POTENSI RUANG WISATA BUDAYA BETAWI DI

Dini Rosmalia Penulis1, Euis Puspita Dewi2, Ramadhani Isna Putri3

1,3Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jakarta 2)Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Persada YAI, Jakarta

1,3Jl. Raya Lenteng Agung No. 56-80, RT. 1/RW.3, Srengseng Sawah, Kec. , Jakarta Selatan 13)JJl. Dipenogro No. 7, RT.2/RW.6, Kenari, Kec. , Jakarta Pusat E-mail : [email protected],[email protected]

ABSTRAK

Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang banyak memiliki beragam potensi, salah satu diantaranya berupa wisata budaya Betawi. Budaya Betawi yang merupakan budaya asli Jakarta sangat mungkin hilang tergerus oleh zaman jika tidak diperhatikan. Padahal banyak sumber daya wisata budaya potensial yang dapat diangkat menjadi daya tarik wisata budaya kota Jakarta. Untuk itu perlu dilakukan indentifikasi kawasan budaya Betawi yang potensial untuk diangkat menjadi obyek wisata budaya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kawasan sebagai lanskap budaya Betawi, menganalisis potensi kawasan wisata budaya Betawi Kota Jakarta dan menghasilkan rekomendasi tata ruang budaya Betawi sebagai sumber daya wisata budaya Betawi kota Jakarta. Metode yang digunakan berupa identifikasi kawasan sebagai lanskap budaya dan analisis dengan skoring dan pembobotan pada parameter keunikan dan kekhasan, keindahan dan kenyamanan lingkungan, variasi kegiatan, pencapaian, serta sarana dan prasarana wisata. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat kawasan yang termasuk dalam klasifikasi tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata yaitu Kota Tua, Pasar Baru, Rawa Belong, dan Setu Babakan yang masing-masing perlu dikembangkan dan direncanakan berdasarkan potensinya.. Kata kunci: lanskap budaya, budaya Betawi, wisata budaya, tata ruang

ABSTRACT

Jakarta is the capital of Indonesia has many diverse potential, one of them a city tour. This potensial has planned as a cultural tourism. However, the development has not been planned comprehensively. There are many potential cultural tourism resources that can be lifted into a tourist attraction. It is necessary to identificate potential areas for the Betawi culture became an cultural object tourism. Planning activities are necessary to support cultural tourism Betawi in Jakarta. The purpose of this study are to identify the area as a cultural landscape Betawi, analyze the potential of the tourist area of Jakarta and the Betawi culture, produce recommendations spatial Betawi culture as Betawi cultural tourism resources of the city.The method used the scoring with the parameters: uniqueness and peculiarity, beauty and convenience of the environment, variety of activities, achievements, as well as tourist facilities and infrastructure. The results showed that there are four areas included in the classification and has the potential to be developed as a tourist area is the Old Town, Pasar Baru, Rawa Belong, and Setu Babakan that each of these areas must to be develop and plan base on potensial. Keyword: cultural landscape, Betawi culture, cultural tourism

