PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK OLEH MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN

Nur Qamariah Novita [email protected] Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract The objectives of the research are to know the completion of ethics code violation of the member of Representatives Council Republic of Indonesia (DPR RI) by Court of Honor Council, case study (Setya Novanto) and to know the provement of violation of ethics code by the member of Representatives Council Republic of Indonesia (DPR RI) in ethic court by court of Honor Council. This research uses normative research method. It elaborates to law approach, conceptual approach, and Setya Novanto‘s case. The research analyze juridical qualitatively using deductive- inductive from general description to general based on supporting theory, in order to make easily to interpret in councluding court of Honor Council solves violation of the member of people‘representatives council Republic of Indonesia, namely Setya Novanto. Howefer, in completion process, judges of Court of Honor Council (MKD) is a part of fraction or group as same as complainnant (Setya Novanto). Independence of Court of Honor Council (MKD) is not guarantee intervention from others. And, Court of Honor Council (MKD) can not prove on ethichs code violation of the member of People‘ Representatives Council (DPR). Because, the objective of provement is that there is ajudgement issuance by Court of Honor Council (MKD) as a formal fullfilled. Keywords: Ethichs Code Violation; Ethics Code Provement; and Ethics Code Enforcement

Pasca reformasi Negara Kesatuan menjadi rujukan penyelenggara negara. Dan Republik Indonesia telah mengalami menjadi acuan bagi seluruh bangsa Indonesia perubahan yang sangat mendasar hampir untuk menyelamatkan dan meningkatkan disemua aspek, Perubahan yang sangat mutu kehidupan berbangsa. Tujuan bernegara mendasar, pada Undang-Undang Dasar ialah, untuk melindungi segenap bangsa Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Indonesia dan seluruh tumpah darah sebagai hukum dasar, dan hukum yang Indonesia, yang merupakan cita hukum tertinggi dalam sistem Hukum Indonesia. negara Indonesia. Hukum yang demokratis, Konsep Negara Hukum yang dianut atau demokrasi berdasar atas Hukum, Negara Indonesia mencerminkan Hukum merupakan doktrin kedaulatan rakyat, dan yang dibangun dari proses penggalian, kedaulatan hukum yang dipersandingkan penemuan, yang bersumber dari jiwa rakyat dalam satu rangkaian pemikiran. Indonesia, olehnya pembangunan Hukum Demokrasi merupakan perubahan yang berdasarkan pada Volkgeist Indonesia untuk esensi dari Undang-Undang Dasar Negara menciptakan Hukum yang berkepribadian Republik Indonesia Tahun 1945, tercermin bangsa Indonesia, yakni pembangunan dalam ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang- Hukum yang di landasi oleh dasar falsafah Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan ideologi Pancasila. Tahun 1945, yang menyatakan bahwa Pancasila adalah falsafah, sekaligus —Kedaulatan berada di tangan rakyat dan sumber hukum segala kebijakan yang dilaksanakan menurut Undang-Undang

140

141 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 12, Desember 2016 hlm 140-150 ISSN: 2302-2019

Dasar“. Ketentuan ini membawa implikasi jabatan publik, citra institusi publik tempat bahwa kedaulatan rakyat tidak lagi dilakukan mereka bekerja sudah hancur/ buruk di mata sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan publik. Karena setiap pelanggaran hukum, Rakyat (MPR), tetapi dilakukan menurut juga merupakan pelanggaran etika, akan Undang-Undang Dasar Negara Republik tetapi pelanggaran etika, belum tentu Indonesia. melanggar hukum. Karena itu, pembinaan Struktur kelembagaan negara dalam dan pengendalian perilaku ideal terhadap sistem ketatanegaraan Indonesia setelah orang-orang yang duduk dalam jabatan- amandemen sejajar, dan saling berhubungan jabatan publik, dipandang lebih baik berdasarkan kewenangan masing-masing dilakukan melalui sistem etika terlebih menurut Undang-Undang Dasar Negara dahulu, setelah itu baru melaui sistem Republik Indonesia Tahun 1945. Inilah, yang hukum. disebut dengan istilah constitusional Sistem hukum saat ini, tidak mampu democracy, yang dihubungkan dengan menjawab permasalahan hukum para pengertian negara demokrasi berdasar atas pemangku jabatan-jabatan publik, yang hukum. beban mekanismenya sangat rumit dan besar. Menurut Montesquieu, kekuasaan Apalagi sistem sanksi hukum tidak mengenal negara terbagi ke dalam tiga cabang, yaitu: upaya pembinaan yang bersifat mendidik Kekuasaan Legislatif (Pembuat Undang- seperti halnya sanksi etik, yang dapat Undang), Kekuasaan Eksekutif (Yang memberikan teguran atau peringatan dengan melaksanakan Undang-Undang) dan maksud dan tujuan untuk mendidik. Jika Kekuasaan Yudikatif (Pengadilan menilai suatu pelanggaran tergolong berat, maka konflik atau perselisihan yang terjadi dalam yang bersangkutan dapat diberhentikan dari pelaksanaan aturan). Kekuasaan legislatif jabatanya. Terkait kasus pelanggaran kode adalah cabang kekuasaan yang pertama-tama etik Setya Novanto Anggota DPR RI, telah mencerminkan kedaulatan rakyat, yang menambah suram wajah parlemen saat ini. dipilih oleh rakyat dalam pesta demokrasi, Praktek penyalahgunaan wewenang/ lima tahun sekali yang dikenal dengan jabatan oleh anggota parlemen menjadi pemilu. kebiasaan, integritas yang buruk tentu saja Banyaknya permasalahan fundamental berdampak pada pelaksanaan fungsi tugas yang dihadapi oleh pemerintah, dalam upaya pemerintahan. Khususnya dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan mengakselerasi dan mengartikulasi pemerintahan yang sering kali dirasakan kepentingan masyarakat, yang saat ini masih jauh dari apa yang menjadi harapan menuntut perubahan yang mendasar dengan dan kepentingan serta kebutuhan warga upaya secara holistis, sistematis, dan masyarakat. Dibalik upaya-upaya berkelanjutan. Sebagai Ketua DPR tindakan pemerintahan yang telah dilakukan untuk yang dilakukan tentu tidak hanya dilihat memperbaiki tata kelola pemerintahan, masih sebagai pelanggaran individu anggota DPR, ditemukan berbagai praktik penyelenggaraan tetapi juga tindakan yang merusak institusi pemerintahan yang menyimpang. Seperti, DPR. korupsi, penyuapan, penggelembungan Dimensi pelanggaran yang dilakukan anggaran belanja, dan lain sebagainya. pejabat publik dengan kewenangan dan Menurut Jimly Asshidiqie, pendekatan pengaruh yang besar, tentu saja akan hukum seringkali terbukti kontra-produktif berdampak besar pula. Oleh karena itu, dalam menjaga kepercayaan publik, proses penyelesaian pelanggaran kode etik manakala pendekatan hukum diterapkan Anggota DPR oleh Mahkamah Kehormatan terhadap mereka yang sedang menduduki Dewan (MKD) yang hanya merupakan alat

