KAMIS, 18 JUNI 2020 Edisi Ulang Tahun Persebaya 1

ROSSI RAHARDJO RAMOK LAKORO Benoit Bavousét Jual Sepeda Persebaya Antara Bonek, demi Nonton dan Sepatu Bola Benoit, dan Persebaya Pertama Benowo

HALAMAN 2 HALAMAN 3 HALAMAN 5 bimo warkop bimo warkop dhahana adi Gas Air Mata di Tribun BB Oryza A. Wirawan dan entah apa alasannya, Penulis buku Imagined Persebaya polisi menghadang mere- ka. Bonek di tribun selatan inggu, 3 Juni marah, saat melihat rekan 2012. Mataha- mereka diperlakukan kasar ri tak terlalu oleh aparat. Botol-botol terik.M Sekitar 15 ribu Bonek kembali beterbangan. Kali memadati Stadion Gelora 10 ini ke arah aparat. Nopember. Ribuan Bonek di Polisi mundur keluar dari tribun timur berkreasi den- area pelemparan dan men- gan koreografi tulisan rak- dadak menembakkan gas air sasa: WANI. Peluit kick off mata ke arah tribun selatan berbunyi. Anak-anak Perse- dan tribun BB tempat saya baya menguasai jalannya, berdiri. Begitu gas air mata namun bermain loyo. Salah menyebar, para penonton di satu Bonek heran dengan tribun BB berlarian menuju permainan loyo Persebaya lorong dan berebut kelu- di babak pertama. “Padahal ar stadion. Kondisi lorong gaji sudah lunas,” katanya. jalan keluar begitu gelap. Babak kedua, Persebaya Mata saya perih. Napas saya masih menguasai jalann- sesak. Sebagaimana ribuan ya pertandingan. Namun suporter lain, saya cepat-ce- serangan anak-anak Bajul pat berlari menuju lorong Ijo tak membuahkan hasil. jalan keluar. Persija yang mengandalkan Massa tak terkendali. serangan balik, justru ber- Saya sendiri berlari den- hasil menyarangkan dua gol. gan mata setengah tertut- Bonek yang duduk di tribun up, karena perih. Penonton

Joko Kristiono ekonomi sisi utara VIP me- berjejal ingin segera keluar. Panpel dan Bonek mengevakuasi seorang Bonita yang membutuhkan pertolongan usai pertandingan Persebaya (1927) vs United di Stadion Gelora 10 lemparkan botol-botol ke Namun jalan keluar yang Nopember (G10N), Minggu (13/3/2011) dalam lanjutan Indonesian Premiere League (IPL) dengan skor 4-0 untuk Persebaya (1927). arah para pemain Persija. sempit membuat penonton Persebaya tertinggal 0-2, bertabrakan, dan ada yang pertandingan menjadi lebih jatuh. Menjadi Bonek di Kandang Macan menarik. Persebaya men- Saya sempat terjatuh. gurung pertahanan Persija. Namun saya segera berdiri, Andhi MaHligai kade untuk menghadang Bonek. Di ketika datang ke Panpel untuk melobi by di Pasar Senen untuk menyam- Sebuah gol terjadi, namun di- dan berlari menyelamatkan Bonek Jabodetabek saat seperti itu, pekerjaan kantor pun agar kawan Bonek bisa masuk ke da- but Bonek yang datang. Tapi di anulir oleh hakim garis. Hu- diri dengan rasa ngeri. Saya kadang menjadi terbengkalai. Waktu lam stadion. Kami hanya berdua saat H-1 pertandingan, bentrokan tak jan botol mengalir dari tribun tahu, di tribun BB tak han- Menjadi Bonek di tanah rantau habis untuk mengkoordinasikan dan itu. Saya masih ingat, saat itu semua terhindarkan di Stasiun Pasar Se- BB ke arah hakim garis. ya diisi oleh suporter lelaki, tidaklah mudah, apalagi di kandang mengkonsolidasi kedatangan Bonek. mata yang ada di sana seolah ingin nen. Energi kami pun tercurah juga Tak lama kemudian sebuah tapi juga perempuan dan macan. Ada saja provokasi, intimi- Ada tanggung jawab moral karena menerkam kami karena kami meng- untuk melokalisasi Bonek di Tan- serangan kilat dilancarkan anak-anak. dasi, yang Saya temui selama 12 ta- Saya sendiri adalah Bonek yang ber- gunakan atribut Persebaya. gerang dan juga berkoordinasi den- Persebaya, dan Ferry Ariawan Saya akhirnya berhasil hun bekerja di (saat ini saya domisili di Jakarta. Akhirnya lobi berhasil, Bonek gan pihak-pihak terkait mengenai dijatuhkan pemain Persija di keluar dari stadion. Mata sudah pindah ke ). Di jala- Pada saat pertandingan mela- diperbolehkan masuk ke GBK. Na- kepulangan Bonek. kotak penalti. Pemain Persija masih perih. Dada sesak. nan, tak terhitung berapa banyak wan Persitara di kawasan Kunin- mun karena Persebaya sudah ung- Terkait dengan dualisme Perse- memprotes keras hukuman Saya melihat sejumlah pe- intimidasi yang Saya peroleh ketika gan, Jakarta Pusat, yang dikelilingi gul dua gol, teman-teman Bonek baya, Bonek pernah beberapa kali penalti tersebut. Dutra berhasil nonton tergeletak di jalan, mengenakan atribut Bonek, seperti oleh komunitas The Jak, kami harus memilih untuk nobar di Blok M. se- melakukan aksi di kantor PSSI, mengeksekusinya. terutama perempuan. Be- kaos atau jaket. menghadapi barikade suporter tuan mentara kami yang sudah kepalang KONI, mau tak mau saya ikut be- Selanjutnya pertandingan berapa warga membantu Pada awal berdirinya Bonek Ja- rumah. Jika tak punya nyali, Bonek tanggung berada di GBK, memu- rada di dalamnya. Panggilan hati berjalan seru. Dua gol di ba- mereka, memberikan air mi- bodetabek (BJ), tempat kumpul tak mungkin akan menuju dan be- tuskan masuk ke dalam stadion. untuk membela Persebaya yang asli bak injury time mengakhiri num dan mengguyurkan air kami menjadi incaran suporter tuan rada di sana karena perang batu Di dalam, ketika Josh Maguire tentu tak bisa dibohongi. pertandingan dengan skor ke mata yang perih. Sejum- rumah. Sekarang ancaman tersebut pasti tak bisa dihindari. mencetak gol, tak sadar kami ber- Dengan kejadian di atas, apakah 3-3. Bonek sudah cukup puas lah suporter menyelamatkan memang masih ada, apalagi di me- Saat melawan Persija, hampir tiga sorak sorai untuk merayakan gol saya kesal atas intimidasi yang ada, dengan hasil tersebut. Perse- diri ke masjid Al Azhar di dia sosial. Tapi sebagai orang yang hari saya dan teman-teman BJ lain- tersebut di tengah puluhan ribu The sebagai manusia biasa tentu saja baya terhindar dari kekala- Jalan Srikaya. Mereka bere- dibesarkan di kultur Jawa, member nya tidak tidur untuk berkoordinasi Jak. Tak pelak lemparan air minum pasti ada perasaan itu. Namun apa- han, dan saya bersiap pulang. but mengguyur mata dengan BJ memang harus ngerti empan lan dengan Bonek yang datang ke Jakar- mengarah ke kami. Mungkin Tuhan kah saya dendam? jawabnya tidak, Namun pergerakan air kran. Beberapa penonton papane sehingga dapat meminimal- ta. Kami melakukan penjemputan di masih memberi kami umur panjang, saya tak ingin mewariskan dendam aparat kepolisian menar- perempuan tergeletak di isasi hal-hal yang tidak diinginkan. Stasiun Pasar Senen yang notabene jika mengingat tragedi Rangga dan pada para penerus kami. ik perhatian saya. Mereka teras masjid. Warga sekitar Dalam mendukung Persebaya, ke- juga merupakan kawasan suporter Haringga. Itulah sedikit cerita yang bisa dit- bergerak mendekati tribun memberikan bantuan den- tika tandang ke Jakarta dan sekitarn- tuan rumah untuk dibawa ke meeting Saat Persebaya menghadapi ulis. Sebagai pengingat bagi saya, ka- selatan dan BB. Sejumlah gan membuatkan air teh. ya, konsentrasi suporter tuan rumah point di kawasan Blok M. Tangerang Wolves di kancah IPL, rena ternyata nyali saja tidak cukup suporter turun dari tribun Salat magrib berjamaah selalu besar dan selalu membuat bari- Yang bikin spot jantung adalah Kami selama beberapa hari stand- untuk hidup di tanah rantau. (*) untuk mencopot spanduk, baru saja selesai. (*) Gelora Calo dan Soto Tambaksari BIMO WARKOP butut yang sekarang sudah berpindah Gelanggang Remaja. Setelah mel- mbonek!” kata Bu Padi. ”Nggih, Founder Emosijiwaku.com tangan ke tangan orang lain lantaran alui negosiasi alot, akhirnya Saya Bu... Nembe tumbas tiket teng calo hilang dua tahun berikutnya. membeli dua lembar tiket ekonomi terus mampir maem.” jawab Saya. Hari itu, Saya menjadi bagian dari Tidak sampai hitungan 10 menit, seharga total Rp60 ribu dari harga Saya akhirnya benar-benar bisa puluhan ribu Bonek yang menjadi saya sudah sampai di depan stadion normal Rp20 ribu per lembar. menjadi saksi laga terakhir Perse- saksi laga Persebaya di Stadion Ge- legendaris tersebut. Sesuai infor- Puluhan ribu Bonek sudah baya di Stadion Tambaksari. Duduk lora 10 Nopember atau biasa disebut masi, loket baru buka pukul 10.00 menumpuk di depan loket yang di tribun BB. Enam gol tercipta Stadion Tambaksari. Minggu, 3 Juni WIB. Tapi sekira pukul 08.20 WIB, berderet di balik pagar besi. Dere- dengan skor akhir 3-3. Hujan gas 2012, menjadi laga terakhir Perse- puluhan calo tiket sudah tersebar tan meja dan panitia sudah siap, air mata di akhir laga baik di da- baya di kandang kala menjamu Persi- sembari memegang bendelan tiket. tapi loket belum buka. Dengan lam stadion maupun depan Taman ja Jakarta pada lanjutan kompetisi Kalai itu manajemen Persebaya melawan arus lalu lintas, Saya men- Mundu. Pada peristiwa itu, Pur- Indonesia Premiere League (IPL). belum memberlakukan sistem pen- gayuh sepeda menuju Pasar Kapas wo Adi Utomo meninggal dunia Sejak pagi saya sudah bersiap un- jualan tiket online ataupun barcode Krampung untuk menitipkan sepe- setelah terinjak penonton lain di tuk antre membeli tiket. Karena jar- system. Mulanya saya sempat ber- da. Ya ampun….. ternyata tempat lorong saat berebut keluar. ak rumah yang sangat dekat dengan niat mengantre tiket di loket. Tapi penitipan sepeda sudah dan riuh Gelora 10 Nopember, calo, dan stadion, mengayuh sepeda menjadi tiba-tiba terbesit firasat bahwa sua- dengan aksesoris hijau. soto akan selalu menjadi kenangan pilihan terbaik. Pukul 08.00 WIB saya sana antrean akan menjadi kacau. Setelah menitipkan sepeda, Saya tak terlupakan untuk Saya. Peristi- berangkat dari rumah, menyusuri Saya memutuskan untuk membeli berjalan bersama ratusan Bonek wa yang terjadi sudah sepantasnya Jalan Kenjeran tembus Potroagung, tiket di calo. Saya berkeliling men- lain menuju stadion. Di pertigaan diambil pelajaran buat semua pela- lalu membelok ke Kapas Krampung. cari tiket termurah. Mulai dari de- Jalan Tambaksari, melipirlah Saya ku sepak bola, khususnya di Sura- JOKO KRISTIONO Di depan Pasar Kapas Krampung su- pan rumah Pak Pangat (announc- ke Warung Soto Pak Padi (berteri- baya. Percayalah…. Makan soto Aparat keamanan menenangkan suporter disela-sela pertandin- dah banyak calo yang menawarkan er legendaris Persebaya), depan ak di stadion butuh energi, Coyyy!). jauh lebih nikmat daripada temba- gan Persebaya (1927) vs Persema di Stadion Gelora 10 Nopem- tiket. Saya terus mengayuh sepeda Wisma Eri Irianto, sampai depan ”Cacak iki cik rajin e Rek, wis siap kan gas air mata. (*) ber (G10N), Minggu (12/2/2012) dalam lanjutan Indonesian Pre- miere League (IPL) dengan skor 0-0.