IKRA-ITH TEKNOLOGI Vol 3 No 2 Bulan Juli 2019 1 1. PENDAHULUAN Timur dan Jakarta Selatan. Sedangkan wilayah Kepulauan Seribu tidak termasuk Sebagai Ibukota Negara Indonesia, sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini Kota Jakarta memiliki kebudayaan Betawi menggunakan metode survei yang merupakan kebudayaan asli dan pengumpulan data dengan cara studi sebagai salah satu identitas kota. literatur, pengamatan di lapangan dan Kebudayaan Betawi dikenal sebagai wawancara melalui expert judgement. budaya yang memiliki pluralitas tinggi, Data yang dikumpulkan meliputi data terbentuk dari proses asimilasi antara primer berupa data fisik dan non fisik di penduduk pribumi dengan berbagai unsur lapangan, serta data sekunder berupa dari luar yang bercampur dalam waktu literatur yang terkait dengan lanskap yang lama atau sering dikenal dengan budaya, budaya betawi dan tentang wisata istilah melting pot. budaya. Adapun tahap penelitian terdiri Seiring dengan waktu, budaya dari pengumpulan data dengan studi Betawi yang seharusnya menjadi identitas literatur, survei dan observasi, wawancana kota, semakin jauh dari akar budayanya, dan diskusi. Adapun kriteria penilaian akibat berbagai kepentingan di kota dapat dilihat pada Tabel 2. Jakata, baik akibat masuknya budaya luar maupun kepentingan komersil. Dengan Tabel 2. Kriteria Penilaian Lanskap kondisi-kondisi tersebut, dikhawatirkan Budaya (Budiaman, et.al, 2000) kebudayaan Betawi akan semakin hilang Tahap 1 Tahap 2 keberadaannya. Oleh karena itu sebagai Foklor Betawi Kriteria Lanskap sumber daya kebudayaan yang potensial, (Budiaman et.al. 000) Budaya kebudayaan Betawi perlu digali, (Jane & Steve 1996) dilestarikan dan dikembangkan agar tidak 1. Bahasa dan 1. Nilai keunikan ungkapan 2. Keterwakilan hilang keberadaannya. Budaya Betawi ini tradisional 3. Kontinuitas dari diharapkan dapat menjadi potensi wisata 2. Puisi dan prosa masa lalu hingga kota Jakarta. 3. Nyanyian rakyat kini Tujuan penelitian ini adalah 1) 4. Kepercayaan 4. Integritas bahan dan 5. Permainan dan hubungan antar mengidentifikasi kawasan sebagai hiburan komponen lanskap budaya Betawi, 2) menganalisis 6. Drama Rakyat 5. Interpretability potensi kawasan wisata budaya Betawi 7. Tari-tarian 6. Asosiasi (dengan Kota Jakarta., 3) menghasilkan 8. Adat kebiasaan, orang-orang rekomendasi tata ruang budaya Betawi upacara dan penting, kelompok, pesta-pesta dan peristiwa) sebagai sumber daya wisata budaya 9. Arsitektur Rakyat 7. Hubungan dan Betawi kota Jakarta. Melalui kajian ini, 10. Seni kerajinan durasi dengan perencanaan wisata budaya di Kota tangan peristiwa Jakarta diharapkan dapat tepat sasaran dan 11. Pakaian dan 8. Mempunyai perhiasan ekspresi landscape sesuai berdasarkan tingkat potensinya 12. Obat-obatan terbaik masing-masing. Pada akhirnya 13. Makanan dan 9. Kegiatan& asosiasi masyarakat penghuni ataupun pengunjung minuman yang jelas Kota Jakarta mendapatkan gambaran 14. Alat musik, 10. Usia secara utuh mengenai Kebudayaan Betawi senjata dan 11. Simbol penting Mainan 12. Keragaman Kota Jakarta. 15. Bahasa Isyarat landscape terwakili

2. METODOLOGI Tahapan penelitian yang dilakukan terdiri dari pengumpulan data dan identifikasi Penelitian dilakukan di Provinsi dan analisis-sintesis, yang akan dibahas di DKI Jakarta, yang terdiri dari Jakarta bawah ini. Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta

2 IKRA-ITH TEKNOLOGI Vol 3 No 2 Bulan Juli 2019 Pengumpulan Data dan Identifikasi latar belakang, yaitu 2 (dua) orang akademisi dan 1 (satu) orang profesional. Pengumpulan data bertujuan untuk Teknik penilaian dilakukan melalui mengidentifikasi lokasi sumber daya skoring berdasarkan parameter keunikan, lanskap budaya. Kegiatan ini dilakukan kelangkaan, dan kekhasan, keindahan dan dengan triangulasi berupa studi literatur, kenyamanan lingkungan, potensi obyek wawancara dengan beberapa narasumber, dan atraksi wisata, dan posisi dan dan survei ke lokasi penelitian. pencapaian ke kawasan Selanjutnya data diklasifikasi dalam 2

(dua) tahap, yaitu (1) Tahap penilaian

berdasarkan foklor Betawi yang Sejarah Kebudayaan Betawi Kota Jakarta

diperkenalkan oleh Budiaman et. al.

