Vol.1/No.2, Desember 2013, hlm 179-187 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 179

Preservasi Pengetahuan dalam Tradisi Lisan Seni Pertunjukan di Sumatera Barat

Yona Primadesi Program Studi Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan Fakultas Bahasa dan Sastra - Universitas Negeri Padang Email: [email protected]

 is obtained through interviews and document analysis. The Abstrak – Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi result of this research concluded that randai is an artistic unsur-unsur dalam tradisi lisan seni pertunjukan randai tradition which is built from three components, namely Minangkabau, kegiatan preservasi pengetahuan yang Silek, Kaba and Dendang or Gurindam. Each element is telah dilakukan, kendala dalam proses preservasi supporting each other in order to build the main function pengetahuan, serta langkah-langkah yang bisa of randai, i.e. as representative and traditional media of dilakukan dalam rangka mempreservasi pengetahuan communication as well as cultural identity of the yang terdapat dalam tradisi lisan seni pertunjukan Minangkabau community. In its development, the Bakaba randai Minangkabau. Metode yang digunakan adalah Babarito Minangkabau tradition accelerates the process of metode penelitian dengan pendekatan kualitatif dan socialization of randai and the transfer of knowledge pengumpulan data melalui metode wawancara dan within randai. However, they have become obstacles and analisis dokumen. Hasil dari penelitian ini constrain to maintain the originality of randai itself. In menyimpulkan bahwa randai merupakan kesenian general, the preservation activities which have been tradisi masyarakat yang dibangun dari tiga komponen conducted are socialization activities in the form of face to penting, yakni Silek, Kaba, dan Dendang atau Gurindam. face interactions and simulation process. The Setiap unsur saling menunjang guna membangun fungsi externalization activity on documentation of randai utama randai sebagai representasi dan media tradition has already been performed, but not on the komunikasi serta sebagai identitas budaya analysis level, repackaging, and also transfer of masyarakat Minangkabau. Perkembangannya, tradisi knowledge. So that most of the knowledge are only stored bakaba babarito masyarakat Minangkabau mempercepat in government institutions such as the Department of proses sosialisasi dan transfer randai beserta tourism. pengetahuan di dalamnya. Akan tetapi hal tersebut pun menjadi kendala dan penghambat terjaganya Keywords: oral tradition, knowledge preservation, originalitas dari kesenian randai itu sendiri. Kegiatan Minangkabau, randai, silek, kaba,dendang. preservasi yang sudah dilakukan pada umumnya berupa kegiatan sosialisasi dalam bentuk interaksi tatap muka langsung serta proses imitasi. Eksternalisasi berupa pendokumentasian tradisi sudah mulai dilakukan, akan PENDAHULUAN tetapi belum pada tataran analisa, kemas ulang, serta Kesenian tradisonal masyarakat transfer pengetahuan sehingga sebagian besar pengetahuan tersebut hanya tersimpan di lembaga Minangkabau merupakan pamenan adaik pemerintah seperti Dinas Pariwisata. (permainan adat), dan dikenal juga dengan istilah pamenan anak (permainan anak Kata kunci: nagari).Pamenan anak nagari tidak hanya Preservasi pengetahuan, Tradisi lisan, Minangkabau, merujuk pada permainan yang dimiliki oleh anak- Randai, Silek, Kaba, Dendang. anak di daerah tersebut. Akan tetapi, secara filosofis, seperti yang dikemukakan oleh Musra Abstract – The aim of this research is to identify the Dahrizal Katik Rajo Mangkuto (Mak Katik) elements of oral tradition in Minangkabau’s randai merupakan salah seorang seniman dan budayan performing arts, knowledge of preservation which has Minangkabau: pamenan adaik dikatakan juga been implemented, constrains in the knowledge preservation process and the necessary steps which could sebagai pamenan anak nagari dikarenakan adat be executed to preserve knowledge contained in merupakan sesuatu yang melekat pada fisik dan Minangkabau’s randai performing arts. The research batin individu yakni individu pembentuk method used the qualitative approach and data collection masyarakat di nagari tersebut. Oleh karena itu maka permainan adat ini kemudian dikenal juga

