Domestic Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Pelestarian Candi Plaosan Sebagai Warisan Bersejarah Di Klaten Jawa Tengah

Nanik Widyanti 1702759

Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta

Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Domestic Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Pelestarian Candi Plaosan Sebagai Warisan Bersejarah Di Klaten Jawa Tengah.

1. Pendahuluan Jurnal Ilmiah Domestic Case Study (DCS) merupakan program laporan observasi untuk jenjang S-1 transfer pada semester VIII sebagai standard kualifikasi. Jurnal DCS untuk jenjang S-1 ini berbeda dengan jurnal DCS ketika penulis duduk di bangku diploma, karena kali ini penulis harus membuat laporan DCS yang linier dengan Jurnal Foreign Case Study (FCS) dan juga Artikel Ilmiah [1]. Penulis mengikuti Jambore nasional dengan Seminar Alam yang bertempat di Bumi Perkemahan Karang Pramuka, Kaliurang, Yogyakarta pada tanggal 12-14 Januari 2018 dengan pembicara : Prof. Azril Azahari,Ph.D, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A., AKBP Sinungwati SH.,M.I.P dengan tema “Responsible Tourism : Pariwisata Berbasis Lingkungan”[2]. Lingkungan disini dapat diartikan menjadi dua makna yaitu lingkungan yang mengarah ke manusia dan lingkungan yang mengacu pada kondisi alam. Cara mengedukasi para pelaku pariwisata untuk mulai peduli dengan lingkungan sekitar, yang artinya meskipun kita menjadikan lingkungan sebagai lahan kegiatan pariwisata namun kita harus tetap bertanggungjawab dan menjaga lingkungan disekitar kita, kita juga harus benar - benar memahami nilai - nilai lingkungan disekitar kita karena semua itu dapat menumbuhkan rasa “self belonging” atau “rasa memiliki” demi menjaga keberlangsungan pariwisata dan menjaga sejarah apa yang sudah ditinggalkan oleh pendahulu kita. Hal itu juga merupakan salah satu media komunikasi untuk generasi dimasa depan [3]. Saat ini persaingan sektor - sektor pariwisata antar Negara semakin ketat, sehingga menuntut Negara agar memilih strategi yang tepat untuk lebih meningkatkan kualitas dibanding kuantitas pada sektor tersebut. Terutama kompetensi SDM atau pelaku pariwisata yang mengelola pariwisata di Indonesia agar berdaya saing [4]. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan Negara yang berlimpah kekayaan sumber daya alamnya dan memiliki banyak potensi pariwisata yang sangat bisa dimanfaatkan sebagai penambah devisa negara jika dikelola dan di kemas secara baik dan benar [5]. Namun selama ini SDM dalam bidang pariwisata di Indonesia secara umum masih minim jika dilihat dari segi pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola pariwisata, terlebih lagi jika harus menyeimbangkan antara pemanfaatan dan pelestarian lingkungan untuk kegiatan pariwisata. Serta menjaga nilai - nilai yang ada disuatu situs atau obyek wisata yang ada dilingkungan tersebut [6]. Padahal, pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan pembangunan di Indonesia. SDM dalam bidang pariwisata bisa ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan formal ataupun informal seperti pelatihan – pelatihan dan juga sosialisasi ataupun seminar yang diikuti oleh penulis pada waktu lalu. Guna menciptakan standart SDM dan juga standart pengelolaan (teknokrat atau perencanaan) obyek- obyek pariwisata terutama yang berbasis lingkungan dan pelestarian semua nilai-nilainya. Dan nanti pada saatnya setiap pelaku pariwisata Indonesia harus memegang sertifikasi kompetensi untuk mewujudkan penyusunan strategi yang lebih baik