7 RELIEF MOTIF BURUNG MERAK PADA PESAREAN SUNAN SENDANG DUWUR PACIRAN LAMONGAN: KAJIAN BENTUK, MAKNA DAN ESTETIKA

HERMAN SUGIANTO Received: 3 Oktober 2019; Accepted: 23 Oktober 2019; Published: 5 November 2019 Ed. 2019; 3 (1): 061 - 074

Abstract This study aims to examine the relief of peacock motifs at the gate of I and Paduraksa II tomb complex of Sunan Sendang Duwur Paciran Lamongan which includes (1) visual relief of peacock motifs, (2) the meaning of relief of peacock motifs, and (3) aesthetic value relief of peacock motifs. This research uses descriptive qualitative methods with data collection techniques, observations, interviews, and documentation. Data analysis using sign analysis or textual analysis. The results of this study include: visual relief forms of peacock motifs at the gate of Paduraksa I and Paduraksa II at the Sunan Sendang Duwur tomb are ornaments with a floristic style that has undergone Islamization, namely the shape of ornamentation informed of the flora motif into the shape of a peacock animal. The meaning of relief in the tomb complex of Sunan Sendang Duwur basicallygives a picture of how human relations with humans, human relations with nature and the relationship between humans and their Lord. This relief also provides a description of the symbols of life that is about courage, knowledge, protection, protection, greatness, strength and justice. This relief also gives us an idea that this tomb complex is a gathering of holy spirits, the final resting place from human to human journey to face God in another sense that the Sunan Sendang Duwur tomb complex is a sacred/ sacred place, so we must not carelessly take action or acts that violate the applicable ethics. The aesthetic values contained in the reliefs in the tomb complex of Sunan Sendang Duwur, which is a picture of a journey to holiness and also a picture of the division of nature, that is physical, spiritual and conscience. From the analysis it can be concluded that the relief of the tomb complex of Sunan Sendang Duwur has a form of ornamentation with a floristic style that is Islamized both in terms of visual form, meaning and aesthetic values contained therein connected with Islamic teachings in the form of the teachings about God.

Key words: relief, peacock motifs, study of forms, study of meaning, study of aesthetic.

PENDAHULUAN menjadi destinasiwisata religi masyarakat antara Komplek makam yang sekarang menjadi lain: Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gresik, fenomena di masyarakat yaitu komplek makam Sunan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Sunan yang dikeramatkan, seperti para wali, danyang, Derajat di Lamongan clan Sunan Bonang di clan tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh Tuban. Kompleks pesarean dibeberapa tokoh kuat, dibanding berziarah atau berkunjung ke utama 9 wali hampir memiliki kesamaan, baik kompleks pemakaman keluarga. Beberapa dari segi bangunan arsitekturnya, ataupun dari makam wali yang terdapat di Jawa Timur penataan makamnya. Hal ini berbeda dengan

