BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1 Bursa Efek Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) - ^IHSG Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Pemerintah memutuskan menggabungkan Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Tujuan dari penggabungan kedua bursa efek ini adalah bisa meningkatkan kapitalisasi pasar di bursa saham dan meningkatkan jumlah emiten. Sekuritas yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia terdiri dari: saham, obligasi, unit pernyertaan, sertifikat penitipan efek Indonesia, Kontrak Opsi Saham (KOS), dan EFT dan index futures (detikFinance, 2014). Indeks harga saham merupakan indikator atau cerminan dari pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya investasi dalam saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, salah satunya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam bahasa Inggris disebut juga dengan Indonesia Composite Index, ICI, atau IDX Composite) dengan kode ^IHSG. IHSG mencakup pergerakan seluruh harga saham biasa dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (Hartono, 2016).

1

1.1.2 Shanghai Stock Exchange (SSE) - Shanghai Composite Index - ^SSEC Shanghai Stock Exchange (SSE) disebut juga dengan Bursa Efek China didirikan pada tanggal 26 November 1990, dan mulai beroperasi pada tanggal 19 Desember 1990. SSE secara langsung diatur oleh China Securities Regulatory Commission (CSRC) (Melani, 2014). Saat ini, sekuritas yang diperdagangkan di Shanghai Stock Exchange terdiri dari tiga kategori instrumen keuangan (english.sse, 2015), yaitu: 1. Obligasi Pada Shanghai Stock Exchange, obligasi yang diperdagangkan adalah obligasi (T-bond), obligasi korporasi, dan obligasi korporasi konversi. 2. Saham Pada Shanghai Stock Exchange, terdapat dua jenis saham yang diterbitkan, yaitu saham A dan saham B. Saham A merupakan harga saham dalam mata uang lokal renminbi. Saham B merupakan harga saham yang dikutip dalam dolar AS. 3. Dana Pada Shanghai Stock Exchange, dana yang diperdagangkan antara lain Closed-end funds, Innovative-type closed-end funds, Open-ended funds, dan Exchange traded money market funds.

Shanghai Composite Index dengan kode ^SSEC merupakan Indeks saham negara China yang berpusat di kota Shanghai. Shanghai Composite Index dihitung menggunakan metode value weighted. Shanghai Composite Index mulai dikembangkan pada tanggal 19 Desember 1990 dengan menggunakan nilai dasar 100 (Bloomberg).

1.1.3 Tokyo Stock Exchange (TSE) - Indeks - ^N225 Tokyo Stock Exchange (TSE) yang disebut juga dengan Bursa Efek Tokyo merupakan bursa saham yang terletak di Tokyo, Jepang. TSE didirikan pada 15 Mei 1878, dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Juni 1878.

2

TSE sempat mengalami penutupan selama Perang Dunia II. TSE mulai beroperasi kembali pada 16 Mei 1949 (Japan Exchange Group, 2017). Nikkei 225 dengan kode ^N225 merupakan sebuah indeks pasar saham yang terdapat pada Tokyo Stock Exchange (TSE) yang disebut juga dengan Bursa Efek Tokyo. Nikkei 225 mulai beroperasi pada 7 September 1950. Saham yang tercatat dalam Nikkei 225 Indeks merupakan saham yang aktif diperdagangkan pada TSE. Nikkei 225 Indeks dibuat untuk mencerminkan kondisi pasar saham di Tokyo (Histiajid, 2015). Sunariyah (2006) mengatakan bahwa perusahaan yang tercatat pada Nikkei 225 Indeks merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi secara global. Pergerakan dari Nikkei 225 Indeks ini dapat mencerminkan kinerja dari perekonomian Jepang.

