Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 – 14 Vol. 37. No.1 ISSN 0126 - 4265

1

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 47 – 57 Vol. 37. No.1 ISSN 0126 - 4265

SOCIAL ECONOMIC PERSPECTIVES OF SIAK RIVER COMMUNITY

FIRMAN NUGROHO 1)

ABSTRACT

This research to tittle to people’s social-economic of side river a special area Siak river. This area has some of the best researching, especially to relate between social-economic and ecology. The collected of data is time series data from 2005-2007 years and methodology is survey . Most impressive is the result, condition for people’s social-economic to shown : river and forest not support people’s lives because destructed of rivers and forest; level of people’s educat is low and high of droup out in education; degree of health and infratructur of health are low; the accesibility to financial in bank is low but ‘rentenir’ support live peoples;

Key words: droup-out, health, accessibility, ‘rentenir’,

Pendahuluan 1 dan Sungai Siak (400 Km). Keempat Tulisan Peluso (1992) yang sungai ini melewati hampir semua propokatif berjudul : ‘ Rich Forest kabupaten di daratan Propinsi . Poor People ’ menjadi pembuka ide Sungai Kampar melewati Kabupaten yang kuat untuk tulisan ini namun Kampar, Pelalawan dan bagian luar bukan soal sumberdaya hutan tetapi Kabupaten Indragiri Hilir; Sungai sumberdaya alam lainnya yaitu Siak melewati Kabupaten Kampar , sungai dan social ekonomi Siak dan Kota ; Sungai masyarakat di pinggir sungai. Secara Rokan melewati Kabupaten Rokan sederhana tulisan ini sangat dekat Hulu dan Rokan Hilir; Sungai dengan diskursus poor rivers for the Indragiri melewati Kabupaten poorest people , yang dimaknai Kuantan Singingi, Indragiri Hulu dan dengan membahas kemiskinan Indragiri Hilir. Keempat sungai ini penduduk wilayah sungai yang tentu saja memiliki daerah aliran keadaannya sangat memprihatinkan sungai (DAS) yang sangat luas, khususnya di wilayah Propinsi Riau. daerah daerah tersebut merupakan Propinsi Riau merupakan salah kantong kantong pemukiman satu dari sedikit propinsi di penduduk. Persebaran penduduk yang memiliki sumberdaya terkonsentrasi (90 %) di daerah sungai yang besar, tercatat terdapat aliran sungai (Dinas Transmigrasi 15 sungai yang mengalir di daratan dan Kependudukan, 2002). Propinsi Riau (Bappeda dan BPS, Wilayah wilayah tersebut 2005), diantaranya empat sungai memiliki sumberdaya besar berupa besar yang berpengaruh terhadap tanah, air, udara dan sumberdaya kehidupan penduduk yakni: Sungai alam lain yang yang termasuk Kampar (600 Km), Sungai Rokan ( sumberdaya alam yang terbarukan 400 Km), Sungai Indragiri (500 Km) maupun yang tak terbarukan, sehingga relasi dan interelasi antara penduduk dengan sungai dan DAS 1) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas riau Pekanbaru pasti terjadi, penduduk tidak dapat

47

SocialBerkala Economic Perikanan Terubuk,Perspectives Februari Of Siak 2009, River hlm 1 – 14 Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.1 Februari Vol. 37. 2009 No.1 ISSN 0126 - 4265