61 salah satu kompleks pesarean di sebuah daerah temanya termasuk dalam katagori relief non perbatasan kabupaten Tuban tepatnya di Desa cerita. Relief non cerita di jumpai di setiap SendangDuwur Kecamatan Paciran Lamongan. dinding gapura yang berupa flora seperti stilasi Pada komplek pesarean ini terdapat bangunan daun, tumbuh-tumbuhan clan relief dengan makam atau pesarean seorang Waliyullah yaitu bentuk singa bersayap, burung merak, laba­ Sunan Sendang Duwur. Komplek pesarean laba, naga, ular, rusa, burung, clan sayap burung Sunan Sendang Duwur memiliki kekhasan Garuda, hal ini berdasarkan pengamatan awal sendiri dibanding dengan komplek pesarean peneliti ke kawasan kompleks pesarean. Hal para wali yang lain yaitu adanya nuansa atau yang menarik juga pada relief di kompleks pengaruh agama Hindu. Pada makam ini pesarean Sunan Sendang Duwur yaitu relief terdapat dua macam gapura yang berbentuk dengan bentuk binatang yang lebih diabstrakkan menyerupai candi, yaitu gapura karena bentuknya tidak merupakan wujud asli clan gapura Kori Agung (Paduraksa). Kedua dari binatang akan tetapi merupakan stilasi daun gapura ini merupakan gapura yang biasa terdapat atau flora yang dirangkai hingga membentuk pada candi agama Hindu, seperti dapat kita sebuah wujud binatang. Selain itu ada bagian jumpai di daerah . relief yang pembuatannya tidak sampai selesai yaitu pada salah satu bagian sayap gapura burung Selain bentuk keindahan dari seni arsitektur garuda di area utama atau area ketiga clan pada gapura pada komplek pesarean, terdapat pula bagian atas gapura paduraksa di area pertama. karya seni rupa yaitu seni relief. Relief adalah Relief yang terdapat pada dinding gapura karya seni dua dimensiyang cara pengerjaannya kompleks pesarean terbagi dalam tiga halaman dengan dipahat, media yang digunakan biasanya masing-masing halaman memiliki berbagai menggunakan batu alam. Berdasarkan jenisnya bentuk motif yang berbeda, walaupun terdapat relief terdapat dua jenis relief yaitu relief flora pengulangan bentuk motif namun penempatan clan relief fauna. Sedangkan kalau dilihat dari dari masing motif pada tiap panel berbeda. temanya terdapat dua jenis bentuk relief, yaitu relief cerita clan relief non cerita. Hiasan yang UKA TJANDRASASMITA (1975), yang ada di Candi, antara lain adalah area, hiasan­ dibukukan dengan judul "Islamic Antiquities hiasan struktural (seperti pelipit), serta relief­ of Sendang Duwur". Pada penelitian ini juga relief. Ditinjau dari temanya, terdapat dua jenis dijelaskan bahwa seni arsitektur clan seni relief, yaitu relief cerita clan non cerita. Relief dekoratif kompleks pesarean Sunan Sendang cerita dapat ditemukan antara lain di Candi Duwur sangat mirip dengan seni yang berasal Borobuduryang menceritakan perjalananBudha dari MantinganJepara. inibisa disebabkan fakta Gautama clan naskah jataka, serta di Candi bagian-bagian tertentu dari monumen, terutama Mendut clan Sojiwan (Klaren) dengan cerita pada panel yang diukir, hal ini memberikan binatang, sedangkan relief non cerita berupa pesepsi bahwa kemungkinan pengukir dari penggambaran apsara atau tokoh tertentu Mantingan diundang untuk mengerjakan relief lainnya, tetumbuhan seperti ceplok bunga, yang ada di Sendang duwur. Akan tetapi pohon, seuluran, binatang, serta goresan-goresan kemungkinan lain adalah bahwa penduduk dari geometris (SUMIATI ATMOSUDIRO dkk, Sendang Duwur belajar kerajinan diMantingan 2008: 167-168). clan kembali ke desa mereka untuk pembangunan masjid clan bangunan lainnya. Relief yang terdapat pada dinding komplek Namun, dari beberapa bangunan di Sendang pesarean Sunan Sendang Duwur ditinjau dari Duwur seperti gerbang bersayap yang sangat

HERMAN SUGIANTO, Relief Motif Burung Merak pada Pesarean Sunan Sendang Duwur Paciran Lamongan 62 mungkin dibuat oleh pengrajin dari desa sebagai Peneliti menggunakan pendekatan deskriftif unsur tidak ditemukan di tempat-tempat lain kualitatif, yaitu suatu penelitian yang diambil di terdapat kreasi dari periode Hindu-. dari pendapat orang-orang serta prilakunya yang Penelitian ini juga menjelaskan unsur-unsur menghasilkan data deskriftif baik berupa kata­ tertentu dari motif hias yang tidak ditemukan kata tertulis maupun lisan. Penelitian deskriftif di Mantingan seperti marga kala, pohon kualitatif tidak mencari atau menjelaskan kehidupan, merak, garuda clan beberapa objek hubungan, tidak menguji hipotesis atau lainnya adalah bukti bahwa seniman dari membuat prediksi melainkan bertujuan Sendang Duwur masih melanjutkan tradisi membuat deskripsiyang secara sistematis, faktual Hindu atau tradisi asli. clan akurat (K.RISYANTONO, 2006: 69)

