e-ISSN : 2721-1762 p-ISSN : 2721-1770 Volume 2 Issue 2

Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH) Universitas Aisyah Pringsewu

Journal Homepage http://journal.aisyahuniversity.ac.id/index.php?journal=Jaman

HUBUNGAN BUDAYA PATRIARKI TERHADAP KETERATURAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS TANJUNG MAS MAKMUR KABUPATEN MESUJI PROVINSI TAHUN 2021

THE RELATIONSHIP BETWEEN PATRIARCHAL CULTURE WITH PREGNANCY EXAMINATION REGULARITY ON PREGNANT WOMEN AT TANJUNG MAS MAKMUR PUBLIC HEALTH CENTER MESUJI REGENCY DISTRICT LAMPUNG PROVINCE IN 2021

Candra Irawati1, Ani Kristianingsih2, Zulkifli 3, Yona Desni Sagita 4 Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan, Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu [email protected]

ABSTRAK

Antenatal care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko kehamilan. Berdasarkan data Kabupaten Mesuji, diketahui bahwa kunjungan K1 100 % dan K4 sebesar 92,46%, dengan kunjungan K4 tertinggi di Puskesmas Wiralaga sebesar 100% dan terendah di Puskesmas Sidomulyo sebesar 40,5% sedangkan Puskesmas Tanjung Mas Makmur sebesar 81,6%. salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan pemeriksaan kehamilan adalah dukungan suami (budaya patriartki). Tujuan penelitian ini diketahui hubungan budaya patriarki terhadap keteraturan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Tanjung Mas Makmur Kabupaten Mesuji. Penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan ≥ 36 minggu sebanyak 51, sampel sebanyak 51 pengambilan sampel secara total populasi. Objek dalam penelitian adalah: budaya patriarki dan keteraturan kunjungan kehamilan ibu hamil. Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret – April 2021 di Wilayah Puskesmas Tanjung Mas Makmur Kabupaten Mesuji. Pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis data secara univariat dan bivariat (Chi square). Diketahui distribusi frekuensi responden yang bukan budaya patriarki yaitu sebanyak 22 (43,1%) responden, dan budaya patriarki sebanyak 29 (56,9%) responden, pemeriksaan secara teratur sebanyak 33 (64,7%) responden melakukan dan responden yang melakukan pemeriksaan secara tidak teratur yaitu sebanyak 18 (35,3%) responden. Ada hubungan budaya patriarki terhadap keteraturan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Tanjung Mas Makmur Kabupaten Mesuji (p-value=0,002 OR = 12,308). Saran kepada suami agar memberi motivasi serta dukungan yang optimal pada ibu hamil, seperti mengantarkan ibu untuk melakukan pemeriksaan.

109 Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)

Kata Kunci : Budaya Patriarki, Pemeriksaan kehamilan, Ibu hamil ABSTRACT

Antenatal care (ANC) is an effort for preventing early pregnancy risk factors. Based on the data from Mesuji Regency, it is known that K1 visits are 100% and K4 visits are 92.46%, with the highest K4 visits at Wiralaga Public Health Center as many as100% and the lowest at Sidomulyo Public Health Center as many as 40.5% while Tanjung Mas Makmur Public Health Center is 81.6%. One of the related factors to antenatal care is the husband's support (patriarchal culture). The purpose of this research is to know the correlation between patriarchal culture with pregnancy examination regularity on pregnant women at Tanjung Mas Makmur Public Health Center Mesuji Regency. This research type is quantitative research with a cross-sectional study design. The population in this research were all 51 pregnant women with gestational age ≥ 36 weeks,51 samples were taken by the total population. The objects in the research were: patriarchal culture and pregnancy visit regularity of pregnant women. The research was conducted in March - April 2021 at Tanjung Mas Makmur Public Health Center Mesuji Regency. The data collection used a questionnaire. The data analysis was univariate and bivariate (Chi- square). It was known that the frequency distribution of respondents who didn't have patriarchal culture were 22 respondents (43.1%) and those who had patriarchal culture were 29 respondents (56.9%). Besides, 33 respondents (64.7%) conduct regular examination and the respondents didn't conduct regular examination as many as 18 respondents (35.3%). There was a correlation between patriarchal culture with pregnancy examination regularity on pregnant women at Tanjung Mas Makmur Public Health Center Mesuji Regency (p-value = 0.002 OR = 12.308). The suggestion to the husband for providing optimal motivation and support for pregnant women, such as accompanying the mother to do an examination.

