BUDAYA ADILUHUNG

PUSAT PENGKAJIAN BUDAYA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA REDAKSI

PENANGGUNG JAWAB: Dr. Dra. Sukarjati, M.Kes

MITRA BESTARI: Prof. Dr. Primadi Tabrani (Institut Teknologi Bandung) Prof. Soetarno (Institut Seni Surakarta) Prof. Drs. Jakob Soemardjo (Sekolah Tinggi Seni Bandung) Prof. Dr. Henricus Supriyanto (Universitas PGRI Adi Buana Surabaya) Prof. Dr. Kasidi Hadiprayitno (Institut Seni Yogyakarta) Prof. Dr. Sony Dharsono (Institut Seni Surakarta) Dr. Anis Sujana (Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung)

PENYUNTING PENYELIA: Dr. Ika Ismurdyahwati, M.Sn Dr. Pindi Setiawan, M.Si

PENYUNTING PELAKSANA: Dr. Taufik Nurhadi Dr. Sunu Catur Dr. Shoim Anwar Nunung Nurjati Rikat Prastiawan Dwi Prasetya

PELAKSANA TATA USAHA: Aryo Wibowo Herman Sugianto

STAF PEMASARAN: Drs. Widodo, ST., MT Drs. Teguh Purwanto, MM.

PENERBIT: PUSAT PENGKAJIAN BUDAYA NUSANTARA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA Jl. Ngagel Dadi III B/37, Surabaya T/F : +62 -(0) 31-5053 468 [email protected] Segayung Pengantar

Salam ‘Semangat Pagi’.....

Kami dari seluruh staf redaksi Jurnal Budaya Nusantara, mengucapkan puji syukur kepada Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan jalan dan kelancaran dalam upaya menerbitkan Jurnal rintisan yang diharapkan menjadi Jurnal terakreditasi. Pada edisi perdana ini, terdapat dua kali penerbitan di tahun 2014, yang memiliki tema “Budaya Adiluhung”. Sekarang sudah dapat direalisasikan terbitan perdana edisi kedua masih di tahun 2014. Pada tema ini, kita persepsikan tidak hanya sebagai hasil budaya peninggalan Belanda, tetapi dimak- nai secara luas, antara lain mengacu pada pendapat Ki Hajar Dewantara, sebagai hasil puncak-pun- cak budaya Nusantara yang berada di seluruh tanah air kita. Harapannya adalah, kajian-kajian bu- daya Nusantara yang beragam etnik dan bahasa, dapat terungkap dalam bentuk tulisan-tulisan yang beragam dari berbagai peneliti dan pemerhati budaya. Tujuannya, selain digunakan sebagai acuan dan penambah referensi, juga sebagai inspirasi dan aspirasi bagi kita semua untuk mengedepankan budaya Nusantara sebagai identitas bangsa. Pada beberapa tulisan dari para pakar budaya, terdapat pemikiran-pemikiran yang menakjubkan tentang Budaya Adiluhung kita. Mulai dari pemikiran ten- tang peristiwa-peristiwa besar, mulai dari punden berundak, Toba purba, banjir besar, wawasan nusantara, dan gunung Padang, yang pernah terjadi di tanah air kita, lalu konsep dasar humanisme Indonesia. Tulisan tentang konsep Ki Hajar Dewantara yang mengingatkan kita semua, bahwa budaya barat dengan segala pemikirannya termasuk konsep pedidikannya, tidak semuanya sesuai dengan konsep ajaran dari para pendahulu kita. Kemudian tulisan tentang konsep korelat empat lembaga kebenaran dan pada jurnal kali ini, juga terdapat tulisan tentang Tari Tayub yang dikaji dengan teori Bergerian, juga tulisan tentang kajian Hastabrata, huruf Lontara khas , dan yang khas Nusantara. Inilah salah satu perwujudan “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Kita, Indonesia”. Sehubungan dengan itu, kami dari seluruh staf redaksi, berharap dengan sangat, untuk masukan dan kritikan, juga sumbangan-sumbangan tulisan dari para pembaca, untuk menyempurnakan dan melengkapi jurnal yang baru lahir ini, menjadi tempat yang dapat mewadahi gagasan kita ke depan.

Ketua Pengkajian Budaya Nusantara Universitas PGRI Adi Buana Surabaya DAFTAR ISI

92. DASAR HUMANISME LOKAL INDONESIA Jakob Sumardjo (Sekolah Tinggi Seni Bandung)

102. INFO-INFO MENDEBARKAN: Punden Berundak, Toba Purba, Banjir Besar, Wawasan Nusantara, Gunung Padang Primadi Tabrani (Institut Teknologi Bandung)

121. KI HAJAR DEWANTARA, MENGURANGI PENGARUH BARAT SECARA KULTURAL Iskandar Wiryokusumo (Universitas PGRI Adi Buana Surabaya)

126. KONSTRUKSI LANGEN TAYUB NGANJUK DALAM PERSPEKTIF BERGERIAN Anik Juwariyah (Universitas Negeri Surabaya)

136. KORELAT EMPAT LEMBAGA KEBENARAN MANUSIA: Filsafat, Seni, Ilmu, dan Agama Tri Karyono (Universitas Pendidikan Indonesia)

141. PENGUATAN OLAHRAGA PENCAK SILAT SEBAGAI WARISAN BUDAYA NUSANTARA Muhammad Muhyi (Universitas PGRI Adi Buana Surabaya) Purbojati (Universitas Negeri Surabaya)

148. MELESTARIKAN BUDAYA TULIS NUSANTARA: Kajian tentang Aksara Lontara Abd. Aziz Ahmad (Universitas Negeri Makassar)

154. NILAI-NILAI AJARAN HASTABRATA DALAM LAKON PEWAYANGAN MAKUTHARAMA sebagai media MEMBANGUN karakter bangsa Suhari (Universitas PGRI Adi Buana Surabaya)

DASAR1 HUMANISME LOKAL INDONESIA

Jakob Sumardjo

Abstract Pre-modern humans Indonesia is very respectful of nature which is a pair of human life. If you cut down a tree, picking rice, take honey, slaughtering animals, it is always preceded by a small ritual apology. To understand the local culture, it cannot be used the measures of modernity that rejects the things metaphysical and supernatural things. Inevitably we have to be willing to leave our modern rationality to understand other types of rationality that develops in the local . The realities for local cultures include things that are visible (empiricism) and invisible (hidden). Human being is in the nature both of them. The Local human pay attention more on the supernatural than empirical, when the empirical is not able to solve their problems, at least there is a guarantee from supernatural power in solving the empirical ones. To realize the highest human goal, people should become a perfect human being, and then every local knows the virtues of each. On the other hand, in fact, humans do not have any freedom which lies precisely in compliance in framed structures. When running what is in accordance with the concept structuralism, then humans really feel free, carefree, contented and happy, whatever happens, and surrender to the will of god. The main human always close and remember the Lord. He was gone just as a mere tool. For further explanation, in this study, it will discuss about National Unity, Concept of Almighty, Concept of Plurality, Relationships among the one with the Human life, the Almighty Patterns, and the Concept of Freedom.

Keywords: local human, supernatural, local culture.

Mencoba memahami yang tak terfahami Ambilah contoh kultur lokal Jawa, ada (Mpu Tantular : Sutasoma 1.2) kultur Jawa pra-Hindu yang dalam tulisan ini Tenaga adalah esensi spiritual akan disebut kultur primordial Jawa, ada kul- tur Jawa-Hindu-Budha-Tantra, ada Jawa Islam, (Leonardo Davinci) ada Jawa Modern. Dengan demikian, secara Roh adalah energi abstrak. keseluruhan, apa yang disebut kearifan Jawa Energi adalah roh kongkrit (A.Einstein) itu, menghadapi pertanyaan balik, kearifan Jawa mana yang Anda tanyakan? Ya keseluru- PENDAHULUAN han kultur lokal yang disebut Jawa itu! wah ka- lau demikian yang ada adalah Jawa abstraksi. Apakah kultur lokal dan kearifan lokal itu? Seperti manusia dimanapun, apa yang dise- Bukan Jawa kongkrit, kearifan lokal itu sendi- but kultur lokal itu bukan satu rumusan teta- ri. Anda menanyakan kejawaan yang mun- pi memiliki banyak rumusannya sendiri secara gkin tidak disadari oleh para pelakunya sendi- diakronik. Mirip dengan apa yang disebut Hu- ri yang sudah ribuan tahun sampai saat ini. manisme itu, ternyata dunia Barat memili- Yang saya maksud adalah, sebagai orang Jawa ki arti yang berbeda-beda pada setiap zaman. misalnya, Anda akan menolak : ah Jawa bu-

92 kan seperti itu ! Jawa itu begini, begini dan menjadi realitas di masyarakat? Menjamurnya begini, bukan begitu. Debat kusir semacam praktek paranormal dan pengobatan alternatif ini tidak akan ada habisnya dan tak menyele- sebenarnya menunjukkan masih hidupnya bu- saikan persoalan. Yang terjadi adalah perde- daya irasional dan tahayul ini, bahkan di kalan- batan antara abstraksi yang mencari hakikat gan yang paling modernis sekalipun, ketika ilmu- dan kenyataan kongkrit yang dijalani orang Jawa ilmu empirik sudah tak berdaya mengatasinya. sejak zaman prasejarah sampai Jawa masa kini. Mau tidak mau kita harus bersedia mening- Peristiwa semacam inilah yang saya ala- galkan rasionalitas modern kita untuk me- mi selama ini ketika mencoba mencari sum- mahami jenis rasionalitas lain yang berkem- ber hakikat kearifan lokal. semakin banyak bang dalam kultur lokal Indonesia. saya bicara semakin banyak penentang-pe- nentangnya. Tetapi saya terus nekad ber- bicara dengan semangat mencari dan men- BHINEKA TUNGGAL IKA cari untuk “mencoba memahami apa yang Itulah semboyan populer negara Repub- tak terfahami” sebagai manusia masa kini. lik Indonesia, yang kurang lebih berarti kebersat- Kesimpulan sementara saya adalah uan dari berbagai perbedaan suku, budaya lokal, bahwa kultur Jawa atau kejawaan itu masuk adat istiadat, bahasa, agama, bahkan rasial. Teta- golongan kultur keagamaan, mirip Abad per- pi apa arti menyatukan semuanya itu? Karena tengahan Eropa, yang ditolak oleh modernitas. semboyan ini dikutip dari buku Jawa Kuno, Ma- Untuk memahami kultur lokal tidak dapat di- japahit, antara tahun 1365-1389, yang sebenarn- pakai ukuran-ukuran modernitas yang meno- ya bermaksud bersatunya agama Siwa dan agama lak hal-hal metafisika dan hal-hal supranatural. Budha, maka jelas muncul dalam konteks lokal Jawa. Gagasan “peleburan” semacam itu tidak di- Realitas bagi kultur-kultur lokal ini me- anut oleh seluruh lokal-lokal Indonesia yang lain. liputi hal-hal yang ada secara kasat kasat mata (empirik) dan yang ada secara gaib (“tidak Untuk mendekati arti bhinneka tunggal ada”). Sedang manusia berada di kedua alam ika yang beralih dari bidang agama ke bidang tersebut, alam ada dan alam tidak ada itu. Per- politik negara modern, maka kita harus men- hatian manusia lokal lebih pada yang gaib dar- cari padanannya pada artefak Jawa yang lain, ipada yang empirik, ketika yang empirik ini misalnya estetika musik Jawa. Bhinneka tung- tak mampu memecahkan masalah mereka, gal ika ini ternyata terdapat dalam atau sekurang-kurangnya ada jaminan dari yan Jawa. Bukan hanya gamelan Jawa itu terdiri dari gaib untuk membantu pemecahan empiriknya. berbagai jenis instrumen yang berbeda-beda, tetapi juga memainkan lagu yang berbeda-be- Seperti dunia Abad Pertengahan Ero- da. Mengapa masing-masing instrumen yang pa, Indonesia lokal juga penuh dengan ritu- asyik dengan dirinya sendiri itu dapat hidup al-ritual religius, peziarahan, puasa dan pan- bersama dengan instrumen-instrumen lain tang, hidup lajang, mujizat-mujizat, orang-orang yang juga asyik dengan dirinya sendiri? Ba- kudus, mantra-mantra, dan banyak hal lagi. rangkali dalam gamelanlah kita dapat menemu- Semuanya itu telah ditolak mentah-mentah kan arti dari filosofi itu. oleh modernitas. Di Indonesia gejala sema- cam itu disebut tahayul, irasional, klenik, yang Namun itu bukan satu-satunya pe- merupakan ancaman bagi Indonesia modern. mecah masalah, karena dalam gamelan Sunda salendro-pelog, ternyata terdapat Pertanyaannya adalah, apakah yang dise- jenis kebersamaan antar instrumen dan je- but irasional oleh manusia modern itu sebenarn- nis permainannya yang berbeda. Kalau da- ya memiliki rasionalitasnya sendiri? Apakah yang lam gamelan Jawa cenderung homogen se- disebut tahayul itu benar-benar tidak pernah

93 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 92-101 dang pada gamelan Sunda lebih heterogen. KONSEP YANG MAHA ESA Dengan demikian arti kebersamaan, Pada dasarnya ada dua pendapat tentang Yang gotong-royong, tunggal ika, itu saja dapat ber- Maha Esa ini. Yang pertama,Yang Maha Esa beda-beda untuk tiap kultur lokal. Lantas arti ini dapat dikenal dan diketahui secara Yang Bhinneka Tunggal Ika yang mana yang akan Banyak. Dengan demikian langsung diketa- kita pakai? Apakah arti modern? Negara kesat- hui identitasnya. Pandangan ini terdapat di uan tak lain adalah satu negara, satu pemerin- wilayah suku yang dahulu tidak pernah atau tahan, satu undang-undang dasar, satu baha- jarang kontak dengan dunia luar Indonesia. sa, kesatuan lokal-lokal, satu mata uang, satu Yang kedua, Yang Maha Esa itu haki- kepala negara. Konsep diluar itu harus diting- katnya tidak dapat di ketahui, tetapi “dico- galkan. Itukah arti bhinneka tunggal ika kita? ba” diketahui dengan berbagai cara. Pan- Kalau begitu hanya meminjam ungkapan lo- dangan ini berkembang di wilayah yang kal tetapi diberi arti modern. Dan semua yang selalu kontak dengan dunia luar Indonesia , lokal-lokal itu harus secepat mungkin dilen- seperti di Jawa, , Sunda, Minangkabau. yapkan dari pikiran manusia Indonesia. Konsep pertama bahwa Yang Satu itu Persoalan dasar bhinneka tunggal ika langsung dikenal identitasnya jumlahnya mun- adalah Yang Satu dan Yang Banyak. Dalam gkin dapat ratusan di Indonesia akibat sistem buku Mpu Tantular, Sotasoma, Yang Satu itu pengetahuan yang disampaikan secara lisan. disebut Ika. Yang Banyak itu disebut Bhinneka. Para antropolog budaya bisanya melaporkan Yang Ika itu dikatakan sebagai “tidak ada ke- hal ini sejak abad 20, namun masih jauh lebih benaran yang mendua” yang dapat ditafsirkan banyak yang belum diteliti. Pada intinya Yang sebagai satu-satunya yang tanpa pembedaan satu itu terdiri dari Yang Banyak, biasanya ke- sama sekali. Sedangkan Yang Banyak itu ber- satuan tak terpisahkan lelaki-perempuan dalam beda-beda, yang dalam Sutasoma digambarkan wujud Bapa-Ibu, Kakek-Nenek, atau Mataha- dalam perbedaan antara agama Hindu-Siwais ri-Bulan, Yang Satu tetapi aspeknya Banyak dan agama Budha. Karena berbeda maka dike- ini asal segala sesuatu, termasuk manusia. nalidentitas masing-masing. Dengan demikian apakah Yang Satu mutlak tanpa pembedaan Dalam kitab epik terpanjang di dun- itu dapat disebut “tanpa identitas”? Hakikatn- ia, I La Galigo, di Bugis-Makasar, disebut ya adalah tidak diketahui? Gelap pekat? Tidak adanya Sang Pencipta yang disebut Datu Pa- ada? Sunyi senyap (Sunya)? Zat tanpa sifat? toto. Dia juga disebut Datu Palanro sebagai yang mengadakan segala sesuatu yang ane- Pertanyaan lebih lanjut adalah bagaimana ka rupa ini. Juga disebut La Puang-E yang Yang Tak Dapat Diketahui itu dapat diketahui se- Maha Adil. Datu Patoto yang dipertuan bagai “Kebenaran”? itukah sebabnya Mpu Tan- ini bersatu dengan isterinya Datu Palinge. tular menuliskan “mencoba memahami Yang Tak Terfahami” itu? Masalah inilah yang akan Di Batak Toba Yang Maha Esa ini disebut dipecahkan oleh berbagai suku (lokal) di Indone- Ompung Mulajadi na Bolon, yang berse- sia dengan berbagai pemekirannya yang kadang mayam di bagian paling ujung Dunia Atas. dipinjam juga dari pemikiran diluar Indonesia. Jadi Dia adalah seorang kakek (Ompung). Jawaban-jawaban Yang Maha Esa atau Di Flores timur, seperti dilaporkan Paul Arndt, Yang Maha Satu ini dihubungkan relasinya den- SVD, Yang Maha Esa itu disebut Lera Wu- gan Yang Banyak yang berbeda-beda sifatnya lan dan Tana Ekan yang menciptakan bumi itu. Mungkin inilah yang dapat menjelaskan dan langit. Pada mulanya bumi penuh den- bagaimana kedudukan manusia dalam hubun- gan air (Tana Ekan) maka Lera Wulan me- gan antara Yang Satu dan Yang Banyak ini. merintahkan air surut sehingga muncul da-

Jakob Sumardjo, Dasar Humanisme Lokal Indonesia 94 ratan. Apakah berarti Yang Esa itu Bapak-Ibu? bahwa pada awalnya hanya ada Awang-Awang Yang menarik adalah bahwa Yang Esa itu Uwung-Uwungan. Dari awang uwung itu keluar dikenal namanya, namun terlarang bagi ma- tiga Batara, yakni Batara Kersa, menjadi Batara nusia untuk mengucapkannya. nama Yang Tunggal (Yang Esa). Esa itu hanya boleh dibisikkan oleh para tetua Tafsir saya, pada awalnya yang ada adalah adat dalam upacara. Yang Maha Esa itu begi- Tidak Ada. Dari Yang Tidak Ada itu keluar atau tu menggentarkan dan manakutkan kuasanya. manifes dan mengaktualkan kekosongan dalam Mungkin itulah konsep paling tua dalam me- eksistensi tiga identitas, yakni Batara Kehendak, mahami Yang Maha Esa. Meskipun Yang Satu keinginan, maksud (Batara Kersa), Batara Tena- itu Banyak (sifat-sifat) namun harus tetap di- ga, kekuatan, gerak, daya-daya (Batara Kawasa), fahami bukan sebagai pemisahan dan pem- dan Batara Pikiran, sebab-akibat (Batara Bima bedaan. Dia tetap Satu dan satu-satunya. Mahakarana, karena adalah karena). Ketiganya menjadi satu kesatuan Batara Tunggal (Yang Konsep kedua dalam memahami Yang Satu ini Maha Esa). rupanya banyak meminjam konsep agama-ag- ama yang kemudian masuk Indonesia (Hindu, Yang Tidak Ada menjadi Ada yang dise- Budha, Tantra, Islam). Seperti samar-samar but Batara Tunggal. Yang tidak di ketahui men- jadi diketahui melalui tiga potensi yang haki- dikatakan Mpu Tantular (abad 14) bahwa Yang Ika ini Yang Tak Terfahami. Di Jawa dise- katnya satu, yakni kehendak, perbuatan/gerak, but Suwung Awang Uwung, di Baduy disebut dan pikiran, yang satu dengan yang lain. Itulah Awang-Awang Uwung-Uwungan, di Tam- daya kreatif Kosong. Dengan demikian Yang bo Minangkabau disebut Awang Gumawang. Kosong dapat diketahui berdasarkan manifes- Karena tidak dapat di fahami maka disebut tasi dan aktualisasi (Whitehead) Yang satu tak sebagai Tidak Ada, Kosong, Suwung, Sunya. terfahami ini menjadi terfahami manusia yang pada dasarnya juga terdiri dari kesatuan tiga Tetapi yang Tidak Ada ini sebenarnya potensi yang sama, kehendak manusia, pikiran suatu keberadaan yang lain, sehingga ada ungka- manusia dan perbuatan manusia. Itulah “kese- pan Sunda yang berbunyi: rupaan” manusia dengan yang satu itu , sehing- Ayana Aya, ayana Euweuh ga manusia mampu memahaminya. Kalau tidak Euweuh teh Aya, Aya Euweuh ada manifestasi dan aktualisasi dalam tindakan, Adanya Ada, adanya Tidak Ada sesuatu itu tetap kosong tak terfahami, baik dis- Tidak Ada itu ada, Ada itu tidak ada ini maupun disana. Itulah sebabnya di kalangan masyarakat kesepuhan Banten Kidul beredar Itulah ungkapan yang sering kita den- ungkapan yang berbunyi: gar di lingkungan grup-grup kebatinan yang sepadan dengan Kosong itu Isi, Isi itu Kosong. Tilu sapamulu (a) Pernyataan yang membingungkan orang mod- Dua sakarupa ern dan cenderung omong kosong irasional. Hiji eta-eta keneh Tetapi itulah inti kehidupan lokal-lokal Indone- Tiga pada mulanya sia yang pra-modern. Dua yang serupa Bagaimana rasionalitasnya dapat di- Satu yang itu-itu juga fahami? Saya akan memulainya dengan mitos masyarakat Baduy yang dilaporkan oleh Sursa Meskipun seorang peneliti di Ciptagelar alias Suria Saputra, intelektual Sunda yang ta- menanyakan ungkapan ini apakah ada hubun- hun 1950-an keluar masuk Baduy dari Bogor. gannya dengan faham ketuhanan, mereka me- Dalam catatan beliau (tetap manuskrip yang nolak. Justru ditunjukkan bahwa ungkapan itu sampai sekarang tidak diterbitkan) dikisahkan ada pada angklung mereka atau benda-benda

95 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 92-101 lain yang mereka bikin. Tentu saja demikian lam metologi Baduy itu berarti “ada maka ada”, karena orang-orang adat tak perlu filsafat, yang “kosong maka isi”, “ingin maka jadi”. Kualitas mereka perlukan hanya bagaimana harus ber- demikian itulah yang ingin dicapai oleh manusia buat (laku) pra-modern, demi kesejahteraan hidup bersama. Tetapi kalau ditafsirkan dalam mitos Sedangkan hubungan Tekad, Ucap, Baduy maka akan jelas artinya, Tilu Sapamulu Lampah berlaku bagi manusia. Manusia yang (Setara) atau tilu sapamula (awal) adalah man- ingin melakukan sesuatu (maksud, tujuan) ha- ifestasi dan aktualisasi potensi dari Tidak Ada rus dipikirkan dahulu bagaimana keinginan itu menjadi Ada yang terdiri dari Tekad, Lampah, dapat diwujudkan. Wujud itu lampahnya. Ucap (Ungkapan Sunda Kemudian). Dari kesat- Hubungan Lampah, Ucap, Tekad hanya uan yang tiga itu muncul Batara Tunggal atau berlaku pada Yang Satu itu. Manusia tidak akan Yang Esa tadi, sehingga disebut “dua sakarupa” mengetahui keinginan dan pemikiran Yang Satu karena Ada itu Tidak Ada itu sendiri. Bagi ma- tanpa melalui Lampahnya. (banyak disebut da- nusia kalau Yang Tidak Ada itu tidak memani- lam kitab-kitab Sunda lama). festasikan diri tak mungkin mengenalnya. Yang Esa itu tidak terbatas dapat di fahami oleh ma- Sementara itu di Jawa terdapat mitos nusia yang terbatas? Yang satu yang itu-itu juga, generasi dalam Manikmaya dan Tantu Pang- tak bisa lain. gelaran. Asal usul bumi dan langit dalam Man- ikmaya, sedang asal-usul adanya manusia Jawa Yang perlu diketahui adalah hubungan dalam Tantu Panggelaran. Manikmaya dimulai ketiga potensi Ada itu yang disebutkan Kersa, dengan alam suwung juga, hanya ada peng- Kawasa, Karana atau Tekad, Lampah, Ucap huni dalam suwung tadi, yakni Hyang Wisesa. atau di Jawa disebut Niat, Laku, Ilmu. Hubun- Di tengah kekosongan muncul sebentuk telur gan semacam ini berbeda dengan Tekad, Ucap, primordial bersamaan bunyi semacam genta. Lampah. Berbeda dengan hubungan Lampah, Telur dipegang Hyang Wisesa dan pecah men- Ucap, Tekad. jadi tiga hal, kulitnya menjadi langit dan bumi, Hubungan Tekad, Lampah, Ucap dapat putih telurnya menjadi siang dan malam, kuning berarti apa yang diinginkan langsung menjadi telurnya menjadi dewa kembar Manik dan Maya. kenyataan (melalui perbuatan), baru dapat di- Bahwa dalam suwung ada penghunin- fahami oleh pikiran. Inilah hukum spontanitas ya juga terdapat dalam kitab Jatiraga di Sunda, yang berarti juga hukum kreatifitas. Sesuatu ada nama penghuninya ialah Si Ijunajati Nistemen. tanpa sebab. Dari Tidak Ada langsung Ada. Hal itu tidak dapat dijelaskan oleh nalar manusia Kembali pada Manikmaya, dari telur (irasional). Manusia hanya dapat memberikan yang satu menjadi tiga hal, langit dan bumi (ru- tafsiran dengan pemikirannya sendiri. ang), siang dan malam (waktu) serta Manik dan Maya (pelaku, gerak, tenaga). Manikmaya tidak Bukankah hukum kreatifitas manusia mempersoalkan Yang Satu itu sendiri, tetapi sendiri semacam itu? asal-usul terjadinya Yang Banyak. Seperti kita Manusia kreatif itu tidak bekerja ber- lihat ketiga-tiganya memiliki pasangan mas- dasarkan hubungan sebab-akibat yang baru ing-masing. Bahwa Yang Banyak itu terdiri dari muncul ketika sesuatu itu benar-benar ada da- pasangan-pasangan berbalikan. lam kenyataannya? Yang bekerja secara itu dapat Sekarang kita tengok Tambo Minangka- disebut kurang kreatif. Kreatif otentik adalah bau yang menceritakan: ketahui olehmu tatkala “muncul tiba-tiba tanpa sebab”, meskipun telah itu awang gumawang semata-mata. Tatkala itu melalui pencarian atau perenungan cukup lama. awal belum, akhir pun belum. Bumi dan langit Hubungan tekad, Lampah, Ucap da- pun belum ada. Loh dan kalam pun belum. Ara-

Jakob Sumardjo, Dasar Humanisme Lokal Indonesia 96 sy dan kursyi pun belum. Allah SWT menilik tidak terkena batas. Yang Satu ini dalam kondi- diriNya dengan sifat alimNya, maka berkat ko- si non-manifes dan non-aktual sehingga tidak drat dan irodatNya terbit cahaya, maka jadilah mungkin diketahui, tetapi juga memanifesta- Nur Muhammad. Melihat sesuatu pun belum sikan dan mengaktualkan diriNya (batas) seh- ada, maka Nur Muhammad memuja TuhanNya. ingga diketahui manusia. Yang Satu tetap yang Maka firman Allah: Aku dan engkau pun tiada satu-satunya itu juga. lain dari pada Aku. Dalam mitos Jawa Batara Manikmaya Kalau kita bandingkan dengan sum- yang tak lain Hyang Wisesa yang Satu dan Su- ber-sumber Jawa dan Sunda, maka ada kesa- wung, menciptakan segala sesuatu yang tak ter- maan tentang awang gumawang sebagai suwung hitung banyaknya ini. Dalam mitos ini disebut- atau awang-uwung. Seperti di Jawa dan Sunda kan bahwa baik ruang, waktu, dan pelaku terdiri dalam suwung ada Allah SWT. Itulah Yang Tak dari pasangan-pasangan berbalikan sifatnya. Ke- Terfahami. Esa yang semutlak-mutlaknya. Dari beradaan diluar Yang Satu itu hanya memiliki yang tak terfahami itu “terbit cahaya” Nur Mu- dua macam sifat, yakni kelaki-lakian dan keper- hammad, dan dariNya segala yang banyak itu empuanan, yang dengan segera mengingatkan ada. kita pada konsep Yang-Yin di Cina. Yang perlu diperhatikan adalah firman Saya kira ada hubungannya juga. Yang Allah: Aku dan engkau pun tiada lain dari pada dan Yin dikenal dalam Taoisme yang muncul Aku (Ana anta wa ana). Ucapan demikian itu di Cina sekitar tahun 500 sebelum tarikh Mase- juga ada di kitab Jatiraga Sunda, Si Ijunajati hi. Bangsa Indonesia, termasuk Asia Tenggara Nistemen yang tak terfahami itu harus melalui dan Polinesia, adalah kelompok ras Mongoloid para dewata untukmengenalkan dirinya. Ucapan purba. Kalau dikatakan bangsa Indonesia ber- para dewa selalu: aing inya Eta inya aing (Aku asal dari Yunan di Cina barat-daya sekitar 3000 adalah Dia sebagai Aku). Dalam Manikmaya, sebelum Masehi, maka faham Yang-Yin purba Hyang Wisesa berkata kepada Manikmaya: ka- inilah yang dibawa serta kaum pendatang itu ke hananKu kahananmu, kahananmu kahananKu Indonesia dan Asia Tenggara. Sementara faham (keadaanmu adalah keadaanKu, keadaanKu ada- Yang-Yin purba ini kurang berkembang di In- lah keadaanmu). donesia, di Cina justru dikembangkan dalam Sumber-sumber itu kalau dirumuskan peradabannya yang maju dengan Taoismenya. secara Baduy: dua sakarupa, hiji eta-eta keneh. Yang Banyak ini terdiri dari manusia, Edi S. Ekadjati menamakan Si Ijunajati atau dunia dengan segala isinya, alam semesta, dan Yang Satu ini sebagai “pencipta batas tetapi tak alam dewa-dewa yang masih dualitas. Kosmolo- terkena batas”. gi tiap lokal dapat berbeda-beda, bahkan dalam Itulah penjelasan Yang Maha Esa di lo- satu lokal pun terdapat perbedaan-perbedaan. kal-lokal yang mengenal agama Hindu dan Bud- Ciri utama dari Yang Banyak ini adalah ha, tertulis maupun tak tertulis. seperti apa yang diungkapkan orang Jawa bahwa “donyo iki isine mung rong perkara” (dunia ini isinya hanya dua perkara saja). Semua yang ada KONSEP YANG BANYAK ini hanya dua sifat, kelaki-lakian dan keperem- Kalau kita gabungkan sumber-sumber Sunda, puanan. Kedua pasangan itu saling bertentan- Jawa, dan Minang, maka terdapat penjelasan gan, namun saling melengkapi, saling menjelas- bagaimana hubungan Yang Satu dengan Yang kan, saling meng-ada-kan. Kalau yang satu tak Banyak ini. Sumber Sunda dan Minang men- ada, tak mungkin yang lain itu ada. jelaskan Yang Satu tak terbatas dan tak terfaha- Sesuatu itu ada dan bermakna kalau ber- mi itu menciptakan batas bagi diriNya namun pasangan sifat-sifatnya. Itulah sebabnya dalam