Nur Qamariah Novita, Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat …………………..142

kelengkapan dewan seharusnya dilihat beracaranya, Peraturan DPR Nomor 2 Tahun sebagai awalan dan bukan sebagai yang 2015 tentang Tata Beracara MKD RI, untuk terakhir. Pelanggaran kode etik yang memeriksa dugaan pelanggaran etik ataupun dilakukan oleh Setya Novanto, sebagai hukum dengan menggunakan Alat-alat bukti anggota DPR, sebagaimana diatur dalam yang memiliki kualitas paralel. Peraturan DPR Nomor 01 Tahun 2015 Tentang Kode Etik DPR, yakni Pasal 6 ayat Rumusan Masalah (4) menyatakan bahwa —Anggota DPR Berdasarkan uraian latar belakang dilarang menggunakan jabatannya untuk diatas, maka ada dua pokok masalah yang mencari kemudahan dan keuntungan pribadi, Penulis kaji dalam penelitian ini, yaitu: keluarga, dan golongan“ 1. Apakah Mahkamah Kehormatan Dewan Tindakan Setya Novanto sebagai (MKD) dapat menyelesaikan kasus anggota DPR, bukan saja melanggar tugas, pelanggaran kode etik anggota Dewan dan tanggung jawab seorang anggota Dewan, Perwakilan Rakyat (DPR RI)? mencampuri eksekutif, dan juga mengandung 2. Bagaimana Mahkamah Kehormatan unsur konflik kepentingan. Lebih tidak patut Dewan (MKD) membuktikan adanya lagi tindakan ini melibatkan pengusaha pelanggaran kode etik anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI)? swasta. Hal ini sangat jelas di luar tugas, dan fungsinya sebagai anggota DPR RI, yang METODE diatur dalam ketentuan Pasal 69 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Adapun jenis penelitian yang Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, digunakan dalam penulisan tesis ini adalah Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan penelitian hukum normatif atau sering juga Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan disebut sebagai penelitian doktrinal. Rakyat Daerah (MD3), yang menyatakan penelitian ini menggunakan pendekatan bahwa “ DPR mempunyai fungsi: a. penelitian yaitu Pendekatan UndangœUndang Legislasi; b. Anggaran; dan c. Pengawasan“. (Statute Approach), Pendekatan Konseptual Kasus ini bergulir ke MKD, atas (Conceptual Approach), Pendekatan Kasus pelaporan Menteri Energi Sumber Daya Case Approach). Hasil analisisnya akan Mineral (ESDM) , mengenai disimpulkan dengan metode deduktif- pertemuannya dengan Pengusaha Muhamad induktif, metode ini digunakan untuk Riza Chalid dan Presiden Direktur PT. mengambil kesimpulan dari gambaran umum Freeport Indonesia Maroef Sjamsuddin, ke khusus. dalam hal membicarakan negosiasi perpanjangan kontrak PT. Freeport dengan Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik melakukan lobi-lobi meminta saham 20% Anggota Dewan Perwakilan Rakyat mengatasnamakan Presiden dan Wakil Indonesia Oleh Mahkamah Kehormatan Presiden. Dewan (Studi Kasus Setya Novanto) Sidang etik Setya Novanto sebagai anggota DPR di MKD, menuai kritik yang Kelembagaan tajam dari Publik, dikarenakan MKD dalam DPR merupakan lembaga representatif menyelesaikan pelanggaran kode etik Setya rakyat, anggota DPR dipilih melalui pesta Novanto, tidak dapat membuktikan adanya demokrasi, yakni Pemilu dalam lima tahun pelanggaran kode etiknya. MKD yang sekali oleh rakyat, salah satu ciri negara terlihat menyerupai lembaga peradilan atau demokrasi adalah melaksanakan pemilu, berkarakter yudisial dengan pengaturan yang pada hakekatnya, pemilu merupakan kewenanganya dalam ketentuan tata