(2000), dan (2) Tahap penilaian

berdasarkan kriteria lanskap budaya dari Data Primer Data Jane & Steve (1996). Sekunder

Melalui pengumpulan data sekunder atau Identifikasi potensi lanskap budaya di kota studi literatur berguna dapat dihasilkan Jakarta

kawasan-kawasan yang berpotensi

sebagai lanskap budaya Betawi. Sumber Daya Sumber Daya Non Sedangkan data-data primer dihasilkan Fisik Fisik

melalui pengamatan langsung di lapangan

mengenai kondisi fisik eksisting dan Lanskap Budaya Kota aktivitas masyarakat di dalamnya. Survei Jakarta

lapangan juga dilakukan melalui Penilaian Kawasan berdasarkan Obyek wawancara dan diskusi, untuk dan Atraksi Potensial wisata Budaya menghasilkan data-data non fisik berupa sejarah, asal-usul, latar belakang budaya, Tata Ruang Kawasan Wisata Budaya aktifitas dan kegiatan budaya, dan sejauh Potensial mana dukungan masyarakat terhadap lanskap budaya. Betawi. Gambar 4. Tahapan Penelitian Setelah data-data tersebut dikumpulkan, kemudian ditentukan beberapa kawasan 3. LANDASAN TEORI sebagai lanskap budaya melalui dua tahap, yaitu: 1) Tahap pertama berupa identifikasi kawasan menilai kawasan, Lanskap Budaya dimana masih mempunyai/terdapat Lanskap budaya merupakan sebuah model minimal dua macam potensi foklor interaksi antara manusia, sistem sosial, Betawi, 2) Tahap kedua, sama halnya dan cara mengorganisasikan ruang, dengan tahap pertama, dalam menilai sebagai gambaran evolusi dari kelompok kawasan yaitu terdapat potensi fisik dan masyarakat manusia dan tempat non fisik masing-masing minimal satu tinggalnya dari waktu ke waktu, yang potensi. dipengaruhi oleh lingkungan alami dan kekuatan eksternal-internal sosial, Analisis dan Sintesis ekonomi dan budayanya (Donnell dalam Pada tahap analisis selanjutnya berupa Droste BV, Harald Plachter, dan Mechtild penilaian obyek atraksi wisata budaya Rossler ,1995). Menurut O’Hare (1997) dilakukan untuk melihat tingkat potensi dalam Kaya LG. (2002), lanskap budaya pengembangannya. Penilaian dilakukan merupakan lingkungan yang telah oleh 3 (tiga) orang ahli yang mempunyai dimodifikasi, diklasifikasikan, dan ditafsirkan oleh manusia sebagai hasil

IKRA-ITH TEKNOLOGI Vol 3 No 2 Bulan Juli 2019 3 overlay antara lanskap alami dan hasil prosesnya telah berhenti beberapa budaya manusia, sebagaimana Gambar waktu lalu sebelum masa saat ini. (1). Tampilan bentuk material secara fisik masih terlihat. b. Lanskap yang masih berlanjut, mempertahankan peranan sosial dalam masyarakat kontemporer, dimana proses evolusi tersebut masih berlangsung dengan masih menggunakan cara hidup yang tradisional. Pada saat yang sama hal itu menunjukkan bukti evolusi