sejarahpersebaya.com @bwf1927 @sejarahpsby Bonek Writer Forum BWF TV [email protected] 2 Edisi Ulang Tahun Persebaya KAMIS, 18 JUNI 2020 Menemukan Cinta Keluarga di G10N Andhi Mahligai Bonek Jabodetabek

Seringkali orang bertanya, mengapa saya begitu mencintai Persebaya. Meskipun telah pindah dari Surabaya, meskipun telah jauh merantau ke Kalimantan Timur dan Jakarta, Persebaya selalu lekat dengan saya. Sepeng- gal kisah ini mungkin adalah jawabannya. Saya datang dari keluarga yang tidak baik-baik saja. Masa kecil saya diwar- nai dengan pertengkaran keluarga yang dikemudian hari orang tua saya berpisah. Ada saja masalah yang membuat orang tua saya bertengkar. Sebagai anak kecil tentu saja saya tidak berani untuk turut campur dalam masalah tersebut. Ketika perteng- karan terjadi saya hanya bisa menangis. Kehangatan yang didamba sebagai sebuah keluarga seringkali tak ada. Namun ada momen-momen tertentu saya bisa menemukan kehangatan itu. Salah satunya melalui Persebaya. Jika kami sekel- Bimo warkop Papan skor Stadion Gelora 10 Nopember, Tambaksari. uarga akan melihat Persebaya. Ibuk sedari pagi sudah menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak sebagai bekal dibawa ke Stadion 10 November. Bapak mulai membersihkan dan memanaskan mobil carry-nya. Stadion Gelora 10 Nopember: Dari rumah kami di Manukan, biasan- ya selepas dzuhur kami berangkat, saat era seringnya Persebaya bermain sore hari. Sesampai di stadion, seperti bi- asa Bapak segera mencari tiket dan kami Sebuah Nama, Sebuah Cerita menunggu di mobil. Tiket yang Bapak cari jika kami berangkat sekeluarga adalah tiket KUKUH ‘BETED’ ISMOYO yang kosong di kanan kiri. Mas Cip, gan bakulan kayu yang disungginya itu. Kini Gelora 10 Nopember sedang utama dan jika ada uang lebih adalah VIP. Bonek Garis Lucu membawa radio tenteng, yang telah di- Last but not least tentu saja tak dapat dipugar untuk persiapan Piala Dunia Di dalam stadion, layaknya sebuah pi- isi batere baru sebelumnya. Diputarnya dilupakan penjual kudapan khas sta- U-21 pada 2021. Stadion legendaris knik. Saya bisa bercengkrama dengan pe- asa-rasanya baru kemarin Channel RGS alias Radio Gelora Sura- dion, yakni bakul lumpia, yang selalu untuk Persebaya yang besar kemung- nuh kehangatan dengan Bapak dan Ibuk. saja Mas Cipto, yang biasa baya untuk menambah keseruan kala hadir di setiap pertandingan. kinannya ruwet untuk diinjak Perse- Di saat jeda pertandingan, bekal yang dipanggil Mas Cip, tetangga menonton pertandingan. Tentu saja Tak banyak yang menonton di tribun baya lagi. Tak hanya untuk pertandin- dibawa Ibuk kami makan sama-sama, depanR rumah itu mengajak saya ke yang terjadi di lapangan ternyata tak utara – Juga tribun selatan – saat itu, gan, bahkan untuk latihan saja sulit. seringkali Ibuk membawa bekal lebih se- Gelora 10 Nopember untuk menon- selalu sesuai dengan yang diucapkan yang banyak justru bapak-bapak beru- Konflik dengan Pemkot Surabaya mem- hingga penonton di sekitar kami pun ikut ton pertandingan Persebaya. Saya lupa sang komentator di radio. Sedikit di- mur setengah tua yang ternyata adalah buat stadion ini seolah terpisah jauh menikmati lezatnya masakan Ibuk. Masa- waktu itu Persebaya melawan siapa, lebay-kan kalau bahasa sekarang. Hi- para penjudi yang main “out-outan”. dari Persebaya saat ini. Padahal, meski kan yang dibawa Ibuk biasanya adalah nasi yang pasti kala itu masih ada Antonic perbolis. Tak apa, toh demi entertaint- Siapa yang dapat bola out alias keluar tanpa bakul sate laler, bakul rujak tolet bungkus disertai lauk krengsengan ati. Ati Dejan di deretan pemain asing Perse- ment, bukan? lapangan, dia yang akan dapat duit. dan banyak lainnya, setidaknya Perse- adalah salah satu lauk kesukaan Bapak, ka- baya. Saat jeda pertandingan, saya mem- Tribun kala itu tak pernah sera- baya yang sekarang perlu menginjak- rena adanya alergi tidak semua makanan Kami berangkat dari rumah sejak buka bungkusan nasi bungkus yang mai dan seatraktif sekarang. kan kakinya di sana, untuk merasakan bisa dimakan oleh Bapak. siang hari, naik motor Suzuki RC war- dibawakan ibu dari rumah. Mas Cip Ah, Gelora 10 Nopember kala itu ... hegemoni kejayaan masa lalu. Masa di Ada juga momen lucu ketika piknik itu. na hitam yang knalpotnya mengebul sendiri tak membawa makanan, ia Tempat yang terlalu banyak kenan- mana Persebaya bukan hanya dianggap Seperti biasa, jika saya haus kadang min- sedemikian rupa: membikin sesak na- memilih untuk memesan sate laler di gan, suka maupun duka. Prestasi mau- sebagai pembunuh tim-tim besar. Na- ta dibelikan teh botol yang dijajakan. Teh fas orang yang berada di belakang sepe- tribun utara. Sate ayam yang potongan- pun caci maki. Tumplek blek dadi siji. mun Persebaya sendiri adalah tim be- dalam botol itu habis diminum, tapi saat da motor yang kami tumpangi. Joknya nya kecil-kecil mirip lalat. Itulah men- Sudut-sudutnya seolah bercerita ten- sar itu sendiri. pertandingan berjalan saya kebelet pipis. yang kecil harus berimpit sesak dengan gapa ia disebut demikian. tang banyak hal. Tentang juara, tentang Melihat kondisi konflik Gelora 10 Karena ramainya penonton dan pertandin- bokong kami. Amboi... Di sebelah bakul Sate, ada bakul ru- kematian. Tentang klub luar negeri, Nopember saat ini, kalau kata Aan gan berlangsung seru, saya diminta untuk Di tribun BC kala itu kami bertem- jak tolet, alias rujak manis, yang dijual tentang kerusuhan. Tentang hidup ban- Mansyur yang saya ubah redaksinya: pipis di botol kosong teh tersebut. pat. Penonton pertandingan seingat ibu-ibu berpakaian khas bakul asal pu- yak orang. Tentang kesetiaan, dan juga Gelora 10 Nopember, yang panas Di Saat gol terjadi, tribun bergemuruh, teh saya tak penuh sesak, masih banyak lau seberang. Tentu saja lengkap den- tentang pengkhianatan. kening, yang dingin di kenang. (*) yang berisi pipis saya tersenggol orang dan membasahi celana orang tersebut. Dengan polosnya orang tersebut meminta maaf karena telah menumpahkan ‘teh’ tersebut. Kami pun tersenyum dengan rasa bersalah Jual Sepeda demi juga. Spontan Bapak berbisik ke kami, “ayo Dari Pinggir Lapangan Jadi Sahabat pindah, selak nek garing dadi pesing.” (*) Sidiq Prasetyo Nonton Persebaya Wartawan Jawa Pos, Penulis SALAM REDAKSI Buku NIAC Mitra, The Champi- Rossi rahardjo Salam Satu Nyali! ons-Persebaya Sang Juara Penulis buku “Madura United” Menyambut HUT Persebaya ke 93, 18 Juni 2020, anggota BWF ingin mengenang dan Sejak kecil, nama Persebaya Pagi itu (lupa tanggal tepatnya), kebetulan hari itu berbagi pengalaman terkait dengan Perse- hanya bisa saya baca dan dengar. adalah hari Minggu. Laga Persebaya vs PSM Ujung baya, kenangan sedih, pahit, senang, dan Pandang yang digelar sore nanti di Tambaksari han- manis. Mulai dari kenangan di Tambaksari, Menyaksikan langsung di kam- kecopetan, jual sepeda agar bisa menonton pung halaman, Solo, tidak pernah ya selemparan batu dari kampung kami. Persebaya, hingga sandal pedhot. bisa. Namun, siapa sangka, kes- Saat itu musim Perserikatan 1989-1990, Perse- Kami ingin bernostalgia masa kanak-kanak empatan itu akhirnya datang. baya adalah tim jagoan di Indonesia sekaligus juara dan remaja kami dengan Persebaya melalui Siapa yang tak kenal dan tahu bertahan musim sebelumnya (1987-1988). Wajib Koran BWF ini. Harapannya, kami bisa mengin- spirasi khalayak tentang dunia tulis menulis. Persebaya? Sebuah tim besar di bagi kami, warga Kampung Gembong, menon- Gol terakhir yang kami inginkan adalah literasi era perserikatan dengan banyak ton langsung laga Persebaya di Tambaksari, entah tentang sepak bola tidak akan pernah mati. melahirkan pemain-pemain he- bagaimana caranya. Setelah menerbitkan buku pertama ber- bat. Juga banyak menyumbang- Hari itu, papa yang seorang PNS di Departemen judul Make Persebaya 92eat Again di tahun 2019, Akhir Mei 2020 lalu BWF kembali me- kan bagi Timnas Indonesia. Tak Perhubungan menjawab ajakan Saya untuk me- nerbitkan buku ke dua yang didedikasikan terhitung kalau kita sebut. nonton langsung ke Tambaksari dengan kalimat, untuk pencegahan dan penanganan Covid-19, Pemain mana yang tak bangga “Papa gak duwe duik, Le!” Seketika harapan Saya berjudul Tolak Bala Sepak Bola. kalau bisa berkostum hijau Perse- menyaksikan I Gusti Putu Yasa, Maura Hally, Yusuf baya. Namun, bagi saya yang Ekodono, Putut Wijanarko, dkk di lapangan hijau WANI! Tukang Kentheng tinggal ratusan kilometer dari langsung redup. Surabaya, menyaksikan secara Tiba-tiba papa membongkar lemari dan menge- langsung hampir rasanya musta- luarkan pistol mainan yang biasa Saya pakai untuk dewan redaksi hil. Meski datang ke Stadion Sri- bermain game Spica dan berkata, “Gawaen nang Te- wedari hampir tiap pekan kalau basan (Pasar Gembong), dol en payu piro iki!” Tukang Kentheng Secepat kilat Saya langsung berlari menyeberang Korwil Surabaya: Rojil Nugroho Bayu Aji, Barry Arseto bertanding di Kompetisi JOKO KRISTIONO rel kereta api di belakang rumah menjual pistol main- Junius, Agnes Santoso, Dita Indah Novianti, Erik Galatama, beda ‘’jalur’’ itu yang Andik Vermansyah tidak dimainkan saat rekan-rekannya bertanding ver- Wicaksono, Eko Darmanto, Eric Noveanto, Hanafi membuat Persebaya hampir tak an itu. Rupanya pistol itu hanya laku Rp.5.000. Harga Habibi, Nindi, Rifi Alawi, Tri Suryaningrum, Gun- sus Persema di Stadion Gelora 10 Nopember (G10N), Minggu (12/2/2012) awan, Dhahana Adi, Toni Rupilu pernah singgah ke Solo. dalam lanjutan Indonesian Premiere League (IPL) dengan skor 0-0. tiket ekonomi laga Persebaya saat itu Rp.5.000/lem- Korwil Jember: Oryza A. Wirawan, Hari Setiawan Bahkan di awal bekerja, Perse- bar. Jelas kurang jika untuk menonton dua orang. Korwil Madura: Rossi Rahardjo baya juga tak singgah ke Kota gin menjadi seperti mereka. habat. Saat usia mulai bertambah Belum beli minum dan lumpianya. Korwil Gresik: Dianita Iuschinta Deg-degan saat hendak melang- dan ketika mereka mulai pensiun, Korwil Malang: Alfaviega Septian Pravangasta Bengawan, julukan Solo. Hingga Saat itu Saya punya satu sepeda yang biasa dipakai Korwil Jakarta: Bagus Priambodo, Andhi Mahli- akhirnya, angan dan mimpi itu kah masuk ke lapangan Gelora hubungan yang terjalin tetap tak untuk transportasi ke sekolah. Tanpa banyak diskusi, gai, Jojo Raharjo, Iwan Rukmantoro Rachmadi 10 Nopember atau sering disebut berubah. Berkirim pesan dan ber- Korwil Solo: Sidiq Prasetyo mendekati kenyataan. Panggilan papa menyuruh Saya membawa sepeda itu ke Pasar Korwil Sukodono: Kukuh Ismoyo, Dhion Prasetya pindah ke Surabaya dan tugas Stadion Tambaksari. Stadion yang tanya kabar menjadi sebuah hal Gembong, tentu saja untuk dijual. Rupanya Saya Korwil Lamongan: Miftakhul FS di tempat yang sama membuat penuh kharisma. Penuh sejarah. yang sering terjalin. memiliki bakat berjualan. Sepeda bermerk BMX itu Korwil Jogja: Yudhiakto Pramudya, Ferhadz Nyaris tak percaya melihat Ingatan masa jaya mereka pun A. Muhammad, Tulus, Yamadipati Seno, Fajar saya bakal berinteraksi dengan laku Rp25.000. Junaedi klub yang sangat ingin saksikan, para bintang-bintang lapangan membuat saya ingin kembali ter- Jam menunjukkan pukul 13.10 WIB, beberapa te- Korwil Nijverdal: Rick Braker hijau berlari dan berlatih di depan ulang. Gelar juara itu rasanya su- Tukang Gambar: Obed Bima Wicandra, Ramok PERSEBAYA. tangga sudah bergerak, semuanya berjalan kaki meny- Lakoro Awalnya, ada rasa malu dan takut mata. Namun, lama kelamaan, dah lamaaaaaaaa sekali tak datang usuri rel kereta api sampai kawasan Ngaglik, dekat Tukang Layout: Iwan Iwe datang ke markas klub di Karanggay- semua menjadi normal. Bahkan, ke Surabaya. Meski sudah jarang Tambaksari. Kami pun berangkat berdua berjalan kaki Tukang Foto: Joko Kristiono, Bimo Warkop saya bisa dekat dengan para pe- berada di pinggir lapangan, tapi Diterbitkan dan diedarkan oleh Bonek Writer am. Harus bertemu dengan pemain menuju stadion. Dua tiket ekonomi dalam genggaman Forum (BWF) dalam rangka HUT ke-93 Persebaya dan pelatih dengan nama besar. Bejo main, pelatih, dan ofisial. Lambat semangat dan nafas juara seperti setelah beberapa saat mengantre di loket. www.sejarahpersebaya.com laun, banyak di antara mereka masih dan akan terus ada. Apala- IG @bwf1927 Sugiantoro, Mursyid Effendi, atau- Seperti biasa, kami duduk di tribun favorit kami, Twitter: @sejarahpsby pun Uston Nawawi. Penggawa-peng- bukan hanya sebagai narasumber, gi sekarang di musim 2020, em- Tribun BC, “Pengorbanan” kami tak sia-sia. Perse- Facebook: Bonek Writer Forum gawa yang menjadi idola ribuan atau lebih dari itu. pat jajaran pelatih yang ada per- baya menang 2-0. Saya lupa siapa yang mencetak YouTube: BWF TV Hubungan kita lambat laun nah berjasa membawa Persebaya Email: [email protected] malah jutaan orang. gol. Yang pasti sejak hari itu Saya harus ikhlas pergi Banyak anak-anak yang in- menjadi seorang teman dan sa- menjadi juara. (*) ke sekolah dengan berjalan kaki pergi-pulang. (*) KAMIS, 18 JUNI 2020 Edisi Ulang Tahun Persebaya 3 Cinta yang Tak Pernah Padam