143 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 12, Desember 2016 hlm 140-150 ISSN: 2302-2019

pengakuan dan perwujudan daripada hak-hak 5. Membahas hasil pemeriksaan atas politik rakyat dan sekaligus merupakan pertanggungjawaban keuangan negara pendelegasian hak-hak tersebut oleh rakyat, yang diberitahukan oleh BPK. kepada wakil-wakilnya untuk menjalankan 6. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi pemerintahan. dan pengaduan masyarakat. Menururt Aminuddin Ilmarsalah satu 7. Melaksanakan hal-hal yang ditugaskan hal terpenting dan menjadi pilar dasar oleh ketetapan-ketetapan MPR RI dan/ mengapa kinerja pemerintahan belum atau Undang-Undang kepada DPR. Jika optimal diselenggarakan atau dijalankan, hal ini dilaksanakan sesuai dengan aturan ialah karena kemampuan dan/atau kapasitas yang ditentukan, maka pemerintahan penyelenggara pemerintahan yang belum konstitusional yang bersih dan beribawa sepenuhnya dapat memahami secara baik, akan terwujud. dan benar peran dan fungsi serta tugas- Berdasarkan Undang-Undang Nomor tugasnya. Sehingga akibatnya penyelenggara 17 Tahun 2014 Tentang Majelis pemerintahan sering kali terjebak dalam Permusyarawatan Perwakilan Rakyat, Dewan tindakan atau perbuatan hukum pemerintahan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan yang menyimpang, apakah itu perbuatan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat menyalahgunakan kewenangan atau Daerah (UU MD3), diatur pula tugas dan perbuatan sewenang-wenang. Kewenangan fungsinya DPR didalam menjalankan DPR diatur dalam Pasal 20, Pasal 20A, dan kewenanganya, DPR jika melanggar tugas, Pasal 21 Undang-Undang Dasar 1945. Dalam dan fungsinya sebagai anggota DPR yang menjalankan kewenanganya, anggota DPR menguntungkan dirinya, golonganya, dan juga terikat oleh Kode Etik DPR agar dalam kelompoknya juga diatur dalam Peraturan pelaksanaan fungsi dan tugasnya, DPR dapat DPR Nomor 01 Tahun 2015, Tentang Kode menjaga performa sebagai wakil rakyat, Etik, maka anggota DPR tersebut dikenakan Yang selalu menjadi cerminan, teladan yang sanksi ringan, sedang, dan berat tergantung baik terhadap rakyatnya. dari jenis pelanggaran yang dilakukanya, dan DPR sebagai lembaga legislatif yang penjatuhan sanksi pelanggaran Kode Etik mempunyai beberapa tugas dan wewenang, melalui sidang Etik, yakni MKD. serta hak-hak yang juga diatur dalam Metode persidangann MKD bersifat Peraturan Tata Tertib DPR adalah sebagai tertutup, kecuali dinyatakan terbuka oleh berikut : sidang MKD, sesuai dengan ketentuan Pasal 1. Bersama-sama dengan Presiden 15 ayat (2) Peraturan DPR Nomor 2 Tentang membentuk Undang-Undang; Tata Beracara Mahkamah Kehormatan 2. Bersama-sama dengan Presiden Dewan. menetapkan (Anggaran Pendapatan dan Menurut Jimly Asshidiqqiepersidangan Belanja Negara) APBN; pelanggaran kode etik yang bersifat tertutup, 3. Melakukan pengawasan atas: tentunya sangat bertentangan dengan a. Pelaksanaan Undang-Undang; kemajuan teknologi modern, di mana b. Pelaksanaan APBN serta pengelolaan tuntutan dan kebutuhan penyelenggara keuangan negara; dan negara berbasis modernisme tidak berjalan c. Kebijaksanaan pemerintah. sebagaimana diharapkan, karena praktik 4. Membahas untuk meratifikasi dan/ atau penyelenggaraan negara terutama dalam memberikan persetujuan atas pernyataan konteks peradilan etika berbangsa dilakukan perang serta pembuatan perdamaian dan secara tertutup, hal ini jelas, menurut penulis perjanjian dengan negara lain yang akan berpotensi penyimpangan wewenang, dilakukan oleh presiden. karena dalam praktek selalu ditemukan

