View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE

provided by Talenta Publisher (E-Journals, Universitas Sumatera Utara)

STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISMKOTA , Theresia Budi Jayanti JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISM KOTA CIREBON, JAWA BARAT

Theresia Budi Jayanti Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. Letjen S. Parman No. 1 Barat *Email: [email protected]

ABSTRACT Tourism potential of a city can be developed through the city’s historical heritage. The history of Cirebon began around the 15th century, a small village in the Sea Coast named Muara Jati and its develop into the kingdom with a King named Walangsungsang (Cakrabumi). In the years 1529-1945, the Kingdom of Cirebon developed into four (4) Royal , namely: Karatons Kasepuhan, Royal Palaces Kanoman, Royal Palaces Kacirebonan and the Royal Palaces Kaprabonan. It’s cause Cirebon City has potential historical sights. Seeing the potential access of existing and historical value, Cirebon City tourism can be developed through the concept of urban heritage tourism. This study aims to discover the potential and strategies for developing the urban heritage tourism concept in Cirebon City. The research method used descriptive qualitative approach. Primary data obtained by field observations and documentation. Secondary data were obtained through, journals, books and the Internet data that is relevant. Then analysis of urban heritage tourism development strategy through a SWOT analysis. The findings are: access, historic building, cultural daily life, community and government is crucial in the development of urban heritage tourism Cirebon City.

Keywords: stategy, urban heritage tourism, Cirebon.

PENDAHULUAN dan/atau aktivitas dan fasilitas yang saling berhubungan dan memiliki daya tarik tersendiri Dalam perkembangan perekonomian di sehingga dapat menarik minatwisatawan atau , sektor pariwisata merupakan salah pengunjung untuk mengunjungi suatu daerah satu faktor penting. Era globalisasi sekarang ini, atau tempat tertentu. Objek dan daya tarik pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan wisata tersebut harus memiliki tiga komponen prioritas dalam menunjang pembangunan suatu utama sebagai produk untuk dijual di pasar daerah di Indonesia. Pembangunan wisata, yaitu: aktraksi, fasilitas dan aksesibilitas kepariwisataan bisa dengan memanfaatkan daya (Hadinoto,1996, dalam Widiyati, 2015). tarik wisata baik berupa seni budaya, kehidupan Indonesia sebagai negara yang masyarakat, keanekaragaman flora fauna, benda mempunyai potensi wisata yang besar, sudah purbakala atau peninggalan sejarah serta mulai berbenah dan mengembangkan sektor keindahan alamnya. Pengembangan pariwisata pariwisata. Program-program pembangunan ini dilakukan untuk mengenalkan potensi daerah pariwisata di Indonesia yang meliputi kepada wisatawan baik domestik atau pembenahan pengembangan obyek wisata dan mancanegara, sehingga khususnya dapat faktor pendukung wisata lainnya bisa dikatakan meningkatkan pendapatan masyarakat daerah memiliki kemajuan. Selain hal tersebut, melalui tersebut dan menambah devisa negara pada slogan atau jargon pariwisata Indonesia yang umumnya. Tujuan pengembangan pariwisata baru (sebelumnya adalah Visit Indonesia) yaitu tersebut tentu saja akan berhasil jika didukung ‘Wonderfull Indonesia’ atau ‘Pesona oleh akomodasi, aksesibiltas, sumber daya Indonesia’diharapkan Indonesia menjadi idaman manusia, kesadaran masyarakatnya serta objek masyarakat penjuru dunia untuk datang kesini. wisata daerah itu sendiri baik dari alam atau Slogan atau jargon tidak hanya di skala negara, buatan manusia. Objek dan daya tarik wisata tetapi skala propinsi ataupun kota juga sudah adalah segala sesuatu baik berupa bentukan ada, diantaranya Enjoy Jakarta, Semarang- 195 Edisi cetak Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 08 no. 02, JULI 2017 195-205

