BAB IV

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

4.1 Sejarah dan Perkembangan Provinsi

Pembentukan Provinsi Riau ditetapkan dengan Undang-undang

Darurat Nomor 19 Tahun 1957.Kemudian diundangkan dalam Undang-

undang Nomor 61tahun 1958. Sama halnya dengan Provinsi lain yang ada di

Indoensia, untuk berdirinya Provinsi Riau memakan waktu dan perjuangan

yang cukup panjang, yaitu hampir 6 tahun (17 Nopember 1952 s/d 5 Maret

1958). Dalam Undang-undang pembentukan daerah swatantra tingkat I

SumateraBarat, Jambi dan Riau, Jo Lembaran Negara Nomor 75 tahun 1957,

daerahswatantra Tingkat I Riau meliputi wilayah daerah swatantra tingkat II:

a. Bengkalis

b. Kampar

c. Indragiri

d. Kepulauan Riau, termaktub dalam UU No. 12 tahun 1956 (L. Negara

Tahun 1956 No.25)

e. Kotaparaja , termaktub dalam Undang-undang No. 8 tahun 1956

No.19

Dengan surat keputusan Presiden tertanggal 27 Februari 1958 Nomor

258/M/1958 telah diangkat Mr. S.M. Amin, Gubernur KDH Provinsi Riau di

lakukan pada tanggal 5 Maret 1958 di Tanjungpinang oleh Menteri Dalam

Negeriyang diwakili oleh Sekjen Mr. Sumarman.

Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Swatantra tingkat I

Riautanggal 22 September 1958 No.21/0/3-D/58 dibentuk panitia Penyelidik

1 44 45

Penetapan Ibukota Daerah Swatantra Tingkat I Riau.Panitia ini telah berkeliling ke seluruh Daerah Riau untuk mendengarpendapat-pendapat pemuka-pemuka masyarakat, penguasa Perang Riau Daratandan Penguasa

Perang Riau Kepulauan.Dari angket langsung yang diadakanpanitia tersebut, maka diambillah ketetapan, bahwa sebagai ibukota terpilih Kota Pekanbaru.

Pendapatan ini langsung disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri.Akhirnya tanggal 20 Januari 1959 dikeluarkan Surat Keputusan dengan

No.Desember.52/1/44-25 yang menetapkan Pekanbaru sebagai ibukota

Provinsi Riau.

Untuk merealisir ketetapan tersebut, dibentuklah dipusat suatu panitia interdepartemental, karena pemindahan ibukota dari Tanjung pinang ke

Pekanbaru menyangkut kepentingan semua Departemen. Sebagai pelaksana di daerah dibentuk pula suatu badan di Pekanbaru yang diketuai oleh Penguasa

Perang Riau Daratan Letkol. Kaharuddin Nasution. Sejak itulah mulai dibangun Kota Pekanbaru dan untuk tahap pertama mempersiapkan bangunan- bangunan yang dalam waktu singkat dapat menampung pemindahan kantor- kantor dan pegawai-pegawai dari Tanjung Pinang kePekanbaru. Sementara persiapan pemindahan secara simultan terus dilaksanakan, perubahan struktur pemerintahan daerah berdasarkan Penpres No.6/1959sekaligus direalisir.

Gubernur Mr. S.M. Amin digantikan oleh Letkol Kaharuddin Nasution yang dilantik digedung Sekolah Pei Ing Pekanbaru tanggal 6 Januari 1960.

Karena Kota Pekanbaru belum mempunyai gedung yang representatif, maka dipakailahgedung sekolah Pei Ing untuk tempat upacara. 46

Dengan di lantiknya Letkol Kaharuddin Nasution sebagai Gubernur, makastruktur Pemerintahan Daerah Tingkat I Riau dengan sendirinya mengalami pulaperubahan. Badan Penasehat Gubernur Kepala Daerah dibubarkan dan pelaksanaan pemindahan ibukota dimulai. Rombongan pemindahan pertama dari Tanjungpinang ke Pekanbaru dimulai pada awal

Januari 1960 dan mulai saat ituresmilah Pekanbaru menjadi ibukota.Aparatur pemerintahan daerah, sesuai dengan Penpres Nomor.6 tahun1959 mulai dilengkapi dan sebagai langkah pertama dengan Surat KeputusanMenteri