Nur Qamariah Novita, Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat …………………..144

persoalan-persoalan penyimpangan moral Esa“ merupakan bagian, atau unsur yang dalam bernegara. harus ada pada setiap putusan pengadilan. MKD merupakan alat DPR sesuai Mengabaikan, melalaikan penulisanya, akan dengan pasal 119 Undang-Undang Nomor 17 menyebabkan putusan tersebut mengandung Tahun 2014 Tentang MD3 (Lihat Pasal 119 cacat hukum. Cacat disini, bukan saja UU MD3) Beranggotakan 17 (tujuh belas) menyebabkan putusan tersebut dapat orang dan ditetapkan dalam rapat paripurna dibatalkan, tetapi batal demi hukum, karena pada permulaan masa keanggotan DPR dan tidak mengandung unsur Konstitutif suatu pada permulaan tahun sidang. Pimpinan putusan. MKD merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial, yang Pelanggaran Kode Etik terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 3 (tiga) Pelanggaran Kode Etik, adalah orang wakil ketua, yang dipilih dari dan oleh pelanggaran yang dilakukan oleh anggota anggota MKD berdasarkan prinsip terhadap ketentuan yang diatur dalam kode musyawarah untuk mufakat, dan etik tersebut. Sejumlah pelanggaran kode etik proporsional. Dengan memperhatikan yang dilanggar oleh Setya Novanto sebagai keterwakilan perempuan menurut Anggota DPR RI adalah Pasal 2 Peraturan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. DPR Nomor 01 Tahun 2015 Tentang Kode Tata cara pelaksanaan tugas Mahkamah Etik, yang menyatakan bahwa : Kehormatan Dewan, diatur dengan peraturan (1) Anggota dalam setiap tindakannya harus DPR tentang tata beracara Mahkamah mengutamakan kepentingan bangsa dan Kehormatan Dewan. Pengaturan mengenai negara daripada kepentingan pribadi, kewenangan memeriksa dugaan pelanggaran seseorang, dan golongan. etik ataupun hukum dengan menggunakan (2) Anggota bertanggung jawab mengemban alat-alat bukti yang memiliki kualitas paralel, amanat rakyat, melaksanakan tugasnya dengan sistem peradilan ini, telah secara adil, mematuhi hukum, menghormati menempatkan MKD berkarakter yudisial, keberadaan lembaga legislatif, dan bukan lagi politis, disinilah menurut penulis mempergunakan fungsi, tugas, dan MKD ambigu, disatu sisi MKD sebagai wewenang yang diberikan kepadanya demi lembaga Peradilan, dan disatu sisi putusan kepentingan dan kesejahteraan rakyat. MKD, dianggap putusan Politik, dikarenakan Selanjutnya ayat : MKD berkedudukan sebagai salah satu unsur (4) Anggota harus selalu menjaga harkat, dari sembilan alat kelengkapan DPR. martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas MKD menyerupai lembaga peradilan dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan karena diberikan wewenang untuk wewenangnya serta dalam menjalankan memutuskan dugaan pelanggaran etik kebebasannya menggunakan hak berekspresi, anggota DPR, dengan mencantumkan kepala beragama, berserikat, berkumpul, dan putusan yang berkekuataan eksekutorial mengeluarkan pikiran dengan lisan dan seperti lembaga peradilan, yaitu memutuskan tulisan. "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan (5) Anggota yang ikut serta dalam kegiatan demi kehormatan DPR". Sesuai dengan organisasi di luar DPR, harus mengutamakan ketentuan Pasal 59 huruf (a) Peraturan DPR tugasnya sebagai Anggota. RI Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Pasal 3 Bagian Kedua Tentang Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Integritas, yang menyatakan bahwa ayat : Perwakilan Rakyat. (1) Anggota harus menghindari perilaku Menurut Bagir Manan penulisan —Demi tidak pantas, atau tidak patut yang dapat Keadilan Berdasarkan Ketuhan Yang Maha

145 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 12, Desember 2016 hlm 140-150 ISSN: 2302-2019

