Geriten Karo Sebagai Pembentuk Identitas Tempat (Devin Defriza Harisdani, Dwi Lindarto)

Geriten Karo Sebagai Pembentuk Identitas Tempat (Devin Defriza Harisdani, Dwi Lindarto)

Geriten Karo Sebagai Pembentuk Identitas Tempat (Devin Defriza Harisdani, Dwi Lindarto) GERITEN KARO SEBAGAI PEMBENTUK IDENTITAS TEMPAT Devin Defriza Harisdani 1,, Dwi Lindarto 2 1,2Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, 20122 *E-mail : [email protected] Diterima: 9 April 2019 Direvisi: 27 Mei 2019 Disetujui: 16 Juni 2019 ABSTRAK. Perkembangan arsitektur dunia adalah memunculkan ciri lokalitas. Saat ini peneliti Indonesia tengah menyusun kertas kerja dengan semangat pengungkapan kecerdasan Arsitektur Nusantara yang setara dengan pengetahuan arsitektur dunia. Penelitian ini bertujuan mengungkap potensi Geriten sebagai kecerdasan Arsitektur Nusantara. Pengungkapan karakter dan identitas tempat Geriten dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif antara lain transformasi dan modifikasi geriten untuk berbagai fungsi di masa kini. Temuan menunjukkan bahwa elemen wajah arsitektur Geriten Karo meng-kini menunjukkan kecenderungan sebagai unsur pembentuk landmark (penanda tempat) melalui desain rhythm perulangan, vista, vertikalitas, ungkapan focal point. Bentuk ayo tampil sebagai pembentuk identitas Karo dalam transformasi bentuk dan proporsi. Unsur bentuk atap Geriten pantas dilestarikan dan dikuatkan sebagai unsur arsitektur pembentuk identitas tempat. Kata kunci : Geriten Karo, Transformasi Arsitektur, Identitas tempat ABSTRACT. The development of world architecture is characterizing by locality aspects. Currently, Indonesian researchers propose a working paper with the spirit of the discourse about the intelligence of Arsitektur Nusantara, which is equivalent to the knowledge of world architecture. This study aims to reveal the Geriten as the intelligence of Arsitektur Nusantara. Disclosure of the Geriten’s place identity and the character done with qualitative descriptive methods include Geriten transformation and modification element of architecture for a variety of functions in the present. The findings indicate that the shape of the Geriten in Karo contemporary architecture shows a tendency as a component of formation landmark through the design iteration rhythm, vista, verticality, expression of the focal point. The shape of Geriten’s ayo appears as forming Karo identity in the transformation and proportion. The Geriten roof strengthened as an element of place identity. Keywords: Geriten Karo, Architecture Transformation, Place Identity PENDAHULUAN yang melandasi adalah pemahaman bahwa pengetahuan arsitektur daerah mempunyai ke- Perkembangan arsitektur dunia masa kini cerdas-an sebagai kemampuan otak/nalar; tapi diwarnai oleh usaha untuk memunculkan juga mempunyai ke-cerdik-an sebagai kembali kekhususan ciri lokalitas yang kemampuan intuisi/perasaan manusia kemudian dilafalkan menjadi regionalisme pembuatnya. dengan tampilan keunikan tempat beridentitas. Kehendak untuk memperlihatkan identitas Tuntutan pengungkapan regionalisme setempat dan potensi olah rancang bangun arsitektur daerah di Indonesia dalam upaya yang berbeda antar tempat dianggap menjadi berarsitektur kiwari menjadi halal dilakukan suatu keharusan dan populer sebagai pokok penghadiran kembali segenap ungkapan dan bahasan narasi maupun praksis di era abad komponen arsitektur klasik atau daerah atau XII. Fenomena demikian berlangsung juga di tradisional guna melihatkan identitas atau jati Indonesia melalui