97 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 92-101 kitab Tantu Panggelaran Jawa, manusia lelaki yang transenden, pada alam semesta, dan pada dan perempuan itu diciptakan sekaligus bersa- manusia. Perbuatanlah yang mengubah segalan- ma-sama. Dewa Brahma menciptakan lelaki, ya. Kata-kata tidak akan mengubah apapun kec- Dewa Wisnu menciptakan perempuan. Dalam uali sudah dilakukan. Itulah yang dikenal di Jawa Manikmaya ada pasangan ruang, bumi dan lan- sebagai: ilmu iku kelakone kanthi laku (ilmu itu git. Pasangan waktu siang dan malam. Pasangan terjadinya dengan perbuatan). Atau dalam lagu Yang Esa, Batara Guru (Manik) dan Batara Is- Jejemplangan Cianjuran berbunyi: ulah ngo- maya (Maya, Semar). Itulah sebabnya Semar di- mong memeh leumpang (jangan bicara sebelum gambarkan keperempuan-perempuanan. menjalani). Intinya adalah bahwa pasangan dualis- Itulah sebabnya religi-religi suku tidak tik itu tidak boleh dilenyapkan salah satu. Kalau memerlukan semacam nabi-nabi yang meneri- satu lenyap maka lenyap yang lain. Pasangan la- ma sabda Yang Mutlak itu, tetapi lebih membu- wan itu kodrati. Yang memusuhi diri Anda itu tuhkan pawang atau dukun yang mampu meng- ikut membentuk diri Anda. Kotor menentukan hadirkn daya-daya Illahiah itu untuk mengubah arti bersih. Gelap menentukan arti terang dan segalanya. Untuk manusia pra-modern bukan sebaliknya. Keduanya tetap harus dijaga dalam mengatakan: pada mulanya adalah Kata, tetapi mengada. pada mulanya adalah Peristiwa. Perubahan bobot pasangan dapat me- Kata-kata, pemikiran, tidak penting nimbulkan goro-goro, gonjang-ganjing semesta. karena tidak mampu mengubah dunia tanpa Untuk itulah perlu keseimbangan kembali agar dikerjakan. Perubahan tanpa sebab itulah yang keselarasan keberadaan ini tetap terjaga, artinya diperlukan, yaitu hadirnya tenaga gaib yang Illa- tetap ada. Bagaimana menyeleraskannya? Den- hiah. Keberadaan ini intinya adalah gerak yang gan menghadirkan Sang Hyang Maha Hidup itu dilandasi energi. Gerak berarti perubahan yang ke dunia manusia. dapat merusak keseimbangan dualitas-dualitas. Dan untuk mengembalikan dalam keseimban- gan keberadaan maka Yang Maha Kuasa itulah HUBUNGAN YANG SATU DENGAN yang mampu menolong manusia. DUNIA MANUSIA Sarana untuk menghadirkan lampah P.J. Zoetmulder dalam bukunya Kalangwan, atau laku Illahiah itu adalah dengan pengesaan menulis: “Biarpun imanensiNya meliputi segala kembali yang bhinneka. Kondisi dualistik pada sesuatu, namun Yang Mutlak Illahi dapat memi- manusia dan alam raya ini dikembalikan pada lih sarana-sarana tertentu untuk menampakkan sumbernya yang Esa. Dunia sifat-sifat dikem- diri dengan “meraga” ke dalam sarana itu. “Yang balikan pada yang tak bersifat. Itulah sebabn- Satu mutlak itu dapat dihadirkan oleh manusia ya sering muncul gejala-gejala paradoks dalam untuk kepentingan kelangsungan hidupnya agar laku ritual, agar tenaga Illahiah yang tanpa sebab selamat dan lestari (irasional) dapat hadir di dunia manusia yang Yang dibutuhkan manusia adalah ka- bersebab (kausalitas rasional). Seperti dikatakan wasaNya, kekuasanNya, tenaga penggeraknya oleh Mpu Tantular, agar di dunia hadir kebe- yang abadi itu, yang mutlak, dan bekerja dalam naran yang tidak mendua. Atau seperti disebut hukum spontanitas keillahianNya. Dari ketiga dalam doa Bapa Kami, “terjadilah kehendakMu aspek gejala Hidup (kehendak, pikiran, tenaga) di bumi seperti di dalam surga”. Inilah yang di hanya aspek tenaga atau daya-daya kekuatan Jawa disebut waringin sungsang atau beringin gerak itulah yang dapat mengubah segalanya. terbalik, atau di pantun Sunda disebut kawih si Segala sesuatu memang berubah, tetapi peruba- bangbalikan, yang di atas turun ke bawah seh- han itu karena daya-daya energi pada Yang Satu, ingga yang di bawah (dunia) menjadi seperti

Jakob Sumardjo, Dasar Humanisme Lokal Indonesia 98 yang di atas. sejak mula sudah diakui dan tidak pernah diper- Dalam ritual penghadiran itu prasarana debatkan mana yang benar. Masing-masing lo- yang berupa budaya manusia didasarkan pada kal diakui kebenarannya sendiri. benda-benda alam dan kosmologi semesta (mis- alnya primbon). Benda-benda alam seperti kayu, POLA-POLA PENG-ESA-AN batu (logam), buah, daun, bunga, binatang di- jadikan prasarana penghubung antara manusia Pada dasarnya pengesaan tidak melenyapkan dengan yang Illahiah. Itulah sering dikatakan pasangan-pasangan dualitas yang saling berse- bahwa “alam terkembang menjadi guru”. Alam berangan itu, karena itu kodrati. Ada 4 cara adalah guru manusia, petunjuk manusia, seperti pengesaan yang bertolak dari 2 cara yang lebih terdapat dalam berbagai pepatah suku. mendasar. Pengesaan dasar itu adalah penge- saan atau penyatuan dalam pemisahan, dan Dasar pemikirannya, kalau ditafsirkan, pengesaan dalam peleburan. Pengesaan dalam bahwa segala sesuatu tidak berdiri sendiri, selalu pemisahan berupa kesatuan dualitas tunggal berpasangan. Adanya manusia karena pasangan dan kesatuan dualitas ganda. Begitu pula kesat- lelaki-perempuan, manusia sendiri adanya ber- uan peleburan dapat berupa peleburan dualitas pasangan dengan alam dunia ini, alam dunia ini tunggal dan peleburan dualitas ganda. Jadi ada 4 ada karena berpasangan dengan alam semesta, pola pngesaan. dan alam semesta ini karena lampah-ucap-tekad Yang Maha Hidup. Pengesaan dalam pemisahan tunggal saya sebut sebagai Pola Dua. Tujuan utama pola Manusia pra-modern Indonesia amat ini adalah mempertahankan ketegangan, per- menghormati alam. Alam adalah pasangan hid- saingan, sehingga tercapai jatuhnya korban atau up manusia. Kalau menebang pohon, memetik kematian. Disini ditegaskan bahwa kehidupan padi, mengambil madu, menyembelih binatang, ini hanya mungkin kalau ada kematian (kema- selalu didahului dengan ritual kecil permohonan tian adalah kehidupan) namun tidak melenyap- maaf. Kalau mendirikan rumah diperhitungkan kan kondisi dualitasnya. Kaum antropologi In- dimana arah gunung dan sungai-sungainya. Be- donesia menamakannya sebagai budaya perang. gitu pula kalau membangun kampung dan neg- Disini perang hanyalah cara hidup, bukan untuk ara, orientasi alam akan menjamin keselamatan menaklukkan atau menguasai yang berbeda den- tanpa sebab itu (irasional). Bahkan membuat gan dirinya. Itulah sebabnya ada ritual korban, peralatan memperhitungkan kodrat alam. Kalau dari korban manusia (kanibalisme) sampai kor- menggunakan batang kayu tertentu diperhitung- ban binatang dan boneka manusia. Yang pent- kan mana pangkal dan pucuknya. ing pasangan dualitas tetap dipertahankan da- Seluruh penginderaan manusia yang lam keseimbangan. dualistik juga diesakan. Bauan, visual, bunyi Pengesaan dalam pemisahan ganda, art- dan suara, pencecapan (kuliner atau jajanan), inya ada pasangan 4 sifat yang saling bertentan- perabaan (permukaan halus dan kasar), gerak gan. Pola Empat. Kalau dalam Pola Dua per- manusia (kekiri-kekanan, kbelakang-kedepan, tentangan, pasangan konflik, berakhir dengan keatas-kebawah), kata-kata juga diesakan dalam adanya kematian, dalam Pola Empat yang terjadi bentuk mantra (antara dimengerti-tidak dimen- adalah pemisahan dalam peran yang saling me- gerti). lengkapi. Namun bagaimana sifat-sifat dualitas itu die- Pengesaan dalam peleburan (motif per- sakan kembali berbeda-beda untuk tiap lokal. kawinan) yang berasal dari pasangan dualitas Imanensi Yang Mutlak Illahiah itu sifatnya lokal. tunggal, disebut Pola Tiga. Dari dua entitas yang Yang berlaku untuk satu untuk satu lokal tidak berbalikan sifatnya disatukan oleh peleburan berlaku untuk lokal yang lain. Kebhinnekaan itu

99 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 92-101 dari keduanya. Tercapailah dunia tengah yang manensikan daya-daya illahiah. Itulah manusia menjadi pusat kebenarannya. Inilah Pola Tiga, sempurna atau dewa-kemanusiaan (Pantun Sun- yang juga tidak melenyapkan pasangan duali- da). Dibedakan antara jalma dan manusa. Jalma tasnya. adalah hidup manusia yang tak lebih dari per- Pengesaan dalam peleburan juga terja- ilaku bintang yang mengutamakan kenikmatan di dalam pasangan dualitas ganda (seperti Pola makan, minum, dan seks. Disamping itu juga Empat). Disini terdapat apa yang disebut panc- kekayaan dan senang-senang. Itulah penyakit er atau pusat. Pusat inilah Kebenaran Yang Satu molimo (Jawa) yaitu makan, minum, main, ma- itu. Inilah Pola Lima atau Pola Sembilan. Disini don, maling. dikenal apa yang oleh orang Jawa disebut mu- Tujuan manusia tertinggi adalah menjadi lur-mungkret (mengembang-menyusut) dalam manusia utama atau menjadi manusia sempurna gerak sentrifugal dan sentripetal. Mulur kalau tersebut. Tiap lokal mengenal jalan keutamaan Yang Satu menjadikan diri dalam pasangan-pas- masing-masing. Humanisme lokal menjahui si- angan ganda yang saling berbalikan. Mungkret fat-sifat jelma di atas dan hidup menjalani laku kalau Yang Banyak itu melebur menjadi Yang utama, yaitu menjadi manusia transenden. Tran- Satu. Meskipun asal muasal pola-pola itu dapat sendensi diri bukan untuk kepentingan priba- dilacak dari lokal tertentu, pada akhirnya ber- di tetapi untuk sesama manusia. Kepentingan campur aduk dalam setiap lokal. pribadi, kehendak bebasnya sudah ditinggalkan ketika menjalani laku utama. Kehendak yang satu mutlak itulah yang menjadi kehendak prib- KONSEP KEBEBASAN adinya. Pandangan dunia bahwa segala sesuatu tak mun- Manusia sempurna itu pasrah pada ke- gkin punya kehidupannya sendiri, selalu bersama hendak tuhan, bukan dirinya yang menyelamat- dengan yang lain yang saling tergantung, saling kan orang lain, tetapi kehendaknya. Dalam melengkapi, saling menjelaskan identitas, saling membimbing dan menyelamatkan orang lain mengeksistensikan, maka yang disebut hidup ini pun didasari oleh keikhlasan, gratis tanpa meng- sudah terstruktur sejak awal primordialnya. Ma- harap balasan apa pun. Manusia utama meno- nusia ternyata tidak bebas. Kebebasannya just- long orang lain karena digerakkan oleh kasih ru terletak pada kepatuhan dalam struktur yang sayangnya, yakni berbelas kasihan. Manusia uta- membingkainya. Apabila menjalankan apa yang ma senantiasa dekat dan ingat pada Tuhannya. sesuai dengan konsep strukturalisnya, maka ma- Dirinya sudah lenyap hanya sebagai alat belaka. nusia benar-benar merasa bebas, tanpa beban, puas dan bahagia, apapun yang terjadi. Manusia sempurna semacam ini tidak mudah heran, tidak muda kagum, karena sadar Kata kuncinya adalah “pasrah” kepada bahwa daya-daya transenden itu bekerja dalam struktur kecil sampai struktur besarnya. Hidup hukum spontanitas, kun fayakun, jadi maka jadi. yang bener adalah hidup berdasarkan struk- Tingkat manusia utama semacam itu dicapai bu- tur lokal masing-masing yang membingkai kan dengan kata-kata, pikiran, filsafat, tapi den- mikrokosmos,makrokosmos dan metakosmo gan laku, dengantingkah laku dan perbuatan, Semboyan dasarnya: bukan kehendakku, kehen- dengan rasa. Hanya dengan perbuatanlah manu- dakMu yang terjadi. sia berubah, berbeda, yang adi kodrati. Apa gu- nanya, pemikiran kalau tidak dapat dijalankan?. PENUTUP Humanisme dalam kultur lokal Indonesia adalah DAFTAR PUSTAKA Supra-human, melampaui kodrat manusiawinya, AFRIYANTO, SUHENDI. dengan cara mentransendenkan diri dan mengi- 2013. Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui

Jakob Sumardjo, Dasar Humanisme Lokal Indonesia 100 Pembelajaran Seni Gamelan Sunda. Dis Architecture. Yogya: Gadjah Mada ertai UPI Bandung. University Press.

AMAL, M. ADNAN. RETNO, DWI WORO, HASTHO BRAMANTYO. 2010. Kepulauan Rempah-Rempah. Jakarta: 2009. Sutasoma. Komunitas Bambu. Gramedia. SAPUTRA, SURIA. ARNDT, PAUL, SVD. 1950. Baduy. Bogor (Manuskrip). 2009. Agama Asli di Kepulauan Solor. SOEBADIO, HARYATI. Maumere, Flores: Puslit Candraditya. 1985. Jnanasiddhanta. Jakarta: Djambatan. ANASASMITA ALEH dkk D , S . SOEMODIDJOJO,R. 1987. Sewaka Darma, Sanghyang Siksakan 1994. Kitab Primbon Betaljemur Adammakna. dang Karesian, Amanat Galunggung. Cetakan ke-52. Yogya: Buana Raya. Bandung: Sundanologi. SUBAGYA, RACHMAT. DJAMARIS, EDWAR. 1981. Agama Asli Indonesia. Jakarta: Sinar 1991. Tambo Minangkabau.Jakarta: Harapan. Balai Pustaka. SUGIHARTO, BAMBANG (ED.). DJAYAWIGUNA, BULDAN dan U. KADARISMAN. 2013. Humanisme dan Humaniora. Bandung: 1983. Kumpulan Babasan Jeung Paribasa Matahari. Sunda. Bandung: Pustaka Buana. SUMARDJO, JAKOB. EKADJATI, EDI.S. danUNDANG A.DARSA. 1913. Simbol-Simbol Mitos Pantun Sunda. 2006. Gambaran Kosmologi Sunda. Bandung: Kelir. Bandung: Kiblat. SUPADJAR, DAMARDJATI. ESTEN, MURSAL. 2000. Filsafat Ketuhanan Menurut A.N.White 1993. Struktur Sastra Lisan Kerinci. Jakarta: head. Yogya: Adipura. Yayasan Obor Indonesia. TEEUW, A. dan T.D.SITUMORANG. HADIWIJONO, HARUN. 1958. Sejarah Melayu. Jakarta: Djambatan. 1977. Religi Suku Murbe di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. TOBING, PH.O.L. 1963. The Structure of the Batak-Toba Belief HARDJOWIROGO. in the High God. Makasar: South and 1984. Sejarah Purwa. Jakarta: Balai South East Celebes Institute of Culture. Pustaka. VREDENBREGT, JACOB. KERN, R.A. 1981. Hampatong, Kabudayaan Material 1989. I La Galigo. Terj.Sagimun M.D. dan La Suku Dayak di Kalimantan. Jakarta: Side. Yogya: Gadjah Mada University. Gramedia. MASCARO, JUAN dan SWAMI HARSHANANDA. WINARDI. 2010. Upanishad Himalaya Jiwa. Media 1985. Wedhatama. Surabaya: Citra Jaya. Hindu. WIRYAMARTANA, I.KUNTARA. PAMUNTJAK, K.St. dkk. 1990. Arjunawiwaha. Yogyakarta: Duta Wa 1983. Peribahasa.Jakarta: Balai Pustaka. cana University Press. PRIJOHUTOMO. ZOETMULDER, P.J. 1952. Kesastraan Jawa, Pembangunan. Jakarta. Kalangwan, Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. PRIYOTOMO, JOSEF. Terj. Dick Hartoko. Jakarta: Djambatan. 1984. Ideas and Forms of Javanese

101 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 92-101 INFO2 INFO YANG MENDEBARKAN: Punden Berundak, Toba Purba, Banjir Besar, Wawasan Nusantara, Gunung Padang

Primadi Tabrani

Abstract This article is not yet a real research; it is more as a deep reflection. But those deep reflections are worth to be researched thoroughly by experts from many fields of study integratingly. Thinking of people in land-continent with many countries as Europe is different then thinking of people in one country as Indonesia, a maritime-continent. In land-continents thinking, sea is to separte, in maritime-continent Indonesia with its islands, sea is to unite, wawasan Nusantara as old as prehis- tory. Each country in a land-continent are eager to differentiate and defend to other countries by ethnic, language, religion, ideology, while in Indonsia as a maritime-continent, we is one country, several parts are slightly different but we are “one”: “Bhinneka Tunggal Ika”. In land-continent countries, a city with walls fortification, a country with great walls fortification are usual. While it is not so in Maritime-continent Indonesia, as is Trowulan the capital of the great empire . Our school books says that the population of Indonesia comes from Asia, 5000 BC and 2000 BC, while it is known that the migration of homosapiens has reach West Nusantara about 60 – 80.000 BC, and experienced the ancient Toba Mountain great explosion and the three great floods. The west theory said that Indonesia is a country between two continents and two aceans, where culture, etnic, nation, religion, etc, criss cross ofer it. So Indonesia ’has nothing’. No local genius. Nusantara people cruises the Pacific and before Christ, the Atlantic in the first cen- tury. What about ”Atlantis” and ”Eden in the East” situated in Sundaland, that alter the world culture, history & development? Has all this a connection with the mistery of Gunung Padang?

Keywords: Land-continent thinking, Maritime-continent thinking, Wawasan Nusantara, Bhinneka Tunggal Ika, Gunung Padang.

INFO MENDEBARKAN 1: begitu berbeda, oleh sebab itu mengapa lokasi- Manusia Benua-Darat lokasi unik ini tak boleh merdeka?” (isu RMS Banyak turis ”Barat” yang mengunjungi berb- misalnya). agai pulau, daerah, suku, di Indonesia terpesona Cara berfikir seperti ini tidak penulis sebut keunikan setiap lokasi. Celakanya dengan sikap cara berfikir ”Barat”, tapi cara berfikir ma- ”samasekali tidak bersalah”, terpesonanya dilan- nusia ”Benua-Darat” (Afrika, Asia, Eropa). jutkan dengan pertanyaan yang membuat kita Di Eropa jumlah negara puluhan, sedangkan kelabakan. ”Satu dengan yang lain begitu unik, kita Negara Kesatuan Republik Indonesia.

102 Di fihak lain kita bingung mengapa pen- duduk asli Amerika (Indian) dan penduduk asli Australi (Aborigin) tak boleh merdeka, bahkan sebagian harus hidup di dalam ghetto-ghetto di negerinya sendiri?! Mengapa pula di berbagai wilayah di trio benua-darat tsb seakan ”tiada hari tanpa perang?”. Untuk membedakannya, cara berfikir kita ti- dak penulis sebut cara ”Timur”, tapi cara ber- fikir manusia Benua-Maritim dengan kepu- lauannya : 75% Lautan dan 25% kepulauan.

Manusia Benua-Darat Umumnya diakui bahwa manusia muncul di benua Afrika dan kemudian menyebar ke seluruh panca benua: Afrika, Eropa, Asia, Aus- trali, Amerika. Perkembangannya, penyebaran- nya dan perubahannya sepanjang sejarah manu- Gambar 1. Tembok Besar Cina sia melalui jalur-jalur yang berbeda ke berbagai lokasi dengan lingkungan alam yang berlainan menyebabkan suatu saat ketika mereka ber- Dan saat ini masih berkecamuk ”tiada hari tan- temu kembali, seakan lupa bahwa mereka mer- pa perang”, baik di kawasan terbelakang seper- upakan anak cucu nenek moyang Afrika yang ti perang etnik di Afrika, maupun di kawasan sama. Setiap kelompok etnik dengan bahasa, modern, seperti perang ’saudara’ di: Irlandia, wilayah, kepecayaan yang berbeda, cenderung Yugoslavia, Siria, Irak, Yaman, Afganistan, Paki- jadi ”fundamentalis” yang siap berperang untuk stan, perang segitiga Kroasia-Bosnia-Serbia, dan mempertahankan hak hidupnya karena khawatir di Chehnya. dilibas oleh kelompok etnik yang lain. Sejarah Memasuki abad XV ulah manusia perkembangan kebudayaan di trio benua-darat benua-darat ini tetap dipraktekkan pada saat Afrika-Eropa-Asia sejak prasejarah memang di- mereka ”menemukan” benua baru Amerika dan hiasi dengan beberapa lembaran hitam peristiwa Australi. Pembantaian bangsa Astec dan Maya, ”meghilang”nya etnik/bangsa, baik karena diu- pelibasan suku-suku Indian Amerika, kelom- sir, dibantai, atau dilibas, baik di Afrika, Eropa, pok Ku Klux Khan yang rasialis di Amerika, Timur Tengah, Asia. Salah satu puncaknya ada- pemusnahan suku Aborigin Tasmania. Penggir- lah pembantaian Yahudi oleh Nazi Jerman. Tiap ingan ke ghetto-ghetto bagi Indian Amerika dan etnik/bangsa harus selalu waspada dan belum Aborigin Australi. Untunglah abad ke XX tiba merasa aman bila tetangganya belum ditakluk- hingga bangsa yang ”maju” itu malu bila tetap kan. Bila tak mampu, maka mereka membuat meneruskan tradisi berfikir manusia Benua-Da- pertahanan. Istana benteng, kota bertembok rat. benteng, batas negara bertembok benteng, mer- upakan hal yang biasa. Tentu saja ada beberapa pengecualian, suku/ bangsa(?) Gipsi, yang walaupun punya bahasa Sejak kerajaan Mesir Kuno, Mesopotamia, sendiri, tapi hidup sebagai pengembara, tanpa Caesar, Roma, Iskandar Agung, kota benteng Aleppo, tembok besar Cina, Napoleon, Hitler, negara, tanpa lokasi. Karena itu perlu ”damai” Stalin, kesemuanya mengulang pola berfikir dengan Etnik/bangsa yang lain yang ditemuinya yang sama: agresip atau defensip. sepanjang pengembaraan mereka.

103 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 102-120 INFO MENDEBARKAN 2: Australia, Virginia, Australia) menyebut bahwa Manusia Benua-Maritim & Kepulaunnya perantauan Nusantara tersebut telah mencapai Jaman Es Quartair sudah dimulai sekitar Australi sekitar 60.000 SM. Chaloupka juga 110.000 SM. Sejumlah pakar, antara lain Mike menyebut bahwa telah ditemukan garca (gambar Morwood, 2002:3 ( Vision from the Past, Smithso- cadas) prasejarah di Australi sejak sekitar 50.000 nian Institution Press), menyebut bahwa sekitar yang lalu (lebih tua dari garca prasejarah Eropa 80.000 – 60.000 tahun yang lalu, pengembaraan seperti Altamira, Dordogne, Lascaux,!!). Pada- manusia benua-darat yang muncul di Afrika dan hal seamula teori pakar Eropa menyebut bahwa telah berkembang manjadi homosapiens tiba di garca prasejarah bermula di Afrika dan Eropa tepi laut Asia Tenggara. Berbagai gelombang lalu menyebar dan akhinya sampai ke Australi. migrasi manusia yang telah memiliki tradisi ”Benua-Darat” puluhan ribu tahun di belakang- INFO MENDEBARKAN 3: nya memasuki wilayah Nusantara. dan tertahan Katastrofi Purba: Ledakan dahsyat Toba cukup lama (puluhan ribu tahun) di ’Nusantara Purba, Siklus Budaya Barat’. Ini karena dimasa itu ada ’Garis Huxley’ dan ’Garis Weber’ yang merupakan palung laut Ketika jalur migrasi manusia dari Afrika yang yang sangat dalam, hingga migrasi manusia ma- sudah berkembang menjadi Homosapiens telah sih lewat jalan darat, baik yang dari Asia maupun mencapai Asia Tenggara dan tertahan di Nusan- yang dari Taiwan dan Hainan. Mengarungi lau- tara barat, gunung Toba Purba meletus. Letusan tan ke pulau-pulau di samudera Pasifik belum gunung api terdahsyat di dunia (sekitar 74.000 terjadi karena teknologi menyeberangi laut be- SM). Sejumlah pakar menyebut hal ini, antara lum berkembang. ”Belajar” menyeberangi laut lain Stephen Openheimer (1999, EDEN IN dangkal yang banyak pulaunya dan berdekatan, THE EAST, George Wiedenfield & Nich- dengan garis pantai yang masih melebar di masa olson, Ltd, England). Bandingkan kedahsyatan Letusan Toba purba dengan Vesuvius, Tambo- ra, Karakatau, dan sebagainya.

Gambar 3. Ledakan Toba Purba

Rangkaian letusan berlangsung sela- Gambar 2. Paparan Sunda dan Sahul ma 9-14 hari. Debu dan material vulkanis me- nembus atmosfer dan menyebar keseluruh prasejarah, justru terjadi dari Jawa dan Kaliman- dunia. Nyaris 10 tahun dunia dalam keadaan tan ke gugusan pulau di timurnya sampai Pap- “remang-remang”. Banyak species hewan dan ua dan Australi. Mike Morwood dan George tumbuhan yang punah. Jalur migrasi homosa- Chaloupka (1993, Jouney in Time, Reed Books of piens terputus dan perkembangan homosapi-

Primadi Tabrani, Info-info yang Mendebarkan... 104 ens nyaris terhenti dan punah. Terjadilah siklus Dari gambar gambar tampak bahwa migrasi budaya, budaya seakan dipaksa mulai lagi dari baru pasca Toba Purba meledak dan banjir ban- ‘awal’. Demikianlah migrasi homosapiens yang jir besar, ada yang dari Nusantara Barat menyu- terputus dan telah tiba di Asia tenggara dan sur pantai laut Cina Selatan ke arah Hainan dan tertahan di Nusantara barat berhasil melak- Taiwan (bukan sebaliknya!) yang saat itu masih sanakankan migrasi “baru”. Migrasi baru inilah merupakan bagian dari paparan Sunda. Tentun- yang kemudian menyebar keseluruh dunia. ya sebagian melalui laut ke Pasifik, ke Australia dan Tasmania. Perahu seperti apa yang mereka pakai? INFO MENDEBARKAN 4 Katastrofi Purba: Banjir banjir besar, Siklus Budaya Selain itu kini telah diketahui adanya tiga ban- jir besar yang melanda paparan Sunda & Sahul, (termasuk Asia Tenggara), di akhir jaman es: sekitar 14.000, 11.000 dan 8.000 SM yang diaki- batkan mencairnya es di kutub hingga permu- kaan laut naik. Ini disebut sejumlah pakar an- taranya Stephen Openheimer. Banjir besar yang Gambar 5. Paparan Sunda terakhir begitu dahsyat dan menenggelamkan semua dataran tinggi di paparan Sunda (warna Kedua data mutakhir tsb dipicu oleh kelabu pada peta ) dan paparan Sahul. Sementa- adanya pakar Benua-Darat (Barat) yang menaf- ra itu, perlahan muncullah kepulauan Nusantara. sirkan banjir besar dengan hilangnya “benua” Proses ini memakan waktu lebih dari 60.000 ta- Atlantis yang menurut mereka adalah Indo- hun. Penghuni Nusantara berulang kali terpak- nesia. Ada pula yang menyebut Asia Tenggara sa mengungsi menghindari katastrofi-katastrofi (termasuk Nusantara Barat) dimasa itu sebagai tersebut. “Eden in the East” yang porak peranda karena ledakan dahsyat Toba Purba dan bencana ban- jir banjir besar. Kesemuanya berpendapat bah- wa kebudayaan “Nusantara Barat” telah sangat tinggi, termasuk teknologinya. – kita bedol desa – membawa apa yang bisa dibawa saat men- gungsi keluar pada peristiwa rangkaian banjir banjir dan gempa gempa kecil dan sedang. Se- dang pada saat katastrofi dahsyat tentu tak mun- gkin. Yang pasti dalam bentuk ‘budaya abstrak’, yang ada dalam benak, pikiran, imajinasi nenek moyang kita, untuk dibudidayakan di tempat pe- ngungsian kelak.

Gambar 4. Migrasi Baru INFO MENDEBARKAN 5: Kini telah diketahui rute darat pengung- Gunung Padang, Katastrofi Purba, sian penghuni Nusantara Barat yang bukan han- Mitigasi Bencana. ya ke Asia, tapi sampai ‘kembali’ ke (back to) Af- Ada 3 banjir besar (14.000, 11.000 dan 8.000 rika, lanjut ke Australia dan Tasmania, ke Eropa. SM) disamping banjir sedang dan kecil diantara-

105 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 102-120 banyak gangguan gempanya!! Ini menunjukkan bahwa mengalami sejumlah gempa dan sejum- lah banjir, diantaranya dua banjir besar sebelum banjir besar terakhir (8000 SM) menyebabkan penduduk Nusantara mampu mengembangkan konstruksi teknologi bangunan tahan katastrofi dan mengembangkan mitigasi bencana!! Ketiga tingkat itu diduga dibangun oleh ’budaya’ yang Gambar 6. berbeda dan berjarak puluhan ribu tahun. Luas Rekonstruksi imajiner punden kompleks diduga sekitar 75 hektar (10 kali luas berundak Gunung Padang ) Baik teori ”Atlantis” mapun ”Eden in the East” menilai bahwa budaya Nusantara Barat pada saat banjir banjir besar sudah sangat tinggi dibanding budaya di bagian dunia yang lain yang berdasar teori lama masih berada di jaman Megalitikum yang ’primitip’. Oleh sebab itu muncul teori baru bahwa perkembangan ke- budayaan tak selalu ’linier’. Bahwa suatu budaya yang sudah maju, bisa ’musnah’ akibat katastro- fi dahsyat purba, dan terjadilah sikulus- kebu dayaan, perkembangan budaya di wilayah tsb seakan harus mulai dari permulaan lagi.

