PENGELOLAAN KAWASAN EKOWISATA PANTAI DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

Bayu Kusumaa,*, Akhmad Amirudinb

aFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, , 65145 aFakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, 65145

*Koresponden penulis : [email protected]

Abstrak

Penelitian dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran mengenai kebijakan yang diambil oleh Balai Taman Nasional Alas Purwo terkait dengan pengelolaan kawasan wisata pantai. Metode wawancara menggunakan pertanyaan terbuka ditempuh untuk mendapatkan data. Kawasan wisata pantai di dalam Taman Nasional Alas Purwo sangat digemari oleh wisatawan asing maupun lokal. Wisatawan asing menyukai konsep wisata olahraga (surfing), sedangkan wisatawan lokal menggemari konsep wisata alam. Balai Taman Nasional Alas Purwo telah mengambil kebijakan mencegah dan mengurangi risiko aktivitas pengunjung untuk memberikan dampak negatif terhadap alam dan mengatur regulasi mengenai segala aktivitas yang akan dikembangkan oleh pengelola kawasan wisata berizin. Kebijakan yang diambil Balai Taman Nasional Alas Purwo telah sesuai dengan amanat undang-undang dengan mengedepankan konsep konservasi dan pelestarian.

Kata Kunci: Alas Purwo, Ekowisata, Taman Nasional

Abstract

Research aim was to get decision making of policy perspective of beach tourism development at Alas Purwo National Park by Balai Taman Nasional Alas Purwo. Interview method with open question was chosen by researcher. Beach is one of attraction on Alas Purwo National Parks which liked by local and foreigner tourist. Foreigner tourist activity on the beach is surfing, while local tourist activity is wandering the nature. Balai Taman Nasional Alas Purwo policy aim is preventing and minimizing impact of human activity on Alas Purwo National Park. Policy made by Balai Taman Nasional Alas Purwo is synchronized with Indonesian government regulation.

Keywords: Alas Purwo, Ecotourism, National Park

PENDAHULUAN mancanegara ke daerah dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal [2]. Industri pariwisata (Tourism) Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan salah satu segmen pasar yang terus merupakan salah satu Taman Nasional yang berkembang saat ini. Perkembangan segmen ada di . Taman Nasional Alas Purwo pasar tersebut sangat signifikan, mengingat terletak di Kabupaten . Taman industri pariwisata menyediakan lapangan Nasional Alas Purwo merupakan salah satu kerja yang luas dan besar, mendorong destinasi wisata yang dapat dipilih oleh pertumbuhan ekonomi, investasi dan wisatawan di Kabupaten Banyuwangi. Taman perdagangan Internasional [1]. Pengembangan Nasional Alas Purwo menyajikan jenis wisata pariwisata, khususnya di Indonesia dengan konsep adventure ecotourism. Pantai menunjukkan tren positif. Tren positif tersebut Plengkung atau G-land merupakan salah satu menuju pengembangan pariwisata dengan objek wisata pantai di dalam kawasan TNAP konsep ecotourism. Konsep ecotourism yang dikenal secara internasional [3]. menyuguhkan pariwisata alam yang ramah Permasalahan yang muncul terkait dengan lingkungan dan terbarukan. Konsep pariwisata pengelolaan kawasan wisata yang terletak di alam terbukti mampu menarik wisatawan dalam Taman Nasional Alas Purwo, kaitan tersebut adalah dengan aktivitas manusia.

Article history: ©2019 at http://jfmr.ub.ac.id Diterima / Received 27-11-2018 Disetujui / Accepted 30-03- 2019 Diterbitkan / Published 22-04-2019 Kusuma and Amirudin / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.3 No.1 (2019) 93-97

Permasalahan yang dimaksudkan adalah Konservasi Sumber daya Hayati dan adanya dampak negatif dari aktivitas manusia Ekosistemnya, yaitu: di dalam kawasan wisata yang ditengarai 1. Perlindungan proses ekologis sistem mampu mempengaruhi keadaan flora dan penyangga kehidupan. fauna di sekitarnya [4]. 2. Pengawetan keanekaragaman tumbuhan Penelitian ini mempunyai tujuan untuk dan satwa beserta ekosistemnya. mendapatkan gambaran mengenai 3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya pengambilan kebijakan terkait dengan alam hayati dan ekosistemnya dalam pengelolaan kawasan wisata pantai di dalam bentuk penelitian, ilmu pengetahuan, TNAP. pendidikan, penunjang budidaya, dan