Motif burung merak merupakan salah satu dari DASAR TEORITIS berbagai motif fauna yang terdapat dipesarean 1. Bentuk Visual Relief Surran Sendang Duwur, motif initerdapat pada Bentuk adalah gambaran, rupa atau wujud, halaman pertama yang terletak pada dinding sistem atau susunan, serta wujud yang gapura Paduraksa I clan gapura Paduraksa II. ditampilkan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pada komplek pesarean, motif burung merak 1995: 119). Bentuk yang paling sederhana sudah dikenali pada nekara peninggalan adalah titik. Titik tersendiri tidak mempunyai prasejarah. Burung merak tinggal di hutan ukuran atau dimensi. Titik sendiri belum memiliki bentuk clan warna yang indah. Ekornya memiliki arti tertentu. Kumpulan dari beberapa yang panjang clan digambarkan dalam keadaan titik akan mempunyai arti dengan menempatkan terbuka dengan pola bulatan pada bulu ekornya titik itu secara tertentu. kalau titik-titik merupakan ciri yang menonjol. Ciri yang lain berkumpul dekat sekali dalam suatu lintasan, adalah leher yang panjang dengan kepala mereka bersama menjadi bentukgaris. Beberapa berjambul. Bentuknya yang sangat indah sangat garis bersama bisa membentukbidang. Beberapa menarik jika dijadikan motif hiasan. Dalam bidang bersama menjadi bentuk ruang. Titik, agama Hindu, burung merak dipandang sebagai garis, bidang clan ruang merupakan bentuk- wahana dewa perang, yakni dewa Skanda atau Kartikeya, juga kendaraan Parwati ibunya. Selain bentukmendasar bagi seni rupa. DJELANTIK sebagai lambang dunia atas burung merak (1999: 21). sebagai lambang kesucian. SUNARYO (2009: 68). Pada kajian ini lebih fokus pada relief SUSANE I<.. LANGER menyebutkan seni dengan motif burung merak -yang terdapat sebagai bentuk harus merupakan satu kebulatan pada gapura Paduraksa halaman pertama yang yang organis, tidak ada yang berdiri sendiri terdiri dari dua gapura Paduraksa, gapura melainkan bersama-sama dengan bagian yang Paduraksa pertama yaitu gapura yang memiliki lainnya, LARNGER (1957: 27). Raut adalah ukuran lebih kecil, gapura ini menghubungkan ciri khas suatu bentuk. Bentuk apa saja dialam halaman pertama dengan makam yang terdapat ini tentu memiliki raut yang merupakan ciri pada halaman pertama yang berada disebelah khas dari bentuk tersebut. Bentuk titik, garis, kiri halaman pertama. Gapura Paduraksa kedua bidang, clan gempal, masing-masing memiliki memiliki ukuran lebih besar yang raut. Raut merupakan ciri khas untuk menghubungkan halaman pertama dengan membedakan masing-masing bentuk dari titik, halaman kedua komplek pemakaman Surran garis, bidang, gempal tersebut. SANYOTO Sendang Duwur ditinjau dari kajian bentuk, (2010: 83). makna clan estetikanya.