Gambar 7. Punden berundak Banten, dari jaman Rekonstruksi imajiner seluruh kompleks prasejarah (sesudah katastrofi katastrofi purba) Punden berundak Gunung Padang seakan membenarkan hal itu. Kebudayaan seak- an kembali dari awal mula. Punden berundak nya, dan sesudahnya. Banjir terdahsyat yang me- Candi Borobudur dari tahun 800 M dan pun- nenggelamkan semua dataran tinggi dan mem- den berundak Candi dari tahun 1437 M porak perandakan permukaannya di Nusantara pun kalah hebat dengan kehebatan punden be- Purba terjadi di tahun 8.000 SM. Apa yang terja- rundak Gunung Padang (diduga antara 24.000 di di banjir banjir sebelum 8000 SM, apakah ne- – 9.500 SM). nek moyang kita belajar dari berbagai katastrofi tsb dan mengembangkan mitigasi bencana? Dalam hubungan ini misteri Gunung Padang jadi menarik. Skala tarichnya ‘berdeka- tan’ dengan tarich katastrofi purba tsb. Didu- ga punden berundak Gunung Padang di Jawa Barat mulai dibangun sekitar 24.000 SM dengan perioda peralihan 15.000 SM, 10.500 SM dan 9.500 SM, terdiri dari empat tingkat dan tingkat terakhir (dipermukaan) sampai pada bentukn- ya yang sekarang. Bagian permukaan ini porak peranda karena katasfrofi purba. Namun tiga tingkat dibawahnya konstruksinya tetap terjaga, Gambar 8. walaupun Gunung Padang berada dalam wilayah Punden Berundak candi Borobudur. sesar Lembang dan sesar Cimandiri dengan

Primadi Tabrani, Info-info yang Mendebarkan... 106 Gambar 9. Gambar 11. Punden Berundak candi Sukuh. Punden Berundak - Piramid Mesir.

Gambar 10. Punden Berundak Prasejarah di Banten Gambar 12. Punden Berundak Mesopotamia

Bagaimana dengan banjir besar ter- dahsyat tahun 8000 SM yang menenggelamkan seluruh dataran tinggi di Nusantara Purba dan memporak perandakan pemukaannya? Tentun- ya tak ada pilihan lain selain mengungsi . Kare- na banjir besar terakhir meliputi seluruh Sunda land dan Nusantara Purba, tak ada pilihan lain ngungsi jauh jauh – terjadi ’migrasi migrasi baru lagi’. Gambar 13. Kini mulai tampak ‘benang merah’ pun- Punden Berundak Aztec di Mexico den berundak prasejarah Nusantara dengan Pi- ramida Mesir (sekitar 2500 SM) yang merupa- Mungkinkah kesemua punden berundak di ’luar kan pengembangan punden berundak. Begitu Nusantara’ bermula dan merupakan penyebaran pun punden berundak - Ziggurat (sekitar 2000 serta perkembangan budaya Nusantra Purba SM) Mesopotamia, serta punden berundak di dengan tradisi ’bedol desa’nya, saat mengungsi Mexico Amerika Selatan (berkembang diantara dari bencana bencana dan katastrofi katastrofi 3 SM – abad 9 M). purba tsb?

107 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 102-120 INFO MENDEBARKAN 6: menyusuri sungai atau pantai, tapi pula perahu Sejarah Kebudayaan yang ’keliru’ layar antar pulau. Misalnya di pulau Muna di Su- Sementara itu yang di”ajar”kan para pakar lawesi Tenggara, pulau Kei Kecil (lihat gambar), benua-darat (barat) adalah bahwa cikal bakal di Maluku Tenggara, dan di Kalimantan Timur. manusia di Nusantara merupakan mereka yang masuk dari Asia 5000 SM (Proto Melayu) dan 2000 SM (Deutro Melayu). Semua buku sejarah kebudayaan di sekolah-sekolah kita juga menye- but seperti itu. Padahal telah disebut dipermu- laan tulisan ini bahwa manusia Afrika yang telah berkembang jadi homosapiens telah mencapai Gambar 14. Garca P. Kei Kecil Nusantara Barat antara 80.000 SM dan 60.000 SM, dan sempat mengalami katastrofi purba be- Jadi berbeda dengan gambar gua (garca) praseja- rupa letusan maha dahsyat gunung Toba Purba. rah di Eropa (Altamira, Dordogne, Lascoux, dan sebagainya) yang langka perahu layar. Di jaman es Quartair yang merupakan jaman es terakhir, naik turunnya permukaan laut Perahu cadik khas Nusantara yang sejak pada Paparan Sunda dan Sahul, menyebabkan dulu ada dari Sabang sampai Merauke, dari P. berkali kali garis pantai berubah maju mundur. Miangas sampai P. Rote, juga tersebar di seluruh kawasan Austronesia. Masalah ini juga diklaim Merasa senasib sepenanggungan kare- para pakar teori benua-darat (barat) yang menye- na digembleng oleh Jaman Es Quartair ke arah but bahwa perahu cadik merupakan ’milik’ pen- terbentuknya kepulauan Nusantara, yang me- duduk pulau-pulau di Pasifik, padahal berdasar makan waktu puluhan ribu tahun, para imi- sejarah, dan perkembangan lingkungan yang gran tsb melebur jadi indo-Indonesia. Manusia telah diuraikan sebelum ini, ’pantasnya’, cadik pendatang bertradisi benua-darat itu ditransfer lahir di Nusantara, kemudian menyebar ke Aus- oleh lingkungan Nusantara menjadi manusia tronesia. Di Western Australian Maritime Muse- kepulauan di Benua-Maritim (sejak semula men- um tersimpan koleksi perahu (outrigger canoe) cakup Sumatera sampai Papua). Peristiwa ber- cadik ganda memakai layar berasal dari pulau transformasinya bagian benua (paparan Sunda Lombok. Usianya 50.000 tahun!? Memang, wa- dan Sahul) jadi benua-maritim dan kepulauan- laupun langka, ada pakar Maritim benua-darat nya adalah peristiwa langka dan satu-satunya di (barat) yang menyebut bahwa teknologi perahu bumi ini! cadik lahir dan dikembangkan oleh penduduk Nusantara yang bertanggung jawab atas penye- barannya ke Afrika Timur dan Oceania. INFO MENDEBARKAN 7: Pelayaran antara Madagaskar dan Asia Teng- Wawasan Nusantara Setua Prasejarah gara sudah mulai ramai sejak abad pertama Benua-Maritim, Kepulauan dengan laut sebagai Masehi (mungkin sebelum abad pertama Mase- pemersatu telah begitu menyatu dengan pen- hi), sejumlah pakar menyebut bahwa pelaut-pe- duduk Nusantara, mereka satu-satunya pen- laut Nusantara memegang peranan yang besar. duduk bumi yang menyebut negerinya tidak Antara lain Van der Meulen, SJ., 1988, dengan country/fatherland/motherland, tapi Indonesia Diambang Sejarah, Penerbit Kanisius, tanah air. Jadi ’wawasan Nusantara’ sudah setua Yogya dan Soedjoko 1981, Ancient Indonesian prasejarah. Tanah-air-laut-perahu, gambar pera- Technology, Shipbuilding and Arms production around hu sudah diabadikan di garca prasejarah Indo- the XVI century, dalam Aspects of Indonesian Arche- nesia, seperti di Sulawesi, Kalimantan, , ology, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional,Jakar- Arguni, Papua. Tidak hanya sampan untuk ta.

Primadi Tabrani, Info-info yang Mendebarkan... 108 SM, sampai banjir besar pertama (14.000 SM), dan banjir besar kedua (11.000 SM) garis pantai Sundaland masih mirip. Baru setelah banjir be- sar terakhir, (8.000 SM), maka semua dataran tinggi di paparan Sunda dan Sahul tenggelam. Proses terbentuknya Nusantara baru selesai sekitar 5.000 SM. Jadi manusia dari Afika itu, dimasa prasejarah masuk ke Nusantara Barat, tertahan lebih dari 60.000 tahun di Nusantara Barat, berkembanglah bahasa Nusantara Barat. Setelah ledakan Toba Purba dan banjir-banjir besar, lahirlah migrasi baru, antara lain menyu- sur pantai Asia ke arah Hainan dan Taiwan (bu- Gambar 15. Cadik Prasejarah kan sebaliknya!) yang saat itu masih merupakan bagian dari paparan Sunda (lihat gambar). INFO MENDEBARKAN 8: Mengkerdilkan Manusia Nusantara Para penjajah, sesuai teori teori benua-darat (barat), menyebut Nusantara sebagai kepulauan diantara dua benua, dua samudera, tempat per- lintasan bangsa-bangsa, ajaran, agama, ilmu dsb- nya. Ini dilanjutkan dengan menyebut manusia Nusantara ’tak punya apa-apa’. Apapun ’kepan- daian’ yang kita miliki asalnya dari ’luar’. Wayang dari India, perunggu dari Dongson, perahu dari Hunan, dsbnya. Pokoknya tidak ada kejeniusan lokal. Para pakar prasejarah Indonesia, masalah ini perlu diluruskan!!

INFO MENDEBARKAN 9: Gambar 16. Sundaland Perantauan Nusantara Masih ada teori manusia benua-darat yang ma- Dimasa itu ada palung laut yang dalam sih diakui sampai hari ini. Karena Nusantara di antara Asia dengan Filipina, Kalimantan dengan ”cap” tak punya kepandaian apa apa, maka teori Sulawesi dan antara Filipina dengan Sulawe- benua-darat mengklaim bahwa penyebaran ma- si. Ini menghambat penyebaran ke samudera nusia Asia ke Pasifik adalah bangsa Mongol dari Pasifik, sebab belum dimiliki alat penyeberan- Cina, begitu pula ’penemuan’ Madagaskar . Me- gan yang memadai. Belajar” menyeberangi laut mang dari segi ciri-ciri fisik ada kemungkinann- dangkal yang banyak pulaunya dan berdekatan, ya. Padahal telah disebut bahwa migrasi homo- dengan garis pantai yang masih melebar di masa sapiens telah mencapai Nusantara barat sekitar prasejarah, justru terjadi dari Jawa dan Kaliman- 80.000 – 60.000 SM. Dan mereka tertahan di tan ke gugusan pulau di timurnya smpai Papua Nusantara Barat, puluhan ribu tahun lamanya. dan Australi. Kemudian dengan mengembang- Sejak migrasi manusia tiba di Asia Tenggara, kan teknologi maritim yang makin lama makin meletusnya gunung Toba Purba (74.000 SM), canggih, jauh lebih canggih dari Eropa pada jaman es Quartair yang dimulai sekitar 110,000 masa yang sama, jejak jejak budaya penduduk

109 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 102-120 kawasan Nusantara ini menyebar ke seluruh ka- ka, Penerbit Mizan, Bandung). Ada tenun Asia wasan Austronesia: samudera Pasifik / Hindia. Tenggara yang muncul di Amerika Selatan dan Oleh sebab itu yang lebih besar pengaruhnya jagung dibawa oleh pelaut pedagang Nusantara pada rumpun bahasa Di Austronesia adalah Ba- dari Amerika Selatan menyeberangi Samude- hasa Nusantara Barat dibanding dengan baha- ra Pasifik ke Asia Tenggara , kemudian jagung sa Cina, Burma atau Indo-Arya. Kemungkinan menyebar ke India, Laut Tengah, Eropa dan berbagai bangsa yang masuk ke Sundaland be- Afrika, sebelum era Columbus. Semula diduga rasal dari Cina, Burma, Indo Arya, dsb, mele- jagung dibawa Columbus dari Amerika Selatan bur jadi Nusantara Barat dan baru menyebar ke Eropa!!. ke Austronesia. Ini bisa menjelaskan adanya ci- ri-ciri fisik Mongol, Burma, Indo Arya, dsb, di INFO MENDEBAKAN 10: Pasifik. Nusantara mengarungi semua samudera Sebelum Masehi manusia Nusantara telah men- capai Madagaskar. Perantauan Nusantara datang dalam beberapa gelombang dan berhasil mendi- rikan kerajaan Merina. Perdagangan Sriwijaya (sekitar pertengahan abad pertama) telah men- jangkau Madagaskar. Sekitar 800 Masehi ped- agang pelaut Nusantara telah membuka Rute Kayu Manis (asalnya dari Maluku) sampai ke kota Acra di pantai barat Afrika. Kayu man- is yang ada di Acra itu dibawa oleh pedagang pelaut Nusantara melalui samudera Hindia dan Gambar 17. Rumpun Bahasa Austronesia Atlantik, lewat Tanjung Harapan di ujung sela- tan Afrika yang terkenal ganas ombak lautnya, lalu memasuki samudera Atlantik. Diduga kuat Jejak jejak budaya penduduk kawasan para pelaut pedagang Sriwijaya dengan perahu Nusantara ini menyebar ke seluruh kawasan cadik Samudera yang sudah tertera pada relief Austronesia, sejak Australi (Aborigin) di Selatan candi Borobudur (800 M). Untuk diketahui Per- (60.000 SM), Madagaskar di barat sejauh 6500 ahu samudera baru muncul sekitar abad km, kepulauan Paskah di timur, Hawai di utara, XIV Masehi. Dimasa itu baru Nusantara yang Amerika Selatan di selatan, dan Selandia Baru berani dan mampu mengarungi semua samud- di tenggara. Pelaut pedagang Nusantara sebelum era didunia: samudera Pasifik, samudera Hindia permulaan Masehi telah mengarungi samudera dan samudera, Atlantik!! Pasifik dan Hindia, dan di abad pertama men- jelajah ke samudera Atlantik. Kita dinilai ahli dan banyak dipekerjakan di kapal bangsa lain. Kapal Nusantaralah yang terbanyak menjelajah Austronesia. Kita dianggap akhli teknologi per- kapalan dan perdagangan. Kita telah mencapai Madagaskar dan kemudian Acra ditepi samudera Atlantik dipantai barat Afrika. Di pantai timur Afrika berhadapan den- gan Madagaskar muncul ’suku’ Afro-Indonesia. (baca Robert Dick Read, 2008, Penjelajah Ba- hari, Pengaruh Peradaban Nusantara di Afri- Gambar 18. Cadik Samudra Borobudur

Primadi Tabrani, Info-info yang Mendebarkan... 110 Untuk membuktikan hal itu, pada tahun ya ke Goa di India. 1492 Columbus baru be- 2003 dilaksanakan ekspedisi replika perahu ca- rani menyeberangi samudera Atlantik ke benua dik samudera Borobudur, menapak tilasi rute Amerika. Pelaut Eropa yang berani melewati kayu manis abad ke IX tsb. Berangkat dari Jakar- Tanjung Harapan yang ganas baru terjadi 700 ta (15.8.2003) ke Acra melalui Tanjung Harapan tahun setelah para pelaut pedagang Nusantara melalui Tanjung Harapan dan sampai di Acra. 1487 Bartolomeo Diaz, 1497 Vasco de Gama, dengan kapal samudera yang lebih besar.

Gambar 19. Rute replika Cadik Samudra Borobudur diujung selatan benua Afrika yang terkenal ga- nas ombak lautnya. Replika dibuat semirip mun- gkin dengan cadik samudera pada relief candi Gambar 20. Borobudur. Digunakan teknologi maritim dan Pelayaran Bartolomeo Diaz bahan-bahan semendekati aslinya. Ukurannya panjang 18.29 m, lebar 4.25 m (dari lunas – ge- INFO MENDEBARKAN 11: ladak), dan berat 30 gros ton. Setelah menem- Arus balik, katastrofi Purba, puh perjalanan sejauh 20.372 km, replika tiba Mitigasi bencana di pelabuhan Tema di Acra, ibu kota Ghana di Mungkinkah manusia dari Asia yang oleh teori pantai barat benua Afrika ditepi samudera At- benua-darat (barat) diklaim masuk ke Nusantara lantik pada tanggal 23.2.2004. Replika kemudian 5000 SM dan 2000 SM dan disebut sebagai cikal dibongkar dan diangkut ke Indonesia dan dirakit bakal manusia Nusantara itu merupakan ”arus kembali, lalu ditempatkan di sebuah anjungan di balik”, mudiknya keturunan para pengungsi kompleks candi Borobudur. Nusantara saat ledakan dahsyat gunung Toba Sementara itu para pencari rempah Purba dan banjir banjir besar dulu? rempah Eropa masih menggunakan Khyber Setelah ribuan tahun dirantau orang Pass – jalan Sutera di benua Asia. Armada Ero- menunggu meredanya katastrofi purba yang be- pa baru berani menyusur pantai dan belum be- rulang ulang terjadi, sampai keadaan pulih dan rani menyeberangi samudera. 1292 Marco Polo stabil kembali?. Ini bisa menjelaskan banyak hal. baru berani menyeberangi samudera dari Mala- Misalnya mengapa yang ’dibawa’ manusia yang

111 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 102-120 datang dari Asia 5000 SM dan 2000 SM tsb mu- dayaan tanpa kehilangan jati diri. dah diterima di Nusantara. Ini karena yang diba- Terjadilah proses interpelasi tanpa henti hingga wa masuk merupakan ’pusaka’ warisan nenek menghasilkaan keunikan tiap pulau/ daerah/ lo- moyang kita sendiri, yang kembali ke haribaan kasi/suku yang tidak statis, tapi cepat atau lam- !. Penjajah Belanda memperlaku- bat terus berkembang dengan masuknya unsur kan kepulauan Nusantara sebagai bagian dari baru dari luar. Bersamaan dengan itu rasa kekel- benua-darat, pembangunnya berat kedarat. Ten- uargaan sebagai anak cucu dari nenek moyang tunya ini disengaja penjajah yang ”mengklasifi- yang sama, persaudaraan manusia kepulauan kasikan” Nusantara sebagai agraris dengan cul- sebagai manusia bahari benua Maritim, memun- tuurstelsel sebagai senjatanya. Penjajah Belanda culkan wawasan Nusantara yang bercorak Bhin- tahu betul bahwa kekuatan Nusantara dulu ada- neka Tunggal Ika. lah dilaut, oleh sebab itu mereka berusaha keras agar putra putri Nusantara lupa jiwa baharinya, Jadi wawasan Nusantara dan Bhinneka bahkan dongeng pahlawan pelaut pedagang kita Tunggal Ika sebenarnya setua prasejarah, walau- yang mencapai Madagaskar sebelum Masehi, se- pun lambang Bhinneka Tunggal Ika baru dir- jauh 6500 km dan Acra di Ghana pantai barat esmikan setelah Proklamasi kemerdekaan kita, Afrika ditahun 800 M, sejauh 20.371 km, meng- dan wawasan Nusantara baru dideklarasikan hilang entah kemana. oleh kabinet Djuanda (15.12.1957 ) dan kemudi- an diakui dunia melalui Konvensi Hukum Laut Kita lebih kenal dengan Vasco de Gama PBB (1982). dan Bartolomeo Diaz serta tokoh dongeng pe- laut Barat seperti Thor, Norman, Erick, dan sebagainya, yang dengan gigih dipropagandakan INFO MENDEBARKAN 13: penjajah melalui jalur sekolah. Celakanya ketika Dualisme Dwitunggal kita merdeka, kita ikut ikutan membangun Nu- Dalam tradisi Nusantara tidak ada karya kriya santara dengan juga berat kedarat, tidak heran (seni rupa & desain) yang dibuat semata untuk bila setelah hampir 70 tahun merdeka, pemba- keindahan, sebaliknya tak ada benda pakai yang ngunan Indonesia sulit untuk bisa seimbang, asal bisa dipakai, ia pasti indah. Indahnya bukan selaras, serasi dan lestari. Bumi-maritim, tanah- sekedar memuaskan mata, tapi melebur dengan air, mencakup laut dan pulau, jadi pembangunan kaidah moral, adat, tabu, agama, dan sebagainya, tidak boleh mengabaikan salah satu, dan dengan hingga selain bermakna, sekaligus indah. laut sebagai pemersatu. Dalam perupaan seni tradisi di Indo- nesia, tidak ada yang senaturalis atau seabstrak INFO MENDEBARKAN 12: Barat, yang disukai dekoratip dan ragam hias. Nusantara: Muncul & Perkembangannya Juga tak ada yang se simetri atau se asimetri Demikianlah suatu waktu setelah laut turun dan Barat, yang disukai keseimbangan dinamis, juga stabil, munculah untaian pulau besar dan kecil tak disukai berpikir dan berkomunikasi yang se membentuk kepulauan Nusantara. Jadi wawasan konkrit atau se abstak Barat, yang disukai sim- Nusantara dulu, barulah muncul pulau, daerah, bolik. lokasi, suku. Sejak itu manusia kepulauan Nu- Semuanya ini erat hubungannya den- santara mulai menetap. Penduduk memilih pu- gan tradisi Nusantara yang bersifat ”Dualisme lau, daerah atau lokasi dengan lingkungan yang Dwitunggal” (mono dualism). Ada dunia atas: berbeda. Tidak heran bila tiap pulau, daerah, Dewa, angkasa, gunung, lelaki, baik, kanan, lokasi memiliki kemampuan untuk memadu- dan sebagainya. Sebagai pasangannya ada dun- kan sesuatu yang datang dari luar dengan apa ia bawah: manusia, laut, wanita, jahat, kiri, dan yang telah dimiliki hingga berkembanglah kebu- sebagainya. Dualisme ini bukannya untuk diper-

Primadi Tabrani, Info-info yang Mendebarkan... 112 tentangkan, tapi untuk diintegrasikan. Untuk itu menggejala, di masa osilasi Jaman Es terakhir, dilibatkan dunia tengah (antara): mahluk melata ketika manusia sudah mulai bermukim di ka- dan ampibi, serta pohon hayat yang berakar di wasan Nusantara Barat, diantara tiga pulau itu dunia bawah dan menjulang menggapai lan- mengalir beberapa sungai purba raksasa yang git. Yang penting bukan mana yang lebih ung- bermuara di laut Cina Selatan dan di sebelah gul, kuat, berkuasa, tapi bahwa keduanya perlu timur laut Jawa, dengan berbagai anak sungai bekerja sama dan yang satu belum lengkap bila yang berasal dari Kalimantan, Sumatera dan belum didampingi pasangannya. Kemajuan di- Jawa (lihat gambar). Bukti adanya sungai-sungai fahami sebagai hasil integrasi dari dualisme ini purba ini antaranya berkat bantuan teknologi menjadi dwitunggal atau tritunggal (dengan modern Inderaja (remote sensing). dunia tengah). Di Indonesia secara tradision- al dualisme diintegrasikan jadi dwitunggal atau tritunggal: agar seimbang, selaras, serasi dan lestari. Demikianlah kawasan kepulauan memu- nculkan ciri yang unik dalam kebudayaannya: Dualisme yang dwitunggal atau tritunggal, yang jadi pemersatu kawasan benua Maritim yang berwawasan Nusantara dan bercorak Bhinneka Tunggal Ika. Ini berbeda dengan Barat yang mema- hami kemajuan sebagai hasil pertentangan an- tara dualisme (dua kutub yang bertentangan: kiri vs kanan, pria vs wanita, baik vs jahat, dan sebagainya), dikenal sebagai dialektika. Kema- Gambar 21. juan dihahami sebagai hasil konflik kedua kutub Sungai purba didangkalan Sunda. dualisme tersebut, jadi harus ada korban. Ini se- suai dengan epistemologi pemikiran Barat yang membangun semacam dua kebudayaan yang ek- sklusip (Teori ’Two Culture”), teori ’The Great Devide’, yang menghasilkan ’Oposisi Biner’: memihak satu dunia dan meminggirkan dunia yang lain. Menciptakan dunia sebagai kompar- temen-kompartemen yang statis, kaku dan njaris absolut (lihat Yasraf Amir Piliang, dalam Pri- madi, Tabrani: 2006: xix) Gambar 22. Laut pemersatu.

INFO MENDEBARKAN 14: Bukti lain bisa dilihat di Anjungan Ikan Nusantara Purba, Laut Pemersatu, Air Tawar di Taman Mini Indonesia Indah. Dis- Wawasan Nusantara. ana diperagakan kesamaan ikan-ikan di sungai sungai di selatan Kalimantan, di utara Jawa, di Ada berbagai legenda yang bercerita bahwa Timur , kesemuanya bermuara di sun- penduduk kawasan pantai selatan Kalimantan, gai raksasa purba yang kini menjadi laut Jawa. pantai timur Sumatera, dan pantai utara Jawa, Permulaan peradaban dimulai dikedua tepian kesemuanya sama-sama menyebut dirinya ”anak sungai raksasa, begitu pula di Nusantara. Ali- air” bukan anak laut (Laut Jawa). Ternyata di- ran rangkaian sungai purba raksasa didangkalan masa Paparan Sunda dan Paparan Sahul masih Sunda tsb berawa rawa, oleh sebab itu hunian

113 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 102-120 di masa itu adalah gua, bukit dan gunung serta Land banyak dijumpai garca perahu nelayan dataran tinggi ditepian wilayah rawa rawa tsb. Nusantara. Hal ini baru jadi masalah di akhir Bukankah lingkungan ini merupakan ‘wadah’ abad XX dengan adanya perjanjian perbatasan ideal bagi lahirnya budaya perahu? Mengapa antara Republik Indonesia dengan Australi. teori benua-darat (barat) menyebut perahu be- rasal dari Hunan di pedalaman Cina? Berbagai pemukiman ditepian aliran sungai berawa rawa yang terkadang melebar dan menyempit di masa osilasi Jaman Es dengan permukaan laut yang naik dan turun, meninggalkan kenangan kuat bahwa anak air diseberang sana – yang kemudi- an dipisahkan oleh laut Jawa – jadi pulau: Suma- tera, Kalimantan, Jawa, adalah saudara-saudara kita juga. Hubungan kekeluargaan kaum ”anak air” di Paparan Sunda di tepian daerah aliran sungai-sungai purba tsb itu memang sudah ada sejak prasejarah. Laut sebagai pemersatu terjadi Gambar 23. Garca di Arnhem Land pula antara Sumatera-Kalimantan-Jawa. Masih di prasejarah nenek moyang kita telah meretas rute laut pulang pergi dari Jawa dan Kalimantan, INFO MENDEBARKAN 15: melalui pulau-pulau di timurnya sampai Papua Bhinneka Tunggal Ika dan tiba di Australi sekitar 60.000 SM. Jadi un- Kawah Candra Dimuka tempat menggembleng tuk Nusantara laut adalah pemersatu bukan pe- manusia dengan tradisi benua-darat yang mema- misah. suki paparan Sunda dan Sahul adalah perubah- an Paparan Sunda dan Sahul menjadi kepulauan Nusantara Indonesia Nusantara, yang memakan waktu puluhan ribu tahun pada Jaman Es Quartair, hingga berme- Jadi, tidak usah heran bila dalam sejarah Indone- tamorphosa jadi manusia benua maritim yang sia seakan ada benang merah yang menghubung- berjiwa bahari. kan wangsa-wangsa raja-raja di Kalimantan (se- jak Kutei) dengan raja-raja di Sumatera, Jawa, Tiap suku/daerah/pulau mampu me- Sulawesi, Ternate. Tidore, Bali, Nusa Tenggara madukan apa yang datang dari luar dengan apa Barat, Nusatenggara Timur, Maluku, Papua. yang telah dimiliki, hingga berkembanglah ke- Setelah kepulauan Indonesia memperolah ben- budayaan tanpa kehilangan jati diri, dan seka- tuknya seperti yang kita kenal sekarang, maka ligus semuanya merupakan bagian dari satu ”komunikasi” (laut) antara Sumatera, Kaliman- benua-maritim yang berwawasan kebudayaan tan dan Jawa sampai ke Papua tetap merupakan Nusantara: Bhinneka Tunggal Ika dengan dual- bagian dari kehidupan sehari hari, komunikasi isme dwitunggalnya. Budha di Palembang ber- antara kaum anak air yang dipersatukan oleh beda dengan yang di Jawa Tengah; Hindunya laut. Sejarah mencatat bahwa komunikasi laut Kutei di Kalimantan berbeda dengan yang di dengan benua Australi tidak pernah terputus, Jawa Tengah dan Bali. Islamnya Minang berbe- penangkapan ikan dan teripang membawa ne- da dengan yang di Sunda, Jawa atau Makasar. layan kita sampai ke benua Australi. Perhelatan Mauludan di Cirebon disebut ’Pan- jang Jimat’ dan perhelatan Mauludan di Jogya Mereka istirahat sejenak di pemukiman yang disebut ’Sekaten”. sementara di Arnhem Land Australi yang mer- upakan tepian laut Nusantara, memasak teripan- Semua yang datang dari luar pasti dio- gnya dan baru kemudian pulang. Di Arnhem lah hingga tinggi muatan lokalnya, bahkan juga

Primadi Tabrani, Info-info yang Mendebarkan... 114 muatan kebangsaannya. Jadi motto Bhinneka paling benar, dan siap berperang dengan ag- Tunggal Ika bukanlah sekedar keputusan politis ama/aliran agama yang lain dalam suatu perang setelah proklamasi kemerdekaan, tapi sudah be- yang tiada akhir. gitu dari ”sono”nya.