dan kebijakan dalam bidang pariwisata terutama menguatkan kondisi lingkungan guna pariwisata akan tetap terjaga dan berkelanjutan [7]. Pada generasi selanjutnya tidak akan kehilangan nilai penting dan sejarah dari lingkungan yang ada di sekitar mereka. Salah satu kesimpulan adalah mengubah strategi untuk mengembangkan dan mengelola pariwisata yang dulu nya mementingkan kuantitas menjadi kualitas agar memiliki pondasi yang kuat. Menggencarkan pembekalan ilmu bagi para pelaku pariwisata guna menyongsong pariwisata yang lebih maju lagi. Maka dari itu penulis mengambil Obyek Wisata Candi Plaosan yang berlokasi di Jl. Candi Plaosan, desa Bugisan, Kecamatan kabupaten Bandung Barat sebagai contoh usaha pariwisata yang berbasis lingkungan. Mengikuti aturan main atau memenuhi standart pengelolaan pariwisata yang benar. Pariwisata yang tidak hanya bisa merusak lingkungan / alam, namun justru memanfaatkan pariwisata sekaligus untuk memperbaiki lingkungan sekitar. Mengurangi pembangunan yang tidak bersahabat dengan alam yang justru akan mendukung kerusakan alam menjadi semakin parah. Dan juga disetiap obyek wisata dituntut agar memberikan keuntungan baik untuk lembaga dan juga masyarakat sekitar. Hal itu sengaja di koordinasikan karena kesadaran masyarakat akan tanggungjawab berpartisipasi menjaga dan melestarikan situs bersejarah yang mereka miliki. Selain itu alasan mengapa mereka ingin mengambil andil untuk ikut mengelola Candi Plaosan adalah agar masyarakat dapat memantau langsung pengelolaan candi plaosan tersebut, karena mereka sudah cukup lama tinggal di kawasan Candi Plaosan. Kebiasaan yang masyarakat sekitar lakukan hingga sekarang adalah menjalankan tradisi – tradisi yang biasanya dilaksanakan di kompleks Candi Plaosan, selain itu untuk melestarikan sejarah dari Candi Plaosan itu sendiri, masyarakat mengajarkan sejarah tersebut kepada generasi muda dan menggandeng para pemuda untuk menjadi pemandu wisata, agar pengetahuan yang mereka miliki tidak hilang begitu saja. Hal tersebut terlihat ketika penulis melakukan observasi di Candi plaosan dan melakukan tanya jawab terhadap beberapa narasumber, dan ternyata kecintaan masyarakat sekitar terhadap Candi Plaosan memang sudah tidak diragukan lagi.

2. Pembahasan Peninggalan sejarah adalah segala bentuk peninggalan masa lalu yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau. Karena tidak semua orang hidup di masa lampau, maka keberadaan sejarah ini menjadi sarana untuk berinteraksi dengan masa lampau. Berikut manfaat menjaga situs sejarah [8,9] : a. mempelajari nilai-nilai baik sejarah. b. menjadi bangsa yang menghargai jasa pahlawan. c. mengetahui sejarah bangsa. d. menjadi bangsa yang berbudaya tinggi. Sebelum membahas lebih jauh tentang candi plaosan, penulis ingin menjabarkan beberapa fungsi candi secara umum, yaitu : 1. Candi Sebagai Tempat Pemujaan – digunakan untuk memuja dewa dewi yang dipercaya oleh umat Budha atau Hindu. Biasanya candi-candi ini dijadikan tempat tinggal para pemuka agama untuk bersemedi. 2. Candi Sebagai Tempat Pendharmaan – untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang telah meninggal. Candi ini kadang berfungsi sebagai candi pemujaan juga karena arwah raja yang telah meninggal seringkali dianggap bersatu dengan dewa perwujudannya. 3. Candi Sebagai Tempat Pemandian – didirikan didekat sumber air atau di tengah kolam dan fungsinya sebagai pemandian. 4. Candi Sebagai Tempat Pertapaan – Biasanya didirikan di lereng-lereng gunung tempat bertapa, dan seringkali ditemukan di tempat bermukim masyarakat. 