merendahkan citra dan kehormatan DPR, Presiden, sehingga hal ini menunjukan sikap baik di dalam gedung DPR maupun di luar yang tidak patut dan tidak pantas dilakukan gedung DPR, menurut pandangan etika oleh pejabat publik yang bekerja mengemban dan norma yang berlaku dalam amanah rakyat untuk melayani konstituen masyarakat. mereka. (2) Anggota sebagai wakil rakyat, memiliki Menurut Dennis F. Thompson pembatasan pribadi dalam bersikap, hubungan antara eksekutif dan legislatif bertindak, dan berperilaku. Selanjutnya dengan warga negara, menyerupai satu ayat : kepercayaan yang bersifat perwalian, (4) Anggota harus menjaga nama baik dan pemerintah sebagai wali mengadakan satu kewibawaan DPR. kewajiban sepihak kepada warga negara untuk bertindak demi kebaikan mereka, (5) Anggota dilarang meminta dan menerima bukan hanya kejujuran, melainkan juga suatu pemberian atau hadiah selain dari apa kehormatan yang merupakan standar prilaku yang berhak diterimanya sesuai dengan jabatan pemerintah. Para pejabat, memiliki ketentuan peraturan perundang-undangan. hak dan kewajiban yang dimiliki oleh semua Pasal 4 Bagian Ketiga Tentang Hubungan warga negara. Menurutnya Sebagai manusia, dengan Mitra Kerja menyatakan bahwa ayat : pejabat dinilai oleh prinsip yang sama untuk mengatur semua hubungan moral. (1)Anggota harus bersikap profesional dalam Berdasarkan Pasal 1 Bab II Pokok- melakukan hubungan dengan Mitra Kerja. Pokok Etika Kehidupan Berbangsa Ketatapan (2)Anggota dilarang melakukan hubungan MPR Nomor : VI/MPR/Tahun 2001, Tentang dengan Mitra Kerjanya untuk maksud Etika Kehidupan Berbangsa, menyatakan tertentu yang mengandung potensi bahwa : —Etika politik dan pemerintahan korupsi, kolusi dan nepotisme. mengandung misi kepada setiap pejabat dan Pasal 6 Bagian Kelima, Tentang elit politik, untuk bersikap jujur, amanah, Keterbukaan dan Konflik Kepentingan sportif, siap, melayani, berjiwa besar, menyatakan bahwa ayat : memiliki keteladanan, rendah hati, dan siap (4) Anggota dilarang menggunakan untuk mundur, dari jabatan publik apabila jabatannya untuk mencari kemudahan dan terbukti melakukan kesalahan dan secara keuntungan pribadi, Keluarga, Sanak Famili, moral kebijakannya bertentangan dengan dan golongan. (Lihat Peraturan DPR Nomor hukum dan rasa keadilan masyarakat“. 01 Tahun 2015 Tentang Kode Etik DPR RI). Pokok-pokok etika berdasarkan TAP Berdasarkan beberapa Pasal Tentang MPR tersebut, mengedepankan kejujuran, Kode Etik yang dilanggar oleh Setya amanah, keteladanan, sportivitas, disiplin, Novanto, yang menjadi dasar aduan pengadu etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa adalah Pasal 6 ayat (4) yang menyatakan malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan bahwa —Anggota dilarang menggunakan serta martabat harga diri, sebagai warga jabatannya untuk mencari kemudahan dan negara. Terutama Etika pemerintahan yang keuntungan pribadi, Keluarga, Sanak Famili, mengamanatkan agar penyelenggara negara dan golongan“. Menurut hemat penulis, siap mundur apabila merasa dirinya telah Pasal ini menegaskan bahwa telah terjadi melanggar kaidah dan sistem nilai; atau konflik kepentingan antara teradu dengan dianggap tidak mampu memenuhi amanat pengusaha swasta dan direktur PT. Freeport. masyarakat, bangsa, dan negara. Dimana teradu Setya Novanto, mengambil Menurut Refly Harun, etika berada di keuntungan dari lobi-lobi saham yang atas hukum karena etika adalah sebuah mengatasnamakan Presiden dan Wakil kebajikan yang nilainya tertinggi. Karena itu,

Nur Qamariah Novita, Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat …………………..146

sudah menjadi etika seseorang yang berstatus kode etik, jelas akan memakan waktu yang tersangka tidak layak diangkat menjadi lama, sehingga tujuan utamanya untuk pejabat publik. Menurutnya —Siapapun menyelamatkan lembaga/ institusi jabatan orangnya, kalau dalam status tersangka, yang tercoreng oleh oknum-oknum dari maka tidak layak diangkat jadi pejabat kepercayaan publik tidak tercapai. publik,“. Ada beberapa sistem pembuktian yang Jabatan adalah amanah yang dikenal dalam doktrin hukum acara pidana, dipercayakan, dititipkan kepada seseorang yaitu: untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab 1. Teori pembuktian yang mana hakim dengan terpercaya. Siapa saja para pejabat terikat pada alat bukti berdasarkan yang perilakunya atau perangianya Undang-Undang. (Positief wettelijk dipandang merusak kepercayaan publik bewijstheorie) Artinya jika dalam terhadap institusi Penyelenggara Negara, pertimbangan, hakim telah menganggap secara etika tidak pantas untuk tetap suatu perbuatan sesuai dengan alat-alat menduduki jabatan publik yang dihormati bukti yang ditentukan dalam Undang- masyarakat. Undang tanpa diperlukan keyakinan hakim, Positief wettelijk bewijstheorie ini Sistem Pembuktian Pelanggaran Kode digunakan dalam hukum acara perdata. Etik 2. Teori pembuktian berdasarkan keyakinan Sistem merupakan kumpulan dari hakim semata, (Conviction-in time), teori beberapa bagian yang memiliki keterkaitan ini menitik beratkan pada hati nurani dan saling bekerja sama serta membentuk hakim. Terbukti atau tidaknya ke salahan suatu kesatuan untuk mencapai suatu tujuan terdakwa, semata-mata ditentukan atas dari sistem tersebut. Maksud dari suatu penilaian keyakinan atau perasaan hakim. sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan 3. Teori pembuktian berdasar keyakinan dan sasarannya. hakim dalam batas-batas tertentu, atas Arti penting pembuktian adalah, alasan-alasan yang logis (Conviction mencari kebenaran atas suatu peristiwa raisonee). hukum. Dalam hukum acara pidana, 4. Teori pembuktian Negatief wettelijk pembuktian merupakan inti persidangan bewijstheorie, berdasarkan pembuktian perkara pidana, karena yang dicari dalam menurut keyakiyan hakim yang timbul perkara pidana adalah kebenaran materil. dari alat-alat bukti yang ditentukan dalam Pembuktianya dimulai sejak tahap undang-undang secara negatif. Secara penyelidikan, untuk mencari, dan tegas dasar pembuktian ini dinyatakan menemukan peristiwa yang diduga sebagai dalam pasal 183 KUHAP, —Hakim tidak tindak pidana. Pada tahap ini, sudah terjadi boleh menjatuhkan pidana kepada pembuktian, dengan tindakan penyidik dalam seorang, kecuali apabila dengan mencari barang bukti, maksudnya untuk sekurang-kurangnya dua alat bukti yang membuat terang/jelas suatu tindak pidana, sah. ia memperoleh keyakinan bahwa serta menentukan atau menemukan suatu tindak pidana benar-benar terjadi tersangkanya. dan bahwa terdakwalah yang bersalah Tentunya, dengan cara-cara, serta melakukanya“. Teori ini mewajibkan penilaian alat bukti yang telah ditentukan hakim untuk memutuskan perkara dengan oleh Undang-Undang. Terlihat begitu rumit menjatuhkan kepada terdakwa dengan dan bertingkat-tingkatnya pembuktian hukum berdasarkan pada banyaknya jenis dan pidana, jika hukum Acara pidana ini, jumlah alat bukti yang sah. digunakan untuk menyelesaikan pelanggaran