MIFTAKHUL FS yaan itu tak perlu dilontarkan. Sebab, di Kami selalu berangkat rombongan kat sendiri ke Tambaksari. dol truk sejauh 20 km. Penulis buku “Bola Kita” dan dalam buku itu semuanya sebenarnya dengan para gibol di desa Saya, Mantup, Pagi sekali kami mengawali perjalanan O ya, saat Saya dan kawan-kawan di pengelola omahbalbalan.com sudah tergambar dengan gamblang. Eh, yang berada di Lamongan bagian selatan. ke Tambaksari. Sebab, jarak kampung kampung mendirikan kesebelasan sepak tapi mungkin banyak yang belum baca Kami carter mobil. Dan yang tak pernah Saya dengan Tambaksari sangat jauh. Se- bola, Mayangkara FC, kiblat kami ada- Arek Lamongan kok melu konvoi Perse- ya. (Kalau belum baca dan berminat, Saya lupakan: selalu ada radio dalam kitar 50 km. Perjalanan dimulai dengan lah Persebaya. Kostum kami merupakan baya (Arek Lamongan kok ikut konvoi bukunya bisa didapatkan di Persela Store rombongan kami. Radio itu selalu kami nggandol truk sejauh 10 km. Disambung duplikasi kostum Persebaya pas juara Persebaya)? Begitu lontaran kalimat beber- atau Omah Balbalan, terlanjur promosi, putar di dalam stadion saat pertandingan naik angkot Balongpanggang (Gresik)- kompetisi 1997. Cara kami merayakan apa orang kepada Saya, Rabu, 29 November jadi sekalian saja he....he...). berlangsung. Pasar Turi (Surabaya). Dilanjutkan naik gol juga mencontoh selebrasi pemain-pe- 2017, lalu. Kalimatnya tak semua sama per- Jadi begini. Masa anak-anak, rema- Itu secuil cerita masa kecil Saya yang angkot Pasar Turi-Tambaksari. main Persebaya. Seperti hormat bersama sis seperti itu. Tapi, secara garis besar sama ja, dan ketika Saya menginjak menjadi selalu diajak bapak nonton Persebaya ke Perjalanan pulang jauh lebih lama, dan merangkak bersama. seperti yang Saya sebutkan itu. pemuda, sepak bola yang lekat dan dekat Tambaksari. Dan ketika sudah SMA, Saya lebih panjang. Dimulai naik angkot Ge- Jadi pahamkan sekarang? Lek gak pa- Sebenarnya kalau sudah membaca dengan Saya adalah Persebaya. sejak usia tak lagi ke Gelora 10 Nopember bersama lora 10 Nopember-Pasar Turi, Pasar Tu- ham, monggo beli buku Persela Mene- buku Saya yang berjudul Persela Mene- tiga tahun Saya diajak bapak nonton bapak. Saya sering mbonek bersama seo- ri-Terminal Osowilangun, lalu naik bus gaskan Identitas kami (karena awal sudah gaskan Identitas Kami (sekalian numpang Persebaya ke Tambaksari. Tempat Gelora rang kawan yang kini jadi guru, Hidayah turun stasiun Lamongan. Dari situ lantas promosi, maka Saya menutupnya dengan promosi he....he....), kalimat atau pertan- 10 Nopember, markas Persebaya, berdiri. Romadhon. Tapi, tak jarang Saya berang- jalan kaki sekitar 5 km, kemudian nggan- promosi he....he...). (*) Bersekolah di Persebaya

MUHAMMAD SYAFARUDDIN lah adik kandung mamak Saya. Wartawan September 2007, setelah sebulan ting- gal di sana, saya mendapat tawaran untuk ersebaya itu ibarat tempat saya belajar dari reporter olahraga beritajatim. bersekolah. Ada banyak pelaja- com saat itu, Kuntoro Ridho. Dari sinilah ran yang saya peroleh di sana. saya mulai bersentuhan secara langsung PJadi begini ceritanya... dengan Persebaya. Semakin intens ketika Saya asli Gresik. Lahir dari kampung Mas Kun diangkat menjadi redaktur pada yang menelurkan pesepak bola handal dari awal 2008. Sejak saat itu, saya menjadi re- Kota Pudak. Jika Anda pernah mendengar porter olahraga di beritajatim.com. Perse- nama M. Lutfi, Edy Rusli, (alm) Chairul Mi- baya termasuk ‘wilayah’ liputan saya. nan, hingga Rizky Mirzamah? Setiap pulang kuliah saya langsung ke Semuanya adalah tetangga saya. Lut- Mes Karanggayam. Hampir setiap hari. Ru- fi dan Edy merupakan kakak beradik. tinitas ini saya lakukan hingga saya diwisu- Keduanya sama-sama mantan pemain da pada 2012. Begitu lama di Karanggayam Petrokimia Putra Gresik. Sebelum ber- membuat saya punya banyak teman. pindah tangan, rumah Lutfi berada persis Mulai dari petinggi klub, Bonek, di depan rumah orangtua saya. manajemen, pengurus klub internal, Mendiang Chairul Minan lebih men- pelatih dan stafnya, pemain bola, satpam, tereng lagi. Cak Uyung—begitu saya akrab juru parkir, bakul lumpia, hingga calo menyapanya, pernah membela panji PSPS tiket, semuanya saya kenal. Alhamdu- Pekanbaru. Sementara Rizky Mirzamah lillah, walaupun saya tak lagi ngepos di adalah mantan pemain Persegres Gresik Persebaya, kami masih berhubungan baik United, Barito Putera, dan Persela Lamon- hingga dewasa ini. gan. Sayang kariernya mandek setelah men- Proses pendewasaan saya sebagai galami cedera di Persela. pribadi maupun jurnalis, sebagian besar Soal Persebaya, saya sudah tahu tim ini juga terjadi atau karena Persebaya. Di sejak kecil. Saya beberapa kali menonton klub ini saya tahu rasanya tak digubris menontonnya di ANTV. Meski begitu, orang, dipandang sebelah mata, hingga Saya bukan fans Persebaya. Hingga saat berada di periode di mana saya dicari-cari ini saya masih setia dengan Petrokimia narasumber untuk keperluan publika- Putra dan Manchester United. si. Karena Persebaya pula saya pernah Setelah menamatkan SMA pada 2007, mendapat berbagai ‘ancaman’. Baik verbal saya hijrah ke Surabaya. Saya meneruskan maupun tuntutan miliaran rupiah. Saya pendidikan Strata 1 (S1) Stikosa-AWS. selalu tertawa jika ingat momen itu. Saya tidak ngekos. Saya tinggal di kantor Alhamdulillah. Saya betul-betul ber- beritajatim.com mulai 2007 hingga 2012. syukur mendapatkan kesempatan yang Kebetulan Direktur Utama media ini, sangat istimewa ini. Bisa bersekolah di Bimo Warkop yang sekarang jadi Ketua PWI Jatim ada- tempat yang istimewa: Persebaya. (*) Bonek cilik menyantap makanan saat pertandingan Persebaya di Stadion Gelora 10 November, Tambaksari.

