberapa dari dokumentasi yang dilakukan dalam anak kelas A yang sudah rutin datang lebih kegiatan survey yang muncul berdasarkan awal untuk mengikuti pembelajaran salat pertanyaan penelitian, (2) Reduksi Data duha ini. Reduksi data berarti merangkum, memilih Martyn Hammersiey (2001) hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal menyatakan, Qualitative research is yang penting, dicari tema dan polanya serta concerned with life as it is lived, things as membuang yang tidak perlu, (3) Penyajian they happen, situations as they are data (Data Display) diartikan sebagai constructed in the day-to-day, moment-to- perangkat informasi yang terorganisir, yang moment course of events. This might be memungkinkan dilakukan penarikan contrasted with the setting up of artificial kesimpulan. Proses penyajian data ini experiments. Qualitative researchers seek dengan cara menampilkan data secara lived experiences in real situations. In sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat general, they try not to disturb the scene naratif, tabel, matrik, dan grafik dengan and aim to be unobtrusive in their methods. maksud agar data yang telah dikumpulkan This is to attempt to ensure that data and dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk analysis will closely reflect what is mengambil keputusan, (4) Penarikan happening. Kesimpulan atau Verifikasi ini melibatkan Maksud dari pendapat Martyn pemahaman penulis sejak data awal Hammersiey (2001) adalah penelitian dikumpulkan. Walaupun kesimpulan pada kualitatif berkaitan dengan kehidupan awalnya masih bersifat sementara namun seperti yang dijalani, hal-hal seperti yang terjadi, situasi saat dibangun dalam kegiatan sehari-hari, dari saat ke waktu. Hal

4 ini mungkin kontras dengan persiapan senang hati tanpa ada paksaan yang penelitian. Peneliti kualitatif mencari membuatnya merasa tidak nyaman. pengalaman hidup dari kenyataan. Secara Kemudian, adanya dukungan dari orang tua umum, peneliti mencoba untuk merusak anak untuk melaksanakan salat duha kenyataan. Hal ini dikarenakan untuk dengan cara membangun anak lebih awal memastikan bahwa data dan analisis akan dari hari libur. Berikut faktor mencerminkan apa yang sedang terjadi. pendukungnya sebagai berikut: (1) Berdasarkan hasil observasi yang Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dilakukan peneliti, sudah terlihat bahwa dengan mempergunakan metode guru dengan baik membantu anak agar pembiasaan akan menambah ketepatan dan terbiasa dalam melaksanakan salat duha. kecepatan pelaksanaan, (2) Pemanfaatan Guru memberikan penjelasan tentang kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan alasan mengapa salat duha tersebut harus banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya, dilakukan setiap hari serta guru mampu (3) Pembentukan kebiasaan membuat mengatasi hambatan yang ada pada saat gerakan-gerakan kompleks dan rumit pelaksanaan pembiasaan salat duha menjadi otomatis. Hal ini menjadikan salat berlangsung. Guru menjelaskan bahwa duha menjadi mudah dilakukan oleh anak, ketika anak melaksanakan salat duha maka (4) Pembiasaan tidak hanya berkaitan anak akan mendapatkan pahala untuk dengan lahiriyah tetapi juga bathiniyah. masuk ke dalam surga. Selain daripada itu, guru juga menyiapkan sajadah untuk anak 4. Faktor Penghambat Pelaksanaan yang menjadi imam pada saat pelaksanaan Salat Duha salat duha. Dari data wawancara dan observasi dapat dipaparkan bahwa faktor penghambat 2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Salat dalam pelaksanaan salat duha ini adalah Duha keterlambatan anak datang ke sekolah Berdasarkan paparan data sebelumnya, akibat dari kesiangan, tidak mau masuk bahwa pelaksanaan salat duha dilaksanakan musala dikarenakan tidak ada temannya pada pagi hari sekitar pukul 07:30-08:00 serta ada anak yang mengatakan bahwa ia wib dan dilaksanakan dimusala TK. Dan mengalami sakit atau demam sehingga langkah selanjutnya adalah guru lebih memilih untuk masuk ke kelas menyiapkan sajadah untuk imam yang sehingga membuat anak enggan untuk diambil dari anak-anak yang sudah berani melaksanakan salat duha. Selain itu, orang dan hafal bacaan serta gerakan salat duha. tua juga mengatakan bahwa anak-anak yang Namun, pelaksanaan salat duha belum terkadang tidak ingin melaksanakan berjalan cukup baik pada awal pertama kali pembiasaan salat duha dikarenakan adanya penelitian. Dikarenakan ada beberapa anak guru yang sedikit berteriak kepada teman- yang belum mau melaksanakan kegiatan teman pada saat dimusala. Hal ini menjadi salat yang dilakukan setiap hari. Hal faktor yang menghambat pembiasaan tersebut dalam terlihat di dalam foto-foto sehingga membuat anak yang seharusnya dokumentasi bahwa hanya beberapa anak bisa membaca dan menggerakkan anggota dari kelas A yang melaksanakan salat duha. tubuhnya sesuai gerakan salat menjadi tidak bisa atau enggan melaksanakannya. 3. Faktor Pendukung Pelaksanaan Salat Muhammad Fadlillah (2014), Adapun Duha untuk kekurangan-kekurangan metode Berdasarkan hasil wawancara dengan pembiasaan ini sebagai berikut: (1) Untuk guru kelas A maka terdapat faktor yang awal-awal pembiasaan, anak akan merasa mendukung dalam pelaksanaan salat duha bosan melakukannya. Berdasarkan yaitu ketika suasana hati anak baik maka wawancara dengan guru kelas A, poin anak akan melaksanakan salat dengan bagian satu ini menjadi penghambat yang