Keywords : Patriarchal Culture, Pregnancy Examination, Pregnant Women

I. PENDAHULUAN kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan Antenatal care Antenatal care (ANC) sebagai salah satu (Prawihardjo, 2016). upaya pencegahan awal dari faktor resiko Pelayanan ANC merupakan pelayanan kehamilan. Menurut Organisasi oleh tenaga kesehatan profesional kepada Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care ibu hamil selama masa kehamilan. untuk mendeteksi dini terjadinya resiko Program kunjungan antenatal sebaiknya tinggi terhadap kehamilan dan persalinan dilakukan paling sedikit 4 kali selama juga dapat menurunkan angka kematian kehamilan, dengan pelayanan / asuhan ibu dan memantau keadaan janin. standar minimal 10 T yaitu timbang berat Idealnya bila tiap wanita hamil mau badan dan ukur tinggi badan, pemeriksaan memeriksakan kehamilannya, bertujuan tekanan darah, nilai status gizi (ukur untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang lingkar lengan atas), pemeriksaan puncak mungkin ada atau akan timbul pada rahim (tinggi fundus uteri), tentukan kehamilan tersebut lekas diketahui, dan persentasi janin dan denyut jantung janin segera dapat diatasi sebelum (DJJ), skrining status imunisasi tetanus berHubungan tidak baik terhadap dan berikan imunisasi tetanus toksoid

110 Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)

(TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat kesehatan, serta komitmen masyarakat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, atau pemerintah. Termasuk faktor tes laboratorium (rutin dan khusus), penguat diantaranya keluarga, guru, tatalaksana kasus dan temu wicara petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan (konseling) termasuk perencanaan para pembuat keputusan undang-undang persalinan dan pencegahan komplikasi maupun peraturan. (P4K) serta KB pasca persalinan Faktor budaya merupakan salah satu (Kemenkes, 2020). faktor yang dianggap dominan terhadap Pada tahun 2019, Cakupan K1 sebesar perilaku kesehatan (Ghoni, 2019). Budaya 96,4% dan cakupan K4 sebesar 88,5%. digunakan sebagai pedoman dalam dimana cakupan tertinggi di Provinsi bertingkah laku dan bersifat turun- Kalimantaan Utara dan DKI jakarta temurun hingga apapun tindakan yang mencapai 100% pada K1 dan K4 akan dilakukan seorang ibu hamil harus sedangkan Provinsi lampung pada K1 sesuai dengan budaya yang dianut. sebesar 98,0% dan K4 sebesar 93,2% Masyarakat Provinsi Lampung cenderung (Kemenkes RI, 2020) Cakupan K1 dan sebagai masyarakat yang patrilineal K4 di Provinsi Lampung masih belum dimana posisi laki-laki lebih dominan mencapai target 100%, dengan rata-rata dibandingkan posisi perempuan. cakupan K1 sebesar 97,4% dan K4 Pengambil keputusan tertinggi apapun sebesar 92,9% dimana cakupan tertinggi dalam keluarga berada di tangan suami. K1 dan K4 ada di Kota dengan Budaya patriarki diartikan sebagai sistem pencapaian cakupan 100% sedangkan di pengelompokan sosial (masyarakat) yang Kabupaten Mesuji untuk K1 dengan menempatkan kedudukan bapak atau laki- pencapaian cakupan 100% dan K4 laki lebih tinggi dari pada perempuan sebesar 92,46%. (Profil Dinkes Provinsi, dalam segala aspek kehidupan 2020), terlihat bahwa cakupan ANC K4 (Rokhimah., 2015). Sistem patriarki yang Mesuji mengalami kesenjangan antara K1 mendominasi kebudayaan masyarakat dan K4. Berdasarkan data Kabupaten menyebabkan adanya kesenjangan dan Mesuji, diketahui bahwa kunjungan K1 ketidakadilan gender yang 100 % dan K4 sebesar 92,46%, dengan memHubungan i hingga ke berbagai kunjungan K4 tertinggi di Puskesmas aspek kegiatan manusia. Wiralaga sebesar 100% dan terendah di Hasil penelitian Herawati (2014) Hasil Puskesmas Sidomulyo sebesar 40,5% analisis data yaitu variabel yang sedangkan Puskesmas Tanjung Mas mempunyai hubungan signifikan dengan Makmur sebesar 81,6% (Dinkes Kab. kepesertaan kontrasepsi pada istri nelayan Mesuji, 2020). adalah budaya patriarki. Penelitian Kunjungan pemeriksaan kehamilan Handayani (2019) terdapat hubungan merupakan salah satu bentuk perilaku. antara dukungan suami tehadap Menurut Green dalam Notoatmodjo kepatuhan ibu melakukan kunjungan (2014) faktor-faktor yang berhubungan antenatal care di poliklinik RSUD Koja dengan perilaku ada tiga yaitu faktor Jakarta Utara. Penelitian Laili (2018) predisposisi, faktor pemungkin dan faktor yang menunjukkan bahwa responden penguat. Faktor predisposisi dari yang memiliki budaya moderat kunjungan Antenatal care adalah umur, berpeluang melaksanakan ANC teratur jenis kelamin, ras, pengetahuan, sikap, sebanyak 7,917 kali dibandingkan budaya / kepercayaan, tradisi dan nilai responden yang memiliki budaya budaya. Sedangkan yang termasuk faktor ekstrem. pemungkin adalah ketersediaan sumber Berdasarkan hasil prasurvey yang daya, keterjangkaun layanan kesehatan, dilakukan pada tanggal 5 – 17 Desember pengetahuan dan keterampilan petugas 2020, dari 13 ibu yang hamil TM III