ISSN: 2303-2677 / © 2013 JKIP 180 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Primadesi dengan istilah pamenan anak nagari. Pamenan nama dendang atau gurindam, gerak dalam bentuk anak nagari ini pada umumnya lahir dan tarian silek, musik, serta seni peran. dipertontonkan di medan nan bapaneh termasuk Randaimemiliki ciri khas tersendiri yang berlaku di dalamnya randai. secara umum dan tetap fleksibel sesuai dengan Randai bagi masyarakat Minangkabau tidak kebutuhan serta kondisi masyarakat yang sekedar salah satu bentuk kesenian tradisi. Akan mengembangkan kesenian tersebut. Ciri yang tetapi, randai juga merupakan media pendidikan pertama yakni cerita yang dimainkan bersumber dan pengajaran tentang falsafah, etika, dan adat dari kaba atau cerita lisan yang populer dalam bagi masyarakat. Dalam randai memuat nilai-nilai masyarakat untuk kemudian dibuatkan naskah hidup. Randai memiliki banyak arti dan batasan. atau skriptnya. Kedua, penyampaian cerita bukan Poerwadarminta (Fauka 1986) mengungkapkan hanya dalam bentuk dialog, tetapi juga dalam bahwarandai merupakan tarian yang dilakukan bentuk nyanyian yang diiringi bunyi-bunyian oleh beberapa orang secara berderet melengkung, seperti , , rabab, dan gandang. bernyanyi, dan bertepuk tangan. Chairul Harun Ketiga, nilai dramatik dikembangkan melalui mengartikan randai sebagai bentuk perubahan dari improvisasi pemain dan pada umunya bersifat atau andai atau handai yang berarti berbicara spontan. Keempat, terdapat hubungan yang akrab secara intim dan menggunakan ibarat, kiasan, antara pemain dengan penonton, serta pantun, pettah, dan petitih. pertunjukkan itu sendiri dengan penonton.Kelima, Umar Junus (1984) menjelaskan kata randai dari randai bisaanya dimainkan di alam terbuka yang pengembangan kata rayan-li-da’i. Kata itu disebut medan nan bapaneh. Keenam, muncul ketika melihat randai sebagai sebuah pertunjukan randaisangat bersifat fleksibel dalam tarian dan gelombang yang dekat denga hal cerita dan waktu. Randai bisa dimainkan konfigurasi kaligrafis dan gerakan tarekat dalam waktu dua jam, tetapi bisa pula dimainkan nafsabandiah. Selain itu, istilah tersebut dekat dalam jangka waktu dua malam berturut-turut dengan kata da’i yang berarti ahli dakwah dari tanpa kehilangan alur cerita serta tidak gerakan tarekat Naqsabandiyah. membosankan. Ketujuh, bahasa yang digunakan Kasim Achmad (Harun 1992) menyatakan dalam pertunjukan randaiadalah bahasa bahwa istilah randai berasal dari kata Minangkabau. rantai,istilah tersebut mengacu pada Sampai saat ini belum ada catatan sejarah pertunjukkan para pemain yang selalu dalam yang dapat dijadikan petunjuk, kapan kesenian posisi melingkar dalam bentuk satu kesatuan yang randaiitu muncul dalam kehidupan masyarakat berkaitan dan persis seperti rantai. Bila Minangkabau, serta siapa pencipta kesenian itu diperhatikan sebuah pertunjukan randaisecara pertama kali. Budayawan dan seniman Sumatera utuh, didalamnya terdapat unsur pokok yaitu Barat serta para pemimpin adat penghulu, niniak cerita, dialog, dendang atau gurindam, galombang mamak baik yang berada dikelembagaan LKAAM yang bersumber dari gerakan silek. Keseluruhan (Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau), formasi dalam pertunjukan randai dilakukan sepakat mengatakan bahwa kesenian randai lahir dalam bentuk lingkaran dalam berkesinambungan bersamaan dengan kehadiran serta perjalanan atau tidak terputus-putus. Pengertian tersebut budaya itu sendiri yang dapat kita lihat secara umum bukanlah pengertian secata diantaranya dalam catatan “Tambo Alam etimologis tetapi lebih banyak menekankan pada Minangkabau” meskipun tambo ini tidak aspek sifat dan wujd dari pertunjukan randaiitu mempunyai catatan tanggal dan tahun kejadian sendiri. yang pasti seperti catatan sejarah (Wawancara Randai merupakan permaianan anak nagari dengan Mak Katik, Mei 2013). Minangkabau yang populer hampir di seluruh Disadari atau tidak, kebisaaan bakaba babarito wilayah Sumatera Barat. Permaianan ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap ditampilkan dalam bentuk teater tradisional keberadaan pengetahuan yang ada dalam (teater rakyat) khas Minangkabau. Randai masyarakat Minangkabau, salah satunya randai. memiliki hampir seluruh unsur seni yang ada di Di satu sisi, transfer pengetahuan berjalan Minangkabau. Mulai dari cerita yang disampikan kontiniyu. Pengetahuan-pengetahuan tentang melalui dialog atau nyanyian yang dikenal dengan randai menyebar