hidup tanpa sumberdaya alam tulisan yang membahas tentang tersebut dan sebaliknya aktivias m kemiskinan penduduk wilayah penduduk sering mempengaruhi pinggir sungai. sumberdaya alam dan lingkunganya. Sungai Siak yang relative Ketergantungan penduduk terhadap panjang (400 Km) berhulu dari sungai dimanifestasikan dalam Kecamatan Tapung, Kabupaten bentuk pemanfaatan sungai sebagai Kampar dan berhilir di pesisir timur sumber kehidupan sehari hari, pulau Sumatera telah melewati sebagai sumber air bersih (MCK) berbagai wilayah desa, kecamatan dan air minum, sumber bahan dan kabupaten, diantara wilayah pangan hewani (ikan, udang, yang berada di pinggir Sungai Siak kepiting, kerang-kerangan,dan biota adalah Desa Buatan I, Buatan II, lainnya), pangan nabati (padi, umbi, Rantau Panjang dan Olak Kabupaten tanaman obat, dan lainnya), irigasi , Siak. Keempat wilayah tersebut telah drainase dan transportasi. Selain itu tumbuh kegiatan agri-forestri air sungai juga menjadi akselator industri yang meliputi indistri pulp- tumbuhnya hutan primer di daerah paper, jasa bongkar muat dan DAS, yang selanjutnya hutan primer industri perminyakan. Oleh karena menjadi pendukung kehidupan itu, seharusnya penduduk di desa penduduk. Sumberdaya hayati sungai desa tersebut lebih beruntung dan hutan yang mendukung dibanding dengan desa desa lain kehidupan penduduk pinggir sungai baik dari ketersediaan kebutuhan sedikit demi sedikit tapi pasti telah dasar seperti : air bersih, listrik, mempengaruhi relasi dan interelasi kesehatan, kebutuhan pangan, antara sungai dan penduduk sehingga pendidikan, pekerjaan maupun membentuk peradaban dan budaya ketersedian sarana dan prasarana penduduk Propinsi Riau, misalnya: pendukung lain, namun demikian terbentuknya pola makan dengan faktanya menunjukkan bahwa konsumsi ikan sungai, kebudayaan penduduk desa desa tersebut sangat yang terikat kuat dengan sungai kesulitan dalam melakukan aktifitas (penduduk terbiasa menggunakan kehidupan terutama dalam sampan, memancing, kegiatan pacu mengakses kebutuhan kehidupan jalur dan lain lainnya) sehari hari (kebutuhan dasar). Hal ini Peradaban dan budaya yang mendorong penelitian pada penduduk sungai diperkirakan penduduk di pinggi Sungai Siak mulai memudar seiring dengan B. Tujuan Penelitian semakin mengecilnya dukungan Berdasarkan latar belakang sumberdaya hayati sungai dan hutan tulisan ini tujuan penelitian ini sebagai akibat proses pembangunan adalah: yang telah berjalan tiga dekade 1. Menguraikan deskepsi potensi terakhir. Sungai dan anak sungainya sungai dan hutan sebagai sumber ditengarai telah mengalami kehidupan penduduk di sekitar kontaminasi bahkan tercemar airnya wilayah daerah penelitian sehingga tidak mampu lagi 2. Mendeskrepsikan sarana dan mendukung kehidupan penduduk, prasarana dasar di wilayah daya dukung sungai menjadi penelitian yang meliputi sarana menurun. Hal tersebut menjadi kesehatan, ekonomi/pasar, landasan kuat untuk memunculkan sumber air bersih/minum,

49

SocialBerkala Economic Perikanan Terubuk,Perspectives Februari Of Siak 2009, River hlm 1 – 14 Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.1 Februari Vol. 37. 2009 No.1 ISSN 0126 - 4265

pendidikan, transportasi dan wilayah penelitian. Berdasarkan listrik. survei pada setiap lokasi penelitian 3. Mendeskrespsikan sosial diambil sampel masing masing desa ekonomi penduduk di wilayah berkisar 90 – 100 rumah tangga penelitian yang dilihat dari: (berkisar 25 – 35 % ). Pengambilan pengeluaran, tingkat pendidikan, sampel , metode pengambilan sampel dan akses air bersih dengan menggunakan metode simple C. Manfaat Penelitian random sampling (acak sederhana) , Berdasarkan pada tujuan pengambilan responden dilakukan penelitian tersebut, maka manfaat dengan menggunakan metode salah penelitian ini adalah: satu metode simple random 1. Memberikan informasi yang sampling yaitu lotting. faktual tentang potensi dan Variabel Penelitian dan produktiviktas sungai dan hutan Analisis data , dalam penelitian ini di sekitar wilayah penelitian variabel dan data pendukung yang 2. Memberikan informasi ang akan diambil dari unit analisis rumah terbaru tentang mendeskrepsikan tangga adalah (1) Sumberdaya alam sarana dan prasarana dasar di yang berupa hutan dan sungai, (2) wilayah penelitian yang meliputi Kesehatan dan pola konsumsi sarana kesehatan, makanan; (3) Pendidikan dan pekerja ekonomi/keuangan, sumber air anak dalam keluarga; (4) Pola bersih/minum, pendidikan, keuangan keluarga; (5) Pemilikan transportasi dan listrik. aset dan variabel lain. Data lain yang 3. Memberikan informasi yang menyangkut data sekunder yang berharga tentang sosial ekonomi bersumer dari keluarahan/desa dan penduduk di wilayah penelitian kecamatan. Analisis Data, dalam menganalisis tentang kemiskinan Metode Penelitian penduduk digunakan beberapa Secara umum penelitian ini parameter yaitu : (1). Pemanfaatan dilakukan dengan menggunakan sumberdaya alam berupa hutan dan metode survei (Singarimbun dan sungai (2) Kesehatan dan pola Effendi, 1999); yaitu melakukan konsumsi makanan, Kesehatan observasi lapangan untuk meliputi: akses kelahiran terhadap mendapatkan fakta fakta yang dokter, perawatan pasca kelahiran, berkenaan dengan kondisi sosial akses terhadap air bersih, layanan ekonomi penduduk di wilayah desa tenaga medis formal; Pola konsumsi pinggir Sungai Siak. Secara kultural makanan meliputi: proporsi keluarga kehidupan penduduk di wilayah ini yang makan 2 kali/hari, proporsi tergantung dengan hasil sungai dan keluarga yang mengkonsumsi daging hasil hutan di sekitar desa. Desa per minggu, proporsi keluarga yang contoh dalam penelitian ini adalah mengkonsumsi ikan per minggu, Desa Buatan-I,Buatan-II, Rantau proporsi keluarga yang Panjang dan Olak sebagai contoh mengkonsumsi telur per minggu. (3). desa pinggir Sungai Siak . Tingkat putus sekolah pada usia SD, Jumlah sampel , Sumber usia SLTP dan usia SLTA serta informasi penelitian ini adalah proporsi anak usia SD-SLTA yang kepala rumah tangga dengan unit bekerja; (4) Pola keuangan keluarga analisis adalah rumah tangga di yang meliputi: Proporsi keluarga