Gambar 1. Hasil Overlay Lanskap material yang signifikan dari Budaya waktu ke waktu. c. Associative lanskap budaya. Lanskap budaya mengacu pada aspek- Kategori terakhir adalah lanskap aspek lingkungan fisik yang mewujudkan budaya asosiatif. Ada karena nilai-nilai, aspirasi, konflik, prasangka, pengaruh asosiasi agama yang dan estetika dari setiap hubungannya kuat, kesenian atau budayanya dengan manusia. Tradisi kebudayaan, (World Heritage list). ritual, praktek spiritual dan konsep serta sejarah, topografi, nilai lingkungan alami, Folklor Betawi penggunaan dan faktor lainnya yang Berasal dari dua kata bahasa Inggris yaitu: berkontribusi dalam menciptakan folk dan lore. Menurut Dundes dalam berbagai macam pengaturan nilai dan Budiaman, et.al (2000), folk berarti dimensi dari hal yang bersifat tangible dan kelompok orang yang memiliki ciri-ciri intangible (ICOMOS Xi’an Declaration pengenal kebudayaan yang on the Conservation of the Setting. 2005). membedakannya dari kelompok lain. Lore Terdapat tiga kategori lanskap budaya adalah tradisi folk yang diwariskan secara berdasarkan World Heritage Center. turun temurun melalui lisan atau tutur Operational Guidelines for the World kata, ataupun melalui contoh yang disertai Heritage Convention. 2008, yaitu: dengan perbuatan. Tabel 1 1. Lanskap yang didisain/ dibuat dengan memperlihatkan ketiga jenis folklor sengaja oleh manusia, meliputi Betawi dan keterangannya. Masing- pembangunan taman (garden) dan masing merupakan unsur kebudayaan taman/kebun raya (parkland) untuk Betawi masa kini yang mempunyai fungsi alasan estetika yang sering (tetapi dalam kehidupan masyarakat Betawi. selalu) berhubungan dengan agama (religius) atau bangunan monumental. Tabel 1. Jenis Folklor 2. Lanskap yang berevolusi secara almiah/organik . Hasil perubahan dari Jenis Folklor Keterangan kondisi sosial, ekonomi, administrasi, dan/atau hal-hal yang bersifat religius, 1 2 hingga berkembang menjadi bentuk Folklor Lisan yang ada saat ini, hasil asosiasi dan 1. Bahasa Tumbuh sebagai lingua tanggung jawabnya pada lingkungan rakyat france antar penduduk yang alami. Terbagi dalam dua sub- mempunyai latar belakang kategori: etnis dan bahasa yang a. Lanskap relict (fosil/bersejarah), beraneka ragam. hasil dari proses evolusi yang

4 IKRA-ITH TEKNOLOGI Vol 3 No 2 Bulan Juli 2019 2.Ungkapan Terkandung nilai-nilai sosial melalui tingkah laku dan tradisional budaya yang sesuai dengan percakapan antara pemain pola kebudayaan masyarakat drama maupun dengan pendukungnya. Pada menggunakan boneka atau dasarnya ungkapan wayang. Cerita yang tradisional sesuai dengan dipentaskan dapat bersumber alam lingkungan pada cerita prosa rakyat pemakainya. Betawi atau dapat diambil dari daerah lain. 3.Pertanyaan Teka-teki adalah hiburan tradisional diwaktu senggang dan alat 4. Tari-tarian Sebagai salah satu bentuk untuk mengembangkan seni yang dinyatakan dengan pengetahuan gerak tubuh yang pada kemasyarakatan, khususnya umumnya bersifat non dalam mengenal dan representatif. memahami nilai-nilai dan 5.Adat Berhubungan dengan norma-norma yang berlaku kebiasaan, peristiwa penting dalam di lingkungan upacara siklus hidup manusia, yaitu masyarakatnya. dan pesta- kelahiran, perkawinan dan 4. Puisi dan Fungsinya selain sebagai pesta kematian. Banyak pula adapt prosa hiburan, juga untuk kebiasaan lain yang menjadi rakyat mengekspresikan perasaan tradisi khas orang Betawi. dan pikiran kolektiva atau Folklor Bukan Lisan individu. Banyak unsur- unsurnya berasal dari 1. Arsitektur Meliputi bentuk rumah lingkungan kebudayaan luar. Rakyat Betawi, bentuk lumbung Diantaranya bahkan banyak padi, bentuk mesjid dan yang merupakan saduran bangunan-bangunan yang dari cerita dongeng. Motif- bercorak tradisional lainnya. motif cerita memperlihatkan 2. Seni Meliputi seni tenun, seni adanya persamaan antara kerajinan pahat, seni keramik, seni cerita-cerita yang asalnya dari lingkungan kebudayaan tangan menganyam, dan seni yang berbeda. kerajinan lainnya yang bercorak khas Betawi. 6.Nyanyian Sebagai bentuk ekspresi 3. Pakaian Meliputi pakaian yang rakyat batiniah para pendukungnya, dan perhiasan dikenakan baik dalam pesta yang meliputi ratapan nasib, maupun kehidupan sehari- percintaan, dan keluhan terhadap keadaan hari, untuk pria dan wanita masyarakat. dewasa maupun anak-anak. 4. Obat- Meliputi ramuan tradisional Folklor Setengah lisan obatan rakyat untuk mengobati penyakit- 1.Kepercayaa Pada umumnya berhubungan penyakit tertentu, dengan n dengan peristiwa-peristiwa nama dan istilah yang khas. dalam siklus kehidupan manusia, mengenai makhluk 5. Makanan Meliputi makanan dan halus dan alam. dan minuman minuman khas Betawi yang banyak dijual atau yang 2. Permainan Penuh varian dikonsumsi dalam rumah dan hiburan tangga maupun yang untuk rakyat dihidangkan dalam pesta- pesta. 3.Drama Gambaran kehidupan atau Rakyat watak manusia yang 6. Alat-alat Meliputi peralatan musik dikisahkan diatas pentas musik yang digunakan untuk