Persebaya dan Sepatu Bola Pertama

Ramok Lakoro Dan pul enam itu termasuk yang dianggap Dosen DKV ITS, Peneliti Desain keren. Kalau pul 11 banyak ditemui di ki- os-kios sepatu bekas Jalan Demak, sekitar Almarhum Bapak Saya orang 500m dari kampungku. Sepatu bola tak Gorontalo – Bugis, tapi masa kedewa- kunjung dibelikan, aku mulai mengancam saannya menjadi orangtua dan suporter mau cari uang sendiri. bola tumbuh di Surabaya. Saat masih Mungkin karena sering aku keluhkan kecil, beberapa kali Saya diajaknya ke dari kelas 3 sampai kelas 5 atau 6 SD, Tambaksari menonton Persebaya atau pamanku - adik bapak, jadi kasihan dan NIAC Mitra. Memang zaman itu ada mengajak aku ikut dengannya ke salah dua cara menikmati bola di Surabaya, satu gudang pelabuhan Tanjung Perak karena punya dua jagoan yang sama-sa- saat libur sekolah, diberi tugas jadi pen- ma menjadi representasi spirit kompeti- gumpul serpihan kopra (kelapa kering). joko kristiono tif arek-arek Suroboyo. Dijanjikan upah di akhir masa kerja. Putut (kiri) dan Kamari saat ngobrol di Mes Eri irianto, Karanggayam, Senin (13/5/2019). Tradisi mengajak anak nonton ke sta- Dua minggu kemudian, aku dapat gaji dion ini seingatku berhenti saat aku mu- pertamaku, Rp6.000. lai SD kelas 2 atau 3. Partai terakhir yang Saya langsung berlari ke Jalan De- aku tonton bersama almarhum, kalau tak mak untuk membeli sepatu bola yang Suwe Ora Jamu salah ingat, zaman Syamsul Arifin masih rata-rata Rp.7.000 hingga Rp.10,000. JOKO KRISTIONO niki momong putu teng griyo,” jawabku. merajalela dengan sundulan-sundulann- Dengan uang itu aku cuma bisa tawar Fotografer “Ajaken dulin mrene (Wisma Eri Irianto, ya. Tradisi itu kemudian lama berhenti. menawar pada sepasang sepatu yang di- red) Bapakmu, suwe gak ketemu,” jare Teman-teman sekampung di daerah rekondisi. Sepatu sepak bola pertamaku, Mbiyen, Pak Putut (kanan), pengurus Pak Putut sing pawakane pancet ket mbi- Babadan, mereka lebih besar, kira-kira pul 11 merek tak jelas tapi meniru tiga kompetisi internal Persebaya dan bagian yen aku pas cilik. “Nggih Pak, Insya Allah usia SMP kadang berangkat ‘mbonek’ stripes klasik. ngumbah jersi pemain Persebaya karo kulo ajak mriki,” jawabku. dan aku cuma bisa iri. Jadi kalau per- Kadang aku berpikir, seandainya se- Bapakku (jaket cokelat), tau sak kantor Kelingan mbiyen nek Persebaya main nah dengar istilah ‘magak’, itu kira-kira joko kristiono karang aku jadi pemain bola profesional nang Perusahaan Daerah (PD) Pasar nang Gelora 10 Nopember, njupuk tiket yang terjadi. Bapak sudah mulai sibuk Beberapa petugas kepolisian di Stadion ternama, cerita macam ini bisa dapat li- Tambah Rejo. Lebih teko 20 tahun gak e nang Pak Putut. Ketemu ngarep mes dengan tugas-tugas kantorannya dan Gelora Bung Tomo (GBT) yang mengaman- putan khusus. Tapi, bagi penggemar bola ketemu. Pak Putut pensiun sak durunge pemain sing sebelah etan. Nontoke mes- tidak sempat membawaku ke Tambak- kan pertandingan Persebaya (1927) versus biasa sepertiku, tim kesayangannya bisa Arema dalam lanjutan Indonesian Pre- pasar sing saiki dadi Kapas Krampung ti nang tribun etan utowo kidul campur sari, sedang aku terlalu kecil untuk dile- miere League (IPL) dengan skor 2-1 untuk bermakna mendalam dan jadi motivasi di Plaza (Kaza). karo wong-wong totoan skor. pas ikut-ikutan kakak-kakak kelas yang Persebaya 1927, Minggu (4/3/2012). episode-episode hidup berikutnya. Wis ket akhir 2016, mbalik motret kompe- Alhamdulillah, dino iki ketemu nang berangkat ke sana bertelanjang kaki dan Itu sudah lebih dari cukup untuk tisi internal Persebaya, aku ketemu Pak Putut. Karanggayam. Guyonan, begejekan kelin- ‘nggandhol‘ truk. utaran Tugu Pahlawan, sekitar 1,5 km menjaga bara cinta. Dalam kumpulan Pertama ketemu maneh, aku ngomong: “Kulo gan zaman semono. Mengenang masa-ma- Masa-masa itu berlalu bersama obse- dari kampung. Terbayang olehku betapa massa pasti ada dinamika yang bisa ter- yogane Pak Kamari!” Langsung dijawab Pak sa nom-noman. Sampek tret tet tet nang si untuk punya sepatu sepak bola. Main kerennya AA Rae Bawa saat itu. Kumis picu tindak anarkisme, tapi memberi la- Putut, ”Oalah… anake kamar siji (celukane Jakarta 1987-1988. Sehat dan panjang umur di lapangan rumput bersepatu bola garang melintang dan kribo. bel buruk pada pecinta bola (Surabaya) Bapakku sing asli jenenge Kamari, Red.). Yok gawe wong-wong tuwo. Generasi terdahu- adalah kemewahan yang kadang bisa Di masa itu anak-anak kampungku pu- hanya dilakukan oleh orang-orang yang opo kbare Bapakmu?” lu #Bonek. Yo iki sing mewarisi Bonek dan dicapai ketika Minggu pagi tiba di sep- nya obsesi yang mirip tentang sepatu bola. insecure. (*) “Alhamdulillah sehat, Bapak sak- Persebaya nang Suroboyo. (*) 4 Edisi Ulang Tahun Persebaya KAMIS, 18 JUNI 2020 Eyang Kumis dan Sate kambing BAGUS PRIAMBODO Jurnalis TVOne Saya tak dapat menyembunyikan senyum lebar melihat tingkah polah Elgar, keponakan yang masih duduk di sekolah dasar. Hari itu, dia melebarkan daya imaji- nasinya dengan membuat pizza, salah satu camilan kesukaannya. Tapi ada yang berbeda dari pizza buatannya kali ini. Tidak untuk dinikmat- inya sambil nonton marvel series yang biasa diputar berulang-ulang, namun dia ingin mempersembahkan maha karyanya itu untuk Eyang Kumis. Eyang Kumis adalah julukan untuk paman saya, dia memang dikenal mudah dekat dengan anak kecil termasuk Saya ketika masih unyu-unyu dulu ( gapopo-lah muji diri sendiri dikit). Eyang Kumis memiliki andil besar dalam memperkenal- kan sepak bola kepadSaya, terutama kepa- da Persebaya dan NIAC Mitra. Joko Kristiono Di sekitar tahun 1987, kaki-kaki kecil Beberapa kali listrik padam saat Persebaya (1927) menggelar pertandingan persahabatan Internasional versus Queen Park Rangers (QPR) di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), ini menapak di Surabaya secara permanen. Senin (23/7/2012) dengan hasil akhir 1-2 untuk kemenangan QPR. Ini lompatan besar bagi seorang bocah yang tumbuh di Pulau Kalimantan, walau or- angtua saya lebih suka menyebutnya pulang kampung (bukan mudik lho hahaha....) Jejak Ingatan Bersama Bapak Eyang Kumis yang merupakan adik dari ibu, dengan cepat menjadi kawan terdekat. Obed Bima Wicandra Saat usia awal SD itu, Saya masih anak-anaknya, selalu menjadi pembaca Saat RRI mulai ikut menyiarkan si- Dia paling sering ke rumah dan mengajak Dosen DKV UK Petra Surabaya suka main di halaman rumah, paling buku baru untuk kali pertama. Indah- aran pandangan mata, kami agak ter- saya bermain sepak bola di sela-sela kes- jauh main di sawah atau kebun tebu nya kenangan menjadi anak seorang bantu karena frekuensi lebih mudah ibukannya kuliah. Saya sih seneng-seneng aja anya ada nama tiga klub bersama teman-teman. Main bola saja guru SD di desa. Buku paket lengkap diterima. Kamar kecil itu menjadi saksi karena belum punya konco bal-balan saat itu. yang selalu disebut Bapak masih belum suka. Ada kejadian yang cerita Lima Sekawan, Trio Detektif, dan saat kami mendengar penyiar radio teri- Namun yang paling ingin ku lSayakan jika sedang bercerita ten- sampai sekarang saya ingat adalah Sapta Siaga, kami lahap. ak-teriak memandu siaran. Saya kadang di Surabaya adalah nonton sepak bola di tangH sepak bola, NIAC Mitra dan Perse- saat pelajaran Olahraga di Lapangan Yang istimewa hingga kemudian sambil mijeti Bapak saat bersama-sama stadion. Maklum saja saat tinggal di Ba- baya. Selalu berapi-api jika menyebut Mrican. Mungkin di kelas 4 atau 5 SD merangkaikanku dengan Persebaya “mendengar” Persebaya bertanding. Ibu likpapan rasanya menonton bola di stadi- nama-nama pemain kedua kesebelasan itu saya sempat pingsan saat meneri- adalah koran Jawa Pos yang dibawanya yang biasanya agak terganggu dengan sit- on itu jarang bisa dilSayakan. Alasannya itu. Namun hanya ada satu nama yang ma bola yang tepat mengenai ulu hati. dari sekolah. Saya masih ingat tentang uasi ramainya saat mendengar radio itu. sederhana, karena di kota minyak saat itu selalu disebutnya dengan sombong dan Saya ingat awal digotong ramai-ramai pengumuman ikut Tret Tet Tet ke Sen- Namun suatu ketika justru kakak yang tak ada stadion yang representatif. Masih tertawa-tawa. Maklum namanya sama. oleh teman-teman saya ke warung kopi ayan di tahun 1987 itu. Pengumuman pernah diajak mbonek ke Tambaksari beruntung sebelum pindah ke Jawa, saya Syamsul Arifin adalah nama yang sela- dekat Puskesmas Mrican saat itu. besar di halaman depan koran itu men- berangkat dari Kediri. Kata kakak, Bapak masih sempat diajak datang ke pembukaan lu disebutnya dengan pongah. Saya baru sadar saat membaui teh jadi bahan obrolan saya dengan teman- masuk angin saat pertandingan ber- Stadion Parikesit dan menyaksikan laga Saya masih sangat kecil sepertin- hangat dan aroma kopi warung itu. Ahh... teman. Nama Persebaya sering diucap- langsung, sehingga memutuskan keluar Persiba versus PSM Ujung Pandang. ya saat Bapak berkali-kali menyebut siapa sangka sejak saat itu saya tertarik kan, dan itulah awal bagaimana Saya dari stadion tidak menunggu pertandin- Eyang Kumis dengan semangat menga- nama itu. “Aku oggg!”, kata itu yang pada sepak bola. Kejadian “memalukan” mulai tersentuh oleh Persebaya. gan selesai. Keluar dari stadion, Bapak jakku menonton pertandingan sepak bola selalu diucapkan. Belakangan saya baru itu akhirnya baru terjawab saat empat Beberapa kali Bapak mengajak muntah-muntah, katanya. di Stadion Gelora 10 Nopember. Bersa- tahu jika di tahun-tahun itu Syamsul tahun yang lalu adik saya mengabarkan mengikuti pertandingan Persebaya Terima kasih, Pak’e, sudah mengenal- ma Eyang Kumis, tribun di belakang ga- Arifin, si pemain NIAC Mitra itu, lagi bahwa dia bertemu teman yang mengaku melalui radio. Radio RGS yang frek- kan saya pada Persebaya, meski akhirnya wang hampir selalu menjadi pilihan. Jika hebat-hebatnya bikin gol. “Si Kepala menendang bola itu. uensi siarannya agak susah jika diteri- sebelum Pak’e meninggal, Persik adalah lagi awal bulan, kami suka juga nonton di Emas”, kata Bapak saya saat itu. Saat Kebiasaan Bapak adalah selalu ma di desa saya sering bikin Bapak ber- klub ketiga yang sering diceritakannya, tribun utama atau bagian sudut. Syamsul Arifin pindah ke Persebaya, membawa buku baru dari perpusta- kali-kali kecewa