Jurnal Iktiologi 19(3): 361-374 DOI: https://doi.org/10.32491/jii.v19i3.502

Iktiofauna di Sungai Alas sekitar Stasiun Penelitian Soraya, Kawasan Ekosistem Leuser, Subulussalam, [Ichthyofauna of Alas River, around Soraya Research Station, Leuser Ecosystem Area, Subulussalam, Aceh] Furqan Maghfiriadi1, Ilham Zulfahmi1,2 , Epa Paujiah3, M. Ali Sarong4

1Pusat Kajian dan Konservasi Akuatik, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Kota Pelajar dan Mahasiswa, Darussalam, Banda Aceh 23111, surel: [email protected]

2Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Kota Pelajar dan Mahasiswa, Darussalam, Banda Aceh 23111, surel: [email protected]

3Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Jalan AH. Nasution, No. 105, Cibiru, Bandung 40614, surel: [email protected]

4Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar, Jalan Alue Peunyareng, Meureubo, Kabupaten Aceh Barat 23681, surel: [email protected]

Diterima: 17 April 2019; Disetujui: 10 September 2019

Abstrak Kajian iktiofauna diperlukan dalam rangka mengungkap keanekaragaman ikan, investigasi keberadaan ikan asli dan ikan asing, inventarisasi jenis-jenis ikan yang berpotensi sebagai ikan konsumsi dan hias, serta menjadi bagian dari upaya menemukan ikan jenis baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi ikan air tawar di Sungai Alas sekitar Stasiun Penelitian Soraya, Kawasan Ekosistem Leuser, Subulussalam, Aceh. Penelitian ini dilakukan mulai Juli hingga September 2018. Pengambilan contoh ikan dilakukan di enam stasiun penelitian dengan menggunakan alat tangkap berupa jaring insang, jala, pancing, serok dan sudu. Sebanyak 339 individu ikan yang tergolong kedalam 20 jenis, delapan famili dan tiga ordo berhasil dikoleksi selama penelitian. Cyprinidae merupakan famili ikan yang paling banyak ditemukan. Enam belas jenis ikan yang dikoleksi berpotensi dijadikan sebagai ikan konsumsi. Ikan asing yang ditemukan berjumlah dua jenis yaitu ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan sapu-sapu (Pterygoplich- thys pardalis). Terdapat satu jenis ikan yang diduga berpotensi sebagai ikan jenis baru yaitu sing-sing (Hemibagrus sp.). Hasil penelitian ini berpotensi dimanfaatkan sebagai data dasar dalam rangka pengambilan kebijakan pengelo- laan Kawasan Ekosistem Leuser di masa mendatang.

Kata penting: Cyprinidae, ikan asing, ikan hias, iktiofauna, keanekaragaman

Abstract The ichthyofaunal study is needed to reveal the diversity of fish, investigate the existence of native and introduced fish, inventory some species that are potential as consumed and ornamental fishes, and to be a part of the effort to find new species. This study aimed to determine the composition of freshwater fish in the Alas River around Soraya Research Station, Leuser Ecosystem Area, Subulussalam, Aceh. Research was conducted from July to September 2018. Fish sampling was carried out at six research stations using selective gill nets, throwing net, hook, tray net, and scoop net. A total of 339 individual’s sh belonging to 20 species, eight families and three orders was collected from sampling location. Cyprinidae was the predominant family found in the Alas River. As many of 16 fish species has the potential as consumption fish. Two introduced fishes were collected, namely tilapia (Oreochromis niloticus) and Amazon sailfin catfish (Pterygoplichthys pardalis). One fish species is thought to have the potential as a new species, i.e. catfish (Hemibagrus sp.). The result of this study can be used as a basic data for policy decision making in order to develop management program of Leuser ecosystem in the future.

Keywords: Cyprinidae, diversity, ichthyofauna, introduction fish, ornamental fish

______Penulis korespondensi

Alamat surel: [email protected]