111 Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)

dengan usia kehamilan > 36 minggu diketahui sebanyak 9 ibu dengan HASIL DAN PEMBAHASAN kunjungan ANC baru 1 x, hal ini diketahui dari buku kunjungan ibu dengan alasan Analisis Univariat suami tidak bisa mengantar dan menurut Budaya Patriarki dan Keteraturan suami jika ibu merasa tidak ada keluhan Pemeriksaan Kehamilan dalam kehamilan tidak melakukan pemeriksaan juga tidak apa-apa. Tabel 1 Berdasarkan masalah tersebut di atas Distribusi Frekuensi Budaya Patriarki maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dan Keteraturan Pemeriksaan jauh mengenai hubungan tingkat Kehamilan di Wilayah Puskesmas pengetahuan tentang budaya patriarki Tanjung Mas Makmur Kabupaten terhadap keteraturan pemeriksaan Mesuji tahun 2021 kehamilan pada ibu hamil Diwilayah Puskesmas Tanjung Mas Makmur Variabel Kategori N % Kabupaten Mesuji tahun 2021. Bukan Budaya 22 43,1 Budaya II. METODE PENELITIAN Patriarki Patriaki Budaya 29 56,9 Penelitian ini di lakukan dengan Patriarki pendekatan kuantitatif. Rancangan Keteraturan Teratur 33 64,7 penelitian cross sectional. Populasi dalam Pemeriksaan Tidak 18 35,3 penelitian ini adalah seluruh ibu hamil Kehamilan Teratur dengan usia kehamilan ≥ 36 minggu. Total 51 100,0 Jumlah sampel dalam penelitian ini Tabel 1 terlihat bahwa distribusi frekuensi berjumlah 51 orang. Cara Pengambilan responden yang bukan budaya patriarki sampel metode total sampling. Variabel yaitu sebanyak 22 (43,1%) responden, dalam penelitian ini adalah budaya dan responden dengan budaya patriarki patriarki (yang merupakan variabel bebas) sebanyak 29 (56,9%) responden. sedangkan variabel terikat adalah Distribusi frekuensi responden keteraturan kunjungan kehamilan ibu melakukan pemeriksaan secara teratur hamil. Penelitian telah dilakukan pada yaitu sebanyak 33 (64,7%) responden, bulan Maret - April 2021 penelitian dan responden yang melakukan dilakukan di Wilayah Puskesmas Tanjung pemeriksaan secara tidak teratur yaitu Mas Makmur Kabupaten Mesuji. sebanyak 18 (35,3%) responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data secara univariat danbivariat (chi square).

Analisis Bivariat Hubungan Budaya Patriarki Terhadap Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan Pada Ibu Hamil

Tabel 2 Hubungan Budaya Patriarki Terhadap Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan Pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Tanjung Mas Makmur Kabupaten Mesuji tahun 2021 Budaya Keteraturan P- OR Patriark Pemeriksaan Jumlah Valu 95% CI i Kehamilan e

112 Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)

Tidak Teratur Teratur n % n % N % Bukan 12,30 Budaya 20 90,9 2 9,1 22 100 8 Patriarki (2,418 0,002 Budaya - 13 44,8 16 55,2 29 100 Patriarki 62,65 Jumlah 33 64,7 18 35,3 51 100 3

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 22 responden yang bukan budaya patriarki sebanyak 20 (90,9%) responden melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, dan sebanyak 2 (9,1%) responden tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Dari 29 responden dengan dengan budaya patriarki, sebanyak 13 (44,8%) responden melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan sebanyak 16 (55,2%) responden tidak melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,002 yang berarti p>α = 0,05 (Ha ditolak dan Ho diterima), maka dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan budaya patriarki terhadap keteraturan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Tanjung Mas Makmur Kabupaten Mesuji dengan nilai OR 12,308 artinya responden yang bukan budaya patriarki memiliki peluang 12,308 kali melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur jika dibandingkan responden dengan budaya patriarki.