jika siaran terputus. namun bagi saya Persebaya adalah klub Nonton Persebaya atau NIAC Mitra Bapak selalu mengikuti. kaan sekolah tempat ia mengajar. Kami Susah sinyal, istilah sekarang. cinta pertama. (*) akhirnya jadi menu yang hadir di setiap bulan, Eyang Kumis secara gak sadar men- gajar trik-trik nonton bola yang aman dan nyaman. Misalkan, bagaimana cari tempat parkir motor yang paling enak sehingga Kan93n Siaran pas pulang nggak kena macet. Eyang Kumis juga tidak lupa akan mengingatkan bila mulut kecil ini tiba-tiba Pandangan Mata ikutan ngomong jancuk kepada wasit atau melempar kulit kacang ke tengah lapangan yang pasti hanya akan mengenai kepala pe- Laga Persebaya nonton di bagian bawah tribun. R.N. Bayu Aji pertandingan di sore hari ini. Salah satu momen yang paling ditunggu Dosen Sejarah Unesa dan Bola berada di kaki Anang kalau pas nonton “double game”, jeda antara Penulis Buku Maruf di sisi kanan. Ump- pertandingan pertama dan kedua kami sela- an ke kiri dia, utak-atik satu lu ke atas untuk menyantap Sate kambing! JOKO KRISTIONO Setiap sore, seperti anak- dua dengan Carlos de Melo. Saat itu rasanya sate kambing belum jadi Seorang terduga copet diamankan aparat kepolisian di tribun VIP disela-sela pertandingan Persebaya anak yang lainnya, kami se- Bola dibawa terus ke depan favorit karena daging yang alot dan ada ga- (1927) vs Persema di Stadion Gelora 10 Nopember (G10N), Minggu (12/2/2012) dalam lanjutan Indonesian lalu bermain sepak bola. En- di sisi pertahanan lawan, jih yang cukup tebal. Tapi entah kenapa ma- Premiere League (IPL) dengan skor 0-0. tah di lapangan perumahan melewati satu dua pemain. kan sate kambing di Tambaksari itu selalu sebelah kampung, maupun Anang Maruf!! Angkat bola nikmat. Jika hanya ada satu pertandingan di halaman tetangga yang ke tengah, ada Jacksen Tiago biasanya kami cuma jajan lumpia legenda. cukup untuk sekadar ber- di sana, melompat ke udara. Makanya jika diajak nonton “double head- Copet dan Sandal Pedhot latih tendangan langsung Tandukannnn. Ahayyyyyy... er” wah serasa sedang merayakan ulang tahun. DHION PRASETYA belakang celananya. Bagus sadar arlan dari Jawa Barat. maupun crossing. dan… gollllll !!!!!,” ulas Su- Salah satu laga yang tak terlupakan adalah Piala Penulis Buku “Persebaya kalau dia akan menjadi santapan Pertandingan berjalan seru Namun, rutinitas itu ter- pangat dengan suara meng- Gubernur Jawa Timur, Persebaya kontra NIAC and Them pencopet. Seketika dia hampir dan Tim Bajul Ijo mendomina- henti saat Persebaya bertand- gelar. Mitra. Seru sampai adu penalti. Saya menjago- dapat menangkap tangan penco- si jalannya pertandingan den- ing di Gelora 10 Nopember. Kami pun bangkit ikut kan Persebaya, sementara Eyang Kumis pegang Surabaya, Kamis 23 Desem- pet laknat itu. Beruntung bagi Ba- gan Danilo Fernando sebagai Teman saya langsung mengel- merayakan gol yang dicetak Niac Mitra. Persebaya menang adu penalti dan ber 2004. Pagi-pagi sekali Aku, gus, saku belakang celana tersebut motor serangan Persebaya uarkan radio kotak berukuran oleh Jacksen seperti pemain Eyang kumis tertawa karena sandalnya hilang Bagus dan Yoga harus segera tak berisi dompet dan apes bagi Surabaya. Kita semua tentu 15x8 cm dengan antena yang sepak bola beneran. Bersorak, di tengah massa. bergegas ke Stadion Gelora 10 pencopet tersebut yang nyaris ter- masih ingat, Persebaya menang bisa dipanjangpendekkan. berlari dan bersalaman di Saya membayangkan apakah Elgar akan Nopember. Kami bertiga jan- tangkap tangan serta berpotensi 2-1. Gol Persebaya dicetak oleh Kami duduk melingkar dan antara kami atau bahkan ber- diajak nonton bola sama Eyang Kumis jian ketemu di SMA Negeri 2 di-massa andai jadi tertangkap. Danilo Fernando (5’) dan Lu- ada juga yang tiduran teng- sama-sama berjejer bergaya sambil makan sate kambing dengan daging Surabaya pukul 09.00 WIB. Eh Momok pencopet memang ciano da Souza (53’). Gol sema- kurap untuk bersama-sama hormat kepada penonton alotnya? (*) ada apa kok pagi sekali? Tern- selalu membayangi ketika ta wayang Tim Macan Kemay- mendengarkan laporan siaran yang berada di tribun. Seketi- yata Persebaya main Rek! membeli tiket Persebaya ke- oran dicetak melalui bunuh pandangan mata pertandin- ka, kami seolah-olah menjadi INFOGRAFIS Nggak sekadar main, tapi tika itu. Belum lagi ancaman diri bek kiri Mat Halil (50’). gan Persebaya. pemain Persebaya. Persebaya bakal melakoni partai “tukang kompas” alias tukang Laga berakhir happy ending Ada dua channel radio Bagi kami, anak-anak SD pamungkas liga untuk menen- palak. Ingat kan waktu itu? dengan gelar juara bagi Perse- yang memiliki program yang saat itu belum punya tukan gelar juara liga. Lawannya Setelah hampir tiga jam men- baya Surabaya. Yang jadi pik- siaran pandangan mata uang untuk membeli tiket bukan kaleng-kaleng lho! Sete- gantre dalam cuaca mend- iran kami bertiga adalah “yok pertandingan sepak bola dan pergi ke stadion, lapo- ru klasik sejak era perserikatan, ung dan diiringi gerimis tipis, opo carane mulih yo?”. Angkot saat itu, yakni RRI dan Ra- ran siaran pandangan mata yang kebetulan akhirnya kami mendapatkan juga gak bakalan lewat. Soaln- dio Gelora Surabaya (RGS) menjadi satu-satunya alat juga berpeluang besar meng- tiga lembar tiket Kelas Utama ya sudah pasti di depan stadi- yang penyiarnya tak asing untuk tetap bisa mendukung gamit titel juara. SKA. Yang artinya sudah siap on ramai suporter Bonek yang lagi yaitu Supangat. Suaran- Persebaya. Kami juga dapat Pukul 10.00 WIB, berang- dong kita mendukung Perse- merayakan ya yang khasnya enak diden- mengimajinasikan dengan katlah kami menuju stadion baya Surabaya sore ini secara menjadi kampiun. gar dan gaya bertuturnya kuat tentang persebaya dibe- menumpang angkutan umum total. Tinggal cari tempat yang Akhirnya kami bisa keluar yang atraktif membuat kami nak kami masing-masing. Lyn V. Ternyata, kawasan Jalan nyaman di dalam stadion dan dari tribun SKA dengan susah dapat mendayagunakan im- Mungkin saja, saat ini Tambaksari sudah ramai dengan menunggu pertandingan dim- payah. Tapi perjuangan belum ajinasi untuk menafsirkan laporan siaran pandangan penonton. Luar biasa antusiasme ulai pukul 15.30 WIB. usai. Kami masih harus berjalan jalannya pertandingan. mata sudah usang dan tidak Arek-Arek Suroboyo ini. Tak Saat itu kondisi di dalam hingga dua kilometer ke sekitar “Terdengar sayup-sayup, ada lagi. Tetapi romantisme lama kami pun bergegas menuju stadion sudah penuh sesak Hotel Sahid untuk mencari an- gemuruh dukungan bonek di masa-masa itu terus mele- ke tempat pembelian tiket yang oleh sekira 35.000 penonton. gkutan umum. Di tengah jalan, seluruh stadion terus diberi- kat di hati dan pikiran kami berada di depan stadion. Dan Sedangkan puluhan ribu lain- sandal Carvil yang dipakai oleh kan untuk mendukung tim semua. Menjadi suporter dan apa yang terjadi? Antrian pan- nya memadati sisi luar stadion. Yoga tiba-tiba pendhot (putus: kebanggaan arek-arek Sura- mencintai klub kesayangan jang mengular!! Kami pun akh- Laga dimulai meski molor be- Bhs.Jawa). Ia pun pulang ke ru- baya, Green Force, Persebaya ternyata bisa dari mana saja, irnya bergantian mengantri. berapa jam dari jadwal karena mah dengan telanjang kaki dan agar bermain dengan baik tidak harus datang langsung Sampai suatu ketika Bagus lapangan tergenang air hujan. yang utama dengan hati senang dan dapat memenangkan ke stadion pada saat itu. (*) merasa ada yang merogoh saku Wasit saat itu adalah Aeng Su- karena PERSEBAYA JUARA! (*) Grafis: Dhion prasetya KAMIS, 18 JUNI 2020 Edisi Ulang Tahun Persebaya 5 Kenangan Sepotong Kaos dan Lyn V HARI SETIAWAN ma-nama pemain legendaris Persebaya, Abah Rusdy Bahalwan. Di lapangan ada am putih SMA saya. Begitu bel pulang cari lyn V. Ya, ini lyn favorit Bonek yang CEO Portaljember.com seperti I Gusti Putu Yasa, Mustaqim, dan Jacksen Tiago, Carlos de Mello, dkk. sekolah berdering pukul 13.20 WIB, saya bondho ongkos lyn dari arah Joyoboyo. era setelahnya seperti Yusuf Ekodono, Setiap Persebaya menjamu tim-tim top, bergegas ke toilet. Lepas seragam atasan, Di hari pertandingan Persebaya, lyn V ersebaya sudah saya kenal sejak dan lain-lain. Setelah itu era awal 1990- saya selalu minta izin ke bapak untuk nonton. ganti kaos, celana tetap abu-abu. selalu menjadi favorit Bonek yang akan usia 8 tahunan. Semua berawal an, saya jarang lagi menonton Persebaya Kadang diizinkan. Seringkali juga tidak. Jika Dari sekolah saya di seberang RSAL ke Stadion Gelora 10 Nopember. Lyn dari bapak. Rumah kami di kawa- di Stadion gelora 10 Nopember karena tidak, saya kadang pakai jurus mogok. Mogok dr Ramelan di Wonokromo, saya jalan ke pasti cepat penuh. Kadang tidak sampai sanP Bungurasih, dekat terminal Purabaya tidak diajak lagi sama bapak. ngomong. Pasang muka masam, hehehe… halte RSI. Cari bus kota atau lyn ke Ter- 2 menit, lyn penuh, langsung berangkat. sekarang. Kami tinggal di sana sejak 1984. Bapak sendiri mulai jarang nonton Yang biasanya ibu langsung melobi bapak minal Joyoboyo. Sembari menunggu an- Seringkali rombongan Bonek lyn V turun Nama Persebaya sudah tidak asing di telin- langsung Persebaya di stadion. Mung- agar mengizinkan saya berangkat ke stadion gkutan ke terminal, saya kerap melihat di sekitar Ngaglik. Untuk lanjut jalan kaki ga saya. Sebab, sekitar 1988 atau 1989 –saya kin saat itu sibuk dengan pekerjaannya. dan sering akhirnya diizinkan. Berkat lobi Bonek yang cari cegatan truk arah Ngagel karena jalan sudah macet. lupa persisnya—saya sering diajak menonton Saya sering mbonek lagi duduk di bang- ibu. Matur nuwun, Buk… di bawah Jembatan Layang Mayangkara. Tahun itu adalah musim asyik-asyikn- pertandingan Persebaya di era perserikatan di ku SMA. Tepatnya mulai Liga Dunhil Jika sudah mendapat izin ke stadion, Sering pula melihat trailer kosong dari arah ya mbonek. Persebaya menangan dengan Stadion Gelora 10 Nopember Surabaya. III, musim 1995-1996, Persebaya yang saat berangkat sekolah biasanya saya selatan yang sudah penuh dengan Bonek. selisih 3 sampai 4 gol. Di musim 1995- Di saat itu, saya sudah mengenal na- The Dream Team. Di bangku pelatih ada bawa sepotong kaos, untuk ganti serag- Begitu tiba di Joyoboyo, saya langsung 1996 itu Persebaya menjadi juara. (*)