63 JurnalBudayaNusantara,Vol.3 No. 1, (September2019):061-074 2. Pemaknaan Bentuk Gapura interaksi yang terjalin. Makna bukan proyeksi SUNARTO (1991: 43) berpendapat bahwa pikiran atau obyek melainkan persepsi suatu pintu gerbang gunungan wayang kulit purwa hubungan riil di dalam suatu kaitan yang ini menggambarkan suatu tempat untuk masuk mendahului pemisahan-pemisahan objek-obyek ke alam gelap gulita, clan merupakan batas alam didalam pikiran.Jadi dalam pemahaman makna padang (alam fana) clan alam baka, suatu benar-benar memasuki suatu hubungan riil simbolisasi dari akhir kehidupan. Dalam usaha dengan bentuk-bentuk ekspresi yang nyata, melangkah ke alam gelap tidak ada yang dapat dengan demikian nampak adanya suatu lingkaran membantu kecuali nuraninya sendiri clan amal de facto yang saling berinteraksi clan makna perbuatan baik yang telah dilakukan di alam tiada lain adalah nama yang diberikan kepada fana. Alam gelap gulita merupakan suatu tempat berbagai hubungan dalam interaksi tersebut. yang dapat dikatakan tan kena kinaya ngapa, (HENDRIYANA, 2009). yang artinya yang tidak dapat dibayangkan wujudnya dengan apapun. 4. Teori Estetika MONROE BEARDSLEY dalam Problems Pintu gerbang melambangkan atau in the Philosophy of Criticim dalam menyimbolkan batas alam dunia dengan alam DHARSONO (2007: 95) yang menjelaskan adikodrati, yang dalam wayang disebut adanya tiga ciri yang menjadi sifat-sifat membuat kahyangan. Alam di luar istana merupakan baik (indah) dari benda-benda estetis pada makkrokosmos, sedangkan yang berada di dalam umunya. Ketiga ciri tersebut ialah: pintu gerbang merupakan mikrokosmos. Di dalam istana merupakan tempat para dewa. a. Kesatuan (unity) ini berarti bahwa benda Dewa adalah roh yang dianggap suci atau estetis initersusun secara baik atau sempurna dipercayai sebagai penguasa atas alam clan bentuknya. manusia, RADHITA YUK.A (2009: 30). b. Kerumitan (complexity) benda estetis atau karya seniyang besangkutan tidak sederhana Menurut SASTROAMIDJOJO (1964: 203) sekali, melainkan kaya akan isi maupun unsur­ menyatakan bahwa pintu gerbang dengan uns ur yang saling berlawanan ataupun jenjang bertingkat, melambangkan pintu masuk mengandung perbedaan-perbedaan yang dari alam fana ke alam baka, terpisahnya roh halus. clan raga. Sedangkan jenjang bertingkat c. Kesungguhan (intensity) suatu benda estetis melambangkan jalan penuntun agar manusia yang baik hams mempunyai suatu kualitas mentaati tuntutan agama. Dari uraian di atas tertentu yang menonjol clan bukan sekedar dapat dinyatakan bahwa pintu gerbang atau sesuatu yang kosong. Tak menjadi soal gapura merupakan batas antara alam dunia clan kualitas apa yang dikandungnya (misal alam akhirat, alam fana ke alam baka serta suasana suram atau gembira, sifat lembut terpisahnya roh clan raga. atau kasar), asal merupakan sesuatu yang intensif atau sungguh-sunguh. 3. Konsep Makna Makna merupakan hasil dari pengalaman budaya a.Konsep Estetika Jawa masyarakat yang berlaku sesuai dengan nilai­ Menurut DHARSONO (2007: 146) nilai kebudayaannya. Makna adalah nama yang menyatakan bahwa rangkaian bentuk estetika diberikan pada berbagai hubungan dalam nusantara Oawa), diimplementasikan lewat