III. PEMBAHASAN Hasil penelitian Laili (2018) menunjukkan bahwa sebesar 54,05% ibu hamil termasuk Pembahasan Univariat dalam kategori budaya patriarki moderat Budaya Patriarki artinya perilaku berkaitan dengan Hasil uji statistik diperoleh bahwa pemeriksaan kehamilan tidak mutlak distribusi frekuensi responden yang bukan berada di pihak laki-laki dan 45,95% budaya patriarki yaitu sebanyak 22 dengan kategori budaya patriarki ekstrem (43,1%) responden, dan responden dengan artinya perilaku berkaitan dengan budaya patriarki sebanyak 29 (56,9%) periksaan kehamilan sepenuhnya mutlak responden. berada di pihak laki-laki, baik dalam Budaya patriarki diartikan sebagai sistem kepercayaan maupun nilai yang dianut oleh pengelompokan sosial (masyarakat) yang ibu hamil selama masa kehamilan. menempatkan kedudukan bapak atau laki- Penelitian Niswah (2014) dengan judul laki lebih tinggi dari pada perempuan hubungan patriarki terhadap keputusan dalam segala aspek kehidupan (Ghoni, WUS menjadi akseptor keluarga berencana 2019). Sistem patriarki yang mendominasi didapatkan hasil penelitian menunjukkan kebudayaan masyarakat menyebabkan sebagian besar subjek cenderung menganut adanya kesenjangan dan ketidakadilan budaya patriarki (61,3%). gender yang berhubungan hingga ke Menurut peneliti dari hasil penelitian berbagai aspek kegiatan manusia. Salah diketahui bahwa lebih banyak responden satu faktor yang berhubungan seseorang dengan budaya patriarki yaitu sebanyak dalam mengambil keputusan adalah 56,9% responden jika dibandingkan budaya patriarki dimana keputusan berada dengan responden yang bukan budaya dipihak laki-laki. Patrirki muncul sebagai patriarki yaitu 43,1% responden, dari hasil bentuk kepercayaan atau ideologi budaya ini dapat peneliti simpulkan bahwa budaya laki-laki lebih tinggi kedudukannya patriarki di masyarakat wilayah Puskesmas dibandingkan perempuan

113 Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)

