CSID Journal of Sustainable City and Urban Development (2018) Vol. 1 Issue 2:23-33 ISSN: 2614-8161

HYPERLOOP ALTERNATIF KONEKTIVITAS TRANSPORTASI KAWASAN JABODETABEK – GERBANGKERTOSUSILO

Okkie Putriani *, Ibnu Fauzi, Imam Basuki, J. Dwiyoko Ansusanto

Magister Teknik Sipil Bidang Transportasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta

ABSTRACT

As one of the pillars of the MP3EI, strengthening connectivity is one of the determinants of the success of the implementation of the acceleration and expansion of the economic development of . Gerbangkertosusila distance (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, , Sidoarjo, Lamongan) based in Surabaya with Jabodetabek (, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) based in Jakarta Megapolitan 769 km if taken through landline line. On the research method used is by the method of evaluation. Based on projection year 2011 National OD 2050 predicted would happen more than 14.8 million movement from Surabaya to Jakarta and to reverse direction to 28.7 million. While the results of the analysis showed in the year 2016 election 18.51% human movement served trains, 39.14% aircraft and 42.35% using other modes. One of the goals of the SDGs are Affordable and Clean Enegy. Hyperloop a high-speed transport innovation designed able to save 5-6 time fuel for air transport and short 2-3 times more efficient if compared to the train. The value of this number being its own consideration of the need for alternative transportation modes as Hyperloop.

Keywords: Connectivity, hyperloop, mode of transportation, movement

ABSTRAK

Sebagai salah satu pilar MP3EI, penguatan konektivitas adalah merupakan salah satu faktor penentu suksesnya pelaksanaan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia. Jarak Gerbang kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) yang berpusat di Surabaya dengan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) yang berpusat di Megapolitan Jakarta 769 km jika ditempuh melalu jalur darat pantura. Pada penelitian metode yang digunakan adalah dengan metode evaluasi. Berdasarkan proyeksi OD Nasional 2011 pada tahun 2050 diprediksi akan terjadi lebih dari 14,8 juta pergerakan dari Surabaya menuju Jakarta dan untuk arah sebaliknya 28,7 juta. Sementara hasil analisa menunjukan pada tahun 2016 pemilihan 18,51% pergerakan manusia dilayani kereta, 39,14% pesawat terbang dan 42,35% menggunakan moda lainya. Salah satu tujuan dari SDGs adalah Affordable and Clean Enegy. Hyperloops ebuah inovasi transportasi berkecepatan tinggi didesain mampu menghemat 5-6 kali bahan bakar untuk rute pendek angkutan udara dan 2-3 kali lebih hemat jika dibanding kereta api. Nilai angka ini menjadi pertimbangan tersendiri dibutuhkannya Hyperloop sebagai moda transportasi alternatif.