dengan sangat cepat. Akan tetapi proses transfer yang dilakukan melalui lisan ini Vol.1/No.2, Desember 2013, hlm 179-187 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 181 sangat membuka peluang terjadinya distorsi Preservasi pengetahuan yang bersifat pengetahuan. Biasanya pengetahuan tersebut kearifan lokal dan merupakan pengetahuan asli hanya dianggap sebagai cerita atau rekaan belaka. penting untuk dilakukan dikarenakan hal ini Oleh karena itu, kredibilitas dan kompetensi berhubungan dengan lingkungan dan sumber pengetahuan sangat dibutuhkan dalam pengembangan sosial budaya masyarakat proses transfer dan untuk memperoleh setempat. Tidak ada satu konsep baku dalam keparcayaan dari masyarakat. Hal tersebut sejalan konteks pelestarian pengetahuan asli. Hal tersebut dengan teori preservasi pengetahuan yang dikarenakan pengetahuan merupakan pengetahuan dikemukakan oleh Kasilov. Sebelum yang bersifat spesifik dan sangat bervariasi antara mengembangkan dan mengimplementasikan satu komunitas dengan komunitas lainnya. sebuah skema proses preservasi pengetahuan, Sebelum sebuah pengetahuan bisa dikumpulkan, langkah awal yang harus dilakukan adalah diorganisir, disimpan, hingga bisa diakses perlu identifikasi lebih lanjut terhadap pengetahuan dan analisa yang sifatnya mendalam dan menyeluruh pemilik pengetahuan. Selain mengidentifikasi terhadap keberadaan dan fungsi pengetahuan lebih lanjut pengetahuan yang akan dipreservasi, tersebut. pun perlu menguji kredibilitas dan kompetensi Terdapat tiga proses dasar kegiatan preservasi sumber pengetahuan. pengetahuan menurut Romhardt (1997) yaitu Akan tetapi, masalah yang mengemuka di selecting, storing, dan actualizing. Rangkaian Minangkabau saat ini, generasi-generasi yang ahli kegiatan preservasi pengetahuan yang lebih rinci di bidangnya sudah sulit ditemukan, diidentifikasi lagi mencakup proses selecting, collecting, dan ditangkap atau diambil pengetahuan darinya. storing, actualizing, protecting, accessing. Masyarakat beranggapan bahwa pengetahuan Pemilihan (selecting) merupakan proses tersebut merupakan hal yang bersifat kuno dan memilih dari siapa pengetahuan akan disarikan tidak perlu untuk dilestarikan. Pada sisi lain, etika dan pengetahuan jenis apa yang akan dipreservasi, komunikasi di Minangkabau menyebabkan setelah dipilih kemudian pengetahuan tersebut pengetahuan tersebut tidak serta merta bisa dipetakan untuk dikumpulkan (colleting), setelah ditransfer dalam segala bentuk komunikasi lisan terkumpul kemudian disimpan (storing) menjadi yang terjadi dalam masyarakat. Semakin bentuk yang sesuai dengan kebutuhan, untuk menurunnya kemampuan berbahasa Minang serta kemudian mengaktualisasi pengetahuan tesebut kesulitan dalam mengidentifikasi dan kodifikasi (actualizing). Kegiatan aktualisasi ini dapat pengetahuan yang sangat variatif menjadi kendala dilakukan melalui mentoring dari pemilik dalam proses preservasi pengetahuan. Banyak dari pengetahuan kepada peserta mentoring. pengetahuan tersebut yang kemudian hilang Pengetahuan harus dijaga dan dilindungi tatkala pemilik pengetahuan meninggal dunia. (protecting). Banyak hal yang bisa mengakibatkan Selain itu, kelemahan paling utama penyimpangan atau hilangnya pengetahuan, salah masyarakat Minang dalam proses transfer satunya manusia pemilik pengetahuan dan proses pengetahuan adalah minimnya tindakan untuk transfer pengetahuan itu sendiri. Oleh karena itu mengeksternalisasikan pengetahuan yang bersifat kegiatan dalam rangka menjaga dan melindungi tersembunyidan hanya dimiliki oleh orang-orang pengetahuan perlu untuk dilakukan. Pengetahuan tertentu.Kesadaran untuk mentekstualisasikan yang telah disimpan harus dapat dimanfaatkan sejarah-sejarah lisan yang terdapat dalam tambo secara optimal oleh organisasi yang maupun Kaba(Sastra lisan masyarakat yang menyimpannya dengan memudahkan akses penyampaiannya pada umumnya dilakukan (accessing). dengan cara dinyanyikan bersama iringan alat-alat Faust (2010) menjelaskanNonanka’s Theory, music sederhana dan alat-alat music tradisional) mengenai beberapa model dalam kegiatan masih sangat kurang. Bukan suatu hal yang aneh preservasi pengatahuan, yakni: apabila kemudian sangat sulit untuk menemukan a. Sosialisasi, merupakan model preservasi literatur atau sumber rujukan sehubungan dengan pengetahuan berupa konversi dari Minangkabau. pengetahuan yang sifatnya tersembunyimenjadi pengetahuan PRESERVASI PENGETAHUAN tersembunyi kembali. Kegiatan ini bisa

