![Kondisi Vegetasi Hutan Mangrove Kuala Langsa Kota Langsa – Aceh](https://data.docslib.org/img/3a60ab92a6e30910dab9bd827208bcff-1.webp)
12 KONDISI VEGETASI HUTAN MANGROVE KUALA LANGSA KOTA LANGSA – ACEH Suri Purnama Febri1, Andika Putriningtias1, Teuku Muhammad Faisal1 Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Samudra Langsa Aceh Email: [email protected] ABSTRAK Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau- pulau besar mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua (Spalding et al., 2010). Mangrove adalah tumbuhan berkayu yang hidup diantara daratan dan lautan daerah pasang surut, kondisi tanah berlumpur dan salinitas tinggi di daerah tropis dan subtropis (Duke et al., 2007). Ekosistem Mangrove merupakan suatu ekosistem khas pada daerah pantai yang memiliki produktivitas tinggi dan berperan sebagai fungsi fisik, ekologis dan ekonomis. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui kondisi vegetasi hutan mangrove di Kuala Langsa, Kota Langsa. Metode pengambian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara Purposive Sampling. Pengamatan terdiri atas 3 stasiun, pada tiap stasiun ditentukan 3 transek/plot. Transek dimulai dari arah laut menuju ke daratan dan tegak lurus garis pantai. Pengukuran dilakukan terhadap pohon (20mx20m), pancang (5m x5m), dan semai (2m x2m) yang meliputi inventarisasi jenis, jumlah individu, diameter dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetasi di hutan mangrove Kuala Langsa didominasi jenis R.apiculata, baik pada tingkat semai, pancang dan pohon. Selanjutnya pada kawasan hutan magrove Kuala Langsa diperoleh 5 jenis mangrove sejati dan 2 jenis komponen mangrove ikutan Kata Kunci : Kondisi vegetasi, Mangrove, Kuala Langsa Pendahuluan potensi untuk dikembangkan Ekosistem Mangrove menjadi kawasan pertambakan. merupakan suatu ekosistem khas Kenyataan tersebut sering kita pada daerah pantai yang memiliki jumpai dimana lahan mangrove produktivitas tinggi dan berperan telah dikonversi menjadi tambak sebagai fungsi fisik, ekologis dan (Onrizal, 2010). ekonomis. Adanya interaksi Hutan mangrove juga diantara komponen-komponen merupakan rumah bagi berbagai ekosistem mangrove menjadikan hidupan liar seperti berbagai jenis ekosistem tersebut sebagai habitat moluska, echinodermata, ikan, yang baik bagi berbagai jenis Crustacea, burung, tumbuhan biota. Selain kondisi pasang surut epifit dan berbagai biota lainnya. dan kesuburannya yang Mangrove diketahui sebagai mendukung, mangrove memiliki daerah pemijahan (spawning 13 ground), daerah perawatan dalam menjaga habitat pesisir dan (nursery ground), dan daerah menghasilkan produk perikanan makanan (feeding ground) bagi bernilai ekonomis penting. Atas beberapa jenis biota laut. Salah dasar inilah perlu dilakukan suatu satu produk yang paling memiliki penelitian terkait kondisi vegetasi nilai ekonomis tinggi dari hutan mangrove di Kuala Langsa, ekosistem mangrove adalah Kota langsa. perikanan pesisir. Mangrove juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan Metode komersial seperti ekspor kayu, Metode yang digunakan kulit untuk tanin, arang, bahan dalam penelitian ini adalah kertas, obat-obatan dan makanan metode deskripsi dengan jenis (Noor et al., 2006). metode survei langsung. Metode Kota