Variety of Culture, Sparkling Surabaya, dan dalam perkembangannya berubah menjadi Bandung-Everlasting Beauty, Banyuwangi-The Kerajaan Cirebon dengan raja Pangeran Sunrise of Java, Solo-The Spirit of Java, Jogja- Walangsungsang yang bergelar Cakrabumi. Never Ending Asia, Pekalongan-World's City of Pada tahun 1529–1945, Kerajaan Cirebon Batik. Slogan atau jargon tersebut merupakan berkembang menjadi 4 (empat) Keraton, yaitu: salah satu upaya pemerintah pusat dan daerah , Keraton Kanoman, Keraton dalam mengembangkan sektor pariwisata. Hasil Kacirebonan dan Keraton Kaprabonan. Ragam yang telah dicapai dapat diukur dengan adanya perkembangan inilah yang menyebabkan Kota peningkatan jumlah wisatawan, penerimaan Cirebon mempunyai potensi wisata sejarah yang devisa negara serta pendapatan daerah, menarik. Melihat potensi akses dan nilai historis meskipun masih banyak potensi daerah lain di yang ada, pariwisata Kota Cirebon bisa Indonesia yang belum dan masih bisa dikembangkan menjadi urban heritage tourism ditingkatkan di sektor wisata. yang mengutamakan wisata sejarah dan budaya. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia tentu saja memiliki potensi wisata yang sangat beranekaragam baik berupa METODE PENELITIAN objek wisata alam ataupun budaya masyarakatnya. Sejarah panjang Indonesia juga Penelitian ini berlokasi di Kota Cirebon, tidak bisa terlepas dari jaman adanya kerajaan- Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah kerajaan, jaman penjajahan sampai dengan untuk menemukan potensi dan strategi jaman reformasi sekarang ini yang tentu saja pengembangan urban heritage tourism di Kota memberikan suatu peninggalan sejarahnya, baik Cirebon. Metode penelitian menggunakan berupa bangunan, benda-benda, maupun culture pendekatan kualitatif deskriptif. Metode masyarakat daerah itu sendiri. Pemerintah kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi mengatur tentang pemanfaatan peninggalan faktor internal dan eksternal Kota Cirebon. bangunan dan benda cagar budaya melalui UU Pengumpulan data yang digunakan melalui data Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. primer dan sekunder. Data primer diperoleh Keberadaan dan pemanfaatan bangunan dengan cara observasi lapangan dan bersejarah, situs atau benda cagar budaya dokumentasi. Data sekunder diperoleh melalui, dengan baik dapat mengangkat karakteristik jurnal, buku dan data internet yang relevan. budaya daerah serta mengembangkan potensi Setelah data primer dan data sekunder heritage tourism atau wisata warisan budaya. terkumpul, kemudian dilakukan analisa strategi Pederson (2002, dalam Southall dan pengembanganurban heritage tourism melalui Robinson,2011): “heritage tourism as analisis SWOT. Hasil temuan penelitian adalah embracing both eco tourism and cultural kemudahan akses, tempat bersejarah yang ada, tourism, with an emphasis on conservation and budaya keseharian penduduk, peran serta cultural heritage”. Melalui definisi tersebut masyarakat dan pemerintah merupakan hal yang dijelaskan bahwa wisata warisan budaya dapat penting dalam mengembangkan urban heritage merangkul ekowisata dan wisata budaya pada tourism Kota Cirebon. saat bersamaan dan menitikberatkan kepada konservasi dan warisan budaya itu sendiri. Pengembangan wisata warisan budaya di HASIL DAN PEMBAHASAN perkotaan sangat ideal dilaksanakan karena suatu kota tidak akan kehilangan identitas lokal, Potensi wisata adalah semua objek (baik serta memberikan pemahaman dan rasa berupa alam, budaya, buatan) yang memerlukan kebanggaan terhadap sejarah kota dan penanganan yang baik agar dapat memberikan kebudayaan lokal masyarakat setempat nilai daya tarik bagi wisatawan (Damanik dan (Widayanti, 2015). Weber, 2006). Untuk meningkatkan potensi Kota Cirebon merupakan salah satu kota heritage tourism di Kota Cirebon, terdapat di Jawa Barat yang terletak pada lokasi stategis beberapa kriteria yang dapat diidentifikasi, dan menjadi simpul pergerakan transportasi yaitu: antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah melalui Jalur Pantura. Sejarah berdirinya kota Cirebon bermula sekitar abad 15 dengan sebuah desa kecil di Pantai Laut Jawa bernama Muara Jati 196 Edisi cetak STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISMKOTA CIREBON, Theresia Budi Jayanti JAWA BARAT