Sumpah Pemuda Semangat Kebangsaan Bagaimana kuatnya semangat kebangsaan ini di- Tak sedikit raja Jawa dan Sumatera yang setelah atas kepentingan suku/ daerah/ pulau/ agama/ meninggal diperingati sekaligus dengan dua can- aliran, tampak pada Sumpah Pemuda 1928 di- di berlainan agama, bahkan ada yang diperinga- mana berbagai gerakan pemuda yang bersifat ti dengan satu patung mencitrakan dia sebagai kesukuan/ daerah/ pulau/ agama/ aliran ke- Siwa-Budha. Ada masa Hindu berkuasa di ka- percayaan, bukan hanya memantapkan kawasan wasan utara Jawa Tengah dan Budha di kawasan Nusantara menjadi satu tanah air, penduduk selatan. Namun di masa itu sejumlah candi yang hidup di kawasan ini satu bangsa: Indo- Budha didirikan di tanah yang dihibahkan oleh nesia, tapi pula satu bahasa persatuan, bahasa raja Hindu dan sebaliknya!! Hindu dan Budha Indonesia. Bahasa Indonesia semula belum ada! yang saat masih di benua-darat sering berselisih Betul betul diciptakan!. Tanpa perang, tanpa , ternyata di Indonesia berada dalam satu candi ribut-ribut, cukup dengan ikrar dalam sebuah di Plaosan Jawa Tengah. Kongres Pemuda berusia 20 tahunan di tahun Dakwah agama Islam di Jawa tanpa 1928. canggung memanfaatkan wayang kulit yang Hindu. Begitu pula dakwah agama Kristen. Da- lam wayang setelah Islam masuk ke Indonesia, tokoh wayang, agama, dewa, raja, roh nenek moyang direkayasa menjadi satu cerita. Majapahit yang Hindu, tetapi pemujaan roh nenek moyang, agama Budha dan agama Islam diperkenankan hidup berdampingan. Di Trowulan, ibu kota Majapahit ditemukan makam Islam Troloyo, sementara gunung Pen- anggungan merupakan semacam pusat nyepi Gambar 24. berbagai macam aliran kepercayaan dan pemu- Konggres Pemuda II. jaan roh nenek moyang. Jadi, manusia di ka- wasan Nusantara ini tidak mau dipecah-belah Bila digunakan demokrasi benua-darat oleh sesuatu yang datang dari luar, agama seka- (barat) dengan jumlah pendukung suatu bahasa, lipun. Penduduk kawasan ini lebih cinta Indo- jelas bahasa Jawa yang terbesar pemakainya akan nesia daripada harus berperang karena sesuatu menang. Bukan pula nama bahasa Melayu, yang yang datang dari ”luar”. Semangat kebangsaan sungguhpun kalah banyak pemakainya dengan ini sudah begitu sejak semula dan pengikatnya bahasa Jawa, tapi sudah menjadi lingua franca adalah benua-maritim yang berwawasan Nusan- – bahasa perantara di kota kota pantai Sumat- tara dengan dualisme dwitunggal dan Bhinneka era, Jawa dan Kalimantan. Yang menang justru Tunggal Ikanya. Hal ini sunguh berbeda dengan semangat kebangsaan: satu tanah air/bangsa/ apa yang terjadi pada manusia ”Benua-darat”, bahasa: Indonesia. Jadi, negara kesatuan In- yang bukan hanya antara agama yang berbeda, donesia, satu tanah air/bangsa/bahasa, benua tapi pula tiap aliran agama, cenderung jadi ”fun- maritim dengan wawasan Nusantaranya bukan- damentalis” yang menganggap dirinyalah yang lah hasil suatu perang penaklukan (seperti teori

115 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 102-120 yang terjadi di ilmu ”benua-darat”). Ia sudah ualian pada manusia benua-darat, yang agresip demikian sejak semula, kawasan ini adalah ibu - defensip. pertiwi yang kemudian melahirkan Indonesia. Jelas bahwa manusia Indonesia adalah Tiap daerah/pulau/suku memadukan manusia kepulauan di Benua Maritim, yang se- apa yang datang dari luar dengan apa yang tel- jak semula berjiwa bahari, berani berpetualang, ah dimiliki hingga berkembanglah kebudayaan berani ambil risiko, suka mengembara sampai ke tanpa kehilangan jati diri. Kita menghormati tr- ujung dunia yang tidak nampak, sekaligus ber- adisi, hingga bisa jadi penyaring (“filter”) bagi sifat integratip, plural, kekeluargaan dan cinta apa yang datang dari luar. Sejak semula kawasan damai. ini berhasil menjinakkan ”Globalisasi” dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan Dualisme Dwi Tunggal. Kota kota yang tebuka Perkembangan budaya merupakan kes- Bila kota berpagar tembok benteng merupa- inambungan, pengulangan dengan perubahan, kan sesuatu yang biasa bagi kota di benua-darat, ‘sangkan paraning dumadi’. Kesinambungann- maka kota asli Indonesia, misalnya Trowulan, ya bahkan dapat dirunut sampai ke prasejarah. ibu kota Majapahit sebagai salah satu kerajaan Budaya Prasejarah sangat kuat pengaruhnya terbesar di Nusantara, di puncak masa kejayaan- karena ia merupakan jaman yang terlama dalam nya, tidak memiliki pagar tembok kota berben- sejarah Indonesia, puluhan ribu tahun lamanya. teng. Trowulan kota di pedalaman, merupakan Jadi proses perkembangan kebudayaan di Indo- kota air dengan berbagai kanal (lebar sekitar 25 nesia: di hari ini dengan belajar dari masa lalu m, terpanjang sekitar 6,25 km) yang berpoton- kita mendesain untuk masa depan. Suatu proses gan tegaklurus, serta punya akses ke laut melalui interpelasi yang tiada henti, jadi sesungguhnya sungai gunting dan sungai Brantas (lihat gam- sejak semula budaya Indonesia sudah “Post Mod- bar). Misteri ini baru tersingkap berkat pene- ern”. litian lintas sektoral antara arkeologi dengan teknologi penginderaan jauh. Kota bertembok Jadi Wawasan Nusantara dulu, kesatuan benteng, baru dikenal di Indonesia setelah ma- dulu, baru ada pulau, daerah, suku. Hal ini sung- suknya Islam dan bangsa Eropa ke Indonesia, guh berbeda dengan ”teori Benua-darat” yang seperti Banten, Makasar, Jogya, Solo dan se- mulai dengan suku-suku dulu, yang dipersatu- bagainya. kan oleh persamaan nasib hingga terbentuklah bangsa.

INFO MENDEBARKAN 16: Jatidiri Indonesia Pelaut kawasan kepulauan yang singgah di suatu pulau, karena cuaca yang tidak selalu dapat di- duga, bisa tertahan sehari, seminggu atau leb- ih. Maka lebih baik damai dengan penduduk setempat daripada memusuhinya. Begitu pula penduduk suatu pulau di kawasan kepulauan lebih baik damai dengan pendatang, sebab mer- eka satu waktu bisa pula terdampar di pulau lain. Jadi manusia kepulauan mirip dengan kaum Gambar 25. Trowulan. Gipsi Eropa yang suka damai, sebagai kekec-

Primadi Tabrani, Info-info yang Mendebarkan... 116 KESIMPULAN es. Tak ada yang abadi, semua berubah – yang Belajar dari sejarah & perkembangan Lingkun- abadi adalah perubahan itu sendiri. gan. Sepanjang Sejarah dan perkembangan Bukankah dalam sejarah ini sering terja- Lingkungan Nusantara sejak jaman purba, ane- di?! Dulu ada teori bahwa bumi merupakan pu- ka info-info yang mendebarkan telah banyak sat jagad dan matahari mengelilingi bumi. Keti- terjadi dan umumnya diteliti peneliti asing. ka Copernicus dengan perhitungan matematik Tulisan ini telah menunjukkan bahwa menemukan bahwa mataharilah pusat dan bumi hasil penelitian para pakar asing itu terkadang yang mengelilinginya, pendapat ini di ’cuekin’, bias, ’pro penjajah’. Penjajah di gambarkan un- ketika berpuluh tahun kemudian Galileo den- ggul, maju, pandai, kuat, kaya, dibanding den- gan telescop menemukan fakta bahwa Coperni- gan negara yang ’dijajah’nya. Tentu banyak pula cus benar, ia nyaris dihukum mati. Untung akh- irnya Galilei dibuang ke kota kecil, tapi tidak peneliti yang ’jujur’. Seperti Robert Dick Read dengan Penjelajah Bahari, Pengaruh Peradaban boleh mengajarkan bahwa matahari pusat dan bumi mengelilinginya. Nusantara di Afrika, dan Stephen Openheimer dengan Eden in the East. Semula ada teori bahwa dunia itu datar, Di Gunung Padang, peneliti asing tak bila sampai ke ujungnya akan jatuh keluar dan terlibat, hanya sebagai undangan, atau bahkan tak bisa kembali. Itu sebabnya ketika Columbus ’turis’. Tapi hasil penelitian mereka fenomenal, mencari rempah-rempah tidak ke timur, tapi ke karena mereka memanfaatkan info-info men- barat, maka dari tiga kapal yang berangkat, dua debarkan yang telah diteliti dimasa lalu. Silah- memutar haluan dan kembali ke Eropa, mereka kan buka Google atau Yahoo, dsb, maka bisa takut jatuh keluar!. Hanya Kapal Columbus yang diproleh banyak rekonstruksi imajiner Gunung meneruskan pelayarannya dan mencapai West Padang. Adalah keyakinan penulis bahwa ma- Indies, untuk membedakannya dengan East In- salah pertumbuhan dan perkembangan kebu- dies (Indonesia). dayaan tak mungkin dipecahkan sendirian oleh Garca prasejarah pertama ditemukan di satu disiplin ilmu. Tapi perlu ’dikeroyok’ oleh Altamira, Eropa. Para ilmuwan pada masa itu, banyak disiplin ilmu. Masing masing ilmu perlu terutama para arkeolog, yakin bahwa penemuan ’melonggarkan’ batasan-batasan masing-masing itu merupakan penipuan. Menurut mereka ma- untuk memungkinkan beragam ilmu tsb bekerja nusia prasejarah masih liar, biadab, kasar, tidak sama secara integratip. kreatip dan mana mungkin punya ketrampilan Telah disebut bahwa kita sudah perlu melukis yang tak kalah indahnya dengan seni- meninggalkan epistomologi dalam pemikiran man masa kini. Sampai kinipun masih banyak Barat yang membangun semacam dua kebu- kaum sekolahan kita yang berpendapat seperti dayaan yang eksklusip - Teori ’Two Culture”, itu.Bukankah danau Bandung purba ’seketika’ dan teori ’The Great Devide’, yang menghasil- berubah dahsyat. Masa lalunya tersisa sebagai kan ’Oposisi Biner’: memihak satu dunia dan legenda, dongeng, titik-titik yang ’abadi’. Na- meminggirkan dunia yang lain. Menciptakan mun setelah ’seketika’ tsb perkembangan cekun- dunia sebagai kompartemen-kompartemen gan Bandung terseret dimensi waktu dan ruang yang berbeda. yang statis, kaku dan njaris absolut (YASRAF AMIR PILIANG, dalam PRIMADI TABRANI: 2006: xix). Seperti kata ’nenek’: ”Bila dikehendak- Perkembangan sejarah dan lingkungan sejak iNya, yang terjadi, terjadilah”, dan kita, manusia, jaman purba bukanlah titik-titik yang behenti. homosapiens merupakan bagian dari kejadian Bergson menyebut perkembangan itu sebagai tsb, yang menjangkau dimensi waktu sejak masa duree, Einstein menyebutnya sebagai continu- lalu, masa sekarang, masa depan, dan kini bukan um, Fritjof Kapra menyebutnya sebagai pros- hanya di bumi, tapi merambah alam semesta.

117 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 102-120 DAFTAR PUSTAKA tinus Nijhoff, The Hague. BAKOSURTANAL. LEWCOCK, RONALD & GERARD BRANS. 1980 The Boat as an Architecture Symbol, 1992 Video Inderaja dan Arkeologi - Kasus Trowulan dalam OLIVER, Paul, 1980, SHELTER, SIGN, SYMBOL, BELWOOD, PETER. The Overlook Press, New York:107- 2000 (1985, 1997), Prasejarah Kepulauan Indonesia 116. – Malaysia. Edisi revisi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. LUC HENRY FAGE, JEAN MICHEL CHAZINNE, PINDI SETIAWAN. CHALOUPKA, GEORGE. , Menyingkap Gua Prasejarah, Le 1993 Journey In Time, Reed Books Of Australia, Kalimanthrope, Indonesia & Le Virginia, Australia Jonty, F82160 Caylus, Perancis. ECONOMICA. MEULEN, SJ. Van der. 1992 Menggugat Budaya Jawa, Mimbar Ekonomi, 1988 Indonesia Diambang Sejarah, Penerbit Sosial Dan Budaya, Universitas Indone Kanisius, Yogya. sia, Jakarta. MORWOOD, MIKE. ENCYCLOPEDIA BRITANNICA. 2002 Vision from the Past, Smithsonian Insti jilid XI: 268/272/277, XIII:444/469, tution Press. XXI:168/172, XXII:722, 754-64, XXV: 257-58/270/273, XXVIII: 758, ONGHOKHAM. Encyclopedia Britannica Inc., Chicago. 1962 Penelitian Kebudayaan Jawa, Economica, 1962, NO 26, Universitas Indonesia. GARIS DEPAN NUSANTARA. 2007 Peringatan 50 Tahun Deklarasi Djuanda. OPENHEIMER, STEPHEN. 1999 Eden In The East, George Wiedenfield GRAAF, H.J.de. & Nicholson, Ltd, England. 1987 Akhir Masa Majapahit, seri terjemaha Javanologi, Jilid I, Grafiti Press, PILIANG, YASRAF AMIR Jakarta. 2008 Multiplisitas Dan Differensi, Jalasutra, Yogyakarta. HARIMURTI KRIDALAKSANA. 2009 Masa Masa Awal Bahasa Indonesia, Lab PONIMAN, ARIS. oratorium Leksikologi dan Leksikogra 1981 Penerapan Teknik Penginderaan Jauh fi, Fakul tas Ilmu Pengetahuan Budaya, untuk Inventarisasi dan Penelitian Pen Universitas Indonesia, Depok. inggalan-peninggalan daerah Trowulan, Bakosurtanal, Cibinong. HEEKEREN, HR van. 1972 The Stone Age Of Indonesia, Koniklijke PRIMADI TABRANI. Instituut voor Taal, Land en 2011. Belajar Dari Sejarah Dan Lingkungan, Volkenkunde, The Hague. Penerbit ITB , Bandung. __ KING, M, ELIZABETH. __ Possible Indonesian Or South East Asian 2003 Indonesian Visual Art, a never ending pro Influence In New World Textile Industries, cess of interpelation, katalog CP The University Museum, University of OPEN BIENNALE 2003, Pensilvaniya, Philadelphia, Pen Jakarta: 36-40. __ silvaniya, USA. 205, 2010, 2012, Bahasa Rupa, Penerbit Kelir, KROM, N.J. 1927 Barabudur – Archeological Description, Mar Kabupaten Bandung.

Primadi Tabrani, Info-info yang Mendebarkan... 118 __ 5. Paparan Sunda. Heekeren, 1972. 2006, 2012, 2014, Kreativitas & Humanitas, 6. Rekonstruksi imajiner punden berun- Sebuah Studi Tentang Peranan dak Gunung Padang, http://bing/com/ Kreativitas Dalam Perikehidupan Manusia, search?q=gunung+padang+2014. Diunduh Penerbit Jalasutra, Yogyakarta. 19.8.2014.

READ, ROBERT DICK. 7. Rekonstruksi imajiner seluruh kom- 2008. Penjelajah Bahari, Pengaruh pleks Punden berundak Gun ung Peradaban Nusantara Di Afrika, Padang. http://bing/com/search?q=- Penerbit Mizan, Ujung Berung, gunung+padang+2014. Diunduh Bandung. 19.8.2014. RETNO BINTARTI. 8. Punden Berundak candi Borobudur. 2004 Sebelum Lewat Tanjung Harapan Hati http://bing.com/images/search?q= indon- Masih Ciut. Kompas. sian+ pyramids. Diunduh 19.8.2014. SANTOS, ARYSIO. 9. Punden berundak candi Sukuh. http:// 2010 cetakan kedua, Atlantis, The Lost Conti bing/com/search?q=indonesian+pyramids. nent Finally Found, Library of Congress, Diunduh 19.8.2014. Washington. 10. Punden Berundak Prasejarah di Bant- SETIAWAN, PINDI. en. http://bing.com/images/search?q= 1994 Gambar Cadas Dunwahan – Tinjauan punden+ berundak + banten. Diunduh Awal Analisa Isi Wimba Berdasar 19.8.2014. Posisi Sebenarnya Di Cadas. Skripsi Sarja na Seni, Fakultas Senirupa dan Desain 11. Punden Berundak – piramid Mesir. http:// ITB. bing/com/search?q=egypt+pyramid. Di- unduh 19.8.2014 SOEDJOKO. 1981 Ancient Indonesian Technology, Shipbuilding 12. Punden berundak Mesopotamia. http:// And Arms Production Around The Xvi Cen bing/com/search?q=Mesopotamia+Tem- tury, Dalam Aspects Of Indonesian Archeol ples+ziggurat. Diunduh 19.8.2014 ogy, Pusat Penelitian Arkeologi Nasion 13. Punden Berundak Aztec di Mexi- al, Jakarta. co. http://=aztec+pyramid. Diunduh 19.8.2014.

PUSTAKA GAMBAR 14. Garca P. Kei Kecil, diolah dari Pindi Seti- awan, 1994: 81 1. Tembok Besar Cina, http://.bing.cpm/ im ages/search?q=tembok+besar+cina. 15. Cadik Prasejarah, http://www.migra- Diunduh 6.7.2014 tionheritage.nsw.gov.icms/wp.content/ uploads/2012/02/indonesia-outrigger.jpg. 2. Paparan Sunda dan Sahul, diolah dari Mor- Diunduh 2.7.2014 wood 2002: 3 16. Sundaland. http://bing.com/images/ 3. Ledakan Toba Purba. http://indocrp- searcg?q=asia+tenggara+pacific. Diunduh circles.worldpres.com/2012/01/06/ste- 6.7.2014 phen-openheimer.Diunduh 2.7.2014 17. Rumpun Bahasa Austronesia. http://.bing. 4. Migrasi Baru. http://indocrpcircles.world- com/images/search?q=asia+tenggara+pa- pres.com/2012/01/06/stephen-open- cific. Didunduh 6.7.2014 heimer.Diunduh 2.7.2014.

119 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 102-120 18. Cadik Samudera Borbudur. Koleksi pribadi 19. Rute replika Cadik Samudera Borobudur , Retno Bintarti, Kompas 8.3.2004:48 20. Pelayaran Bartolomeo Diaz. http://.medi- atheek.thinkquest.int/-11069/dutch/index. php3=voyages/asia/portugal; Diunduh 20.12. 21. Sungai Purba, Peter Belwood, 2000 (1985. 1997): 44 22. Laut Pemersatu, Mike Morwood, 2002: 8. 23. Garca di Arnhem Land, jpek, independent. co.uk, diunduh 23.6.2014 24. Konggres Pemuda II – 1928, id.wikipedia. org, diunduh 24.t.2014 25. Trowulan, gif.numbingeveryday.blgspot. com. diunduh 23.6.2014

Primadi Tabrani, Info-info yang Mendebarkan... 120 KI3 HAJAR DEWANTARA, MENGURANGI PENGARUH BARAT SECARA KULTURAL Iskandar Wiryokusumo

Abstract The entry of Western values, among others through culture, has been known recently. Cultural values are mostly among others enter through technology and consumer goods as product of tech- nology. One attempt to balance values of the West, which would be cultural values, performed by Ki Hajar Dewantara, a National Cultural Educator once was. In an attempt balancing the efforts made on the basis of Javanese culture is more family-oriented, independence, a sense of moral high priority and live in harmony with nature. Many of the teachings of is developed through slogans and statements originating and noble values normative religious. So Western culture, such as individualistic, rationalistic, and intellectualism can be compensated fairly and naturally.

Keywords: Western values, Javanese culture, cultural values.

PENDAHULUAN pengaruh Barat. Ide-ide dan konsep-konsep pendidikan yang Dalam sejarah Pendidikan di Indone- mengacu pada teori belajar “moderen” (modern- sia, sebenarnya bisa dikaji beberapa pikiran atau ism) sudah banyak dibicarakan dikalangan bu- konsep tentang Pendidikan di Indonesia, yang dayawan. Bahkan modernisme bergeser ke dasar mungkin dapat dipergunakan sebagai Referensi filsafat posmodernisme sebagai hasil pendekon- minimal untuk memperolah gambaran tentang struksian rasa tidak puas di kalangan pemikir dan teori-teori mendidik yang berakar dari budaya pendidik yang melihat kegagalan modernisme Nasional. ala barat. Pemikiran-pemikiran yang melandasi teori belajar itu menjadi indikator kegelisaan un- Dari beberapa Pendiri Sekolah- seko- tuk memperoleh model pembelajaran yang ideal lah di Indonesia,seperti Sekolah Adhi Darma, dan humanitis, khususnya model pembelajaran Institut Kayu Tanam, Taman Siswa, Sekolah di Indonesia. Kartini,dan mungkin ada sekolah- sekolah lain yang dapat dikaji adanya ide- ide dasar yang ber- Hal ini bisa dimaklumi karena mungkin sumber budaya dalam melaksanakan/ mengelo- belum adanya penemuan-penemuan teori baru la Pendidikan. Ide- ide tersebut dapat kita kat- dalam bidang pendidikan yang berakar dari egorikan berciri teoritik dan pratek,baik untuk budaya bangsa Indonesia. Maksudnya belum pendidikan tingkat mikro, maupun makro. temukan teori-teori Pendidikan Nasional,yang benar-benar bertolak dari akar Budaya Nesion- Ide/konsep dari para pendiri (yang al. Dalam tulisan ini disajikan pikiran- pikiran Ki saat ini bisa dinamakan MISI dan VISI) jelas Hajar Dewantara dalam usaha memberi dasar- dinyatakan pada awal pendirian Sekolah- se- dasar Teori maupun praktik Pendidikan, dengan kolah tersebut. Namun tetap tidak bisa diing- dasar ajaran- ajaran Kultur Jawa. Usaha Ki Ha- kari adanya pengaruh “situasi” ketika itu yaitu jar Dewantara ini dapat diartikan sebagai pem- situasi “Penjajahan“ oleh kolonial Belanda. bendung dan sekaligus mengurangi pengaruh- Sehingga “nilai- nilai“ ketika itu bersemangat

121 kemerdekaan,membebaskan generasi muda In- Murid, sebagai suatu keluarga” (ibid, 2009). donesia dari ketergantungan pada kaum pen- Kesemuanya diharapkan menjaga / guasa/ Penjajah. melestarian nilai budaya “adiluhung”, warisan Strategi Pendidikan yang dilaksanakan generasi pendahulu yang diyakini membawa disekolah- sekolah ada berbagai cara. Mulai dari kedamaian (ibid, 2009). Pengertian ini, tidak menanamkan harga diri dengan melengkapi ket- diartikan sebagai nilai yang tertutup, namun se- rampilan anak- anak muda supaya bisa hidup bagai dasar pengembangan nilai- nilai dalam ke- mandiri (Moh. Syafii), menolak bantuan/kerja budayaan dan Pendidikan. Juga dapat diartikan sama dengan Pemerintah Belanda dalam men- sebagai dasar pertimbangan “kolaborasi/adop- gelola Pendidikan serta mengimbangi budaya si” terhadap nilai luar yang dapat memperkaya Barat dengan pengembangan kelestarian budaya budaya daerah, tanpa terjadinya “gesekan” nilai bangsa (Ki Hajar Dewantara, Adhi Darma). Budaya kita sendiri. Dalam tulisan ini, lingkup penulisan di- Secara jelas, pada Taman Siswa dibekali batasi terutama karya-karya Ki Hajar Dewan- dengan tujuh Asas Pokok : (1) Kemerdekaan,(2) tara dengan tekanan pada aspek budaya Jawa, Metoda AMONG, (3) berperadaban bangsa yang semuanya bersifat normatip. Karya-karya sendiri, (4)pendidikan yang merata, (5) mandiri, beliau yang berupa pedoman mendidik den- (6) sederhana dan, (7) makarya. Dan kesemuan- gan dasar budaya/ tradisi (Jawa). Banyak sem- ya ini didasari rasa ikhlas, suci, dengan seman- boyan-semboyan yang dipergunakan sebagai gat kekeluargaan yang luhur. Serta ditampilkan dasar mengimbangi Budaya Barat yang masuk dalam perilaku yang utuh, Asas- Asas tersebut langsung atau tidak, dalam lingkaran budaya di berkembang dari beberapa “semboyan” nor- Indonesia. matip (dalam Bahasa Jawa). Maksud dari tulisan ini seperti disebut 1. Semboyan TRI HAYU (tiga pedoman/ diatas, membahas sederhana apa dan bagaima- hayu) yaitu “MEMAYU HAYUNENG SA- na ajaran- ajaran tersebut “mengurangi” nilai/ RIRO, MEMAYU HAYUNING BONG- norma Barat yang berciri Individualistik, Ra- SO, MEMAYU HAYUNING BAWONO”. sionalistik, intelektualistik, dan lain- lain dengan Maksudnya Pendidikan harus mengarah menggunakan ide- ide, konsep- konsep, nilai- pada kemanfaatan diri sendiri, kemanfaatan nilai budaya nasional. bangsa, dan kemanfaatan alam semesta. Hal ini berbeda dengan tekanan pada individu- alistik yang hanya “SARIRO” kurang mem- PENGEMBANGAN NILAI perhatikan faktor- faktor lainnya, seperti BUDAYA NASIONAL kepentingan bangsa dan alam lingkungan. Dari apa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara Itu menyebabkan terbentuknya kurang sem- dalam menyelenggarakan TAMAN SISWA, ada purna. beberapa semboyan sebagai pedoman oper- 2. Sembonyan TELU MONG (tiga sional. yang berasal dari nilai- nilai budaya Jawa. hubungan sikap) memelihara manusia Dengan tegas dinyatakan bahwa ciri mendasar yang meliputi MOMONG, AMONG dan, Pendidikan Taman Siswa adalah “Kultural Nasi- NGEMONG. Pernyataan ini semua berarti onal” yang berarti bahwa orientasi pendidikan/ Pendidik tidak terpisah, tapi menyatu dalam pembelajaran adalah budaya nasional (Raharjo, jiwa memelihara dengan rasa kekeluargaan 2009). yang tinggi (Mong). Guru adalah seorang Kata “Taman Siswa “ itu sendiri sudah PAMONG yang mempunyai kesabaran dan memiliki arti “suatu tempat belajar yang hijau/ rasa kasih sayang sebagai orang tua, meme- indah/ damai, yang dihuni oleh para Guru dan lihara/ mengasuh siswa yang DIEMONG

Iskandar Wiryokusumo, Ki Hajar Dewantara... 122 seperti dalam satu keluarga. Metoda ini ada- 5. Masih banyak lagi semboyan-semboyan lah suatu proses pendekatan pribadi, yang kultural yang dipergunakan oleh Ki Hajar menganggap siswa yang DIEMONG adalah Dewantara. Yang berdasar unsur kulutur subyek yang tidak lain adalah keluarga (sep- (Jawa), a.l. erti anak) sendiri. Keluarga Jawa adalah satu a. LAWAN SASTRA NGESTI MULYA. kesatuan yang bulat dalam satu sistem, yang bahwa ilmu akan membawa kebajikan dan berdasar ikatan keturunan dan bathin yang kesejahteraan Manusia, bukan sebaliknya. erat. Sebagai kesatuan manusia, maka unit- Pendidikan manusia (Indonesia) menguta- unit tersebut memiliki kemampuan berbe- makan Etika dan Moral yang tinggi tentang da- beda dan watak- watak tertentu. Namun keilmuan. sama sekali berbeda dengan ide mekanis- b. SASTRA HERDJENDRAJUNIN- tik yang menganggap siswa seperti mesin/ GRAT PANGRUWATING DYU artin- robot yang dapat dibuat sesukanya seperti ya ilmu yang luhur/ bermutu akan dapat “Teori Tabula Rasa”. menyelamatkan peradapan dunia. Ini juga 3. TRINGA Seorang guru yaitu PAMONG berarti pendidikan hendaknya memiliki memiliki 3 sasaran dalam menanamkan pen- ilmu- ilmu yang luhur tersebut. getahuan kepada siswa melalui (1) NGER- c. SUCI TATA NGESTI TUNGGAL TI,(2) NGROSO, (3) NGELAKONI. Juga Pendidikan harus mempunyai ilmu yang digunakan 3 sifat: Cipta, Rasa dan Karsa benar dan suci untuk di amalkan kepada yang mungkin sedikit berbeda dngan kogni- bangsa dengan bertakwa kepada Tuhan. tif, afektif, dan psikomotorik ( B. S. Bloom) Ilmu yang tidak membawa berkah dengan Perbedaan terletak pada “NGEROSO” art- peningkatan martabat manusia (aspek Ak- inya memahami dengan sungguh- sungguh siologis), tidak boleh disampaikan kepa- dan penuh kesadaran, karena seperti “me- da generasi muda/ dan kesemuanya harus masuki” dan “berintegransi”/ menjiwai kembali pada dasar- dasar keTuhanan yang kedalam dunia pengetahuan itu sendiri. Maha Esa. 4. Semboyan: “ING NGARSA SUNG d. TETEP, MANTEP, ANTEP, artinya TULADA, ING MADYA MANGUN pendidikan harus konsisten percaya diri, KARSA, TUT WURI HANDAYANI” teguh imandan berbobot untuk mencapai semboyan ini cukup terkenal secara Na- hasil pendidikan yang luhur. Tujuan men- sional. Ini berarti para Guru atau Pamong didik anak harus tegar, konsisten dalam memberikan perhatian pada siswa bagaima- menghadapi Pendidikan Negatip di mas- na keadaan siswa, karena di situlah letak yarakat. “posisi” PAMONG atau Guru. Disini pula mengandung pengertian bahwa guru se- e. NGANDEL, KENDEL, BANDEL, bagai PAMONG memiliki kopetensi moral KANDEL, ini berarti bahwa pendidikan sabagai bawaan rasa cinta atas dasar kebe- harus berkualitas dan dapat di percaya yang naran Riligius/ Kultural. Semua terwujud di ikuti dengan keberanian dan ketegasan dalam 3(tiga) peran/ kegiatan Guru. Ke 3 yang mantap. peran Guru tersebut (1). Untuk Kelompok f. NENG-NING-NUNG-NANG ini ada- Siswa yang perlu/ butuh mendapatkan con- lah gambaran dari proses dan strategi pen- toh- contoh dari Guru, (2). Untuk Kelom- didikan yang harus tenang, jernih, kuat, dan pok Siswa yang sudah mengerti hanya perlu pasti dalam arti fokus pada obyek/ akan didampingi/ diberi motivasi, (3). Kelompo memberi hasil yang memuaskan (Suparto Siswa yang sudah mampu berdiri sendiri dii- Raharjo, 2009). kuti dari belakang.

123 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 121-125 Seperti disebut didepan, ajaran-ajaran mampuan dan pendidikan yang tidak memi- KI HAJAR DEWANTARA yang berciri kejawaan. liki criteria tersebut menciptakan anak- anak Dalam masyarakat Jawa ada filsafat Jawa berciri yang tidak berkembang kedua utuh. Sejalan MONO-PLURALISTIK SIPKRETIK. Artinya dengan hal- hal tersebut, orang Jawa juga budaya Jawa mengenal berbagai pengaruh dari punya kepercayaan yang sangat kuat kepa- luar antara lain budaya Hindu, Budha, dan Islam da “Sangkan Paraning Dumadi” yaitu sang termasuk pengaruh Alam sekitar. Orang Jawa Maha Pencipta (TUHAN YANG MAHA pada masa- masa yang silam adalah petani dan ESA) banyak ugeran- ugeran (amsal/ aja- nelayan. Itu berarti, mereka sangat tergantung ran- ajaran) yang terkait dengan unsur reli- dan menjadi satu dengan alam (Heniy Astiyan- gius tersebut. Dan ugeran- ugeran tersebut to, 2006). jika disimak akan ditemukan butir- butir Karena kedekatan hidup dengan alam, dari Budaya Jawa, Kesemuanya dinyatakan maka hidup masyarakat Jawa banyak memiliki dengan bahasa Jawa, terkait dengan kegiatan mitos, sebagai metode untuk menghadapi dan Pendidikan. menjawab gejala alam sekelilingnya, seperti: 3. “SING NGERTI SUBO SITA LAN Dewi Sri, Nyai Lorokidul, dan lain- lain. DUGA PRAYUGO”, (HENLY ASTIYANTO, hal 21) artinya anak- anak kita harus diajari tata karma, santun,sesuai dengan keadaan, BEBERAPA DASAR BUDAYA JAWA dan dengan siapa anak- anak tersebut ber- Disamping banyaknya semboyan-semboy- gaul (Etika Komunikasi). Belajar mengeta- an tersebut ada juga pedoman-pedoman yang hui “siapa dirinya” adalah kesantunan yang didapat dari pikiran- pikiran makro mikro kul- penting adalah pergaulan. tural. 4. ADA 5 HAL yang harus dihormati (Wulang 1. KODRAT ALAM menjadi dasar hakekat Reh Paku Buwono IV). Yang pertama, Ayah- manusia tentang hidup dialam semesta. Ibu, kedua Mertua, ketiga Saudara Tua, KODRAT ALAM, adalah Faktor Eksternal keempat Guru, kelima TUHAN YANG yang tidak bisa diabaikan. Dan hal ini dise- MAHA ESA. Jelas ini adalah pendidikan but berkali- kali oleh KI HAJAR DEWANTARA. moral yang mulai banyak diabaikan. Nilai- Anak-anak kita bahkan manusia tergantung nilai semacam itu sulit didapatkan pada dun- pada kodratnya. Alam Kosmos berbicara ia Barat, yang serba rasional dan individual. tentang kodrat manusia, dalam arti Makro Bahkan kaum intelektual di Indonesia juga maupun dalam tingkat Mikro.Manusia ada- cenderunglupa akan nilai- nilai luhur terse- lah makluk yang berada dialamnya, dan kes- but, (HENLY ASTIYANTO, 2006) Sering orang empurnaan hidup dicapai dengan kesadaran tua pada saat ini bersikap sebagai “teman/ akan kodratnya. Tidak boleh melampoi ko- sama tinggi” dengan anak- anaknya. Hal dratnya ini rasanya akan dapat mengurangi kwalitas hubungan dengan orang tua tersebut. Beta- 2. ALAM “BERBULATAN” (HENLY ASTI- papun orang tua adalah “tetua” yang menja- YANTO, 2006) artinya manusia hidup dalam di pusat tuntunan anak- anaknya dan dihor- “KEBULATAN ALAM”, Yaitu: bahwa mati sebagai orang yang berwibawa. Bukan Alam terdiri dari bahan Alam diri, Alam sekedar “Teman seangkatan” saja. kebangsaan dan Alam kemanusiaan, ke 3 komponen “alam” tersebut yang berpen- 5. Ada beberapa upacara- upacara ritual terkait garuh terhadap kehidupan manusia secara dengan perkembangan hidup manusia dan utuh. Keseluruhan tersebut harus dikelola alam yang dipercaya membawa ketenangan/ secara harmonis, seimbang, dan serasi ke- keamanan jiwa raga. Sebagai orang Jawa,

Iskandar Wiryokusumo, Ki Hajar Dewantara... 124 seperti upacara- upacara. antara lain: “Tedak DEGENG, I NYOMAN SUDANA. siti” (turun ketanah bagi anak- anak yang 2007. Paradigma Baru Pembelajaran Untuk mulai bisa berjalan. (KOENTJARANINGRAT. Menumbuhkan Life Skill Diera 1967). “Ngnuwat” (memohon keselamatan) Otonomi Daerah. terutama untuk anak- anak yang memiliki HARAHAP, H.A.H. & B.S. DEWANTARA. kelahiran tertentu. “Ngrasuki” (mengirim 1980. Ki Hajar Dewantara. Jakarta: doa bagi yang sudah meninggal dunia). “Mi- Gunung Agung. dodareni” (calon mempelai perempuan Wa- jib “disimpan”, tidak boleh keluar/ bertemu KOENTJARANINGRAT. dengan calon mempelai laki- laki, karena 1974. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangu seperti bidadari yang suci datang dari langit). nan. Jakarta: Gramedia. Dan masih banyak lagi tata cara (upacara rit- RAHARDJO, SUPARTO. ual) yang menjadi unsur Budaya Jawa. 2009. Ki Hajar Dewantara: Biografi Singkat. Jogjakarta: Garasi.