Masyarakat Iktiologi Indonesia Iktiofauna di Sungai Alas 

Pendahuluan sistem yang saling berhubungan dengan aturan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) meru- dan fungsi ekosistem lainnya. Selain itu, kajian pakan bentang alam yang terletak antara Danau ini juga diperlukan dalam rangka inven-tarisasi Laut Tawar di Provinsi Aceh dan Danau Toba di serta acuan dasar pengambilan kebijakan Provinsi Sumatera Utara. Luas kawasan menca- konservasi pada suatu wilayah perairan (Siman- pai 2,5 juta Ha yang meliputi Taman Nasional juntak et al. 2011). Selain bernilai ekonomis, Gunung Leuser, Suaka Margasatwa, Hutan Lin- ikan juga memiliki sensitivitas yang tinggi ter- dung dan Cagar Alam (Consortium SAFEGE hadap perubahan kuantitatif dan kualitatif ha- 2014). KEL berperan penting menjaga kesta- bitat perairan sehingga berpotensi dijadikan bilan sistem penyangga kehidupan (life support sebagai bioindikator untuk menilai kesehatan system) dan menyuplai air bagi masyarakat di lingkungan perairan (Laffaille et al. 2005, Sar- kedua provinsi tersebut. Djufri (2015) kar et al. 2008, Chovanec et al. 2003, Darwall mengungkapkan bahwa KEL juga memiliki & Vie 2005). keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Jumlah flora dalam KEL diperkirakan men- diketahui bahwa komposisi jenis ikan air tawar capai 3.500 jenis termasuk di antaranya Raflesia di KEL cenderung menurun. Sungai Alas meru- (Rafflesia atjehensis, R. micropylora, dan Rhi- pakan salah satu sungai di KEL yang menga- zanthes zippelnii), sedangkan keanekaragaman lami penurunan jenis ikan air tawar dalam ren- faunanya meliputi mamalia, aves, reptilia, am- tang waktu 17 tahun. Wirjoatmodjo (1987) phibia, ikan dan berbagai jenis avertebrata. melaporkan jumlah jenis ikan yang teridentifi- Meskipun demikian, upaya untuk mengungkap kasi pada tahun 1987 di Sungai Alas berjumlah keanekaragaman ikan di KEL masih tergolong 12 jenis ikan, sedangkan pada tahun 2004 jum- rendah jika dibandingkan dengan fauna dari lah jenis ikan yang berhasil teridentifikasi di subfilum lainnya. sungai ini menurun menjadi sembilan jenis ikan Penelitan keanekaragaman ikan di KEL (Defira & Muchlisin 2004). Penurunan jenis telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelum- ikan tersebut diduga berkaitan erat dengan keru- nya, di antaranya Wirjoatmodjo (1987), Defira sakan lingkungan yang terjadi di sepanjang dae- & Muchlisin (2004), Hadiaty (2005), dan rah aliran sungai dalam KEL. Haryono (2006). Dari hasil penelitian Hadiaty Pascadamai Aceh sampai dengan seka- (2005), diketahui bahwa banyak ikan jenis baru rang, pemerintah telah bekerja sama dengan ditemukan pada berbagai sungai dalam kawasan berbagai lembaga swadaya masyarakat pemer- KEL yang belum terindetifikasi. Ikan jenis ter- hati lingkungan untuk merestorasi dan mereha- sebut sangat memungkinkan bersifat endemik bilitasi flora fauna dalam KEL. Ditambah lagi hingga perlu dijaga kelestariannya. upaya untuk meminimalkan kerusakan hutan Saat ini, penelitian terkait iktiofauna dan dan daerah aliran sungai akibat penjarahan, kaitannya dengan pengelolaan habitat menjadi pembalakan liar, maupun pembukaan lahan juga sebuah tantangan besar (Dudgeon et al. 2006). terus ditingkatkan. Dengan demikian, tidak ter- Chalar (2009) menyatakan bahwa kajian iktio- tutup kemungkinan jumlah jenis ikan air tawar fauna merupakan komponen penting dari eko- yang ada di KEL, khususnya Sungai Alas dapat

362 Jurnal Iktiologi Indonesia Maghfiriadi et al.  kembali meningkat. Meningkatkan keragaman Bahan dan metode jenis ikan dan kelompok avertebrata akibat pro- Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal gram restorasi dan rehabilitasi kawasan telah 10 Juli sampai dengan 22 September 2018. pernah dilaporkan terjadi di beberapa lokasi di- Pengambilan contoh ikan dilakukan pada enam antaranya di Sungai Ume, Swedia Utara (Lepori stasiun di sepanjang aliran Sungai Alas dengan et al. 2005), kawasan ekosistem terumbu karang tipologi habitat yang berbeda. Deskripsi tiap sta- Kalimantan Timur (Novak et al. 2013) dan per- siun penelitian disajikan pada Tabel 1, sedang- airan daratan Hutan Harapan (Sukmono kan peta stasiun penelitian disajikan pada Gam- et al. 2013). Penelitian ini bertujuan mengkaji bar 1. Tahap identifikasi contoh ikan dilakukan komposisi ikan air tawar di Sungai Alas sekitar di Laboratorium Terpadu Biologi, Fakultas Stasiun Penelitian Soraya, Kawasan Ekosistem Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Leuser, Subulussalam, Aceh. Ar-Raniry.

Gambar 1 Peta Lokasi dan Stasiun Penelitian (Sumber: Peta rupa bumi indonesia, Peta administrasi Aceh, Citra Google Earth 2019). Keterangan: 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 merupakan stasiun penelitian

Volume 19 Nomor 3, Oktober 2019 363 Iktiofauna di Sungai Alas 

Tabel 1 Profil stasiun penelitian Stasiun Lokasi Deskripsi stasiun 1 Bengkung Lebar sungai berkisar sepuluh meter dengan kisaran kedalamaan 02q59'39,60" LU sungai lebih dari lima meter, arus relatif deras, substrat berupa 097q55'22,77" BT pasir berbatuan, kecerahan rendah dengan warna air kehijauan, pH berkisar 7,3-7,7 dan oksigen terlarut berkisar 6,1-6,7 mg L-1, suhu air 24qC, tutupan vegetasi di sekitar sungai berupa pohon besar dan liana (Uncaria glabrata).

2 Ruam Lebar sungai berkisar 60 meter dengan kisaran kedalaman 02q56'01,26" LU sungai lebih dari 10 meter, arus relatif deras, substrat berupa 097q56'51,17" BT pasir berlumpur, kecerahan rendah dengan warna air kuning kehijauan, pH berkisar 7,5-8,3 dan oksigen terlarut berkisar 6,0- 6,8 mg L-1, suhu air 25qC, tutupan vegetasi di sekitar sungai berupa pohon besar dan liana (U. glabrata).

3 Anak sungai sekitar Lebar sungai berkisar enam meter dengan kedalaman sungai stasiun penelitian satu meter, arus relatif lambat, substrat berbatu, kecerahan Soraya tinggi dengan warna air kehijauan, pH berkisar 7,0-7,4 oksigen 02q55'24,58" LU terlarut berkisar 6,0-6,6 mg L-1, suhu air 26qC, vegetasi 097q55'42,78" BT dominan di sekitar sungai berupa liana (U. glabrata), lumut dan pohon.