1.1.4 Korea Exchange Inc. (KRX) – Korean Composite Stock Price Index (KOSPI) - ^KOSPI Bursa Efek Korea atau yang lebih dikenal dengan Korea Exchange Inc. (KRX) didirikan pada bulan Januari 2005. Korea Exchange merupakan bursa efek yang berasal dari penggabungan Korea Stock Exchange (KSE), Korea Futures Exchange (KOFEX), Pasar KOSDAQ, dan Komite KOSDAQ. KRX mengoperasikan sekuritas terpusat dan pasar derivatif, dimana pada pasar ini saham dan obligasi diperdagangkan pada platform umum yang disebut EXTURE+ (detikFinance, 2009). Korean Composite Stock Price Index (KOSPI) dengan kode ^KOSPI merupakan indeks yang terdiri dari 200 saham-saham terbaik di Korea. KOSPI dihitung menggunakan metode Market Capitalization, sehingga perubahan harga suatu saham dapat memberikan dampak perubahan nilai indeks secara keseluruhan dan secara proporsional (Histiajid, 2015).

1.1.5 Taiwan Stock Exchange (TWSE) – Taiwan Capitalization Weighted Stock Index - ^TWII Taiwan Stock Exchange (TWSE) merupakan bursa saham dan lembaga keuangan yang berlokasi di Taipei, Taiwan. TWSE didirikan pada tahun

3

1961 dan mulai beroperasi sebagai bursa saham resmi pada tanggal 9 Februari 1962. TWSE didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi Taiwan, memperkuat pembangunan nasional, memungkinkan penggalangan dana lebih mudah untuk perusahaan, dan memastikan investasi yang lebih aman untuk masyarakat. TWSE berusaha untuk membantu perusahaan dalam proses masuk ke pasar modal, membantu dalam mengumpulkan dana dan memperluas skala operasional. Untuk melindungi hak-hak investor, TWSE berkomitmen untuk memastikan keterbukaan informasi perusahaan, menjaga mekanisme perdagangan yang adil dan diversifikasi berbagai produk keuangan (TWSE, 2018). Taiwan Capitalization Weighted Stock Index (TWII) atau yang lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan Taiwan denga kode ^TWII merupakan indeks harga pasar saham untuk perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Efek Taiwan (TWSE). TWII pertama kali diterbitkan pada tahun 1967. TWII mencakup semua saham yang tercatat di luar saham preferen, saham dengan persediaan penuh dan saham yang baru terdaftar (TWSE, 2018).

1.1.6 Singapore Exchange - Strait Times Index (STI) - ^STI Singapore Exchange (SGX) atau yang lebih dikenal dengan Bursa Efek Singapura merupakan bursa saham yang berlokasi di Singapura. SGX menyediakan layanan listing, trading, clearing, settlement, deposito dan data servis dengan terdapat 40% perusahaan yang terdaftar dan 75% dari jumlah obligasi yang tercatat yang berasal dari luar Singapura (SGX, 2018). adalah indeks gabungan yang didapatkan dari 30 perusahaan terbesar di pasar saham Singapura. Straits Times Index (STI) dengan kode ^STI merupakan indeks pergantian dari Strait Times Industrial Index (STII) yang mulai beroperasi pada tanggal 31 Agustus 1998. Pada tanggal 18 Maret 2005, jumlah saham perusahaan yang masuk ke dalam indeks ini menjadi 30 perusahaan (Bloomberg, 2018).

4

1.2 Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, seluruh perusahaan yang dibangun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menghasilkan laba atau keuntungan yang sebesar- besarnya. Keuntungan perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan melakukan investasi di pasar modal. Investasi dapat diartikan sebagai sebuah komitmen sejumlah uang atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini dengan harapan memperoleh manfaat dikemudian hari (Tandelilin, 2010). Investasi dapat dilakukan di pasar modal, dimana pasar modal merupakan tempat diperdagangkan surat-surat berharga (Keown et al,. 2011:11). Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar finansial yang memiliki hubungan dengan penawaran dan permintaan terhadap dana jangka panjang. Aktivitas pergadangan pasar modal disuatu negara dapat mencerminkan baik atau buruknya kemampuan perekonomian negara tersebut. Pasar modal dijadikan sebagai salah satu indikator bagi perkembangan perekonomian suatu negara (Ishomuddin, 2010). Sebuah negara yang mempunyai fundamental perkembangan perekonomian baik, akan memiliki kecenderungan yang lebih baik dalam bertahan untuk menghadapi shock yang terjadi pada pasar modalnya. Hal ini dapat terjadi karena stabilnya pergerakan indeks harga saham yang menjadi faktor kunci untuk mempertahankan posisi pasar modal dimata investor maupun dimata calon investor. Keseimbangan antara stabilitas perekonomian yang disertai dengan seimbangnya perekonomian di sektor rill dan finansial dapat menjadi sebuah kekuatan dalam menghadapi krisis yang dapat terjadi secara tidak terduga. Krisis keuangan yang tidak terduga melanda Negara China pada tahun 2015 dan memberikan dampak yang signifikan pada keadaan pasar modal di China serta pasar modal dibeberapa negara lainnya. Krisis keuangan ini dipicu oleh tingkat utang Negara China yang diperkirakan mencapai sebesar USD 26 Triliun, baik total utang publik maupun swasta pada akhir tahun 2015 (Bloomberg, 2015).