5 paling terjadi kepada anak. Hal ini anak, sulit untuk dihilang. Pada bagian poin dikarenakan, anak tidak suka melakukan ini, jika anak sudah terbiasa melaksanakan hal yang menoton atau itu-itu saja,, (2) Bila salat duha maka anak akan menjadi pribadi suatu kebiasaan sudah tertanam dalam diri yang soleh pada saat dewasa kelak, (6) anak, sulit untuk dihilang. Pada bagian poin Anak belum dapat mengidentifikasi antara ini, jika anak sudah terbiasa melaksanakan yang benar (baik) dan salah (buruk), (7) salat duha maka anak akan menjadi pribadi Membutuhkan guru yang dapat dijadikan yang soleh pada saat dewasa kelak, (3) teladan dan mempunyai kepribadian yang Anak belum dapat mengidentifikasi antara baik di mata anak, (8) Membutuhkan waktu yang benar (baik) dan salah (buruk), (4) bertahap untuk dapat menanamkan suatu Membutuhkan guru yang dapat dijadikan kebiasaan pada anak. teladan dan mempunyai kepribadian yang baik di mata anak, (5) Membutuhkan waktu Pembahasan bertahap untuk dapat menanamkan suatu kebiasaan pada anak. 1. Perencanaan Guru dalam Melaksanakan Salat Duha 5. Solusi dalam Mengatasi Faktor Abdul Majid (dalam Moh. Ahyan, Penghambat Pelaksanaan Salat Duha 2018) menyatakan bahwa “Perencanaan Dari data wawancara dan observasi adalah penyusunan materi pengajaran, dapat dipaparkan bahwa faktor penghambat penggunan media pengajaran, penggunaan dalam pelaksanaan salat duha ini adalah pendekatan dan metode pengajaran, dan keterlambatan anak datang ke sekolah penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akibat dari kesiangan, tidak mau masuk akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk musala dikarenakan tidak ada temannya mencapai tujuan yang telah ditentukan”. serta ada anak yang mengatakan bahwa ia Berdasarkan uraian di atas, mengalami sakit atau demam sehingga perencanaan guru dalam pelaksanaan salat lebih memilih untuk masuk ke kelas duha pada anak usia 4-5 tahun di TK Al- sehingga membuat anak enggan untuk Adabiy Pontianak Kota sudah berjalan melaksanakan salat duha. Selain itu, orang dengan baik. Hal tersebut ditertera pada tua juga mengatakan bahwa anak-anak yang saat peneliti mewawancarai guru kelas A terkadang tidak ingin melaksanakan yang bertugas juga dalam merencanakan pembiasaan salat duha dikarenakan adanya kegiatan pembiasaan salat duha ini pada guru yang sedikit berteriak kepada teman- anak. Dalam merencanakan salat duha ini teman pada saat dimusala. Hal ini menjadi guru menetapkan tujuan yang ingin dicapai, faktor yang menghambat pembiasaan menyiapkan sarana dan prasarana yang sehingga membuat anak yang seharusnya digunakan dalam pembiasaan seperti bisa membaca dan menggerakkan anggota adanya tempat ibadah untuk anak dan alat tubuhnya sesuai gerakan salat menjadi tidak ibadah serta media yang mendukung bisa atau enggan melaksanakannya. penjelasan guru dalam menyampaikan Muhammad Fadlillah (2014), Adapun tujuan melaksanakan salat duha pada anak, untuk kekurangan-kekurangan metode lembar penilaian untuk anak, waktu serta pembiasaan ini sebagai berikut: guru pendamping dalam melaksanakan 1) Untuk awal-awal pembiasaan, anak akan salat duha. merasa bosan melakukannya. Berdasarkan Dengan demikian, dapat disimpulkan wawancara dengan guru kelas A, poin bahwa perencanaan yang dilakukan guru bagian satu ini menjadi penghambat yang sudah sesuai dengan paparan yang telah paling terjadi kepada anak. Hal ini dikemukakan oleh beberapa pendapat. dikarenakan, anak tidak suka melakukan Perencanaan yang dilakukan guru sudah hal yang menoton atau itu-itu saja, (6) Bila dikategorikan baik karena sudah suatu kebiasaan sudah tertanam dalam diri direncanakan secara sistematis dan telah