4 Sembelin Lebar sungai berkisar 50 meter dengan kedalaman sungai 10 02q54'48,72" LU meter, arus relatif deras, subtrat berbatu, kecerahan tinggi 097q56'33,87" BT dengan warna air kehijauan, pH berkisar 7,0-7,9 dan oksigen terlarut berkisar 5,9-6,6 mg L-1, suhu air 26qC, vegetasi tum- buhan dominan di sekitar sungai berupa liana (U. glabrata) dan pohon besar.

5 Lae Soraya Lebar sungai berkisar 60 meter dengan kedalaman sungai 10 02q55'19,28" LU meter, arus relatif deras, substrat berlumpur dan berbatu, ke- 097q55'51,06" BT cerahan rendah dengan warna air kuning kecokelatan, pH berkisar 7,89-8,22 dan oksigen terlarut berkisar 5,9-6,4 mg L-1, suhu air 27qC, vegetasi dominan di sekitar sungai berupa liana (U. glabrata) dan pohon besar.

6 Pulau Sidulah Lebar sungai berkisar 60 meter dengan kedalaman sungai 10 02q54'10,89" LU meter, arus relatif deras, substrat pasir berlumpur, kecerahan 097q55'10,32" BT rendah dengan warna air kuning kecokelatan, pH berkisar 7,1-7- 6 dan oksigen terlarut berkisar 6,0-6,7 mg L-1, suhu air 27qC, vegetasi dominan di sekitar sungai berupa liana (U. glabrata) dan pohon besar.

Pengambilan contoh ikan mengacu pada bentangan 30 m dan tinggi 1 m. Ukuran mata penelitian Haryono (2006) dan Sukmono et al. jaring yang digunakan adalah 0,5 inci, 1 inci, (2013). Penangkapan ikan melalui penebaran dan 1,5 inci dengan jarak antarjaring sejauh 50 jala dilakukan sebanyak 15 kali pada setiap sta- m. Pada area sungai yang tertutup vegetasi, pe- siun pengambilan contoh, sedangkan pemasang- nangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan an jaring insang dilakukan pada pukul 09.00- sudu (tray net) dan serok (scoop net). 15.00 dan diangkat setiap dua jam sekali. Jaring Contoh ikan yang tertangkap dikelom- insang yang digunakan mempunyai panjang pokkan berdasarkan ciri-ciri morfologis yang

364 Jurnal Iktiologi Indonesia Maghfiriadi et al.  sama dan masing-masing jenis dihitung jumlah- Ditinjau dari sebaran famili, Cyprinidae nya. Sebelum diawetkan, setiap contoh ikan da- merupakan famili yang paling dominan ditemu- lam keadaan segar difoto dengan kepala meng- kan yaitu sebanyak 10 jenis (50%), diikuti fami- hadap ke kiri (Sukmono et al. 2013). Dari tiap li Bagridae sebanyak 3 jenis (15%) dan famili jenis ikan diambil satu ekor sebagai contoh Channidae sebanyak dua jenis (10%). Famili untuk kemudian dimasukkan ke dalam botol Nemacheilidae, Cichlidae, Siluridae, Loricari- koleksi berisi formalin 4%, dan diberi label idea, dan Clariidae terwakili oleh masing-masing (Saanin 1984). Identifikasi contoh ikan dilaku- satu jenis atau 5% dari total famili (Gambar 2). kan berdasarkan kecocokan karakter morfome- Berdasarkan perolehan ikan per stasiun peneli- trik mengacu kepada buku identifikasi Allen et tian, diketahui bahwa stasiun 5 memiliki pero- al. (1990), Kottelat et al. (1993), Rachmatika lehan koleksi terbanyak yaitu 99 individu, se- (2004), Haryono (2006), Tan & Kottelat (2009) dangkan perolehan koleksi paling sedikit diper- dan laman resmi fishbase (Froese & Pauly oleh pada stasiun 2 yaitu sebanyak 36 individu. 2019). Potensi pemanfaatan ikan yang dikoleksi, Stasiun 2 juga memiliki perolehan jumlah spe- baik untuk kebutuhan konsumsi dan hias sies yang lebih rendah dibanding stasiun lain- mengacu pada pendapat Muchlisin (2013). Po- nya, walaupun demikian, jumlah famili ikan tensi ikan konsumsi ditentukan melalui hasil yang ditemukan di stasiun ini lebih tinggi dari wawancara dengan masyarakat sekitar terkait stasiun 4. Koleksi famili terbanyak diperoleh rasa, ketersediaan dan harga ekonomisnya, dari stasiun 5 dan 6 yaitu sebanyak empat fami- sedangkan potensi ikan hias mengacu pada li, diikuti dengan stasiun 1, 2 dan 3 masing- warna sisik dan sirip, morfologi, pola warna masing sebanyak tiga famili, sedangkan stasiun tubuh, dan tingkah laku. 4 hanya diperoleh dua famili (Gambar 3). Di antara 20 spesies yang ada di Sungai Hasil Alas KEL, 18 spesies adalah ikan asli Indonesia, Penelitian di Sungai Alas KEL berhasil sedangkan dua sepsis lainnya dikategorikan ikan mengoleksi 20 jenis ikan yang tergolong dalam asing yaitu nila (Oreochromis niloticus) dan delapan famili dan tiga ordo dengan total indivi- ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis). Di- du sebanyak 339 individu. Jenis ikan yang pa- tinjau dari status konservasi IUCN, ikan yang ling banyak dikoleksi adalah ikan seredeng berhasil dikoleksi di Sungai Alas KEL digo- (Rasbora sumatrana) sebanyak 57 individu, di- longkan ke dalam tiga kategori yaitu: berisiko ikuti oleh ikan jurung (Tor tambra) sebanyak 35 rendah (least concern) sebanyak 10 spesies, individu, serta ikan baung (Hemibagrus cave- informasi kurang (data deficient) sebanyak dua atus), dan ikan temabu (Hemibagrus nemurus), spesies, dan belum dievaluasi (not evaluated) yaitu masing-masing sebanyak 31 individu. Ikan sebanyak delapan spesies. Berdasarkan potensi- bujuk (Channa lucius), ikan lele batu (Clarias nya, sebagian besar jenis ikan berpotensi dijadi- teijsmani), dan ikan kebaro (Hampala macrole- kan sebagai ikan konsumsi (16 jenis), delapan pidota) merupakan jenis ikan yang paling sedi- jenis berpotensi dijadikan sebagai ikan hias, dan kit tertangkap yaitu masing-masing sebanyak empat jenis berpotensi sebagai ikan hias sekali- tiga individu (Tabel 2). gus konsumsi (Tabel 3).