147 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 12, Desember 2016 hlm 140-150 ISSN: 2302-2019

Hukum pembuktian meliputi hal yang Pengaturan mengenai kewenangan sangat luas, disini hukum pembuktian memeriksa dugaan pelanggaran etik ataupun meliputi segala sesuatu yang berkaitan hukum dengan menggunakan alat-alat bukti dengan pembuktian itu sendiri, dimulai dari yang memiliki kualitas paralel, dengan sistem tahap pengumpulan bukti, penyampaian bukti peradilan ini, telah menempatkan MKD sampai pada beban pembuktian di berkarakter yudisial, bukan lagi politis, pengadilan. Perkembangan hukum disinilah menurut penulis MKD ambigu, pembuktian sangat berpengaruh bagi perkara disatu sisi MKD sebagai lembaga Peradilan, yang sedang ditangani, dan bukti yang dan disatu sisi putusan MKD, dianggap dimiliki. Disini, perkembangan zaman, putusan Politik, dikarenakan MKD termasuk perkembangan teknologi dan ilmu berkedudukan sebagai salah satu unsur dari pengetahuan akan sangat berpengaruh pada sembilan alat kelengkapan DPR. hukum pembuktian seperti alat bukti MKD memilih dua model sekaligus rekaman/video. Alat bukti rekaman inilah, dalam bersidang, sesuai dengan ketentuan yang menjadi pembuktian pelanggaran kode Pasal 15 ayat (2) yang menyatakan bahwa — etik Setya Novanto yang diajukan oleh Sidang MKD bersifat tertutup, kecuali pengadu Sudirman Said. dinyatakan terbuka oleh sidang MKD“. Terbuka dan tertutup dengan dua pilihan Penegakkan Kode Etik Oleh Mahkamah tersebut, sejak awal sudah dapat diketahui Kehormatan Dewan bahwa sidang Teradu Setya Navanto MKD yang merupakan salah satu dari dilakukan secara tertutup. Pada titik itulah, sembilan alat kelengkapan dewan, tentunya pilihan melaksanakan sidang terhadap teradu dalam menegakkan Kode Etik yang dilanggar Setya Novanto secara tertutup, bertentangan para Anggota Dewan dalam melaksanakan dengan Asas Audi Et Alteran Parten, yakni tugas dan fungsinya merupakan suatu Asas kesamaan kedua pihak yang berperkara keniscayaan belaka, karena Komposisi/ di muka pengadilan. Keanggotaan MKD berasal dari farksi dan Dengan sidang tertutup bagi teradu komisi DPR, dengan begitu dapat dipastikan Setya Novanto, Publik tidak dapat melihat bahwa MKD tidak akan pernah objektif secara langsung prilaku Anggota MKD dalam menyelesaikan pelanggaran- dalam memeriksa Teradu, apakah sama pelanggaran kode etik yang dilakukan para dengan para pihak Pengadu dan Saksi, sesuai Anggota-anggota DPR. dengan asas Audi Et Alteran Parten, yang Merujuk pada Pasal 120 dan 121 seharusnya MKD mengapresiasi Pengadu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dalam melaporkan Anggota DPR yang Tentang MD3, memang terkesan bahwa melanggar kode etik, namun hal ini, tidak ketentuan tersebut mengunci komposisi mencerminkan wibawa Hakim dalam keanggotaan dan pimpinan MKD yang harus menegakkan Hukum dan Keadilan, apalagi berasal dari perimbangan secara proporsional ini Pengadilan Etik. dari fraksi-fraksi di DPR, dan tak Menurut Jimly Asshiddiqie jika orang memungkinkan diambil dari unsur yang dituduh secara terbuka melanggar kode independen dari luar lembaga legislatif etik, tidak diberi kesempatan membela diri tersebut. MKD diberikan kewenangan penuh juga secara terbuka, bagaimana mungkin untuk memeriksa pengaduan (pasif) ataupun dapat menegakkan keadilan etika. berdasarkan inisiatif sendiri, (proaktif) Menurutnya sidang tertutup pasti, tidak dapat terhadap dugaan terjadinya pelanggaran etik menyelesaikan kerusakan Image atau citra ataupun hukum yang menyeret keterlibatan yang berhubungan erat dengan reputasi dan anggota DPR. kredibilitas seseorang. Apapun yang