ISSN: 2303-2677 / © 2013 JKIP 182 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Primadesi

dilakukan melalui interaksi tatap muka, Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat. imitasi, maupun kegiatan pelatihan. Provinsi Sumatera Barat dipilih dengan alasan b. Kombinasi, merupakan konversi dari bahwa Sumatera Barat merupakan wilayah utama pengetahuan yang bersifat eksplisit atau telah etnis Minangkabau sebagai pemilik tradisi lisan terdokumentasikan kedalam bentuk seni pertunjukan randai. Tidak ada pengkhususan pengetahuan yang bersifat ekplisit juga. lokasi dalam penelitian ini. Randai dilihat sebagai c. Ekternalisasi, merupakan konversi sebuah bentuk kesenian tradisi secara umum, pengetahuan dari bentuk pengetahuan meskipun dalam prakteknya kesenian randai tersembunyi menjadi pengetahuan yang telah sangat beragam jumlah dan coraknya tergantung terdokumentasikan wilayah tempat kesenian tersebut tumbuh dan d. Internalisasi, merupakan konversi berkembang. Informan utama (key informan) pengetahuan dari bentuk pengetahuan yang dalam penelitian ini ditentukan dengan cara telah terdokumentasi menjadi pengetahuan bersyarat, yakni individu yang mengetahui dan tersembunyi. memahami pertunjukan randai serta berpartisipasi dan berperan aktif dalam kegiatan pelestariannya. Faust lebih lanjut menyatakan, bahwa ada Metode pengumpulan data penelitian melalui beberapa hal yang bisa dilakukan dalam proses wawancara, observasi, analisis dokumen serta preservasi pengetahuan, terutama untuk pengumpulan materi audio-visual. Analsis data pengetahuan tersembunyi. Hal tersebut yakni, dilakukan melalui reduksi data, display data, dan kegiatan mentoring dan observasi para pemilik kesimpulan atau verifikasi data (Miles dan pengetahuan, mengadakan kegiatan atau seminar Huberman 1994). yang terstruktur dan berkelanjutan sehubungan dengan proses transferpengetahuan dari pemilik HASIL DAN PEMBAHASAN pengetahuan, pengamatan dan memvisualisasikan Pembicaraan formal tentang Randai dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat, substansi-substansi dalam randai pertama kali wawancara terstruktur dan mendalam terhadap dilakukan pada tahun 1982. Pertemuan ini pemilik pengetahuan. diprakarsai oleh bapak Mursal Esten bertempat di Taman Budaya Padang. Menurut pengamatan beliau, randai yang berkembang dalam METODE PENELITIAN masyarakat sudah tidak seusai lagi dengan adat Penelitian Preservasi Pengetahuan Tradisi Lisan dan agama. Ketidak sesuaian tersebut terlihat Seni Pertunjukan Randai Minangkabau, dilakukan antara lain dalam silek, kaba, kostum, alat musik dengan menggunakan pendekatan dan aspek-aspek lainnya. kualitatif.Penelitian yang menggunakan Jikok kito bamain randai, walau mancaliak pendekatan kualitatif, menurut Connaway, rang barandai, lah nampak adaik nan dipakai …focuses on attemping to understand why di dalam nagari kito, dari mano asanyo participants react as they do…, tends to apply randai. Sabab ba a lah dek baitu, nan kito a more holistic and natural approach to the pacah dalam randai, caro baradaik jo ma resolution of a problem than does aduik di nagari kito surang-surang. Itulah quantitative research. It also tends to give sabab karanonyo, nampak randai jaleh adaik more attention to the subjective aspects of nyo, nampak bantuak jaleh isinyo, takana human experience and behaviors (Connoway namo tantu urangnyo. (Wawancara dan Powel 2010, hal.77). denganMak Katik, Mei 2013)

Pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami [Jika kita bermain randai, atau pun melihat peristiwa dan kondisi yang ada secara pertunjukan randai, dapat terlihat adat yang menyeluruh, yakni kesenian randaimasyarakat digunakan dalam nagari tempat randai Minangkabau. Pendekatan ini dipilih dengan tersebut berkembang dan berasal. Hal tujuan agar bisa mengeksplorasi dan memahami tersebut dikarenakan, hal-hal yang makna dalam kesenian randai serta kegiatan disampaikan dalam randai merupakan cara preservasi pengetahuan yang telah dilakukan. kita beradat dan hidup di nagari. Oleh karena itu, dari randai akan terlihat adat. Seperti Vol.1/No.2, Desember 2013, hlm 179-187 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 183