Volume 19 Nomor 3, Oktober 2019 365 Iktiofauna di Sungai Alas 

Tabel 2 Spesies ikan yang dikoleksi di Sungai Alas Total Ordo Famili No Spesies Nama lokal (spesimen) Cypriniformes Cyprinidae 1 Mystacoleucus marginatus cekudun 4 2 Oliotius oligolepis gaman 12 3 Puntius brevis kopras 21 4 Cyclocheilichthys armatus gar-gar 9 5 Tor tambra jurung 35 6 Osteochilus vittatus seleng 9 7 Osteochilus serokan pahitan 8 8 Rasbora bankanensis seredeng 30 9 Rasbora sumatrana sulung panjang 57 10 Hampala macrolepidota kebaro 3 Nemacheilidae 11 Nemacheilus fasciatus incir 12

Perciformes Cichlidae 12 Oreochromis niloticus nila 9 Channidae 13 Channa striata bace 4 14 Channa lucius bujuk 3

Siluriformes Siluridae 15 Kryptopterus geminus bale-bale 24 Loricariidae 16 Pterygoplichthys pardalis sapu-sapu 6 Clariidae 17 Clarias teijsmani lele batu 3 Bagridae 18 Hemibagrus nemurus temabu 31 19 Hemibagrus sp. sing-sing 28 20 Hemibagrus caveatus baung 31

10% Cyprinidae Nemacheilidae 15% Clichlidae Siluridae 50% 5% Loricariidae Claridae 5% Bagridae 5% Channidae 5% 5%

Gambar 2 Persentasi famili ikan yang ditemukan di lokasi penelitian

366 Jurnal Iktiologi Indonesia Maghfiriadi et al. 

Tabel 3 Perolehan koleksi pada setiap stasiun penelitian, status IUCN beserta potensinya

ORDO Famili Spesies St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6 IUCN Potensi

CYPRINIFORMES Cyprinidae Mystacoleucus marginatus 0 0 0 0 4 0 LC K Oliotius oligolepis 0 0 12 0 0 0 NE H Puntius brevis 0 0 21 0 0 0 LC H & K Cyclocheilichthys armatus 0 0 0 3 6 0 LC K Tor tambra 15 0 0 0 20 0 DD K Osteochilus vittatus 4 0 0 5 0 0 LC K Osteochilus serokan 0 0 0 8 0 0 DD K Rasbora bankanensis 0 0 30 0 0 0 NE H Rasbora sumatrana 0 9 5 7 22 14 NE H & K Hampala macrolepidota 3 0 0 0 0 0 LC H & K Nemacheilidae Nemacheilus fasciatus 0 0 12 0 0 0 NE H

PERCIFORMES Clichlidae Oreochromis niloticus 0 0 0 0 0 9 LC K Channidae Channa striata 0 0 0 0 4 0 LC K Channa lucius 0 0 0 0 3 0 LC K

SILURIFORMES Siluridae Kryptopterus geminus 0 12 0 0 12 0 LC K Loricariidae Pterygoplichthys pardalis 2 0 0 0 0 4 NE H Clariidae Clarias teijsmani 0 0 3 0 0 0 NE K Bagridae Hemibagrus nemurus 6 3 0 7 11 6 LC K Hemibagrus sp. 7 4 0 4 7 6 NE H & K Hemibagrus caveatus 5 6 0 2 10 8 NE K Jumlah 42 34 83 36 99 45 * H dan K = hias dan konsumsi, DD = data deficient, NE = not evaluated, LC = least concern

Volume 19 Nomor 3, Oktober 2019 367 Iktiofauna di Sungai Alas 

99

83

45 42 Famili 34 36

Spesies 10 7 5 6 7 6 3 3 3 2 4 4 Individu

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Gambar 3 Distribusi famili, spesies dan individu pada setiap stasiun penelitian