SOERATMAN, DARSITI, KI HAJAR DEWANTARA, PENUTUP DEP DIKNAS, DIREKTORAT. Dari uraian- uraian di atas, jelas ajaran- ajaran 1989. Sejarah dan Nilai Tradisional. Jakarta. Ki Hajar Dewantara sangat akrab dengan WIRYOKUSUMO, ISKANDAR. dasar- dasar Filosofis Jawa. Masih banyak lagi 2010. Teori-teori belajar sekitar Ajaran Ki ajaran- ajaran Jawa yang dapat ditemukan, yang Hajar Dewantara, Tut Wuri Handayani. langsung atau tidak berpengaruh pada pikiran- Pidato Pengukuran Guru Besar. pikiran KI HAJAR DEWANTARA. Pengaruh alam Surabaya. sangat besar dan semuanya ditunjukan pada pengembangan karakter budaya generasi muda, baik secara Makro maupun Mikro. Semangat yang menonjol adalah meno- lak secara halus ajaran Barat dengan menekan pada ajaran- ajaran kesantunan, kekeluargaan, mengatur dengan Alam (Kodrat Alam), dan lain- lain. Karena Etika Jawa bertumpu pada “NGESTI PRIBUDI”, tidak individual dalam arti tidak egois (DAMANJATI SUPAJAR 1943) Si- fat- sifat seperti individralistik,rasionalistik, dan lain- lain diimbangi dengan semangat ajaran ke Jawaan. Demikian, semoga tulisan ini bisa ber- manfaat.

DAFTAR PUSTAKA ADHI, ARIBOWO SUPRAJITNO. 2009 Sang Guru. Jakarta: Alex Media Kom putindo.

ASTIYANTO, HENIY. 2006 Filsafat Jawa: Menggali Butir- Butir Keari fan Lokal. Yogyakarta: Wasta Pustaka.

125 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 121-125 KONSTRUKSI4 LANGEN TAYUB NGANJUK DALAM PERSPEKTIF BERGERIAN

Anik Juwariyah

Abstract Internalization’s phase of society as a subjective fact implies that the objective reality interpreted subjectively by the individual. In a process of interpreting that internalization took place. Internal- ization is the process experienced by humans to ‘take over’ the world that are inhabited neighbor. Internalization lasts a lifetime involving socialization, both primary and secondary. Developing knowledge in agrarian societies instituted in continuous tradition and heredity. In theory of Berger and Luckmann, this sort of thing is to be part of a social construction, in particular objectivation stage. For Berger, is a product of human society, rooted in externaliation phenomenon. Langen tayub is seen as a knowledge that is maintained and applied through tradition and process interac- tions that exist in society. Keywords: Langen Tayub construction, Nganjuk, Bergerian.

PENDAHULUAN sebagai mitos, takhayul, pamali,prewangan, atau Kesenian Langen Tayub sebagai kesenian tra- apapun namanya, tetapi yang jelas masyarakat disional agraris telah memiliki akar tradisi yang yang menciptakan, mengembangkan, dan me- kuat dalam kehidupan masyarakat Kabupaten modifikasi. Konon, seorang kakek menyarankan Nganjuk. Seni Langen Tayub atau Langen Beksa pada cucunya agar selalu mengadakan kenduri di pada sebagian besar wilayah Nganjuk selama ini hari-hari tertentu yang diyakini keramat.Ia per- dapat dikatakan mampu bertahan hidup dalam caya pada suatu cerita dari leluhur, yakni suatu perubahan sosial budaya yang ada, meskipun malam pernah ada orang ditampar makhluk dalam beberapa hal telah mengalami pergeseran. yang tidak kelihatan gara-gara tidak mengadakan Para pelaku seniman Langen Tayub terdiri atas kenduri. Sejak saat itu bagi sebagian masyarakat waranggana (penari Tayub), pramugari Tayub kenduri atau selamatan menjadi sistem adat (orang yang mengatur jalannya pentas Langen yang diterima begitu saja dan sulit ditinggalkan. Tayub), penayub (penari Langen Tayub laki-la- Pada masyarakat Nganjuk pengetahuan ki yang menari dengan waranggana) dan pen- semacam ini sudah berlangsung turun temurun. grawit (pengiring atau penabuh karawitan). Pengetahuan yang sudah menjelma menjadi sistem adat ini masih berkembang dan mewar- BERGER dalam SUSILO (2008: 329) menyatakan bahwa setiap masyarakat memi- nai kehidupan masyarakat.Kenduri atau sela- liki sistem pengetahuan yang diterima secara matan untuk memulai awal perhelatan sebuah turun temurun. Gagasan pengetahuan yang perkawinan, kenduri untuk memulai menanam bersifat lokal (beberapa kalangan mengatakan padi, kenduri untuk bersih desa, dan lain-lain. sebagai tradisional) hampir ada pada setiap mas- Pengetahuan ini lebih lanjut terkait dengan yarakat, termasuk dalam masyarakat agraris. bentuk kesenian yang harus dihadirkan dalam sebuah perhelatan. Kesenian Langen Tayub, Dalam masyarakat agraris dikenal be- Wayang Kulit, Jaranan, Wayang Krucil adalah berapa jenis pengetahuan yang bisa dikatakan beberapa bentuk kesenian tradisional yang men-

126 giringi perhelatan-perhelatan di masyarakat un- Di acara bersih desa, berkumpul- tuk kepentingan penyelenggaraan sistem adat. lah warga desa bukan hanya yang tinggal di Pengaruh budaya yang kuat serta kondi- wilayah tersebut saja, tapi juga warga mas- si lingkungan masyarakat agraris yang men- yarakat yang tinggalnya di rantau. BLUMER da- dukung dalam menyelenggarakan kehidupan- lam POLOMA (2000: 259-260) menyatakan : nya, menyebabkan masyarakat sangat mentaati Aktor memilih, memeriksa, berpikir, adat budaya yang telah turun temurun diyakini mengelompokkan dan mentransformasikan oleh masyarakat pedesaaan khususnya dan mas- makna dalam hubungannya dengan situasi di- yarakat Nganjuk umumnya, seperti contohnya mana dia ditempatkan dan arah tindakannya. dalam menyelenggarakan hajat perkawinan. Sebenarnya, interpretasi seharusnya tidak di- anggap hanya sebagai penerapan makna-mak- na yang telah ditetapkan, tetapi sebagai suatu PROSES INTERNALISASI DALAM proses pembentukan dimana makna yang di- MASYARAKAT AGRARIS pakai dan disempurnakan sebagai instrumen Tahap internalisasi masyarakat sebagai ken- bagi pengarahan dan pembentukan tindakan. yataan subyektif menyiratkan bahwa realitas obyektif ditafsiri secara subyektif oleh indivi- du. Dalam proses menafsiri itulah berlangsung OBJEKTIVASI LANGEN TAYUB internalisasi. Internalisasi adalah proses yang DALAM MASYARAKAT AGRARIS dialami manusia untuk ’mengambil alih’ dun- Dalam tahap objektivasi masyarakat sebagai ia yang sedang dihuni sesamanya. Internalisasi realitas obyektif menyiratkan pelembagaan di berlangsung seumur hidup melibatkan sosial- dalamnya. Proses pelembagaan (institusional- isasi, baik primer maupun sekunder. Internal- isasi) diawali oleh eksternalisasi yang dilakukan isasi adalah proses penerimaan definisi situasi berulang-ulang sehingga terlihat polanya dan yang disampaikan orang lain tentang dunia in- dipahami bersama yang kemudian menghasil- stitusional. Dengan diterimanya definisi-defi- kan pembiasaan (habitualisasi). Habitualisasi nisi tersebut, individu pun bahkan tidak hanya yang telah berlangsung memunculkan pen- mampu memahami definisi orang lain, tetapi gendapan dan tradisi. Pengendapan dan tradisi lebih dari itu, turut mengkonstruksi definisi ber- ini kemudian diwariskan ke generasi sesudahn- sama. Dalam proses mengkonstruksi inilah, in- ya melalui bahasa. Disinilah terdapat peranan dividu berperan aktif sebagai pembentuk, pe- di dalam tatanan kelembagaan, termasuk da- melihara, sekaligus perubah masyarakat. lam kaitannya dengan pentradisian pengalaman dan pewarisan pengalaman tersebut. Jadi, per- BERGER dan LUCKMANN (1990: 87) menyatakan bahwa dalam internalisasi, indivi- anan mempresentasikan tatanan kelembagaan du mengidentifikasikan diri dengan berbagai atau lebih jelasnya; pelaksanaan peranan adalah lembaga sosial atau organisasi sosial dimana representasi diri sendiri. Peranan mempresen- individu menjadi anggotanya. Internalisasi mer- tasikan suatu keseluruhan rangkaian perilaku upakan peresapan kembali realitas oleh manu- yang melembaga, misalnya peranan hakim sia dalam hal ini para pelaku Langen Tayub di dengan peran-peran lainnya di sektor hukum. Kabupaten Nganjuk dan mentransformasikan Masyarakat sebagai realitas obyektif juga kembali dari struktur-struktur dunia objektif menyiratkan keterlibatan legitimasi. Legitimasi ke dalam struktur-struktur kesadaran subjektif. merupakan obyektivasi makna tingkat kedua, dan Dikatakan Berger dan Luckman setelah menca- merupakan pengetahuan yang berdimensi kogni- pai taraf internalisasi inilah individu menjadi an- tif dan normatif karena tidak hanya menyangkut ggota masyarakat. Proses untuk mencapai taraf penjelasan tetapi juga nilai-nilai. Legitimasi ber- itu dilakukan dengan sosialisasi (1990: 186). fungsi untuk membuat obyektivasi yang sudah

127 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 126-135 melembaga menjadi masuk akal secara subyektif. turun temurun. Nyadran dilakukan di punden Pengetahuan yang berkembang dalam yang berupa pohon besar pada setiap hari Ju- masyarakat agraris dilembagakan dalam tradisi mat Pahing bulan Suro (tahun Jawa), setelah yang terus menerus dan turun temurun. Da- panen. Jika nyadran tidak menyelenggara- lam teorinya Berger dan Luckmann hal sema- kan Tayuban dan bulannya bukan bulan Suro cam ini menjadi bagian dari sebuah konstruksi maka akan terjadi hal-hal yang tidak diingink- sosial, khususnya tahap objektivasi.Bagi Berg- an. Pernah terjadi kecelakan dalam setahun er masyarakat adalah produk manusia, berakar sebanyak 26 kali kecelakaan menimpa warga pada fenomena ekternalisasi. Produk manusia desa Kepanjen, termasuk saya sendiri”. (termasuk dunianya sendiri), kemudian bera- BERGER dan LUCKMANN menggagas da di luar dirinya, menghadapkan produk-pro- perubahan pada dua hal dalam sosiologi peng- duk sebagai aktivitas yang ada di luar dirinya. etahuan.Pertama, Berger berusaha mengubah Meskipun semua produk kebudayaan itu berasal persepsi bahwa sosiologi pengetahuan merupa- dari kesadaran manusia, namun produk bukan kan disiplin yang hanya mengkaji sejarah perkem- serta merta dapat diserap kembali begitu saja bangan sebuah gagasan atau ideologi.Berger ke dalam kesadaran, sebagaimana halnya yang melihat bahwa selama ini, sosiologi pengetahuan terjadi juga pada pelaku Langen Tayub. cenderung lebih berorientasi mengkaji sejarah Kebudayaan berada di luar subjektivi- munculnya suatu gagasan atau ide-ide intelektu- tas manusia, menjadi dunianya sendiri.Dun- al.Kedua, Berger menetapkan bahwa sosiologi ia yang diproduksi manusia memperoleh si- pengetahuan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara konteks sosial dan pengeta- fat realitas objektif (BERGER, 1994: 11-12). Semua aktivitas manusia yang terjadi dalam huan manusia. Berger menekankan hubungan antara manusia dan pengetahuan serta realitasn- eksternalisasi, menurut BERGER dan LUCK- ya adalah hubungan yang sifatnya resiprokal MANN (1990: 75-76), dapat mengalami pros- es pembiasaan (habitualisasi) yang kemudi- atau timbal balik. Manusia hidup bersama dan an mengalami kelembagaan (institusialisasi). membentuk masyarakat sebagai sebuah penge- tahuan, dan pengetahuan sebagai realitas yang Langen Tayub dipandang sebagai se- balik membentuk manusia (RIYANTO, 2009: 38). buah pengetahuan yang terus dipelihara melalui tradisi dalam proses interaksi yang ada di mas- Pengetahuan masyarakat yang sudah yarakat. Dalam aktivitas Langen Tayub mas- turun temurun dilembagakan dalam berbagai yarakat saling berinteraksi dan berkomunikasi bentuk tradisi atau sistem adat di masyarakat untuk melembagakan pengetahuan mereka agar agraris. Masyarakat Nganjuk yang mayoritas tetap terpelihara dengan baik.Sebagaimana per- mata pencahariannya sebagai petani dan hidup dalam masyarakat agraris masih memelihara nyataan BERGER dan LUCKMANN (2009: 38), “Sosiologi pengetahuan seharusnya mengkaji bentuk-bentuk pengetahuan dari nenek moyang. segala dimensi pengetahuan dalam masyarakat, Langen Tayub sebagai sebuah realitas kultural termasuk seperti pengetahuan awam, atau pen- dan realitas sosial membentuk manusia sebagai getahuan sehari-hari”. Pengetahuan tentang bagian dari masyarakat yang mempunyai sistem keharusan menyajikan Langen Tayub untuk adat yang sudah turun temurun dan mentradisi. acara bersih desa telah menjadi pengetahuan se- Berdasarkan temuan data di lapangan, hari-hari di masyarakat dan diyakini serta dilaku- ada beberapa perubahan-perubahan dan hal kan secara terus menerus dan menjadi tradisi mas- itu mempengaruhi bagan konsep sosiologin- yarakat, sebagaimana pernyataan Sudarmadji: ya Berger dan Luckmann. Apabila konsep “Langen Tayub diselenggarakan di setiap aca- ini diterapkan pada kajian penelitian ini, maka ra nyadran memang sudah menjadi adat dan akan terlihat sebagaimana gambar berikut.

Anik Juwariyah, Konstruksi Langen Tayub Nganjuk ... 128 Langen Tayub Nganjuk sekarang dengan waranggana maupun sesama penayub akan memerankan dirinya secara total sesuai 1. - perubahan tradisi karakter masing-masing. Karakter yang mun- 2. - pengaruh ajaran Islam cul dari beberapa individu itulah yang nantinya 3. - modernisasi membentuk identitas seniman Langen Tayub, yang dalam masyarakat biasa atau masyarakat 4. - Langen Tayub Padang Bulan bukan penggemar Langen Tayub dianggap se- 5. - Perubahan fungsi bagai tindakan yang kurang sopan atau kurang etis. Demikian juga dengan peran pramugari Langen Tayub lama Tayub, di atas panggung dia harus dapat mem- Ada nilai-nilai Jawa, Hindu, Sinkretik, dan erankan sebagai orang yang harus dapat fleksi- adaptasi bel berhubungan dengan waranggana, penayub, dan yang mempunyai hajat, contohnya pramug- ari Tayub yang bernama Damiran. Berdasarkan Bagan. Langen Tayub dalam Posisinya Sebagai Penge- tahuan di Masyarakat Agraris Menurut Konsep pengamatan terhadap pementasan Damiran se- Sosiologi Pengetahuan Peter L. Berger dan bagai salah satu pramugari Tayub yang sedang Luckmann. laris di Nganjuk gerakan lucu yang sering dilaku- kan pramugari Tayub yang bernama Damiran, Eksternalisasi dalam Konstruksi Realitas antara lain seperti gerakan bagong, gareng, ja- Sosial Langen Tayub Nganjuk ranan, gerakan tari Remo, dan lain-lain. Ger- Sesuai tahap eksternalisasi Berger dan Luck- akan itu sengaja ditampilkan untuk menyema- mann, individu khususnya para seniman Langen rakkan suasana.Kenyataannya para seniman Tayub mencurahkan segala pikiran, tenaga dan Langen Tayub dan masyarakat yang mempunyai waktunya sebagaimana konsep eksternalisasin- hajat sangat menggemari tindakan ini. Hal itu ya PETER BERGER dan LUCKMANN, yang men- terbukti semakin lama Damiran semakin penuh yatakan bahwa “Tatanan sosial itu bermula dari jadwal pementasannya. Disamping sebenarnya eksternalisasi, yakni: pencurahan kedirian ma- karena kemampuannya yang lain seperti: kera- nusia secara terus menerus ke dalam dunia, baik mah-tamahan, kemampuan olah gerak, pengua- dalam aktivitas fisik maupun mentalnya(BERG- sannnya terhadap gendhing-gendhing yang ada, ER, 1991:4-5). Individu seniman Tayub sebagai dan kemampuannya berinteraksi dan komuni- anggota komunitas penggemar Langen Tayub kasi dengan berbagai lapisan masyarakat dari dan sebagai anggota masyarakat melakukan ak- rakyat biasa sampai pejabat pemerintahan. Da- tivitas fisik yang berhubungan dengan pagelar- lam posisinya sebagai pengatur jalannya pentas an Langen Tayub, menghadiri pertunjukan yang Langen Tayub, Damiran berhak mengatur siapa dilakukan di berbagai tempat meskipun jauh urutan tamu yang menari bersama waranggana. dari tempat tinggalnya,menampilkan pertunju- Dia berkuasa penuh juga mengatur pasangan kan Langen Tayub, melakukan komunikasi den- menari antara waranggana dengan penayub. gan dinas terkait, dalam hal ini Dinas pariwisata Dalam kasus ini Damiran dapat dikatakan se- dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Nganjuk, bagai individu yang mempunyai identitas yang melakukan pelatihan dan pengembangan ke- jelas, yang diakui masyarakatnya, sesuai dengan mampuan berkesenian. pendapat BERGER dan LUCKMANN. Dalam pementasan Langen Tayub, seo- Identitas merupakan satu unsur kunci rang individu seniman akan muncul sesuai den- kenyataan subyektif dan berhubungan secara gan konsep yang telah menjadi kesepakatan yang dialektis dengan masyarakat.Identitas dibentuk tumbuh dalam komunitas Langen Tayub. Di atas oleh proses-proses sosial. Begitu ia memperoleh panggung, seorang penayub yang berinteraksi wujudnya, ia dipelihara, dimodifikasi, atau mala-

129 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 126-135 han dibentuk ulang oleh hubungan-hubungan sosial. Proses-proses sosial yang terlibat dalam No Pelaku Tindakan Adegan/Tahap membentuk dan mempertahankan identitas di- mereka bersendau gurau. tentukan oleh struktur sosial. Masyarakat mem- Makan camilan sambil punyai sejarah dan di dalam perjalanan sejarah geleng-geleng kepala Ndara-ndara mengikuti alunan tem- itu muncul identitas-identitas khusus; tetapi bang, minuman sejarah-sejarah itu dibuat oleh manusia dengan Ngobrol/bincang-bin- cang akrab dengan Ndara-ndara identitas-identitas tertentu (1990: 248). waranggana Menggoda temannya Tampaknya Damiran sudah berhasil yang sedang nembang, Ndara-ndara melakukan sebuah internalisasi yang baik dari sambil ikut nembang Merokok sambil apa yang sudah didapat selama ini melalui pen- ngobrol dengan sesama galaman-pengalaman mengikuti berbagai kegia- penayub Ndara-ndara Minum bir dan minu- tan pementasan Langen Tayub di berbagai daer- man yang lain secara ah dan sering menjadi wakil Kabupaten Nganjuk berulang-ulang sampai Ndara-ndara beberapa gelas dalam festival-festival maupun pagelaran Langen Menawarkan camilan ke Tayub di Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta). sesama penayub Ndara-ndara Hasil dari internalisasi yang dia lakukan, tampak Berkeliaran di arena sekitar panggung, dari ekternalisasinya yang menunjukkan sebuah adakalanya ada yang sajian menarik. Hal itu dilakukan secara terus sampai mabuk Setengah mabuk menerus dalam setiap penampilannya (proses dengan menempelkan Ndara-ndara badannya ke penayub sosial), dan akhirnya dilegitimasi masyarakat. yang berada di sebe- lahnya Berdasarkan beberapa pengamatan ter- Bergerak sekedarnya hadap pementasan Langen Tayub di Nganjuk seperti molet Penayub yang sudah tua dapat disajikan bentuk-bentuk eksternalisasi adakalanya geraknya yang dilakukan para pelaku pementasan Langen sangat pelan dan me- nolehkan kepalanya ke Tayub di arena front stage, seperti tampak da- kiri dan ke kanan. lam tabel berikut. Di akhir tahapan ngibing, penayub yang selesai menari member- ikan kembali sampur Tabel 1. Tindakan Pelaku Langen Tayub di yang dipakai kepada Arena Front Stage waranggana.

No Pelaku Tindakan Adegan/Tahap 2 Pramugari Membuka acara dan Tayub menyampaikan tata ter- 1 Penayup Memberi hormat ke tib pementasan Langen pasangan menari den- Tayuban Tayub gan menunjukkan ibu jari sambil menunduk. Gedog, yaitu menari sendiri sambil membawa Gedog Menggoda temannya baki yang ada sampur/ yang sedang menari selendang. dengan waranggana, Tayuban Pesan gendhing ke menarik-narik sampur Penghubung temannya. pengrawit antara Menari berputar-pu- tar, menari dengan ndara-ndara gerakan yang bebas dan tayuban sesuai kemampuannya Ndara-ndara masing-masing Mendatangi kumpulan Ikut nembang/men- penayub sambil men- Ndara-ndara yanyi (bagi yang hafal catat urutan penampilan syair lagunya), yang para penayub, dengan kurang hafal dibimbing Ndara-ndara sesekali duduk sebentar waranggana. Adaka- diantara para penayub lanya di tengah-tengah sambil bersenda gurau menyanyikan tembang

Anik Juwariyah, Konstruksi Langen Tayub Nganjuk ... 130 No Pelaku Tindakan Adegan/Tahap

Mengatur urutan penampilan penayub yang menari bersama waranggana Melantunkan sebagian gendhing diantara per- gantian antar penayub yang menari dengan waranggana Menyapa para tamu/ penayub Melakukan gerakan-gera- kan yang lucu/gecul. Berkomunikasi/ bercakap-cakap dan bersenda gurau dengan waranggana Gambar. Pertunjukan Langen Tayub dalam sebuah Minum bir hajatan Perkawinan (Dok. Anik: 2009) Berdasarkan tindakan yang dilakukan 3 Waranggana Nembang secara Ndara-ndara individu, baik di tahap penayub diatas front stage sebagaimana tertera ndara-ndara (dalam dan tayuban pada tabel 1, maka dapat diklasifikasikan tipe- posisi duduk) maupun tayuban (menari dengan tipe penayub yaitu sebagai berikut: penayub) Menari Gambyong Pembukaan Tabel 2. Tipe-Tipe Penayub Langen Tayub Menuangkan minuman bir ke penayub dengan No Tipe Karakteristik tindakan yang dilakukan gelas bekas minuman Ndara-ndara kemasan 1 Pasif Menari tanpa ekspresi, duduk dengan Menari diatas pang- penayub yang lain juga terlihat tidak ban- gung dengan penayub yak bercerita atau bersenda gurau, dan lebih yang beraneka tipe dan karakter. Terkadang banyak diam. harus menari dan men- Tayuban yanyi sambil berkelakar Suka menggoda waranggana, menggoda dengan penayub diatas sesama penayub yang sedang menari diatas panggung. 2 Genit panggung, sesekali menutup matanya den- Ndara-ndara gan sampur kemudian ngliling waranggana, Berbincang dengan dan tayuban penayub selalu bergerak ke sana kemari. Sabar melayani ulah Ndara-ndara penayub yang kadang dan tayuban bertindak kurang sopan Sering memainkan selendang/sampur da- Menuntun penayub Ndara-ndara 3 Lincah lam menari,gerakannya lebih lincah dan yang kurang hafal syair selaras dengan irama gendhing yang dilan- tembang tunkan. Gerakannya gecul/lucu, menari berpu- 4 Pengerawit Menabuh gamelan 4 Lucu tar-putar Merokok Gerakan sesuai irama gendhing, merasakan Berbincang dengan 5 Ekspresif sesama pengrawit irama yang ada kadang-kadang sampai me- nutup mata,ngematke gendhing,menirukan Melayani permintaan gendhing dari penayub syair yang dilantunkan waranggana, keliha- maupun pramugari tan lebih sopan daripada tipe penayub yang Tayub lain. Terkadang makan dan minum di sela-sela akti- vitas menabuh gamelan. Berdasarkan tabel tipe-tipe penayub tersebut dapat diketahui bahwa Langen Tayub Berikut salah satu contoh pementasan dapat menjadi media yang efektif dalam Langen Tayub yang dilakukan para komunitas mengekspresikan / mengungkapkan berbagai Langen Tayub di Kabupaten Nganjuk.