Dalam Negeri tanggal 14 April 1960 Nomor. PD6/2/12-10 telah dilantik

Badan Pemerintah Harian bertempat di gedung Pei Ing Pekanbaru dengan anggota-anggota terdiri dari: a. Wan Ghalib b. c. A. Muin Sadjoko

Anggota-anggota Badan Pemerintahan Harian tersebut merupakan pembantu-pembantu Gubernur Kepala Daerah untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari. Di dalam rapat Gubernur, Badan Pemerintah Harian dan Staff ResidenMr. Sis Tjakraningrat, disusunlah program kerje Pemerintah

Daerah, yang dititik beratkan pada :

1. Pemulihan perhubungan lalu lintas untuk kemakmuran rakyat.

2. Menggali sumber-sumber penghasilan daerah

3. Menyempurnakan aparatur.

Program tersebut dilaksanakan secara konsekwen sehingga dalam waktu singkat jalan raya antara Pekanbaru sampai batas Sumatera Barat siap dikerjakan. Jalan tersebut merupakan kebanggaan Provinsi Riau. Pemasukan 47

keuangan daerahmulai kelihatan nyata, sehingga Kas Daerah yang pada mulanya kosong samasekali, mulai berisi. Anggaran Belanja yang diperbuat kemudian tidak lagimerupakan anggaran khayalan tetapi betul-betul dapat dipenuhi dengan sumber-sumber penghasilan sendiri sebagai suatu daerah otonom.

Disamping itu atas prakarsa Gubernur Kaharuddin Nasution diusahakan pula pengumpulan dana disamping keuangan daerah yang sifatnyain konvensional. Dana ini diperdapat dari sumber-sumber di luar anggaran daerah, dan hasilnya dimanfaatkan untuk pembangunan, diantaranya pembangunan pelabuhan baru beserta gudangnya, gedung pertemuan umum

(Gedung Trikora),gedung Universitas Riau, Wisma Riau Mesjid Agung,

Asrama Pelajar Riau untukPutera dan Putri di Yogyakarta dan lain-lain.

Usaha untuk menyempurnakan Pemerintah Daerah terus ditingkatkan, disamping Gubernur Kepala Daerah, pada tanggal 25 April 1962 diangkat seorang Wakil Gubernur kepala Daerah, yaitu Dt. Wan Abdurrahman yang semula menjabat Walikota Pekanbaru, jabatan Walikota dipegang oleh

Tengku Bay(http://www.riauonline.co.id, diakses tanggal 3 Januari 2018).

perkembangan perpolotikan di Riau pada masa itu tidak terlepas darikeadaan perpolitikan di Pusat. Sejak Presiden Suekarno mengumandangkan NASAKOM (Nasional Agama Komunis) banyak menimbulkan sengketa bernuangsa politik di riau.Karena timbul Doktrin

Nasakomisasi yang diterapkantidak melalui ketentuan perundang-undangan tetapi melalui tekanan-tekanan dariatas.Sejalan dengan denganitu dibentuk pula Front Nasional Daerah Tingkat IRiau, yang pimpinan hariannya terdiri 48

dari unsur Nasakomb masuknya unsur-unsur Nasional dan Komunis dalam tubuh BPH disebabkan saat. Front Nasionalini mengkoordinir senua potensi partai-partai politik dan organisasi massa. Dengan sendirinya didalam Front

Nasionalini bertarung idiologi yang saling bertentanganyang menurut cita-cita

Presiden Suekarno harus dipersatukan.Kedudukan pimpinan harian Front

Nasional ini merupakan kedudukanpenting, karena mereka menguasai massa rakyat. Karena itu pulalah PimpinananHarian tersebut didudukkan di samping

Gubernur Kepala Daerah, yangmerupakan anggota Panca Tunggal.Atas dasar

Nasakomisasi ini, maka golongankomunis telah dapat merebut posisi yang kuat.Ditambah pula dengan tekanan-tekanan pihak yang berkuasa, maka peranan komunis dalam Front Nasionaltersebut sangat menonjol.