Pembahasan Bahorok sekitar Stasiun Penelitian Bukit La- Kajian iktiofauna diperlukan dalam rang- wang (Haryono 2006). Penelitian di perairan ka mengungkap keanekaragaman ikan, investi- sekitar Stasiun Penelitian Ketambe berhasil gasi keberadaan ikan asli dan ikan asing, inven- mengoleksi 12 jenis ikan (Wirjoatmodjo 1987), tarisasi jenis-jenis ikan berpotensi konsumsi dan 53 jenis di perairan sekitar Stasiun Penelitian hias, serta menjadi bagian dari upaya menemu- Suaq Balimbing (Hadiaty 2005), sembilan jenis kan ikan jenis baru (Hadiaty 2005, Hadiaty ikan di Sungai Alas sekitar Stasiun penelitian 2011, Hadiaty & Sauri 2017). Sukmono et al. Soraya (Defira & Muchlisin 2004), dan 32 jenis (2013) mengungkapkan bahwa hasil kajian ikan di Sungai Bahorok sekitar Stasiun iktiofauna sangat diperlukan sebagai dasar kegi- penelitian Bukit Lawang (Haryono 2006). atan restorasi dan konservasi perairan. Di sam- Berdasarkan jenisnya, sebanyak 13 jenis ping itu, hasil kajian ini diharapkan dapat digu- ikan yang berhasil dikoleksi dalam penelitian ini nakan oleh pihak berwenang terkait sebagai belum pernah dilaporkan keberadaannya di per- dasar pengelolaan sumber daya perairan khu- airan KEL lainnya, sedangkan tujuh jenis lain- susnya di KEL. nya sudah pernah dilaporkan. Adapun jenis ikan Beberapa peneliti sudah pernah melapor- yang tidak ditemukan di perairan KEL lainnya kan profil iktiofauna dalam KEL di antaranya di ialah cekudun (Mystacoleucus marginatus), Sungai Alas sekitar Stasiun Penelitian Ketambe kopras (Puntius brevis), seleng (Osteochilus (Wirjoatmodjo 1987), Sungai Lembang sekitar vittatus), seredeng (Rasbora bankanensis), incir Stasiun Penelitian Suaq Balimbing (Hadiaty (Nemacheilus fasciatus), gar-gar (Cyclocheilich- 2005), Sungai Alas sekitar Stasiun Penelitian thys armatus), nila (Oreochromis niloticus), Soraya (Defira & Muchlisin 2004) serta Sungai bale-bale (Kryptopterus geminus), sapu-sapu

368 Jurnal Iktiologi Indonesia Maghfiriadi et al. 

(Pterygoplichthys pardalis), lele batu (Clarias Secara temporal, penelitian ini berhasil teijsmani), temabu (Hemibagrus nemurus), sing- mengoleksi lebih banyak jenis ikan dibanding sing (Hemibagrus sp.), dan bujuk (Channa dengan penelitian terdahulu terkait iktiofauna di lucius). Sebaliknya, jenis ikan yang juga dila- Sungai Alas sekitar Stasiun Penelitian Soraya. porkan keberadaannya di perairan KEL lainnya Pada tahun 2004, Defira & Muchlisin (2004) ialah ikan sulung panjang (Rasbora sumatrana), hanya berhasil mengoleksi sembilan jenis ikan, gaman (Oliotius oligolepis), jurung (Tor tam- sedangkan dalam penelitian ini berhasil dikolek- bra), pahitan (Osteochilus serokan), baung si hingga 20 jenis ikan. Meningkatnya jumlah (Hemibagrus caveatus), bace (Channa striata), jenis ikan yang berada di kawasan ini diduga dan kebaro (Hampala macrolepidota) (Defira & tidak terlepas dari berbagai upaya pemerintah Muchlisin 2004, Hadiaty 2005). bersama dengan lembaga swadaya masyarakat Perbedaan komposisi jenis ikan antarka- di bidang lingkungan hidup yang telah melaku- wasan perairan dalam KEL tersebut sering dika- kan restorasi dalam KEL melalui program refo- itkan dengan perbedaan morfologi dan parame- restasi lahan bekas perkebunan sawit. Disam- ter fisik kimiawi air sungai serta topografi lahan ping itu, upaya edukasi konservasi kepada ma- di sekitar daerah aliran sungai (Harrison & syarakat sekitar juga terus ditingkatkan di anta- Whitfield 2006, Brinda et al. 2010, Nicolas et ranya melalui sosialisasi penggunaan alat tang- al. 2010). Secara morfologis, sungai sekitar kap ikan ramah lingkungan. Sebagai informasi, Stasiun Penelitian Suaq Balimbing cenderung walaupun KEL termasuk ke dalam kawasan hu- berdekatan dengan wilayah hilir serta berukuran tan lindung, akan tetapi akibat konflik bersenja- lebih lebar. Menurut Payne (1986), perairan hilir ta dan alasan keamanan, upaya perlindungan cenderung memiliki keanekaragaman jenis ikan terhadap kawasan ini sempat terabaikan. Hal ini yang lebih tinggi disebabkan ketersediaan ruang kemudian berdampak pada banyaknya hutan yang cukup (baik untuk ikan demersal maupun yang dikonversi menjadi perkebunan sawit, ikan pelagis). Selain itu, perairan hilir juga meningkatnya penebangan liar, perburuan satwa memiliki ketersediaan makanan yang lebih langka, serta penangkapan ikan tidak ramah banyak, tidak hanya bagi ikan air tawar tetapi lingkungan seperti dengan menggunakan racun juga bagi ikan estuari lainnya. Berdasarkan dan sengatan listrik. parameter fisik kimiawi air, Sungai Alas di Kail et al. (2015) mengungkapkan bahwa sekitar Stasiun Penelitian Ketambe memiliki terdapat pengaruh positif kegiatan restorasi ter- arus yang lebih cepat dibandingkan dengan hadap kelimpahan dan keanekaragaman jenis Sungai Alas di seki-tar Stasiun Penelitian ikan. Pengaruh tersebut dapat bersifat langsung Soraya. Topografi lahan di daerah aliran sungai maupun tidak langsung. Secara langsung, ada- sekitar Stasiun Penelitian Ketambe juga masih nya aktivitas restorasi dan rehabilitasi seperti didominasi oleh vegetasi alami, sedangkan di penanaman pohon di sekitar daerah aliran daerah aliran sungai sekitar Stasiun Penelitian sungai dan pemasangan bronjong untuk mena- Soraya terdapat beberapa lokasi yang telah han longsoran tanah dapat berdampak pada me- mengalami alih fungsi lahan menjadi ningkatnya kecerahan perairan. Dengan demi- perkebunan kelapa sawit. kian beberapa jenis ikan yang mencari makan