Kata Kunci: Hyperloop, konektivitas, moda transportasi, pergerakan

______*Corresponding author: E-mail: [email protected] Putriani, Fauzi, Basuki, Ansusanto

1. PENDAHULUAN Gerbangkertosusila, adalah akronim dari Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan. Pembentukan Satuan wilayah Pembangunan (SWP) Gerbangkertosusila sendiri, menurut Perda Provinsi Jawa Timur No.4/1996 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur dan PP No.47/1996 tentang RTRW Nasional, bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan antar Daerah. Wilayah Gerbangkertosusila merupakan wilayah metropolitan terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Surabaya. Kawasan ini setara dengan istilah Jabodetabek yang berpusat di Jakarta. Jakarta sebagi Ibukota Negara mempunyai karakteristik kebutuhan transportasi yang berbeda, status sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi nasional membutuhkan konektifitas transportasi yang tinggi antara Jakarta dengan pusat ekonomi di daerah- daerah guna memperlancar distribusi serta pemerataan pembangunan. Surabaya sebagai salah satu pintu gerbang penghubung pusat ekonomi nasional dengan kawasan Indonesia timur mempunyai peran sangat vital bagi 110 juta penduduk Indonesia bagian timur. Menurut proyeksi Bappenas dan UNFPA (2013) dalam dokumen “ Indonesia Population Projection 2010 – 2035”, populasi penduduk Indonesia di tahun 2050 diperkirakan akan mencapai 321,37 juta jiwa dan sebanyak 54,7% terpusat di area Pulau Jawa. Semakin padat sebuah kawasan maka akan berbanding lurus dengan kebutuhan transportasi penduduknya terlebih Pulau Jawa menyumbang sekitar 60 persen dari perekonomian nasional. Dewasa ini pergerakan manusia dari Jakarta-Surabaya yang berjarak 769 km jika ditempuh melalu jalur darat pantura dilayani oleh berbagai moda transportasi antara lain bus AKAP, kereta api, kapal roro, pesawat terbang dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi pribadi. Kota Jakarta dan Surabaya sebagai Kota Megapolitan di Indonesia mengakibatkan tingginya kebutuhan transportasi umum yang menhubungkan kedua kota. Dari beberapa moda tersebut kereta api dan pesawat terbang merupakan moda transportasi umum yang dianggap cukup efisien saat ini, namun kedepan melihat pertumbuhan penduduk, ekonomi dan teknologi yang sangat berpengaruh pada kebutuhan transportasi terutama berkaitan dengan efesiensi waktu, energi serta minim polutan sebagai konektor kedua kawasan maka dibutuhkannya sebuah terobosan moda transportasi umum berkelanjutan yang sesuai dengan Transportation Demand Management (TDM) dan Sustainable Development Goals (SDGs). Menurut The Centre of Sustainable Transportation Canada (2002) Sistem transportasi yang berkelanjutan adalah pembatasan emisi, pemborosan dalam kemampuan bumi menyerapnya, meminimalkan penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, membatasi penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui agar kualitasnya tetap terjaga, menggunakan dan memperbarui bagian-bagiannya, dan meminimalkan penggunaan lahan dan produksi yang menimbulkan kegaduhan. Hyperloop adalah mode transportasi penumpang dan barang menggunakan sistem tabung vakum udara yang melebihi kecepatan pesawat udara yang mampu mencapai 700 mph (1,127 km/jam). Pertengahan Maret 2017 Hyperloop Transportation Technologies (HTT) telah singgah ke Indonesia untuk melakukan penandatangan kontrak studi kelayakan dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia sebagai perjanjian pertama Hyperloop di Asia Tenggara, selain di Repubik Ceko, Perancis, dan Abu Dhabi. Dengan hadirnya transportasi umum super cepat Hyperloop berteknologi kapsul kompresor menggunakan jalur khusus pipa vakum raksasa, penelitian dilakukan untuk mengkaji studi komparasi dua moda transportasi ini. Tipe Hyperloop yang akan ditinjau lebih lanjut adalah Alpha by Hyperloop-One , kendaraan umum yang mampu

24

Hyperloop Alternatif Konektivitas Transportasi Kawasan Jabodetabek – Gerbangkertosusilo

melaju hingga 1.226 km/jam. Kecepatan tersebut dapat menempuh jarak Jakarta - Surabaya dengan waktu 36 menit.

2. TINJAUAN PUSTAKA Konektivitas Transportasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) terdiri atas tiga strategi utama meliputi (1) pembangunan koridor ekonomi Indonesia, (2) penguatan konektivitas nasional dan (3) percepatan pengetahuan dan teknologi yang handal. Sebagai salah satu pilar MP3EI, penguatan konektivitas adalah merupakan salah satu faktor penentu suksesnya pelaksanaan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia. Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain. Sedangkan Moda Transportasi adalah jenis atau bentuk (angkutan) yang digunakan untuk memindahkan orang dan atau barang dari tempat asal ketempat lain (tujuan) (Morlok, 1978). Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar. Dalam hal angkutan massal, biaya angkutan menjadi beban tanggung jawab bersama, sehingga sistem angkutan umum menjadi lebih efisien karena biaya angkutan menjadi semakin murah. Keberadaan angkutan umum, apalagi yang bersifat massal, berarti pengurangan jumlah kendaraan yang lalu-lalang di jalan. Hal ini sangat penting artinya berkaitan dengan pengendalian lalu lintas (Warpani, 2002).

Transport demand management Transportation Demand Management (TDM) yang juga dikenal dengan sebutan mobility management meliputi semua metode yang dapat meningkatkan pemanfaatan fasilitas dan sarana transportasi yang telah ada dengan lebih efisien dengan mengatur atau meminimalisasi pemanfaatan kendaraan bermotor dengan mempengaruhi perilaku perjalanan yang meliputi: frekuensi, tujuan, moda dan waktu perjalanan (Tanariboon, 1992 dan OTE, 2002).