5. Candi Sebagai Tempat Wihara – didirikan untuk tempat para biksu atau pendeta tinggal dan bersemadi, candi seperti ini memiliki fungsi sebagai permukiman atau asrama. A. Candi Plaosan 1. Letak geografis dari candi Plaosan Secara administrative kompleks Candi Plaosan terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan secara geografis terletak pada 7’44’32’13” Lintang Selatan dan 110’30’11’,007” Bujur Timur dengan ketinggian kurang lebih 163,195 meter dari permukaan laut. Kompleks Candi Plaosan dapat dicapai dengan menyusuri jalan raya Prambanan-Manisrenggo, yang ada di sebelah timur pagar Kompleks Candi Prambanan, ke arah utara, setelah kira-kira berjalan 1500 meter akan sampai di kompleks Candi Plaosan. 2. Sejarah Candi Plaosan Candi Plaosan diperkirakan dibangun pada abad ke 9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada masa Kerajaan Mataram Kuno atau sering juga disebut Mataram Hindu. Terdapat sebuah kisah romantis dibalik pembangunan candi Budha ini. Candi ini dibangun sebagai bukti cinta Raja Rakai Pikatan kepada istrinya yaitu Sri Kahulunan. Menurut sebuah prasasti yang bernama Cri Kahulunan pada tahun 842 Masehi, dinyatakan bahwa Candi Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan dan mendapat dukungan oleh Raja Rakai Pikatan yang merupakan suaminya. Seorang arkeolog bernama De Casparis mengungkapkan bahwa Sri Kahulunan adalah gelar Pramodhawardani, yang diketahui merupakan putri dari Raja Samarattungga dari Wangsa Syailendra. Ratu Sri Kahulunan yang memeluk agama Budha dari Wangsa Syailendra, menikah dengan Raja Rakai Pikatan yang beragama Hindu dari Wangsa Sanjaya. Pernikahan tersebut merupakan awal bersatunya antara Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya di Jawa Tengah. Bersatunya dua wangsa yaiu Syailendra dan Sanjaya juga berpengaruh pada arsitektur bangunan candi-candi setelahnya. Perpaduan antara budaya Hindu dan Budha memperkaya seni arsitektur serta mempercantik Candi Klaosan ini. Pada tahun 2003 tepatnya bulan Oktober, ditemukan sebuah prasasti yang letaknya tak jauh dari kompleks Candi Plaosan Kidul. Diperkirakan prasasti tersebut berasal dari abad ke 9 Masehi. Prasasti yang memiliki ukuran 18,5 x 2,2 cm tersebut terbuat dari lempengan emas. Prasasti tersebut ditulis dengan bahasa sansekerta serta menggunakan huruf Jawa Kuno. Tjahjono Prasodjo seorang epigraf yang dipercaya untuk mengkaji isi dari prasasti tersebut menyebutkan, bahwa penemuan prasasti ini menjadi salah satu bukti kuat bahwa Candi Plaosan di bangun pada masa pemerintahan Raja Rakai Pikatan. Kompleks Candi Plaosan merupakan kompleks candi yang cukup luas. Dikelilingi oleh parit buatan berukuran 440 meter x 270 meter. Di duga parit tersebut digunakan untuk menurunkan air tanah di kompleks candi agar tanah menjadi lebih padat. 3. Pembagian Wilayah Candi Kompleks Candi Plaosan terdiri dari 2 kelompok Candi yang dikenal dengan sebutan kompleks Candi Plaosan Lor dan Plaosan Kidul. Kedua kompleks Candi dipisahkan oleh jalan aspal yang memebentang timur barat dan lingkungan tanah persawahan. Kompleks Candi Plaosan Lor secara keseluruhan terletak di tengah tanah persawahan dan di sebelah barat Kompleks Candi Plaosan Kidul terdapat perumahan penduduk Dukuh Plaosan. Candi Plaosan Lor (Utara) Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul dipisahkan oleh sebuah jalan yang lebarnya sekitar 20 meter. Ketika kamu memasuki area candi, kamu akan melihat dua pasang Arca Dwarapala yang berada pada pintu masuk