Hikmah Bolos Ngaji: Menjadi Bonek Ferhadz A. Muhammad jadi mbonek bagaimana Saya Mahasiswa mengakali pengurus pondok. Pokoknya selama di sekolah, Saya awali tulisan ini dengan SMP N 1 Lasem, pikiran sama berdendang nadzam Imrithi sekali tidak ada di papan tulis, berbahasa Arab begini “Idzil fa- melainkan mengembara menu- taa hasba’tiqadihi rufi’ wa kullu ju lapangan Krida. Secara jujur man lam ya’taqid lam yantafi’ saja, meski nakal, tapi soal ngaji (Ketika seorang pemuda kuat gramatika Bahasa Arab, Saya keyakinannya maka akan di- selalu hadir tanpa kurang, kec- angkat derajatnya, sedangkan uali memang ada halangan. setiap insan yang tidak memi- Akhirnya tepat saat bel isti- liki keyakinan maka tidak akan rahat sekolah, kala duduk di bisa mengambil manfaat). kantin, otak kancil Saya pun Selasa 14 Oktober 2008, menemukan strategi keren. Ya, menjadi hari paling bersejarah Saya tetap harus berangkat ke bagi Saya sepanjang perjalanan Krida. Tetapi agar tidak kacau, mencintai sepak bola. Sudah se- Saya harus sudah menghafal jak pagi pikiran liar ini mencari banyak nadzam, meski tidak strategi supaya bisa menerima ikut ngaji langsung di aula alias ajakan teman dua hari yang lalu bolos. untuk menonton laga antara Tibalah pukul 14.00, Saya PSIR Rembang melawan Perse- bersama teman menung- baya Surabaya dalam partai Di- gu di Masjid Lasem, tempat JOKO KRISTIONO visi Utama Liga 2008 di Stadion kendaraan umum. Saya pikir Ratusan Bonek-Bonita menyaksikan latihan Endra Prasetya dan kawan-kawan yang dipimpin langsung oleh Rudy William Keltjes di Stadion Gelora 10 Krida, Rembang. ini bakal naik bus atau angkot Nopember (G10N), Selasa (2/3/2010) sore. Saya yang memang sejak kota, tetapi pikiran itu salah. duduk di Taman Kanak-Kanak “Mbonek iku nganggo truk. Nek Yudhiakto Pramudya hanya bisa melihat rombongan nganggo bus mbayar. Duwike Dosen Universitas Ahmad ‘manusia-manusia aneh’ ber- nggak cukup.” kata teman- Dari Kampung Margorukun yang Dahlan (UAD) Yogyakarta baju hijau melintas di sepan- ku yang memang sangar per- jang jalan pantura tentu sangat awakannya. Baiklah, Saya setu- Mengharap Persebaya Jadi Kampiun kegirangan saat diajak meli- ju. Ketakutan Saya cuma satu, hat langsung ‘manusia-manu- jangan sampai ketahuan sama Jalan kecil di tepi sungai itu mengarah masuk banyak Bonek berdomisili di Margorukun. mulai bergerak menuju ke barat. Kerumunan sia aneh’ itu. “Wah, iso ndelok saudara dan pengurus pondok. dari jalan yang terkenal dengan ban- Cangkrukan remaja dan bapak-bapak ten- massa memadati perlintasan kereta api. Yang Bonek iki,” pikir Saya yang kala Itu saja. Selain pasti bakal dike- yaknya toko buku bekas dan murah. Jalanan tang pemain dan permainan Persebaya sudah menjadi petunjuk tentang peristiwa itu yaitu itu lebih familiar dengan Bonek jar, naik truk ini konotasinya tersebut vital sebagai penghubung jalan raya terdengar akrab di telinga. Sekumpulan anak barisan Bonek yang berada di kiri dan kanan daripada Persebaya. kurang baik, nggak kerumat. dengan kompleks pemukiman padat penduduk. kecil bermain sepak bola di kampung sempit sepanjang rel kereta api, dari stasiun sampai Bahkan, Saya yang lahir di Truk pun datang. Kami Cukup sempit memang, terlebih diapit oleh dengan memakai kaos bertema Persebaya sea- hampir 100 meter ke arah barat dari perlintasan. Sarang-Rembang, suatu kecama- naik ke atas. Seiring jalan, truk sungai dan kuburan Tembok. Selepas dari himpi- kan menjadi orkestra wajib setiap sore. Begi- Kereta mulai bergegas menaikkan kece- tan yang penuh ramai pondok semakin penuh soalnya ket- tan dua “bentang alam” tersebut, langkah kaki tu pula tempelan stiker dan grafiti di tembok patannya, Bonek mulai mengaktifkan mode pesantren, sering meniru ‘manu- ambahan Bonek. Kami diajak dipertemukan dengan rel kereta api yang juga warga sudah merupakan detil ornamen khas aktifnya untuk dapat menaiki kereta tersebut. sia-manusia aneh’ itu, terutama bernyanyi dan diajak makan tidak kalah penting yang menghubungkan dua di Kampung Margorukun. Akibatnya, kereta tidak bisa mempercepat la- saat hendak naik kendaraan apa seadanya. “Ini orang kelihatan kota besar yaitu Surabaya dan Jakarta. Langgam tersebut menjadi iringan setiap de- junya. Bonek dengan agresifnya meloncat dan saja. “Lik, mbonek tekan lapangan gembel tapi kok baik sama orang Kampung padat penduduk tersebut terdiri tak jam kehidupan warganya. Namun, senja itu, hinggap dari sisi kiri dan kanan gerbong kere- kidul, njeh” kalimat yang sering asing macam kami. Sangar!.” dari Margodadi, Gundih, dan Margorukun. selepas dari bersekolah di sekitaran Jalan Praban, ta. Warga yang menonton atraksi itu hanyut Saya lontarkan dulu, kala kelas Sejak saat itu, meski Saya be- Saya tinggal di kampung Margorukun yang saya mendapati keadaan yang lebih gempita di dalam aura takut ada yang celaka dan lega bila tiga SD. lum sampai di Krida, Bonek tidak jauh dari rel kereta api. Kereta yang kel- rel kereta. Semakin berjalan menyusuri jalan ke- semua terangkut tanpa cedera. Namun, pada Dengan memori masa kecil merupakan alasan terbesar Saya uar masuk Stasiun Pasar Turi sembari mem- cil tepi sungai, semakin mendekati rel, semakin akhir babak yang dramatis tersebut, tidak itu, Saya pun tegas mengiyakan untuk jatuh hati pada sepak bunyikan sirine cukup bisa menggantikan jam pula banyak kerumunan massa. semua bonek dapat terangkut. ajakan teman untuk mbonek ke bola Indonesia. Kenapa bukan dinding sebagai media penunjuk waktu. Personel polisi dan tentara terlihat di berb- Ya, saat itu, kalau tidak salah ingat, Perse- Krida. Tapi, sebentar, bukankah langsung suka Persebaya? Se- Beberapa dari kami penduduk kampung, agai posisi. Pikiran saya mendadak kaget dan baya melangsungkan laga 8 besar hingga final kalau Selasa sore ada jadwal ngaji bab bagi kami yang orang Jawa bisa mengetahui waktu dengan mendengar cemas tentang keadaan kampung. Tentu saat di Stadion Utama, Senayan, Jakarta. Kompetisi hafalan nadzam di aula pondok? Tengah, mustahil mencintai sirine kereta tersebut. Stasiun Pasar Turi sela- itu belum ada telepon genggam ataupun ap- Divisi Utama 1993/1994 era Perserikatan be- Ragu melanda relung hati santri Persebaya kalau tidak ada daya lu riuh dengan penumpang yang akan menuju likasi media sosial yang bisa saya periksa ter- lum bisa membuat Persebaya menjadi kampi- kecil kelas tiga SMP ini. tariknya. Secara Jateng punya ke barat. Sudah barang tentu, stasiun ini akan lebih dahulu. Rasa kecemasan tersebut makin un. Persebaya harus puas mendapatkan gelar Seharian otak Saya men- PSIS yang tangguh era itu. Dan dipadati oleh suporter Persebaya yang akan lama reda, seiring mengetahui apa yang sebe- juara ketiga. Namun, gelora dukungan yang imang-nimang antara mau beruntunglah Persebaya, memi- mendukung klubnya berlaga tandang ke arah narnya terjadi. militan pada Persebaya untuk menjadi kampi- digagalkan kok ya sudah ter- liki Bonek dengan segala dina- barat, termasuk Jakarta. Dari arah Stasiun Pasar Turi di sebelah kanan un selalu hadir dalam relung jiwa warga Kam- lanjur mengiyakan, tapi kalau mikanya. (*) Lazimnya di tiap kampung Surabaya, pandangan mata, terdengar sirine kereta sudah pung Margorukun. (*) Antara Bonek, Benoit, dan Benowo Benoit Bavousét saha untuk mengidolai klub lokal setem- Datang ke stadion, Saya pun dibuat kagum Direktur Institute Francais Indonesia pat, termasuk Persebaya. oleh sikap para Bonek itu yang begitu men- Sejak kali pertama datang ke kota ini, dahulukan perempuan dan anak-anak da- Ini kali pertama dalam hidup Saya, men- Saya sudah merepotkan Mas Ipung, in- lam mengantre masuk. Tres bien!! Sepanjang jejakkan kaki di sebuah negeri yang ber- terpreter lokal untuk berbincang tentang pertandingan Saya pun menikmati jajanan nama Indonesia. Surabaya, adalah tujuan Persebaya. Maaf ya Mas, tapi untunglah lumpia yang gurih dan lezat. penugasan Saya sebagai Direktur Institute Mas Ipung memiliki banyak teman ter- Saya terpukau melihat fanatisme Francaise Indonesia hingga tahun 2021. masuk yang bisa memenuhi rasa ingin mereka yang luar biasa, emosi mereka Saya tahu Indonesia itu identik den- tahu pada klub berkostum hijau ini. Terima selalu bergemuruh terutama pada saat gan . Saya pun juga berpikir bahwa kasih pada Dhion, asisten Saya dalam hal menyanyikan lagu kebangsaan Indone- Saya akan bertugas di sana. Tetapi tidak, Persebaya dan Bonek. Saya tak menyangka Benoit Bavousét, sia Raya dan lagu Persebaya kebanggaan Direktur Institute Saya bertugas di Surabaya. Mana itu? jika klub ini adalah salah satu klub besar di Francais Indo- mereka. Yang menarik, Saya memiliki Saya pun tak dapat banyak gambaran Indonesia atau bahkan dunia. nesia teman baru, seorang Bonek yang sung- tentang itu. Tapi ya sudahlah, Saya jalani Selasa, 23 Januari 2018, satu peristi- guh mirip dengan Edinson Cavani. saja penunjukan ini. Saya tak bisa protes, wa besar dalam hidup Saya. Kali perta- Semoga nantinya sebelum berakhirn- dhahana adi namun entah kenapa, Saya merasa kota ma Saya menjadi Bonek, saat menyak- ya masa jabatan, Saya bisa mendapatkan jang perjalanan menuju stadion, Saya ini punya pesona di mata Saya sejak kali sikan Persebaya melawan lakang tapi bisa hidup berdampingan kesempatan berjumpa dengan satu tim langsung tersadar ternyata ada alasan pertama datang. pada ajang Piala Presiden 2018. Bagi dan penuh toleransi. Sikap ramah dan Persebaya secara utuh mulai dari pe- kenapa Saya ditugaskan di Surabaya, Oke, langsung saja ya. Entah ada be- kawan-kawan Bonek ini juga luar biasa. bersahabat selalu ditunjukkan membuat main hingga manajerial. Saya berharap ternyata stadion Persebaya berlokasi di rapa perwakilan konsuler Prancis untuk Bagaimana tidak? Bisa jadi ini kali perta- Saya cepat akrab. Contoh gampang un- pada diri sendiri, agar tetap bisa menjadi daerah bernama Benowo, sungguh mirip Surabaya yang gila bola seperti Saya ini? ma bagi mereka, mendapati seorang kon- tuk melihat bentuk masyarakat Surabaya, Bonek untuk selama-lamanya. sekali dengan nama Saya. Apakah ini Rasanya baru Saya ya, hehe… Semoga itu suler negara asing menyaksikan Perse- lihatlah Bonek. Menurut Saya, Bonek Salam satu nyali, WANI!! suatu kebetulan? benar. Saya memang penggila sepak bola. baya berlaga di lapangan hijau dan dari itu bukan hanya pendukung Persebaya, Klub ini membuat Saya jatuh cin- Bahkan Saya lebih nyaman menikmati tribun ekonomi. Formidable!! tetapi juga sebuah gambaran nyata pen- *) Diceritakan oleh Benoit Bavousét ta pada Surabaya. Masyarakatnya ber- pertandingan itu langsung dari stadion. Semoga peristiwa ini dicatat sebagai duduk Surabaya ataupun identitas kota (Direktur Institute Francais Indonesia) macam-macam karakter dan latar be- Ke manapun Saya ditugaskan, Saya beru- salah satu sejarah Persebaya. Sepan- yang egaliter tersebut. pada Dhahana Adi 6 Edisi Ulang Tahun Persebaya KAMIS, 18 JUNI 2020