IKRA-ITH TEKNOLOGI Vol 3 No 2 Bulan Juli 2019 5 mengiringi tarian rakyat dan • Visual Survey: Analisis dan dan pementasan teater tradisional penggambaran morfologi ataupun yang digunakan permukiman dengan menggunakan sebagia bunyi-bunyian arsip kartografi dan fotografi dalam perayaan. Field Survey: Studi lapangan untuk 7. Peralatan Meliputi peralatan rumah mengetahui elemen/unsur apa saja yang dan senjata tangga, pertanian dan ada di dalam kawasan dan bagaimana pertukangan, upacara mereka berinteraksi. (misalnya khitanan dan cukuran), senjata untuk bela diri dan untuk perhiasan sebagai kelengkapan pakaian dan lain-lain. 8. Mainan Meliputi alat-alat permainan yang digunakan oleh anak laki-laki dan perempuan, orang dewasa. Sumber: Budiaman, et.al (2000)

Wisata Budaya 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ICOMOS (1999) menyatakan bahwa wisata budaya dapat dilihat sebagai Identifikasi Kawasan sebagai Lanskap aktivitas pariwisata yang dinamis dan Budaya. sangat terkait dengan pengalaman. Wisata Identifikasi kawasan sumberdaya budaya mencari pengalaman yang unik Betawi dilakukan berdasarkan wujud fisik dan indah dari berbagai warisan dan non fisik Kebudayaan Betawi yang masyarakat yang sangat bernilai yang timbul akibat adanya pengaruh harus dijaga dan diserahkan kepada percampuran dari berbagai budaya dari generasi penerus. Umumnya cultural etnis Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, tourism menarik bagi wisatawan yang Ambon, Melayu, Bugis, Tionghoa, Arab, sedang ingin berkunjung, melihat, dan Portugis, dan Belanda, sehingga merasakan ke kehidupan komunitas lain menghasilkan bentuk kebudayaan yang diluar kehidupan sehari-harinya, baik unik dan khas. secara fisik dan perseptual tentang ruang Hasil penelusuran tahap pertama atau budaya, yaitu dengan berwisata. dengan penelusuran data sekunder dan Metodologi yang digunakan untuk penilaian folklor terdapat 20 lokasi mengembangkan lanskap budaya menjadi dengan 44 folklor. Lokasi tersebut adalah pariwisata dapat dilihat pada Gambar (2). Marunda, Kampung Tugu, , Sunda Kelapa, Kota Tua Batavia, Glodok, Pasar Baru, Rawa Belong, Kuningan, • Literatur formal: meninjau kembali Condet, Setu Babakan, Kwitang, Kemang, secara selektif sejarah, perkembangan, , Klender, Kalimalang, karakter, politik, dan perencanaan , Bukit Duri, Jalan Jaksa, dan • Ephemera: Meninjau kembali isi dari . Tahap kedua, setelah gambaran dari kawasan di dalam dilakukan observasi dan survey, literatur pariwisata dan media kemudian dilakukan penilaian kriteria popular. lanskap budaya, dari hasil ini terpilih 10 • Interviews: fokus pada wawancara kawasan yang teridentifikasi sebagai dengan orang-orang terlibat secara lanskap budaya Betawi Kota sebagaimana signifikan di kawasan tersebut. pada Tabel 3 dan Gambar (5).