50

SocialBerkala Economic Perikanan Terubuk,Perspectives Februari Of Siak 2009, River hlm 1 – 14 Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.1 Februari Vol. 37. 2009 No.1 ISSN 0126 - 4265

yang memilki akses ke Bank/ 1. Kependudukan lembaga keuangan resmi, Proporsi Dalam kesejarahannya penduduk keluarga yang memilki akses ke desa desa pinggir sungai merupakan Bank/ lembaga keuangan resmi, penduduk prototipe bagi Proporsi keluarga yang menabung perkembangan penduduk di pada lembaga resmi, Proporsi sekitarnya, persebaran penduduk keluarga yang harus menggadaikan berada di sekitar sungai induk asetnya, Proporsi keluarga yang maupun anak sungainya. harus menjual asetnya untuk Permukiman penduduk biasanya melunasi hutang. (5) Pemilikan aset linier dengan sungai dan bersifat dan variabel lainnya, pemilikan aset cluster dengan panjang 1- 2 meliputi variabel kulkas, telepon, kilometer dan lebar 300 meter dan kipas angin, parabola, TV berwarna, perumahan khas ’panggung’, oleh DVD, tape recorder, mesin jahit, karena itu persebaran penduduk komputer, handphone, alat tidak merata dengan kepadatan elektronik, kendaraan roda dua, tertinggi penduduk pada cluster rumah, kepemilikan hewan ternak; utama. Desa desa di pinggir sungai variabel lain menyangkut: sumber umumnya sangat luas dan tidak energi listrik, menggunakan WC sebanding dengan jumlah pribadi, luas tempat tinggal lebih dari penduduknya, sehingga kepadatan 8 meter persegi dll penduduk relatif kecil walaupun jumlah penduduknya cenderung Hasil dan Analisis meningkat. Tabel 1 Luas, Jumlah Penduduk, Jumlah Kepala Keluarga dan Kepadatan Penduduk pada setiap Desa di Wilayah Studi Tahun 2007.

Luas Jumlah Kepadatan No. Desa/Kelurahan Desa Penduduk Jumlah KK Penduduk (Jiwa/ Km 2) (Km 2) (Jiwa)

1. Buatan II 87,2 2.518 647 29

2. Rantau Panjang 145,7 1935 475 14

3. Olak - 672 168 -

4. Buatan I - 600 217 - Sumber : Data Skunder, 2007

Berdasarkan klasifikasi jiwa/km 2 tergoloong kurang padat; 251-400 2 kepadatan penduduk sesuai dengan jiwa/km tergolong cukup padat dan di atas 400 jiwa/km 2 tergolong padat. Undang-undang No. 56/rpr/1960, maka di desa –desa studi sebagian 2. Indikator sosial ekonomi besar tergolong pada klasifikasi penduduk daerah yang tidak padat (jarang) 2.1. Indikator pemanfaatan karena kepadatan penduduk di desa 2 sumberdaya hutan dan sungai studi kurang dari 50 jiwa/km .. Mata pencaharian penduduk Klasifikasi kepadatan penduduk wilayah pinggir sungai secara menurut UU No.56/PRP/1960 alamiah sebagain besar sangat tercatat kepadatan penduduk 1-50 tergantung pada sumberdaya hutan jiwa/km 2 tergolong tidak padat; 51-250