pariwisata alam. METODE PENELITIAN Berbagai aktivitas yang dilakukan di

dalam TNAP harus mendapatkan ijin dari Penelitian dilakukan dengan metode Balai TNAP. Tugas tersebut telah sesuai pengambilan data primer dengan cara dengan amanat Undang-undang mengenai wawancara terhadap stakeholder terkait (staf Taman Nasional di Indonesia. Salah satu Balai TNAP dan pengelola kawasan wisata di aktivitas yang memberikan dampak luas dalam TNAP). Wawancara dilakukan dengan terhadap sosial-ekonomi masyarakat di sekitar beberapa pertanyaan terbuka untuk menggali TNAP adalah pariwisata. Balai TNAP terus lebih dalam mengenai konsep pengambilan menerus melakukan kontrol mengenai kebijakan kawasan wisata di dalam Taman dampak aktivitas yang ada di dalam TNAP Nasional Alas Purwo. Kawasan wisata yang termasuk aktivitas pariwisata. Aktivitas dimaksudkan di dalam hal ini, merujuk pada pariwisata mampu memberikan dampak pengelolaan kawasan wisata pantai. Penelitian positif terhadap sosial-ekonomi masyarakat dilaksanakan antara bulan Juli sampai dengan sekitar, namun dapat berdampak negatif Oktober 2018. Data sekunder didapatkan dari terhadap flora dan fauna di dalam TNAP. kajian pustaka berbagai sumber karya ilmiah. Kebijakan yang diambil oleh Balai TNAP

harus mempunyai kajian yang tepat, sehingga HASIL DAN PEMBAHASAN mampu memberikan lebih banyak dampak

positif serta menekan risiko timbulnya Profil Taman Nasional Alas Purwo dampak negatif yang besar. Pengambilan

kebijakan mengenai dampak dari suatu Kawasan TNAP merupakan salah satu aktivitas manusia terhadap dampak negatif Taman Nasional yang berada di Indonesia. lingkungan memerlukan kajian-kajian yang Kawasan ini terletak di Kabupaten komprehensif. Kajian tersebut dapat Banyuwangi. Menurut sejarah, kawasan dilakukan dengan menggandeng pihak TNAP pertama kali diusulkan oleh akademis untuk membuat suatu model, sistem Pemerintahan Hindia-Belanda melalui SK penilaian dan pengambilan data secara ilmiah. Gubernur Jendral Hindia-Belanda nomor 6 Hasil dari proses tersebut untuk kemudian stbl 456 tanggal 1 September 1939 sebagai dapat dijadikan suatu acuan bersama untuk kawasan Suaka Margasatwa Banyuwangi pengambilan kebijakan terbaik untuk Selatan dengan luasan 62.000 Ha. Pada tahun memperkecil risiko terjadinya dampak negatif 1992 Pemerintah Republik Indonesia terhadap lingkungan akibat aktivitas manusia mengubah kawasan tersebut menjadi TNAP [5]. Kajian maupun penelitian yang melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dilaksanakan sebaiknya beranggotakan dengan luasan 43.420 Ha. Balai TNAP secara dengan jenis trans-disipliner peneliti, jenis struktur organisasinya sekarang ada di bawah tersebut mampu menyediakan suatu kajian instruksi langsung dari Kementerian atau penelitian dengan sudut pandang yang Lingkungan Hidup. Balai TNAP dalam luas dan komprehensif [6]. melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan amanat UU nomor 5 tahun 1990 tentang

2 ©2019 at http://jfmr.ub.ac.id 94 Kusuma and Amirudin / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.3 No.1 (2019) 93-97