5

Bertambahnya utang negara merupakan hal yang wajar dan dapat dikatakan baik apabila memiliki manfaat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun, hal sebaliknya terjadi pada Negara China, dimana kemampuan untuk menambah utang membuat perekonomian Negara China semakin lemah. Pada tahun 2015 tingkat perekonomian China tumbuh sebesar 6%. CEO Blackrock Laurence, D. Fink mengatakan bahwa negara seperti China tidak seharusnya tumbuh dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 6% namun pertumbuhan neraca meningkat lebih cepat. Jika sebelumnya pada krisis 2008, China membutuhkan sekitar 1 Yuan tambahan kredit dalam menghasilkan tambahan output ekonomi sebesar 1 Yuan, kini pada tahun 2015 China membutuhkan hampir 4 Yuan tambahan kredit dalam menghasilkan tambahan output ekonomi sebesar 1 Yuan (Infobanknews.com, 18 Mei 2016). Untuk mengatasi krisis ini, People Bank of China (PBOC) mengambil langkah dengan melalukan devaluasi Yuan pada tanggal 11 Agustus 2015 (Finansialbisnis.com, 26 Agustus 2015). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, devaluasi merupakan penurunan nilai mata uang yang dilakukan dengan sengaja terhadap uang luar negeri. Langkah devaluasi Yuan diambil dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja ekspor yang sedang terpuruk. Nilai mata uang Yuan yang lebih lemah dapat memperkuat daya saing barang produksi China di pasar global (Finansialbisnis.com, 26 Agustus 2015). Devaluasi Yuan yang terjadi tidak hanya membawa dampak bagi pemerintah China, namun juga membawa dampak ketakutan global. Negara China dipandang menjadi kekuatan ekonomi global terbesar ke-dua di dunia (Republika, 15 Januari 2016). Untuk itu, secara tidak langsung juga menjadi acuan bagi kondisi perekonomian global. Devaluasi Yuan berdampak negatif pada perdagangan saham di bursa Shanghai dan dibeberapa bursa saham negara lainnya, dimana pergerakan bursa saham negara lainnya mau tidak mau ikut terpengaruh oleh pergerakan bursa saham China. Volatilitas dan kejadian pada satu bursa saham di suatu negara bisa berhubungan

6

dengan bursa saham negara lainnya (Hartanto, 2013). Hubungan ini dinamakan dengan contagion effect. Menurut Dornbusch, Park and Claessens (2000), contagion effect merupakan keadaan dimana meningkatnya hubungan yang signifikan diantara beberapa pasar keuangan setelah terjadinya shock yang ditransmisikan pada beberapa negara. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bloomberg, pada perdagangan Rabu (12/8/2015) yaitu satu hari setelah ditetapkannya devaluasi Yuan terdapat beberapa indeks harga saham yang mengalami pelemahan sebagai dampak dari hubungan antar bursa saham. Indeks harga saham Shanghai Comp pada bursa saham China ditutup melemah sebesar 1,06% ke level 3.886,32. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia ditutup melemah 3,1% ke level 4.479,49 dan dapat dipastikan bahwa Bursa Efek Indonesia menjadi bursa saham yang mengalami pelemahan terlemah di dunia (Marketbisnis.com, 12 Agustus 2015). IHSG pada hari itu hanya mampu bergerak pada level tertinggi yaitu 4.572,05 dan pada level terendah yaitu 4.455,72 (Marketbisnis.com, 12 Agustus 2015). Tidak hanya Indonesia, terdapat beberapa negara lain di dunia yang juga ikut mengalami pelemahan pada harga sahamnya dan dapat dipastikan bahwa seluruh saham di Asia Pasifik ditutup terkoreksi sebagai dampak dari hubungan antar bursa saham dan respon terhadap devaluasi Yuan. Bursa saham Taiwan dengan Taiwan Capitalization Weighted Index ditutup melemah ke level 8283,38. Indeks saham Hang Seng Hong Kong mengalami pelemahan sebesar 2,38%, keadaan yang sama juga dialami oleh Bursa Singapura yang mengalami pelemahan harga saham sebesar 2,90% (Marketbisnis.com, 12 Agustus 2015). Untuk lebih jelasnya, Tabel 1.1 merupakan tabel indeks harga saham di dunia per 12 Agustus 2015 pukul 17:02 WIB :