Tanjung Mas Makmur Kabupaten Mesuji pemeriksaan kehamilan menunjukkan masihlah cukup tinggi. bahwa sebagian besar (83,78%) ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan secara teratur dan sebagian kecil (16,22%) Hasil penelitian diperoleh responden melakukan pemeriksaan kehamilan dengan melakukan pemeriksaan secara teratur tidak teratur yaitu sebanyak 33 (64,7%) responden, dan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh responden yang melakukan pemeriksaan responden melakukan pemeriksaan secara secara tidak teratur yaitu sebanyak 18 teratur sebanyak 64,7% responden, (35,3%) responden. dari hasil penelitian ini Menurut pendapat peneliti, kunjungan K4 dapat disimpulkan bahwa ibu yang pada ibu hamil penting dilakukan untuk memeriksakan kehamilan lebih banyak pemantauan kesehatan ibu baik secara fisik yang teratur jika dibandingkan dengan maupun psikologis termasuk pertumbuhan yang memeriksa kehamilan tidak teratur, dan perkembangan janin serta agar ibu siap hal ini dapat dikarenakan adanya faktor dalam proses persalinan dan kelahiran faktor yang berhubungan dengan perilaku serta siap menghadapi peran baru sebagai seseorang dalam hal ini adalah perilaku ibu. Dan pemeriksaan ibu harus patuh kepatuhan untuk meeriksa kehamilan. dalam melakukan pemeriksaan kunjungan Kehamilan adalah suatu keadaan, di mana pemeriksaan kehamilan untuk janin yang dikandung di dalam tubuh memeriksakan kehamilan secara berkala wanita, yang sebelumnya diawali dengan guna mencegah hal-hal yang tidak proses pembuahan, kemudian diakhiri diinginkan bagi ibu dan janin. Pentingnya dengan proses persalinan (Yohana, dkk pelayanan ANC karena setiap kehamilan 2011). Pelayanan ANC merupakan dapat berkembang menjadi masalah atau pelayanan oleh tenaga kesehatan komplikasi setiap saat. Itu sebabnya profesional kepada ibu Kunjungan mengapa ibu hamil memerlukan pemeriksaan kehamilan merupakan salah pemantauan selama kehamilannya, dalam satu bentuk perilaku. Menurut Green pelayanannya ANC bertujuan untuk dalam Notoatmodjo (2014) faktor-faktor mencegah adanya komplikasi obstetri bila yang berhubungan dengan perilaku ada mungkin dan memastikan bahwa tiga yaitu faktor predisposisi, faktor komplikasi dideteksi sedini mungkin serta pemungkin dan faktor penguat. Faktor ditangani secara memadai. predisposisi dari kunjungan Antenatal care Berdasarkan hasil penelitian diketahui adalah umur, jenis kelamin, ras, bahwa terdapat responden yang melakukan pengetahuan, sikap, budaya / kepercayaan, pemeriksaan secara tidak teratur yaitu tradisi dan nilai budaya. Sedangkan yang sebanyak 35,3% responden. Menurut termasuk faktor pemungkin adalah pendapat peneliti, ketidakteraturan ketersediaan sumber daya, keterjangkaun pemeriksaan yang terjadi disebabkan layanan kesehatan, pengetahuan dan kaena berbagai faktor seperti paritas keterampilan petugas kesehatan, serta dimana pada 18 ibu yang tidak teratur komitmen masyarakat atau pemerintah. dalam melakukan pemeriksaan sebanyak Termasuk faktor penguat diantaranya 15 orang merupakan multipara yang keluarga, guru, petugas kesehatan, tokoh artinya ibu sudah pernah melahirkan dan masyarakat, dan para pembuat keputusan sekarang merupakan hamil anak yang undang-undang maupun peraturan serta kedua dan ada yang ketiga dari hasil ini menghargai budaya yang dianut kemungkinan ibu merasa sudah memiliki masyarakat setempat yang tidak pengalaman dalam kehamilan sehingga menghubungi kesehatan. tidak menganggap pemeriksaan kehamilan Berdasarkan penelitian Laili (2018) penting untuk dilakukan dan melakukan menunjukkan bahwa pada variabel pemeriksaan hanya saat terdapat keluhan 114 Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)