Disamping penyempurnaan aparatur pemerintahan, oleh Pemerintah

Daerah dirasakan pula bahwa luasnya daerah-daerah kabupaten yang ada danbatas-batasnya kurang sempurna, sehingga sering menimbulkan stagnasi dalam kelancaran jalannya roda pemerintahan. Ditambah lagi adanya hasrat rakyat dari beberapa daerah seperti Indragiri Hilir, Rokan, Bagan Siapi-api dan lain-lain yang menginginkan supaya daerah-daerah tersebut dijadikan

Kabupaten. Untuk itumaka oleh Pemerintah Daerah Provinsi Riau pada tanggal 15 Desember 1962dengan SK. No.615 tahun 1962 di bentuklah suatu panitia.

Hasil kerja dari pantia tersebut menjadikan Provinsi Riau 5 (lima) buahdaerah tingkat II dan satu buah Kotamadya.

1. Kotamadya Pekanbaru : Walikota KDH Kotamadya Tengku Bay.

2. Kabupaten Kampar : Bupati KDH R. Subrantas 49

3. Kabupaten Indragiri Hulu : Bupati KDH. H. Masnoer

4. Kabupaten Indragiri Hilir : Bupati KDH Drs. Baharuddin Yusuf

5. Kabupaten Kepulauan Riau : Bupati KDH Adnan Kasim

6. Kabupaten Bengkalis : Bupati KDH H. Zalik Aris

Sewaktu pemerintah pusat memutuskan hubungan diplomatik dengan

Malaysia dan Singapura, serta ditingkatkan dengan konfrontasi fisik dengan keputusan Presiden Republik tahun 1963, maka yang paling dahulu menampung konsekwensi-konsekwensinya adalah daerah Riau. Daerah ini yang berbatasan langsung dengan kedua negara tetangga tersebut dan orientasi ekonominya sejak berabad-abad tergantung dari Malaysia dan Singapura sekaligus menjadi kacau.

Untuk menghadapi keadaan yang sangat mengacaukan kehidupan rakyat tersebut, dalam rapat kilat yang diadakan Gubernur beserta anggota- anggota BPH, Catur tunggal dan istansi-istansi yang bertanggung jawab, telah dibahas situasi yang gawat tersebut serta dicarikan jalan keluar untuk bisa mengatasi keadaan.Kepada salah seorang anggota BPH ditugaskan untuk menyusun suatukonsep program yang meliputi semua bidang kecuali bidang pertanahan, dengan diberi waktu satu malam.Dalam rapat yang diadaakan besok paginya konsep yangtelah disusun tersebut diterima secara mutatis mutandis. Tetapi nyatanya pemerintah pusat waktu itu tidak dapat melaksanakan program tersebut sebagaimana yang diharapkan terutama tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi langsung oleh rakyat, seperti pengiriman bahan pokok untuk daerah- daera kepulauan dan penyeluran hasil produksi rakyat. 50

Dalam bidang moneter diambil pula tindakan-tindakan drastis dengan menghapuskan berlakunya mata uang dollar Singapura/Malaysia di Kepulauan

Riau, serta menggantinya dengan KRRP (Rupiah Kepualaun Riau) yang berlaku mulai tanggal 15 Oktober 1963.Untuk melaksanakan pengrupiahan

Kepualauan Riau tersebut, diberikan tugas kepada Team Task Force II dibawah pimpinan Mr.Djuana dari Bank Indonesia.

Dengan perubahan-perubahanpola ekonomi secara mendadakdan menyeluruh denga sendirinya terjasi stagnasi.Sehingga perekonomian jadi tidak menentu.Arus barang terhenti, baik keluarmaupun masuk.Daerah Riau pada dasarnya adalah penghasil barang eskpor,akhirnya menjadi kekeringan.

Barang-barang produksi rakyat, terutama karet menjadi menumpuk dan tidak dapat didistribusikan. Barang-barang kebutuhanrakyat tidak masuk kecuali yang didatangkan oleh pemerintah sendiri yang terbatashanya di kota-kota pelabuhan.Kebijaksanaan yang diambil pemerintah kemudiantidak meredahkan keadaan, malahan menambah kesengsaraan rakyat, terutama bidang ekonomi dan keamanan.