Pengelolaan Kawasan Wisata Taman konservasi dan pemanfaatan. Zona konservasi Nasional Alas Purwo merupakan area yang sangat dilindungi, pembatasan aktivitas manusia diberlakukan Pengelolaan kawasan wisata di Taman secara ketat guna tujuan untuk konservasi dan Nasional Alas Purwo dibedakan berdasarkan pelestarian. Zona konservasi diperuntukkan berbagai pertimbangan. Kawasan wisata untuk beberapa pantai yang merupakan TNAP dibedakan berdasarkan beberapa tempat pendaratan penyu untuk bertelur. Zona kategori, salah satunya adalah topografi. peneluran penyu hanya diperuntukkan untuk Berdasarkan topografinya kawasan wisata tujuan konservasi dan penelitian. Zona dapat dibedakan atas kawasan wisata Goa, pemanfaatan merupakan zona yang dapat Savanna Sadengan dan pantai. Kawasan digunakan untuk berbagai tujuan sesuai wisata Goa sangat ramai dikunjungi oleh dengan amanat undang-undang. Penggunaan wisatawan lokal. Daya tarik kawasan wisata zona pemanfaatan harus diatur dengan Goa dapat dilihat dari berbagai perspektif. berbagai regulasi dengan tujuan mencegah Perspektif tersebut adalah wisata landscape dan meminimalkan dampak negatif aktivitas dan wisata religi. Kawasan wisata Savanna manusia di dalamnya. Salah satu pemanfaatan Sadengan merupakan salah satu kawasan zona tersebut adalah untuk pariwisata. Wisata wisata yang mempunyai daya tarik dari pantai yang dimunculkan oleh Balai TNAP perspektif wisata landscape dan wisata alam. tetap memberlakukan mengenai konsep Wisatawan lokal maupun mancanegara konservasi dan pelestarian. Konsep tersebut merupakan peminat dari wisata yang telah tertuang di dalam konsep ecotourism ditawarkan oleh kawasan wisata Savanna yang digunakan oleh berbagai negara yang Sadengan. Kawasan wisata pantai memunculkan wisata di dalam Taman menawarkan perspektif wisata landscape, Nasional Negara tersebut. Konsep ecotourism alam dan olahraga. Kawasan wisata pantai terbukti mampu memberikan dampak positif dengan perspektif wisata olahraga didominasi terhadap sosial-ekonomi masyarakat sekitar oleh wisatawan asing, sedangkan perspektif dengan kontrol dan kebijakan yang tepat dari wisata landscape dan alam didominasi oleh pemerintah [9]. wisatawan lokal. Regulasi terkait dengan kontrol Kawasan wisata mempunyai terhadap aktivitas wisatawan pengunjung karakteristik tersendiri yang mampu pantai di TNAP adalah dengan menutup akses mengundang sisi interest dari wisatawan. dari Pantai Pancur menuju G-land yang Alam sendiri telah menyediakan berbagai berada di dalam TNAP. Akses menuju G-land macam atraksi yang dapat dinikmati oleh hanya dapat diakses dengan menyewa masing-masing wisatawan. Atraksi tersebut kendaraan 4WD (4 wheels drive) dari Pantai mampu memberikan sebuah pengalaman baik Pancur menuju G-land. Regulasi ini edukasi, kesenangan maupun kenangan [7]. memberikan dua manfaat sekaligus, yakni Kecenderungan wisatawan pada era ini adalah mengurangi risiko perburuan dan pembalakan mengabadikan momen yang didapatkan dari liar serta memberikan dampak positif terhadap travelling melalui sosial media. Kebiasaan masyarakat sekitar TNAP. G-land terletak wisatawan tersebut untuk kemudian mampu jauh di dalam TNAP, sehingga ketika memberikan dampak positif terhadap kawasan pengunjung dapat leluasa mendapatkan akses wisata yang menyediakan landscape sebagai ke dalam TNAP dikhawatirkan dapat ikon dengan free advertising oleh wisatawan disalahgunakan dengan membawa, membalak tersebut melalui share menggunakan sosial maupun memburu berbagai spesies media [8]. flora/fauna yang terdapat di dalam TNAP. Penggunaan kendaraan 4WD mampu Pengelolaan Kawasan Wisata Pantai mengurangi risiko tersebut. Kontrol terhadap wisatawan yang berkunjung harus dilakukan Kawasan wisata pantai di TNAP dibagi melalui berbagai regulasi guna menurunkan menjadi dua kawasan penting, yakni zona tingkat risiko terjadinya dampak negatif