131 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 126-135 karakter masyarakat.Suasana yang demikianlah yang berlangsung terus menerus sebagai keha- yang membuat komunitas Langen Tayub dapat rusan antropologis yang berasal dari biologis terus bertahan.Berbagai karakter individu ber- manusia. kumpul dan saling berinteraksi, disitulah mere- ka membentuk identitas komunitas.Tanpa atur- SAWER DALAM LANGEN TAYUB an kaku ataupun ketrampilan khusus yang harus Sawer merupakan hal yang tidak dapat diting- dimiliki anggota komunitas, dan tampak seder- galkan dari pementasan Langen Tayub.Sawer hana. Dengan kemampuan terbatas dan seadan- dalam konteks Langen Tayub merupakan tanda ya mereka bebas mengekpresikannya. Hal itulah ucapan terima kasih penayub kepada warangga- yang menjadi ciri dari seni rakyat, sebagaimana na.Dalam beberapa waktu, sawer menjadi salah pendapat SUDIKAN (1997: 13-14) yang menya- satu hal yang berkonotasi negatif karena terkait takan bahwa:”Seni pertunjukan rakyat memi- dengan penyampaian sawer yang kurang sopan, liki ciri sederhana, spontan, milik komunitas yaitu dimasukkan di dada waranggana. Pihak dan dari komunitas, serta menyatu dengan ke- dinas pariwisata dan kebudayaan mencoba un- hidupan rakyat”. Lebih lanjut dikatakan bahwa: tuk mengubah cara pemberian sawer ini dengan “Berbagai seni pertunjukan rakyat tersebut akan cara diberikan lewat berjabat tangan. dikenal sebagai kesenian tradisional apabila ben- Pada Langen Tayub Nganjuk ada dua tuk seni tersebut bersumber dan berakar serta macam sawer, yaitu sawer untuk warangga- telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh mas- na dan sawer untuk pengrawit. Di beberapa yarakat lingkungannya. Pengolahannya didasar- wilayah, sawer dalam seni pertunjukan bentukn- kan atas cita rasa masyarakat pendukungnya. ya berbeda-beda. Di Nganjuk bentuk sawer, se- Cita rasa di sini mempunyai pengertian yang lain dari penayub untuk waranggana dan pen- lebih luas, termasuk : “nilai kehidupan tradisi”, grawit, ada juga sawer yang dilakukan anggota pandangan hidup, pendekatan filosofis, rasa etis keluarga pengantin khususnya yang perempuan. dan estetis, serta ungkapan budaya lingkungan. Bentuk sawer seperti ini terdapat di Desa Tem- Hasil kesenian tradisional biasanya diterima se- puran Kecamatan Ngluyu. Mereka melakukan bagai tradisi, pewarisan yang dilimpahkan dari sawer dengan cara mengelilingi waranggana generasi kepada generasi berikutnya”. dan pengantin putra yang sedang menari. Mas- Pada proses eksternalisasi Langen ing-masing memasukkan uang ke dalam baskom Tayub di Nganjuk, tampak pada eksistensi Lan- yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, dan gen Tayub di kabupaten Nganjuk. Eksistensi jumlah uang sawer tidak ditentukan atau sukare- itu akan terlihat dari berbagai komponen yang la.Sawer yang diberikan keluarga perempuan ini mendukungnya, antara lain struktur pertunju- merupakan ucapan terima kasih kepada seluruh kan, urutan penyajian, gerak, iringan, tata rias, crew pelaksana pementasan Langen Tayub, yai- tata busana, ketentuan yang ada dalam pemen- tu untuk pengrawit, pramugari Tayub dan wa- tasan Langen Tayub, dan eksistensi pelaku Lan- ranggana. Di Nganjuk sawer seperti ini seperti gen Tayub itu sendiri. Komponen-komponen uang wajib yang diberikan kepada modin/orang itu merupakan bentuk ekternalisasi yang dilaku- yang memimpin acara selamatan. kan para pendukung kesenian Langen Tayub Menurut HASTUTI (2002: 58) dalam te- sejak bertahun-tahun yang lalu, hingga men- sisnya yang berjudul: “Sawer pada Pertunjukan jadi sebuah tradisi yang melembaga dan dijaga Topeng dalam Konteks Hajatan di Kabupaten oleh masyarakat pendukungnya.Sebagaimana Indramayu Jawa Barat”, menyebutkan bahwa pendapat Berger yang menyatakan bahwa, up- sawer sebagai sebuah bentuk budaya yang lekat aya menjaga eksistensi itulah yang kemudian dengan pertunjukan rakyat, pada hakekatnya menuntut manusia menciptakan tatanan sosial. merupakan sesuatu yang bersifat imbal jasa. Jadi, tatanan sosial merupakan produk manusia Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sawer

Anik Juwariyah, Konstruksi Langen Tayub Nganjuk ... 132 mempunyai arti meminta uang kepada penon- guyub tampak dalambeberapa bagian. Ke- ton (MOELIONO, 1990: 789). guyuban menjadi tujuan utama pementasan Pendapatan waranggana dari uang sawer Langen Tayub. Keguyuban itu dapat digolong- terkadang melebihi jumlah honor yang meraka kan dalam dua kategori: terima atas jasanya menari di pertunjukan Lan- Keguyuban di luar Pementasan/Menjelang gen Tayub. Untuk waranggana kelas A, dengan Pementasan honor sebesar Rp.700,000,00 dan sawernya apa- bila penayub banyak bisa mendapatkan sawer Keguyuban dan solidaritas antar anggota komu- lebih dari Rp.500,000,00. Dengan jumlah peng- nitas Langen Tayub di luar arena pementasan, hasilan yang sebesar itu, dapat dikatakan bahwa tampak pada konsep buwuhan yang dilakukan penghasilan waranggana dengan pengrawit mau- menjelang sebuah hajatan. Ketika anggota ko- pun pramugari Tayub jauh sekali perbedaannya. munitas mempunyai hajat, solidaritas nyum- bang / buwuh dalam berbagai bentuk, untuk Pengrawit dalam satu malam bi- menunjang kegiatan Langen Tayub, misalnya: asanya hanya mendapatkan honor antara sumbangan uang, membuatkan undangan, bah- Rp.100,000,00 sampai Rp.150,000,00. Pramug- an makanan, bir, menyumbang terop, menyum- ari Tayub mendapatkan honor Rp.200,000,00 bang waranggana, terkadang sekalian dengan – Rp.250,00,00. Untuk itu uang sawer yang ada pengrawitnya. Jika ada anggota yang mempu- di baki atau di baskom dikumpulkan dan dibagi nyai hajat, mereka akan menyumbang lebih dari untuk seluruh pengrawit. Jumlah honor pelaku apa yang sudah diberikan kepadanya ketika ia Langen Tayub di Nganjuk memang tidak dapat sendiri mempunyai hajatan. dipatok dengan honor yang pakem, karena terkadang jumlah honor yang diterima tergan- Bentuk keguyuban yang lain adalah ke- tung orang yang mempunyai hajat, kalau yang hadiran dalam sebuah hajatan. Jika ada salah mempunyai hajat kaya atau dermawan, mereka satu teman anggota komunitas Langen Tayub dapat menerima honor yang lebih besar. Jumlah mempunyai hajat dan ada yang tidak diundang, sawer yang diberikan penayub kepada warang- maka teman yang lain akan mengingatkan un- gana sangat bervariasi. Penayub yang loma dan tuk datang. Sehingga solidaritas antar teman mempunyai status sosial yang tinggi akan mem- tetap terjaga, dan keguyuban menjadi milik ber- berikan sawer dalam jumlah yang besar, misal- sama.Dalam undangan dicantumkan turut me- nya Rp.50,000,00 atau bahkan Rp.100,000,00. ngundang: segenap penggemar Tayub dan juga Sementara yang lain ada yang memberi Rp, penerima tamu tujuh orang. Hal ini menunjuk- 20,000,00; Rp.10,000,00. Untuk sawer yang kan keakraban dan solidaritas yang tinggi antar diberikan kepada pengrawit (yang diletakkan di penggemar Langen Tayub. Komunitas pengge- baskom), minimal Rp.5,000,00. mar Langen Tayub secara eksplisit dicantumkan Dalam konteks Langen Tayub pemberi- sebagai mereka yang turut mengundang hajatan an sawer merupakan bentuk hubungan timbal tersebut. Dengan diundang banyak orang maka balik yang menguntungkan, di satu sisi penayub penggemar yang lain akan secara “guyub” turut memberikan sawer untuk memesan gendhing serta menghadiri hajatan salah satu anggotanya dan menari dengan waranggana.Waranggana se- tersebut. bagai orang yang menerima sawer menyediakan Keguyuban di dalam “Kalangan” jasa melantunkan gendhing dan kesediaan Pertunjukan menari dengan penayub. Keguyuban dan solidaritas komunitas Langen Tayub dalam arena pertunjukan atau kadang KEGUYUBAN DAN SOLIDARITAS disebut di “kalangan pertunjukan”, dapat dilihat DALAM LANGEN TAYUB dari keguyuban dalam menanggung biaya yang Keratabasa Tayub, yang artinya ditata cik ben harus ditanggung untuk kebutuhan bersama

133 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 126-135 dalam satu meja. Dalam meja-meja yang sudah ada kepala desa yang memberi Rp.200,000,00 diatur berdasarkan asal tamu, selama pertunju- untuk kebutuhan tambul di mejanya, jika ada kan berlangsung mereka disediakan berbagai kekurangan maka sisa kekurangan baru dibagi camilan yang disebut dengan tambul.Tambul bersama. tidak disediakan orang yang mempunyai hajat, tetapi ada penjual khusus yang menyediakannya. Selain tambul mereka juga membeli minuman PENUTUP yang berupa bir, softdrink, dan ciu.Selesai per- Konstruksi Langen Tayub di Nganjuk, tampak tunjukan makanan yang sudah disantap ditotal pada eksistensi Langen Tayub di kabupaten habis berapa, juga minuman yang sudah dimi- Nganjuk. Eksistensi itu akan terlihat dari berb- num. Setelah dijumlah habis berapa, mereka agai komponen yang mendukungnya, antara bagi sejumlah orang yang ada dalam satu meja lain struktur pertunjukan, urutan penyajian, tersebut.Jika salah satu tamu ada yang status gerak, iringan, tata rias, tata busana, ketentu- sosialnya lebih tinggi, kadang “ngebosi”/ntrak- an yang ada dalam pementasan Langen Tayub, tir teman-temannya dan menanggung seluruh dan eksistensi pelaku Langen Tayub itu sendiri. atau sebagian pengeluaran di meja. Jika hanya Komponen-komponen itu merupakan bentuk sebagian yang ditanggung, maka sisanya diba- ekternalisasi yang dilakukan para pendukung gi bersama sejumlah anggota komunitas dalam kesenian Langen Tayub sejak bertahun-tahun satu meja. Jika suatu saat ada anggota yang tidak yang lalu, hingga menjadi sebuah tradisi yang mampu membayar maka akan dipinjami anggo- melembaga dan dijaga oleh masyarakat pen- ta yang lain. dukungnya.Sebagaimana pendapat Berger yang Bentuk keguyuban dan solidaritas lain menyatakan bahwa, upaya menjaga eksistensi di dalam kalangan pertunjukan adalah jika ada itulah yang kemudian menuntut manusia men- anggota yang minum bir terlalu banyak hing- ciptakan tatanan sosial. ga mengakibatkan mendem/mabuk kemudian membuat kekacauan, maka dia akan dikeluarkan dari kalangan dan diserahkan ke petugas kea- DAFTAR PUSTAKA manan. Ini merupakan upaya agar pementasan ______Langen Tayub dapat dinikmati dengan baik 1994 Langit Suci, Agama sebagai Realitas Sosial, tanpa kekacauan/keributan serta keguyuban (diterjemahkan dari buku asli Sacred pertunjukan dapat terus berlangsung.Mereka Canopy oleh Hartono). Jakarta:LP3ES. sepakat untuk melangsungkan pertunjukan yang aman dan dapat dinikmati seluruh anggota ko- BERGER, PETER DAN THOMAS LUCKMANN. munitas. 1990 Tafsir Sosial atas Kenyataan; Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan (diterjemahkan dari Untuk biaya yang harus disediakan buku asli The Social Construction of penayub dalam mengikuti pementasan Langen Reality oleh Hasan Basri) Tayub sangat variatif, sangat tergantung dari Jakarta:LP3ES. latar belakang sosial ekonomi dan kebutuhan dalam satu meja di Langen Tayub. Uang yang bi- BERGER, PETER L asanya dikeluarkan antara lain untuk: buwuh ke- 1967 The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge. pada tuan rumah, sawer untuk waranggana dan New York: Anchor Books Doubleday pengrawit, biaya pembelian tambul dan minu- & Company. man bir. Untuk biaya tambul ada model yang di- tanggung bersama dalam satu meja/per komu- BERGER, PETER L nitas desa/kecamatan, namun kadang-kadang 1991 Kabar Angin dari Langit: Makna Teologi da ada yang memberi lebih/mentraktir, misalnya lam masyarakat Modern (diterjemahkan

Anik Juwariyah, Konstruksi Langen Tayub Nganjuk ... 134 dari buku asli A Rumor of Angel: Modern Society and the Rediscovery of the Supernatural oleh J.B. Sudarman to. Jakarta: LP3ES.

HASTUTI, SRI. 2002 Sawer Pada Pertunjukan Topeng Dalam Kon teks Hajatan Di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Tesis Program S2 Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tidak dipublikasikan.

POLOMA, MARGARET M. 2000 Sosiologi Kontemporer. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.

SUDIKAN, SETYA YUWANA. 1997 “Tantangan Seni Pertunjukan Rakyat (Tradisional) dalam Menghadapi Era Teknologi Komunikasi” (Seniman sebagai Agen Perubahan Sosio-Budaya di Pedesaan) dalam Prasasti, No.26 Tahun VII April. hal.13-23.

SUSILO, RACHMAD K. DWI. 2008 20 Tokoh Sosiologi Modern. Yogyakarta: Ar.Ruzz Media.

135 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 126-135 KORELAT5 EMPAT LEMBAGA KEBENARAN MANUSIA: Filsafat, Seni, Ilmu, dan Agama

Tri Karyono

Abstract Philosophy is a critical, rational, and radical reflection towards main things in human life. Reflec- tion (Re flekture) is referred to deeply critical self-contemplation. Thinking in a critical manner is to mean to always place everything in consideration and awareness in order to find the answers to the occurring questions. Thus, every philosopher will find their own alternatives with differently speculative answers. When philosophy defined as a science which has the characteristics men- tioned above is related to art, another science which has its certain system, even to religion which has absolute truth, it will become something interesting for a study. In this article the author have made some comparison of them and found the tangent point where they complement each other because they, basically, have scope of knowledge in common.

Keywords: speculative, absolute truth, critical way of thinking.

filsafati bersifat mencengangkan dan membin- PENDAHULUAN: gungkan, ini menandakan persoalan itu tidak Mengenali Filsafat dapat dijawab dengan penyelidikan berdasarkan Filsafat merupakan bidang pengetahuan yang pengalaman maupun mengandalkan pengeta- senantiasa bertanya dan mencoba menjawab huan yang sifatnya deduktif seperti halnya yang gugusan persoalan yang sangat menarik perha- dilakukan dalam ilmu empiris atau eksak. Seti- tian manusia dari dulu hingga kini. Seorang yang ap persoalan yang membingungkan atau men- akan mempelajari persoalan filsafat hendaknya cengangkan tidaklah selalu menjadi persoalan memahami benar persoalan-persoalan filsafati filsafat. Persoalan-persoalan itu harus memiliki dan berperan serta merenungkan untuk kemu- “arti”dan secara intelektuil harus “subur” akan dian memikirkan serta menghasilkan alternat- pengertian-pengertian baru dan jalur-jalur baru if-alternatif jawabannya. untuk kesinambungan penyelidikan selanjutn- Karakteristik berfikir filsafat adalah: ya. Lebih jauh lagi SUSANNE K. LANGER (1993) menjelaskan suatu persoalan merupakan per- 1. Menyeluruh, hakikat ilmu dalam konstelasi soalan pokok apabila dalam memecahkan per- pengetahuan yang lainnya. soalan itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan 2. Mendasar, menggali secara fundamental baru yang menarik . Pemikiran-pemikiran yang Persoalan filsafat itu bercorak sangat melahirkan jawaban-jawaban tersebut memi- umum, menyangkut masalah-masalah asasi dan liki simpulan yang dapat mengembangkan ga- tidak berhubungan dengan kemanfaatan praktis gasan-gagasan selanjutnya dan senantiasa mem- serta tidak ada sistematika untuk menjawabn- berikan titik terang bagi pengertian-pengertian ya, setiap orang bisa berfilsafat dan menemu- atau menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut- kan siapa dirinya.. Filsafat merupakan konsepsi nya. pikiran yang logis namun jelas persoalan filsafat Dalam kebudayaan Timur seni tidak tidak bersifat empiris ataupun formal, persoalan merupakan cabang tersendiri, tapi masih men-

136 jadi satu kompleks dengan unsur lain-lainnya: merupakan alat telaahnya. Filsafat seni merupa- agama, filsafat, ethika, tata negara, seperti tam- kan cabang dari dari rumpun estetik filsafati pak umpamanya pada wayang purwa . Disitu yang khusus menelaah tentang seni. Menurut kesenian itu sendiri belum terpisah-pisah men- Lucius Garvin (The Lian Gie:1979) batasan jadi seni rupa, seni suara, seni sastra, seni gerak filsafat seni sebagai “the brach of philosophy dan seorang dalang ialah sekaligus seniman “all- which deals with the theory of art creation, art round”atau serba bisa, Ia dalam hal ini sebagai experience, and art criticism” Filsafat seni mer- seniman,filosof, guru, pendeta. upakan cabang filsafat yang berhubungan den- gan teori tentang penciptaan seni, pengalaman seni dan kritik seni. SENI DAN FILSAFAT SENI Menelaah seni dalam filsafat seni berarti Kita awali dengan pertanyaan “apakah seni itu” menggali kebenaran seni itu sendiri. para filsuf dan ahli estetika awal abad 20 untuk menjawab hal ini menggunakan pendekatan il- “Kebenaran seni” oleh BENEDE- miah, bekerja dengan ilmu-ilmu lain seperti den- TO CROCE (JACOB SUMARDJO, Pikiran Rakyat: gan psikologi, antropologi, sosiologi, semiotik 13/10/1996) disebut sebagai ”kebenaran in- dan lain-lain. Kemudian menghasilkan definisi tuisi”, bukan kebenaran logik. Intuisi adalah yang berbeda-beda. Namun bila kita teliti dari suatu jenis kebenaran yang hanya ditangkap sekian banyak definisi maka akan ditemukan lewat perasaan dan penghayatan, lewat gamba- definisi terpenting meliputi: ran-gambaran kongkrit indrawi atau lazim dise- but imaji. Persoalan-persoalan pokok dalam fil- 1. Skill /kemahiran. “art is skill in making or safat seni meliputi antara lain: Seniman, benda doing”. seni, konteks seni dan publik seni. Lebih jelas 2. Human Activity /kegiatan manusia dijabarkan oleh Jacob sumardjo dalam bentuk diagram sebagai berikut Work of Art /karya seni Fine Art; seni indah; seni “murni” mengalami perkembangan sejak istilah konsep “techne” KONTEKS SENI zaman Yunani kuno hingga konsep “Fine Art” Nilai-nilai Seni S E N I M A N Inggeris abad 18, baru awal abad 20 “seni” din- Pengalaman yatakan sebagai padanan dari “Fine Art”dalam PUBLIK SENI bahasa melayu = seni halus. BENDA SENI

Visual Art /seni penglihatan/ seni rupa Definisi tersebut diatas memiliki perumusan Gambar 1. Taksonomi Masalah-mas- yang berbeda-beda. Menurut hemat saya ada ru- alah Filsafat Seni musan yang lebih luas cakupan bidang-bidang- Antara seniman, benda seni, konteks nya, tentang persoalan pengertian seni ini, yaitu seni dan publik seni ke empatnya memiliki kai- “Art is an expresion of feeling through a medi- tan satu-sama lain begitu kuat tidak dapat terpi- um” - seni adalah sebuah pengungkapan melalui sahkan (sinergi). sesuatu sarana. Rumusan ini tentu saja tidak mengistimewakan satu bidang seni melainkan Dengan demikian bahan kajian filsafat seni me- semua cabang seni masuk didalamnya termasuk liputi: seni tari, musik,drama dan lain-lainnya. 1. Benda/karya seni (material/medium, dan Untuk lebih memahami lebih jauh lagi segala sesuatu yang menyangkut bahasa penelaahan mengenai asas-asas umum dari pen- rupa) ciptaan dan penghargaan seni maka filsafat seni 2. Seniman (kreativitas, ekspresi- reprentasi,

137 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 136-140 gaya seni, orisinalitas, genius) menentukan kebenaran secara ilmiah? apa kegu- 3. Publik seni (apresiasi, kritik) naan kita mempelajari ilmu dan yang paling ek- strim untuk apa kita mempelajari ilmu?. 4. Konteks seni (nilai-nilai yang setempat atau sezaman) Ilmu dipelajari untuk memahami objek dan dikuasai untuk kepentingan subjektif misal- 5. Nilai-nilai seni (muatan-muatan yang di nya untuk teknologi, agama , seni dll. kandung dalam karya seni) Filsafat melengkapkan ilmu yang dapat 6. Pengalaman seni (pengalaman estetik-ar- menjawab tentang fenomena dunia fisik. Untuk tistik, disinterestedness, pengalaman religi, menjangkau apa yang ada dibelakang fenomena pengalaman transendental, “meaning” mas- tersebut, memahami latar belakangnya, maksud yarakat atau individu pencipta karya seni) dan tujuan serta nilainya. Dunia pengetahuan membutuhkan dan menoleh kepada filsafat, se- bab filsafat sifatnya spekulatif dan sangat me- Ilmu dan Filsafat Ilmu mungkinkan untuk menjawab persoalan itu. Ilmu (science) dan pengetahuan (knowledge) mempunyai pengertian yang berbeda. Ilmu adalah pengetahuan yang telah Agama dan Filsafat Agama memiliki sistematika tertentu, atau memiliki ci- Agama adalah semua sistem religi yang secara ri-ciri khas, serta merupakan species dari genus resmi diakui oleh negara (KOENTJARANINGRAT.: yang disebut pengetahuan. Demikian dikatakan 1994) ada pula yang memakai istilah “religi” oleh DEDI SUPRIADI (1997: 120). Jadi semua supaya lebih netral dan sistem religi merupakan ilmu pastilah terdiri atas pengetahuan, tetapi ti- suatu agama hanya bagi penganutnya. Kedua dak semua pengetahuan adalah ilmu. pendapat tersebut sama benarnya namun saya Ilmu merupakan kumpulan pengeta- sendiri lebih setuju dengan pendapat Kuntjara- huan yang disusun secara konsisten dan ke- ningrat. Hal ini saya lakukan supaya meluruskan benarannya telah teruji secara empiris. Proses wacana yang akan saya bahas ini. pembuktian dalam ilmu tidak bersifat absolut. Agama hanya berbicara pada manusia (JUJUN S. SURIASUMANTRI: 1998). Misalnya bila yang ber-iman sebagai dasar utamanya. sekarang kita mengumpulkan fakta-fakta yang mendukung hipotesis kita maka bukan berarti Dasar agama adalah kepercayaan (iman) bahwa unutk selamanya kita akan mendapat- manusia kepada agama sebagai kebenaran mut- kan hal yang sama. Mungkin saja suatu waktu, lak yang harus dipatuhi dengan secara mutlak baik secara kebetulan ataupun karena kema- pula (taqwa). juan dalam peralatan pengujian, maka kita akan Bertolak dari definisi filsafat sebagai mendapatkan fakta yang menolak hipotesis yang acuan berfikir maka sistem kebenaran agama selama ini kita anggap benar. Ilmu merupakan dapat diartikan sebagai hasil berfikir secara ra- pengetahuan yang didapatkan melalui metode dikal, sistematis dan universal. Dasar-dasar ag- ilmiah. ama bisa dipersoalkan dipikirkan menurut logi- Berfilsafat tentang ilmu berarti kita ka (teratur dan disiplin). Misalnya dalam agama berterus terang kepada diri kita sendiri. Den- Islam kita mengenal rukun iman. Logika dapat gan demikian kita akan bertanya kepada diri kita berjalan manakala kita mempertanyakan yakin sendiri: apakah yang sebenarnya yang kita keta- pada Allah akibat logisnya yakin pula pada ma- hui tentang ilmu? apakah ciri-ciri yang membe- laikat-malaikat Allah dan seterusnya. dakan ilmu dari pengetahuan lainnya yang bu- Agama menjangkau “Kebenaran men- kan ilmu? kriteria apa yang akan kita pakai dalam dasar”, universal, menyeluruh , mutlak dan

Tri Karyono, Korelat Empat Lembaga Kebenaran Manusia ... 138 abadi. “Hanya Kebenaran agama yang menggu- Bagian irisan tengah merupakan kese- nakan K besar karena mutlak, absolut” demiki- larasan hingga keduanya saling mendukung dan an ditegaskan oleh GARNADI PRAWIROSUDIRDJO memperkuat (ilmu terhadap filsafat, seni terh- dalam ENDANG SAIFUDDIN (1979:174). adap filsafat dan agama terhadap filsafat atau Ada dua bentuk fisafat agama: sebaliknya ; dalam hal ini filsafat menjadi kajian utamanya yang kemudian berkembang menjadi 1. Filsafat agama pada umumnya dihasilkan filsafat ilmu, filsafat seni dan filsafat agama ) un- oleh pemikiran dasar-dasar agama secara tuk lebih mudah di katagorikan kesamaan sbb: analitik dan kritik, dengan membebaskan diri dari ajajaran agama tapi tujuannya bu- • Keempatnya menunjukan sifat kritis dan kanlah untuk membenarkan suatu agama. terbuka memberikan perhatian yang tidak berat sebelah terhadap kebenaran. 2. Filsafat suatu agama. Hasil pemikiran dasar- dasar suatu agama secara analitik dan kritik, • Keempatnya tertarik terhadap pengetahuan dengan tujuan memberikan alasan-alasan ra- yang terorganisir dan tersusun secara siste- sional untuk membenarkan agama itu. matis • Agama memberikan landasan moral bagi KESIMPULAN aksiologi keilmuan sedangkan dipihak lain ilmu dapat memperdalam keyakinan berag- Kedudukan dalam kontelasi antara filsafat, ag- ama. Jadi tepat seperti apa yang dikatakan ama, seni dan ilmu digambarkan dalam diagram Einstein Ilmu tanpa agama (bimbingan ven sebagai berikut: moral) adalah buta.dan kebutaan moral dari ilmu akan membawa kemanusiaan kejurang FILSAFAT malapetaka. Dalam kedudukan kontelasi tergambar- AGAMA SENI kan pada bagian diluar irisan atau ada perbe- daan antara lain sbb: ILMU Filsafat, ilmu, seni dan agama memiliki tujuan yang sama, yaitu memahami dunia, tetapi Gambar 2. Taksonomi Masalah-mas- alah Filsafat Seni dalam kedalaman pemahaman berbeda-beda, • Dalam ilmu tujuan itu hanya teori atau pen- Keempat lembaga kebenaran ini mem- getahuan untuk pengetahuan itu sendiri, punyai ciri-ciri tersendiri dalam mencari, meng- umumnya pengetahuan itu diabadikan un- hampiri, dan menemukan kebenaran. Lembaga tuk tujuan-tujuan ekonomi praktis kebenaran ini memiliki persamaan, titik perbe- • Dalam filsafat tujuan itu ialah cinta kepada daan, dan titik singgung yang satu terhadap yang pengetahuan yang bijaksana, dengan hasil lainnya. kedamaian dan kepuasan jiwa. Dalam lembaga seni, dikembangkan • Dalam agama tujuan itu damai, keseimban- studi filsafat seni dan ilmu-ilmu seni. Dalam gan, keselarasan, penyesuaian, keselamatan lembaga agama dikembangkan filsafat agama, (dirangkum dalam satu istilah Islam yang ilmu-ilmu agama dan seni - agama. Dari semua berarti selamat) lembaga kebenaran tersebut di atas, lembaga filsafat selalu hadir sebagai “pelita” yang dapat • Dalam seni tujuannya ekspresi diri, yang menemukan titik terang atas pertanyaan-per- memanfaatkan logika imaji. tanyaan manusia tentang kebenaran yang sifat- Perbedaan lainnya seni, ilmu, filsafat nya mendasar dan menyeluruh. dan Agama: 1) Ilmu dan filsafat sifatnya nisbi

139 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 136-140 sedangkan agama bersifat absolut (mutlak); 2) Jogjakarta. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada DRIJARKARA. batas pengalaman manusia juga disebabkan 1989 Percikan Filsafat. Jakarta: metode yang dipergunakan dalam penyusunan P.T. Pembangunan yang telah teruji kebenarannya secara empiris; 3) Ilmu mencoba mencarikan penjelasan menge- GAZALBA, SIDI. nai alam, memahami objek, menjadi kesimpulan 1973 Sistematika Filsafat. Jakarta: yang bersifat umum dan impersonal. Sebaliknya Bulan Bintang seni tetap bersifat individual dan personal, den- KOENTJARANINGRAT. gan memusatkan perhatiannya pada pengala- 1974 Kebudayaan Mentalitas dan Pembangu man hidup manusia perseorangan. Pengalaman nan. Jakarta: Gramedia itu diungkapkan agar dapat dialami orang lain LANGER, SUZZANE K. dengan jalan “menjiwai“ pengalaman terse- 1993 Problematika Seni. Bandung: ASTI but. Karya seni bersifat “remarkable” memiliki nilai subjektif yang luas, menghasilkan berbagai NASUTION, HARUN. makna dan nilai yang dititipkan melalui media 1973 Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang bahasa rupa, gerak, nyanyian, tulisan, musik dan lain-lain. SAEFUDDIN, ENDANG. 1979 Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: Seni merupakan ekspresi diri, yang Bina Ilmu menggunakan logika imagi citra (dalam seni rupa) sehingga produknya lebih menyentuh SUMARDJO, JACOB. wilayah makna (konotatif), lain halnya dengan ---- Memahami Seni. (Kumpulan Artikel-ar ilmu pengetahuan menggunakan logika konsep- tikel dari H U Pikiran Rakyat; Bandung) tual, lebih bersifat verbal (denotatif), berpretensi SUMARJO, JACOB. mengungkap hal-hal eksternal mengungkap re- Sedikit Tentang Komunikasi Seni alitas di luar dirinya. (Artikel Ruang Budaya; H U Pikiran Ilmu pengetahuan cenderung meng- Rakyat, Bandung: 13 Oktober 1996). gunakan bahasa yang univokal sedangkan seni SURIASUMANTRI, JUJUN S. bersifat metaforis dengan menggunakan bahasa 1998 Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar yang plurivokal. Populer). Jakarta: Pustaka Sinar Titik temu keduanya merupakan “fusion Harapan of horizon” dimana konseptual bagi seniman SUPRIADI, DEDI. penting tapi bukan merupakan bahasa utaman- 1997 Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkem ya sebaliknya ilmuwan membutuhkan imajinasi bangan Iptek, Bandung: CV. Alfa Beta. atau intuisi tapi bukan merupakan bahasa utama THE LIAN GIE. ilmuwan. 1976 Garis Besar Estetik (filsafat Keindahan). Yogyakarta: Fakultas Fisafat UGM. DAFTAR PUSTAKA ALDRICH, VIRGIL C. ANWAR, WADJID. 1963 Philosophy of Art. USA: 1980 Filsafat Estetika, Yogyakarta: Nur Prentice Hall, Inc. Cahaya

DJOKOSARWONO, NOTOSUBROTO. 1958 Mengupas Masalah Kesenian (Budaya 2, Pebruari 1958-Th. Ke-VII),

Tri Karyono, Korelat Empat Lembaga Kebenaran Manusia ... 140 PENGUATAN6 OLAHRAGA PENCAK SILAT SEBAGAI WARISAN BUDAYA NUSANTARA Muhammad Muhyi Purbojati

Abstract Sports martial arts (pencak silat) has grown and developed over the establishment of the Indone- sian nation, even before Indonesia’s independence. It needs to be strengthened in order to contin- ue to grow stronger in Indonesia. In order to realize it, the pillars of the national culture must be upheld which includes (1) construction of identity and character of the nation (2) Preservation of cultural heritage (3) development work / innovation and cultural diplomacy (4) institutional and human culture, and (5) facilities and infrastructure culture. To strengthen the construction of the five pillars of culture-related sports martial arts, the various concrete support pillars can help in any martial arts in the cultural heritage of the archipelago of Indonesia as well maintained.

Keywords: sports martia arts, national culture, culural heritage.