diskusi panjang atas nama diri bangsa (Prijotomo, 2004). Metode olah Arsitektur Nusantara, suatu model penalaran pikir yang ditawarkan antara lain dengan arsitektur yang dibangun atas pengetahuan menempatkan arsitektur daerah sebagai arsitektur (bukan antropologi atau selainnya). rekaman pengetahuan arsitektur yang dapat digunakan untuk “membuat” arsitektur yang Sejauh ini para penggiat Arsitektur Nusantara me-nusantara disatu pihak dan menjadikan di Indonesia telah menghasilkan banyak kertas arsitektur daerah sebagai warga arsitektur kerja dalam rangka mengungkap kecerdasan dunia di pihak yang lain. Penelitian ini ibarat arsitektur daerah ditengah ironi kemusnahan pengungkapan selubung demi selubung artefak arsitektur daerah itu sendiri. Semangat lipatan pengetahuan arsitektur daerah yang 1 Jurnal Arsitektur NALARs Volume 19 Nomor 1 Januari 2020 : 1-8 p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832 akan mengkayakan khasanah pengetahuan indigenous arsitektur daerah di Indonesia sebagai materi dalam upaya mewujudkan arsitektur yang berjati diri. Di pulau Sumatera utamanya di Sumatera Utara setidaknya terdapat tujuh etnis mengemuka yaitu Nias, Pak-Pak Dairi, Melayu, Mandailing, Toba, Simalungun dan Karo. Suku Karo tinggal di dataran tinggi 1300 m dpl di lereng gunung Sinabung dan Sibayak Kabupaten Tanah Karo. Masyarakat Karo Gambar 1. Konsep Place Attachment sebagian masih penganut Pemena atau (Scannel, 2009) Pabegu selain pemeluk agama Islam atau Kristen. Masa kini permukiman Karo yang Penelitian ini difokuskan kepada kajian masih cukup terawat terdapat di desa Lingga dimensi tempat yang berpotensi sebagai unsur Kabupaten Karo sejauh 4,5 km dari ibu kota pembentuk identitas yaitu bagaimanakah Kabanjahe. arsitektur (bentukan tempat) mampu tampil sebagai suatu identitas lokal menggubah Suatu pemukiman rumah Karo yang disebut keterikatan seseorang dengan tempat. Kuta terdiri atas beberapa rumah Si Waluh Jabu (rumah tinggal), Sapo Page (lumbung Perbincangan place attachment menunjuk padi), Jambur (balai berkumpul), Jambur pada place sebagai subyek bahasan yang Lesung (tempat menumbuk padi) dan Geriten diterangkan dalam berbagai tinjauan skala (tempat tulang moyang). Eksistensi Geriten geografis mulai dari ruang makan di rumah, terlihat di tengah kemusnahan tipe rumah Karo desa atau kota dan terbagi menjadi ragam tipe (tercatat tahun 2017 desa Lingga menyisakan secara keterikatan tempat sosial dan hanya 3 bangunan Si Waluh Jabu, Jambur keterikatan tempat ragawi (Riger & Lavrakas, Lesung dan Geriten). Arsitektur yang disebut 1981). Kekuatan keterikatan tempat terkuat Geriten oleh masyarakat kini hanya menunjuk adalah suasana home (rumah) dan lingkungan kepada hiasan tugu, gerbang desa jauh dari tempat tinggal semasa kecil dimana suasana kesan sakral sumber keteladanan nenek sosial terbentuk oleh lama tinggal lebih terpatri moyang. Khasanah kecerdasan arsitektur Karo di benak pengamat dibanding dimensi fisik sendiri telah banyak ditelaah dari sisi lingkungan semata (Hidalgo & Herna´ndez, keberadaan Geriten (dalam Loebis, 2004; 2001). Schefold, R, 2014). Dengan memperhatikan kebertahanan arsitektur Geriten maka menarik Seseorang juga merasa adanya keterikatan untuk diungkapkan unsur yang meneguhkan dengan tempat yang memfasilitasi kegiatan Geriten sebagi suatu bentukan yang tetap sosial bersama dan grup beridentitas tertentu dipakai dalam berbagai kreasi desain arsitektur (kelompok lifestylish). Dalam hal ini tampilan Karo masa kini. fisik tempat yang mempertimbangkan