utara dan selatan. Kedua Arca tersebut akan menyambut kamu dan berdiri saling berhadapan. Arca Dwarapala dapat diartikan sebagai penjaga pintu dalam bahasa sansekerta. Arca tersebut kira-kira berukuran setinggi manusia dewasa. Dengan posisi duduk pada kaki kanan yang melipat sedangkan kaki kiri ditekuk kedepan. Pada tangan sebelah kanan arca tersebut memegang gada, dan tangan kiri berada diatas lutut. Pada halaman utara berada teras batu yang berbentuk persegi dikelilingi oleh umpak batu. Teras batu tersebut diduga konon menjadi tempat untuk meletakkan berbagai sesajen. Selain itu, juga terdapat 6 buah stupa dengan ukuran cukup besar pada halaman ini. Teras serupa juga terdapat pada halaman bagian selatan, namun ukuran lebih kecil. Pada kompleks Candi Plaosan Lor terdapat dua bangunan bertingkat dua yang merupakan candi utama dari kompleks candi ini. Dua bangunan tersebut dipagari dengan pagar batu. Kedua candi utama tersebut memiliki bentuk yang identik, serta dikelilingi candi perwara yang berjumlah 174. Candi-candi perwara ini terdiri dari 58 candi kecil dan 116 berbentuk stupa, 19 candi berbaris sejajar di sebelah timur. Sedangkan 7 candi berbaris di sebelah utara dan selatan candi utama. 17 candi lainnya berjejer didepan kedua candi utama. Yang menarik dari candi ini, permukaan teras pada candi utama memiliki permukaan yang sangat halus. Sementara itu, pada pagar batu yang melindungi candi utama pada sisi barat terdapat sebuah pintu gerbang berupa gapura . Gapura tersebut dihiasi dengan deretan relief mahkota kecil di atapnya. Puncak atap gapura yang berbentuk persegi juga dihiasi dengan mahkota- mahkota kecil. Bangunan Utama Candi Plaosan Lor Kedua bangunan pada candi utama Plaosan Lor ini berdiri diatas kaki setinggi kurang lebih 60 cm. Terdapat pula tangga sebagai akses menuju pintu yang dilengkapi dengan sisi-sisi tangga. Kedua sisi tangga tersebut dihiasi dengan pahatan kepala naga pada bagian pangkal tangga. Sedangkan bingkai pintu terdapat relief bermotif bunga dan sulur-sulur. Dinding pada kedua candi utama dipoles dengan relief yang berbentuk manusia. Relief tersebut mempunyai ukuran yang hampir sama dengan manusia dewasa. Relief pada candi bagian selatan menggambarkan laki-laki, sedangkan pada bagian utara mewujudkan perempuan. Candi utama dari Candi Plaosan Lor mempunyai enam buah ruangan. Tiga ruangan terletak pada bagian bawah, dan tiga berada pada tingkat dua. Pada ruang tengah candi terdapat 3 Arca Budha duduk berjejer di atas padmasana. Padmasana merupakan bahasa sansekerta yang dapat diartikan sebagai tempat sembahyang. Sayangnya, arca Budha yang berada ditengah tidak dapat dilihat lagi karena hilang. Candi Plaosan Kidul (Selatan) Candi Plaosan Lor dan Kidul hanya dipisahkan oleh sebuah jalan yang lebarnya sekitar 20 meter. Kondisi dari kompleks candi ini sangat berbeda dengan kompleks Candi Plaosan Lor. Bangunan- bangunan pada Plaosan Lor masih berdiri tegak, sedangkan Plaosan Kidul hanya tinggal reruntuhan batu yang merupakan komponen dari candi. Pada kompleks candi bagian selatan ini hanya menyisakan beberapa candi perwara yang masih bisa dilihat keindahannya. Hingga saat rekonstruksi Plaosan Kidul masih dilakukan demi upaya untuk menjaga kelestarian peninggalan bersejarah tersebut. 