pepatah, nampak bentuk, kelihatan isinya, masing daerah, bahkan aliran memiliki wewenang ingat nama terbayang orang pemilik nama untuk mengembangkan konsep randai sesuai tersebut]. dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing. Konsep tersebut kemudian diturunkan kepada Proses transfer pengetahuan telah terjadi sejak generasi berikutnya melalui proses lisan, tanpa di awal terbentuknya randai dalam masyarakat. Hal eksplisitkan dalam bentuk teks tertulis atau tersebut semakin diperkuat dengan lekatnya kegiatan-kegiatan pendokumentasian lainnya. tradisi bakaba babarito dalam tataran sosial Bahasa yang digunakan dalam randai pun kemasyarakatan. Proses transfer pengetahuan demikian. Tak jarang bahasa randai telah dalam silek, menurut teori penciptaan bercampur dengan bahasa Indonesia. Padahal pengetahuan Nonaka terjadi melalui sosialisasi. salah satu syarat dan karakteristik dalam randai Pengetahuan tersebut diturunkan interaksi tatap yakni menggunakan bahasa Minangkabau. Salah muka dan imitasi dari guru kepada anak silek. satu metode transfer pengetahuan menurut Faust Proses imitasi berlangsung sepanjang anak silek adalah menciptakan lingkungan atau keadaan berada dalam perguruan tersebut. Anak silek harus yang memungkinkan untuk kegiatan transfer memiliki kemampuan dan insting yang kuat untuk tersebut. Terbatasnya kemampuan generasi muda meniru gerakan yang diperagakan oleh guru. dalam penggunaan bahasa ibu, yakni bahasa Kemampuan yang berbeda antar individu Minangkabau salah satunya disebabkan oleh menyebabkan pengetahuan dalam proses imitasi kurangnya lingkungan sosial yang mendukung ini hanya bisa diterima secara utuh oleh individu pemasyarakatan bahasa tersebut. Seperti pepatah tertentu. Tidak jarang anak silek gagal minang yang mengungkapkan lanca kaji dek menyelesaikan pendidikan, sehingga pengetahuan diulang (lancar ilmu karena diulang), maka yang diterima belum lengkap atau sempurna. Di bahasa harus rutin digunakan dalam berbagai samping itu, pegetahuan yang dimiliki oleh guru bentuk komunikasi di masyarakat. Hegemoni silek pun sangat mempengaruhi kelangsungan dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu proses transfer silek itu sendiri. mengakibtakan terabaikannya bahasa daerah. Proses transfer pengetahuan melalui interaksi Banyak kata atau istilah yang asing ditelinga, tatap muka atau interaksi langsung pun bahkan telah punah dan tidak pernah digunakan merupakan salah satu bentuk regenerasi lagi dalam keseharian. Selain itu generasi muda pengetahuan yang paling umum. Setelah selesai memiliki keterbatasan dalam bertutur dan menulis melakukan latihan, para anak silek akan duduk Minangkabau. Hal itu terlihat dari langgam membentuk lingkaran bersama guru. Berkisar 10 susunan kata dalam bahasa Minangkabau yang hingga 15 menit guru silek akan bercerita tentang terdapat dalam kalimat atau naskah Kaba sebagai berbagai hal, terutama yang berhubungan dengan berikut. adat dan budaya masyarakat Minangkabau, (1) Bahaso palanta. Bahasa ini umumnya khususnya silek itu sendiri. Melalui kegiatan ini, digunakan oleh kalangan hulubalang, parewa, proses transfer pengetahuan telah terjadi. Akan dan dalam dialog yang sifatnya komedi tetapi pengetahuan dan pemahaman guru silek (2) Bahasa pantun. Pantun dalam masyarakat tentang apa yang akan disampaikan sangat Minangkabau memiliki sampiran dan isi. berpengaruh dalam perkembangan pengetahuan Pada umumnya terdiri dari empat baris. selanjutnya. (3) Pantun bidarai. Pantun bidarai merupakan Selain dikarenakan Randai dan Silek hanya jenis pantun baik isi maupun sampiran diturunkan melalui proses imitasi dengan memiliki arti. minimnya penjelasan tentang kedudukan dan (4) Pantun adat. Pantun adat merupakan semua peran silek tersebut, tidak adanya standar atau bentuk pantun lama dalam masyarakat tolak ukur yang baku dalam berkesenian pun turut Minangkabau dan umumnya sering menjadi salah satu pemicu penyimpangan bahkan digunakan dalam pidato adat hilangnya pengetahuan. Sangat variatifnya bentuk (5) Bidarai kato. Bidarai kato merupakan dan jenis kesenian randai dalam masyarakat, penggabungan dari beberapa kalimat yang seperti yang dikemukakan sebelumnya, sangat membentuk satu paragraf. Umumnya terdiri sulit untuk membuat sebuah standar atau aturan dari enam kalimat. Keseluruha bidarai kato yang bersifat seragam dan mengikat. Masing- merupakan isi dan saling berhubungan antara

ISSN: 2303-2677 / © 2013 JKIP 184 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Primadesi

