
BAB III BIOGRAFI DAN KIPRAH SAID AQIL SIRAD A. Latar Belakang Keluarga Dari hasil wawancara dengan KH. Muh. Musthofa yang merupakan adik kandung Said Aqil Siradj. Beliau terlahir dengan nama Ahmad Said bin Aqiel bin Siradj bin Muhammad Said. Said Aqil Siradj lahir pada 03 Juli 1953, di Kempek, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dari pasangan, KH. Aqiel Siradj dan Nyai Hj. Afifah binti Kyai Harun KH. Aqiel Siradj merupakan pengasuh Pondok Pesantren Kempek yang menjadi salah satu pesantren penting di Cirebon. Kyai Aqiel merupakan menantu dari Kyai Harun bin Abdul Jalil, yang menjadi benteng dari Pesantren Kempek. KH. Muh. Musthofa Aqil Siradj juga menuturkan bahwa ketika Said Aqil Siradj masih kecil sering minum air tajin dan juga sering meminum air “wicikan” (bekas cuci tangan ayahandanya yaitu Mbah Aqil Siradj). Gambar 2.1 Said Aqil Siradj semasa kecil. Pesantren Kempek berpengaruh penting dalam proses hidup Said Aqil Siradj dan kaka dan adik-adiknya. Sebab, di Pesantren ini Said Aqil Siradj menemukan jalan pengetahuan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang 51 52 menuntun langkahnya untuk menemukan sumber-sumber pengetahuan dalam Islam yang luas (Haroen: 2015). Said Aqiel Siradj adalah putra ke dua dari lima bersaudara yang dikenal dengan sebutan Pandawa Lima yaitu Abuya KH. Ja‟far Shodiq Aqiel Siradj (Alm), KH. Said Aqiel Siradj, KH. Muh. Musthofa Aqiel Siradj, KH. Ahsin Syifa Aqiel Siradj (Alm) dan KH. Ni‟amillah Aqiel Sirad. Kelima bersaudra tersebuta berdomisili di Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon kecuali KH. Said Aqiel Siradj berdomisili di Jakarta karena tugas beliau sebagagai ketua umum PBNU yang merpakan organisasi Islam terbesar di Indonesia (Haroen : 2015). Ayahhanda Kyai Aqiel mewarisi darah ulama, dari pesantren Gedongan, Cirebon. Ia merupakan puta dari Kyai Siradj, yang msih keturunan dari Kyai Muhammad Said Gedongan, Cirebon. Kyai Muhammad Said, merupakan ulama yang menyebarkan Islam dengan mengajar santri di pesantren, dan turut berjuang melawan penjajah Belanda. Kyai Muhammad Said Gedongan wafat pada tahun 1931. Gedongan terletak di desa Ender, Kecamatan Pangenan, di kawasan Timur Cirebon, Jawa Barat. Kampung ini, bersebelahan Blok Kubnagbango, Ender di sebelah utara dan Clekepu (Getrakmoyan) di sebelah selatan. Sedangkan disebalah timur berbatasan dengan sungai pembatan, batas kecamatan Pangenan- Gebang dan di sebelah barat berbatesan dengan Blok Rakit. Desa Ender di kampung ini, berdiri pesantren asuhan Kyai Muhammad Said. Kyai Said berjuang pada abad 18. Pada awalnya, Kyai Said mengasuh sekitar 20 santri, sebagai cikal bakal Pesantren Gedongan (Ahmad Musthofa Haroen:2015). Sedangkan Ibunda Said Aqil Siradj yaitu nyai Hj. Afifah adalah putri kesembilan dari sebelas bersaudara yang merupakan putri dari KH. Harun dan Nyai Ummi Laila, Kyai harun merupakan pendiri Pondok Pesantern Kempek. Kempek merupakan nama sebuah desa di sebelah barat Cirebon, sekitar 20 km dari kota cirebon, Jawa Barat. Kempek berada diwilayah kecamatan palimanan, yang diapit dua jalan besar arah jakarta dan bandung. Sejarah pesantren Kempek, tak bisa dilepaskan dari dari perjuangan Kyai Harun. Beliau 53 adalah seorang ulama yang mewarisi tradisi