6 IKRA-ITH TEKNOLOGI Vol 3 No 2 Bulan Juli 2019 No Lokasi dan Kondisi • Bangunan • Tidak ada permukiman Sumberdaya kolonial penduduk 1 Marunda • Perkampungan sekitar Belanda • Mayoritas berupa • Rumah Si rumah merupakan • Museum bangunan bergaya Pitung masyarakat pendatang. Fatahilah Belanda Eropa yang • , Masjid • Terdapat situs rumah si • Toko termasuk bangunan Al-alam Pitung Merah cagar budaya, • Terdapat masjid • Kali Besar umumnya sebagai sebagai situs cagar • Festival museum, dan kantor budaya • Pola lanskap khas kota • Mempunyai cerita tua kolonial dongeng tentang • Terdapat festival yang kehidupan si Pitung rutin dilakukan • Pemandangan khas • Ada pengelola kawasan lanskap pesisir • Ada sejarah, cerita, 2 Kampung • Perkampungan dongeng, mitos Tugu tradisional organik 5 Glodok • Mayoritas gaya • Perkampu mulai bergeser menjadi • Pusat bangunan bergaya khas ngan lahan pergudangan, Perdagang Pecinan • Gereja... tempat parkir truk an • Mayoritas penduduk Perayaan kontainer. • Pemukima merupakan etnis cina • Penduduk Betawi n Pecinan • Mayoritas penduduk keturunan portugis saat • Klenteng mempunyai mata ini menjadi minoritas. Festival pencaharian sebagai • Terdapat 1 bangunan pedagang rumah yang masih • Terdapat ritual, mempunyai gaya upacara, dan perayaan tradisional berusia tua yang terjadwal • Terdapat gereja cagar • Mempunyai sejarah, budaya. cerita, dongeng, mitos, • Mempunyai ritual kepercayaan tahunan • Terdapat kerajinan • Budaya kehidupan khas masyarakat ada 6 Pasar Baru • Dominasi elemen fisik pengaruh budaya • Gedung (bangunan) yang portugis (dongeng, Kesenian berasal dari pengaruh mitos, kepercayaan, & • Festival budaya Belanda hiburan/musik/lagu Ultah (zaman kolonial). khas) Jakarta • Pola permukiman • Mempunyai sejarah • Bangunan betawi berada di sekitar permukiman cagar Pasar Baru semi • Mayoritas penduduk budaya organik, gaya rumah sebagai pelaut dan (kantor percampuran buruh pelabuhan. pos, tradisional dan 3 Penjaringan • Pola Permukiman katedral) Belanda. –– Sunda pesisir organik • Permukim • Festival dilakukan 1 Kelapa • Mayoritas penduduk an tahun sekali saat ulang • Perkampu Luar Batang dari tahun Jakarta ngan Luar keturunan etnis Bugis • Penduduk pemukiman Batang berprofesi sebagai terdiri dari masayarakat • Masjid nelayan dan pelaut. dari berbagai etnis Luar • Mempunyai sejarah Betawi, Cina, dan Batang kawasan India. • Pelabuhan • Mempunyai mitos, • Mempunyai asosiasi Sunda dongeng yang masih di teng pahlawan Husni kalapa percaya Thamrin. • Mercusuar 7 Rawa • Pola permukiman 4 Kota Tua • Termasuk dalam situs Belong teratur, dengan jalan warisan budaya • Perkampu mobil 2 arah. ngan