Langsa merupakan pengambilan sampel dilakukan kota yang berbatasan langsung secara Purposive Sampling. dengan Selat Malaka. Secara Stasiun pengamatan terdiri atas 3 geografis wilayah Kota Langsa stasiun. Pada tiap stasiun mempunyai kedudukan strategis, ditentukan 3 transek/plot. Transek baik dari segi ekonomi maupun dimulai dari arah laut menuju ke sosial budaya serta memiliki daratan dan tegak lurus garis potensi di bidang Industri, pantai. Dalam penelitian ini perdagangan dan pertanian, Kota menggunakan metode garis Langsa mempunyai prospek yang berpetak dengan lebar 20 m yang baik bagi pemenuhan pasar di berisi 3 plot dengan jarak antar dalam dan luar negeri. Kota plot 50 m. Pengukuran dilakukan Langsa mempunyai luas wilayah terhadap pohon (20mx20m), 262,41 KM2, dan memiliki hutan pancang (5mx5m), dan semai (2m bakau yang luas yakni 7.837 Ha x2m). (BPS, 2015). Keberadaan mangrove di Analisis Data Analisis Kondisi Kota Langsa merupakan aset Vegetasi Hutan Mangrove strategis untuk dikembangkan Analisa data yang dilakukan dengan basis kegiatan ekonomi mengikuti Kusmana (2005) dengan tujuan pemakmuran mencakup nilai kerapatan jenis, masyarakat pesisir dan kerapatan relatif, frekuensi jenis, peningkatan perolehan frekuensi relatif, penutupan jenis, pendapatan asli daerah. penutupan relatif, dan indeks nilai Mengingat banyaknya fungsi dan penting. kegunaan dari hutan mangrove, (1) Kerapatan Jenis dan dibutuhkan suatu pengelolaan Kerapatan Relatif kawasan mangrove di Kota Langsa secara sustainable diperlukan langkah-langkah konkrit dan konstruktif. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai salah satu langkah tepat dalam menjaga kelestarian mangrove (2). Frekuensi Jenis dan Frekuensi yang secara ekologis berperan Relatif 14 Keterangan : J’ = Indeks keseragaman (Evennes) H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner H max = Log 2 S S = Jumlah individu atau (3). Dominansi Jenis (Penutupan) taksa dan Dominansi Relatif (Penutupan Relatif) Nilai indeks keseragaman spesies berkisar antara 0 – 1 (Krebs, 1989). Bila nilai indeks keseragaman mendekati 0, maka Keterangan : dalam ekosistem tersebut ada D = Dominansi (Penutupan kecenderungan terjadi dominasi jenis) spesies yang disebabkan adanya BA = Luas bidang dasar pohon ( ketidakstabilan faktor-faktor ¼ π d2) lingkungan dan populasi. Bila A = Luas petak contoh nilai indeks keseragaman mendekati 1, maka ekosistem tersebut berada dalam kondisi yang relatif merata, yaitu jumlah individu untuk setiap spesies (4). Indeks Nilai Penting relatif sama dan perbedaannya Untuk pohon : tidak terlalu mencolok. INP = KR+ FR+ DR Untuk semai dan pancang : Hasil dan Pembahasan Kondisi INP = KR+ FR Vegetasi Hutan Mangrove (5). Indeks Keanekaragaman (Kerapatan Jenis dan kerapatan Jenis Shannon-Wienner Relatif; Frekuensi Jenis dan Frekuensi Relatif; Dominansi Jenis dan Dominansi Relatif; Indeks Keanekaragaman; Keterangan : Indeks Keseragaman H’ = Indeks keanekaragaman Berdasarkan hasil Shannon-Wienner penelitian yang telah dilakukan di Pi = Proporsi jumlah individu kawasan hutan mangrove Kuala spesies ke-I terhadap Langsa diperoleh 5 jenis jumlah individu total yaitu mangrove sejati dan 2 jenis Pi : ni/N dengan ni : komponen mangrove ikutan. jumlah suatu spesies I dan Kelima jenis mangrove sejati N : total jumlah spesies. tersebut adalah Avicennia lanata, (6). Indeks Keseragaman Bruguiera gymnorrhiza, Rumus indeks Rhizophora apiculata, R. keseragaman dinyatakan sebagai mucronata dan Xylocarpus berikut (Krebs, 1989): granatum. Jenis-jenis komponen mangrove ikutan yang dijumpai adalah Derris trifoliata dan 15 Thespesia populnea. Hasil analisis dapat dilihat pada (Tabel 1, 2, dan kerapatan vegetasi di kawasan 3). hutan mangrove Kuala Langsa Tabel 1. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Semai No Nama Jenis K KR F FR INP 1 R. apiculata 11.011,90 68,77 0,71 93,75 162,52 2 R. mucronata 4.166,67 26,02 0,02 3,13 29,15 3 D. trifoliata 833,33 5,20 0,02 3,13 8,33 Total 16.011,90 100 0,76 100 200 Tabel 2. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Pancang No Nama Jenis K KR F FR INP 1 R. apiculata 3.009,52 96,93 0,93 92,86 189,79 2 T. populnea 9,52 0,31 0,02 2,38 2,69 3 R. mucronata 76,19 2,45 0,02 2,38 4,83 4 A. lanata 9,52 0,31 0,02 2,38 2,69 Total 3.105,00 100 0,99 100 200 Tabel 3. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Tiang/Pohon N K KR FR DR Nama Jenis F D INP o (individu/ha) (%) (%) (%) 1 R. apiculata 70,83 90,15 0,19 57,14 2,95 91,33 238,62 2 B. gymnorrhiza 1,19 1,52 0,02 7,14 0,04 1,20 9,86 3 A. lanata 5,36 6,82 0,10 28,57 0,21 6,38 41,77 4 X. granatum 1,19 1,52 0,02 7,14 0,04 1,09 975 Total 78,57 100 0,33 100 3,23 100 300 Keterangan : K = Kerapatan (individu/ha) , KR = Kerapatan Relatif (%), F = Frekuensi, FR = Frekuensi Relatif (%), D = Dominasi, DR = Dominasi Relatif (%), INP = Indeks Nilai Penting. Tingkat vegetasi semai, sebanyak 3.105 individu/ha pancang dan pohon di dominasi (Tabel 2). oleh jenis R. apiculata dengan Kerapatan vegetasi tingkat jumlah kerapatan permudaan pohon yang di dominasi jenis R. tingkat semai = 11.011,90 apiculata diperoleh hasil individu/ha dengan total kerapatan kerapatan = 70,83 individu/ha untuk seluruh jenis semai dengan total kerapatan untuk sebanyak 16.011,90 individu/ha seluruh jenis = 78,57 individu/ha (Tabel 1). Jenis R. apiculata yang (Tabel 3). Hal ini menunjukkan mendominasi tingkat pancang per pada tingkat vegetasi pohon di hektar = 3.076,20 individu/ha lokasi penelitian di kawasan hutan dengan dengan total kerapatan mangrove Kuala Langsa untuk seluruh jenis pancang mempunyai vegetasi tingkat pohon yang sangat rendah 16 dibandingkan hasil dari penelitian mangrove. Mangrove untuk dapat yang dilakukan oleh BRR (2007) tumbuh baik memerlukan sejumlah pada keseluruhan kawasan faktor pendukung utama dalam mangrove di pesisir Kota Langsa pertumbuhan yaitu ketersediaan yaitu 2.067 individu/ha. nutrien atau bahan organik. Hal Indeks Nilai Penting (INP) ini juga dinyatakan oleh Bengen digunakan untuk menetapkan (2002) bahwa semakin tinggi dominasi suatu jenis terhadap kepadatan berarti semakin banyak jenis lainnya atau dengan kata lain seresah yang diproduksi sehingga nilai penting menggambarkan memungkinkan kondisi kedudukan ekologis suatu jenis lingkungan semakin subur. dalam komunitas. INP beberapa Selanjutnya Noor et al, (2006) jenis tumbuhan yang ditemui di menyatakan bahwa R. apiculata setiap plot pada penelitian kawasan dapat tumbuh mencapai tingkat
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages8 Page
-
File Size-