intelektual dari kyai-kyai Cirebon dan priyai dari Kasultanan Cirebon. Kyai Harun banyak berguru dari ulama-ulama di pesantren Jawa barat dan Jawa tengah, di antranya KH. Yusuf (Indramayu). Kyai Ubaidillah (Tegal) dan KH. Murtadho (Pekalongan). Pada 1908, Kyai Harun mendirikan pesantren di kampung ini, Kyai Harun merupakan buah hati KH. Abdul Jalil Pekalongan dan Nyai Hj. Kamali, wanita berdarah Sunda dari Kedondong Cirebon. Kyai Harun wafat pada 23 Maret 1935. Kemudian pengajian pesantren dilanjutkan oleh putra dan menantu beliau. Di antra putara beliau adalah KH. Yusuf Harun, KH. Umar Sholeh, KH. Hasan Harun. Sedangkan menantu beliau adalah KH. Mashur Zubair Losari, KH. Zuhdi Ilyas Surakarta, Kyai Muslim Tegal, KH. Nashir Abu Bakar Tegal, Kyai Ma‟sum Siroj Gedongan, dan Kyai Aqiel Siroj Gedongan. Kemudian Kyai Aqil Sirodj yang merupakan ayah dari Said Aqil Siradj mengembnagkan sistem pendidikan madrasah, untuk melengkapi pembelajaran santri di pesantren, kyai Aqil mengembangkan pesantren kempek, dengan merintis Majlis Tarbiyatul Mubtadi‟ien pada tahun 1960-an yang kemudian sekarnga menjadi Pondok Pesantren KHAS Kempek. Kayain Aqil memiliki lima Putra yaitu : 1. KH. Ja‟far Shodiq Aqiel Siradj (Almarhum) 2. KH. Sa‟id Aqiel Siradj 3. KH. Moh. Musthofa Aqiel Siradj 4. KH. Ahsin Syifa Aqil Siradj (Almarhum) 5. KH. Ni‟amillah Aqiel Siradj Dari kelima putra kyai Aqil tersebut, semuanya menjadi pengasuh pesantren dan berpengaruh di lingkungan masyarakat masing-masing, termasuk Said Aqiel Siroj yang menjadi ketua PBNU pusat (Ahmad Musthofa Haroen : 2015). Said Aqiel Siradj nasabnya tersambung dengan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati) berasal dari jalur ayahandanya (Kyai Aqiel) yang merujuk 54 pada pesantren Gedongan, dan dari jalur ibunya dari Pesantren Kempek. Akan tetapi, pendapat yang kuat dan dapat diverifikasi secara jelas berasal dari jalur ayahandanya, yakni Kyai Aqil bin Kyai Siradj bin Kyai Said. Selain itu, Said Aqil Siradj juga tersambung dengan jalur silsilah keluarga Syekh Ahmad Mutamakkin Kajen. Hal ini, pernah terdengar ketika bersilaturahmi dengan kyai Sahal Mahfudh. Kang Said masih memiliki hubungan famili yang akrab dengan Kyai Sahal Mahfudh Keluarga Said Aqil Juga juga memeiliki hubungan silsilah dengan Syekh Syarif Hidayatullah. Hubungan darah yang tersambung dari kakeknya, Kyai harun membuktikan bahwa pesantre-pesantren di Cirebon memiliki hubungan kekeluargaan yang yang kental. Silsilah ini, bukan dimaksudkan sebagai penghormatan diri, atau pencitraan semata. Akan tetapi untuk menjaga silaturahmi antar keluaraga, pesantren dan menjaga amanah perjuangan Islam yang sudah diwariskan oleh Walisongo, terutama Syekh Syarif Hidayatullah. Runtutan silsilah ini, bermula dari kang said bin Ny. Afifah binti Kyai Harun bin Ny. Madrawi binti Pangeran Hasanudin bin Sultan Anom Moh. Kaharuddin I bin Sultan Anom Abu Sholeh Imamuddin bin Sultan Anom Khaeruddin bin Sultan Anom Alimuddin bin Sultan Anom Raja Mandura Raja Kadiruddin bin Sultan Anom Muhammad Badruddin bin Panembahan Girilaya bin Pangeran Dipati Anom Cirebon bin Panembahan Ratu bin Pangeran Dipati Carbon bin Pangeran Pasarean bin Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Selanjutnya, dari Syekh Syarif Hidayatullah, nasabnya tersambung secara runtut dengan Fatimah Az-Zahra binti Rasulallah SAW. Dengan demikian, silsilah keluarga dan genealogi pengaetahuan pesantren, yang menjadi akar keilmuan Kang Said dapat ditelusuri secara jelas ini menjadi ciri khas pesantren yang mewarisi keilmuan islam secara runtut, bukan secara serampangan mengamalkan keilmuan Islam (Ahmad Musthofa Haroen : 2015). 