Sustainable development goals (SDGs) SDGs adalah 17 tujuan yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. Tujuan ini dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030. Saat itu sebanyak 193 negara anggota PBB mengadopsi secara aklamasi dokumen berjudul ”Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development” atau ”Mengalihrupakan Dunia Kita: Agenda Tahun 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan”. Salah satu tujuan dari SDGs adalah Affordable and Clean Enegy : Energi bersih dan terjangkau yang intinya menjamin akses ke energy yang terjangkau, handal, berkelanjutan dan modern untuk semua.

3. METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini meode yang digunakan adalah metode penelitain evaluatif. Menurut Arikunto (2007), evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan

25

Putriani, Fauzi, Basuki, Ansusanto

alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Secara garis besar prosedur penelitian yang dilakukan disajikan dalam Gambar 1.

PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA ANALISIS DATA KESIMPULAN PENELITIAN Data Primer 1. Analisis kondisi 1. Kondisi 1. Studi Pustaka Survey pengamatan lapangan eksisting t ransportasi eksisting 2. Penyususnan dan persepsi & pergerakan transportasi Metodologi Data Sekunder penumpang 2. Prediksi Penelitian 1. Dokumen perencanaan dan 2. Analisis suistanable pergerakan pengembangan wilayah transportation penumpang 2. Dokumen studi dan kondisi 3. Kajian pengembangan 3. Potensi transportasi Hyperloop Hyperloop 3. Data statistik

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian 4. HASIL DAN DISKUSI Pada penelitian Wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) merupakan wilayah metropolitan terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Surabaya. Kawasan ini setara dengan istilah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) yang berpusat di Jakarta. Kondisi tersebut mengakibatkan tingginya kebutuhan transportasi umum yang menhubungkan kedua kota, berikut adalah pergerakan yang terjadi antara Kawasan Gerbangkertosusila dan Jabodetabek Tabel 1. Proyeksi Pergerakan Area Surabaya-Jakarta OD 2016

Adm. Kota Kota Tujuan Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Kab. Kota Kota Kota Tange- Kep. Bekasi Tange- Tangerang Pusat Utara Barat Selatan Timur Bogor Bogor Bekasi Depok rang Asal Seribu rang Selatan Sidoarjo 3,172 112,937 167,354 183,695 183,217 234,403 351,309 246,720 96,796 222,641 119,269 220,755 211,777 221,398 Mojokerto 1,438 48,858 72,419 79,420 79,398 101,490 152,317 107,081 41,957 96,489 51,804 72,778 69,795 72,990 Lamongan 1,196 42,454 63,033 69,104 68,883 88,210 132,167 93,303 36,227 84,170 44,951 98,361 94,367 98,647 Gresik 1,718 60,999 90,399 99,042 98,811 126,450 189,501 133,210 52,048 120,147 64,440 124,790 119,595 125,153 Bangkalan 1,274 45,059 66,673 73,393 73,210 93,531 139,961 98,636 38,506 89,129 47,592 107,111 102,625 107,423 Kota Mojokerto 156 5,524 8,176 8,966 8,963 11,459 17,196 12,087 4,742 10,908 5,839 9,584 9,191 9,612 Kota Surabaya 3,152 238,742 475,503 591,208 173,263 591,260 340,769 238,930 93,749 219,043 115,869 238,518 228,828 239,213 Sumber : Proyeksi Data OD Nasional 2011 Tabel 2. Proyeksi Pergerakan Area Jakarta - Surabaya OD 2016

Tujuan Kota Kota Gresik Bangkalan Mojokerto Sidoarjo Lamongan Asal Mojokerto Surabaya Adm. Kep. Seribu 1,499 1,245 1,401 162 3,660 2,351 1,808 Jakarta Pusat 37,585 31,123 35,300 4,086 199,941 59,099 45,346 Jakarta Utara 71,812 59,369 67,457 7,794 495,895 112,902 86,799 Jakarta Barat 84,088 69,847 79,065 9,137 801,284 132,445 101,706 Jakarta Selatan 77,540 64,399 73,058 8,442 189,961 122,100 93,705 Jakarta Timur 97,805 81,094 92,046 10,635 645,885 153,970 118,273 Kab. Bogor 189,759 157,101 178,849 20,665 464,095 298,752 229,426 Bekasi 171,308 142,191 161,470 18,657 417,897 269,449 207,997 Kota Bogor 45,949 38,104 43,433 5,027 112,564 72,571 55,442 Kota Bekasi 125,689 104,520 118,362 13,697 311,656 197,803 152,641 Kota Depok 76,719 63,512 72,316 8,343 187,619 120,591 92,774 Tangerang 136,634 131,463 93,438 12,594 355,192 205,270 186,692 Kota Tangerang 116,973 112,516 80,050 10,788 304,399 175,910 160,000 Kota Tangerang Selatan 150,674 144,971 103,039 13,888 391,688 226,362 205,875 Sumber : Proyeksi Data OD Nasional 2011 dari Tabel 1. dapat dilihat pergerakan manusia dari Surabaya-Jakarta di tahun 2016 mencapai 11 juta lebih dan untuk pergerakan dari Jakarta-Surabaya hampir mendekati