Pada tahun-tahun terakhir masa jabatan Gubernur Kaharuddin

Nasution terjadi ketegangan dengan pemuka-pemuka masyarakat Riau. Dari segi politis, ketegangan dengan tokoh-tokoh masyarakat Riau telah berjalan beberapa tahun yang berpangkal pada politik kepegawaian. Pemuka-pemuka daerah berpendapat bahwa Gubernur Kaharuddin Nasution terlalu banyak memberikan kedudukan-kedudukan kunci kepada orang-orang yang dianggap tidak mempunyai iktikad baik terhadap daerah Riau.Hal ini ditambah pula dengan ditangkapnya Wakil Gubernur Dt. Wan Abdul Rachman yang difitnah ikut dalam gerakan membentuk negara RPI (Republik Persatuan Indonesia), 51

fitnahan ini dilansir oleh PKI. Akibatnya Dt. Wan Abdurrachman diberhentikan dari jabatannya dengan hak pensiun.

Dalam perjalanan waktu berikutnya, kebangkitan Angkatan 66 dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran di Riau bukanlah suatu gerakan spontanitas tanpa sadar. Kebangkitan Angkatan 66 timbul dari suatu embrio proses sejarah yang melanda Tanah Air. Konsep Nasakom Orde Lama menimbulkan penyelewengan-penyelewengan dalam segala aspek kehidupan nasional. Lembaga-lembaga Negara tidak berfungsi sebagaimana yang diaturdalam Undang-Undang Dasar 1945. Penetrasi proses Nasakomisasi ke dalam masyarakat Pancasilais menimbulkan keretakan sosial dan menggoncangkan sistem-sistem nilai yang menimbulkan situasi konflik. Di tambah lagi adanya konfrontasi dengan Malaysia yang menyebabkan rakyat

Riau sangat menderita karena kehidupan perekonomian antara Riau dengan

Malaysia menjadi terputus.

Demikianlah penderitaan, konfrontasi dan kemelut berlangsung terus dan suasana semakin panas di Riau.Menjelang meletusnya G 30 S/PKI kegiatan tokoh-tokoh PKI di Riau makin meningkat. Mereka dengan berani secara langsung menyerang lawan-lawan politiknya.Tokoh-tokoh PKI Riau

Alihami CS mempergunakan kesempatan dalam berbagai forum untuk menghantam lawan-lawannya dan menonjolkan diri sebagai pihak yang revolusioner. Begitu juga masyarakat Cina yang berkewargaan negara RRT memperlihatkan kegiatan-kegiatan yang luar biasa.Malam tanggal 30

September 1965 mereka yang tergabung dalam Baperki bersama-sama dengan

PKI Riau. Seiring dengan berhembusnya angin reformasi telah memberikan perubahan yang drastis terhadap negeri ini, tidak terkecuali di Provinsi Riau 52

sendiri. Salah satu perwujudannya adalah dengan diberlakukannya pelaksanaan otonomi daerah yang mulai di laksanakan pada tanggal 1 Januari

2001. Hal iniberimplikasi terhadap timbulnya daerah-daerah baru di

Indonesia, dari 27 Provinsi pada awalnya sekarang sudah menjadi 32 Provinsi.

Tidak terkecuali Provinsi Riau, terhitung mulai tanggal 1 Juli 2004 , Provinsi

Kepulauan Riau resmi berdiridan terpisah secara administrasi Pemerintah dari

Provinsi Riau.

Seiring dengan hembusnya “angin reformasi” telah memberikan perubahan yang drastic terhadap negeri ini, tidak terkecuali di Provinsi Riau sendiri. Salah satu perwujudannya adalah dengan diberlakukannya pelaksanaan otonomi daerah yang mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari

2001. Adapun kabupaten yang ada di Provinsi Riau adalah :

Tabel 4.1: Kabupaten Kota Se- Provinsi Riau

No Kabupaten/Kota Ibu Kota Kabupaten 1 Kabupaten Kampar Bangkinang 2 Kabupaten Indragiri Hulu Rengat 3 Kabupaten Bengkalis Bengkalis 4 Kabupaten Indragiri Hilir Tembilahan 5 Kabupaten Pelalawan Pangkalan Kerinci 6 Kabupaten Rokan Hulu Pasir Pengaraian 7 Kabupaten Rokan Hilir Bagansiapiapi 8 Kabupaten Siak Siak Sri Indrapura 9 Kabupaten Kuantan Singingi Taluk Kuantan 10 Kabupaten Kepulauan Meranti Selatpanjang 11 Kota Pekanbaru Pekanbaru 12 Kota Dumai Dumai Sumber: http://www.Riau.go.id, diakses tanggal 3 Januari 2018. 53