Volume 19 Nomor 3, Oktober 2019 369 Iktiofauna di Sungai Alas  dengan mengandalkan penglihatan dapat kem- nunjukkan bahwa kajian iktiologi di Indonesia bali hadir ke daerah tersebut. Secara tidak lang- masih perlu mendapat banyak perhatian. sung, adanya perubahan kondisi sosial ekonomi Hadiaty et al. (2019) mengungkapkan bahwa dan persepsi masyarakat di sekitar Sungai Alas saat ini penelitian iktiofauna di Indonesia masih yang tidak lagi menggunakan alat tangkap ikan cenderung menghadapi banyak kendala di anta- tidak ramah lingkungan diduga juga ikut me- ranya terbatasnya dana penelitian, minimnya mengaruhi kehadiran berbagai jenis ikan lain. peralatan pendukung serta kesulitan beradaptasi Berdasarkan kategori status konservasi dengan keberagaman suku dan budaya di IUCN, ikan di Sungai Alas sekitar Stasiun Pe- Indonesia. nelitian Soraya terbagi atas tiga kategori yaitu: Dilihat dari potensi pemanfaatannya oleh sebanyak sepuluh jenis (50%) tergolong keda- manusia, sebanyak 16 jenis (57%) ikan yang lam beresiko rendah (least concern), delapan berhasil dikoleksi berpotensi dijadikan sebagai jenis (40%) tergolong kedalam belum dievaluasi ikan konsumsi, empat jenis (29%) berpotensi (not evaluated), dan dua jenis (10%) tergolong sebagai ikan hias, dan delapan jenis (14%) kedalam informasi kurang (data deficient). Di- berpotensi sebagai ikan konsumsi sekaligus ikan bandingkan dengan hasil penelitian iktiofauna di hias. Beberapa jenis ikan konsumsi bernilai eko- Hutan Harapan Jambi pada tahun 2013, kategori nomis tinggi yaitu ikan jurung (Tor tambra), IUCN di Sungai Alas sekitar Stasiun Penelitian kebaro (Hampala macrolepidota), pahitan (Os- Soraya masih lebih sedikit. Kategori IUCN di teochilus serokan), dan seleng (Osteochilus Hutan Harapan Jambi terbagi atas lima kategori vittatus). Berdasarkan hasil wawancara dengan IUCN yaitu: sebanyak 74 jenis (60%) tergolong nelayan setempat diketahui bahwa harga ikan kedalam belum dievaluasi (not evaluated), 41 jurung berkisar antara Rp. 150.000-170.000 per jenis (33,3%) tergolong ke dalam beresiko ren- kg, ikan kebaro berkisar antara Rp. 60.000- dah (least concern), empat jenis (3,25%) tergo- 90.000 per kg, sedangkan ikan pahitan, dan long ke dalam informasi kurang (data deficient), seleng berkisar antara Rp. 50.000-70.000 per kg. tiga jenis (2,4%) tergolong ke dalam hampir Ikan sing-sing (Hemibagrus sp.) dan seredeng terancam (near theatened), dan satu jenis (0,8%) (Rasbora bankanensis) (Gambar 4 dan 5) meru- tergolong kedalam genting atau terancam pakan dua jenis ikan berpotensi hias yang paling (endangered) (Sukmono et al. 2013). Saat ini sering ditemukan di Sungai Alas. Ikan ini berpo- mayoritas status IUCN terhadap hasil kajian tensi menjadi ikan hias dikarenakan mempunyai iktiofauna di Indonesia didominasi oleh kategori pola warna yang menarik. belum dievaluasi (not evaluated). Hal ini me-

370 Jurnal Iktiologi Indonesia Maghfiriadi et al. 

Gambar 4 Rasbora bankanensis

Gambar 5 Hemibagrus sp.

Ada dua spesies ikan asing yang di- perairan lain di Indonesia di antaranya Sungai koleksi pada penelitian ini yaitu ikan nila Cimanuk, Kabupaten Garut (Yuanda et al. (Oreochromis niloticus) dan ikan sapu-sapu 2012), Sungai Cidanau, Banten (Abdurahim et (Pterygoplichthys pardalis). Keberadaan ikan al. 2004), dan perairan Ciliwung (Elfidasari et nila telah banyak dilaporkan keberadaannya al. 2016). baik pada perairan KEL maupun perairan da- Jumlah ikan asing yang ditemukan di ratan lainnya di Indonesia seperti Sungai Baho- Sungai Alas masih lebih sedikit dibandingkan rok sekitar Stasiun Penelitian Bukit Lawang dengan Sungai Bahorok sekitar Stasiun Peneli- (Haryono 2006), perairan sekitar Stasiun Pene- tian Bukit Lawang yaitu sebanyak empat jenis litian Suaq Balimbing, perairan sekitar Stasiun (Haryono 2006) serta Sungai Ciliwung dan Ci- Penelitian Ketambe (Hadiaty 2005), dan Sungai sadane yaitu sebanyak tujuh jenis ikan (Hadiaty Cisadea, Jawa Barat (Paujiah et al. 2013). Ber- 2011). Keberadaan ikan asing khususnya ikan dasarkan hasil penelusuran, ikan sapu-sapu nila kemungkinan berasal dari aktivitas budi (Pterygoplichthys pardalis) tidak dijumpai di daya ikan di sekitar sungai oleh pengelola kebun perairan KEL lainnya, walaupun demikian ikan yang sengaja dilepas atau terlepas akibat lim- ini dilaporkan telah sering dijumpai di beberapa pahan air ketika terjadi hujan. Terkait kehadiran