kalimat pertama dengan kalimat kedua. menonton randai kemenakan jadi melihat, Bidara katotidak terikat oleh bunyi A B A B. mendengar, dan memahami banyak hal. (6) Bidarai adaik. Merupakan segala bentuk kata Ketika menonton randai, maka individu akan yang dipakai dalam pidato adat atau dalam mulai mengidentifikasi adegan per adegan yang ajaran tentang adat dipertunjukkan. Secara tidak langsung penonton akan menangkap pengetahuan yang muncul Contoh pantun yang biasa yang umum selama pertunjukan. Tidak jarang, penonton telah digunakan sebagai dialog pembuka ketika seorang memahami dengan baik isi dan makna dari ayah menasehati anaknya. pertunjukan. Tetapi terkadang penonton pun Taleh karanji sarang gagak menemukan hal baru diluar pengetahuan mereka. Bao barang ka tapian Ketidaktahuan ini akan menuntun penonton untuk Nan kanduang kamari tagak bertanya kepada pemilik pengetahuan atau Adoh nak barang dikatoan. mereka yang telah ahli di bidang tersebut, salah satunya Ninik-mamak. Talas Kuranji sarang gagak Pemain randaiyang dikenal dengan istilah anak Bawa ke tepian randai bisaanya berkisar antara sembilang hingga Yang kandung mari berdiri 20 orang. Tidak ada batasan baku untuk jumlah Ada sesuatu yan hendak disampaikan pemain. Akan tetapi pemain yang berdiri di legaran sangat ditentukan oleh besarnya lapangan Dari pantun tersebut dapat dilihat bahwa sopan atau panggung. Pada umumnya pemain dalam santun dalam berbicara kepada siapapun menjadi legaran berjumlah lebih kurang 12 hingga 15 etika yang mutlak dalam berkomunikasi di orang. Masing-masing pemain atau anak randai Minangkabau. Dalam randai hal itu sangat memiliki fungsinya masing-masing. Ada yang diperhatikan, sehingga anak muda yang terbiasa berperan sebagai pelakon, pendendang, pemusik, menonton randai tahu betul dan menerapkan etika serta pemain galombang (pemain gerak silek berkomunikasi seperti itu. Pengetahuan dalam legaran). Setiap pemain boleh berganti berkomunikasi seperti demikian sudah jarang peran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dijumpai dikalangan anak muda Minangkabau. masing-masing. Lingkungan yang mendukung untuk pelestarian Memilih anak randai harus memperhatikan bahasa Minangkabau perlu diciptakan. beberapa hal. Pertama, usia para anak randai. Masyarakat harus dibiasakan untuk mendengar, Untuk menentukan peran yang dibawakan dalam membaca, dan menuturkan bahasa ibu mereka, sebuah cerita, maka usia anak randai perlu yakni bahasa Minangkabau. Karena keterbatasan diperhatikan. Anak randai yang berperan sebagai kemampuan berbahasa Minang akan sangat anak sudah barang tentu jauh lebih muda mempengaruhi keberadaan randai dalam dibandingkan anak randai yang berperan sebagai masyarakat. ayah atau datuk. Kedua, fisik anak randai. Untuk Bagi masyarakat Minangkabau, randaiselain peran-peran tertentu seperti pemain silek dalam sebagai sebuah bentuk kesenian dan representasi legaran atau pemeran dubalang harus memiliki adat pun berfungsi sebagai penyambung lidah fisik atau perawakan yang lebih kuat. Jangan Ninik Mamak untuk memberikan ajaran dan sampai anak randai yang memerankan dubalang pengarahan tentang segala hal yang baik dan tidak kurus dan kecil. baik, patut dan tidak patut, boleh dan tidak boleh, Demikian juga halnya dengan pemain silek dalam kehidupan sehari-hari bagi para dalam legaran. Untuk melakukan gerakan-gerakan kemenakan. Mamak memiliki tanggungjawab silek dalam legaran dan manapuak galembong yang besar kepada anak kemanakan. Akan tetapi, membutuhkan tenaga agar bunyi galembong di Minangkabau diatur etika berbicara antara terdengar bulat dan penuh. Oleh karena itu, seorang mamak kepada kemanakan, terutama pemain silek dalam legaran haruslah anak randai kemanakan perempuan. Ada hal yang tidak boleh yang memiliki fisik kuat. Ketiga, suara dari anak atau tidak patut disampaikan secara langsung oleh randai. Suara, baik intonasi, artikulasi, maupun mamak kepada kemenakan.Untuk kasus tersebut, tinggi rendah suara menjadi syarat mutlak, maka mamak akan meminta kemenakan pergi terutama dalam memilih peran bujang gadih. menonton randai dengan harapan, setelah Vol.1/No.2, Desember 2013, hlm 179-187 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 185