26

Hyperloop Alternatif Konektivitas Transportasi Kawasan Jabodetabek – Gerbangkertosusilo

angka 12,7 juta pergerrakan. Saat ini pergerakan manusia dari Jakarta-Surabaya dilayani oleh berbagai moda transportasi umum antara lain bus AKAP, kereta api, kapal roro, pesawat terbang dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi pribadi. Dari beberapa moda tersebut kereta api dan pesawat terbang merupakan moda transportasi umum yang dianggap cukup efisien dari segi waktu. Kereta api Berdasarkan data PT. (Persero) sepanjang tahun 2016 ada hampir 4,4 juta penumpang yang menggunakan moda Kereta Api baik untuk relasi Surabaya- Jakarta maupun sebaliknya dan pada 5 tahun terakhir pertumbuhan penumpang kereta api mencapai 15%. Setiap hari ada 9 rangakain Kereta Api yang melayani rute tersebut diantaranya adalah Argo Bromo Anggrek, Bima, Sembrani, Gumarang, Kertajaya, Bangunkarta, Jayabaya dan Gaya Baru Malam Selatan. Kereta api yang beroperasi menggunakan lokomotif CC206 dengan kecepatan 70 hingga 120 km/jam, waktu tempuh untuk rute Jakarta-Surabaya dengan KA eksekutif Argo Bromo Angrek maupun Sembrani adalah 9 - 10jam dengan jumlah penumpang harian untuk relasi Jakarta- Surabaya 5.395 penumpang dan rute sebaliknya 6.040 penumpang. Pesawat terbang Konektivitas Jakarta-Surabaya melalui moda transportasi udara setiap tahunnya tumbuh di kisaran angka 5%. Untuk rute penerbangan Surabaya-Jakarta rata-rata dilayani oleh 120 penerbangan setiap harinya dengan jumlah pergerakan penumpang mencapai 12.760 pax baik yang menuju Jakarta via Bandara Halim Perdana Kusuma maupun Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, sedangkan rute sebaliknya adalah 12.554 pax. Kondisi perekonomian yang terus membaik dan peningkatnya pertumbuhan kelas menengah di Indonesia menjadi salah satu faktor pemicu bergairahnya maskapai untuk membuka rute penerbangan Jakarta-Surabaya, meski demikian kondisi infrastruktur Bandara yang tidak mendukung secara optimal pertumbuhan tersebut karena pada umumnya kondisi Bandara Juanda dan Halim Perdana Kusuma serta Soekarno-Hatta sudah mendekati pada tahap maksimal didalam pengembangannya. Urgensi sustainable transportation Sustainibilitas transportasi sendiri dapat didefiniskan sebagai berikut: “Sustainable transportation is about meeting helping meet the mobility needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their needs .” (WCED 1987). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sub bab Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan beberapa sasaran utamanya adalah 1. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antar moda, melalui Menurunnya waktu tempuh rata-rata per koridor (jam) untuk koridor utama dari 2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam per 100 km pada lintas-lintas utama. 2. Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan transportasi. 3. Tersedianya infrastruktur yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrem dengan menurunkan tingkat emisi sesuai dengan Rencana Aksi Nasional untuk menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN- GRK) di sektor transportasi dan energi sebesar 4,95 persen dengan usaha sendiri, atau 9,66 persen ditambah dengan bantuan asing dari Business as Usual (BAU) hingga tahun 2020.