4. Pelestarian Candi Plaosan Kesadaran akan pentingnya menjaga peninggalan sejarah bagi semua masyarakat di kawasan kompleks Candi Plaosan memang sangat tinggi, hal itu terlihat dari bagaimana masyarakat sangat antusias berpartisipasi di semua kegiatan yang dilaksanakan disekitar kawasan/adat setempat. Hal tersebut juga mencerminkan salah satu contoh pelestarian budaya maupun adat. Kegiatan-kegiatan lain yang biasanya dilakukan masyarakat dukuh Plaosan adalah : a. Menjaga alam disekitar kawasan candi plaosan. Daerah ini merupakan daerah yang memiliki daya tarik alam yang hampir sama dengan daerah lainnya yang berada di pedesaan. Selain udaranya yang sejuk, di sini kita juga bisa memanjakan mata dengan melihat pemandangan yang serba hijau, area ladang atau persawahan disekitar kawasan candi plaosan. Bentuk kecintaan masyarakat terhadap alam adalah dengan menjaga dan merawat alam disekitarnya, karena mereka percaya bahwa semua tanah yang saat ini mereka pijak adalah tanah yang dipersembahkan oleh nenek moyang mereka untuk generasi selanjutnya. b. Cara untuk mejaga budaya yang sudah ada bukanlah hal yang mudah, tetapi masyarakat di kawasan dukuh plaosan memiliki cara sendiri untuk menjaga budaya agar tidak hilang dan luntur. Hampir setiap minggu, di candi plaosan sendiri mengadakan acara pentas seni yang melibatkan masyarakat mulai dari dewasa sampai anak – anak untuk sekaligus upaya menunjukan kemampuan mereka dalam hal menari ataupun drama menceritakan kembali sejarah tentang candi plaosan tersebut. Itu sudah merupakan tradisi yang dianut oleh masyarakat kawasan candi plaosan, serta menjadi strategi untuk mereka agar masyarakat paham apa sejarah tentang Candi Plaosan yang ada di sekitar mereka.

c. Melalui event, masyarakat setempat mencoba untuk mengajarkan sejarah dan juga nilai tentang Candi Plaosan. Diantaranya adalah festival candi kembar yang merupakan event tahunan dan diadakan di candi ini dengan menampilkan berbagai macam tarian dari seluruh nusantara. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari rangkaian peluncuran desa wisata yang bekerjasama dengan ISI Surakarta. Dan festival ini berlangsung sekitar satu bulan. d. Event yang lainnya adalah Festival Gerobak Sapi, yaitu festival yang mendatangkan ratusan gerobak sapi di lapangan sisi timur kawasan Candi Plaosan. Semua event yang diselenggarakan di Candi Plaosan pastilah memiliki makna tersendiri, khusus untuk festival ini merupakan festival yang menggambarkan atau menceritakan tentang kehidupan masyarakat. Gerobak sapi merupakan alat transportasi yang digunakan masyarakat untuk mengangkut hasil bumi seperti padi, jagung, ketela, kayu bakar dan lain sebagainya. Dan di kesempatan ini festifal diharapkan mampu untuk tetap melestarikan gerobak sapi agar tidak punah. Karena apapun itu bentuknya, mereka ingin selalu tetap menjaganya. e. Wisata religi atau tempat peribadatan, candi plaosan juga merupakan salah satu candi yang dipakai untuk acara peribadatan. Secara tidak langsung, hal ini juga merupakan upaya pelestarian karena sadar ataupun tidak sadar masyarakat mengetahui keberadaan Candi Plaosan tersebut. f. Tempat syuting, seperti tempat-tempat yang lainnya, mereka pun juga melibatkan masyarakat lokal saat dibutuhkan pemain figuran atau sebagai narasumber. ketika ada publik figur atau stasiun televisi yang mengadakan kegiatan syuting di suatu tempat akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang memiliki rasa keingin tahunan yang tinggi dan juga salah satu pride ketika sudah mengunjungi tempat itu. Inilah cara masyarakat memupuk masyarakat luas akan pengetahuan tentang kebudayaan yang mereka miliki. 