Sebuah kelompok randai pada umumnya tidak melalui interaksi secara lisan serta proses imitasi. memiliki struktur organisasi secara modern. Pangka Tuo dan Guru Tuo sangat berperan dalam Kelompok randai memiliki tingkatan-tingkatan proses transfer tersebut. Semua pengetahuan yang tersendiri yang dipilih berdasarkan tugas dan dimiliki oleh pangka tuo maupun Guru Tuo fungsinya dalam kelompok maupun masyarakat. kemudian diturunkan secara bertahap kepada anak Pengarah dan pembina dalam sebuah kelompok Randai. Akumulasi pengetahuan yang ditransfer randai pada umumnya dipilih oleh masyarakat tergantung pada kemampuan dan kreatifitas dari setempat tidak semata-mata dikarenakan keahlian anak Randai. Hal tersebut menyebabkan atau kompetensi, tetapi juga loyalitas dan pengetahuan yang diterima antara anak Randai frekuensi waktu bergabung dalam kelompok berbeda-beda, terutama untuk pengetahuan- randai tersebut. pengetahuan yang berhubungan dengan Tingkatan paling tinggi dalam sebuah kelompok kemampuan dasar anak Randai dalam bermain randai disebut wali nagari. Wali nagari ini secara randai. otomatis angkat diangkat sebagai penasehat dalam Untuk memulai pertunjukan para anak kelompok. Akan tetapi dalam praktiknya, randai harus melakukan terlebih dahulu sambah penasehat, pembina ataupun wali nagari tidak silek. Sambah silek merupakan suatu hal yang berperan terlalu banyak dalam kelompok. Fungsi penting dan mutlak dilakukan sebelum memulai dari pembina atau wali nagari baru terlihat ketika sebuah pertunjukan randai. Hal tersebut selain kelompok berada dalam masalah yang cukup sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan dan berat yang tidak mampu diselesaikan oleh pangka penonton, juga dikarenakan dasar dari randai tuorandai.Pangka tuo randai disebut juga sebagai adalah silek. Setiap kesenian randai, pasti pimpinan kelompok. Ia merupakan orang yang melakukan silek. Akan tetapi belakangan sambah bertanggungjawab terhadap aktivitas kelompok silek sudah mulai diabaikan oleh para anak randai. sehari-hari. Tak jarang ditemui permainan randai dibuka Tingkatan kepengurusan dalam kelompok hanya bertepuk tangan, berteriak kegirangan, atau randai. berjoget tanpa melakukan sambah silek. a. Kapalo nagari, pangulu, pamangku adaik yang Anak Randai yang sudah masuk kedalam berfungsi sebagai penasehat dan pelindung arena atau gelanggang, melakukan gerakan silek kelompok. dalam bentuk galombang, baik itu sebelum b. Pangka tuo randai, merupakan ketua atau membuat lingkaran atau legaran,harus terlebih pimpinan kelompok yang dikenal juga dahulu memperlihatkan sambah silek. Sambah dengan istilah sipatuang sirah.Pangka tuo silek dilakukan sesuai dengan aliran kelompok umumnya perupakan seorang pandeka atau Randai, dalam artian sesuai dengan aliran silek orang yang berpengalaman dalam dunia silek. yang dianut oleh grup randai tersebut. Jika c. Guru tuo silek berfungsi melatih silek dan gerak kelompok menggunakan aliran silekKumango, galombang. maka lakukanlah sambah silek dengan d. Guru tuo dendang bertugas untuk melatih menggunakan jurus atau gerak silek kumango. Hal dendang kepada anak randai, menulis dan tersebut sesuai dengan pepatah adaik salingka menyusun gurindam, serta membawakan nagari, pusako salingka kaum. Lain anak lain cerita. parangai, lain guru lain ajarannyo (adat selingkar e. Tukang kaba berfungsi untuk membuat cerita nagari pusaka selingkar kaum. Lain anak lain pula dan melatih anak randai agar bisa tingkah laku, lain guru lain pula ajarannya. membawakan dan memerankan tokoh-tokoh Setelah melakukan sambah silek mulailah setiap dalam cerita kaba secara baik. gerakan dengan balabek atau langkah silek dan f. Anak randai terdiri dari para pemimpin gerak akhiri pula pertunjukan dengan melakukan sekaligus pemberi aba-aba (tukang gore), langkah silek. Pada dasarnya pertunjukan randai tukang dendang dan para pemain baik peran merupakan pertunjukan jurus-jurus silek dari laki-laki maupun perempuan. suatu nagari dan langkah-langkah tersebut yang g. Pemusik. didendangkan serta diiring alat musik. Menurut cerita sejarah, ketika penjajahan Pada umumnya proses preservasi pengetahuan Belanda, pemerintah Belanda melarang surau- dalam sebuah kelompok randai berlangsung surau atau perguruan silek untuk melakukan