27

Putriani, Fauzi, Basuki, Ansusanto

Berikut adalah kondisi transportasi penghubung Jakarta-Surabaya di tahun 2016 yaitu moda kereta api dan pesawat terbang yang disampaikan Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Moda Transportasi Harian Yang Digunakan Tahun 2016 Rute Moda Total Pealayanan Kereta Api Pesawat Terbang Lainnya SBY-JKT 19.97% 42.19% 37.84% 100.00% JKT-SBY 17.06% 36.08% 46.86% 100.00% Average 18.51% 39.14% 42.35% 100.00% Sumber : PT KAI dan PT Angkasa Pura 1, diolah dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 65.036 pergerakan orang dari Jakarta- Surabaya maupun sebaliknya hanya 18,51% yang sudah tercover oleh Kereta Api, 39,14% Pesawat Terbang dan sisanya sebanyak 42,35% menggunakan moda transportasi lain seperti Bus AKAP dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi laut kapal roro dan kendaraan pribadi. Dan pada Tabel 4. disajikan informasi mengenai predik jumlah pergerakan penumpang dari tahun 2020 sampai dengan 2050. Tabel 4. Prediksi Jumlah Pergerakan Tahun Jumlah Penumpang ( day ) Jumlah Penumpang ( year ) SBY-JKT JKT-SBY Total SBY-JKT JKT-SBY Total 2016 30,246 34,790 65,036 11,039,622 12,698,483 23,738,105 2020 31,312 38,335 69,647 11,428,847 13,992,374 25,421,221 2025 32,692 43,218 75,910 11,932,533 15,774,535 27,707,068 2030 34,133 48,722 82,855 12,458,417 17,783,685 30,242,102 2035 35,637 54,928 90,565 13,007,477 20,048,734 33,056,211 2040 37,207 61,924 99,132 13,580,735 22,602,274 36,183,009 2045 38,847 69,811 108,658 14,179,257 25,481,050 39,660,307 2050 40,559 78,703 119,262 14,804,157 28,726,486 43,530,644 Sumber : Proyeksi Data OD Nasional 2011 Distribusi Moda Transportasi Harian Yang Digunakan Tahun 2016 ada 3 moda transportasi utama yang digunakan mobilitas dari Jakarta-Surabaya maupun arah sebaliknya yaitu Pesawat Terbang, Kereta Api dan Angkutan darat berbasis jalan raya, dari masing-masing moda mempunyai kelemahanya masing-masing baik didalam pengoperasianya maupun pengembangan seperti disampaikan pada Tabel 5. Efisiensi waktu, energi, frekuensi, dan cost menjadi faktor utama di dalam sustainable transportation jika melihat tabel 5. diatas angkutan jalan (bus) mempunyai harga tiket dengan kisaran cukup terjangkau oleh masyarakat hal ini ditunjukan dengan hampir 42% pengguna angkutan umum Jakarta-Surabaya menggunakan Bus, namun angkutan bus memiliki ketepatan yang buruk dan selisih efesiensi waktu bila dibanding dengan moda lain cukup jauh. Melihat kondisi diatas kedepan jika tidak ada sebuah terobosan yang tepat akan menimbulkan masalah baru dari masalah sosial, ekonomi dan lingkungan sehingga diperlukanya sebuah perencanaan transportasi yang matang dan berkelanjutan serta mengadopsi moda transportasi yang efesien baik dari segi waktu, biaya, energi dan mampu mendukung pemenuhan kebutuhan masyarakat di dalam meningkatkan pendapatan per kapita.

28

Hyperloop Alternatif Konektivitas Transportasi Kawasan Jabodetabek – Gerbangkertosusilo