5. Filosofi Dan Sejarah Yang Menambah Daya Tarik Candi Plaosan Kompleks Plaosan yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Kedua candi itu memiliki teras berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh dinding, tempat semedi berbentuk gardu di bagian barat serta stupa di sisi lainnya. Karena kesamaan itu, maka kenampakan Candi Plaosan Lor dan Kidul hampir serupa jika dilihat dari jauh sehingga sampai sekarang Candi Plaosan juga sering disebut candi kembar. Bangunan Candi Plaosan Lor memiliki halaman tengah yang dikelilingi oleh dinding dengan pintu masuk di sebelah barat. Pada bagian tengah halaman itu terdapat pendopo berukuran 21,62 m x 19 m. Pada bagian timur pendopo terdapat 3 buah altar, yaitu altar utara, timur dan selatan. Gambaran Amitbha, Ratnasambhava, Vairochana, dan Aksobya terdapat di altar timur. Stupa Samantabadhara dan figur Ksitigarbha ada di altar utara, sementara gambaran Manjusri terdapat di altar barat. Candi Plaosan Kidul juga memiliki pendopo di bagian tengah yang dikelilingi 8 candi kecil yang terbagi menjadi 2 tingkat dan tiap-tiap tingkat terdiri dari 4 candi. Ada pula gambaran Tathagata Amitbha, Vajrapani dengan atribut vajra pada utpala serta Prajnaparamita yang dianggap sebagai "ibu dari semua Budha". Beberapa gambar lain masih bisa dijumpai namun tidak pada tempat yang asli. Figur Manujri yang menurut seorang ilmuwan Belanda bernama Krom cukup signifikan juga bisa dijumpai. Bagian Bas relief candi ini memiliki gambaran unik pria dan wanita. Terdapat seorang pria yang digambarkan tengah duduk bersila dengan tangan menyembah serta figur pria dengan tangan vara mudra dan vas di kaki yang dikelilingi enam pria yang lebih kecil. Seorang wanita ada yang digambarkan sedang berdiri dengan tangan vara mudra, sementara di sekelilingnya terdapat buku, pallet dan vas. Krom berpendapat bahwa figur pria wanita itu adalah gambaran patron supporter dari dua wihara. Seluruh kompleks Candi Plaosan memiliki 116 stupa perwara dan 50 candi perwara. Stupa perwara bisa dilihat di semua sisi candi utama, demikian pula candi perwara yang ukurannya lebih kecil. Bila berjalan ke bagian utara, anda bisa melihat bangunan terbuka yang disebut Mandapa. Dua buah prasati juga bisa ditemui, yaitu prasasti yang di atas keping emas di sebelah utara candi utama dan prasasti yang ditulis di atas batu di Candi Perwara baris pertama. Salah satu kekhasan Candi Plaosan adalah permukaan teras yang halus. Krom berpendapat teras candi ini berbeda dengan teras candi lain yang dibangun di masa yang sama. Menurutnya, hal itu terkait dengan fungsi candi kala itu yang diduga untuk menyimpan teks-teks kanonik milik para pendeta Budha. Dugaan lain yang berasal dari para ilmuwan Belanda, jika jumlah pendeta di wilayah itu sedikit maka mungkin teras itu digunakan sebagai sebuah wihara (tempat ibadah umat Budha). B. Tiga Pilar Utama Pariwisata Secara umum, Pilar pariwisata terdiri dari beberapa aspek, diantaranya : 1. Pemerintah a. Balai Pelestarian Cagar Budaya (Kantor Purbakala) Jawa Tengah. Pada peran ini, kantor purbakala memiliki peran untuk melakukan: 1. Melaksanakan pemeliharaan, pengelolaan dan pemanfaatan peninggalan purbakala bergerak maupun tidak bergerak serta situs peninggalan arkeologi bawah air. 2. Melaksanakan perlindungan peninggalan purbakala bergerak maupun tidak bergerak serta situs termasuk yang berada di lapangan maupun yang tersimpan di ruangan. 3. Pemugaran, pemeliharaan dan konservasi kompleks candi plaosan. Yang berarti semua aktifitas untuk menambah mengurangi atau semua aktifitas arkeolog terhadap candi plaosan di pegang penuh oleh pihak kantor purbakala. 