6 melewati urutan: Penyusunan materi Assalamu’alaikum wa rahmatullah. pengajaran, penggunan media pengajaran, Pada saat wawancara dengan guru penggunaan pendekatan dan metode kelas A, sudah dikatakan bahwa anak yang pengajaran, dan penilaian dalam suatu tidak melaksanakan salat duha ini diberikan alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada nasihat terlebih dahulu dan jika tidak masa tertentu untuk mencapai tujuan yang melaksanakan berkali-kali maka anak akan telah ditentukan. diberikan konsekuensi seperti teguran dan membicarakannya kepada orang tua. 2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Salat Duha 3. Faktor Pendukung Pelaksanaan Salat Menurut Muhammad Amrin Rauf Duha (2015) ada beberapa yang hal yang sama Kelebihan dari metode pembiasaan ini dilakukan dalam melaksanakan salat duha dapat dijadikan sebagai pendukung dalam yaitu sebagai berikut: pelaksanaan salat duha pada anak. Hal ini 1. Niat dikarenakan pada poin pertama yang Berdiri tegak menghadap kiblat sambil mengatakan bahwa pembentukan suatu berniat untuk melaksanakan salat duha. kebiasaan seperti salat duha ini dapat 2. Takbiratul Ihram menambah kecepatan dan ketepatan anak Allaahu Akbar “Allah Maha Besar.” dalam melakukan gerakan dan bacaan. 3. Kedua tangan disedekapkan, lalu Sedangkan poin kedua dan ketiga membaca doa iftitah mengatakan bahwa anak diharuskan agar 4. Membaca surah al-faatihah dibiasakan melaksanakan sesuatu yang baik 5. Membaca surah pendek terlebih dahulu dan jangan sampai 6. ’ kebiasaan buruk mendahului, gerakan 7. I’tidal dalam salat duha ini menjadi otomatis 8. dilakukan anak tanpa harus diajari kembali Subhaana rabbiyal a’la wa bihamdih 3x serta poin keempat yang mengatakan bahwa 9. Duduk diantara dua sujud perubahan anak bukan hanya terlihat dalam Rabbighfirlii warhamnii wajburnii bentuk fisik namun dalam bentuk bathin warfa’nii warzuqnii wahdinii wa ‘aafinii juga diharapkan menjadi lebih baik dari wa’fu ‘anni. sebelumnya. 10. Berdiri membaca al-faatihah 11. Membaca surah pendek 4. Faktor Penghambat Pelaksanaan 12. Ruku’ Salat Duha 13. I’tidal Dari data wawancara dan observasi 14. Sujud dapat dipaparkan bahwa faktor penghambat Setelah I’tidal, lanjutkan dengan sujud. dalam pelaksanaan salat duha ini adalah Lalu, membaca kalimat tasbih berikut: keterlambatan anak datang ke sekolah Subhaana rabbiyal a’la wa bihamdih akibat dari kesiangan, tidak mau masuk 3x musala dikarenakan tidak ada temannya 15. Duduk di antara dua sujud sambil serta ada anak yang mengatakan bahwa ia membaca: mengalami sakit atau demam sehingga 16. Sujud kedua sambil membaca: lebih memilih untuk masuk ke kelas Subhaana rabbiyal a’la wa bihamdih sehingga membuat anak enggan untuk 3x. melaksanakan salat duha. Selain itu, orang 17. Duduk tasyahud/tahiyat akhir tua juga mengatakan bahwa anak-anak yang 18. Salam terkadang tidak ingin melaksanakan Assalamu’alaikum wa rahmatullah. pembiasaan salat duha dikarenakan adanya Kemudian, menoleh ke kiri sambil guru yang sedikit berteriak kepada teman- membaca: teman pada saat dimusala. Hal ini menjadi