Tabel 5. Kelemahan Moda Transportasi Penghubung Jakarta-Surabaya

Moda Transportasi Indikator Pesawat Terbang Kereta Api Angkutan Jalan (Bus) Efesiensi Waktu 1 hour 10 minute 9 hour 14 hour 45 minute Kecepatan up to 800km/jam up to 120 km/jam up to 125 km/jam Ketepatan Relatif tepat waktu, namun sangat Relatif tepat waktu Jarang tepat waktu karena sangat di pengaruhi oleh dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan kondisi lalulintas jalan/kemacetan mesin pesawat (faktor teknis) Frekuensi 60 penerbangan/ day 9 Keberangkatan/ day 10 Keberangkatan/ day Kapasitas up to 220/ flight up to 1484/keberangkatan up to 53/bus (ekonomi class ) Konsumsi Energi 0.16 lt/km/orang 0.002 lt /km/orang 0.0125 lt/km/orang Kadar Emisi CO2 54.3 kgs/ passenger 17.8 kgs/ passenger 68.5 kgs/ passenger Tarif IDR 399 K - 1645 K IDR 150 K - 465 K IDR 200 K - 350 K Pengembangan Terkendala pada terbatasnya Belum ada pihak swasta yang Tergantung pada kondisi ruas jalan yang tersedia, runway dan kapasitas masuk sehingga saat ini terkesan pertumbuhan jalan di Indonesia setiap tahunnya terminal/ airport masih dimonopoli oleh PT. KAI hanya 1%. Kondisi jalan eksisting 23,31 % dalam sehingga pengembangan untuk kondisi sedang, 19,78 % dalam kondisi rusak relasi ini cukup lambat dan 14,71% dalam kondisi rusak berat Sumber : Diolah dari berbagai sumber Hyperloop Hyperloop adalah mode transportasi penumpang dan barang menggunakan sistem tabung vakum udara yang melebihi kecepatan pesawat udara yang mampu mencapai 700 mph (1,127 km/jam). Teknologi Hyperloop menggunakan maglev, motor induksi linier yang terletak di sepanjang tabung untuk mempercepat dan memperlambat kapsul dengan kecepatan yang sesuai setiap rute tabung. Rolling resistance dihilangkan dan hambatan udara menjadi berkurang, kapsul dapat meluncur dengan tranfer udara bertekanan tinggi ke rendah. (Musk, 2013). Konsep Hyperloop secara eksplisit dilaksanakan dengan open-sourced oleh Elon Musk dalam hal ini Tesla dan SpaceX serta dikompetisikan untuk dapat dikembangkan secara lebih mendalam. Beberapa perusahaan komersial dan kelompok mahasiswa mengejar perkembangan teknologi Hyperloop dengan pesat (Chee, 2015). Beberapa perusahan dan kelompok akademisi yang secara profesional mengembangkan konsep Hyperloop: 1. MIT (Massachusetts Institute of Technology), satu kelompok berisi 30 tenaga ahli, dengan pendekatan sistem levitasi dan suspensi elektrodinamik. (Lee, 2016) 2. Hyperloop One , sistem propulsi Hyperloop yang dites pada gurun pasir Nevada. Termasuk bekerja sama dengan Dubai, Uni Emirat Arab dan Moskow, Rusia. (Marcus, 2016) 3. Delft Hyperloop , dari Netherlands memberikan usulan rute Eropa dari Paris ke Amsterdam. (van Miltenburg, 2016) 4. Hyper Polandia , berbasis mahasiswa Warsaw University of Technology mengusulkan Hyperloop untuk rute potensial Cracow ke Gdansk, Polandia. (Wedziuk, 2016) 5. Transpod , pengembangan hyperloop dari Kanada yang mengembangkan Hyperloop antara Toronto dan Montreal. (Bambury, 2016) 6. HTT (Hyperloop Technology Transportation) , pengembang Hyperloop yang melakukan perjanjian dengan dengan beberapa negara, seperti pemerintah India, Slowakia dan Indonesia.

29

Putriani, Fauzi, Basuki, Ansusanto

Dan berikut adalah komponen Hyperloop Alpha yang akan dikembangkan di Indonesia oleh perusahaan HTT (Hyperloop Technology Transportation)

Gambar 2. Spesifikasi Hyperloop

Kajian peluang pengembangan Hyperloop Di dalam konsep sustainable transportation oleh World Commission on Environment and Development (WCED) secara implisit tercakup 3 (tiga) dimensi, yakni: 1. Sustaibilitas ekonomi ( economic efficiency ), yakni di dalam pembangunan, maka aspek efisiensi ekonomi harus menjadi tujuan. Di dalam sektor transportasi, maka efisiensi, kelancaran, keselamatan, dan efektivitas transportasi harus menjadi pertimbangan. 2. Sustainibilitas lingkungan ( ecological stability ): yakni di dalam pembangunan transportasi maka keseimbangan lingkungan tidak terganggu, baik oleh emisi maupun penggunaan infrastruktur, agar ekosistem yang ada tetap stabil sesuai fungsi ekologinya. 3. Sustainibilitas sosial ( distributional / social equity ); yakni kebutuhan dan kemerataan sosial harus dijamin di lama pembangunan transportasi. Semua stakeholders harus menjadi pertimbangan yang tidak terpisahkan dari tujuan-tujuan lainnya.

Ketiga dimensi ini telah terpenuhi dalam kriteria pengembangan Hyperloop yang termuat dalam Report “Hyperloop Commercial Feasib ility Analysis: High Level Overview” dikeluarkan oleh US. Departement of Transportation dan diteliti lebih lanjut oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA). Faktor kecepatan dan konsumsi energi menjadi dua faktor unggulan Hyperloop, dengan kecepatan rata-rata 600 mph mampu memangkas waktu tempuh antara Jakarta-Surabaya yang semula 70 menit jika menggunakan moda transportasi pesawat menjadi 36 menit. Bahan bakar Hyperloop yang menggunakan listrik dan sumber daya tenaga matahari membuat moda transportasi ini zero emission pada fase operasi, hal tersebut disampaikan pada Tabel 6.

30

Hyperloop Alternatif Konektivitas Transportasi Kawasan Jabodetabek – Gerbangkertosusilo

Tabel 6. Hyperloop Commercial Feasibility Analysis: High Level Overview

Indikator Hyperloop Commercial Feasibility Analysis Waktu Perjalanan Kecepatan Maksimal 720 mph (HTT), 750 mph (HT), 760 mph (Alpha) Kecepatan rata-rata 600 mph (Alpha, SF to LA) Frekuensi 30 – 120 per jam dengan 30 detik - 2 menit headway Tarif Los Angeles - San Francisco $20 tetapi belum menutup biaya proyek (Alpha) Kenyamanan Penumpang Belum diketahui, Potensi mabuk perjalanan “ Vomit Comet ” Keandalan Terlindung dari cuaca Konsumsi Energi Bahan bakar Listrik Sumber daya Tenaga matahari dengan cadangan bateri Konsumsi Energi British Thermal Unit Rute pendek: 5-6x lebih hemat bahan bakar dari angkutan udara standart (BTUs) tiap penumpang Rute panjang: 2-3x lebih hemat bahan bakar dari kereta api Emisi - Fase Operasi Tidak ada ( Zero ) Emisi - Fase Konstruksi Tidak nol, berdasarkan pembuatan tabung dan kendaraan Kapasitas Kapasitas - penumpang per kendaraan 28 per kendaraan (fleksibel) Kapasitas - penumpang per penumpang 840 – 3,360 per jam Penumpang per tahun 15 juta per tahun (kapasitas maksimum) Sistem Interoperabilitas Tidak interoperabilitas, tidak mampu menyediakan transit lokal Biaya Kapital dari Mode Biaya infrastruktur ( per mile ) Alpha: $17 juta Hyperloop Technologies : $25-27 juta (minus lahan) $64 juta (di bawah air) Transportasi Catatan Berdasarkan dari proposal estimasi yang dipresentasikan oleh Hyperloop Alpha. HT diperkirakan termasuk akusisi lahan Sumber : US. Departement of Transportation Konsumsi energi Hyperloop didesain mampu menghemat 5-6 kali bahan bakar untuk rute pendek angkutan udara dan 2-3 kali lebih hemat jika dibanding kereta api. Dan berikut adalah Petunjuk Perkiraan Biaya untuk Hyperloop yang tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Petunjuk Perkiraan Biaya Component Cost Note (Million USD) Tube Construction 650 709.2 miles of Tube Pylon Construction 2550 25k pylons Tunnel Construction 600 15.2 miles of tunnel Propulsion 140 Linear induction motors Solar Panels & Batteries 210 Panels cover both tubes Station & Vacuum Pumps 260 2 stations @ $125 m each Permits & Land 1000 2 stations @ $125 m each Total 5410 Sumber : US. Departement of Transportation Tabel 7. menunjukkan biaya perkomponen dari 354,6 mil atau setara 570,67 km rute pada Hyperloop Alpha yang digunakan untuk mobilasi penumpang. Perhitungan ini tidak termasuk biaya pods. Jarak ini hampir sama dengan Bandung - Surabaya melalui jalur transportrasi udara.

5. KESIMPULAN DAN SARAN Wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) merupakan wilayah metropolitan terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Surabaya. Kawasan ini setara dengan istilah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,

31

Putriani, Fauzi, Basuki, Ansusanto

Tanggerang, Bekasi) yang berpusat di Jakarta. Kondisi tersebut mengakibatkan tingginya kebutuhan transportasi umum yang menhubungkan kedua kota, pergerakan yang terjadi antara Kawasan Gerbangkertosusila dan Jabodetabek sepanjang tahun 2016 adalah 23.738.105 pergerakan penumpang.

Berdasarkan data yang di olah dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Angkasa Pura I (Persero) diketahui bahwa dari 65.036 pergerakan orang dari Jakarta-Surabaya maupun sebaliknya hanya 18,51% yang sudah tercover oleh Kereta Api, 39,14% Pesawat Terbang dan sisanya sebanyak 42,35% menggunakan moda transportasi lain seperti Bus AKAP dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi laut kapal roro dan kendaraan pribadi.