1. Kondisi Umum Kota Cirebon Bangunan Keraton peninggalan Kerajaan Aksesibilitas dan fasilitas Cirebon dan bangunan kuno lainnya merupakan Kota Cirebon merupakan salah satu kota salah satu potensi wisata budaya Kota Cirebon; di Jawa Barat yang terletak pada lokasi stategis diantaranya: dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Ada 1. Keraton Kasepuhan (tahun 1529) beragam pilihan moda transportasi umum jalur Keraton Kasepuhan terletak di Kelurahan darat menuju Cirebon, misalnya: bus, mobil Kasepuhan yang termasuk dalam zona travel, maupun kereta api. Jika menggunakan perdagangan (Gambar 1). Keraton transportasi udara, maka rute penerbangan yang Kasepuhan berdiri di tahun 1529 oleh dipilih adalah Jakarta atau Bandung, kemudian Pangeran Mas Mochammad Arifin (cicit perjalanan dilanjutkan dengan transportasi darat. Sunan Gunung Jati) dan merupakan Untuk transportasi dalam kota selain dengan peninggalan sejarah Kerajaan Islam yang transportasi pribadi/menyewa kendaraan rental, merupakan pusat pemerintahan masa lalu. wisatawan bisa menggunakan becak, ojek, taksi Keberadaan Keraton Kasepuhan juga maupun angkutan umum. Transportasi becak menunjukkan bahwa terjadi akulturasi di dan angkutan umum sangat mudah ditemukan di Kota Cirebon. Akulturasi yang terjadi tidak Cirebon, hanya saja untuk angkutan umum hanya antara masyarakat Sunda dan Jawa, rutenya masih belum terkoneksi secara tetapi juga Cina, India, Arab dan Eropa. maksimal; khususnya mengunjungi tempat- Bukti akulturasi yang bisa dilihat adalah tempat wisata. Sangat diharapkan adanya gerbang yang menyerupai pura di ; transportasi khusus wisata yang ukiran daun pintu gapura yang bergaya menghubungkan tempat-tempat wisata di Eropa; tembok bata merah yang mengelilingi Cirebon seperti apa yang sudah dilakukan Keraton menunjukkan khas arsitektur Jawa; Pemerintah Kota Jakarta dan Bandung. serta adanya keramik Cina di dinding dan Tingkat perkembangan daerah sebagai pagar Siti Hinggilnya (Gambar 2). Bangunan pusat pertumbuhan tidak bisa terlepas dari keraton yang menghadap ke utara dengan fasilitas pendukung lainnya. Keberadaan tempat pasar di sebelah timur, Masjid di sebelah penginapan, pasar dan pusat perbelanjaan barat dan ditengahnya terdapat alun-alun; termasuk penentu terhadap aktivitas wisata di di merupakan ciri tata letak keraton didaerah kota tersebut. Pariwisata di Kota Cirebon juga pesisir. ditunjang oleh ketersediaan fasilitas penginapan, Keraton Kasepuhan mempunyai area utama baik kelas berbintang maupun kelas homestay. yang berisikan bangunan induk keraton serta Disamping itu, juga terdapat beberapa pasar bangunan penunjang lainnya, antara area tradisional, pasar sekaten (hanya saat Syawal), utama keraton dengan area Tajug dan juga mall seperti Grage Mall, Cirebon Agung (masjid) dibatasi tembok. Di dalam Superblok Mall dan Grage City Mall. area utama keraton ini terdapat beberapa bangunan di antaranya: Taman Dewandaru, 2. Bangunan Bersejarah Museum Benda Kuno, Museum Kereta, Kota Cirebon memiliki potensi wisata Lunjuk, Sri Manganti, Bangunan Induk budaya yang cukup besar, baik berupa wisata Keraton. Museum yang ada di Keraton ini alam maupun wisata buatan. Perkembangan digunakan sebagai tempat penyimpanan kebudayaan Cirebon tidak bisa terlepas dari banda-benda pusaka atau benda peninggalan latar belakang sejarahnya. Sejarah berdirinya sejarah serta kereta-kereta kerajaan, misalnya kota Cirebon bermula sekitar abad 15 dengan Kereta Singo Barong. Pada Bangunan induk sebuah desa kecil di Pantai Laut Jawa bernama keraton, kegiatan kesultanan dilakukan disini Muara Jati dan dalam perkembangannya oleh . Pada bangunan induk ini berubah menjadi Kerajaan Cirebon yang terdapat beberapa ruangan dengan fungsi kemudian berkembang lagi menjadi 4 Keraton yang berbeda, di antarannya: Kutagara (tahun 1529-1945). Berdirinya Kerajaan Wadasan, Kuncung, Jinem Pangrawit, Cirebon menandai awal Kerjaaan Islam di Bangsal Pringgandani, Bangsal Prabayasa, Cirebon. Penggunaan pagar keliling dari Bangsal Agung Panembahan, Kaputran, pasangan batu bata menunjukkan adanya dapur (Gambar 3 dan 4). pengaruh budaya Jawa pada bangunan Keraton.