7 faktor yang menghambat pembiasaan yang bisa saja dari pihak orang tua maupun sehingga membuat anak yang seharusnya dari pihak sekolah. bisa membaca dan menggerakkan anggota tubuhnya sesuai gerakan salat menjadi tidak SIMPULAN DAN SARAN bisa atau enggan melaksanakannya. Simpulan Dengan demikian dapat disimpulkan Berdasarkan fokus penelitian dan hasil bahwa faktor yang menghambat paparan data sebagaimana yang telah pelaksanaan salat duha ini sama dengan diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dalam yang tertera pada paparan di atas. Hal ini bab ini dapat peneliti simpulkan sebagai dikarenakan faktor yang paling dominan berikut:(1) Perencanaan pembelajaran salat terjadi dan dikatakan pada saat wawancara duha pada anak usia 4-5 tahun di TK Al- itu adalah faktor dari luar yaitu dari pihak Adabiy Pontianak Kota, guru menyiapkan keluarga. Dari faktor keluarga ini, anak perencanaan pembelajaran meliputi: a) merasakan perbedaan antara perlakuan Menetapkan tujuan yang ingin dicapai; b) dirumah dan disekolah. Anak memilih media gambar atau alat peraga; c) sarana untuk merasakan suasana dirumah yang dan prasarana; d) lembar penilaian anak; e) tidak memaksa untuk melaksanakan salat waktu, (2) Langkah-langkah pelaksanaan dan orang tua juga tidak konsisten dalam salat duha pada anak yang dilaksanakan membantu pihak sekolah seperti guru piket oleh guru sesuai dengan perencanaan salat duha. pembelajaran, yaitu: a) dilaksanakan seperti salat subuh yaitu dua rakaat setiap hari 5. Solusi dalam Mengatasi Faktor Senin – Kamis; b) waktu salat duha pukul Penghambat Pelaksanaan Salat Duha 07:15- 08:00 wib; c) dilaksanakan bersama- Salat duha ini dilaksanakan bersama- sama dengan anak-anak kelas B1, B2, dan sama dengan suara keras dan secara tidak B3 dibimbing oleh guru yang piket salat langsung dapat membiasakan anak untuk duha; d) guru memberikan solusi bagi anak menjaga hubungan baik sesama teman, yang terlambat atau tidak ikut pembiasaan tidak saling mengganggu serta menjadikan salat duha., (3) Faktor-faktor yang anak cepat hafal bacaan-bacaan salat mendukung pelaksanaan salat duha dengan baik dan benar. Penggunaan media meliputi: a) Kemauan dari anak-anak atau dalam pembiasaan salat duha ini sangat tidak ada paksaan dalam melaksanakan baik dilakukan agar anak memahami tata salat duha, b) Guru yang menjadi cara salat, tersedianya sarana dan prasarana pembimbing dalam piket salat duha seperti adanya musala serta waktu bahkan memiliki sikap tegas dan konsisten, c) guru pembimbing dalam pembiasaan salat Orang tua yang mau bekerjasama dengan duha ini sangat diperlukan. Dalam pihak guru agar anak mau membiasakan observasi yang dilakukan, guru sudah diri melaksanakan salat duha. (4) Faktor- mencoba semaksimal mungkin dalam faktor yang menghambat pelaksanaan salat memberikan solusi jika anak yang tidak duha ini meliputi: a) faktor keluarga yang mau melaksanakan salat duha akan terkadang membuat suasana hatinya buruk diberikan hukuman berupa nasihat dan sehingga tidak mau melaksanakan teguran serta membicarakannya kepada pembiasaan salat duha; b) faktor guru yang orang tua anak agar membantu terlambat karena hal-hal mendesak terjadi membiasakan anak agar bisa terbiasa sehingga guru pembimbing salat duha tidak melaksanakan salat duha. lengkap; c) faktor masyarakat (teman Dengan demikian, solusi dalam bergaul) yang tidak mau melaksanakan mengatasi faktor penghambat pelaksanaan salat sehingga memilih bermain di luar. (5) salat duha ini adalah guru dapat membantu Solusi dalam mengatasi faktor penghambat anak memahami dan membimbing anak pelaksanaan pembiasaan salat duha yaitu: a) dalam membiasakan diri untuk guru memotivasi dan memberikan nasihat melaksanakan salat duha tanpa ada paksaan