HERMAN SUGIANTO, Relief Motif Burung Merak pada Pesarean Sunan Sendang Duwur Paciran Lamongan 64 sugesti alam. J adi tidak mengherankan apabila pencerminan dari nafas kebudayaan di suatu masyarakat klasik saat itu di dalam usahanya daerah. Besar atau kecilnya peranan budaya untuk mendekatkan kita terhadap Tuhannya lokal, berbobot atau tidaknyakarya seni rupa dengan cara mendekatkan dirinya dengan alam pra-Islam, itulah yang mewarnai bentukkesenian semestanya. Sehingga terjadi hubungan antara Islam termasuk perwujudan arsitekturnya. dirinya (mikrokosmos) dengan alam semesta Ketergantungan pada ruang clan waktu inilah clan lingkungannya (makrokosmos) clan yang menghasilkan keaneka-ragaman gaya clan hubungan antara dirinya dengan Tuhannya. coraknya, sehingga dalam meneliti mengenai Pandangan orang J awa dalam meliha t, bentuk estetik clan makna simbolnyapun patut memahami, clan berprilaku juga berorientasi memperhatikan sejumlah faktor yang terhadap budaya sumber. "Proses budaya J awa mempengaruhi watak clan identitas bangunan selaras dengan dinamika masyarakat yang tersebut. Faktor-faktor penentu tersebut antara mengacu pada konsep budaya induk, yaitu lain: (1) peranan unsur lokal atau warisan budaya "sangkan paraning dumadi". Konsep tersebut pra-Islam yang berkesinambungan pada masa dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah Islam, (2) Interpretasi clan titik tolak yang nungggak semi. berbeda-beda terhadap Hadist-Hadist Nabi yang berkaitan dengan seni rupa, clan (3) arti Orang J awa dalam falsafahnya yang simbolik clan bentuk estetika. menggambarkan sisi kehidupan dengan tiga macam jagad (Tri-Loka/Tribuana), yaitu AHMAD MUHAMMAD ISA dalam hubungan antara tiga (3) jagad atas (alam M ABDUL ]ABBAR (2012: 42) menyatakan niskala), jagad tengah (alam niskala-sakala), clan bahwa dalam pembicaraan mengenai estetika jagad bawah (alam sakala), merupakan tiga jagad Islam ada hal yang patut mendapat perhatian untuk menjaga keseimbangan secara horisontal yaitu berhubungan dengan interpretasi clan titik clan vertikal. Secara horisontal menjaga tolak yang berbeda-beda terhadap Hadist-hadist keseimbangan antara dirinya dengan alam N abi yang berkaitan dengan seni rupa, yakni semesta clan secara vertikal menj aga terkait penggambaran mahluk hidup bernyawa keseimbangan terhadap ke-Esa-an (hubungan (tashwir). Islam melarang pembuatan lukisan mikrokosmos clan makkrokosmos). clan patung mahluk hidup. Tetapi sebenarnya DHARSONO (2007: 162). tidak terdapat petunjuk bahwa bentuk seni sepenuhnya diharamkan dalam masyarakat Islam b. Konsep Estetika Islam terdahulu. Al Qur'an sendiri tidak mengatur Seni rupa Islam di Indonesia pada tahap awal hal-hal yang berhubungan dengan seni lukis, merupakan hasil penerapan tradisi seni Islam tetapi dalam sunah Rasul atau hadist, ada Hindu sesuai dengan fungsi clan kaidah seni beberapa hadist yang menentang pembuatan baru. Agama Islam sebagai nilai budaya baru gambar atau pembuatan mahluk hidup. di Indonesia memang tidak banyak memberi Akan tettapi hadis-hadisini yang menjadi sumber citra baru dibidang seni rupa pada masa awal berbagai penafsiran. Hadist-hadist itu adalah: perkembangannya. SUDARSONO, dkk (2012: (1) "Malaikat tidak akan memasukirumah yang 36). ABAY D. SUBARNA dalam di dalamnya ada gambar (tashwir) atau anjing." Dan hadist yang berbunyi "Orang-orang yang SUDARSONO, dkk (2012: 37) menyatakan akan mendapat siksaan yang sangat pedih pada bahwa unsur simbolik clan estetika dalam hari kiamat adalah para pembuat gambar mahluk bangunan Islam di Indonesia, merupakan hidup (mushawwirun)."