55 B. Riwayat Pendidikan Said Aqil Siroj Bagi Said Aqil Siradj peran ayah hanadanya, Kyai Aqil bin Sirodj sangat penting bersama istrinya, Nyai Afifah. Kyai Aqil merawat anak-anknaya dengan kasih sayang, sekaligus menuntun putra-puranya menelusri sumber pengetahuan hidup Kyai Aqil merupakan tipikal orang alim yang sederhana. Baginya, yang terpenting adalah putra-putranya mau ngaji/belajar sebagai bekal pengetahuan. Pengaruh Kyai Aqil Siradj, sangat tersa dalam proses hidup Said Aqil Siradj. Beliau mengawali pendidikan dengan mengaji kepada ayahandanya, saat itu, iya juga belajar di Sekolah Rakyat (SR) stelah itu, Said Aqil Siradj meneruskan pengembaran kepesantren lirboyo kediri, tabarukan jejek langkah ayahandanya yang mengaji kepada kyai manaf. Said Aqil Siradj berniat untuk nglap berkah ke ilmuan Mbah Mahrus Ali, yang merupakan pengasuh Pesantren Lirboyo kediri di Pesantren ini, Said Aqil Siradj mengaji kepada Kyai Mahrus Ali, yang terbilang masih familinya. Kyai Said meneruskan amnah ayahnadanya untuk mengaji dipesntren. Said Aqil Siradj di PP Lirboyo Kediri merampungkan mengajinya hingga tingkat Madrasah Aliyah. Kemudian, ia melanjutkan belajar ke Universitas Tribakti yang dekat dengan lokasi Pesantren Lirboyo . Beberapa pengasuh Pesantren Lirboyo yang terlibat untuk mengajar dan merawat Universitas Tribakti,yang kemudian juga diikuti oleh santri-santri senior untuk kuliah di kampus ini. Akan tetapi, Said Aqil Siradj tidak puas dengan pengembaraan ilmu pengetahuan di universitas ini, Akhirnya, ia pindah menuju kota mataram, menuju Ngayogyakarta Hadiningrat. Di Yogya, Said Aqil Siradj mengaji di Pseantren Al-Munawwir di bawah bimbingan langung Kyai Ali Masum (Ahmad Musthofa Haroen : 2015). Ketika mengaji di Yogyakarta, Said Aqil Siradj juga belajar di Institut Agama Islam Negri Sunan Kalijaga (Sekarang UIN Sunan Kalijaga). Ketika itu, Mbah Ali Mashum sebagai Guru Besar di kampus ini. Akan tetapi, hampir sama ketika kuliah di Universitas Tribakti, Kang Said juga belum puas dengan iklim akademik di negri ini. 56 Pada tahun 1980, Said Aqil Siradj berangkat menuju makkah ditemani istrinya, Nurhayati. Pada 1982, Said Aqil Siradj berhasil lulus strata 1 jurusan ushuluddin. Kemudian, ia melanjutkan S-2 di jurusan perbandingan agama, lulus 1987. Setelah itu, Said Aqil Siradj langsung meneruskan belajar kejenjang doctoral, dan lulus camlaude pada `1994. Dalam masa perjuangan belajar di Makkah, Said Aqil Siradj sangat terbantu dengan hadirnya istri tercinta disampingnya (Ahmad Musthofa Haroen : 2015). Berikut rincian jenjang pendidikan, jabatan dan organisasi yang pernah diikuti oleh Said Aqil Siradj : 1. Pendidikan a. Madrasah Tarbiyatul Mubtadi‟ien Kempek Cirebon dan SR (Sekolah Rakyat) b. Hidayatul Mubtadi‟en Pesantren Lirboyo Kediri
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages10 Page
-
File Size-