rizka perdana putra Rick Braker (kanan) bersama manajer Persebaya, Candra Wahyudi. Ketika Saya Jatuh Hati kepada Persebaya RICK BRAKER Instagram Saya naik secara drastis. Bonek Belanda Dari 400 pengikut naik hingga 10 kali lipat menjadi 4.000 pengikut aya mengenal Persebaya dalam sehari (sekarang sudah leb- SAAT Bonek sejak beberapa tahun ih dari 8.000 pengikut). lalu, tepatnya saat masih Beberapa hari kemudian, Cak bermainS di . Awalnya Tulus mengundang Saya ke kan- ‘Menghijaukan’ Saya yang sedang mencari vid- tor Persebaya di Sutos. Ia men- eo-video tentang suporter klub ceritakan kepada Saya tentang sepak bola di dunia di channel sejarah klub Persebaya di dalam YouTube. Tak sengaja Saya me- Museum Persebaya. Ketika ma- Gajayana nemukan sebuah film tentang kan siang, Saya berpikir keras, Bonek. Sejak saat itu Saya ter- betapa ’gilanya’ orang-orang

JOKO KRISTIONO tarik dan berusaha mencari tahu Surabaya kepada Persebaya. Bonek-Bonita di tribun VIP saat pertandingan Persebaya (1927) vs Persema di Stadion Gelora 10 Nopember (G10N), Minggu (15/5/2011) dalam lanju- lebih dalam tentang Persebaya Saat Persebaya bertanding tan Indonesian Premiere League (IPL) Persebaya (1927) unggul 4-0. dan Bonek. tandang melawan Persib Band- Selang beberapa tahun, Saya ung di Bali, Saya mengambil Alfaviega Septian P jauh di luar perkiraan saya. Saya wa Persebaya memang banyak an dikibas-kibaskan, sehingga datang ke Indonesia. Bertepatan penerbangan pagi dari Sura- Jurnalis paham, tentu sebagai Arek Su- pendukung di mana saja. Sejak suasana menjadi sangat panas. dengan sebuah laga persahabat- baya menuju Bali. Saya langsung roboyo, dapat datang dan melihat gol Mat Halil di awal babak yang Aksi sweeping tak terhindarkan an Persebaya. Setahun kemudi- bergegas ke Stadion I Wayan Belasan anak-anak muda celin- Persebaya bermain di Malang mengubah kedudukan menja- di tribun ekonomi. Untunglah an, Saya kembali ke Indonesia Dipta dari Bandara I Gusti Ngu- gak-celinguk di parkiran Malang adalah hal yang luar biasa. Saya- di 0-1 untuk Persebaya, suasa- tidak ada insiden lanjut. Seseo- untuk sebuah pekerjaan suka- rah Rai. Di area stadion puluhan Olympic Garden (MOG) di Sab- pun juga bersyukur mendapat- na tribun berubah mencekam. rang yang kemudian diketahui rela di Surabaya. ”Wah… Saya ribu Bonek sudah menunggu tu siang. Terlihat dari gelagatnya, kan kesempatan berada dalam Upaya kami untuk ‘mengaman- bersepedamotor dari Surabaya bisa menyaksikan langsung laga jalannya pertandingan Perse- mereka jelas bukan orang Malang. satu frame yang sama dengan kan’ Bonek yang datang dengan ke Malang untuk nonton Perse- Persebaya nih,” pikir Saya. baya. Sungguh suasana yang Tak seperti biasanya, Kota Malang Persebaya yang sejak kecil saya menyediakan tribun utama, baya dan parkir di mall MOG. Ternyata saat itu Persebaya sangat luar biasa. Sebuah cinta sangat terik. Matahari menyinari selalu nonton pertandingannya ternyata jauh dari harapan. Di Bukan romantisme suport- sedang melakoni laga away di murni dari suporter kepada klub seluruh sudut mall dan parkiran di televisi, sekalipun saat ini ber- tribun ekonomi, banyak Bonek er memang. Tapi sekali lagi ini Bandung. Pupus harapan Saya sepak bola kesayangannya. Tapi, Stadion Gajayana yang berada tindak sebagai musuh. yang ‘ketahuan’ datang. Dike- membuktikan bahwa Persebaya menyaksikan Persebaya berlaga Persebaya kalah! persis di sampingnya. Di sisi yang Beberapa hari sebelum jar-kejar suporter tuan rumah. dicintai banyak pihak. Dicintai secara langsung. Saya pun hanya Seminggu kemudian, Perse- lain, terlihat hal yang serupa. Sem- pertandingan, saya menghubu- Dihajar sampai polisi datang hingga menepikan rasa sadar bisa menonton perjuangan Arek- baya away ke Lamongan. bunyi-sembunyi. Saling melirik ngi beberapa pentolan suporter mengamankan mereka satu per dengan mengambil semua risiko. arek Green Force dari layar kaca Saya pergi bersama Cak Tulus dalam diam. Bonek untuk saya beri kemuda- satu. Sementara Bonek di tribun Sesuatu yang harus dibayar di sebuah warung di Madiun. menumpang mobil dari Sura- Sore itu, Persema Malang, tim han dan jaminan keamanan den- utama terdiam dan memegang Persebaya dengan prestasi dan Selama sekitar lima pekan baya. Gila! Meski bermain tan- yang saya bekerja di dalamnya gan memasukkan ke tribun uta- gawai masing-masing. Mereka pengelolaan yang serius. Tidak Saya berada di Surabaya, sampai dang, sekitar 60 persen kapasitas ketika itu, menjamu Persebaya ma, dengan tiket ekonomi. Sore bersorak dalam diam. setengah-setengah. suatu ketika Cak Tulus men- stadion dipenuhi oleh Bonek. Surabaya dalam lanjutan kompe- itu, tim saya sengaja standby di Belum selesai sampai di situ. Mengesampingkan risiko gundang Saya untuk menonton Tapi, Persebaya kalah lagi! tisi Indonesian Premier League depan tribun utama agar dapat Waktu turun minum, ada in- keamanan jelas bukan hal yang laga away Persebaya dari sebuah Sehari sebelum kepulan- (IPL) 2012/2013. Dan para anak memonitor Bonek yang datang. siden lain yang membuat sua- patut dicontoh, memang. Tetapi, layar lebar di Surabaya. Inilah gan Saya ke Belanda, Persebaya muda yang ‘mencurigakan’ Namun antusiasme untuk Perse- sana memanas. Seseorang yang jika pendukungnya wani men- momen kali pertama Saya mem- tampil menjamu PSS Sleman. itu sudah barang tentu adalah baya sangat luar biasa. Jumlahn- diamankan polisi dari tribun dukung hingga kemanapun, apa- beli baju bercorak Persebaya dan Saya sempat minum bir bersama Bonek, pendukung setia Perse- ya 3x lipat yang saya perkirakan. ekonomi karena dihajar suport- kah Persebaya juga wani untuk orang-orang mulai memanggil beberapa Bonek dan fans PSS baya, yang berhasil lolos masuk Tentu kami di Persema senang er tuan rumah, ketika sampai memberikan prestasi yang ter- Saya Bonek Belanda. Panggilan Sleman di Sutos. Saat berangkat ke Gajayana dengan segala kesu- karena stadion ramai – walaupun di lapangan, menarik sesuatu baik di momentum ulang tahun tersebut menelurkan ide brilian. menuju ke stadion, dari dalam litannya di kala itu. ramai hujatan dan makian juga. dari dalam kaosnya. Sebuah ke-93 ini? Selamat ulang tahun Saya mulai membuat akun Insta- mobil terlihat skuter dan mo- Jumlah Bonek yang datang Tetapi, fakta membuktikan bah- syal Persebaya yang kemudi- Persebaya! (*) gram @bonek_belanda sebelum bil dengan bendera Persebaya kembali ke Belanda. bertebaran di mana-mana. Enam bulan berlalu, Saya Suasana di stadion sangat kembali ke Surabaya untuk kondusif di babak pertama. berlibur. Pada kesempatan ini Namun sayangnya keributan Gelora 10 Nopember Tambaksari Selalu di Hati saya menyempatkan diri me- terjadi di babak kedua. Green nonton latihan Persebaya secara Nord protes dengan meninggal- JOJO RAHARJO kunci juara pada laga pamungkas 46 gol dan kemasukan 29, adapun kondektur bus kota jurusan Joy- langsung. Ternyata, klub sepak kan tribun. Persebaya bermain Jurnalis yang berlangsung usai Surabaya Persebaya mampu menggelontorkan oboyo-Tanjung Perak- berkali-kali bola ini sangat terbuka dan ber- buruk dalam pertandingan itu diguyur hujan deras. 