IKRA-ITH TEKNOLOGI Vol 3 No 2 Bulan Juli 2019 7 • Pasar • Setiap rumah • Terdapat kelompok Bunga mempunyai usaha kesenian hias dagang tanaman hias 10 Kawasan • Pola permukiman semi Agroindustri • Terdapat beberapa wisata organik yang kemudian rumahan bangunan vernakular budaya Setu ditata, bangunan- tanaman hias Betawi. • Perkampu bangunan rumah ditata • Terdapat beberapa ngan seperti rumah Betawi festival/perayaan • Atraksi tempo dulu. tradisional setempat Wisata • Atraksi budaya • Bangunan Pasar bunga air/Setu, dilakukan setiap hias dengan bentuk • Atraksi minggu moderen. Budaya • Atraksi wisata air • Mayoritas penduduk • Festival diadakan setiap hari asli Betawi setempat Budaya • Festival bila ada • Pemandangan perayaan, atau event pemukiman alami • Sebagian penduduk mayoritas vegetasi merupakan masyarakat tanaman hias. pendatang 8 Kuningan • Perkampungan asli • Matapencaharian • Perkampu masyarakat Betawi penduduk beragam ngan yang berada di tengah • Mempunyai makanan Betawi kawasan Central Bisnis & minuman khas Peternakan Distrik • Terdapat kelompok sapi perah • Pola permukiman kesenian organik • Pemandangan lanskap • 2 Bangunan rumah asli alami & situ berusaia tua • Mayoritas penduduk asli Betawi • Matapencaharian penduduk mayoritas sebagai pegawai , dan sedikit sebagai pener nak • Mempunyai sejarah, cerita, dongeng, mitos, kepercayaan 9 Condet • Pola permukiman Perkampung betawi semi organik an bercampur dengan bangunan moderen. • Sebagian penduduk merupakan masyrakat keturunan keturunan arab • Masih terdapat beberapa bangunan Gambar 5. Peta Lokasi Kawasan Budaya rumah Betawi cagar Betawi Berdasarkan Folklor Betawi budaya. • Atraksi & festival bila Berdasarkan kategori lanskap budaya ada perayaan, atau event World Heritage Convention dari • Pola kehidupan betawi UNESCO dan National Park Services dari • Mata pencaharian United State of America (US NPS), setiap penduduk beragam kawasan dapat termasuk dalam 1 atau • Mempunyai sejarah, lebih kategori. Untuk itu maka Marunda, cerita, dongeng, mitos, kepercayaan Rawa Belong, Condet, sunda kelapa, dan • Mempunyai makanan Pasar Baru termasuk dalam kategori & minuman khas Etnografis dan Associative, karena selain

8 IKRA-ITH TEKNOLOGI Vol 3 No 2 Bulan Juli 2019 Kampun merupakan suatu bentukan kota (urban 11 9 8 10 3 2 g Tugu 41 landscape) dengan kehidupan masyarakat Penjarin gan- perkotaan dan sistem ekonomi dan sosial 11 13 9 14 4 sunda perkotaan, kawasan ini mempunyai 3 kelapa 51 Kota asosiasi dengan cerita, dongeng, 14 21 11 18 8 peristiwa, tokoh, dan mitos. 4 Tua 72 5 Glodok 13 12 9 16 7 57 Khusus untuk kawasan Kota Tua, Pasar 12 19 10 18 9 merupakan kawasan yang termasuk dalam 6 Baru 68 Rawa 16 20 13 17 5 kategori lanskap yang di disain oleh 7 Belong 71 manusia, saat ini menjadi Historic site Kuninga 12 14 8 18 7 cenderung kearah relict landscap, 8 n 59 9 Condet 13 14 7 11 3 48 khususnya di zona Fatahillah termasuk 1 Setu 13 20 14 11 7 sepanjang Kali Besar. Banyak 0 Babakan 65 peninggalan-penggalan berupa bangunang bergaya arsitektur kolonial Keterangan: T:Tinggi 63-81, S:Sedang 45-62, R:Rendah 27-44 yang ditinggalkan tidak difungsikan lagi. Ini membuktikan bahwa proses evolusi sudah berhenti karena pengaruh dari Kawasan-kawasan yang termasuk aktifitas dan kegiatan masyarakatnya klasifikasi tinggi perlu dikembangkan sudah tidak ada lagi. Sedangkan kawasan dengan cara: a) melestarikan peninggalan lainnya termasuk dalam kategori budaya Betawi baik yang berupa tangible etnografis dan a continuing landscape maupun intangible, b) membuka akses karena proses evolusi bentukan yang terencana dan terkoneksi antar lanskapnya masih berlangsung, dan kawasan c) penyediaan infrastruktur dan aktifitas masyarakatnya masih fasilitas yang mendukung wisata budaya mempengaruhi bentukan lanskapnya. Betawi d) melibatkan masyarakat dalam kegiatan wisata budaya. Dalam Potensi Wisata Budaya mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan wisata budaya diperlukan konsep Hasil dari overlay kelima klasifikasi (1) sebagai dasar perencanaan, tujuannya keunikan, kelangkaan, dan kekhasan, (2) untuk menjaga kelestarian budaya serta keindahan dan kenyamanan lingkungan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat (3) potensi obyek dan atraksi wisata, (4) setempat. pencapaian dan posisi kawasan, (5) sarana Konsep perencanaan yang dan prasarana, serta (6) Dukungan dikembangkan pada kawasan Setu masyarakat, menunjukan bahwa ada Babakan adalah ‘kawasan wisata yang empat kawasan yang termasuk dalam berorientasi pada atraksi kebudayaan klasifikasi tinggi dan berpotensi untuk Betawi di Setu Babakan’. Konsep ini dikembangkan sebagai kawasan wisata. merupakan pengembangan dari Kawasan tersebut adalah Kota Tua, Pasar kebudayaan Betawi yang mengangkat Baru, Rawa Belong, dan Setu Babakan atraksi budaya pada daerah Setu Babakan. sebagaimana pada Tabel 4. Sedangkan, konsep perencanaan yang dikembangkan pada kawasan Rawa Belong adalah ‘kawasan budaya Betawi

