SENI PERHIASAN DALAM KEBUDAYAAN MATARAM KUNO SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH (STUDI IKONOGRAFI RELIEF CANDI BOROBUDUR) Oleh: Ari Irawan*, Muhamad Idris** *Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Palembang **Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Palembang ABSTRAK Candi Borobudur menyimpan nilai sejarah yang tinggi relief perhiasan pada dindingnya. Belum semua data dan informasi sejarah tersebut dapat dimanfaatkan pada pembelajaran sejarah di sekolah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah nilai sejarah apakah dari pakaian pada kebudayaan Mataram kuno yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah?.Tujuan penelitian mengetahui relief seni perhiasan dalam kebudayaan Mataram kuno studi ikonografi relief candi Borobudur. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu menggunakan cara mengumpulkan sumber-sumber secara sistematis dan menggunakan sumber data secara mendalam. Minimal ada tiga hal yang digambarkan dalam penelitian kualitatif, yaitu karakteristik pelaku, kegiatan, atau kejadian-kejadian yang terjadi selama penelitian, dan keadaan lingkungan atau karakteristik tempat penelitian berlangsung. Teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian: masyarakat Mataram kuno menggunakan perhiasan sesuai dengan status sosial mereka di dalam masyarakat, ditemukan 7 jenis perhiasan yang diabadikan pada relief candi Borobudur. Kata Kunci: Seni Perhiasan, Kebudayaan Mataram Kuno, Sumber Pembelajaran Sejarah. A. PENDAHULUAN pada bahasa Bali: Beduhur, yang berarti di Candi Borobudur terletak di Pulau atas. Nama Borobudur kira-kira berarti Jawa, dengan pusat yang menjulang ke asrama atau bihara (kelompok candi) yang angkasa dikelilingi bukit Menoreh yang terletak di atas bukit. Dihalaman sebelah membujur dari arah Timur ke Barat dan Barat Laut Borobudur sewaktu diadakan gunug-gunung berapi. Merapi dan Merbabu penggalian ditemukan sisa-sisa bekas disebelah Timur, Sumbing dan Sindoro di sebuah bangunan, yang mungkin sekali sebelah Barat, dengan pemandangan yang bangunan bihara. Borobudur jelas hijau indah membentang sejauh mata merupakan bangunan suci agama Budha. memandang. Kesemuanya itu Di India, bangunan yang berhubungan menimbulkan suasana tenang, aman, dan dengan nama Budha disebut stupa. Stupa tenteram. Borobudur termasuk ke dalam ialah bangunan berbentuk kubah, berdiri di wilayah kabupaten Magelang eks atas sebuah lapik dan diberi payung di Karesidenan Kedu, Jawa Tengah. Dari atasnya (Soetarno, 2003: 73-74). Yogyakarta, jaraknya 41 km kearah Utara Penamaan candi Borobudur masih melalui jalan raya menuju Magelang. menjadi pertanyaan. Kata Borobudur yang Tempat candi itu dapat ditempuh dengan dipakai untuk penyebutan bangunan. mudah dan sarana perhubungannya sudah Berdasarkan penjelasan masyarakat yang baik. Arti Borobudur sampai sekarang bertempat tinggal disekitar candi Borobudur belum diketahui secara jelas. Namun, menceritakan bahwa pada zaman dahulu nama Borobudur berasal dari bangunan disekitar candi Borobudur tumbuh dengan kata-kata Bara dan Budur. Bara berasal subur pohon budur, yang diartikan sebagai dari kata Sansekerta Vihara, yang berarti pohon bodhi atau pohon kehidupan. kompleks candi dan bihara atau asrama. Sedangkan kata Budur mengingatkan kita 11 Bagi masyarakat desa, khususnya Borobudur melambangkan kosmos, relief disekitar candi Borobudur, istilah yang dan hiasan mewujudkan apa yang ada di lazim dipakai adalah budur untuk dalam semesta ini. Relief dan hiasan yang penamaan bangunan suci tersebut. J.L. ada pada candi Borobudur Moens dalam artikelnya yang berjudul menggambarkan kehidupan masyarakat Borobudur Mendut en Pawon en hun sehari-hari, sehingga unsur-unsur khas onderlinge samen I-II mengartikan istilah Indonesia sangat menonjol seperti adanya budur dengan kota Budha. Lain lagi relief perahu bercadik, rumah panggung, pendapat Poerbatjaraka, seorang putra bertani, peperangan, pertunjukan kesenian, bangsa Indonesia yang ahli dalam bahasa mencari ikan, fauna dan flora (Prasetyo, Jawa Kuno. Ia mengatakan bahwa 1993:28). Borobudur berasal dari kata biara (tempat suci atau kuil) dan bidur yang berarti B. METODE PENELITIAN tempat tinggi. Maka arti kedua kata Metode penelitian deskriptif kualitatif tersebut menjadi kuil yang berada ditempat menggunakan cara mengumpulkan yang tinggi (Prasetyo, 1993:14-15). sumber-sumber secara sistematis dan Dalam khazanah sejarah budaya menggunakan sumber data secara bangsa Indonesia, candi Borobudur mendalam. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan salah satu bukti penguasaan diuraikan dengan kata-kata menurut ilmu pengetahuan dan teknologi yang responden, apa adanya sesuai dengan sangat canggih. Bangunan besar, kokoh pertanyaan penelitiannya, kemudian dan megah dari abad ke-8 Masehi dengan dianalisis dengan kata-kata apa yang gaya arsitektur yang sangat rumit dan melatarbelakangi responden berperilaku menakjubkan itu menjadi primadona pada (berpikir, berperasaan, dan bertindak) zamannya, sekaligus sebagai tanda seperti itu tidak seperti lainnya, direduksi, kejayaan dan kemakmuran masyarakat ditriangulasi, disimpulkan (diberi makna Jawa kuno pada masa itu. Dari data oleh peneliti), dan diverifikasi prasasti, candi-candi dan tinggalan (dikonsultasikan kembali kepada arkeologi lainnya diperoleh berita bahwa responden dan teman sejawat). Minimal pada pertengahan abad ke-7 Masehi ada tiga hal yang digambarkan dalam sampai pertengahan abad ke-10 Masehi, penelitian kualitatif, yaitu karakteristik wilayah Jawa Tengah dibawah kekuasaan pelaku, kegiatan, atau kejadian-kejadian dua dinasti, yaitu dinasti Syailendra dan yang terjadi selama penelitian, dan dinasti Sanjaya. Kedua dinasti tersebut keadaan lingkungan atau karakteristik membangun berpuluh-puluh candi di tempat penelitian berlangsung (Akbar, wilayah Jawa Tengah, antara lain. candi 2014:130). Dieng, candi Gedong Songo, candi Metode penelitian merupakan cara Borobudur, candi Prambanan, candi Sewu, yang digunakan oleh peneliti dalam candi Plaosan, candi Kalasan, dan kraton mengumpulkan data penelitiannya. Seperti Ratubaka. Selain itu, mereka juga sudah dijelaskan, variasi dimaksud yaitu: mengeluarkan beberapa prasasti sebagai angket, wawancara, pengamatan atau tanda peresmian Sima (daerah perdikan), observasi, tes, dokumentasi (Arikunto, bangunan suci dan silsilah raja (Prasetyo, 2013:203). 1993:19). Sebagaimana lazimnya pada bangunan-bangunan candi lainnya, relief maupun hiasan-hiasan yang dipahatkan pada masing-masing tingkat candi 12 C. HASIL DAN PEMBAHASAN perpindahan pusat kerajaan Jawa ke Gambaran Umum Latar Penelitian wilayah Jawa bagian timur, praktis candi Candi Borobudur Borobudur menjadi media tumbuh Menurut Soekmono dalam Noerhadi suburnya berbagai jenis ilalang, rumput, (2012:1) diantara candi-candi di Jawa yang dan semak belukar. Pohon-pohon kecil menarik perhatian ialah candi Borobudur, tumbuh subur, menjadikan candi Borobudur tidak hanya tampak dari susunan seperti gundukan batu yang tertutup bangunannya akan tetapi juga disebabkan belukar (Raffles, 2015: VIII-IX). banyaknya pahatan-pahatan reliefnya yang Sebelum masuknya pengaruh Hindu- mengisi seluruh permukaan dindingnya dan Budha, masyarakat Indonesia telah pagar langkannya. Pulau Jawa kaya akan mengenal budaya punden berundak yang peninnggalan-peninggalan purbakala, sering dihubungkan dengan kepercayaan diantaranya ialah bangunan-bangunan animisme dan dinamisme atau pemujaan purbakala yang biasanya disebut candi. terhadap leluhur. Candi Borobudur dan Candi-candi ini tersebar di Jawa Tengah bangunan diakhir masa Majapahit (candi- dan Jawa Timur, dinding-dinding candi ini candi di lereng gunung Penanggungan, dihiasi dengan relief, hiasan ini bukan Arjuna, dan Lawu) dibangun dengan penghias atau pengisi bidang, tetapi mengambil bentuk punden berundak-undak melukiskan suatu cerita. Banyak dari dari meskipun kedua kerajaan tersebut candi-candi di Jawa memiliki relief, bercorak Hindu dan Budha. Gejala ini misalnya candi Loro Jonggrang menunjukan ada akulturasi didalam menggambarkan relief cerita Ramayana perubahan budaya, pengaruh Hindu-Budha yang terdapat pada langkan candi Ciwa jelas telah menyentuh lapisan elite istana dan diteruskan pada langkan candi dibandingkan lapisaan masyarakat Brahma, juga terdapat cerita Krsnayana bawahannya sehingga memungkinkan pada langkan wisnu. Pada candi Jago kita kepercayaan kuno masih dianut sebagian temukan juga relief-relief cerita krsnayana, besar penduduknya. Hasil kebudayaan Parthayajna dan Kunjarakarna. Pada relief Hindu-Budha yang paling menonjol dan candi induk di Panataran dijumpai relief menjadi ciri khas budaya periode tersebut Ramayana dan Krsnayana, dan masih adalah bangunan candi yang megah dan banyak candi-candi di Jawa yang indah sebagai hasil karya arsitektural yang mempunyai relief cerita (Noerhadi, 2012:1). monumental. Candi merupakan istilah yang Sejak dibangun pada abad ke-8 digunakan untuk menyebut semua Maasehi (antara 750 dan 850 Masehi), bangunan peninggalan di Indonesia yang sejarah candi Borobudur timbul-tenggelam. dipengaruhi oleh arsitektur Hindu-Budha. Kemegahan candi Budha di Jawa Tengah Istilah candi dikaitkan dengan istilah ini tidak berlangsung lama. Seiring dengan candika yaitu salah satu nama dewi Durga merosotnya agama Budha Mahayana di atau dewi kematian, sehingga candi sering tanah Jawa, candi Borobudur dilupakan dikaitkan kematian, makam atau sebagai begitu saja. Setelah dinasti Syailendra tempat untuk memuliakan raja yang runtuh, candi Borobudur ikut tenggelam. meninggal.
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages14 Page
-
File Size-