densitas, kedekatan dan tampilan fasilitas IDENTITAS TEMPAT umum sangat berpengaruh terhadap kemenjadian keterikatan terhadap tempat Identitas tempat dimaknai sebagai unsur yang tersebut (Fried, 2000). Lalli (1992) menyatakan menjadikan suatu tempat ter-identifikasi bahwa hal keterkaitan secara spasial menjadi dengan baik membentuk keterikatan suatu penting bagi keterikatan terhadap tempat tempat dengan person pengamat sebagai karena tempat menyimbolkan kondisi sosial suatu place attachment. Sebagaimana dan identitas sosial yang berujung pada place diketahui framework dasar multi dimensi identity. Keterikatan tempat terwujud antara konsep place attachment adalah merupakan lain karena adanya „„distinctiveness’’ antar pengorganisasian tripartite antara person, tempat atau adanya kekhasan tatanan proses psikologi dan dimensi place/tempat penampilan tempat tersebut (Twigger-Ross & (Scannel, 2009). Uzzell, 1996). Keluasan unsur keterikatan terhadap tempat mencakup segenap lingkungan binaan mulai dari rumah, jalan, arsitektur, bangunan utilitas sampai lingkungan alami seperti danau, hutan, kebun, bukit, gunung dan sungai (Manzo, 2 Geriten Karo Sebagai Pembentuk Identitas Tempat (Devin Defriza Harisdani, Dwi Lindarto) 2003; Manzo, 2005). Konsep yang sejalan transformasi ini akan menjadi tipologi model adalah environmental identity yang juga perencanaan berbasis kearifan lokal (genius menekankan bahwa place attachment sangat loci). tergantung kepada aspek fisik dan sosial suatu tempat (Clayton, 2003). HASIL DAN PEMBAHASAN Bagaimana suatu tatanan fisik mempunyai pengaruh yang menjadikan seseorang Survey fisik dan aktivitas dilakukan pada mempunyai keterikatan suatu tempat menjadi beberapa objek di desa Lingga Karo, Kantor fokus dari pengungkapan penelitian ini. Makna Bupati Kabupaten Karo, Kantor DPRD (symbolic meaning) suatu tatanan arsitektur Kabupaten Karo, Simalem Resort Merek, Kota menjadi mediasi bagi terbentuknya model Kabanjahe dan Berastagi, Kota Medan. keterikatan tempat. Stedman (2003) menyatakan bahwa seseorang tidak serta Di desa Lingga terdapat gapura yang merta mempunyai keterikatan dengan suatu menggunakan bentuk Geriten menjadi pilihan tempat namun pemaknaan terhadap suasana penataan oleh Pemerintah Kabupaten Karo, tempat tersebut dalam bentuk kegiatan atau dengan tujuan sebagai pembentuk citra atmosphere menjadikan segera terbentuknya kawasan desa wisata ini. Bentukan Geriten keterikatan terhadap tempat tersebut. pada gapura ini memiliki ekspresi yang . mengarah kepada kualitas landmark kawasan, METODE PENELITIAN dengan penggunaan unsur ketinggian / vertikalitas sebagai unsur pembentuk identitas Pada tahap awal penelitian dilakukan untuk tempat. menganalisis perubahan

View Full Text

Details

  • File Type
    pdf
  • Upload Time
    -
  • Content Languages
    English
  • Upload User
    Anonymous/Not logged-in
  • File Pages
    8 Page
  • File Size
    -

Download

Channel Download Status
Express Download Enable

Copyright

We respect the copyrights and intellectual property rights of all users. All uploaded documents are either original works of the uploader or authorized works of the rightful owners.

  • Not to be reproduced or distributed without explicit permission.
  • Not used for commercial purposes outside of approved use cases.
  • Not used to infringe on the rights of the original creators.
  • If you believe any content infringes your copyright, please contact us immediately.

Support

For help with questions, suggestions, or problems, please contact us