51

SocialBerkala Economic Perikanan Terubuk,Perspectives Februari Of Siak 2009, River hlm 1 – 14 Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.1 Februari Vol. 37. 2009 No.1 ISSN 0126 - 4265

dan sungai, kawasan ekosistem kerja tempatan karena persoalan hutan hujan tropik dataran rendah kualifikasi sumberdaya manusia (lowland tropical rain forest ) ini yang tidak memenuhi standard yang menghasilkan beragam hasil kayu diharapkan. komersial, kulit, getah, buah, pangan Sumberdaya lain penduduk di dan obat obatan serta berbagai jenis wilayah studi adalah Sungai, selain ikan air tawar/rustacea. Hasil hasil sebagai sarana transportasi juga hutan seperti kayu meranti (Shorea untuk kepentingan hidup seperti: spp), jelutung (getah putih);. buah- mandi, cuci (MCK), sumber air buahan seperti Tengkawang, Petai bersih, sumber air minum bagi (Parkia speciosa ), Durian ( Durio penduduk dan juga sebagai sumber oxleyanus ), Duku, Aren dll; bahan bahan pangan berupa ikan, crustacea obat seperti Akar kancil ( Smilac dan hasil perikanan lainnya. Hasil zeylanica ) untuk tonikum/obat kuat, bahan pangan yang berasal dari Akar kuning ( Arcongela flauna ) Sungai Kampar berupa ikan yang untuk sakit kuning, bayur bernilai ekonomis antara lain: ikan (Pterospermum blueanom ), Akar Baung ( Mystusnemurus ,CV), Pantau kumis kucing ( Orthsiphon (Rasbora oryrotaenia ), Tapah aristatum ), Pasak bumi ( Eurycoma (Walago leeri ), Selais (Cryptoterus langifolia ) dll. Hutan sebelum tahun biccichis), udang galah 1980 hasil hutan tersebut masih (Macrobrachium sp), dan ikan lain banyak dijumpai di sekitar wilayah yang menjadi konsumsi harian studi oleh karena ekosistem hutan penduduk seperti Motan ( Tyhnrichtys hujan tropik dataran rendah ( lowland polylepis ), Sepat ( Trichogaster sp ), tropical rain forest ) yang ada masih Lele (Clarias sp), Gabus ( Channa menyediakan beragam hasil hutan striata ), Tambakan ( Helostoma yang memadai untuk mendukung temmincki ), Nila (Oreochromis kehidupan dan penghidupan niloticus), Juaro ( Pangasius penduduk. Namun sejak ekosistem poltyronodon ). Hasil perikanan hutan hujan tropik dataran rendah tersebut tidak dapat lagi dinikmati (lowland tropical rain forest ) secara maksimal dan tidak dapat dikonversi menjadi perkebunan, untuk mendukung ekonomi rumah hutan tanaman industri (HTI) tangga karena hasil tangkapan ikan sehingga menjadi hutan homogen maupun udang semakin hari semakin maka hasil hutan alam tidak dijumpai sulit (hasil 0,5 kg- 1,5 kg/hari) dan lagi. Keadaan tersebut semakin kecil ikan/udang yang menyebabkan sebagian besar tertangkap. Hal ini terjadi sebagai penduduk tidak lagi memiliki mata akibat kerusakan ekosistem sungai pencaharian yang memadai untuk (S. Siak) yang diperlihatkan dari mempertahankan kehidupan dan kualitas air yang semakin menurun penghidupannya sehingga mereka karena terakumulasinya limbah terjerat dalam hutang para pedagang pertanian (pupuk, pestisida dll), keliling/along along; ketiadaan mata limbah industri (logam, minyak, pencaharian yang tetap menyebabkan koloid beracun dll), dan limbah penduduk mengalami kemunduran rumah tangga di sungai sehingga sosial-ekonomi. Sementara industri sungai mengalami penurunan daya industri yang berkembang di wilayah dukungnya. Hal ini dapat dilihat dari DAS tidak mampu menyerap tenaga indikator fisik air Sungai Siak yang

52

SocialBerkala Economic Perikanan Terubuk,Perspectives Februari Of Siak 2009, River hlm 1 – 14 Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.1 Februari Vol. 37. 2009 No.1 ISSN 0126 - 4265