197 Edisi cetak Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 08 no. 02, JULI 2017 195-205

berbeda. Keraton Kanoman didirikan sekitar tahun 1588 oleh Pangeran Kertawijaya yang bergelar Sultan Anom I (Gambar 5). Letak Keraton ini berada di Kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan dan termasuk dalam zona Perdagangan, atau 300 meter seberlah utara Keraton Kasepuhan. Keraton Kanoman memiliki atraksi budaya yang sama dengan Keraton Kasepuhan. Kondisi bangunan Gambar 1. Keraton Kasepuhan Cirebon Keraton ini masih cukup baik. Salah satu Sumber: www. http://lalerijo.com bangunan penting yang terdapat pada komplek Keraton Kanoman adalah Winata. Sama halnya dengan Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman juga memiliki alun-alun, masjid, Siti Hinggil dan Langgar . Jika pada Kraton Kasepuhan bangunan didominasi bata merah, sedangkan pada bangunan didominasi warna putih, kecuali pada masjid agung dan bangsal kraton. Namun ciri khas bangunan Cirebon masih dapat terlihat dari tempelan- tempelan piring keramik Cina/Eropa pada dinding bangunan (Gambar 6). Gambar 2. Pintu Gerbang Keraton Kasepuhan Cirebon, ketika ada atraksi Pasar Rakyat

Gambar 5. Keraton Kanoman Sumber: www. arifh80.files.wordpress.com

Gambar 3. Siti Hinggil Keraton Kasepuhan Cirebon

Gambar 6. Keramik Cina pada dinding Balai Manguntur Keraton Kanoman Sumber: www. arifh80.files.wordpress.com

Gambar 4. Kereta Singo Barong Keraton Kasepuhan Cirebon 3. Keraton Kacirebonan Letak Keraton Kacirebonan berada di 2. Keraton Kanoman Kelurahan Jagasatru Kecamatan Pakalipan Kerajaan Cirebon dibagi menjadi Keraton dan termasuk dalam Zona Perdagangan Kanoman dan Keraton Kasepuhan, sehingga sehingga lokasinya dekat dengan Pusat ciri-ciri khas kedua keraton ini tidak jauh Pelayanan atau sekitar 1 km barat daya

198 Edisi cetak STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISMKOTA CIREBON, Theresia Budi Jayanti JAWA BARAT

Keraton Kasepuhan (Gambar 7). Keraton Tidak ada atraksi yang ditampilkan di Kacirebonan merupakan pecahan dari Keraton ini karena saat ini digunakan sebagai Keraton Kanoman, karena politik Belanda. tempat tinggal kerabat Keraton. Keraton ini didirikan pada tahun 1808 oleh Pangeran Muhammad Haerudhin. Pada komplek Keraton Kacirebonan terdapat beberapa bangunan penting yaitu bangunan induk Keraton, Paseban, Langgar, Gedong Ijo, Pringgowati, Kaputren dan Tajug (mushola). Bangunan induk Keraton saat ini digunakan sebagai tempat tinggal sehari-hari Sultan beserta keluarganya. Bangunan ini juga terdiri dari beberapa ruangan seperti ruang kerja Sultan, pecira, prabayasa, dapur