PENDAHULUAN lah olahraga tradisional dan olahraga pencaksi- Berbagai fakta menunjukkan bahwa Indonesi lat, maka bagaimana penguatan bisa terwujud, memiliki keragaman budaya yang sangat tinggi strategi apa yang harus digunakan untuk men- mulai dari perbedaan bahasa, perbedaan suku, guatkannya. perbedaan agama, perbedaan adat istiadat. Hal Kondisi masyarakat Indonesia yang tersebut merupakan kekayaan budaya yang tidak sangat cair airtinya hampir seluruh budaya as- ternilai harganya yang dirangkum dalam satu ing masuk dan mudah berada di tengah-tengah wadah yang dinamakan kebudayaan. masyarakat dibandingkan dengan negara lain Berbagai kekayaan budaya yang ada yang kuat dengan nilai dan budaya negaranya. merambah juga sampai ke dunia olahraga sep- Apa yang harus dilakukan untuk bisa menguat- erti sepak takraw, dan pencaksilat serta olahraga kan budaya nusantara khususnya pencaksilat. tradisional yang begitu banyak ragamnya, dan Pencaksilat banyak ragamnya dan hal hal tersebut merupakan warisan budaya nusan- tersebut tidak hanya di jumpai di Indonesia di tara yang tidak ternilai harganya. Malaysia juga dijumpai pencak silat, di Bru- Warisan budaya nusantara yang begitu nei Darussalam juga dijumpai pencak silat hal banyak pada saat ini dihadapkan dengan kondi- tersebut perlu penguatan baik identitas maupun si dorongan dari arus globalisasi yang begitu sejenisnya, bagaimana membangun penguatan kuat masuk ke Indonesia, dengan adanya Ase- tersebut menjadi nyata dan bisa menunjukkan an Economic Community (AEC) 2015 yang ta- jati diri pencaksilat Indonesia. hun depan bergulir, tidak bisa dipungkiri maka Undang Undang Dasar 1945 men- berbagai budaya asing masuk ke Indonesia ma- gamanatkan tentang kebudayaan di pasal 32 kin terbuka, atas dasar itulah maka penguatan ayat 1 dan 2 yang berbunyi (1) Negara mema- budaya Indonesia termasuk di dalamnya ada- jukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah

141 peradapan dunia dengan menjamin kebebasan Dalam perkembangannya pencaksilat masyarakat dalam memelihara dan mengem- ada ditengah-tengah masyarakat dan tumbuh bangkan nilai-nilai budayanya. Jika Undang-Un- bersama masyarakat, pencaksilat tumbuh dan dang Dasar sudah mengamanatkan seperti itu berkembang bersama bahkan banyak orang maka apa yang harus dilakukan untuk menguat- mempelajari dan menguasai dengan baik, dan kan budaya nasional termasuk di dalamya pen- dijadikan bagian dari pedoman masyarakat itu caksilat. sendiri. Sudah kita ketahui bersama bahwa pen- Menurut Dirjen Kebudayaan ada 5 pilar cak silat merupakan salah satu warisan budaya pembangunan budaya di Indonesia, ada lima pi- Indonesia yang terus menerus diupayakan bah- lar pembangunan budaya di Indoensia, dan keli- kan harus di lestarikan oleh masyarakat Indo- ma pilar tersebut antara lain adalah: nesia.Upaya penguatan dan pelestarian terus 1. Pembangunan Jati dan Karakter Bangsa. dilakukan karena tidak lepas dari banyaknya rag- am pencak silat di Indonesia.Setiap daerah yang 2. Pelestarian Warisan Budaya (Benda dan Tak ada di Indonesia memiliki ciri khas masing-mas- Benda). ing.Karena pencak silat banyak ragamnya dan 3. Pengembangan Karya/Inovasi dan Diplo- tersebar di seluruh nusantara yang muncul ada- masi Budaya. lah adanya kurang perhatian dan penyebaran 4. Kelembagaan dan SDM Kebudayaan. bela diri pencak silat dari masyarakat Indonesia. Apa dampak dari kurang perhatian ini yakni be- 5. Sarana dan Prasarana Budaya. rakibat pada penurunan minat terhadap pencak (Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud, 2014). silat, jika demikian yang terjadi maka penguatan demi penguatan harus dilakukan. Denga lima pilar tersebut makin mem- pertajam yang mengarah pada pencak dan bu- daya bangsa Indonesia, yang kian hari tergerus PILAR PEMBANGUNAN BUDAYA dengan berbagai budaya luar yang masuk ke In- donesia. Berdasarkan latar belakang yang sudah dipapar- kan sebelumnya, maka penguatan-penguatan Pencak Silat merupakan bagian dari yang dilakukan salah satunya dengan melirik kebudayaan masyarakat Indonesia yang sudah pembangunan budaya di Indonesia yang berba- berkembang sejak jaman dahulu kala. Pencak sis beberapa pilar utama. silat berakar pada budaya Melayu dan telah dikenal luas di berbagai Negara seperti Malay- Untuk memahami pilar pembangunn sia, Brunei, dan Singapura, tentu akan menarik budaya maka diawali dengan pemahaman kon- jika dikaitkan dengan kondisi dari berbagai pilar sep tentang apayang dimaksud dengan kebu- yang ada.Khususnya pilar pembangunan jati diri dayaan. Berdasarkan penjelasan para ahli pen- dan karakter bangsa. gertian dari kebudayaan adalah keseluruhan sistem nilai, gagasan, perilaku dan hasil karya Di sisi lain seorang yang memainkan manusia yang dikembangkan melalui prodes be- Pencak silat di Indonesia tidak hanya satu ma- lajar dan adaptasi terhadap lingkungannya yang cam saja.Sdah kita ketahui banyak versi olahra- berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan ga pencak silat yang berkembang sesuai dengan bermasyarakat dan bernegara. (Dirjen Kebu- nilai budaya masyarakat setempat.Misalnya pen- dayaan, Kemendikbud, 2014).Dengan merujuk cak silat aliran Cimande yang konon bermula pada pengertian tersebut maka kalau mengkaji dari kisah seorang perempuan yang menyaksikan pencaksilat, dapat dipahami bahwa pencak silat pertarungan antara harimau dengan kera, kemu- merupakan bagian dari budaya bangsa Indoen- dian meniru gerakan kedua hewan tersebut.Ada sia. silat atau silek yang berasal dari ranah Minang,

Muhammad Muhyi & Purbojati, Penguatan Olahraga Pencak Silat ... 142 yang diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Dari dua pengertian tersebut pencaksilat Pariangan Tanah Datar pada abad XIKalau hal merupakan keterampilan gerak fisik justru un- tersebut dikaitkan dengan pengembangan kara/ tuk beladiri maupun untuk berkelahi.Sejatinya inovasi sehngga Pecaksilat dapat dikembang- perkembangan pencaksilat di Indonesi ada sejak kan dengan berciri khas daerah namun tidak sebelum negara ini juga ada, pada masa kerajaan meninggalkan ciri khas daerah setermpat. pencaksilat sudah dikenal dengan berbagai vari- Induk organisasi pencak silat di Indone- asi dan kekayaan aliran yang ada. sia saat ini adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia Begitu meluas perkembangan olahra- (IPSI). Ada pula organisasi yang mewadahi fed- ga pencaksilat di tanah air, berbagai aliran juga erasi-federasi pencak silat dari berbagai Negara muncul yang mewarnai dan memberikan ciri yang bernama Persekutuan Pencak Silat Antara khas dari masing-masing olahraga tersebut.Ciri Bangsa (PERSILAT) yang dibentuk oleh Indo- khas tersebut kita rasakan sampai saat ini. nesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darus- Seperti diketahui bahwa pada umum- salam.Hal tersebut makin dikuatkan dengan nya di Indonesia memiliki tiga macam tentang adanya pilar pembungunan kebudayaan yakni pencaksilat, macam pencaksilat tersebut dilihat kelembagaan. dari sisi gambaran atau profil pencaksilat dan Berbagai Fakultas olahraga yang dida- kedua dari sisi tampilan pencaksilat. (1) Pencak lamnya mengajarkan mata kulaih pencaksilat, silat yang memang lahir dari masyarakat setem- perguruan olahraga pencaksilat, dan ekstra kuri- pat atau masyarakat asli atau dari suku yang ada kuler pencaksilat di Sekolah serta pedepokan di masyarakat, inilah yang dikatakan pencaksilat yang ada di nusantara terus dikembangkan un- asli baik sisi gambarannya nyata dan penampi- tuk melahirkan pilar pembangunan kebudayaan lan pencaksilat asli di masyarakat Indonesia. (2) ke lima yakni pembangunan Sumber Daya Ma- Pencaksilat yang tidak asli merupakan macam nusia yang memadai dan profesional di bidang- dari pencaksilat yang ada di Indonesia, macam nya. pencaksilat tersebut lahir dan tumbuh bukan dari masyarakat setempat, tetapi justru banyak dari luar seperti kungfu dari china, jujitsu dari Pencaksilat di Indonesia jepang dan lain sebagainya. (3) adanya pencaksi- Banyak berbagai rujukan yang mengangkat ten- lata yang merupakan perbauran dari poin no 1 tang pengertian Pencaksilat yang terud berkem- dan no 2. bangan sampai saat ini. Dari macam pencak silat tersebut maka Beberapa ahli memberikan pengertian pencaksilat terus berevolusi, sampai pada fung- sebagai berikutl.“pencak is a skillful body move- si saat ini untuk pembangunan mental, penguat ment in variations for self-defence and silat is persatuan dan kesatuan, identitas diri dan bang- the fighting application of pencak; silat cannot sa, serta sebagai pengembangan hiburan di ten- exist without pencak; pencak without silat is gah masyarakat.Demikian pencaksilat yang ada purposeless" (DON F. DRAEGER, 1972). Pen- di tanah air, untuk bisa makin menunjukkan ek- caksilat juga dimaknai dengan asal muasal kata sistensinya di tengah-tengah masyarakat dan un- pencak, berasal dari bahasa Mandarin Shantung tuk penguat NKRI di negeri tercinta Indonesia. "pung-cha". Dikatakan olehnya bahwa "Pung means to parry and cover an attacking action, while cha implies to finalize by striking (chop- STRATEGI PENGUATAN OLAHRAGA ping) action. The first ideogram implies an ava- PENCAKSILAT BERBASIS BUDAYA lanche force while the second implies pressing” Penguatan Jatidiri Pencaksilat Indonesia (DON F. DRAEGER, 1972: 15).. Seperti apakah wajah pencaksilat Indonesia

143 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 141-147 yang ada saat ini di paparan sebelumnya sudah sakan bersama secara langsung oleh masyarakat. diuraikan ada tiga jenis, kemudian pada saat ini Langkah pertama, Pencaksilat yang be- aliran makin banyak di pencaksilat, apakah satu gitu kaya akannilai-nilai dan cirikhas serta ke- aliran yang ada mampu mewakili jatidiri pen- beradaan perguruan yang tersebut luas di nu- caksilat Indonesia, atau masih diperlukan gabun- santara ini namun dalam skala nasional masih gan dari berbagai aliran yang ada kemudian me- belum ada museum atau sejenisnya yang men- munculkan jati diri pencaksilat Indonesia yang gakomodir kekayaan pencaksilat hal tersebut terus bergerak mematangkan fungsinya atas menjadi salah satu strategi yang bisa membantu dasar itulah maka penguatan atas pembangunan pelestarian. jatidiri pencaksilat Indonesia makin lebih baik, walaupun IPSI sudah menentukan jatidiri sep- Langkah kedua, selain museum mer- erti apa pencaksilat Indonesia. Jatidiri yang terus upakan sarana penguat yang perlu dilakukan dikuat menjadi sebuah identitas dasar.Identitas sebagai upaya untuk menunjukkan penghargaan berdasarka istilah antropologi adalah kesada- masyarakatnya pada pencaksilat sebagai bagian ran akan sifat kekhasan diri sendiri, golongan dari budaya masyarakat. Tentu tidak hanya mu- sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri” seum tetapi dalam karya lain seperti buku yang (KOENTJARANINGRAT, 2003: 84).Kekhasan itu- mengangkat berbagai aliran pencaksilat yang lah yang terus dikuatkan dan ditumbuhkan den- ada di Indonesia, sehingga masyarakat makin gan menguatkan identitasnya. tahu akan perkembangan pencaksilat dan nilai kontribusinya untuk masyarakat. Kalau melihat pencaksilat di negera lain seperti di negara tetangga lebih menonjolkan Langkah ketiga Ikatan Pencaksilat Indo- unsur pencaksilat yang bercirikhas negaranya nesia (IPSI) bekerjasama dengan seluruh pergu- seperti melayu. IPSI bisa melakukan terobosan ruan yang ada mengidentifikasi berbagai macam untuk menguatkan identitas pencaksilat Indone- perguruan dengan segala ciri khas dan kelebi- sia agar makin bisa diterima di kalangan masya- hannya serta jenis alirannya.Dari hasil identifi- karat terutama remaja dan anak-anak.Bukan kasi tersebut dikuatkan dalam bentuk identitas mengedepankan perbedaan apalagi ada konflik pencaksilat Indonesia yang diberi nama yang (MAKSUM, 2009). tepat dan dipatenkan. Sudah diketahui bahwa pada saat ini pencak silat telah merambah masuk dalam dunia pen- Penguatan Karya dan Inovasi Pencaksilat didikan. Di berbagai sekolah dari tingkat SD Indonesia sampai Perguruan Tinggi dengan berbagai ali- Penguatan pertama, sampai detik ini tulisan ran yang ada, Pencak Silat menjadi bagian dari dalam bentuk buku yang mengangkat tentang kegiatan ekstra kurikuler yang banyak di gemari pencaksilat Indonesia (MUHYI, 2009). masih ja- oleh banyak siswa namun perlu dikaji juga tidak rang dan penelitian juga fokus pada pencaksilat seluruh siswa. Bahkan Pencak Silat telah menja- juga masih belum banyak, yang mengeksplorasi di salah satu cabang olahraga yang ditandingkan ide-ide baru yang dapat menguatkan keberadaan dalam berbagai kejuaraan baik tingkat nasional pencaksilat Indonesia. sampai tingkat dunia. Penguatan kedua, disisi lain berbagai kejuaraan pencaksilat juga dilakukan, namun Penguatan Pelestarian Pencaksilat masih belum banyak anak-anak muda yang ter- Indonesia. tarik mendalaminya sebagai bagian dari suatu Penguatan yang disampaikan ini lebih pada hal kebanggaan diri yang merupakan bagian dari ke- yang bersifat teknik bukan pada tataran teori, banggaan nasional. Lahirnya prestasi dari ajang namun lebih pada langkah nyata yang bisa dira- kejuaraan pencaksilat di berbagai negara lain

Muhammad Muhyi & Purbojati, Penguatan Olahraga Pencak Silat ... 144 dalam ajang internasional merupakan bagian gian dari NKRI. inovasi dan karya yang menguatkan pencaksilat Selain penguatan sisi seni ada juga pen- sebagai bagian dari budaya nasional. guatan sisi fisik, yang terkait dengan presta- Penguatan ketiga, menunjukkan akan si olahraga.Prestasi olahraga tersebut menjadi arti penting dan manfaat serta dampak positif kebanggaan bangsa dan negara.Penelitian di terkait pencaksilat, misalkan memberikan pen- bidang ini dapat dikuatkan seperti Faktor-faktor garuh pada pembangunan pembangunan karak- penentu prestasi olahraga pencaksilat (Purbojati ter.Karakter dalam olahraga perlu dikuatkan 2014).Dengan penelitian yang kemudian dikuat- dengan desain tersendiri (MUTOHIR, MUHYI, AL- kan dalam bentuk pembinaan menjadi bagian BER, 2011). dari penguatan sisi inovasi dalam pelestarian Diketahui bahwa ada beberapa nilai li- pencaksilat sebagai warisan budaya nusantara. hur dalam pencak silat yang mudah dan dapat Penguatan lain dalam hal terkait di dun- dimengerti berdasarkan 4 empat aspek (1) aspek ia pendidikan dan pelatihan pencaksialt, seiring sipiritual (2) aspek mental, (3) aspek olahraga, dengan perkembangan zaman yang berbasis ip- aspek beladiri dan terakhir adalah aspk seni ger- tek, maka pada saat ini dengan memanfaatkan ak. perkembangan teknologi yang sudah ada dan Pencak silat membantu membangun cukup maju, dibuatlah sebuah inovasi atau karya karakter maka kontribusi tersebut dikonktrikan terkait pencaksilat yakni adanya media pembe- dalam bentuk pemodelan pembangunan karak- lajaran berupa game interaktif yang menarik ter melalui pencaksilat. Pencaksilat memiliki nilai untuk anak dan remaja sehingga hal tersebut di- seni yang tinggi seperti adanya seni gerak atau harapkan dapat meningkatkan minat masyarakat pencak silat kembangan, tdak gerak seni namun terhadap pencak silat yang sudah tumbuh dan juga terkait dengan baju, assesoris, menjadi ba- berkembang di tengah-tengah masyarakat. gian dari promosi yang kuat untuk membangun identitas pencaksilat Indonesia, dan bisa dijad- Penguatan Kelembagan Pencaksilat dan ikan bagian dari sport tourism dalam pengema- SDM Pencaksilat Indonesia. san yang menarik. Disisi lain nilai seni pencak silat dalam karya inovasi dibuat dalam bentuk Ikatan Pencaksilat Indonesia (IPSI) merupakan lain yakni diangkat dalam film layar lebar yakni induk organisasi yang memiliki turunan yakni “Merantau” pada 2009, kebetulan bintang atau IPSI di tingkat provinsi, IPSI di tingkat Kabu- aktornya adalah Iko Uwais sebagai tokoh utama paten dan IPSI di tingkat kecamatan masih be- dan juga artis senior Christine Hakim ini men- lum banyak, hal tersebut tidak semua IPSI yang gangkat pencak silat dari daerah Minangkabau, ada berkembang dengan optimal. Maka pen- Sumatera Utara. guatan dalam bentuk berkumpul para pengurus IPSI Provinsi untuk membahas eksistensi IPSI Sebagai bagian dari penguatan inovatif dan menguatkan pencaksilat Indonesia makin diperoleh bukti bahwa film merantau mendapa- digemari anak muda, bisa menjadi identitas na- tkan penghargaan internasional sebagai best sional, tidak cukup hanya sebatas untuk mengi- film dalam Action Fest 2010 yang diadakan di kuti berbagai kejuaraan pencaksilat. Asheville, AS (www.mangdeska.com diakses pada tanggal 3 Januari 2013). Untuk menguatkan kelembagaan da- lam rangka pelestarian budaya nusantara dapat Pencaksilat yang fungsi utama pengua- dilakukan dengan cara mengoptimalkan peran tan beladiri, maka diperlukan berbagai inovasi IPSI dan Persilat untuk merancang dan mende- nyata beruapa beladiri yang disentuh dengan sain standarisasi dan program yang dapat dike- bela negara, sehingga pencaksilat menjadi ba- mas dengan menarik dan baik untuk memper- gian dari kekuatan nasional untuk menjadi ba-

145 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 141-147 tahankan keaslian Pencak Silat, mengembangkan han estetis, sakral, maupun hiburan. modul dan kurikulum bekerjasama dengan Pembangunan sarana dan prasarana berbagai pihak termasuk perguruan tinggi yang mutlak diperlukan dalam rangka membangun mengembangkan peran pencaksilat. Bagaimana- identitas, pengembangan, dan keterlaksanaan pun juga keberadaan IPSI memiliki peran yang kegiatan pencaksilat di tengah-tengah mas- strategis yakni (1).Mempersatukan dan mem- yarakat sehinga pencaksilat makin hidup di ten- bina seluruh perguruan Pencak Silat yang ter- gah masyarakat kini dan masa mendatang. dapat di Indonesia.(2) Menggali, melestarikan, mengembangkan dan memasyarakatkan Pencak Silat serta nilai-nilainya.(3) Menjadikan Pencak PENUTUP Silat beserta nilai-nilainya sebagai sarana nation Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan se- dan character building serta sarana perjuangan belumnya maka dapat diambil suatu ringkasan bangsa. dasar bahwa: Keberadaan pencak silat mulai terar- Penguatan pencaksilat sebagai warisan ah dengan adanya IPSI (Ikatan Pencak Silat budaya nusantara dikuatkan dengan menguat- Seluruh Indonesia) sebagai induk olahraga di kan jatidiri pencaksilat itu sendiri.Penguatan bawah KONI (Komite Olahraga Nasional In- pencaksilat sebagai warisan budaya dapat di- donesia). Dari data IPSI menyebutkan terdapat kuatkan karya tulisan berupa buku, artibut seni sekitar 800-an perguruan pencak silat dengan dalam pencaksilat, dengan tidak berhenti inovasi 150-an aliran yang ada di wilayah Indonesia. bagi kemajuan pencaksilat di Indonesia Begitu banyaknya perguruan dan aliran dalam pencak silat, maka IPSI mengatur terkait ke- Penguatan berbasis kelembagaan lahirn- beradaan dan berdirinya suatu perguruan pen- ya banyak perguruan, penguatan di kampus dan cak silat melalui pasal pasal 4, 5, dan 6 dalam sekolah serta UKM dan esktrakurikuler menjad- Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ ikan pencaksilat makin dikenal oleh masyarakat ART) IPSI (MAHENDRA, 2013). dari generaisi ke generasi.

Penguatan Sarana Pencaksilat Indonesia DAFTAR PUSTAKA Sarana lain perlu dikuatkan adanya orgnisasi ke- DEPDIKBUD. olahragan Pencaksilat yang masih sangat minim 2014 Pembangunan Karakter Bangsa. dan masih perlu bantuan dari pemerintah untuk Jakarta: DIrjen Kebudayaan Depdik membuat pencaksilat makin diakui keberadaan- bud. nya di tengah masyarakat. MUTOHIR, MUHYI, DAN ALBERT. O’ONG MARYONO dalam buku yang 2011 Berkarakter dengan Berolahraga dan berjudul Pencak Silat Merentang waktu (2000) Berolahraga dengan Berkarakter. sebagai berikut Dalam perkembangan pencak Surabaya: Java Pustaka. silat, aspek seni merupakan lanjutan rangkaian MUHYI. pertumbuhan aspek bela diri yang pertama 2009 Meningkatkan Kebugaran Jasmani muncul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Melalui Permainan dan Olahra mempertahankan diri. di saat keadaan berubah ga Pencak Silat. Jakarta: menjadi aman dan desakan untuk memper- Gramedia Widiasarana Indonesia. gunakan pencak silat sebagai alat pembela diri PURBOJATI. semakin berkurang, para tokoh pendekar men- 2013 Faktor-faktor Penentu Prestasi Olah yadari bahwa pencak silat dapat dimanfaatkan raga Pencaksilat. Disertasi Universitas untuk memenuhi kebutuhan lain, yaitu kebutu- Negeri Surabaya.

Muhammad Muhyi & Purbojati, Penguatan Olahraga Pencak Silat ... 146 MARYONO, O’ONG. 2000 Pencak Silat: Merentang Waktu. Yogya karta: Galang. .

KOENTJARANINGRAT. 1990 Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta : Rineka Cipta. 2005 Pengantar Antropologi I. Jakarta. Rineka Cipta.

MAKSUM, A. 2009 Konflik Kekerasan Antar-Kelompok Perguruan Pencak Silat: Proses Pembentukan Identitas Sosial Terdistor si. Anima Indonesia Psycological Jour nal vol. 24, No. 2, 101-115. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jurnal -ar tikel Aditya Mahendra.pdf

147 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 141-147 MELESTARIKAN7 BUDAYA TULIS NUSANTARA: Kajian tentang Aksara Lontara

Abd. Aziz Ahmad

Abstract The conservation of Indonesian Traditional Script is less seriously done. Therefore it needs to be encouraged especially for the traditional scripts because they are one of the national assets which need to be developed and kept. Lontara, traditional script in Indonesia, is the one which is still exist in use in South Sulawesi, although it is restricted in small areas. The term Lontara means history and science, and the second meaning is something written, or an article. Lontara script is also well known as Bugis Script or Makassar Script, but people prefer saying it as Lontara Script. The effort to introduce the Lontara is done in the following ways firstly by introducing the use and the benefit of the script. People are usually not interested to something because they do not know it. Second- ly, it is done by reading and writing. Thirdly is by promoting the people to use it in daily written communication. Fourth is by using it in a publication, or written media, because this script needs to be spread out through a latest modern technology. Fifth is showing the Lontara to the people in a form of Artistic Craft, or paintings. Keywords: script, lontara, traditional, communication, publication.

PENDAHULUAN makan aksara Makassar, namun pada akhirnya Dalam upaya melestarikan budaya tulis di In- disepakati menjadi satu istilah yaitu aksara Lon- donesia yang saat ini kelihatannya kurang tara. mendapat perhatian serius, perlu digalakkan ter- utama dalam penggunaan aksara daerah. Aksara daerah merupakan salah satu aset nasional yang PEMBAHASAN perlu dipelihara dan dikembangkan. Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana upaya Dari sejumlah aksara yang masih ber- melestarikan salah satu warisan budaya leluhur tahan hingga saat ini salah satunya adalah aksara yang kita miliki tersebut. Pembahasan selanjut- Lontara. Aksara Lontara adalah aksara yang nya ditawarkan beberapa hal yang perlu segera masih eksis di daratan Sulawesi bagian selatan, dilakukan dalam upaya ikut mengembangkan dan masih digunakan dalam kehidupan ber- dan melestarikan keberadaan aksara Lontara masyarakat, walaupun intensitasnya semakin adalah sebagai berikut. menurun. Istilah Lontara terdapat dua penger- Memperkenalkan Kegunaan dan Manfaat tian yaitu sebagai suatu sejarah dan ilmu pen- Aksata Lontara getahuan dan pengertian kedua adalah sebagai Sebelum mengerjakan suatu pekerjaan tentu tulisan (aksara). Dalam hal ini aksara Lontara perlu diketahui dan dipahami apa manfaat atau merupakan aksara Bugis dan aksara Makassar, kegunaan yang akan diperoleh. Dalam hal ini walaupun pada awalnya ada pemisahan di antara kegunaan mempelajari aksara Lontara selain keduanya, yaitu terdapa tkelompok yang mena- menambah pengetahuan tentang jenis tulisan, makan aksara Bugis dan yang lainnya mena- yang lebih penting adalah ikut melestarikan wari-

148 san salah satu budaya yang dimiliki yaitu budaya lu dicamkan juga nasihat seseorang yang men- tulis. Oleh karena itu, siapa lagi yang diharap gatakan ”Ajarilah anak-anakmu bahasa daerah melestarikannya kalau bukan kita sebagai warga di rumah, karena untuk bahasa Indonesia anak- Negara khususnya masyarakat Sulawesi Selatan anak akan dengan sendirinya mendapatkannya termasuk juga Sulawesi Barat dan sekitarnya. dari lingkungan sekolah”. Terkadang juga anak- Suatu budaya kalau tidak lagi diprak- anak karena sering mendengarkan orang tuanya tikkan atau diwacanakan oleh masyarakat pen- menggunakan bahasa daerah di rumah, maka dukungnya, maka sangat dikhawatirkan lambat sebenarnya mereka juga dapat memahami arti laun akan hilang dan punah, tentunya hal itu bahasa yang digunakan orang tuanya, namun tidak diharapkan. Dikhawatirkan pula kalau di mereka tidak bisa mengucapkan atau menggu- suatu saat nanti generasi penerus kita, katakan- nakan bahasa daerah sebagaimana layaknya alat lah sepuluh tahun akan datang, tidak lagi men- komunikasi minimal di lingkungan keluarga. genal aksara Lontara dengan arti kata mereka Kembali lagi ke masalah pembelaja- tidak dapat membaca dan menulis aksara Lon- ran menulis dan membaca aksara Lontara, di- tara sebagaimana mestinya. harapkan orang tua di rumah memperkenalkan Manfaat mempelajari aksara Lontara dan mengajarkan kepada anak-anak mereka lainnya adalah dapat dijadikan sebagai alat ko- bagaimana cara menulis dan membaca aksara munikasi yang efektif. Efektif dalam penulisan Lontara. Menjadi masalah kalau seandainya dan efektif pula sebagai komunikasi yang ber- kedua orang tuanya juga tidak dapat menulis dan sifat “rahasia”. Rahasia dalam arti kata hanya membaca aksara Lontara, tentu hal ini sedikit dapat dipahami secara terbatas bagi si pengirim merepotkan, karena mereka sendiri seharusnya dan si penerima pesan itu. Namun diharapkan ikut mempelajarinya. Solusinya adalah mencari lebih dari itu adalah menjadikan aksara Lontara seseorang guru untuk mengajar mereka sekelu- sebagai alat komunikasi tertulis yang digunakan arga. Hal ini juga membutuhkan komitmen yang layaknya seperti aksara pada umumnya. tinggi terhadap kelestarian bahasa daerah. Harapan berikutnya adalah pembelaja- ran aksara Lontara di lingkungan sekolah, yang Perlu Mengajarkan Cara Menulis dan Mem- meliputi baik pendidikan formal maupun non- baca Aksara Lontara formal dan kalau perlu diberikan pada kegiatan Dalam hal ini diharapkan adanya keterlibatan ekstrakurikuler. Kita ketahui bahwa di sekolah berbagai pihak, artinya pihak pemerintah dan ada pelajaran muatan lokal (Mulok) yang mater- masyarakat. Pertama, tentunya pihak keluar- inya adalah pelajaran bahasa daerah setempat. ga yaitu orangtua di rumah. Sebagaimana kita Di sanalah guru Mulok perlu membuat tero- ketahui bahwa pendidikan pertama dan utama bosan baru, baik metode maupun strategi un- dimulai danbermuladari keluarga yaitu orangtua tuk mengajarkannya. Tentunya seorang guru di dan keluarga lainnya. Pintu masuk untuk mem- samping memang mempunyai kompetensi yang pelajari penulisan aksara Lontara adalah melalui mumpuni di bidang pengajaran bahasa daerah, bahasa daerah itu sendiri. Di lingkungan keluar- perlu pula didukung oleh materi dan bahan ajar ga terkadang yang terjadi adalah kedua orangtua yang dibutuhkan. Misalnya saja ketersediaan menggunakan bahasa daerah, namun anak-anak buku teks atau buku ajar tentang menulis dan mereka tetap menggunakan bahasa nasional (In- membaca aksara Lontara. Perangkat pembelaja- donesia). Pada hal untuk melestarikan bahasa itu ran seperti itulah yang perlu disediakan untuk sendiri seharusnya orang tua di rumah mengajar- keperluan pembelajaran terutama buku teks. kan kepada anak-anaknya berbahasa daerah, toh Selanjutnya buku bacaan yang disimpan di per- untuk bahasa Indonesia sudah diajarkan pada pustakaan sekolah sebagai buku referensi dan matapelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Per- sebagai buku pengayaan.