7

Tabel 1.1 Indeks Harga Saham di Dunia No Indeks Negara Level Perubahan (%) 1. Jakarta Comp Indonesia 4.479,49 -3,10 2. Nikkei 225 Jepang 20.392,77 -1,58 3. Shanghai Comp China 3.886,32 -1,06 4. KOSPI Korea Selatan 1.975,47 -0,56 5. FTSE Straits Tim Singapura 3.061,49 -2,90 6. Topix Index Jepang 1.665,75 -1,29 7. Hang Seng Hong Kong 23.916,02 -2,38 8. FTSE Malay KLCI Malaysia 1.609,93 -1,64 9. SE Thai Thailand 1.408,32 -0,83 10. Euro Stox Eropa 3.514,45 -2,52 11. Indeks Dow Jones AS 17.402,84 -1,21 12. S&P 500 AS 2.084,07 -0,96 13. Nasdaq AS 5.036,79 -1,27 Sumber: Bloomberg, (Marketbisnis.com, 12 Agustus 2015), data diolah, 2017

Devaluasi Yuan memberikan dampak pada hubungan jangka pendek antar bursa saham di dunia secara langsung pada pergerakan harga saham. Hubungan antar bursa saham berupa pelemahan harga saham yang terjadi beberapa hari semenjak ditetapkannya devaluasi Yuan. Pergerakan harga saham memperlihatkan trend yang tidak wajar, dimana pergerakan harga saham mengalami pelemahan dan kenaikan. Pasar saham di Asia juga ikut mengalami trend tersebut. Grafik 1.1 merupakan grafik trend pergerakan harga saham beberapa pasar saham di Asia.

8

Grafik 1.1 Pergerakan Indeks Harga Saham di 6 (Enam) Negara

Indeks Harga Saham SSE Composite Index Gabungan (IHSG) Periode Agustus 2015 Periode Agustus 2015 6000

5000 4000

4000 2000

3000 0 3 4 5 6 7 10 11 12 13 14 18 19 20 21 24 25 26 27 28 31 3 4 5 6 7 10111213141718192021242526272831

IHSG SSE Composite Index

Nikkei 225 Periode KOSPI Composite Index Agustus 2015 Periode Agustus 2015 22000 2200

20000 2000

18000 1800

16000 1600 3 4 5 6 7 10111213141718192021242526272831 3 4 5 6 7 10111213141718192021242526272831

Nikkei 225 KOSPI Composite Index

TSEC Weighted Index STI Index Periode Periode Agustus 2015 Agustus 2015 9000 3.4 3.2 8000 3 7000 2.8 6000 2.6 3 4 5 6 7 10111213141718192021242526272831 3 4 5 6 7 10 11 12 13 14 17 18 19 20 21 24 25 26 27 28 31

TSEC Weighted Index STI Index Sumber: Yahoo Finance (2017), data diolah.