Volume 19 Nomor 3, Oktober 2019 371 Iktiofauna di Sungai Alas  ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) ke si. Jumlah ikan asing yang ditemukan sebanyak Sungai Alas masih perlu dilakukan kajian lebih dua jenis yaitu ikan nila (Oreochromis niloticus) lanjut. Menurut Hadiaty (2011), keberadaan dan ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis). ikan-ikan asing tersebut perlu diwaspadai kare- Terdapat satu jenis ikan yang diduga sebagai na berpotensi mengganggu keberadaan ikan asli. ikan jenis baru yaitu sing-sing (Hemibagrus Potensi ditemukannya ikan jenis baru sp.). dalam KEL sudah pernah diungkapkan sebe- lumnya. Kajian iktiofauna yang dilakukan oleh Persantunan Hadiaty (2005), di Sungai Alas sekitar Stasiun Penelitian ini dibiayai oleh Forum Kon- Penelitian Ketambe dan Sungai Lembang seki- servasi Leuser (FKL) melalui program Peneli- tar Stasiun Penelitian Suaq Balimbing berhasil tian Kawasan Ekositem Leuser tahun 2018 (SK menemukan tujuh jenis ikan yang berpotensi No. 4/RST/FKL/II/2018). Ucapan terima kasih sebagai jenis baru yaitu Cyclocheilichthys sp., penulis haturkan kepada Muhammad Isa dan Homaloptera sp., Clarias sp., Leiocassis sp., Yusha Fitra Dani selaku Koordinator Lapangan Ompok sp., Glyptothorax sp.1 dan Glyptothorax dan Manager Stasiun Penelitian Soraya yang sp. Pada penelitian ini, diduga terdapat satu telah memfasilitasi penginapan dan sarana pen- jenis ikan yang berpotensi sebagai ikan jenis dukung pengambilan sampel. Terima kasih pula baru yaitu sing-sing (Hemibagrus sp.) (Gambar kepada Ibu Renny Kurnia Hadiaty (Almh.) yang 5). Ikan ini memiliki perbedaan morfologis de- menyempatkan ikut serta membantu proses ngan ikan dari genus yang sama seperti Hemiba- identifikasi jenis ikan. Kepada Rusdi, Tami, grus caveatus berupa perbedaan warna dan Apong, Awi, Tambo, Mansur dan Kartini yang corak tubuh. Ikan sing-sing (Hemibagrus sp.) ikut membantu bekerjasama, senasib sepenang- memiliki warna kuning cerah dan cenderung gungan membantu pelaksanaan penelitian ini. tidak memiliki corak tubuh, sedangkan Hemi- bagrus caveatus memiliki warna abu-abu dan Daftar pustaka corak berupa garis-garis hitam di bagian tubuh- Abdurahim A, Wargasasmita S, Soewelo IS. 2004. Kelimpahan dan sebaran longitu- nya. Namun demikian, diperlukan kajian lebih dinal ikan-ikan di Sungai Cidanau, Ban- lanjut baik secara morfologis maupun molekuler ten. Jurnal Iktiologi Indonesia, 4(2): 57- 60. untuk memastikan bahwa ikan tersebut merupa- kan jenis baru. Allen G, Coates D, Kaiola P, Burgess W. 1990. Studies on freshwater fishes of New Guinea and Northern Australia. Western Simpulan Australian Museum. 206 p. Kajian iktiofauna di Sungai Alas sekitar Brinda S, Srinivasan M, Balakrishnan S. 2010. Stasiun Penelitian Soraya berhasil mengoleksi Studies on diversity of fin fish larvae in Vellar Estuary, southeast coast of India. sebanyak 20 spesies yang termasuk kedalam World Journal of Fish and Marine Scien- ces, 2(1): 44-50. tiga ordo dan delapan famili. Cryprinidae meru- pakan famili ikan yang paling ditemukan. Ber- Chalar G. 2009. The use of phytoplankton pat- terns of diversity for algal bloom mana- dasarkan potensinya, 16 jenis (57%) yang diko- gement. Limnologica, 39(3): 200-208. leksi berpotensi dijadikan sebagai ikan konsum-