4. Melaksanakan dokumentasi peninggalan purbakala, karena hal itu sangat penting guna melengkapi data – data yang dibutuhkan. 5. Pemberian perijinan apabila suatu lembaga atau pihak berkepentingan untuk menggunakan candi plaosan sebagai media untuk suatu kepentingan, seperti tempat peribadatan saat waisak, mengadakan festival, sebagai tempat peresmian, pre-wedding, syuting atau pengambilan gambar, kunjungan atau studi lapangan dan kepentingan apapun. 6. Menyediakan semua fasilitas yang ada di dalam kompleks candi plaosan 7. Penempatan security dan staff yang lainnya. 8. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang peninggalan sejarah dan purbakala. b. DisBud Parpora atau Pemda memiliki peran sebagai berikut : 1. Menetapkan regulasi atau peraturan dalam operasional pengadaan candi plaosan sebagai objek pariwisata. Seperti ada atau tidak nya pembatasan “Mass Tourism / wisatawan dalam skala besar” 2. Mengatur perekonomian yang di hasilkan dari wisata candi plaosan seperti ticketing dan retribusi dan juga semua pengaturan tentang bembiayaan. 2. Swasta / Industri Industri yang dimaksudkan disini adalah pelaku pariwisata yang membentuk produk- produk / jasa pariwisata [10]. Swasta / Industri disini memiliki peran sebagai penyedia, sedangkan dalam keputusan dan juga pemilihan produk wisatanya, masyarakat masih ikut andil di dalamnya karena masyarakat setempat yang lebih mengetahui dan mengerti batas-batas di kawasan mereka sendiri. Tidak perlu dipikirkan lagi, bagaimana nantinya masyarakat tergiur oleh industri yang menawari mereka, karna pendirian masyarakat yang sudah kuat. Jadi, menjaga lahan / tanah peninggalan merupakan hal yang terpenting. 3. Masyarakat Adanya suatu objek wisata disuatu daerah merupakan lahan bagi masyarakat untuk menyalurkan dedikasi mereka terhadap kawasan tersebut. Yang terjadi di kawasan candi plaosan ini adalah mereka menjadi aktor utama yang mendorong dalam jalannya pengadaan wisata ini. Contohnya : a. Sebagai pelaku yang menjalankan pariwisata, baik yang mempelopori pengadaan festival budaya dan penampilan budaya yang mereka miliki b. Mendirikan komunitas photografi yang mayoritas ditekuni oleh bapak – bapak yang bertempat tinggal disekitar kompleks, karena mereka juga memiliki skill yang tidak kalah bagusnya dengan photografer lainnya. Ini bertujuan untuk memanfaatkan skill atau kemampuan warga sekitar. c. Menarik para pemuda untuk menjadi guide / pemandu wisata baik untuk masyarakat lokal maupun wisatawan asing. Karena telah lebih dari puluhan tahun tinggal di kompleks percandian tersebut, mereka mengetahui sedikit banyak tentang sejarah dari candi tersebut, serta hal tersebut di manfaatkan agar pengetahuan mereka tentang budaya dan sejarah tidak luntur begitu saja. Yang akhirnya tersalur dalam kemampuan mereka menjadi guide. Sebelumnya pun mereka juga mendapatkan pelatihan dari berbagai lembaga seperti HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) dan lainnya, sehingga tidak sembarangan pengetahuan yang mereka bagikan. d. Lahan Parkir yang memanfaatkan rumah penduduk dan penyedia jasa-jasa makanan dan lain sebagainya telah dijalankan oleh masyarakat sekitar. Secara tidak langsung, kegiatan ini juga memberikan edukasi bagi masyarakat setempat, karena sedikit banyak mereka mulai mengetahui dan memahami bagaimana cara mengelola pariwisata ytanpa menghilangkan budaya yang mereka miliki, serta bagaimana memberikan hospitality kepada wisatawan yang mereka layani, yang mana sebelumnya mereka masih belum paham tentang hal itu.