Fenomena hubungan jangka pendek tersebut tidak dapat dipastikan bahwa hubungan antar bursa saham akan terjadi pada jangka panjang. Telah banyak penelitian yang meneliti sejauh mana hubungan pergerakan harga saham pada bursa asing. Seperti pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Mei-Se Chien et al (2015), dimana penelitian tersebut dilakukan untuk menguji proses konvergensi dinamis

9

antara pasar saham lintas batas yang ada di China dengan pasar saham Negara-Negara ASEAN-5 menggunakan analisis kointegrasi rekursif. Penelitian tersebut menunjukan hasil bahwa enam pasar saham yang berada di ASEAN-5 memperlihatkan adanya hubungan jangka panjang kointegrasi dari tahun 1994-2002, dimana secara keseluruhan integrasi terletak pada keuangan regional antara China dan ASEAN-5 secara bertahap mengalami peningkatan. Penyesuaian kointegrasi terletak pada hubungan China dan Indonesia yang menunjukan hasil adanya hubungan kointegrasi yang signifikan dibandingkan dengan negara-negara lain yang tidak signifikan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Liu dan Wan (2012), dimana penelitian tersebut dilakukan untuk menguji hubungan antara pasar saham Shanghai dan nilai tukar China Yuan (CNY). Penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa harga saham dan nilai tukar mata uang secara signifikan berkorelasi silang. Dengan menggunakan uji kointegrasi didapatkan hasil bahwa Shanghai Composite Index (SCI) tidak terkointegrasi dengan nilai tukar CNY/USD, namun terdapat reaksi jangka pendek yang disebabkan oleh keadaan krisis keuangan yang berubah. Penelitian yang dilakukan oleh Angela et al (2017), dimana penelitian tersebut dilakukan untuk menguji dan mengetahui hubungan kointegrasi jangka antara harga saham, dividen, output dan konsumsi pada 29 pasar saham internasional. Penelitian tersebut menunjukan hasil bahwa tidak adanya hubungan kointegrasi jangka panjang antara harga saham, dividen, output dan konsumsi pada 29 pasar saham internasional. Berdasarkan penelitian terdahulu dan fenomena yang terjadi, untuk itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kointegrasi indeks harga saham di 6 (lima) negara pada periode 2012-2016. Studi kasus yang digunakan adalah pada negara Indonesia, China, Jepang, Korea, Taiwan, dan Singapura. Pengunaan periode 2012 sampai dengan 2016 dimaksudkan untuk melihat kointegrasi indeks harga saham pada tiga tahun sebelum terjadinya devaluasi Yuan dan satu tahun setelah terjadinya devaluasi Yuan.

10

1.3 Perumusan Masalah Strategi devaluasi Yuan yang ditetapkan oleh People Bank of China (PBOC) pada tanggal 11 Agustus 2015 memberikan dampak bagi pemerintah China dan berdampak pula pada perdagangan saham di bursa Shanghai, dimana pada tanggal 12 Agustus 2015 Indeks harga saham Shanghai Comp pada bursa saham China ditutup melemah sebesar 1,06% ke level 3.886,32 (Bloomberg, (Marketbisnis.com, 12 Agustus 2015)). Penetapan devaluasi Yuan ini juga memberikan dampak pada perdagangan saham dibeberapa bursa saham global, dimana pergerakan bursa saham negara lainnya mau tidak mau ikut terpengaruh oleh pergerakan bursa saham China. Bursa Tokyo, Jepang, indeks Nikkei 225 mengalami pelemahan sebesar 1,58% dan pada Bursa Efek Indonesia, IHSG mengalami pelemahan sebesar 3,10%. Keadaan yang sama juga dialami oleh bursa Singapura, dimana mengalami pelemahan sebesar 2,90%. Pasar saham Korea juga mengalami pelemahan, dimana KOSPI mengalami pelemahan sebesar 0,56% (Bloomberg, (Marketbisnis.com, 12 Agustus 2015)). Dalam jangka pendek, devaluasi Yuan mampu memberikan dampak secara langsung pada pelemahan harga saham dibeberapa bursa saham global. Volatilitas dan kejadian pada satu bursa saham di suatu negara bisa berhubungan dengan bursa saham negara lainnya (Hartanto, 2013). Hubungan dalam jangka pendek ini disebut dengan contagion effect. Menurut Dornbusch, Park and Claessens (2000), contagion effect merupakan keadaan dimana meningkatnya hubungan yang signifikan diantara beberapa pasar keuangan setelah terjadinya shock yang ditransmisikan pada beberapa negara. Namun, hubungan jangka pendek tersebut harus diteliti lebih jauh untuk melihat hubungan dalam jangka panjang.