telah berubah suhu air, pH, warna, tidak memadai di wilayah penelitian, bau, rasa, timbulnya endapan, selain rendahnya kesadaran koloidal, mikroorganisme (Wardana, penduduk dalam memahami tentang 1995). Dampak akhirnya adalah pentingnya sekolah. Indikator sektor semakin meningkatnya biaya ( cost ) pekerjaan menunjukkan pekerjaan air minum, air bersih, kesehatan dan penduduk bersifat setengah mulai menghilangnya mata menganggur (bekerja < 35 pencaharian penduduk; secara sosial jam/minggu), umumnya bekerja pada penduduk pinggir sungai benar benar sektor pertanian : menderes karet, termarginalkan. mencari ikan, mencari hasil hutan, 2.2. Indikator pendidikan dan berdagang atau sektor informal. pekerjaan Akses terhadap pekerjaan formal Pendidikan dan pekerjaan sangat sulit diperoleh akibat penduduk sebagai indikator pendidikan dan ketrampilan rendah kemiskinan dapat yang dimiliki penduduk di wilayah dipertanggungjawabkan, pinggir sungai. Kondisi yang lebih kecenderungan penduduk miskin mengejutkan adalah keterlibatan paling sulit mengakses pendidikan, anak anak usia sekolah (usia SD- kesulitan tersebut diperlihatkan dari SLTA) dalam pekerjaan orang tingkat pendidikan yang rendah dan dewasa, barangkali hal biasa bagi tingkat putus sekolah yang tinggi, penduduk pedesaan yang paling tidak ada dua faktor yang menganggap anak sebagai menjadi penyebabnya (i) ‘sumberdaya’ keluarga dalam upaya ketidakmampuan orang tua secara meningkatkan ekonomi rumah ekonomi untuk menyekolahkan tangga. Secara lengkap deskrepsi anaknya pada jenjang yang lebih proporsi anak putus sekolah dan tinggi; (ii) sarana dan prasarana tenega kerja anak usia sekolah di pendidikan dasar/menengah yang sajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran Indikator pendidikan dan pekerjaan anak, prosentase putus sekolah dan pekerja anak usia sekolah Putus Sekolah (%) Wilayah Penelitian Usia SD Usia SLTP Usia SLTA Bekerja (%) 5.Buatan II 6,3 11,5 15,8 12,8 6.Rantau Panjang 19,9 38,4 53,2 38,2 7.Olak 25,6 67,8 79,5 45,8 8. Buatan I 14,1 27,7 38,7 13,3 Sumber: Pengolahan data, 2007

Tabel 3. memperlihatkan profil keterlibatan anak sekolah terhadap pendidikan yang putus sekolah dari pekerjaan rata-rata lebih dari 10 %. berbagai tingkatan sebagai indikator Hal ini sebagai indikator sebuah sosial ekonomi penduduk, di desa penduduk yang sosial ekonominya Buatan I dan II prosentase putus kurang baik yaitu ketidakmampuan sekolah cenderung semakin penduduk menyekolahkan anaknya meningkat dengan meningkatnya dan menggunakan anak sebagai usia sekolah (SLTP dan SLTA) tenaga kerja yang produktif. namun masih lebih kecil dibanding Perbedaan tingkat pendidikan dua desa lainnya (desa Rantau kepala keluarga kaya dan kepala Panjang dan desa Olak). Selanjutnya keluarga miskin sangat menyolok.

53

SocialBerkala Economic Perikanan Terubuk,Perspectives Februari Of Siak 2009, River hlm 1 – 14 Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.1 Februari Vol. 37. 2009 No.1 ISSN 0126 - 4265

Sedikitnya 89,3 % kepala keluarga Pada sektor pekerjaan kaya telah menyelesaikan tingkat menunjukkan semua kepala keluarga pendidikan formalnya di SD, kaya bekerja pada sektor jasa, diantaranya 46,3 % di SLLTP dan perdagangan dan lainnya, sedang SLTA dan 8,4 % di universitas. pada kepala keluarga miskin hanya Sebaliknya hampir tiga perempat 66,7 % yang bekerja terutama pada (66,7 %) kepala keluarga miskin sektor pertanian. Pada keluarga kaya hanya menamatkan pendidikan terdapat 23,5 % pasanganya bekerja formalnya sampai SD, tidak satupun artinya hampir dua kali dibanding yang sempat mengenyam pendidikan pasangan keluarga miskin yang hingga SLTA. Kesenjangan juga hanya 11,7 %. Namun fakta nampak menyolok pada tingkat menunjukkan jumlah anak usia pendidikan pasangan, pasangan yang sekolah yang bekerja pada keluarga menamatkan pendidikan hingga SD miskin lebih besar dibanding hanya 23,1 % dan tidak satupun keluarga kaya, pada keluarga miskin yang menamatkan pendidikan 3,7 % sedangkan pada keluarga kaya sembilan tahun. hanya 1,1 %.