Nur Qamariah Novita, Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat …………………..148

diputuskan di dalam sidang tertutup pasti 2015 Tentang Tata Beracara MKD DPR RI, menyisakan banyak dugaan. terlihat menyerupai lembaga peradilan Penegakkan kode etik DKPP dengan memuat Kepala Putusan berbunyi berlandaskan pada prinsip dasar etik yang —DENGAN RAHMAT TUHAN YANG mengutamakan nilai-nilai Pancasila dan MAHA ESA DAN DEMI KEHORMATAN UUD 1945 sebagai sumber utama dalam DPR“. Menurut Bagir manan Hal ini kehidupan berbangsa dan bernegara. Proses merupakan bagian atau unsur yang harus ada penyelesaian pelanggaran kode etik oleh dalam setiap putusan pengadilan. MKD, bukanlah putusan yang dikeluarkanya, Penyebutan kepala Putusan tersebut, melainkan keputusan politik. MKD merupakan konsekuensi dari negara merupakan alat kelengkapan dewan, berdasarkan Pancasila. Seperti yang telah peradilan infrastruktural dan merupakan penulis uraikan sebelumnya. Putusan MKD peradilan politik. terhadap kasus pelanggaran kode etik Teradu Bekerjanya sistem hukum dapat Setya Novanto, secara formal tidak terbantu oleh berfungsinya sistem etika menyatakan secara sah bahwa Setya Novanto dalam praktek dewasa ini, semakin disadari bersalah, dan juga tidak ada sanksi apapun bahwa sistem hukum bukanlah satu-satunya yang dijatuhkan kepadanya. Sanksi dimuat sistem yang dapat menyelesaikan masalah dalam Pasal 62 ayat (1) Peraturan DPR yang begitu kompleks dan rumit. Karena itu Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Beracara sinergi antara sistem hukum dan sistem etika MKD DPR RI, yang menyatakan bahwa perlu dibangun dalam hubungan yang “MKD dapat memberikan sanksi kepada bersifat komplementer, saling menunjang, Pimpinan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) untuk menciptakan kehidupan yang lebih dan Anggota yang dinyatakan bersalah bersih, adil, dan beradab. berdasarkan putusan MKD“. Dan Pasal 63 Isi putusan MKD untuk mengakhiri menyatakan bahwa —Jenis sanksi yang kasus pelanggaran kode etik teradu Setya diberikan kepada Pimpinan AKD dan Novanto adalah : Anggota yang dinyatakan bersalah Pertama, Sidang Mahkamah Kehormatan berdasarkan putusan MKD berupa : Dewan atas pengaduan saudara Sudirman a. Sanksi ringan dengan teguran lisan atau Said terhadap Saudara Setya Novanto atas teguran tertulis; dugaan pelanggaran kode etik dinyatakan b. Sanksi sedang dengan pemindahan ditutup dengan menerima surat pengunduran keanggotaan pada Alat Kelengkapan DPR diri Saudara Setya atau pemberhentian dari jabatan Pimpinan Novanto Nomor Anggota A-300 Fraksi DPR atau Pimpinan Alat Kelengkapan sebagai ketua DPR RI periode 2014- DPR dan diumumkan kepada publik; atau 2019. c. Sanksi berat dengan pemberhentian Kedua, Terhitung sejak hari Rabu Tanggal sementara paling singkat 3 (tiga) bulan 16 Bulan Desember Tahun 2015, Saudara atau pemberhentian sebagai Anggota. Setya Novanto dinyatakan berhenti sebagai Menurut penulis, secara logika-formal Ketua DPR RI periode 2014-2019. Demikian tidak ada yang dilanggar oleh Teradu Setya keputusan rapat Mahkamah Kehormatan Novanto, padahal Teradu mundur dari Dewan ini dibacakan pada sidang MKD yang jabatanya sebagai Pimpinan DPR sifatnya terbuka untuk umum pada hari Rabu menunjukan bahwa teradu terbukti bersalah, Tanggal 16 Bulan Desember Tahun 2015. sementara MKD sudah membacakan putusan Berdasarkan ketentuan Pasal 146 ayat masing-masing Hakim dalam perkara (3) Undang-Undang MD3 dan ketentuan Pelanggaran Kode Etik Ketua DPR RI, Setya Pasal 59 Peraturan DPR Nomor 2 Tahun Novanto. Dari 17 (Tujuh Belas) Hakim

149 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 12, Desember 2016 hlm 140-150 ISSN: 2302-2019