dan teras. Terdapat 2 Paseban di komplek Gambar 9. Pintu Gerbang Keraton Kaprabonan keraton, yaitu di barat dan timur keraton. Sumber: http://jurnalpatrolinews.com Paseban ditopang oleh 8 buah tiang dan 4 saka guru dengan atap joglo. Tajug 5. Masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhan (mushola) berada di sebelah barat bangunan Terletak di Kelurahan Kasepuhan Kecamatan induk; diantara tajug dan paseban terdapat Lemah Wungkuk dan termasuk dalam zona dinding pemisah, tetapi ada pintu perdagangan (Gambar 10). Masjid ini penghubung di sisi barat tembok (Gambar 8). merupakan peninggalan Walisanga yang dibangun pada tahun 1498 di komplek Keraton Kasepuhan. Keunikan dari masjid ini adalah tidak memiliki Menara Masjid dan bengunannya memiliki gaya arsitektur tersendiri. Masjid dibangun oleh arsitek waktu itu yaitu Raden Sepat. Bangunan utama/asli Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki sembilan pintu yang merupakan simbol dari Sembilan Wali (Walisongo). Selain itu, masjid ini memiliki Gambar 7. Bangunan Induk Keraton Kacirebonan 12 sokoguru yang terbuat dari kayu Jati Sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id dengan diameter sekitar 60 cm dan tinggi yang mencapai 14 meter. Keunikan lain dari masjid ini adalah memiliki dua Maksurah dan dua Mimbar; yang satu digunakan oleh Sultan atau Keluarga Keraton Kasepuhan, sedangkan yang satunya lagi digunakan oleh Sultan atau Keluarga Keraton Kanoman.

Gambar 8. Paseban Keraton Kacirebonan Sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id

4. Keraton Kaprabonan Keraton Kaprabonan terletak di Kelurahan Lemah Wungkuk di zona perdagangan sehingga dekat dengan pusat Pelayanan (Gambar 9). Keraton ini juga merupakan Gambar 10. Masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhan hasil paembagian dari Keraton Kanoman. Sumber: http://intisari-online.com/Travelling/Travel

199 Edisi cetak Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 08 no. 02, JULI 2017 195-205

Kondisi bangunan masjid saat ini cukup baik, meskipun sudah mengalami revitalisasi, misalnya sokoguru. Fasilitas yang dimiliki dan atraksi yang ada adalah sebagaimana layaknya sebuah masjid sebagai kegiatan sehari-hari (Gambar 11).

Gambar 13. Bagian Dalam Masjid Merah Panjunan Sumber: http://www.thearoengbinangproject.com

7. Kabuyutan Trusmi Gambar 11. Kondisi Soko Guru dan Atap yang Kabuyutan Trusmi terletak di Plered, Direvitalisasi Cirebon; merupakan situs bersejarah

peninggalan kebudayaan Islam Jawa dan 6. Masjid Merah Panjunan juga merupakan komplek pemakaman yang Masjid ini didirikan oleh Syarif terdiri dari beberapa bangunan yang Abdurrahman atau Pangeran Panjunan, memiliki fungsi masing-masing (Gambar seorang keturunan Arab yang memimpin 14). Kabuyutan Trusmi didirikan oleh Ki sekelompok imigran dari Baghdad, dan Buyut yang merupakan putra pertama Parbu kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati Siliwangi (Pangeran Walangsungsang atau (Gambar 12). Masjid Merah Panjunan Pangeran Cakrabuana), yang merupakan berlokasi di Kampung Panjunan yang pendidri kerajaan Cirebon. Komplek terdapat banyak pengrajin keramik dan Kabuyutan ini dikelilingi oleh tembok bata termasuk dalam zona perdagangan. Umur merah dan didalamnya terdapat beberapa masjid ini sama dengan Masjid Sang Cipta bangunan yang mempunyai fungsi masing- Rasa Kasepuhan. Gaya arsitektur juga sama masing, diantaranya: bale pakuncen, dengan Masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhan, pendopo, bale paseban, masjid, tempat hanya saja ukurannya lebih kecil. wudhu, ruang peziarah, jinem kulon, jinem Bagian depan masjid merupakan pintu wetan, bale pesalinan, pawestren, masuk berupa gapura yang terbuat dari pewadonan, pakulahan dan gerbang kori susunan bata merah. Bentuk gapuranya agung. Bangunan yang ada di komplek menunjukkan pengaruh Hindu dari jaman Kabuyutan ini sebagian besar memiliki pintu Majapahit yang banyak bertebaran di daerah yang rendah, sehingga orang yang lewat Cirebon. Pada bagian dalam, umpak pada harus membungkuk. Hal ini sesuai dengan tiang penyangga memperlihatkan pengaruh budaya masyarakat Jawa pada umumnya kebudayaan Jawa. Sementara keramik yang bahwa kita harus hormat kepada orang yang menempel pada dinding memperlihatkan lebih tua sekaligus menunjukkan rasa hormat pengaruh budaya Cina. terhadap pemilik rumah (Gambar 15 dan 16).