Mulai sejak berdirinya Provinsi Riau hingga saat ini sudah mengalami

beberapa kali Pergantian Pejabat Gubernur dan Ketua DPRD Riau, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pad tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2: Daftar Para Gubernur Riau

No Nama Masa Jabatan 1 Mr Mohammad Amin 1958-1960 2 H. Kaharuddin Nasution 1960-1966 3 H. Arifin Ahmad 1966-1978 4 Brigjen R Subrantas Siswanto 1978-1980 5 H. Prapto Prayitno (plt) 1980 6 H. Imam Munandar 1980-1988 7 H. Baharuddin Yusuf (plh) 1988 8 Atar Sibero (plt) 1988 9 H. Soeripto 1988-1998 10 H. Saleh Djasit 1998-2003 11 H.M. Rusli Zainal 2003-2008 12 H. Wan Abubakar MSi 2008-2008 13 H.M. Rusli Zainal 2008-2013 14 Prof. Dr. Djohermansyah Djohan, MA 2013-2014 (Plt) 15 Drs. H. Annas Maamun 2014-2014 16 Ir. Arsyadjuliandi Rachman MBA 2014-Sekarang (Plt) Sumber:Sumber: http://www.Riau.go.id, diakses tanggal 3 Januari 2018.

4.2 Sejerah Kabupaten Indragiri Hulu

Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya ditetapkan

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah

Otonomi Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah yang diberi 54

nama Kabupaten Indragiri yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan disebelah Hilir.Pada tahun 1965 Kabupaten Indragiri telah dimekarkan menjadi Kabupaten Indragiri Hulu dan Hilir berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun1965.Tahun 1999 Kabupaten Indragiri Hulu dimekarkan lagi menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Kuantan Singingi dan Kabupaten

Indragiri Hulu.Setelah pemekaran Kabupaten Indragiri Hulu menjadi 2

Kabupaten. Satutahun kemudian tepatnya tahun 2000 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Indragiri Hulu dimekarkan pula, waktu pemekaran Kabupaten

Indragiri Hulu Tahun 1999Kecamatan di Kabupaten Indragiri Hulu tinggal 6

Kacamatan. Setelah dimekarkan3 Kecamatan, maka Kecamatan di Kabupaten

Indragiri Hulu sekarang menjadi 9Kecamatan berdasarkan PERDA Nomor 9

Tahun 2000.

Adapun nama-nama kecamatan yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu adalah:

Tabel 4.3: Nama-nama Kecamatan di Kabupaten Indragiri Hulu

No Kecamatan Jumlah Desa 1 Kecamatan Batang Cenaku 21 2 Kecamatan Batang Gansal 10 3 Kecamatan Batang Peranap 10 4 Kecamatan Kelayang 17 5 Kecamatan Kuala Cenaku 10 6 Kecamatan Lirik 17 7 Kecamatan Lubuk Batu Jaya 9 8 Kecamatan Pasir Penyu 13 9 Kecamatan Peranap 12 55

10 Kecamatan Rakit Kulim 19 11 Kecamatan Rengat 16 12 Kecamatan Rengat Barat 18 13 Kecamatan Seberida 11 14 Kecamatan Sungai Lala 12 Sumber : Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Indragiri Hulu 2018

4.2.1 Gambaran Umum Kecamatan Lirik

Kecamatan Lirik merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Indragiri Hulu yang dilalui oleh jalur lintas provinsi. Secara umum keaadaan

topografinya adalah berupa dataran meskipun ada beberapa daerah yang

berbukit-bukit. Sementara ketinggian dari permukaan air laut untuk di daerah

Lirik adalah sekitar 6 meter.