MKD, 10 (Sepuluh) Hakim lainya KESIMPULAN DAN REKOMENDASI menyatakan Teradu Setya Novanto terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan Kesimpulan pelanggaran etika sedang, sementara 7 Berdasarkan analisis yang dijabarkan (Tujuh) Hakim lainnya memutuskan Setya dalam bab pembahasan, maka dapat Novanto melakukan pelanggaran berat, yang disimpulkan sebagai berikut: bisa berujung pada pemberhentian dari 1. Mahkamah Kehormatan Dewan dapat anggota DPR. menyelesaikan kasus pelanggaran kode Namun hal ini tidak dimuat dalam Amar etik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat putusan yang penulis telah uraikan diatas, Republik Indonesia, yakni (Setya berdasarkan ketentuan Pasal 56 ayat (7) Novanto). Namun dalam proses Peraturan DPR Nomor 2 Tahun 2015 penyelesaian Komposisi Keanggotaanya Tentang Tata Beracara MKD DPR RI. MKD Hakim MKD merupakan bagian dari bersidang menurut penulis tidak sejalan fraksi/kelompok yang sama dengan pihak dengan Tata bercaranya yang telah diatur teradu (Setya Novanto). Sehingga dalam Peraturan DPR. Independensi/Kemandirian MKD tidak Satjipto rahardjo mengutip ucapan menjamin adanya Intervensi/campur Taverne, —Berikan pada saya Jaksa dan tangan dari pihak manapun. Hakim yang baik, maka dengan peraturan 2. Mahkamah Kehormatan Dewan tidak yang buruk sekalipun saya bisa membuat dapat membuktikan adanya pelanggaran putusan yang baik“. Mengutamakan perilaku kode etik Anggota Dewan Perwakilan (manusia) daripada peraturan perundang- Rakyat Republik Indonesia, yakni (Setya undangan sebagai titik tolak paradigma Novanto). Dalam proses penyelesaianya, penegakan Hukum, akan membawa kita terbukti tidak adanya sebuah putusan untuk memahami hukum sebagai proses MKD yang menyatakan Setya Novanto memanusiakan manusia. bersalah atau tidak, dalam melanggar kode Menurut Jimly Asshiddiqie Rule of law etik DPR yang menjadi tujuan dari bukan lagi satu-satunya jawaban atas segala pembuktian tersebut. Meskipun Setya persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia Novanto, telah mengundurkan diri sebagai sekarang dan yang akan datang, Hukum ketua DPR RI. Pembuktian pelanggaran bukan lagi solusi tunggal untuk masyarakat kode etik di MKD, lebih menitik beratkan dunia pasca modern. Menurutnya Etika pada pembuktian Materil dalam bukan ingin menggantikan Hukum, Rule of persidangan etik. law tetap perlu ada, etika hanya sebagai penopang Rule of law, Etika melengkapi Rekomendasi sistem Hukum. Kalau hukum hanya bersifat Adapun saran dari hasil penelitian ini prosedural, menurutnya, maka niscaya sebagai berikut: kurang bermutulah kita, sistem Rule of law 1. Kedepanya, dibentuk Peradilan Etik dilengkapi Rule of ethics. Jika etika tersendiri bagi Penyelenggara Negara, berfungsi, maka bisa mengoreksi agar terjaga Independensinya/ penyimpangan yang terjadi oleh kemandirianya, bebas dari intervensi/ penyelenggara negara. campur tangan dari pihak manapun, sehingga dapat menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran kode etik dari prilaku oknum-oknum yang mencoreng citra/ nama baik lembaga/institusi jabatan dan kepercayaan publik. Tentunya hal ini,

Nur Qamariah Novita, Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat …………………..150

untuk mengontrol prilaku Penyelenggara Bagir Manan dan Kuantana Magnar, 1997, Negara / Pejabat Publik, dan kaum Beberapa Masalah Hukum Tata profesional dari praktek-praktek konflik Negara Indonesia, PT. Alumni kepentingan yang menyebabkan para Dennis F. Thompson, Political Ethics and pejabat-pejabat tersebut, mengorbankan Pubik Office, diterjemahkan oleh kepentingan umum, untuk kepentingan Yayasan Obor Indonesia, Etika Politik pribadi dan golongan. Pejabat Negara, . 2. Pembuktian pelanggaran kode etik, Eddy O.S. Hiarej, 2012, Teori dan Hukum disarankan taat pada azaz pembuktian Pembuktian, Gelora Aksara Pratama, Formil saja. Karena dipandang sebagai Jakarta. salah satu bentuk, atau jenis Peradilan Jimly Asshiddqie, 2014, Pengantar Ilmu cepat. Sehingga prosesnya, cukup Hukum Tata Negara, Rajawali Pers, dilakukan dengan pendekatan kepastian Jakarta. hukum yang berkeadilan. Bukan ------, 2015. Peradilan Etik pembuktian Materil dalam hukum acara Dan Etika Konstitusi, Jakarta. pidana yang dilakukan untuk Satjipto Rahardjo, 2009, Penegakkan Hukum membuktikan pelanggaran kode etik, Suatu Tinjauan Sosilogis, Genta sehingga proses penyelesaianya menyita Publishing, Yogyakarta. waktu yang lama untuk mendalami Teguh Prasetyo dan Arie Purnomosidi, 2014, pembuktian pelanggaran kode etik, yang Membangun Hukum Berdasarkan tujuan utamanya menyelamatkan nama Pancasila, Nusa Media, . baik lembaga.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Aminuddin Kasim, SH., MH. dan Dr. Jalaluddin SH. M.H. atas bimbingannya dalam membantu penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum Dan Teori Peradilan, Kencana Prenada media Group, Jakarta. Aminuddin Ilmar, 2014, Hukum Tata Pemerintahan, Kencana Peranada Media Group, Jakarta. Arief Kamaludin, Sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Dewan Perwakilan Rakyat terhadap dugaan pelanggaran kode etik oleh Ketua DPR Setya Novanto, dalam http//www. KATADATA.com di akses pada tanggal 29 Maret 2016.