3. Penutup

A. Simpulan Obyek wisata Candi Plaosan merupakan salah satu dari banyaknya candi yang ada di Indonesia. Setelah sekian lama keberadaan candi ini, masyarakat setempat mengambil sikap waspada untuk membentengi generasi-generasi yang ada untuk tidak membiarkan budaya yang ada menjadi luntur. Maka dari itu masyarakat kawasan Candi Plaosan tetap memberikan upaya-upaya agar sejarah tetap hidup, dan juga berusaha untuk menjadikan Obyek Wisata Sejarah Candi Plaosan menjadi daya tarik tersendiri.

B. Saran Menurut apa yang penulis amati, penulis dapat merasakan betapa kentalnya budaya, adat, dan suasana sejarah yang ada ketika penis mengadakan beberapa kali kunjungan ke Candi Plaosan. Serta penulis melakukan wawancara langsung kepada pemuda dan pemudi yang saat itu tengah selesai menjadi pemandu wisata salah satu wisatawan lokal yang mengunjungi candi plaosan. Mereka mengaku bangga dapat menjadi salah satu bagian dari insan yang berpartisipasi melestarikan budaya yang ada disekitar mereka. Serta mendapat didikan yang keras untuk tetap memupuk jiwa kepedulian terhadap peninggalan masa silam.

References [1]. Data Domestic Case Study, tanggal 15 Januari 2018 di Candi Plaosan Bugisan, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. [2]. Data Jambore Nasional, Bumi Perkemahan Kaliurang, 12 Januari 2018 – 14 Januari 2018, Seminar Alam : Responsibility Tourism. [3]. Sudiro, S. (2013). PESONA DESA WISATA KRAKITAN KLATEN. Jurnal Kepariwisataan, 7(3), 83-93. [4]. Nugraha, B. S., & Putri, L. P. (2016). Analisis Dampak Lingkungan Dalam Kebijakan Perlindungan Situs Ratu Boko Menuju Pengembangan Pariwisata yang Berkelanjutan. Jurnal Kepariwisataan, 10(2), 7-14. [5]. Ahmad, H., Huda, M. M. I., Julianto, Y. A., & Januar, M. (2018). THE PROJECTION OF THE DEVELOPMENT OF FOLKS’FARM AS THE CONCEPT OF AGRO-TOURISM AS AN EFFORT TO INCREASE ECONOMIC BENEFITS OF SMALL-SCALE LIVESTOCK BUSINESS. UNEJ e-Proceeding, 79-82. [6]. Soeroso, A. (2009). Valuing 's cultural landscape heritage: using multiattribute environmental economic frameworks to enactive ecotourism policy. Graduate School Gadjah Mada University. [7]. Isdarmanto, I. (2014). Strategi psikologis pengembangan Pariwisata Yogyakarta menuju Era Globalisasi dan Asian Economy Community Year 2015. Jurnal Kepariwisataan, 8(3), 105-118. [8]. Sugiarto, E., & Arch, M. (2014). KAJIAN DAYA TARIK DAN POTENSI DAYA TARIK CANDI SELOGRIYO DAN KAWASANNYA (Doctoral dissertation, [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada). [9]. Wibisono, H. K. (2013). PARIWISATA DALAM PERSPEKTIF ILMU FILSAFAT (Sumbangannya bagi Pengembangan Ilmu Pariwisata di Indonesia) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada). [10]. Nugraha, B. S., & Putri, L. P. (2016). Analisis Dampak Lingkungan Dalam Kebijakan Perlindungan Situs Ratu Boko Menuju Pengembangan Pariwisata yang Berkelanjutan. Jurnal Kepariwisataan, 10(2), 7-14.

Dokumentasi

Foto penulis saat wawancara dengan petugas di kantor Kepurbakalaan Dokumentasi penulis saat mengikuti jambore nasional 2018