Kecamatan Lirik berbatasan dengan beberapa wilayah yaitu:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pasir Penyu

3. Sebelah Timur berbatasan Kecamatan Lirik

4. Sebelah Barat berbatasan Kecamatan Lubuk Batu Jaya

Adapun nama-nama Desa yang ada di Kecamatan Lirik adalah :

1. Kelurahan /Desa Banjar Balam

2. Kelurahan /Desa Gudang Batu

3. Kelurahan /Desa Japura

4. Kelurahan /Desa Lambang Sari I, II, III

5. Kelurahan /Desa Lambang Sari IV

6. Kelurahan /Desa Lambang Sari V 56

7. Kelurahan /Desa Lirik Area

8. Kelurahan /Desa Mekarsari

9. Kelurahan /Desa Pasir Ringgit

10. Kelurahan /Desa Pasir Sialang Jaya

11. Kelurahan /Desa Redang Seko

12. Kelurahan /Desa Rejosari

13. Kelurahan /Desa Seko Lubuk Tigo

14. Kelurahan /Desa Sidomulyo

15. Kelurahan /Desa Sukajadi

16. Kelurahan /Desa Sungai Sagu

17. Kelurahan /Desa Wonosari

4.3 Sejerah Kabupaten Pelalawan

Wilayah kabupaten Pelalawan, berawal dari kerajaan Pekantua yang

didirikan oleh Maharaja Indera (sekitar tahun 1380 M) yang datang dari

kerajaan Temasik (Singapura). Beliau adalah orang besar di kerajaan Temasik

yang di kalahkan oleh Majapahit abad XIV M. Lokasi kerajaan ini ialah dihulu

sungai Pekantua, lebih kurang 20 km di hulu Muaratalam-Kampar (anak

sungai Kampar, sekarang termasuk desa Tolam, kecamatan Pelalawan,

kabupaten Pelalawan), pada tempat yang bernama "Pematang Tuo".

Pelalawan dalam tahun 1944 termasuk dalam dalam Selat Panjang-

Gun, namun pada tanggal 1 Januari 1945 Pelalawan terlepas dari Selat

Panjang dan berdiri sendiri Pelalawan Gun (Kewedanaan) yang meliputi

empat Ku (kecamatan) yakni Kuala Kampar, Bunut, Pangkalan Kuras, dan 57

Langgam. Hal ini terjadi melihat perkembangan dan situasi serta kondisi pada saat itu, terutama sulitnya melakukan komunikasi akibat sarana komunikasi yang sangat minim dari Selat Panjang ke Pelalawan dan sebaliknya.

Setelah terjadinya penyerahan kedaulatan dan pemulihan kembali pemerintahan sipil, lahirlah Undang-undang Nomor 22 tahun 1948 tentang status Keresidenan dan Kewedanaan dihapuskan sehingga memperpendek tangga hirarki pemerintahan. Dalam undang-undang No. 22 tahun 1948 tersebut Kewedanaan Pelalawan dipecah dua, tiga kecamatan bergabung dengan Kabupaten Bengkalis dan satu bergabung dengan

Kabupaten Kampar yang pada saat itu masih Pekanbaru ibukotanya.

Beberapa tahun kemudian terjadi lagi perubahan dengan lahirnya undang-undang No. 12 tahun 1956, menetapkan Kewedanaan Pelalawan terlepas dari kabupaten Bengkalis dan bergabung dengan dalam kabupaten

Kampar. Sejak saat itu Pelalawan sebagai ibukota Kewedanaan menjadi

Kepenghuluan atau Kedesaan dalam wilayah kecamatan Bunut hingga tahun

2000.

Pembangunan wilayah Kampar Bagian Hilir (bekas kerajaan Pekantua-

Pelalawan dan Kewedanaan Pelalawan) dimasa bergabung dengan kabupaten

Kampar sangat menyedihkan dan lambat berkembang. Sebagai gambaran wilayah yang luasnya 12.490,42 KM hanya dibangun jalan aspal 27 KM, dari

Simpang Bunut ke kantor Camat Bunut dengan kualitas yang sangat rendah.

Kondisi ini tidak berimbang jika dibandingkan wilayah kabupaten Kampar lainnya (Kampar Bagian Hulu dan Rokan Hulu).Belum lagi minimnya sarana pendidikan, terutama tingkat SLTP dan SLTA. Fasilitas pendukung lainya 58

seperti fasilitas air bersih, Kesehatan, listrik, telepon dan lain-lain sangat diabaikan. Ditambah lagi jauhnya rentang kendali pemerintahan dari

Bangkinang (ibukota kabupaten) dengan kecamatan-kecamatan diwilayah

Pelalalawan yang berjarak antara 125-260 km membuat banyak program pembangunan kurang efektif.