65 JurnalBudayaNusantara,Vol.3 No. 1, (September2019):061-074

Unsur kesatuan relief pada panil 4 adalah unsur Analisis relief pada panil 4 adalah unsur garis garis lurus clan garis lengkung yang le bih lurus clan garis lengkung yang lebih dominan dominan membentuk unsur bangun melalui yang mengalami stilasi clan transformasi proses stilasi menjadi sebuah bentukmotif yaitu membentuk sebuah unsur bangun menjadi bentuk gunung bentuk gapura satu pintu, sebuah motif gunung, gapura pintu satu, sepasang burung merak clan bentuk gapura sepasang burung merak clan gapura dengan dengan dua pintu dengan unsur tekstur alam, pintu dua dengan unsur tekstur alam. Relief ini Perpaduan bentuk relief ini memberikan merupakan perpaduan Hindu-Budha dengan gambaran ruang semu tentang proses perjalanan Islam. Bentuk relief ini memberi gambaran manusia menuju kesucian dilihat dari bentuk tentang ruang semu yaitu perjalan manusia paling bawah menuju bentuk atas. melalui pintu gerbang sebagai simbolisasi dari akhir kehidupan manusia sebagai tahapan Unsur kerumitan relief pada 4 adalah bentuk pertama. Pada tahapan kedua manusia masuk Relief ini merupakan perpaduan antara agama ke alam adikodrati atau alam rohani tempat Hindu-Budha dengan Islam. Bentuk gunung roh-roh yang suci. Burung merak atau amal dalam agama Hindu merupakan perwujudan ibadah sebagai wahana dalam perjalanan ini. mahameru tempat para dewa, sedangkan dalam pada tahapan ketiga manusia masuk lagi kepintu Islam sebagai tempat sumber kehidupan gerbang yang lebih sempit sebagai batas antara lambang bumi clan air. Burung merak dalam alam rohani menuju alam nurani atau alam agama Hindu, dipandang sebagaiwahana dewa Bhuwarloka menuju alam Swarloka. Pada perang, yakni dewa Skanda atau Kartikeya, juga tahapan ini merupakan tahapan terakhir dimana kendaraan Parwati ibunya, bentukburung merak manusia akan bertemu denga sang pencipta ini mengalami transformasi dari bentuk stilasi daun yang merupakan bentuk pengaruh dari KESIMPULAN agama Islam. Bentuk gapura dalam agama Bentuk visual relief motif merak pada gapura Hindu merupakan batas alam dunia dengan Paduraksa I clan gapura Paduraksa II pada alam kayangan atau alam para dewa sedangkan halaman pertama pesarean Sunan Sendang dalam islam batas antara jasmani clan ruhani. Duwur Paciran Lamongan merupakan relief U nsur kesungguhan relief pada panil 4 adalah dengan gaya floralistik yang didistorsikan, penonjolan pada relief ini adalah gambaran ditransformasikan clan didisformasikan sehingga tentang ruang semu tentang perjalanan manusia berbentuk seperti mahluk hidup yang menuju kesucian. Gapura dengan pintu dua diabstrakkan. Bentuk-bentuk tersebut merupakan batas antara alam dunia dengan merupakan proses Islamisasi dari agama Hindu­ alam adikodrati atau suatu simbolisasi dari akhir Budha, dimana dalam agama Islam ada hadist kehidupan manusia itu sendiri. Burung merak yang menjadikan sumber penafsiran tentang merupakan wahana atau kendaraan manusia pelarangan membuat atau menggambar mahluk menuju alam yang lebih tinggi yaitu bertemunya hidup, sehingga bentuk visual dari relief yang manusia dengan tuhannya, dalam perjalanan ini berada di kompleks pesarean Sunan Sendang manusia masuk ke dalam alam roh suci atau Duwur merupakan transformasi dari bentuk ruhani. Gapura dengan pintu satu merupakan motif daun membentuk motif burung merak. batas antara alam ruhani clan nurani. Gunung Makna pada relief di kompleks pesarean Sunan merupakan lambang dari perjalanan akhir Sendang Duwur pada intinya memberikan manusia yaitu tempat bertemunya manusia gambaran tentang bagaimanakah hubungan dengan tuhan tau memasuki alam nurani atau manusia dengan manusia, hubungan manusia swarlokaI alam paling atas. dengan alam clan hubungan manusia dengan

HERMAN SUGIANTO, Relief Motif Burung Merak pada Pesarean Sunan Sendang Duwur Paciran Lamongan 72 Tuhannya. Relief ini juga memberikan gambaran DILLESTONE. tentang simbol-simbol kehidupan yaitu tentang 2002. The Power Of Simbols. Yogyakarta: keberanian, pengetahuan, perlindungan, KANISIUS. pengayom, kebesaran, kekuatan clan keadilan. Relief ini juga memberikan kita gambaran DJELANTIK. bahwasanya kompleks pesarean ini merupakan 1999. Estetika S ebuah Pengantar. Bandung: berkumpulnya roh-roh suci, tempat Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia peristirahatan terakhir dari perjalanan manusia arti.line. hingga manusia menghadap Tuhan dalam artian lain bahwasanya kawasan kompleks pesarean Surran Sendang Duwur merupakan tempat GATOT, BAMBANG. suci/keramat, sehingga kita tidak boleh 2012. "Ka;ian Estetika yang Beda Relief Candi J sembarangan melakukan tindakan atau awa Timuran". JA! Vol. 2 No. 2. 2012. perbuatan yang melanggar etika yang berlaku. Pp. 14-27. Nilai-nilai estetikayang terkandung dalam relief­ relief di kompleks pesarean Surran Sendang GUSTAMI, SP. Duwur yaitu gambaran sebuah perjalan menuju 2008. "Nukilan Seni Ornamen Indonesia". kesucian clan juga merupakan gambaran Yogyakarta. Arin do N usa Media. pembagian alam yaitu alam bawah atau bumi clan isinya (Bhurloka) atau jasmani, alam tengah GUSTAMI, SP, SOEDARSONO.,YUNUS, atau alam roh-roh yang suci (Bhuwarloka) atau PAITA, PANGERAN. ruhani clan alam atas alam para dewa alam 2013. 'Vnsur Estetika Islam pada SeniHias Istana ketuhanan (Swarloka) atau nurani. Nilai-nilai Ra;a Bugis"Jurnal Al-Ulum. Vol.12 No.1, yang pada awalnya bersumber pada agama Juni 2012 pp 35-52. Hindu-Budha di Islamisasikan menjadi nilai yang bersumber pada Alquran clan Hadist, menjadinilai-nilai estetikaJawa, walaupun pada HASAN, MASRUR. hakekatnya pengaruh dari agama Hindu-Budha Sgarah singkat Waljyullah R Noer &chmat masih sangat kuat, baikitu dari bentukvisualnya, S unan S endcmg Duwur. pemaknaannya clan nilai-nilai estetikanya. HERUSATOTO, BUDIONO. DAFTAR PUSTAKA 1991. "Simbolisme dalam Budayajan»:". ARDIKA, I WAYAN. Yogyakarta:PT. Hanindita. 2007. Pus aka Budqya dan Pariwisata. Denpasar: Pustaka Larasan. lSMURDYAHWATI, lKA 2011. "Bahasa &pa Relief Candi di Komplek ATMOSUDIRO, SUMIJATI dkk. Plaosan Lor". Panggung. Vol.21 2008. Jawa Tengah Potret Warisan Budqya. No.4.2011 pp.368-374.