Gambar 12. Gapura Depan Masjid Merah Panjunan Gambar 14. Bagunan di Kabuyutan Trusmi Sumber: http://www.thearoengbinangproject.com 200 Edisi cetak STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISMKOTA CIREBON, Theresia Budi Jayanti JAWA BARAT

Gambar 18. Panggung Pertunjukan du Gua Sunyaragi

9. Budaya dan Atraksinya Gambar 15. Budaya berpakaian di Kabuyutan Kota Cirebon memiliki potensi Trusmi kebudayaan yang sangan potensial untuk dikembangkan menjadi komoditas pariwisata yang tinggi sebagai daya tarik Kota Cirebon. Unsur-unsur nilai budaya, adat istiadat dan kesenian menjadi faktor penunjang dalam pembangunan Kota Cirebon. Budaya masyarakat yang cukup religius berbaur dengan tradisi keraton yang bernuansa kerajaan menjadikan ciri khas tersendiri dari Kota Cirebon. Budaya Cirebon berbeda dengan Budaya Sunda ataupun Budaya Jawa, walaupun Gambar 16. Atraksi Di Kabuyutan Trusmi dibeberpa daerah bisa dijumpai orang yang

menggunakan bahasa Sunda atau Jawa; 8. Taman Air Gua Sunyaragi kekhasan segi bahasa ini menjadi daya tarik Terletak 6 km dari pusat pelayanan yaitu di tersendiri. Selain hal tersebut, Cirebon juga Kelurahan Sunyaragi Kecamatan Kesambi mempunyai atraksi tarian dan wisata budaya. yang termasuk dalam zona Pendidikan dan Atraksisi budaya yang masih ada diantaranya Olahraga. Taman air Gua Sunyaragi terdapat pada Tabel 1. memiliki gaya arsitektur Purba dan

merupakan tempat melakukan meditasi dari Tabel 1. Tradisi Keraton dan Masyarakat Cirebon para Sultan di masa lalu. Fasilitas penunjang No Nama Pelaksanaan di sekitar lokasi sudah cukup baik dengan 1 Bubur Syura Setiap 10 Syura tersedianya toilet umum, tempat parkir, 2 Apeman Setiap 15 Syafar pemandu wisata, tempat penjualan souvenir 3 Siraman Panjang Setiap 8 Mulud dan makanan, kantor pengelola, mushola, Hajat Sebrah, Ukup ke Setiap 11 Mulud 4 pemandu wisata serta panggung pertunjukan Astana Agung terbuka (Gambar 17 dan 18). 5 Upacara Panjang Jimat Setiap 12 Mulud 6 Rajaban Setiap 27 Rajab 7 Nisfu Syaban Setiap 15 Ruwah Tadarusan Setiap 1-29 8 ramadhan 9 Khataman Setiap 30 Ramadhan 10 Hajat Lebaran Setiap 1 Syawal 11 Sekatenan Setiap 1 Syawal 12 Garebeg Syawal Setiap 8 Syawal 13 Siraman Gong Sekaten Setiap 8 Rayagung Sumber: Dokumentasi Keraton Cirebon, dalam Nursinggih, 2001 Gambar 17. Taman Air Gua Sunyaragi

201 Edisi cetak Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 08 no. 02, JULI 2017 195-205

Selain atraksi budaya juga ada tari-tarian khas Cirebon. Beberapa tarian dan kesenian yang masih menunjukkan khasanah budaya Cirebon diantaranya: Tari Panji dengan topeng warna putih, Tari Tumenggung dengan topeng warna violet, Tari Samba dengan topeng warna kuning, Tari Kelana dengan topeng warna merah, tari Rumiyang dengan topeng warna merah jambu, Tari Tayub, Tari Jaran Lumping, Tari Ronggeng Umbul, Debus, Tarling, seni Gembyung

(dokumentasi Keraton Cirebon, dalam Gambar 21. Manisan Khas Cirebon Nursinggih, 2001) (Gambar 19 dan 20).