3 ©2019 at http://jfmr.ub.ac.id 95 Kusuma and Amirudin / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.3 No.1 (2019) 93-97 terhadap lingkungan [10]. Penggunaan TNAP mempunyai 3 surf camps yang kendaraan 4WD untuk akses menuju G-land dibangun sebagai tempat menginap bagi memberikan mata pencaharian kepada wisatawan asing. Surf camps telah masyarakat sekitar TNAP. Sewa kendaraan mendapatkan ijin langsung dari Kementerian 4WD untuk menuju G-land berada pada Lingkungan Hidup, serta terus menerus dikaji kisaran 250 ribu untuk maksimal 8 orang. dampak keberadaannya di zona pemanfaatan. Seluruh pemilik kendaraan 4WD diharuskan Regulasi terkait dengan pengembangan mempunyai ijin yang dikeluarkan langsung tempat wisata tersebut adalah pemberlakuan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. konsep eco-design. Konsep eco-design Kebijakan terkait dengan pengembangan meliputi arsitektur, bahan bangunan, ecotourism haruslah selaras dengan spesifikasi teknis, lanskap, serta penggunaan meningkatnya kondisi ekonomi masyarakat energi dan air. Konsep eco-design merupakan sekitar [11]. Dampak positif dari ecotourism konsep secara keseluruhan baik bahan, proses mampu meningkatkan kepedulian terhadap maupun aplikasinya ramah lingkungan. konsep konservasi dan pelestarian [12]. Konsep eco-design merupakan suatu Regulasi terkait dengan pengembangan kebijakan yang baik karena mampu konsep wisata juga diberlakukan bagi mengurangi dampak negatif dari aktivitas pengembang kawasan wisata. Kawasan wisata manusia yang terjadi di dalam TNAP. Peran pantai yang dibuka untuk umum diantaranya serta pemerintah dalam menentukan arah adalah pantai Pancur, G-land dan Triangulasi. kebijakan dari konsep ecotourism sangat G-land merupakan kawasan wisata pantai diperlukan. Regulasi-regulasi mengenai dengan daya tarik yang sangat tinggi terutama konsep ecotourism serta pertimbangan dari terhadap wisatawan asing, sehingga pembuatan regulasi tersebut harus diperlukan perhatian khusus terhadap tata komprehensif, sehingga regulasi yang dibuat kelola kawasan wisata pantai G-land. Pada mampu mengontrol dan memberikan dampak musim surfing (Maret-Oktober) kawasan G- yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber land ditempati oleh wisatawan asing dengan daya alam yang ada di dalamnya (lestari dan kisaran rata-rata 80-200 orang/hari. Khusus keberlanjutan) [13]. kawasan wisata G-land yang terletak di dalam . [2] Lenz, R. “Ecotourism Potential in The KESIMPULAN Togian Island, Indonesia”. Focus, vol. 46, no. 3, pp. 13-20, 2001. Kebijakan terkait dengan pengelolaan [3] Widodo, K.R.D., Bahruddin, M., Riqqoh, kawasan wisata pantai di TNAP telah sesuai A.K. “Perancangan Media Promosi Wana dengan konsep dari ecotourism. Konsep Wisata Pantai Plengkung Banyuwangi ecotourism yang dimaksudkan adalah lestari sebagai Upaya Meningkatkan Daya Tarik dan konservasi. Kebijakan utama yang diambil Wisatawan”. Art Nouveau, vol. 1, no. 1, pp. oleh Balai Taman Nasional Alas Purwo adalah 57-63, 2013. menutup akses langsung dari Pantai Pancur menuju G-land dan pembangunan surf camps [4] Buckley, R. “To use Tourism as a yang terletak di dalam kawasan wisata G-land Conservation Tool, First Study Tourist”. dengan konsep eco-design. Animal Concervation. DOI 10.1111/acv.12057, 2013. DAFTAR PUSTAKA [5] Krug, C.B., Schaepman, M.E., Shannon, L.J., Cavender-Bares, J., Cheung, W., [1] Latham, J. ”Patterns of International McIntyre, P.B., Metzger, J.P., Niinemets, Tourism”. Progress in Tourism and U., Obura, D.O., Schmid, B., Strassburg, Hospitality Research, vol. 4, pp. 42-45, B.BN., Teeffelen, A.JA.V., Weyl, O, LF., 1998. Yasuhara, M., Leadley, P.W. “Observations, indicators and scenarios of biodiversity and ecosystem change – a ©2019 at http://jfmr.ub.ac.id 96 4 Kusuma and Amirudin / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.3 No.1 (2019) 93-97

framework to support policy and decision- [10] Solstrand, M.V. “Institutional challenge making”. Current Opinion in for effective governance of consumptive Environmental Sustainability, vol. 29, pp. wildlife tourism: case study of marine 198-206, 2017. angling tourism in Iceland and Norway”. Maritime Studies, DOI 10.1186/s40152- [6] Okumus, F., Niekerk, M.V., Koseoglu, 015-0021-1, 2015. M.A., Bilgihan, A. “Interdisciplinary research in tourism”. Tourism [11] Koens, J.F., Dieperink, C., Miranda, M. Management, vol. 69, pp. 540-549, 2018. “Ecotourism as a development strategy: experiences from Costa Rica”. Environ [7] Migon, P., Pijet-Migon, E. “Overlooked Dev Sustain, vol. 11, pp. 1225-1237, geomorphological component of volcanic 2009. geoheritage – diversity and perspectives for tourism industry, Pogorze Kaczawskie [12] Cobbinah, P.B, Amenuvor, D., Black, region, SW Poland”. Geoheritage, DOI R., Peprah, C. “Ecotourism in the 10.1007/s12371-015-0166-8, 2015. Kakum conservation area, Ghana: Local politics, practice and outcome”. Journal [8] Fatanti, M.N., Suyadnya, I.W. “Beyond of Outdoor Recreation and Tourism, vol. user gaze: how instagram crates tourism 20, pp. 34-44, 2017 destination brands”. Procedia – Social and Behavioral Sciences, , vol. 211, pp. [13] Ocampo, L, Ebisa J.A., Ombe, J., 1089-1095, 2015. Escoto, M.G. “Sustainable ecotourism indicators with fuzzy Delphi method - A [9] Ghoddousi, S., Pintassilago, F., Mendes, Philiphine perspective”. Ecological J., Ghoddousi, A., Sequieira, B. “Tourism Indicators, vol. 93, pp. 874-888, 2018. and nature conservation: a case study in Golestan National Park, Iran”. Tourism Management Perspectives, vol. 26, pp. 20-27, 2018.

5 ©2019 at http://jfmr.ub.ac.id 97