1.4 Pertanyaan Penelitian Dalam hubungan jangka pendek, terlihat bahwa beberapa bursa saham global saling berhubungan dan memberikan respon negatif terhadap

11

fenomena devaluasi Yuan yang terjadi pada Negara China. Untuk itu, diperlukan adanya penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui hubungan jangka panjang dari fenomena yang terjadi, dengan pernyataan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan jangka panjang (kointegrasi) Shanghai Composite Index (SSEC) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah terdapat hubungan jangka panjang (kointegrasi) Nikkei 225 Indeks (N225) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah terdapat hubungan jangka panjang (kointegrasi) Korean Composite Stock Price Index (KOSPI) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia? 4. Apakah terdapat hubungan jangka panjang (kointegrasi) Taiwan Capitalization Weighted Stock Index (TWII) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia? 5. Apakah terdapat hubungan jangka panjang (kointegrasi) Straits Times Index (STI) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia?

1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan paparan dalam latar belakang penelitian serta melihat rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan jangka panjang (kointegrasi) Shanghai Composite Index (SSEC) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan jangka panjang (kointegrasi) Nikkei 225 Indeks dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.

12

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan jangka panjang (kointegrasi) Korean Composite Stock Price Index (KOSPI) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan jangka panjang (kointegrasi) Taiwan Capitalization Weighted Stock Index (TWII) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. 5. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan jangka panjang (kointegrasi) Straits Times Index (STI) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Aspek Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menguatkan teori yang ada sehingga dapat diterapkan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dikehidupan nyata.

1.6.2 Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak berikut ini: 1. Bagi Investor/Calon Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan positif bagi investor untuk menyikapi pemasalahan yang terkait dengan Kointegrasi Indeks Harga Saham Di 6 (Enam) Negara Periode 2012-2016, sehingga dapat membantu investor dalam pengambilan keputusan investasi dikemudian hari. 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam perluasan penelitian yang sejenis dan memberikan kontribusi literatur sebagai bentuk empiris di bidang manajemen keuangan.

13

3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan, referensi dan tambahan wawasan bagi peneliti selanjutnya.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dan untuk memperoleh data lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka data diambil dari website resmi http://www.cmegroup.com, http://www.jpx.co.jp, http://english.sse.com.cn, www.idx.co.id, http://www.sgx.com, http://www.twse.com.tw, www.yahoo-finance.com, dan www.bloomberg.com. Objek penelitian dapat berupa benda, hal, atau orang yang dapat memberikan data atau informasi yang dibutuhkan untuk penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah data Shanghai Composite Index (SSEC) dengan kode ^SSEC, data Nikkei 225 Indeks dengan kode ^N225, data Taiwan Capitalization Weighted Stock Index (TWII) dengan kode ^TWII, data Straits Times Index (STI) dengan kode ^STI, data Korean Composite Stock Price Index (KOSPI) dengan kode ^KOSPI, dan data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan kode ^IHSG periode 1 Agustus 2012 - 31 Agustus 2016.

1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian Waktu dan periode penelitian dalam penelitian ini adalah data indeks harga saham harian periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2016.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Penelitian ini akan dibuat dalam 5 Bab, dimana penulisan pada setiap bab akan diuraikan sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum objek penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan

14

penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan Pustaka Dan Lingkup Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan tentang teori yang berkaitan dengan perekonomian di Indonesia, teori-teori pasar modal dan teori mengenai IHSG, serta diuraikan pula kerangka berfikir. Bab III. Metode Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan jenis penelitian, variabel yang digunakan meliputi variabel independen dan variabel dependen, tahapan proses penelitian, ukuran sampel yang digunakan, cara pengumpulan data, dan teknik analisis data dalam pengujian hipotesis. Bab IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Pertama, mengumpulkan data sekunder yang didapat dari situs-situs yang berwenang memberikan informasi yang akurat mengenai data-data yang digunakan, kemudian data yang diperoleh diolah menggunakan software Eviews. Output data yang keluar tersebut dianalisa, dan didefinisikan sehingga dapat menjawab pertanyaan rumusan masalah dari penelitian ini. Bab V. Kesimpulan Dan Saran Dalam bab ini akan dijabarkan kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran-saran dari penelitian ini.

15

HALAMAN INI DIKOSONGKAN

16