saja selain itu dari pekerjaan ibu yang lebih kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi banyak rumah tangga kemungkinan ibu kelainan-kelainan yang mungkin ada atau agak kesulitan untuk meluangkan waktu di akan timbul pada kehamilan tersebut lekas pagi hari jika akan melakukan pemeriksaan diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum kehamilan sedangkan untuk ibu rumah berhubungan tidak baik terhadap tangga waktu pagi hari – siang hari kehamilan tersebut dengan melakukan kemungkinan masih di repotkan dengan pemeriksaan Antenatal care kegiatan mengurus rumah tangga sehingga (Winkjosastro, 2016). Kunjungan tidak sempat untuk melakukan pemeriksaan kehamilan merupakan salah pemeriksaan. satu bentuk perilaku. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2014) faktor-faktor Pembahasan Bivariat yang berhubungan dengan perilaku ada Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,002 tiga yaitu faktor predisposisi, faktor yang berarti p<α = 0,05 (Ha ditolak dan Ho pemungkin dan faktor penguat. diterima), maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Niswah (2014) didapatkan nilai ada Hubungan budaya patriarki terhadap ρ = 0,000< 0,05 sehingga dapat dinyatakan keteraturan pemeriksaan kehamilan pada bahwa ada hubungan budaya patriarki ibu hamil di wilayah Puskesmas Tanjung terhadap keputusan WUS menjadi akseptor Mas Makmur Kabupaten Mesuji dengan keluarga berencana. Penelitian oleh nilai OR 12,308 artinya responden yang Herawati (2015) didapatkan hasil analisis bukan budaya patriarki memiliki peluang data yaitu variabel yang mempunyai 12,308 kali melakukan pemeriksaan hubungan signifikan dengan kepesertaan kehamilan secara teratur jika dibandingkan kontrasepsi pada istri nelayan adalah responden dengan budaya patriarki. budaya patriarki (p=0,031, pr=5,128), Budaya patriarki diartikan sebagai sistem namun berbeda dengan penelitian Laila pengelompokan sosial (masyarakat) yang tahun (2015) dengan hasil penelitian ini menempatkan kedudukan bapak atau laki- memperlihatkan hasil didapatkan nilai þ: laki lebih tinggi dari pada perempuan 0,075 > α 0,05 maka tidak ada Hubungan dalam segala aspek kehidupan (Setiadi, budaya patriarki terhadap keteraturan dkk, 2014). Sistem patriarki yang pemeriksaan kehamilan. Penelitian ini mendominasi kebudayaan masyarakat sejalan dengan penelitian Suryati (2010) menyebabkan adanya kesenjangan dan dengan judul Hubungan Pengetahuan ketidakadilan gender yang berhubungan Suami Dengan Partisipasi Suami Terhadap hingga ke berbagai aspek kegiatan Kehamilan Di Balai Pengobatan Sumber manusia. Salah satu faktor yang Sehat Marga Asih Kabupaten Bandung berhubungan seseorang dalam mengambil hubungan yang bermakna antara keputusan adalah budaya patriarki dimana pengetahuan suami terhadap partisipasi keputusan berada dipihak laki-laki. Patrirki terhadap kehamilan dengan p value = muncul sebagai bentuk kepercayaan atau 0,013. ideologi budaya laki-laki lebih tinggi Berdasarkan hasil penelitian diketahui kedudukannya dibandingkan perempuan. bahwa bahwa dari 22 responden yang Antenatal care (ANC) sebagai salah satu bukan budaya patriarki sebanyak 20 upaya pencegahan awal dari faktor resiko (90,9%) responden melakukan kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan pemeriksaan kehamilan secara teratur, hal Dunia (WHO) Antenatal care untuk tersebut dapat disimpulkan bahwa suami mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi memberikan perlakuan yang cukup pada terhadap kehamilan dan persalinan juga perawatan kehamilan istri. Perilaku yang dapat menurunkan angka kematian ibu dan diberikan oleh suami dalam melakukan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap perawatan kehamilan istri berupa wanita hamil mau memeriksakan mengantarkan istri saat melakuka 115 Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)

pemeriksaan, membelikan kebutuhan istri buku KIA suami akan paham keadaan saat hamil. Berdasarkan hasil penelitian kesehatan istri dan apa saja yang harus diketahui bahwa dari 22 responden yang diketahui serta apa yang harus dilakukan bukan budaya patriarki sebanyak 2 (9,1%) dalam mendampingi kehamilan istri responden tidak melakukan pemeriksaan hingga kelahiran anaknya. Berdasarkan kehamilan secara teratur hal ini hasil penelitian diketahui bahwa dari 29 kemungkinan karena adanya faktor lain responden dengan dengan budaya patriarki seperti paritas, diketahui bahwa 2 sebanyak 16 (55,2%) responden tidak responden yang tidak melakukan melaksanakan pemeriksaan kehamilan pemeriksaan secara teratur merupakan ibu secara teratur. menurut peneliti kewajiban dengan paritas multipara dimana suami-istri setelah menikah adalah kehamilan ini merupakan kehamilan kedua memberikan rasa tenang dan kasih sayang. dan ketiga sehingga ibu kemungkinan merasa tidak perlu lagi melakukan IV. KESIMPULAN pemeriksaan secara teratur dikarenakan Diketahui bahwa responden dengan sudah memiliki pengalaman dalam budaya patriarki sebanyak 29 (56,9%) kehamilan, selain itu pekerjaan ibu sebagai responden. Diketahui responden ibu rumah tangga kemungkinan memiliki melakukan pemeriksaan secara teratur kesibukan yang tinggi di pagi hari untuk yaitu sebanyak 33 (64,7%) responden.Ada mengurus rumah tangga sehingga tidak hubungan budaya patriarki terhadap sempat untuk melakukan pemeriksaan keteraturan pemeriksaan kehamilan pada kehamilan di pagi hari, faktor lain ibu hamil di wilayah Puskesmas Tanjung dikarenakan suami yang bekerja sehingga Mas Makmur Kabupaten Mesuji (p- tidak ada waktu untuk mengantar istri value=0,002 OR = 12,308) melakukan pemeriksaan kehamilan, walaupun suami tidak melarang untuk SARAN melakukan pemeriksaan namun Pada ibu hamil dikarenakan posisi rumah yang agak jauh Diharapkan dapat melakukan pemeriksaan dari Puskesmas dan Posyandu membuat kehamilan secara teratur minimal 4 kali ibu kemungkinan menunda untuk sehingga kesehatan ibu dan janin dapat melakukan pemeriksaan kehamilan, dan terpantau, serta mencegah hal-hal yang hanya melakukan pemeriksaan akehamilan tidak diinginkan bagi ibu dan janin. ketika merasa ada keluhan saja. Mengajak serta suami saat melakukan Berdasarkan hasil penelitian diketahui pemeriksaan kehamilan di Puskesmas.Ibu bahwa dari 29 responden dengan dengan hamil senantiasa harus menambah budaya patriarki, sebanyak 13 (44,8%) pengetahuan tentang tanda bahaya responden melakukan pemeriksaan kehamilan, persalinan serta nifas dengan kehamilan secara teratur hal ini bisa terjadi cara rajin membaca di buku KIA, membaca dikarenakan kurangnya pengetahuan leaflet yang di sediakan oleh pihak suami sehingga perhatian yang diberikan puskesmas atau melihat informasi– suami masih kurang seperti terhadap buku informasi yang ada di internet yang bisa KIA sering disalah artikan oleh pasangan melalui handphone. Ibu bisa bertanya suami istri (pasutri) karena dianggap hanya langsung kepada petugas kesehatan dalam sebagai buku untuk melakukan hal ini bidan terkait dengan hal – hal yang pemeriksaan, pencatatan kehamilan dan berhubungan dari kehamilan yang sedang tumbuh kembang bayi yang hanya perlu dijalani.Ibu hamil lebih aktif dalam diketahui oleh bidan dan istri, sehingga pemeriksaan ANC guna mencegah dan suami kurang memanfaatkan materi tidak terjadi bahaya dalam kehamilannya, maupun info yang terdapat dalam buku persalinan maupun masa nifas, dengan cara KIA. Dengan membaca dan memahami memberikan tanda pada kalender yang ada 116 Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)