8 kepada anak agar mau melaksanakan Pengamal, dan Doa serta Dzikir pembiasaan salat duha agar dapat masuk ke Setelah Shalat Sunah). Lampung: dalam surga; b) guru mengkomunikasikan Wahyu Qolbu. kepada orang tua untuk bekerja sama dalam membiasakan anak untuk salat duha Fadlillah, Muhammad. (2014). Desain disekolah maupun dirumah. Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Yogyakarta: Ar-Ruzz Saran Media. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka peneliti memandang Farasunnabi. (2010). Shalat For Kids perlu untuk memberikan beberapa pokok Bersama Upin dan Ipin. Bandung: PT pikiran sebagai saran dalam penelitian ini Mizan Pustaka. antara lain: (1) Bagi guru yang membimbing pelaksanaan pembiasaan salat Hammer, Martyn. (2001). Research duha dapat terus meningkatkan proses Methods in Education: Handbook pelaksanaannya bagi anak setiap tahunnya Master Programme in Education. serta memberikan motivasi kepada anak United Kingdom: Open University secara rutin, (2) Bagi pihak TK Al - Adabiy Press. dan keluarga anak harus selalu memberikan dukungan kepada guru yang membimbing Hasan, Idrus. (2009). Risalah Salat salat duha dalam menjalankan program (Dilengkapi dengan Dalil-Dalilnya). pembiasaan salat duha bagi anak-anak Surabaya: Karya Utama. setiap tahunnya serta saling bekerja sama dalam membiasakan anak untuk Huwaida, Huriyah. (2017). Penuntun melaksanakan salat duha dirumah dan Mengerjakan Shalat Dhuha. disekolah. Malaysia: Qultum Media.

Khadijah, Siti. (2010). Ensiklopedia Shalat DAFTAR RUJUKAN For Kids. Bandung: Mizan Media Utama (MMU). Al-Ikhwani, Fadlan. (2011). Dahsyatnya Bangun Pagi, Tahajud, Subuh, dan Martono. (2017). Pedoman Penulisan Dhuha (Cara Hidup Sehat, Berkah, Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan dan Rezeki Berlimpah Dimulai Bangun Artikel Hasil Penelitian) Edisi Revisi. Lebih Pagi). Surakarta: Shahih. Pontianak: FKIP UNTAN.

Al-Kumayi, Sulaiman. (2007). Shalat Mustofa, Budiman. (2010). The Miracle of Penyembahan dan Penyembuhan. Shalat Dhuha. Solo: Hasanah Media. Semarang: Erlangga. Putryani. (2016). Peningkatan Kemandirian Depdiknas. (2014). Peraturan Menteri Melalui Metode Pembiasaan Pada Pendidikan dan Kebudayaan Nomor Anak Usia 5-6 Tahun Di Taman 137 Tahun 2014. Jakarta: Depdiknas. Kanak-Kanak Bina Insan Pontianak Tenggara. Skripsi. Pontianak: FKIP Depdiknas. (2014). Peraturan Menteri Universitas Tanjungpura. Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014. Jakarta: Depdiknas. Rauf, Muhammad Amrin. (2015). Hafal Luar Kepala Tata Cara dan Bacaan El-Hamdi, Ubaidurrahim. (2013). Super Shalat Wajib serta . Lengkap Shalat Sunah (Tata Cara, Yogyakarta: Sabil. Hikmah, Manfaat, Kisah Nyata Para

9

Rusmayanti, Ratih. (2013). Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan Perilaku Moral Anak Kelompok B Di TK Bina Anak Sholeh Tuban. (Online). Retrieved September 2017, from Jurnal Bimbingan dan Konseling UNESA: (http://jurnalmahasiswaunesa.ac.id`/art icle/9186/13/article.pdf

Sadili, Ahmad Nawawi. (2014). Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah. Jakarta: AMZAH. Sholikhin, Muhammad. (2012). Panduan Shalat Lengkap dan Praktis. Boyolali: Erlangga.

Sakhi, Abu. (2016). Panduan Praktis dan Lengkap Menuju Kesempurnaan Salat. Yogyakarta: Risalah Zaman.

Sumodiningrat, Gunawan. (2007). Pemberdayaan Sosial: Kajian Ringkas Tentang Pembangunan Manusia Indonesia. Jakarta: Buku Kompas.

Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suprihatiningsih. (2016). Perspektif Manajemen Pembelajaran Program Keterampilan. Yogyakarta: Deepublish.

Sya’bani, Mohammad Ahyan Yusuf. (2018). Profesi Keguruan (Menjadi Guur yang Religius dan Bermartabat). Gresik: Caremedia Communication.

Umar, Muhammad. (2008). Sifat Shalat – Shalat Sunnah Nabi SAW. Tegal: Ash- Shaf.

Weintraub, Andrew N. (2011). Islam and Popular Culture in Indonesia and Malaysia. London: Routledge.

Yaman, Ahmad. (2007). Panduan Lengkap Shalat Menurut Empat Madzhab. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

10