Di lihat dari segi pendapatan daerah Pelalawan termasuk penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten Kampar. Sejak tahun

1980-an daerah ini menjadi tujuan transmigrasi yang mitra dengan perkebunan besar dan menengah tingkat nasional terutama dalam mengelola kelapa sawit dan mendirikan beberapa pabrik. Sedangkan penduduk tempatan lebih banyak berkebun kelapa dan karet.Kemudian di daerah ini juga terdapat PT RAPP,

Pabrik Indo Sawit, di tambah lagi hasil kayu, rotan, perikanan, dan minyak bumi. Sepertinya hasil alam tersebut belum banyak meningkatkan kesejahteraan masyarakat tempatan, akan tetapi lebih banyak dinikmati oleh investor atau konglomerat dan kaum pendatang umumnya.

Selain pertimbangan sumber daya alam, sarana dan prasarana sangat menyedihkan dan lambat berkembang, kawasan Kampar Bagian Hilir memiliki adat-istiadat dan sistem sosial budaya yang agak bebeda dengan kawasan Kampar Bagian Hulu yaitu Daerah Andiko Nan 44 yang memiliki kesamaan dengan Minangkabau dan Rokan Hulu yang memiliki kesamaan dengan sosial budaya Tapanuli. Kawasan ini pada umumnya didominasi oleh suku Melayu dengan adat-istiadat yang kental unsur kemelayuannya, baik

Melayu Pesisir maupun Melayu Petalangan yang khas.

Menurut Tengku Dahril, MSc (waktu menjabat Rektor Universitas

Islam Riau, Pekanbaru) dalam bukunya Riau : Potensi Alam dan Sumber 59

Daya Insani telah menyampaikan pentingnya upaya pemekaran kabupaten atau kota diprovinsi Riau dalam rangka percepatan proses pembangunan dan hasil-hasilnya. Beliau juga mengusulkan pemekaran provinsi Riau menjadi 8 kabupaten dan 9 kotamadya.Salah sartu diantaranya kabupaten Kampar Hilir dengan ibukota Pangkalan Kerinci.

Dalam era reformasi, setelah jatuhnya Presiden Soeharto dan menyerahkan kekuasaannya kepada wakilnya B.J. Habibie tanggal 19 Mei

1998, maka terjadi reformasi social politik ditanah air.Tokoh-tokoh masyarakat Pelalawan melihat kesempatan baik itu. Apalagi beberapa daerah lain di Indonesia sudah memperjuangkan wilayahnya dimekarkan menjadi provinsi (seperti Bangka Belitung, Banten, Maluku Utara, dan Gorontalo) dan kabupaten (seperti di Sumatera Utara, Maluku, Lampung, Jambi, Kalimantan

Timur dan Sulewesi Utara dan lain-lain).

Ide dan cita-cita tersebut terus bergulir dan menjadi perbincangan hangat sesama orang Pelalawan baik di Pekanbaru maupun Bangkinang.Untuk merealisasikannya diadakan rapat tokoh-tokoh masyarakat Kampar Bagian

Hilir dirumahTengku Dahril tanggal 31 Januari 1999 pukul 20:00-24:00

WIB.Rapat malam tersebut menyepakati pembentukan formatur Panitia

Persiapan Pembentukan Kabupaten Pelalawan yang secara aklamasi memilih

Tengku Dahril sebagai Ketua Umum dan Ilyas Usman sebagai Sekretaris

Umum serta beberapa orang anggota.Selain itu rapat tersebut menyepakati

Rapat Akbar Masyarakat Kampar Bagian Hilir tanggal 4 Februari 1999 bertempat diaula SMAN 1 Langgam di Pangkalan Kerinci (sekarang SMAN 1

Pangkalan Kerinci). 60

Tanggal 11-13 April 1999 dilaksanakan kegiatan Seminar dan

Musyawarah Besar di Pangkalan Kerinci.Kegiatan ini dibuka secara resmi

Gubernur Riau yang diwakili oleh Asisten I Setwilda Riau, Rafian bertempat ditaman hiburan Lago Indah Pangkalan Kerinci, tanggal 11 April 1999 malam.