149 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 148-153 Gambar 1. Aksara Lontara digabungkan dengan Gambar 2. Penggunaan Aksara Lontara untuk aksara Latin dan aksara Arab salah satu contoh papan nama kantor Badan Pendidikandan Pelatihan buku bacaan umum. Kota Makassar Sumber: HASANUDDIN (2007: viii-ix) Sumber: Dokumen pribadi: 2008 Menggunakan dalam Kehidupan Bermasyarakat Untuk lebih mensosialisasikan penggunaan aksara Lontara, perlu kiranya digunakan se- bagai informasi publik misalnya menuliskan- nya pada papan nama toko, nama jalan, papan nama instansibaikinstansipemerintahmaupun- swasta, nama bangunan dan yang lainnya. Se- benarnya hal tersebut sudah dimulai sejak be- berapa waktu yang lalu, sebagai contoh di kota Makassar, Sungguminasa, di kabupaten Barru, Pangkep dan yang lainnya, namun sepertin- ya tiada kemajuan yang signifikan karena han- ya pada bangunan itu-itu saja, pada bangunan lama. Maksudnya adalah perlu ada upaya untuk Gambar 3. Penggunaan Aksara Lontara untuk nama jalan. Tertulis: “SulutanAlauddin”. mensosialisasikan dan mengembangkan peng- Sumber: Dokumen pribadi: 2008 gunaan aksara Lontara pada papan nama bangu- nan baru yang akan dibangun. Hal itu perlu ada dukungan dandorongandari pemerintah daerah misalnya dengan menerbitkan peraturan daer- Mempublikasikan Lewat Media Massa ah (Perda) yang mengatur tentang penggunaan Salah satu cara untuk memasyarakatkan tulisan aksara Lontara pada nama bangunan, sebuah ide atau gagasan adalah memperkenal- dan lebih baik lagi kalau ada kerjasama dengan kan lewat media massa; di antaranya adalah Dinas Tata Kota yang menerbitkan izin mendi- melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, rikan atau merenovasi bangunan (IMB).Jadi, buletin, jurnal, newsletter dan sebagainya. Se- perlu ada inisiatif baik dari pemerintah ataupun dangkan melalui media elekronik; melalui acara dari masyarakat. siaran televisi, radio dan website atau jaringan

Abd. Aziz Ahmad, Melestarikan Budaya Tulis Nusantara ... 150 internet. Untuk membuat lebih semarak pub- membuat lukisan kaligrafi seorang pelukis per- likasi lewat media televisi dan radio sebaiknya lu pula mengangkat aksara Lontara ini sebagai diadakan program cerdas cermat tentang peng- materi (subject matter) dalam lukisannya. Se- gunaan bahasa daerah (Bugis-Makassar). Ide bagaimana diketahui bahwa kaligrafi diartikan yang lain adalah dengan mengadakan lomba sebagai tulisan indah. Di sini tidak melihat apa- menulis aksara Lontara yang diliput oleh kalan- kah aksara Arab, Latin, Cina, Jepang, Korea gan media. Di tahun 70-an di Sulawesi Selatan atau aksara Lontara. Kuncinya adalah aksara pernah diadakan lomba menulis aksara Lontara yang diperindah atau ditulis dengan penuh pen- tingkat kabupaten dan bahkan tingkat provin- jiwaan, hal itu dapat dikategorikan sebagai ka- si dalam rangka memperingati hari Pendidikan ligrafi. Muncullah istilah kaligrafi Arab (Islam), Nasional. Waktu itu di samping lomba menulis kaligrafi Jepang (shoodoo), kaligrafi Cina (kanji) aksara Lontara dilombakan pula menulis aksara dan lain sebagainya. Khusus untuk peristilahan Latin. Sangat disayangkan kegiatan lomba terse- kaligrafi, ada beberapa pendapat dari para ahli but tidak kedengaran lagi kabar beritanya. Untuk antara lain dari Folsom mendefinisikan kaligrafi lebih memperkenalkan aksara ini ke masyarakat sebagai berikut: sebaiknya kegiatan lomba seperti itu diaktifkan Calligraphy from the Greek Calli (beau- kembali terutama dalam memperingati hari-hari tiful) and graphein (to write). It is thought the besar nasional misalnya hari pendidikan nasion- word first into use in the early 17th c., and usu- al atau Hardiknas seperti yang pernah dilaku- ally refers to beautifully formed letters written kan dan bila perlu ditambah lagi kegiatan lomba directly with a pen or brush. However, the word pada hari-hari besar lainnya misalnya hari Ulang is often used more generally to include not only Tahun Kemerdekaan RI, hari Sumpah Pemu- WRITING, but also LETTERING and ILLU- da, dan sebagainya. Di samping itu, perlu juga MINATION. menggiatkan penulisan artikel tentang aksara daerah termasuk aksara Lontara yang dapat di- SIROJUDDIN menyebutkan istilah ka- publikasikan melalui media cetak. ligrafi berasal dari bahasa Inggris Calligraphy yang mereka adopsi dari bahasa Latin kalios yang berarti indah, dan graph berarti tulisan, Menyajikan dalam bentuk karya seni atau aksara. Secara singkat kaligrafi didefinisikan Aksara daerah merupakan salah satu sumber in- oleh Martin sebagai “The term calligraphy sim- spirasi yang dapat dijadikan sebuah karya seni ply means beautiful writing”.Jadi kaligrafi berar- rupa, teristimewa lukisan kaligrafi. Dengan ben- ti tulisan indah atau aksara indah. Sehubungan tuknya yang elastis, aksara Lontara dapat diben- dengan ini penulis mengusulkan istilah kaligrafi tuk dan dimodifikasi sesuai kehendak pelukisn- kita sebut saja “aksarindah” yaitu bentuk ak- ya, misalnya bentuk tulisan dapat dipanjang ronim atau gabungan kata dari aksara dan in- pendekkan, diperlebar sehingga terlihat gemuk dah, yang disingkat menjadi aksarindah. Kalau atau dibuat langsing sehingga kelihatan kurus. orang Jepang menyebut tulisan indah sebagai Dengan aksara Lontara si pelukis dapat berek- “Shoodoo”, sedangkan orang Arab sendiri splorasi dan berimprovisasi menciptakan karya- menamakannya “Khat”. Orang Bugis sendiri karya seni rupa. Untaian pribahasa dan kata-ka- menyebutnya: Ukii gello. Berikut adalah contoh ta mutiara dalam aksara Lontara dapat dijadikan beberapa penerapan aksara Lontara dalam karya sebagai materi dalam tulisan yang menyertai seni lukis (kaligrafi) oleh penulis. Materi aksara lukisan (kaligrafi). Nasihat dalam bahasa Bugis Lontara yang ditampilkan berupa kata mutiara disebut “Pappaseng” terdiri dari pesan-pesan atau pappaseng (nasihat) yang dapat dijadikan orang tua kita dahulu dan sudah menjadi ke- sebagai pedoman hidup, pada umumnya dikutip arifan lokal yang telah menjadi warisan kepada dari nasihat nenek moyang orang Bugis-Makas- generasi mendatang, penerus bangsa. Dalam sar yang menjadi warisan berharga dan sekaligus

151 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 148-153 sebagai kearifan lokal .

Gambar 7. Versi lain adalah memperkenalkan aksara Lontara melalui dua bahasa, yaitu bahasa Aksara Lontara berbunyi: Gambar 4. Bugis dan bahasa Inggris. Arti yang hampir “Turusiyye inapessu padai tonangiyye lopi sebbo”. samadalam bahasa Inggris aksara Lontara di Artinya: Orang yang menuruti hawa nafsunya bagaikan atas adalah “Don’t cross the bridge before you menumpang perahu bocor. reach it”. Sumber: Karya Abd. Aziz Ahmad, 1 November 2014 Sumber: Karya Abd. Aziz Ahmad, 7 November 2014

PENUTUP Dalam rangka mengembangkan aksara nusan- tara yang merupakan warisan yang sangat ber- harga, sepatutnya kita menginstrospeksi diri melihat sejauh mana peranan kita dalam me- lestarikan aksara daerah tersebut.Dan sebagai orangtua, apakah kita sudah mengambil peran serta dan memiliki kepedulian terhadap pelaja- Gambar 5. Aksara Lontara yang diambil dari “Pap- paseng” dalam bahasa Bugis “Cecceng ponna kella-kella ran aksara Lontara khususnya dalam mengajar- tengngana safuripale cappa’na” artinya: Serakah awalnya, kan kepada anak-anak kita untuk menulis dan tamak pertengahannya dan licin tandas akhirnya, membacanya. Sebagaimana kita ketahui bahwa artinya Habis sama sekali. di negara kita terdapat ratusan gugusan pulau Sumber: Karya Abd. Aziz Ahmad, yang terbentang dari Sabang sampai Papua, kita 4 November 2014. memiliki berbagai bahasa dan tulisan daerah,- di antranya adalah; aksara Rencong di Sumat- era Selatan, aksara Batak, aksara Sunda di Jawa Barat, aksara Jawa (hanacaraka), dan aksara Bali yang berpangkal dari huruf Pallawa, termasuk di antaranya aksara Lontara dari Sulawesi Selatan, yang diuraikan dalam tulisan ini. Dari sejumlah aksara nusantara yang kita miliki perlu mendapat perhatian serius dalam mengembangkan serta melestarikan berbagai jenis aksara daerah. Pem- bahasan dalam tulisan ini terfokus pada aksara Lontara di Sulawesi Selatan, namun penulis ya- Gambar 6: Aksara Lontara tertulis “Lettu memeppi Inappaki joppa”. Artinya: Sampailah sebelum kin kalau permasalahan aksara daerah ini kemu- berangkat. Maksudnya segala sesuatu yang ingin kita ngkinan besar terjadi pula di belahan nusantara kerjakan sebelumnya dipikirkan lebih dahulu akibatnya. lainnya. Dengan demikian marilah kita berusa-

Abd. Aziz Ahmad, Melestarikan Budaya Tulis Nusantara ... 152 ha mencarikan solusi yang tepat dalam rangka mengembangkan dan melestarikan salah satu warisan kita, budaya nusantara. Semoga.

DAFTAR PUSTAKA AHMAD, ABD. AZIZ. 2006 Ragam Karakter Kaligrafi Islam: Mengupas Tuntas Kaligrafi Ekspresi. Edisi Kedua. Jakarta: Amzah.

FOLSOM, ROSE. 1990 The Calligraphers’ Dictionary. London: Thames and Hudson Ltd.

HASANUDDIN. 2007 Nasehat Seputar Agama (Berbahasa Bugis-Indonesia). Jakarta: Aksara Press.

MARTIN, YUDI. 1996. The Complete Guide to Calligraphy and Materials. Lodon: Grange Books

SIROJUDDIN, AR. 2000 Seni Kaligrafi Islam.Bandung: Rosdakarya, Edisi Kedua http//www. Azakaligrafi.wordpress.com

153 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 148-153 NILAI-NILAI8 AJARAN HASTABRATA DALAM LAOKON- PEWAYANGAN MAKUTHARAMA SEBAGAI MEDIA MEMBANGUN KARAKTER BANGASA Suhari

Abstract The Doctrine of Hastabrata is eight behaviors or eight characters that should be run by some- one who serves as leader base done elements derived from nature. Although there are different interpretations, but it is commonly a natural element: Surya (sun); Chandra (Moon); Sudama (Star); Maruta/Angin (moving air); Mendhung (rain clouds); Dahana (Fire); Tirta/Samudra (Water); Pratala (Land); More value is owned of Hastabrata doctrine rooted in the natural ele- ments. It can be applied in the context of the formation of character to anyone, especially the position as leader and the led.

Keywords: value, hastabrata, character.

PENDAHULUAN di kalangan elit yang tak berkesudahan yang Perjalanan kehidupan berbangsa dan berneg- menggoncang kehidupan bernegara. Bangsa ara setelah berlangsungnya reformasi di In- Indonesia telah kehilangan karakternya se- donesia memunculkan banyak masalah dalam bagai bangsa. berbagai aspek kehidupan, terutama dalam Bangsa Indonesia telah memili- aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. ki yang merupakan dasar negara Dalam kehidupan bermasyarakat, tatanan ke- dan pandangan hidup yang harus dijadikan hidupan yang selama ini berlangsung dan di- tuntunan dalam kehidupan berbangsa dan junjung tinggi seakan lenyap tergerus arus bernegara, namun demikian nilai-nilai yang reformasi, tatanan baru yang dianggap baik dikandung Pancasila seakan-akan telah di- dalam pelaksanaannya banyak menimbulkan lupakan orang. Dalam berbagai konflik yang kegoncangan kehidupan masyarakat karena ada, selalu muncul pernyataan bahwa hal itu belum sepenuhnya diterima masyarakat dan terjadi karena bangsa Indonesia telah lupa harus berhadapan dengan tatanan lama yang dan meninggalkan Pancasila sebagai tatan- belum sepenuhnya ditinggalkan masyarakat. an kehidupan berbangsa dan bernegara, na- Dalam kehidupan bermasyarakat banyak tim- mun dalam praktik dan penyelesaian masalah bul konflik dalam berbagai aspek kepentingan. atau konflik tersebut nilai-nilai Pancasila- ti Konflik antar kelompok, konflik antar suku, dak pernah diterapkan, bahkan ditinggal- dan persaingan yang menghalalkan cara, se- kan karena menggunakan tatanan lain yang cara nyata mengancam kehidupan berbangsa dianggap baik meskipun tidak berakar pada yang bersifat majemuk atau bineka yang dimi- nilai-nilai yang berasal dari Pancasila (SUKOW- liki bangsa Indonesia. Dalam kehidupan ber- IYONO, 2012) negara terjadi perubahan kelembagaan negara, Pancasila secara formal berkedudu- pimpinan negara, tata kehidupan bernegara, kan sebagai dasar negara dan pandangan hid- dan yang lebih penting lagi adalah arah ke- up bangsa, sehingga penerapan nilai-nilainya hidupan bernegara, sehingga muncul konflik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

154 adalah wajib. Pengkajian tentang nilai-nilai luhur untuk mencari wahyu, namun ajaran tersebut yang dimiliki Pancasila harus terus dikembang- juga ada dalam lakon Rama Tundhung yang dia- kan sehingga nilai-nilai yang berasal dari bangsa jarkan oleh Raden Regowo kepada adiknya Ra- Indonesia sendiri yang akan diterapkan dalam den Barata sebelum dinobatkan sebagai raja di kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan Ayodya bergelar Prabu Barata serta dalam lakon nilai-nilai yang berasal dari bangsa lain. Disamp- Bedah Alengka yang menggambarkan Rama ke- ing itu, pengkajian tentang nilai-nilai kehidupan pada Wibisana sebelum dinobatkan menjadi raja yang dimiliki bangsa Indonesia selain nilai-nilai Alengka untuk menggantikan kakaknya yang yang telah diberi bentuk formal dalam rumusan gugur dalam peperangan yaitu Rahwana. Pancasila juga perlu dikembangkan bila nilai- Sumber ajaran hastabrata ternyata men- nilai tersebut bernilai positif dan berkontribusi galami pergeseran, pada awalnya yang menjadi terhadap pelaksanaan Pancasila sebagai tatanan sumber ajaran Hastabrata adalah delapan watak kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu (laku) yang dimiliki para dewa, yaitu dewa: In- ajaran dalam kehidupan berbangsa yang berakar dra, Bayu, Agni, Surya, Yama, Anila, Kuwera, pada budaya bangsa Indonesia, khususnya bu- dan Baruna, namun dalam perkembangannya daya Jawa adalah Ajaran Hastabrata yang mun- sumber ajaran Hastabrata mengambil delapan cul dalam pagelaran pewayangan. Pengkajian sifat anasir (unsur) alam semesta (filsafat alam) terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam aja- yaitu: kisma (tanah/bumi ), tirta (air), samirana ran tersebut diperlukan dalam rangka menggali (angin), samodra (samudra/lautan), candra (bu- nilai-nilai budaya bangsa yang dikontribusikan lan), baskara (matahari) dahana (api), dan kar- pada Pancasila dalam rangka pembentukan tika (bintang) yang juga disebut sifat gunung karakter bangsa. (TEDJOWIRAWAN, 1998). Penafsiran tentang unsur-unsur alam AJARAN HASTABRATA yang dijadikan sumber ajaran Hastabrata tidak Hastabrata adalah sebutan dari ajaran yang sepenuhnya sama, ketika merujuk pada sum- memuat “hasta” dalam bahasa Jawa artin- ber yang berbeda ternyata ditemukan beberapa ya delapan dan “brata” artinya laku, sehingga perbedaan, demikian juga tentang pemberian Hastabrata dimaknai delapan laku atau delapan maknanya. Menurut ANOM SUROTO (2009) da- watak yang harus dimiliki manusia khususnya lam lakon “Wahyu Makutharama” sumber ajaran yang berkedudukan sebagai pemimpin. Dalam Hastabrata itu meliputi: surya (matahari), rembu- pagelaran wayang dengan lakon “Wahyu Ma- lan, kartika (bintang), mendhung, angin, geni (api), kutharama” Ki dalang ANOM SUROTO (2009) samudra (samudera), bantala (bumi). Menurut memaparkan bahwa “piwulang sinebut wahyu YASADIPURA I (1729-1803) dari Kraton Sura- awit saka luhuring drajat piwulang tan prabeda karta (dalam ADRIANSYAH, 2011) sumber ajaran wahyu nugrahaning Gusti kang akarya jagat” Hastabrata meliputi: mahambeg mring kisma yang maksudnya bahwa ajaran Hastabrata dise- (meniru sifat bumi), mahambeg mring warih but wahyu karena tingginya derajat yang ter- (meniru sifat air), mahambeg mring samirono kandung dalam ajaran tersebut sehingga diang- (meniru sifat angin), mahambeg mring candra gap sama dengan pemberian dari Tuhan yang (meniru sifat bulan), mahambeg mring surya menciptakan alam semesta. (meniru sifat matahari), mahambeg mring sa- modra (meniru sifat laut/samudra), mahambeg Ajaran Hastabrata tidak hanya ada da- mring wukir (meniru sifat gunung), mahambeg lam lakon Wahyu Makutharama yang meng- mring dahono (meniru sifat api). Sedangkan gambarkan ajaran Begawan Kesawasidi yang menurut Raden Ngabehi Ranggawarsita dalam merupakan peralihan wujud dari Bathara Kres- Serat Aji Pamasa, sumber ajaran Hastabrata ada- na kepada Harjuna yang saat itu sedang bertapa lah: Watak Surya atau srengenge (matahari); Watak

155 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 154-160 Candra atau rembulan (Bulan); Watak Sudama atau pemimpin harus bisa memberi harapan lintang (Bintang); Watak Maruta atau angin (Udara pada rakyat yang sedang dilanda kesusahan yang bergerak); Watak Mendhung (Awan hujan); dengan menganggap semua orang sebagai Watak Dahana atau geni atau latu (Api); Watak keluarga, sehingga pada akhirnya semua Tirta atau banyu atau samodra (Air); Watak pratala orang akan menurut pada pemimpinnya. atau bumi atau lemah (Tanah). Negara yang kondisinya demikian akan me- Uraian tentang ajaran Hastabrata munculkan suasana tentram dan makmur. menurut Ki ANOM SUROTO (2009) sebagai beri- 3. Kaping telu ngagema watake kartika utawa kut: lintang, lintang wewujude dadi pepasrening ing 1. Kang sepisan: hangagema wataking surya, wanci bengi ing mangsa sepi, lakune dadi panenger- surya iku darbe watak panas nanging uga dadi ane mangsa kala, mengkono uga jemeneng nalendra sarananing dumadi, wong jemeneng nalendra kudu kudu demen olah kasutapan sarta sakathahing tin- netepi marang wataking srengenge lire panjenengane dak ora oleh singlar saka ing kautaman ingkang nata kudu mamardhi wong saisining praja supaya wusanane wong sapraja mau bakal nepa palupi sregep ing gawe kawusanane wong sapraja mau marang panjenengane sang nata, wahanane praja mau ngundhuh kuruping pakarti, praja ingkang ingkang mangkono, isine bakal kaebegan ing kara- mangkono mau isine bakal mahanani tata kala- harjan. wan tentrem. Maknanya bahwa yang ketiga harus Maknanya bahwa yang pertama dite- menggunakan watak bintang. Bintang mer- ladani adalah matahari. Matahari itu memi- upakan hiasan yang muncul pada malam liki watak panas namun juga menjadi sa- yang sepi, yang perjalanannya bisa dijadikan rana kehidupan sehingga seseorang yang pedoman waktu, sehingga seorang pemimp- berkedudukan sebagai pemimpin harus in haruslah suka dengan tindakan menjaga memperhatikan semua rakyat supaya giat diri dan perbuatannya tidak pernah lepas bekerja sehingga seluruhnya akan menik- dari keutamaan sehingga bisa dijadikan con- mati hasil kerjanya tersebut. Negara yang toh bagi orang yang dipimpinnya, sehingga kondisinya seperti itu akan menimbulkan tercipta negara yang penuh keselamatan. suasana yang tertata dan tenteram 4. Wondene ingkang kaping catur hangagema 2. Ingkang kaping pindho ngagema wataking wataking mendhung, hima himantaka iku wujude rembulan, rembulan iku pakartine hamadhangi gawe girise kang padha tumingal dene pakartine pepeteng, watake hanengsemake, mengkono uga dadiya panguripan sakabehing tetukulan nanging jumeneng nata kudu bisa netepi wataking rembu- uga dadi pangrusaking dumadi, mengkono uga ju- lan, nalendra kudu bisa aweh pepadhang marang meneng nata kudu netepi wataking mendhung, yen kawula kang lagya ketaman pepeteng dene tumind- pinuju ngasta bebenering praja kudu hanandhuka- hak pangrengkuhe marang wong sapraja dianggepa ke singit wingit, yo mung tumibaning pangandika kulawarga , wusanane wong sapraja mau padha tansah hangegungna marang paramarta, nanging sumuyut lan sumungkem marang panjenengane yen wis nibakake bebener haywa nganti hambau nata, wahanane praja ingkang mangkono raden kapine, nora kena ana wong kulawarga kulit la- isine nuwuhake karta lawan raharja. wan daginge kang wusanane bisa nuwuhake pan- gati-atine para wadya lang para kawula sapraja, Maknanya bahwa yang kedua harus praja ingkang mangkono mau isine kena den arani menggunakan watak rembulan. Rembu- luhur. lan itu pekerjaannya menerangi kegelapan, wataknya menyenangkan, sehingga seseo- Maknanya bahwa yang keempat supaya rang yang menjadi pemimpin harus meng- menggunakan watak mendhung, yang gunakan watak rembulan tersebut, seorang meskipun perwujudannya menakutkan na-

Suhari, Nilai-nilai Ajaran Hastabrata ... 156 mun keberadaannya dibutuhkan dalam ke- sipate angger-angger, yen nganti ana kang nrajang hidupan, sehingga seseorang ketika menjadi marang angger-anggering praja ora ketang iku pemimpin harus tegas, ketika harus men- kulawarga dhewe utawa sentana dhewe apa kuwi egakkan kebenaran tidak terpengaruh oleh wadya bala lawan kawula kudu diwisesa ingkang hubungan kekeluargaan, sehingga memun- satimbang lawan keluputane lan pakartine, apa ta culkan kehati-hatian pada seluruh rakyatn- sababe ing pangajab supaya bisa nemahi keruntut- ya. Negara yang kondisinya demikian akan an miwah kasetyan, dene praja ingkang mangkono memunculkan keluhuran. mau isine kena den arani adil. 5. Ingkang kaping panca hangagema wataking Maknanya yang keenam supaya meng- angin, angin iku pakartine angrambahi sakabeh- gunakan watak api karena api memiliki ing kang gumelar, sanajan tha papane ndelik kang watak yang tegak/ kuat. Api bisa menghan- sarta rungsit nanging kabeh padha kawratan den- guskan semua yang bersentuhan dengann- ing angin. Jumeneng nata kudu titi marang saliring ya. Perilaku pemimpin itu ibarat peraturan paniti priksa sarta ora kena nyepelekake saliring sehingga apabila ada yang melanggar atur- perkara ingkang gede lawan cilik, sarta dhemena an meskipun dari keluarga pemimpin tetap lelaku hanamur kawula ing pengajab supaya cetha harus ada tindakan sehingga memunculkan anggone ningali marang saliring kahanan ingkang kepastian dan kepatuhan. Negara yang di- nyata ingkang dumadi ing wewengkone, wigatine jalankan dengan laku tersebut akan memu- panjenengane nata ora bakal tidha-tidha anggone nculkan suasana adil. ngetrapake marang larasing pranatan, kang wu- 7. Kaping sapta ngagema marang wataking sanane bisa nuwuhake marang sumungkeme para samudra, segara kuwi watake momot sarta jembar kawula ingkang padha suwita ing madyaning pra- sarta kamot, mengkono uga jumeneng ratu kudu ja, praja ingkang mangkono mau isine wong-wonge bisa netepi marang wataking segara yaitu jembar, ora bakal kagiwir saka pamikating liyan satemah kamot lan momot, ala becik kudu tansah tinadha- bisa ingarane negara ingkang jejeg santosa adege. han sarta ora kena sarta ora kena gething lawan Maknanya bahwa yang kelima supaya sengit marang sawiji-wiji. menggunakan watak angin. Angin itu peker- Maknanya bahwa yang ketujuh seo- jaan menjelajahi semua tempat, termasuk rang pemimpin supaya menggunakan tempat tersembunyi dan susah dijangkau. watak samudera. Samudera itu luas, mampu Seorang pemimpin harus mau memeriksa memuat dan menampung, sehingga tinda- semua hal tanpa menyepelekan apakah per- kan jelek dan baik terhadap seorang pemi- kara itu besar ataupun kecil. Seorang pemi- mpin harus diterima tanpa pernah memben- mpin harus bisa bertindak tanpa diketahui ci orang yang melakukannya. orang lain sehingga bisa melihat semua kondisi yang ada di wilayahnya sehingga 8. Ingkang wekasan genepe asta brata, lamun tidak ragu-ragu lagi bila mengambil kebi- dadi pangarsaning praja demena ngagem watak- jaksanaan. Kondisi ini akan memunculkan ing bumi, bantala kuwi watake sentosa sarta suci, ketaatan rakyat pada pemimpinnya, karena jemeneng nata kudu bisa netepi marang wataking aparat negara tidak mudah terbujuk sehing- bumi, santosa sarta suci sarta kudu demen agegan- ga negara menjadi kuat. jar marang saliring wong kang gelem sarta demen lelabuh marang praja, lan ora gampang kagiwang 6. Kaping enem ngagema marang wataking geni, saka hambeging para wadhul, satemah wong sapra- geni iku watake jejeg, pakartine kuwasa hambrasta ja pada hamarsudi marang kasusilan, praja kang marang saliring kang sesenggolan marang dheweke, mangkono isine bakal nuwuhake kuncara. mengkono uga panjenengane nata kudu bisa netepi marang wataking dahana, rehning narendra iku Maknanya, bahwa yang terakhir seorang pemimpin harus menggunakan wataknya

157 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 154-160 bumi. Bumi memiliki watak yang kuat dan 1. Nilai Religius suci serta suka memberikan penghargaan Sikap dan perilaku yang patuh dalam kepada orang yang berbuat baik, tidak mu- melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, tol- dah terhasut pengaduan yang bohong se- eran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, hingga tercipta suasana yang menjunjung dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. kesusilaan. Negara yang menjunjung watak 2. Nilai Jujur demikian akan menjadi terkenal. Perilaku yang didasarkan pada upaya Makna yang terkandung dalam ajaran menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu Hastabrata bila dikaji lebih mendalam ses- dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan ungguhnya tidak hanya diperuntukkan bagi pekerjaan. raja, penguasa atau pemimpin agar dijad- 3. Nilai Toleransi ikan pegangan dan pedoman dalam men- Sikap dan tindakan yang menghargai gendalikan tata pemerintahan, tetapi ajaran perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, tersebut juga bisa diterapkan oleh manusia dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirin- biasa untuk meningkatkan kualitas batin ya. dan jiwanya dalam usahanya menyempur- nakan diri dan kehidupannya, karena setiap 4. Nilai Disiplin manusia pada dasarnya menjadi pemimpin Tindakan yang menunjukkan perilaku setidaknya untuk dirinya sendiri, dalam skala tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan yang lebih luas menjadi pemimpin keluarga peraturan. dan lingkungannya. Manusia yang mampu 5. Nilai Kerja Keras mencerna dan meresapi, serta menerapkan Perilaku yang menunjukkan upaya sung- ajaran Hastabrata secara sungguh-sungguh guh-sungguh dalam mengatasi berbagai ham- dalam kehidupannya akan menjadikan dir- batan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tu- inya manusia yang dapat menempatkan diri gas dengan sebaik-baiknya. secara tepat dalam hubungannya dengan 6. Nilai Kreatif manusia yang lainnya yang tercermin dalam Berpikir dan melakukan sesuatu untuk fikiran, tutur kata dan perbuatannya yang menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu arif bijaksana. yang telah dimiliki. 7. Nilai Mandiri PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA Sikap dan perilaku yang tidak mudah Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil tugas-tugas. internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang 8. Nilai Demokratis diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang me- cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. nilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang Dalam rangka pendidikan budaya dan karakter lain. bangsa, Pusat Kurikulum Depdiknas (2010) menyebutkan bahwa yang menjadi sumber 9. Nilai Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya nilai dalam pengembangan budaya dan karak- untuk mengetahui lebih mendalam dan melu- ter bangsa adalah: agama, Pancasila, budaya dan as dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya ber- didengar. dasarkan sumber nilai tersebut dikembangkan nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan 10. Nilai Semangat Kebangsaan budaya dan karakter bangsa beserta deskripsin- Cara berpikir, bertindak, dan berwa- ya sebagai berikut: wasan yang menempatkan kepentingan bangsa

Suhari, Nilai-nilai Ajaran Hastabrata ... 158 dan negara di atas kepentingan diri dan kelom- melalui mata pelajaran, pengembangan diri poknya. dan budaya sekolah. Pengintegrasian nilai-nilai 11. Nilai Cinta Tanah Air melalui mata pelajaran bisa diidentifikasi dari Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang perubahan rencana pembelajaran yang dilak- menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan peng- sanakan di sekolah dengan dimasukkannya hargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkun- nilai-nilai karakter dalam tujuan pembelajaran, gan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik namun pelaksanaan melalui pengembangan bangsa. diri dan budaya sekolah tidak mudah dijalank- an karena banyak hambatan yang berakar pada 12. Nilai Menghargai Prestasi siswa, sekolah dan lingkungannya. Sikap dan tindakan yang mendorong di- rinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghor- PENERAPAN NILAI AJARAN mati keberhasilan orang lain. HASTABRATA 13. Nilai Bersahabat/Komunikatif Sumber utama dalam rangka pembentukan Tindakan yang memperlihatkan rasa karakter bangsa Indonesia adalah Pancasila yang senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, dengan orang lain. sedangkan dalam bentuk yang lebih teknis da- lam rangka pembelajaran adalah nilai-nilai yang 14. Nilai Cinta Damai berjumlah delapan belas sebagaimana diidenti- Sikap, perkataan, dan tindakan yang fikasi Pusat Kurikulum Depdiknas (2010) yang menyebabkan orang lain merasa senang dan meliputi: nilai religius, nilai jujur, nilai toleransi, aman atas kehadiran dirinya. nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai 15. Nilai Gemar Membaca mandiri, nilai demokratis, nilai rasa ingin tahu, Kebiasaan menyediakan waktu untuk nilai semangat kebangsaan, nilai cinta tanah air, membaca berbagai bacaan yang memberikan nilai menghargai prestasi, nilai bersahabat/ko- kebajikan bagi dirinya. munikatif, nilai cinta damai, nilai gemar mem- 16. Nilai Peduli Lingkungan baca, nilai peduli lingkungan, nilai peduli sosial, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya nilai tanggung jawab. mencegah kerusakan pada lingkungan alam di Ajaran Hastabrata adalah ajaran yang sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya berdasar filsafat alam yang keberlakuannya ada- untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah lah pada siapa saja, kapan saja, dimana saja dan terjadi sifatnya tetap, langgeng dan abadi. Dengan de- 17. Nilai Peduli Sosial mikian nilai-nilai ajaran Hastabrata dapat diter- Sikap dan tindakan yang selalu ingin apkan pada semua manusia tanpa dibatasi sekat memberi bantuan pada orang lain dan mas- apapun. yarakat yang membutuhkan. Oleh karena itu dalam rangka pemba- 18. Nilai Tanggung Jawab ngunan karakter bangsa maka ajaran Hastabra- Sikap dan perilaku seseorang untuk ta yang berakar pada nilai-nilai budaya bangsa, melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang se- khususnya budaya Jawa dapat dikontribusikan harusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, mas- pada Pancasila sebagai bentuk formal pandan- yarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), gan hidup berbangsa yang pada dasarnya juga negara dan Tuhan Yang Maha Esa. digali dari nilai-nilai hidup yang dimiliki bangsa Indonesia dalam rangka pembentukan karakter Dalam pelaksanaannya, pengemban- bangsa. gan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan

159 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 154-160 DAFTAR PUSTAKA ADRIANSYAH, H. A. 2011 Perilaku Ajaran Hasta Brata (Wahyu Makkutha Rama) (online) http://buday aleluhur.blogspot.com/2011/12/per ilaku-ajaran-hasta-brata-wahyu. html diakses tanggal 19 Agustus 2013

KI ANOM SUROTO. 2009 Pagelaran Wayang Kulit Lakon Wahyu Makutharama (online) http://jamanse mana.com/2009/06/24/wa hyu-makutharama/ diakses tanggal 20 Agustus 2013

SUBAGYA, S. 2009 Ajaran Hasta Brata dalam Serat Aji Pamasa Beserta Maknanya (online) http://susub.blogspot.com/2009/01/ ajaran-hasta-brata-dalam-serat-aji.html diakses tanggal 19 Agustus 2013

SUKOWIYONO. 2012 Reaktualisasi Pancasila dalam Ke hidupan Berbangsa dan Bernegara. Malang: Universitas Wisnuwardhana Malang Press.

TEDJOWIRAWAN, A. 1998 Kandungan Filosofis Pakem Pedalangan Lampahan Makutharama Karya: Ki Siswaharsodjo (online) http://pdwi.org/index. php?op- tion=com_content&view=arti- cle&id=139:kandungan-filosofis-da- lam-serat-rama&catid=66:maka lah&Itemid=180 diakses tanggal 27 Oktober 2014 Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Bu- daya Untuk Membentuk Daya Saing Dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pen- didikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian Dan Pengembangan, Pusat Kurikulum 2010.

Suhari, Nilai-nilai Ajaran Hastabrata ... 160