Gambar 19. Aktaksi Kesenian Gembyung Sumber: www.seputar-cirebon.com

Gambar 22. Empal Genthong Khas Cirebon di Sekaten

Disisi lain sangat disayangkan karena dibeberapa lokasi wisata misalnya Keraton dan Kabuyutan, tradisi masyarakat yang meminta sedekah masih sangat banyak. Sebagai contoh di Keraton Kasepuhan, terutama di museum benda bersejarah dan museum keretanya; disetiap sudut ada bapak-bapak atau remaja yang Gambar 20. Aktaksi Sekaten di Sekitar Keraton meminta sedekah dan meletakkannya didekat Kasepuhan benda bersejarah tersebut. Hal ini tentu saja mengurangi kenyamanan Selain atraksi seni dan budaya, Kota wisatawan/pengunjung dalam menikmati wisata Cirebon juga mempunyai potensi kuliner asli mereka, karena tak jarang juga peminta sedekah khas Cirebon, sepert Tahu Gejrot, Mie Koclok, sedikit memaksa (Gambar 23). Docang, Nasi Jamblang, Nasi Lengko, Empal Gentong dan Manisan khas Cirebon. Cirebon juga terkenal dengan produksi souvenit dan batiknya. Motif Batik khas Cirebon yang paling terkenal adalah motif Mega Mendung (Gambar 21 dan 22).

Gambar 23. Tempat meminta sedekah didekat benda bersejarah

202 Edisi cetak STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISMKOTA CIREBON, Theresia Budi Jayanti JAWA BARAT

10. Faktor Internal dan Eksternal Wisata g. Kurangnya kesadaran dan partisipasi Kota Cirebon masyarakat terhadap potensi wisata Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cirebon. wilayah Kota Cirebon mempunyai potensi yang h. Paket khusus wisata yang coba besar untuk dikembangkan sebagai kota urban ditawarkan belum optimal. heriatage tourism, dengan melihat adanya i. Promosi yang dilakukan belum optimal. bangunan bersejarah, atraksi yang ada serta ragam seni dan budaya. Berdasarkan hal 3. Opportunity (O) tersebut diatas, analisis SWOT dapat dilakukan a. Dapat menjadi tempat belajar tentang untuk menemukan strategi pengembangan kebudayaan Islam dan etnis Jawa-Sunda wisata tersebut (Nurkukuh, 2015). b. Terdapat wisata kuliner dan wisata edukasi 1. Strenght (S) c. Dapat menjadi lokasi penelitian di a. Akses yang mudah dijangkau dan bidang ilmu arsitektur, lingkungan, kondisi jalan yaang cukup baik. humaniora dan sebagainya b. Dekat dengan tempat wisata lain misal d. adanya peluang investasi di bidang Kuningan, Cigugur, dll. pariwisata c. Lokasi tempat-tempat bersejarah e. akses menuju Kota Cirebon cukup mayoritas saling berdekatan. strategis dilalui dari Jakarta, Jawa d. Terdapat bangunan bersejarah yang Tengah maupun Jawa Barat mempunyai arsitektur unik. e. Beberapa tempat wisata sudah 4. Threat (T) mempunyai sarana dan prasarana yang a. Kurangnya minat wisatawan untuk baik. berkunjung f. Sudah ada beberapa atraksi wisata dan b. Degradasi lingkungan karena masalah fesival budaya. lingkungan yang kumuh dan tidak g. Dibeberapa tempat sudah ada lahan terawat serta sampah parkir. c. Persaingan daya tarik wisata dengan h. Beberapa kawasan atau kampung masih kota-kota lain disekitarnya. mempertahankan ciri-ciri dan identitasnya. 5. Strategi Pengembangan Heritage i. Kemudahan mencari akomodasi dan Tourism Kota Cirebon kuliner. Beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk pengembangan heritage Tourism Kota 2. Weakness (W) Cirebon antara lain: a. Dibeberapa tempat, kualitas sarana dan 1. Strategi Memberdayakan Urban Heritage prasarana belum cukup bagus sebagai a. Memelihara dan mempertahankan standar wisata. originalitas bangunan kuno yang ada b. Dibeberapa tempat wisata, masih ada supaya keindahan dan vitalitas kawasan orang yang meminta-minta kepada terjaga wisatawan. b. Menghidupkan kembali tradisi atau adat c. Lahan parkir yang ada di beberapa istiadat di Cirebon sebagai atraksi budaya. tempat belum optimal terutama untuk c. Meningkatkan sekaligus mewadahi mobil dan bis wisata, sehingga parkir aktivitas budaya dan serta living culture kendaraan tidak teratur dan mengambil sehingga dapat menambah nilai jual lahan yang lain. wisata d. Pengelolaan sampah belum optimal. d. Penetapan Kota Cirebon secara umum e. Kurangnya kualitas dan kuantitas dan kawasan kota Cirebon (terutama vegetasi yang ada, sehingga pada siang kawasan kota lama) sebagai kawasan hari terasa panas dan kurang nyaman cagar budaya berbentuk living heritage untuk berjalan kaki. dengan produk hukum (Solikhah, 2015). f. Terdapat PKL yang belum ditata di e. Perlunya reimagining kota Cirebon yang sekitar lokasi wisata, misalnya di sekitar kontekstual dengan tema kawasan Kasultanan Kanoman.

203 Edisi cetak Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 08 no. 02, JULI 2017 195-205

heritage namun tetap mendukung fungsi Daftar Pustaka aslinya Damanik, Janianton, & Helmut F. Weber, 2006. 2. Strategi Ekonomi Perencanaan Ekowisata: dari Teori ke a. Memperbaiki dan meningkatkan Aplikasi. : Penerbit Andi. fasilitas, infrastruktur serta layanan wisata ke arah professional. Kasultanan Cirebon, 2016. b. Perlu pengembangan dan pembinaan (https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan terhadap ekonomi lokal _Kacirebonan), diakses 23 Desember c. Perlu adanya agenda wisata sehingga 2016. wisatawan dapat mengetahui event/acara yang akan dikunjungi. Keraton-Keraton Di Cirebon, 2014. d. Perlu promosi wisata dan sosialisasi (https://arifh80.wordpress.com/), diakses untuk menarik wisatawan. 23 Desember 2016.

3. Stategi Partisipasi Masyarakat Masjid Merah Panjunan Cirebon, 2015. a. Adanya peran serta pemerintah, pihak (http://www.thearoengbinangproject.com/ swasta maupun masyarakat untuk masjid-merah-panjunan-cirebon/), diakses pengembangan, pengelolaan serta 23 Desember 2016. pemeliharaan warisan cagar budaya. b. Meningkatkan sense of belonging Nurkukuh, Dwi Kunto, 2015.Strategi masyarakat akan potensi wisata Kota Pengembangan. Prosiding. Jakarta: Cirebon dari sudut pandang sejarah, Universitas Tarumanagara. budaya, seni dan tradisi masyarakat. c. Melibatkan masyarakat dalam Nursinggih, Hendro, 2001. Kajian Komponen pemeliharaan dan pemanfaatan urban Penawaran dan Permintaan Wisata heritage di Kota Cirebon. sebagai Penunjang Kepariwisataan Budaya Kota Cirebon. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. KESIMPULAN Seni Gembyung, Kesenia Cirebon Yang Masih Berdasarkan hasil penelitian dan Lestari, 2015. (http://www.seputar- pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal cirebon.com) diakses 23 Desember 2016. sebagai berikut: 1. Kota Cirebon memiliki potensi wisata yang Solikhah, Nafiah, 2015. Kajian Arsitektur Kota dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata Pantai Cirebon dan Strategi budaya seperti tempat-tempat bersejarah, Pengembangannya. Prosiding. Jakarta: benda-benda peninggalan sejarah, seni dan Universitas Tarumanagara. budaya serta tradisi dan kehidupan masyarakat. Southall, C, & Peter, 2011. Heritage Tourism. 2. Kurang optimalnya atraksi budaya yang Dalam Robinson, P. Heitmann,S., Dieke, ada karena tidak semua bangunan P. Research Theme /for Tourism. CAB bersejarah mempunyai atraksi budaya International: Library of Congress untuk menambah minat wisatawan. Cataloging in Publication Data. 3. Dari analisis SWOT diketahui kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman; Widiyanti, Baiq, 2015. Potensi Pengembangan sehingga dapat memberikan strategi yang Wisata Sejarah Budaya di Kawasan Kota tepat untuk pengembangan urban heritage Tua Ampenan, Kota Mataram, Provinsi tourism melalui strategi mempertahankan Nusa Tenggara Barat. Prosiding. Jakarta: urban heritage, strategi ekonomi, strategi Universitas Tarumanagara. partisipasi masyarakat. Wisata Budaya dan Sejarah di Cirebon, Jawa Barat, 2016. (http://lalerijo.com) diakses 23 Desember 2016.

204 Edisi cetak STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISMKOTA CIREBON, Theresia Budi Jayanti JAWA BARAT

Wisata Keraton Di Cirebon, 2016. (http://www.disparbud.jabarprov.go.id/), diakses 23 Desember 2016.

205 Edisi cetak