di rumah untuk kunjungan berikutnya atau kuesioner saja tetapi juga dengan memasang alarm pengingat di handphone wawancara mendalam atau Focus Group yang dimiliki. Discussion (FGD) sehingga didapatkan Puskesmas Tanjung Mas Makmur hasil yang lebih luas Melakukan intervensi yang terus menerus pada kelompok masyarakat khususnya DAFTAR PUSTAKA pada suami dan ibu hamil, melalui penyuluhan tentang pemeriksaan Azwar, S. (2015). Skala pengukuran sikap kehamilan dengan cara penyampaian yang manusia. Yogyakarta: Pustaka lugas dan mudah dipahami. Mewajibkan Pelajar. kepada seluruh petugas kesehatan untuk Budiman, R. A. (2013). Kapita selekta melakukan pemeriksaan kehamilan kuesioner pengetahuan dan sikap minimal 4 kali pada seluruh ibu hamil yang dalam penelitian kesehatan. Jakarta: melakukan pemeriksaan kehamilan di Salemba Medika, P4-8. Puskesmas.Memberikan informasi tentang Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji pentingnya pemeriksaan kehamilan secara Provinsi Lampung (2020). Profil lengkap bisa melalui berbagai media Kesehatan Kabupaten Mesuji Provinsi seperti poster-poster yang lebih menarik, Lampung 2019. Lampung leaflet yang dibagikan kerumah-rumah. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Pemberian dan penyampaian informasi (2020). Profil Kesehatan Provinsi disesuaikan dengan umur dan pendidikan Lampung 2019. Lampung masyarakat, sehingga materi penyuluhan Ghoni, A., & Bodroastuti, T. (2019). dapat diterima dengan baik Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Memberdayakan kader kesehatan dengan Pribadi Dan Psikologi Terhadap memberikan pelatihan kepada para kader Perilaku Konsumen (Studi Pada terkait kelengkapan K4, sehingga dapat Pembelian Rumah Di Perumahan memberikan informasi kepada masyarakat Griya Utama Banjardowo Semarang). diwilayah terkait.Lebih meningkatkan None, 1(1), 103179. upaya pengembangan dalam pelayanan Handayani, H., & Rinah, R. (2019). pasien, seperti: membuat suatu prosedur Hubungan dukungan suami terhadap penerimaan ibu hamil yang singkat dan kepatuhan ibu melakukan kunjungan jelas kepada pihak keluarga, memberikan antenatal care. Jurnal online motivasi ke petugas seperti pemberian keperawatan , 2(1), 157-164. reward pegawai teladan. Herawati, K., & Purnomo, W. (2015). Universitas Aisyah Pringsewu Hubungan Budaya Patriarki dan Universitas Aisyah Pringsewu sebagai Pemahaman Informasi KB dengan Institusi Kesehatan dapat menjadikan hasil Kepesertaan Kontrasepsi. Jurnal penelitian ini sebagai suatu media Biometrika dan Kependudukan, 4(2), informasi dalam pembelajaran khususnya 162-171. tentang pentingnya pemeriksaan antenatal Kemenkes RI (2020). Profil Kesehatan care secara teratur oleh bidan yang Indonesia 2019. Jakarta bertujuan untuk mengurangi Laili, A. N. (2018). Pengaruh budaya resikokomplikasi yang bisa terjadi. Serta patriarki terhadap keteraturan sebagai tambahan pembelajaran untuk pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil meningkatkan kemampuan di wilayah puskesmas bangkalan. mahasiswa/mahasiwi didik dalam Embrio, 10(1), 13-19. melakukan pelayanan kepada klien Mantao, E., Sumarni, M. S., & PH, A. W. Peneliti selanjutnya M. (2018). Hubungan Konseling Peneliti selanjutnya disarankan melakukan Dalam Antenatal Care (Anc) Dengan penelitian tidak hanya menggunakan alat Koping Pada Ibu Hamil Primigravida 117 Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)