ISSN: 2303-2677 / © 2013 JKIP 186 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Primadesi latihan atau praktek beladiri apa pun nama dan terhadap efisensi dan kebergunaan pengetahuan bentuknya. Untuk mensiasati hal tersebut, maka di ini menjadikan pengetahuan sesuatu yang tidak surau latihan silek dilakukan sambil harus dilestarikan. Padahal jika dikaji lebih jauh, didendangkan atau dinyanyikan dengan maksud banyak nilai yang bisa diambil dari pengetahuan untuk mengelabui pemerintah Belanda. tersebut. Dalam arena atau galanggang dan membetuk Meskipun proses preservasi pengetahuan secara formasi lingkaran, para anak randai kemudian sosialisasi dalam bentuk interaksi langsung dan melakukan putaran dua atau tiga kali. Putaran ini imitasi terus berlangsung, untuk menjaga ada yang searah jarum jam, ada pula yang kelestarian dari silek yang sangat variatif tersebut berlawanan dengan arah jarum jam, sesuai dengan perlu dilakukan sosialisasi dan temu jawab aliran atau ajaran silek yang dipakai oleh sehubungan pengetahuan serta personalisasi kelompok tersebut. Awalnya, putaran dalam seperti yang dikemukakan oleh Karsono. legaran ini dilakukan berlawanan dengan arah Personalisasi merupakan kegiatan dalam rangka jarum jam. Hal ini dimaksudkan untuk membangun tandon pengathuan berbasis orang melepaskan segala bentuk keduniaan atau hal-hal (people based knowledge repository) dengan sifat yang jahat yang melekat dalam diri anak randai. keterhubungan. Hampir keseluruhan pengetahuan Pertunjukan Randai selain merupakan dalam silek bersifat tersembunyi. Selain itu, silek pertunjukan kesenian tradisi masyarakat juga itu sendiri sangat beragam jenisnya. Oleh karena merupakan pertunjukan adu ilmu antara satu itu,langkah preservasi yang paling tepat aliran dengan aliran lain, antara satu perguruan diterapkan yakni dengan membangun tendon dengan perguruan lain, antara satu nagari dengan pengetahuan berbasis manusia. nagari lain. Karena Randai merupakan ajang adu ilmu, maka tidak menutup kemungkinan segala SIMPULAN hal yang baik dan buruk terjadi selama Dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa randai pertunjukan tersebut, terutama yang berlaku bagi merupakan kesenian tradisi masyarakat yang anak Randai. Untuk menghindari segala hal buruk dibangun dari tiga komponen penting, yakni silek, yang berhubungan dengan mistik, sesuai dengan kaba, dan dendang atau gurindam. Setiap unsur kepercayaan masyarakatnya, maka awal putaran saling menunjang guna membangun fungsi utama dalam legaran dilakukan berlawanan dengan arah randai sebagai representasi dan media komunikasi jarum jan. Hal tersebut bertujuan utuk adat serta sebagai identitas budaya masyarakat meluruhkan segala maksud jahat yang menempel Minangkabau. Perkembangannya, tradisi bakaba atau ditujukan selama pertunjukan. babarito masyarakat Minangkabau mempercepat Keterbatasan dari pemilik pengetahuan, daya proses sosialisasi dan transfer randai beserta serap dan proses pengendapan, penambahan, dan pengetahuan di dalamnya. pengurangan dalam proses transfer pengetahuan Minimnya kebijakan sehubungan dengan hanya dipahami dan diketahui oleh orang-orang penggunaan bahasa Minangkabau di lingkungan tertentu dan etika komunikasi masyarakat pendidikan formal serta kebijakan yang Menurut Karsono (2010), knowledge capture menghidupkan kembali fungsi surau sebagai merupakan kegiatan menangkap dan media pendidikan informal masyarakat menjadi mengidentifikasi semua pengetahuan, terutama pemicu lain hilangnya pengetahuan randai dalam yang bersifat tersembunyi. Identifikasi masyarakat. Oleh karena itu, sangat disarankan pengetahuan ini meliputi aspek resiko dan nilai peran serta seluruh lapisan masyarakat dan penting di dalam pengetahuan. Nilai penting pemerintah untuk menjaga dan melestarikan dalam pengetahuan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dalam randai dengan lebih kebutuhan masyarakat pemilik pengetahuan. terstruktur dan berkesinambungan guna menjaga Kebergunaan sebuah pengetahuan sangat originalitas dan fungsi utama dari randai itu menentukan apakah pengetahuan tersebut harus sendiri. dipreservasi atau tidak. Konsep modernisasi yang menggagas meta narasi menyebabkan pengetahuan lokal atau pengetahuan asli menjadi suatu hal yang kurang bernilai dalam masyarakat, manantiang syaraik salah satunya. Penilaian Vol.1/No.2, Desember 2013, hlm 179-187 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 187

DAFTAR PUSTAKA

Connoway, Lynn Silipigni. 2007. Basic Research Method For Librarians. California: Library Unlimited Faust, B. 2010. Implementation of Tacit Knowledge Preservation and Method Transfer. Swiss: IAEA Harun, Chaerul. 1992. Kesenian Randai di Minangkabau. Jakrta: Depdikbud Proyek Pembinaan Media dan Kebudayaan. Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau: Suatu Problematika Sosiologi Sastra. Jakarta: Balai Pustaka

Karsono. 2010. Preservasi Pengetahuan Nuklir. Jogyakarta: Seminar Nasional VI SDM Teknologi Nuklir Miles, Mathew dan Huberman B. 1994. Qualitative Data Analysis. New Delhi: SAGE Publication. Pauka, K. 1986. Silek: The Martial Art of Minangkabau in West Sumatera. Journal of Asian Martial Art, 6 (1): 62-79. Wallace, Danny P. 2007. Knowledge Management: Historical and Cross Disciplinary Themes. [s.l]: Greenwood Publish.

ISSN: 2303-2677 / © 2013 JKIP