55 gol dan hanya kebobolan 26 gol. nonton di Tambaksari, stadion leg- sahabat. Saya sempat berbin- membuat para suporter kecewa Saya bekerja sebagai jurnalis di Empat hari kemudian, reportase Sempat ditunda satu setengah jam endaris yang dibangun untuk per- cang dengan Manajer Persebaya, dan turun lapangan untuk protes Tempo News Room, yang mem- saya itu muncul di Majalah Tempo. karena lapangan Tambaksari diguyur helatan PON VII/1969. Candra Wahyudi. Kami berdisk- kepada manajemen. bawahi Majalah Tempo, Koran Judulnya ‘Mukjizat di Tambaksari’, hujan, pertarungan sore itu ber- Teringat kala kadang saya naik usi mengenai Persebaya dan hal- Saya berharap suatu saat Tempo dan online tempointeraktif. mengutip kalimat yang disampaikan langsung sengit. Pada menit-menit di atas pundak Papa demi agar hal kecil lain. bisa kembali ke Surabaya. Jujur, com, tidak lama. Hanya dua tahun. pelatih Persebaya. Leadnya begini… awal, Bajul Ijo langsung menekan, anaknya bisa menyaksikan keriu- Di sana Saya juga betemu Saya sudah jatuh hati dengan Setahun lebih sebagai kontributor Berkali-kali Jacksen Ferreira Ti- dan strategi ini membuahkan hasil. han dan atmosfer stadion secara penggagas media komunitas emo­ kota ini, dan tentu saja kepada di Jawa Timur pada Januari 2004 – ago mengepalkan kedua tangannya Gawang Persija, yang dijaga Sam- langsung dari mata kepala sendiri. sijiwaku, Iwan Iwe, yang spontan Persebaya. (*) Juni 2005, dan setahun berikutnya sambil berlari di tengah Stadion sidar, bisa dijebol lewat tendangan Tak pernah menyangka, dua kemudian mewawancarai Saya. di kantor pusat di Jakarta. Gelora 10 November Tambaksa- keras penyerang Persebaya, Danilo dekade kemudian, putera sulung- Postingan wawancara Saya di *) Ditulis ulang oleh Rossi Meski tak lama menyandang ri, Surabaya. “Ini mukjizat…, ini Fernando, pada menit ke-9. nya menjadi wartawan, yang kerap emosijiwaku membuat follower Rahardjo status jurnalis Tempo, tapi pengala- mukjizat…,” teriaknya hampir tak Buat mengejar ketertinggalan, meliput pertandingan sepak bola man itu sangat membanggakan. terdengar, tenggelam oleh gemuruh Persija giliran terus-menerus secara langsung. Baik saat saya Terutama saat meliput di Surabaya, sorak-sorai penonton. Begitulah menggedor pertahanan lawan. sebagai reporter radio Salvatore dan lebih banyak mengisi halaman pelatih Persebaya ini menumpah- Upaya ini baru berhasil pada babak Surabaya maupun sebagai jurnalis olahraga. Kisah konflik PSSI era kan rasa bungah setelah anak asu- kedua, tepatnya menit ke-52. Ump- Tempo. Dan kini, saya bisa bekerja Nurdin Halid sampai ‘mengawal’ hannya mampu menekuk Persija an Gustavo Ortiz disapu dengan sebagai tim komunikasi dan kehu- Persebaya di masa mendiang H. Jakarta 2-1 pada pertandingan ter- sembrono oleh pemain Persebaya, masan federasi sepak bola negeri Santo jadi juara Liga Indonesia akhir Liga Indonesia, Kamis sore Mat Halil. Bola malah meluncur ini. Salam hormat untuk mendiang 2004 menjadi memori tak terlupa. pekan lalu. deras ke gawang Hendro Kartiko, Papa di sorga. Tentu saja, di dalam perjuangan Kemenangan itu mengantar dan gol. Tapi, dua menit kemudian, Tambaksari adalah kenangan. menuju Persebaya juara itu banyak Persebaya menjadi juara Liga Indo- Persebaya mampu menjebol lagi Tambaksari adalah rumah kita. lika-liku terjadi. Kalah melawan nesia 2004. Dengan nilai 61 yang di- gawang Persija lewat sundulan ke- Maka, sungguh sebuah kebanggaan PSS Sleman di Gelora 10 Novem- kumpulkan di ujung kompetisi, klub pala Luciano de Souza. kala Februari lalu kembali mengin- ber Tambaksari, ricuh saat keok berjuluk Bajul Ijo itu tak tertandingi Ya, Tambaksari bersuka sore itu. jak stadion ini, mendampingi Ket- di kandang dari Persela Lamon- oleh dua pesaing beratnya, Persija Dan bagi saya, Tambaksari ada- ua Umum PSSI Mochamad Iriawan gan, dan rusuh lagi saat berbalik dan PSM . Persija akhirn- lah kenangan luar biasa. Sebuah untuk meninjau kesiapan Gelora 10 menang di kandang lawan Stadion ya hanya mengantongi total poin 60. kehormatan bagi saya, jurnalis 27 November sebagai salah satu infra- Surajaya Lamongan. PSM sebenarnya juga memiliki nilai tahun, bisa berada di tengah-ten- struktur untuk tempat latihan Piala Tapi tetap saja, momen tak ter- 61 setelah mengalahkan PSMS Med- gah peristiwa bersejarah: momen Dunia U-20 2021 dengan Surabaya lupa adalah laga terakhir Persebaya an, juga dengan skor 2-1, pada hari Persebaya mendapatkan dua bin- sebagai salah satu tuan rumahnya. melawan Persija, dua malam jelang yang sama. Tapi tim Juku Eja itu har- tang juara Liga Indonesia. Ada air mata haru di sana. Tam- Natal. Kemenangan ‘Bajul Ijo’ 2-1 us puas jadi runner-up karena kalah Terbawa kenangan saat saya baksari kandang kita, Rek! Tam- atas ‘Macan Kemayoran’ menjadi dalam selisih gol. PSM memasukkan masih SD, diajak Papa -seorang baksari selalu di hati, Rek! (*) KAMIS, 18 JUNI 2020 Edisi Ulang Tahun Persebaya 5

Joko Kristiono Salah satu kreativitas Bonek saat pertandingan Persebaya (1927) vs Persema di Stadion Gelora 10 Nopember (G10N), Min- JOKO KRISTIONO ggu (15/5/2011) dalam lanjutan Indonesian Premiere League Bonek turut bersimpati terhadap kinerja profesional jurnalis saat Solo FC menjamu Persebaya (1927) di Stadion Gelora 10 Nopember (G10N), Senin (9/5/2011) (IPL) Persebaya 1927 unggul 4-0. dalam lanjutan Indonesian Premiere League (IPL) Persebaya unggul 0-2.

Nostalgia Persebaya Persebaya memberi kenangan manis, pahit buat para penggemarnya, Bonek. Selalu ada cerita yang terjadi di setiap momen pertandingan yang dilakoni Bajul Ijo. Cerita-cerita itu ditangkap kamera yang bisa diceritakan kepada generasi baru penggemar Persebaya hingga kapan pun.

JOKO KRISTIONO JOKO KRISTIONO Seorang Bonek mengibarkan bendera Merah-Putih di sela-sela pertandingan Persebaya (1927) vs Persema di Siti Nasyiah (kanan) dan Andi Peci (kiri) usai bertukar cinderamata dengan perwakilan Pasoepati Indonesia Stadion Gelora 10 Nopember (G10N), Minggu (12/2/2012) dalam lanjutan Indonesian Premiere League (IPL) den- saat jeda pertandingan Solo FC menjamu Persebaya (1927) di Stadion Gelora 10 Nopember (G10N), Senin gan skor 0-0. (9/5/2011) dalam lanjutan Indonesian Premiere League (IPL) Persebaya 1927 unggul 0-2.

JOKO KRISTIONO Penonton di tribun Kidul berusaha keluar melewati pagar pembatas tribun di sela-sela pertandingan Persebaya (1927) vs Persema di Stadion Gelora 10 Nopem- ber (G10N), Minggu (15/5/2011) dalam lanjutan Indonesian Premiere League (IPL) Persebaya (1927) unggul 4-0.

KARTUN bambang jmbg

JOKO KRISTIONO Pedagang lumpia dan aneka kudapan lainnya turut mewar- nai setiap laga Persebaya baik di Stadion Gelora 10 Nopem- ber (G10N) maupun Gelora Bung Tomo (GBT). Difoto saat pertandingan Persebaya (1927) vs Persema di Stadion Gelora

10 Nopember (G10N), Minggu (15/5/2011) dalam lanjutan In- JOKO KRISTIONO donesian Premiere League (IPL) Persebaya (1927) unggul 4-0. Salah satu spanduk Bonek yang dipasang saat pertandingan Persebaya (1927) versus Arema di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) dalam lanjutan Indonesian Premiere League (IPL) dengan skor 2-1 untuk Persebaya (1927), Minggu (4/3/2012). 8 Edisi Ulang Tahun Persebaya KAMIS, 18 JUNI 2020

ilustrasi: ramok lakoro