Efisiensi waktu, energi, frekuensi, dan cost menjadi faktor utama di dalam sustainable transportation jika melihat tabel 5. angkutan jalan (bus) mempunyai harga tiket dengan kisaran cukup terjangkau oleh masyarakat hal ini ditunjukan dengan hampir 42% pengguna angkutan umum Jakarta-Surabaya menggunakan Bus, namun angkutan bus memiliki ketepatan yang buruk dan selisih efesiensi waktu bila dibanding dengan moda lain cukup jauh.

Faktor kecepatan dan konsumsi energi menjadi dua faktor unggulan Hyperloop, dengan kecepatan rata-rata 600 mph mampu memangkas waktu tempuh antara Jakarta-Surabaya yang semula 70 menit jika menggunakan moda transportasi pesawat menjadi 36 menit. Bahan bakar Hyperloop yang menggunakan listrik dan sumber daya tenaga matahari membuat moda transportasi ini zero emission pada fase operasi. Konsumsi energi Hyperloop didesain mampu menghemat 5-6 kali bahan bakar untuk rute pendek angkutan udara dan 2-3 kali lebih hemat jika dibanding kereta api

Dalam mengatasi permasalahan transportasi serta pemenuhan kebutuhan demand perlu adanya konektivitas antar moda, Hyperloop hadir sebagai komplementer dari moda transportasi yang sudah ada dan kedepan Pemerintah perlu membuat sebuah peraturan baku maupun regulasi tertulis yang mengatur moda transportasi Hyperloop lebih lanjut.

Di dalam penelitian ini perlu diadakan kajian lebih lanjut dari aspek ekonomi maupun finansial yang lebih meluas guna mendapatkan hasil yang rinci, detail dan tepat. Perlu diadakan penelitian lebih mendalam mengenai kenyamanan penumpang moda transportasi Hyperloop.

DAFTAR REFERENSI Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Bambury, 2016. Toronto to Montreal in less than 30 minutes. How a Canadian company plans to make it happen. CBC Radio: Canada Catherine L. Taylor, David J. Hyde, Lawrence C. Barr. (2016) . ” Hyperloop Commercial Feasibility Analysis: High Level Overview” . US. Department of Transportation. USA. Chee, Alexander. 2015. The Race to Create Elon Musk’s Hyperloop Heats Up. Wall Street Journal. Deacon, Bob. 1983. Social Policy and Socialism. Pluto Press.

32

Hyperloop Alternatif Konektivitas Transportasi Kawasan Jabodetabek – Gerbangkertosusilo

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Heidenheimer, Arnold J.; Hugo Heclo; Carolyn Teich Adams. 1983. Comparative Public Policy. St. Martin’s Press. Jones, Gavin W. 2010. The 2010-2035 Indonesian Population Projection: Understanding the Causes, Consequences and Policy Option for Population and Development. UNFPA: Jakarta Lee, Dave. 2016. Magnetic Hyperloop pod unveiled at MIT. BBC News: Nort America Marcus, Steve 2016. 0 to 400 mph in 2 seconds? Russian Railways eyes supersonic Hyperloop technology. Reuters: England. Morlok, Edward K., 1978, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi , Penerbit Erlangga. Jakarta Munda, G. 2005. Multi Criteria Decision Analysis and Sustainable Development. State of the Art Surveys. Springer: New York. Musk, Elon. 2013. Hyperloop Alpha. SpaceX. NN, 2002, Definition and Vision of Sustainable Transportation, Canada: The Centre fot Sustainable Transport Raka, G. 2003. Menggarisbawahi Peran Idealisme, Karakter dan Komunitas dalam Transformasi Institusi. Makalah Orasi Ilmiah. Sidang Terbuka Senat Peringatan Dies Natalis ke-44 Institut Teknologi Bandung. 2 Maret. Bandung. Renn, O., Webler, T., Rakel, H., Dienel, P. dan Johnson, B. 1993. Public participation in decision making: A three-stage procedure. Science Policy. Tanariboon, Yordphol. (1992). An Overtime and Future Direction of TDM in Asian Metropolises. Regional Development Dialogue vol.13 no.3 Van Miltenburg, Olaf. 2016. TU Delft onthult Hyperloop-ontwerp Vervoermiddel van de toekomst. Means of transport of the future. Tweaker: Dutch. Warpani, P. Suwardjoko. (2002). Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: Penerbit ITB. WCED. 1987. Our Common Future. OxfordUniversity Press, Oxford. Wedziuk, Emilia. 2016. Hyperloop made in Poland gets more and more realistic. ITkey Media: Poland.

33