Tabel 4. Ringkasan Indikator pendidikan dan pekerjaan kepala keluarga dan pasangannya

Kelompok Variabel Proporsi 10 % Proporsi 10 % Pendidikan dan Variabel Keluarga kaya Keluarga ketenagakerjaan miskin Tingkat pendidikan kepala keluarga dan pasangan Pendidikan kepala keluarga :SD 34,6 66,7 Pendidikan kepala keluarga : SLTP 12,2 1,1 Pendidikan kepala keluarga :SLTA 34,1 0 Pendidikan kepala keluarga : Universitas 8,4 0 Pendidikan pasangan : SD 2,4 23,1 Pendidikan pasangan:SLTP 36,7 0 Pendidikan pasangan:SLTA 13,1 0 Pendidikan pasangan: Universitas 6,3 0 Anggota yang bekerja Kepala keluarga bekerja 100 66,7 Pasangan bekerja 23,5 11,3 Sedikitnya anak usia sekolah yang bekerja 1,1 3,7 Sektor pekerjaan Keluarga bekerja di sektor pertanian 6,3 76,3 Keluarga bekerja di sektor industri 2,4 1,1 Keluarga bekerja di sektor jasa/perdagangan 67,8 2,4 /lainnya Sumber: Pengolahan data, 2007

2.3. Indikator kesehatan dan pola dan pola konsumsi makanan. Hasil konsumsi makanan survei ditunjukkan oleh Tabel 5. Indikator kemiskinan penduduk yang dapat dilihat adalah kesehatan

54

SocialBerkala Economic Perikanan Terubuk,Perspectives Februari Of Siak 2009, River hlm 1 – 14 Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.1 Februari Vol. 37. 2009 No.1 ISSN 0126 - 4265

Tabel 5. Prosentase Pelayanan kesehatan dan pola konsumsi makanan penduduk. Indikator DESA Buatan II Rantau Panjang Olak Buatan I (%) (%) (%) (%) A. Kesehatan . Kelahiran bayi oleh dokter 23,1 9,1 8,4 12,2 . Proporsi layanan pasca natal oleh dokter 19,4 8,4 8,4 13,1 . Proporsi mengkonsumsi air bersih 30,1 10,4 23,1 15,1 . Proporsi layanan medis formal 43,1 33,5 12,1 25,3 B. Pola Konsumsi Makanan . Proporsi makan 2 kali/hari 93,7 96,1 92,6 96,1 . Konsumsi daging setiap minggu 51,2 12,2 4,1 51,2 . Konsumsi ikan setiap minggu 78,9 96,1 96,1 78,9 . Konsumsi telur tiap minggu 76,1 15,1 12,2 45,3 Sumber: Pengolahan data, 2007 Secara umum pelayanan per empat, dan seiring dengan kesehatan yang dapat diakses konsumsi ikan (ikan sungai) yang keluarga relatif rendah, kelahiran dan sangat tinggi, namun proporsi pasca kelahiran sebagian besar tidak keluarga yang makan telur dan ditangani oleh dokter, hanya wilayah daging relatif rendah. Deskrepsi Pangkalan Kerinci yang proporsi kesehatan dan pola konsumsi keluarga yang melahirkan bayi dan makanan penduduk menunjukkan pasca kelahiran ditangani oleh dokter indikator sosial-ekonomi penduduk (rumah bersalin) mencapai di atas 25 sangat dekat dengan wilayah %, sedangkan wilayah lain kurang penelitian terutama dalam akses air dari 25 %. Sebagian besar dilakukan bersih, tenaga medis. oleh dukun kampung terlatih dan 2.4. Kondisi keuangan bidan desa. Proporsi keluarga dalam Di wilayah penelitian tidak mengkonsumsi air bersih sangat dijumpai lembaga rendah terutama desa desa Kuala kredit/peminjaman resmi. Oleh Terusan, Sering, Pelalawan, Olak, karena itu, penduduk desa tersebut Buatan-1 dan Buatan-II, penduduk yang ingin mengajukan wilayah wilayah ini mengkonsumsi peminjaman/kredit harus datang ke sebagian besar mengkonsumsi air BRI atau bank lain yang ada di hujan, mata air terbuka, air sungai ibukota kabupaten Siak Sri Indrapura (pada sat saat tertentu). Hal lain yang yang jaraknya 20 Km dari desa cukup baik adalah pola konsumsi Olak, Rantau Panjang, Buatan-I dan makanan yang sebagian besar Buatan –II. Perilaku penduduk penduduk desa telah makan 2 kali terhadap keuangan disajikan dalam sehari dengan proporsi lebih dari tiga Tabel 6

Tabel 6. Prosentase Pelayanan kesehatan dan pola konsumsi makanan penduduk. Indikator DESA Buatan II Rantau Panjang Olak Buatan I (%) (%) (%) (%) Proporsi keluarga yang memilki akses ke 12,2 2,4 2,4 2,4 Bank/ lembaga keuangan resmi Proporsi keluarga yang menabung pada 4,1 1,1 1,1 1,1 lembaga resmi Proporsi keluarga yang harus 9,1 2,4 2,4 1,1 menggadaikan asetnya Proporsi keluarga yang harus menjual 2,4 1,1 0,0 0,0 asetnya untuk melunasi hutang Sumber: Pengolahan data, 2007