N yang berorientasi pada kegiatan bertanam LOKASI o

Posisi tanaman hias di Rawa Belong’. Konsep Wisata

yamanan TOT Sarana & Prasarana Kekhasan Keunikan, dan Atraksi Kelangkaan, Pencapaian &

Potensi Obyek AL ini merupakan pengembangan dari Keindahan&Ken kebudayaan Betawi yang mengangkat Bo Bo Bo Bo Bo bot bot bot bot bot kegiatan penduduk setempat, yaitu 5 4 3 3 2 bertanam tanaman hias, yang berada pada 1 Marunda 12 19 9 7 3 50 daerah Rawa Belong. Konsep

IKRA-ITH TEKNOLOGI Vol 3 No 2 Bulan Juli 2019 9 perencanaan yang dikembangkan pada Bartin Orman Fakültesi Dergisi, kawasan Pasar Baru adalah berorientasi Yil:2002 Cilt:4 Sayi:4.pp.54-59, pada kegiatan komersil yang mengangkat Saidi R. 2001. Profil Orang Betawi: Asal budaya Betawi. Kota Tua diarahkan pada Muasal, Kebudayaan, dan Adat wisata budaya kolonial dan Pecinan. Istiadatnya. Jakarta: PT. Gunakata, Cet. Ke-2. KESIMPULAN World Heritage Center.Operational

Guidelines for the World Heritage Kawasan yang memiliki nilai tertinggi Convention. 2008. UNESCO World sebagai kawasan yang berpotensin Heritage Center. p. 85. dikembangkan sebagai pusat budaya http://whc.unesco.org/archive/opguide Betawi adalah Kota Tua, Pasar Baru, 08-en.pdf. diakses 13 September 2018. Rawa Belong, dan Setu Babakan. Masing-masing memiliki karakter yang berbeda, sehingga konsep pengembangkan dapat dikembangkan sesuai dengan potensi dominan pada tiap kawasan. Pengembangan dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh semua stakeholder, baik itu dari pemerintah, swasta, masyarakat dan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional [Bakosurtanal]. 2005. Peta Rupa Bumi Digital Indonesia. Bogor: Bakosurtanal. Budiaman S, Wibisono S, Suryoharjo, dan R. Ruchiat. 2000. Folklor Betawi. Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta. Proyek Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Tradisional Betawi. Jakarta. Hal 11-83. Donnell dalam Droste BV, Harald Plachter, dan Mechtild Rossler (1995) Lanskap budaya of Universal Value. Jena:Gustav Fisher. International Council on Monuments and Sites (ICOMOS). 1999. International Cultural Tourism Charter Managing Tourism at Places of Heritage Significance. URL., http://www.facebook.com/l/;http://ico mos.org.Accessed on June 4th 2000. O’Hare (1997) dalam Kaya LG. 2002. Cultural Landscape For Tourism. ZKÜ

10 IKRA-ITH TEKNOLOGI Vol 3 No 2 Bulan Juli 2019