372 Jurnal Iktiologi Indonesia Maghfiriadi et al. 

Chovanec A, Hofer R, Schiemer F. 2003. Fish Hadiaty RK. 2011. Diversitas dan hilangnya as bioindicators. In: Markert BA, Breure jenis-jenis ikan di Sungai Ciliwung dan AM, Zechmeister HG (eds). Bioindica- Sungai Cisadane. Berita Biologi, 10(4): tors and biomonitors: principles, concept 491-504. and applications. Elsevier, Amsterdam. pp 639-676. Hadiaty RK, Sauri S. 2017. Iktiofauna air tawar Pulau Enggano, Indonesia. Jurnal Iktio- Consortium SAFEGE. 2014. An appraisal of the logi Indonesia, 17(3): 273-287. Aceh Provincial spatial plan and options for review specific. Contract No: 2014/ Hadiaty RK, Rahardjo MF, Allen GR. 2019. 349451. Consortium SAFEGE, Brussels, Iktiofauna di pulau-pulau kecil dan te- Belgium. rumbu karang serta jenis-jenis baru ikan air tawar di perairan Indonesia. Jurnal Darwall WRT, Vie J-C. 2005. Identifying im- Iktiologi Indonesia, 19(1): 167-186. portant sites for conservation of fresh- water biodiversity: extending the species- Harrison TD, Whitfield AK. 2006. Tempera- based approach. Fisheries Management ture and salinity as primary determinants and Ecology, 12(5): 287-293. influencing the biogeography of fishes in South African estuaries. Estuarine, Coas- Defira CN, Muchlisin ZA. 2004. Populasi Ikan tal and Shelf Science, 66(1-2): 335-345. di Sungai Alas Stasiun Penelitian Soraya Kawasan Ekosistem Leuser Simpang Kiri Haryono. 2006. Iktiofauna di Danau Semayang- Kabupaten Aceh Singkil, Jurnal Ilmiah Melintang kawasan Mahakam Tengah, MIPA, 7(1): 61-67. Kalimantan Timur. Jurnal Iktiologi Indo- nesia, 6(1): 75-78. Djufri. 2015. Ekosistem Leuser di Provinsi Aceh sebagai laboratorium alam yang Kail J, Brabec K, Poppe M, Januschke, K. 2015. menyimpan kekayaan biodiversitas untuk The effect of river restoration on fish, diteliti dalam rangka pencarian bahan macroinvertebrates and aquatic macro- baku obat-obatan. In: Setyawan AD, phytes: a meta-analysis. Ecological Indi- Sugiyarto, Pitoyo A, Sutomo, Widiastuti cators, 58: 311-321. A, Windarsih G, Supatmi (eds.). Prosi- Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjo- ding Seminar Nasional Masyarakat Bio- atmodjo S. 1993. Freshwater fishes of diversitas Indonesia, 1(7): 1543-1552. Western Indonesia and Sulawesi. Peri- Dudgeon D, Arthington AH, Gessner MO, Ka- plus Edition Ltd., Hong Kong. 221 p. wabata ZI, Knowler DJ, Lévêque C, Naiman RJ, Prieur-Richard AH, Soto D, Laffaille P, Acou A, Gullouet J, Legault A. Stiassny MLJ, Sullivan CA. 2006. Fresh- 2005. Temporal change in European eel, Anguilla anguilla, stock in a small catch- water biodiversity: importance, threats, ment after installation of fish passes. status and conservation challenges. Bio- Fisheries Management and Ecology, logical Reviews, 81(2): 163-182. 12(2): 123-129. Elfidasari D, Qoyyimah FD, Fahmi MR, Puspi- tasari RL. 2016. Variasi ikan sapu-sapu Lepori F, Palm D, Brännäs E, Malmqvist B. (Loricariidae) berdasarkan karakter mor- 2005. Does restoration of structural he- terogeneity in streams enhance fish and fologi di perairan Ciliwung. Jurnal Al- macroinvertebrate diversity? Ecological Azhar Indonesia Seri Sains dan Tekno- Applications, 15(6): 2060-2071. logi, 3(4): 221-225.

Froese R, Pauly D (eds.). 2019. Fishbase. World Muchlisin ZA. 2013. Potency of freshwater wide web electronic publication. www. fishes in Aceh waters as a basis for aqua- culture development program. Jurnal fishbase.org. version (08/2019). Iktiologi Indonesia, 13(1): 91-96. Hadiaty RK. 2005. Keanekaragaman jenis ikan Nicolas D, Lobry J, Le Pape O, Boët P. 2010. di Suaq Belimbing dan Ketambe, Taman Functional diversity in European estua- Nasional Gunung Leuser, Provinsi Nang- groe Aceh Darussalam. Jurnal Biologi ries: relating the composition of fish Indonesia, 3(9): 379-388. assemblages to the abiotic environment. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 88(3): 329-338.

Volume 19 Nomor 3, Oktober 2019 373 Iktiofauna di Sungai Alas 

Novak V, Santodomingo N, Rösler A, Di Mar- India: new approaches, assessment and tino E, Braga JC, Taylor PD, Johnson challenges, Biodiversity and Conserva- KG, Renema W. 2013. Environmental tion, 17(10): 2495-2511. reconstruction of a late Burdigalian (Mio- cene) patch reef in deltaic deposits (East Simanjuntak CPH, Sulistiono, Rahardjo MF, Kalimantan, Indonesia). Palaeogeogra- Zahid A. 2011. Iktiodiversitas di Perairan phy, Palaeoclimatology, Palaeoecology, Teluk Bintuni, Papua Barat. Jurnal Iktio- 374: 110-122. logi Indonesia, 11(2): 107-126.

Paujiah E, Solihin DD, Affandi R. 2013. Struk- Sukmono T, Solihin DD, Rahardjo MF, Affandi tur trofik komunitas ikan di Sungai Cisa- R. 2013. Iktiofauna di perairan hutan dea Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Jur- tropis dataran rendah, Hutan Harapan nal Iktiologi Indonesia, 13(2): 133-143. Jambi. Jurnal Iktiologi Indonesia, 13(2): 161-174. Payne AI. 1986. The ecology of tropical lakes and rivers. John Wiley & Sons, Chister. Tan HH, Kottelat M. 2009. The fishes of the 301 pp. Batang Hari drainage, , with des- cription of six new species. Ichthyologi- Pielou EC. 1975. Ecological diversity. John cal Exploration of Freshwaters, 20(1): Wiley & Sons. New York. 165 p. 13-69.

Rachmatika I. 2004. Fish fauna of the Gunung Wirjoatmodjo S. 1987. The river ecosystem in Halimun National Park, West Java. Bina- the forest area at Ketambe, Gunung mitra, . 126 p. Leuser National Park, Aceh, Indonesia. Advances in Limnology, 28: 239-246. Saanin H. 1984. Taksonomi dan kunci identifi- kasi ikan 1. Binacipta. Jakarta. 245 pp. Yuanda MA, Dhahiyat Y, Herawati T. 2012. Struktur komunitas ikan di hulu Sungai Sarkar UK, Pathak AK, Lakra WS 2008. Con- Cimanuk Kabupaten Garut. Jurnal Pe- servation of freshwater fish resources of rikanan dan Kelautan, 3(3): 229-236.

374 Jurnal Iktiologi Indonesia