55

Social Economic Perspectives Of Siak River Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.1 Februari 2009

Sebagian penduduk sangat Bantul dengan para rentenier yang lemah dalam mengakses bank bersifat mutualisme. terdekat, ini disebabkan karena 2.5. Pemilikan aset dan variabel lain pengetahuan yang minim tentang Aset yang dimiliki oleh perbankan dan juga ketiadaan asset penduduk menjadi penting karena keluarga. Pada lokasi penelitian jelas pemilikan aset menyebabkan Buatan II dan Buatan I yang perbedaan yang yang menyolok penduduknya relatif dapat dalam kondisi kesejahteraan mengakses lembaga keuangan penduduk, dengan melihat indikator resmi, sebagian besar penduduk yang ini akan lebih jelas untuk mengakses bank menggunakan mengidentifikasi kondisi sosial sertifikat tanah/rumah atau ekonomi di lokasi penelitian. Dalam kendaraan sebagai jaminan ( borg ), sajiannya variabel variabelnya Penduduk yang mempunyai asset ke diambil dari 10 % rumah tangga lembaga keuangan resmi merupakan yang sosial ekonominya cukup baik penduduk yang tergolong sosial dan 10 % dari rumah tangga yang ekonomi cukup baik, hal ini dapat sosial ekonominya kurang agar dapat dimaknai di wilayah penelitian hanya dengan jelas perbedaan aset dan terdapat maksimal 23 % keluarga variabel lain yang dimiliki oleh dua yang sosial ekonomi cukup baik. golongan tersebut. Sebagai contoh Indikator ini menunjukkan variabel aset berupa komputer kemampuan ekonomi penduduk di ternyata hanya dimiliki oleh keluarga wilayah penelitian sangat lemah rumah tangga yang sosial dalam melakukan hubungan dengan ekonominya cukup baik walaupun lembaga keuangan resmi. dengan proporsi yang sangat kecil Dalam hal keuangan, sebagian dan kipas angin dimilki oleh kedua besar penduduk berhubungan dengan golongan; hal ini menjelaskan pada dengan lembaga keuangan tak resmi kita terdapat karakteristik pemilikan yaitu para saudara/kerabat, tetangga, aset pada keduanya. Berdasarkan pedagang, renteneir dalam hal hasil survei disajikan dalam Tabel 7. hutang-piutang, pinjam meminjam Terdapat kesenjangan yang uang/barang, penggadaian assetnya, amat besar dalam hal pemilikan aset menjual assetnya, menjual produk antara dua golongan tersebut. (karet, hasil hutan, ikan, crustacea Setidaknya ada 10 aset yang dimilki dll). Hubungan ini didasari oleh oleh golongan pertama tetapi tidak saling percaya dan saling dimiliki oleh golongan kedua, membutuhkan antara penduduk diantaranya adalah kulkas, telepon, dengan pedagang atau renteneir, oleh pendingin ruangan, DVD/DCD, karena itu tidak sulit bagi penduduk parabola, komputer, mesin jahit, HP, untuk mendapat hutang karena tidak kendaraan bermotor roda dua, dan membutuhkan prosedur yang rumit mobil. Selanjutnya terdapat aset yang dan tanpa jaminan asset yang dimiliki oleh kedua golongan adalah dimilikinya. Hubungan ini juga rumah, ada beberapa alasan ditemukan di berbagai desa di Pulau menyangkut pemilikan aset tersebut, Jawa seperti yang diungkap oleh kedudukannya yang amat penting Heru (2000) yang menjelaskan sehingga sangat diprioritaskan atau hubungan antara penduduk miskin di merupakan warisan orang tua. Sementara itu pemilikan ternak yang

55

SocialBerkala Economic Perikanan Terubuk,Perspectives Februari Of Siak 2009, River hlm 1 – 14 Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.1 Februari Vol. 37. 2009 No.1 ISSN 0126 - 4265

secara signifikan dimiliki oleh kedua yang cepat ddapat digunakan untuk kelompok adalah ternak kecil dengan kepentingan keluarga secara proporsi yang hampir sama, bagi mendadak. keluarga kecil ayam merupakan aset