DHARSONO (SONY l

73 JurnalBudayaNusantara,Vol.3 No. 1, (September2019):061-074 SANYOTO, EBDI, SADJIMAN. SUNARYO.ARYO. 2005. Dasar-dasat Tata Rupa dan Desain 2003. '3'engkalan Memet Dwinagasa Rasa Tunggal (Nirmana). Yogyakarta: Arti Bumi dalam Kaman Semiotik".Wajana SeniRupa Intaran. Jurnal Seni Rupa clan Desain. Vol.3 No.6 2003 pp 1-14. SETIAWAN, PINDI. 2010. "Lesdifference du Njeni:dalam Latar Bahasa SUNARYO, ARYO. Rupa dan Semiotik". Wimba. 2009. "Ornamen Nusantara. Kcyian khusus Vol 02 No. 1/2010. Pp. 1-18. Ten tang Ornamen Indonesia" Semarang: Dahara Prize. SOEDARSO. 1990. Tif!Jauan Seni Sebuah Pengantar Untuk SUNARTO, Apresiasi S eni. Yogyakarta: 2009. "Wayang Kulit Purwa" Yogyakarta: Saku Dayar Sana. Arindo N usa Media.

SOEDARSO. SUNYOTO, AGUS. 2006. Trilogi Seni Penciptaan Eksistensi dan 2016. "Atlas Wali Songo". Jakarta: Pustaka Kegunaan S eni. Yogyakarta: Iiman clan LESBUMI PBNU. ISI Yogyakarta. SYAIFUL, USTAZI. SOEDARSONO. 2011. Peryalanan Sunan Sendang Duwur Hingga 2000. Melacak Jqak Perkembangan S eni di Mengislamkan Pantera, menara Sunan Indonesia. Bandung: Arri.line. Dercyat, Edisi 6.

SOEWASTA, MUJI. TJANDRASASMITA, UKA. 2014. 'Met!)!ingkap Latensi Eksotik Candi Sukuh 197 5. "Islamic Antique of S endang Duwur". Melalui Media Fotogrqft". Ornamen. Jakarta: Archaeolgical Foundation. Vol.11 No. 2. 2014 pp 138-146. TJANDRASASMITA, UK.A. SOEPRATNO. 2009. "Arkeologi Islam Nusantara". 1983. "Ornamen Ukir Kayu Tradisional". Jakarta: PT. Gramedia. Semarang: PT.Effhar.

SUBROTO, GATOT, BAMBANG. 2016. "Kcyian Estetika Relief Candi di Jawa Timur" Yogyakarta: Graha Ilmu.

SUPRIYATNO, ARI. 2014. "Pande mas dan Perkembangan Gqya S eni Relief Pada Perhiasan Maa Klasik Akhir di]awa".Ornamen. Vol. 11 No. 2. 2014 pp 97-107.

HERMAN SUGIANTO, Relief Motif Burung Merak pada Pesarean Sunan Sendang Duwur Paciran Lamongan 74