Adapun tujuan dari Seminar dan Muyawarah Besar ini untuk menghimpun dan menyatukan Visi, Misi, Persepsi, dan aspirasi masyarakat Kampar Bagian

Hilir dalam perjuangan pembentukan kabupaten baru di eks kerajaan atau kewedanaan Pelalawan yang terdiri atas empat kecamatan yaitu Langgam,

Bunut, Kuala Kampar dan Pangkalan Kuras. Selanjutnya untuk menghimpun pendapat, gagasan, dan saran mengenai kemungkinan pembentukan kabupaten baru dikawasan Kampar Bagian Hilir dari berbagai Sumber dan tokoh masyarakat baik yang berada di , Pekanbaru, Bangkinang, maupun yang berada di kawasan Kampar Bagian Hilir.

Kegiatan ini juga menghimpun dan menginventarisasikan data dan informasi yang dapat mendukung pembentukan kabupaten di kawasan

Kampar Bagian Hilir yang didasarkan atas pertimbangan sejarah, geografis, potensi sumber daya alam. Sumber daya manusia, ekonomi, sosial budaya pertahanan dan keamanan, aspirasi masyarakat, political will (kehendak politis) pemerintahan dan prospek masa depannya.

Pada akhir Agustus 1999 sudah terdengar informasi mengenai pembentukan kabupaten Pelalawan. Pada tanggal 16 September 1999 disepakati UU No. 53 tahun 1999 tentang pembentukan kabupaten Pelalawan bersama dengan 8 kabupaten atau kota lainnya diprovinsi Riau. Peresmian kabupaten Pelalawan dilakukan oleh Gubernur Riau Saleh Jasit tanggal 5

November 1999, yang bertempat dikantor Bupati Pelalawan. 61

4.3.1 Geografis Kabupaten Pelalawan

Kabupaten Pelalawan terletak di pesisir Timur Sumatera, dengan

wilayah daratan yang membentang di sepanjang bagian Hilir Sungai Kampar

serta berdekatan dengan Selat Malaka.Secara geografis Kabupaten pelalawan

terletak antara 1° 25'' LU dan 0°. 20 LS serta antara 100°.42''~ 103° ,28'' BT

dengan batas-batas wilayah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Siak

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kepulauan Riau

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar

Kabupaten Pelalawan pada dasarnya terdiri dari daratan, dan perairan.

Adapun daratan merupakan perbukitan dan daratan, sedangkan perairan terdiri

dari Sungai, dan laut. Kabupaten Pelalawan memiliki beberapa pulau yang

relatif besar, diantaranya Pulau Mendul, Pulau Serapung, Pulau Lebuh, Pulau

Muda dan beberapa pulau kecil, seperti Pulau Ketam, Pulau Tugau dan Pulau

Labu. Adapun Nama-nama kecamatan yang ada di Kabupaten Pelalawan

adalah:

Tabel 4.4: Nama-Nama Kecamatan di Kabupaten Pelalawan

No Kecamatan Jumlah Desa 1 Kecamatan Langgam 10 2 Kecamatan Bunut 8 3 Kecamatan Pangkalan Kuras 16 4 Kecamatan Kuala Kampar 9 5 Kecamatan Pangkalan Kerinci 7 62

6 Kecamatan Ukui 11 7 Kecamatan Pelalawan 9 8 Kecamatan Pangkalan Lesung 10 9 Kecamatan Kerumutan 8 10 Kecamatan Teluk Meranti 9 11 Kecamatan Bandar Petalangan 8 12 Kecamatan Bandar Sekijang 5 Sumber : Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Pelalawan 2018

4.3.2 Gambaran Umum Kecamatan Ukui Dua

Desa Ukui Dua terletak di Kecamatan Ukui di Kabupaten Pelalawan,

Riau, Indonesia. Ukui terkenal dengan Taman Nasional Tesso Nillo di mana

terdapat banyak gajah dan macan sumatera.nama ukui di ambil dari nama

sungai. sungai tersebut tepatnya di Ukui Dua yang dikenal dengan batang

ukui. nama ini merupakan pemberian dari orang tua-tua zaman dahulu di Ukui

ini. penduduk aslinya adalah melayu dan sekarang karena transmigrasi telah di

buka khususnya pada zaman Presiden , maka penduduk ukui telah

membaur dengan masyarakat jawa, batak, minang danlain sebagainya.