Tabel 7. Pemilikan aset penduduk kaya dan miskin serta variabel lain Kelompok Variabel Variabel Proporsi 10 % Proporsi 10 % r.t cukup baik r.t kurang Kepemilikan aset Memiliki kulkas 13,1 0 Memiliki telepon rumah 4,1 0 Memiliki kipas angin 76,4 2,4 Memiliki pendingin ruangan (AC) 1,1 0 Memiliki parabola 2,4 0 Memiliki DVD/DCD player 63,7 0 Memiliki komputer 34,2 0 Memiliki mesin jahit 4,1 0 Memiliki TV 96,1 1,1 Memilki HP 4,1 0 Memiliki kendaran ber motor roda dua 8,4 0 Memiliki mobil 1,1 0 Memiliki rumah 96,1 79,5 Kepemilikan bintang Memiliki ayam 23,1 25,3 ternak Memiliki kambing 2,4 1,1 Memiliki sapi 2,4 0 Indikator Menggunakan WC pribadi 96,1 13,1 kesejahteraan lain Luas rumah yang ditempati > 8 m2 100 96,1 Sumber energi listrik untuk penerangan 100 25,3 Sedikitnya satu anak putus sekolah 8,4 38,4 Sumber: Analisis data,2007

Kesimpulan dan saran keluarga sebagian besar terlibat Kesimpulan dalam sektor pertanian dan melibatkan anak usia sekolah Berdasarkan pada hasil dan dalam pekerjaan produktif analisis hasil penelitian disimpulkan 3. Kesehatan penduduk pinggir adanya ciri ciri sosial ekonomi pada sungai relatif buruk, ditandai penduduk pinggir sungai di lokasi dengan: kurangnya akses penelitian yang ditandai munculnya layanan medis formal dan indikator sebagai berikut: layanan kelahiran/pasca 1. Sumberdaya hutan dan sungai kelahiran oleh dokter, yang semakin menurun penggunaan air bersih, produktivitasnya tidak lagi dapat penggunaan MCK terapung, mendukung kehidupan dan ketiadaan sumber penduduk pinggir sungai penerangan listrik sehingga penduduk pinggir 4. Kemampuan penduduk pinggir sungai mengalami marginalisasi sungai dalam sektor pengelolaan ekonomi keuangan sangat rendah, yang 2. Pendidikan penduduk pinggir ditandai dengan : kemampuan sungai rendah, baik kepala akses pada lembaga keuangan keluarga maupun pasangannya resmi sangat rendah dan lebih serta tingkat putus sekolah banyak berhubungan dengan sangat tinggi. Pekerjaan kepala dengan lembaga keuangan tidak

56

SocialBerkala Economic Perikanan Terubuk,Perspectives Februari Of Siak 2009, River hlm 1 – 14 Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.1 Februari Vol. 37. 2009 No.1 ISSN 0126 - 4265

resmi misalnya: Kependudukan di propinsi pedagang/rentening/ijon., Riau, 9 hal, Pekanbaru melakukan penjualan aset untuk membayar hutang. Mantra, Ida Bagoes, 2003. 5. Penduduk Penduduk pinggir Demografi Umum, (ed-2). sungai hanya memiliki aset yang 294 hal. Pustaka Pelajar, relatif kecil yaitu hanya Jogyakarta memilki rumah sederhana dan lahan sebagai warisan orang Sayogya, Mukhtar Saman, 2000, tua/leluhur., aset ini digunakan Masalah penanggulangan sebagai modal dalam kemiskinan. Refleksi dari mengarungi kehidupan di kawasan Indonesia Timur, desanya. 196. Puspa Swara.

Saran UNDP,2004. Indonesia Millenium Development Goals Report, Berdasarkan kesimpulan tersebut 51 hal. Jakarta dapat disarankan: 1. Perlu mencegah terjadinya Wardhana, Wisnu Arya, 2004. deforestry di sekitar wilayah Dampak Pencemaran pinggir sungai dan melakukan Lingkungan (Ed-revisi), upaya upaya untuk 459 hal, Penerbit Andi, mempertahankan sungai sebagi Jogyakarta. ekosistem yang bersih dan seha bebas dari pencemaran. Sudarmadji, 2008. Pembangunan 2. Meningkatkan sarana dana Berkelanjutan Lingkungan prasarana pendidikan, kesehatan Hidup dan Otonomi di kantong kantong pemukiman Daerah, 7 hal (paper), Fak. penduduk pinggir sungai untuk Geografi. UGM meningkatkan kualitas hidup penduduk dan membina kelembagaan ekonomi desa agar tercipta lapangan pekerjaan

Daftar Pustaka

BPPM, 2004. Strategi penanggulangan kemiskinan daerah (SPKD) Propinsi Riau. Kerjasama BPPM dan Fak.Pertanian, UNRI, 26 hal. Pekanbaru

Dinas Transmigrafi dan Kependudukan Propinsi Riau, 2002. Konsepsi Pembangunan

57