Saat Menghadapi Persalinan Di Kota Pengembangan Sentra Usaha Palu (Doctoral dissertation, Berbasis Kopi Moka Organik Dan Universitas Gadjah Mada). Pariwisata Peduli Lingkungan Di Manuaba, I. B. G., & Kebidanan, I. (2014). Samigaluh Kulon Progo, DIY. Penyakit Kandungan dan Keluarga Prosiding Sendimas, (1), 46-56. Berencana. Jakarta: EGC. Sudarti, A. F. (2014). Hubungan Tingkat Mochtar, R. (2012). Sinopsis Obstetri. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anc Jakarta. EGC Dengan Frekuensi Kunjungan Anc Di Niswah, J., Rokhani, S., & Sandi, D. F. Bps Fajar Samiati, Yogoyudan, Wates, (2014). Hubungan budaya patriarki Kulon Progo, Yogyakarta. Medika terhadap keputusan wus menjadi Respati, 9(2). akseptor keluarga berencana (di desa Sulistyawati, A. (2019). Asuhan kebidanan seketi kec. Mojoagung kab. Jombang). pada masa kehamilan. Salemba Jurnal Kebidanan, 4(1). Medika: Jakarta Niven, N. (2013). Psikologi Kesehatan Suryati (2010) Hubungan Pengetahuan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: EGC. Suami Dengan Partisipasi Suami Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku terhadap kehamilan di balai Kesehatan Penerbit PT Rineka Cipta. pengobatan sumber sehat marga asih Prawihardjo, S. (2016). Ilmu kebidanan. kabupaten bandung PT. Bina Pustaka Sarwono Widiastini, A. A. (2018). Hubungan Prawihardjo, Jakarta. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Puspitaningrum, N. (2015).hubungan Antenatal Care (Anc) Terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil Perilaku Kunjungan ANC Di Tentang Resiko Tinggi Kehamilan Puskesmas Kedaton . Dengan Keteraturan Antenatal Care Wulandatika, D. (2017). Faktor-Faktor (ANC) di Rb Soegiarti Surabaya. Yang Berhubungan Dengan Rokhimah, S. (2015). Patriarkhisme Dan Kepatuhan Ibu Dalam Melakukan Ketidakadilan Gender. MUWAZAH: Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Jurnal Kajian Gender, 6(1). Kerja Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan Tahun Sabadia, A. (2018). Pengaruh Budaya 2013. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Patriarki Terhadap Pengambilan Kebidanan, 8(2), 8-18. Keputusan Pemeriksaan Pap Smear Di Yohana, dkk., (2011). Kehamilan dan Puskesmas Sedayu Ii Batul Yogyakarta Persalinan. Jakarta: Garda Media. 2018 (Doctoral Dissertation, Universitas Alma Ata Yogyakarta). Saifuddin Bahri.(2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Saifuddin, Abdul. B. (Ed.). (2014). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Sakina, A. I. (2017). Menyoroti budaya patriarki di Indonesia. Share: Social Work Journal, 7(1), 71-80. Sriyono, E., Prawirohardjo, H., Sumbodo, B. T., & Yuniyarti, S. (2016).

118 Jurnal Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH)