
UNIVERSITAS INDONESIA ANTARA JEMAAH DAN PARTAI POLITIK: DINAMIKA HABITUS KADER PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DALAM ARENA POLITIK INDONESIA PASCA PEMILU 2004 DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor Sosiologi ARIEF MUNANDAR 0806 402 805 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM PASCA SARJANA SOSIOLOGI DEPOK JULI 2011 Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menyertaimu. – Ustadz Rahmat Abdullah (alm.) – SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa disertasi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Unversitas Indonesia. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya Depok, 5 Juli 2011 Arief Munandar 0806 402 805 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Disertasi ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Depok, 5 Juli 2011 Arief Munandar 0806 402 805 i KATA PENGANTAR Disertasi ini dimulai dengan cinta, dijalani dengan cinta, dan kemudian juga diselesaikan dengan cinta. Utamanya adalah cinta kepada Jemaah Tarbiyah yang dikenal peneliti lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Momen-momen halaqah di sebuah pojok di lantai dua Mesjid ARH UI yang di awal tahun 1990 belum semegah sekarang tidak mungkin dilupakan. Ketika itu penulis berkenalan dengan materi-materi pembinaan, skema-skema bertuliskan huruf Arab, dengan kode nomor surat dan ayat al Qur-an di sisinya, yang ternyata namanya rasmul bayan. Penulis disadarkan bahwa beragama itu artinya mencintai kehidupan, yang mesti dimanifestasikan dengan bekerja yang memberikan manfaat bagi peradaban. Perjalanan bersama Jemaah Tarbiyah yang kemudian bersalin rupa menjadi PK dan PKS tidaklah sepi dari pasang-surut. Ada saat-saat di mana kejenuhan menyergap dan memberati langkah. Namun alhamdulillah, cinta kembali meneguhkan hati untuk tetap tegar bersamanya. Lalu cinta pula yang mengiringi potongan-potongan gagasan awal yang berlompatan dari benak penulis ke keyboard komputer pada saat embrio yang paling awal dari proposal penelitian ini mulai dituliskan, lalu revisi demi revisi yang ketika itu rasanya tak kunjung selesai. Kemudian momen-momen krusial itu datang berturut-turut. Ujian kualifikasi yang berhasil penulis selesaikan pada tanggal 23 April 2010. Ujian Proposal Penelitian yang digelar para tanggal 24 Juni 2010. Selanjutnya Ujian Pra-Promosi pada tanggal 23 Juni 2011. Dan Ujian Promosi, 5 Juli 2011. Tentu cinta yang termulia adalah dari dan kepada Allah SWT yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Terimakasih ya Rabbi atas limpahan cinta ini. Memang bukan yang kuinginkan yang Kau berikan. Ketika kuminta padaMu kekuatan, Kau berikan padaku jalan berliku dan sakit yang mendera begitu rupa, sehingga perjalanan disertasi ini juga dihiasi dengan beberapa waktu terbaring di rumah sakit, meninggalkan pekerjaan tetap untuk memastikan fokus yang terjaga, dan malam-malam yang panjang dengan hanya sedikit waktu memicingkan mata. Tapi kini kuyakin, Kau berikan padaku yang kubutuhkan: penguat jiwa agar aku menjadi hamba yang pandai bersyukur karena semua ternyata sungguh indah pada saatnya. Kemudian ada cinta dari almarhumah Mama Tasmiyeti yang luar biasa. Darinya peneliti belajar tentang keteguhan dan kekuatan. Kenangan mendalam pada Mama yang selalu tersenyum dan optimis, bahkan ketika jaringan kanker serviks stadium lanjut menggerogoti tubuhnya, membuat peneliti malu untuk berkeluh kesah. Kalaulah kemudian disertasi ini membawa manfaat dan kebaikan, semoga ia dicatat Yang Maha Lembut sebagai untaian doa bagi Mama di alam baka. Dari Papa Dasril, sebagian cinta itu adalah untaian dzikir tak terputus, lantunan ayat-ayat Qur-an yang lirih, dan doa yang berlimpah. Semuanya menguatkan peneliti ketika harus bertarung melawan bosan dan kantuk di malam- malam yang sepertinya tak berujung, mengetikkan kata demi kata, kalimat demi kalimat dalam disertasi ini. Terimakasih Ma, terimakasih Pa. Terimakasih pula untuk almarhum Apah Amarullah dan Amak Rahmaniah. Doa penulis untuk kalian semua. Universitas Indonesia ii Sulit bagi penulis membayangkan disertasi ini bisa diselesaikan tanpa cinta Dr. Fitriany, istri penulis yang setia mendampingi, bahkan pada saat-saat yang paling berat sekalipun. Ketika penulis terbaring sakit. Ketika penulis kehilangan kesabaran. Ketika rasa putus asa menyergap dan melumpuhkan. Dan maaf, ketika uang di rekening bank tak cukup untuk melunasi biaya kuliah. Terimakasih Umi. Semoga semua jadi catatan kebaikan yang berlimpah di sisiNya. Lalu Fathimah Shafiyyah, putri semata wayang penulis yang memberikan cinta dengan caranya sendiri. Nak, mengingat kamu yang membuat Abi kembali bangkit dan bersemangat, bahkan ketika melangkahpun rasanya tak lagi sanggup. Dan akhirnya, Allahu Akbar! Dengan izinMu disertasi ini selesai. Alhamdulillah Allah mempertemukan penulis dengan orang-orang hebat, yang tanpa mereka disertasi ini tidak akan terwujud. Dua orang yang berjasa sangat besar adalah Promotor, Dr. Iwan Gardono Sujatmiko, dan Ko-Promotor, Dr. Meuthia Gani Rochman. Ketika gagasan penulisan disertasi ini masih belum jelas wujudnya, Mas Iwan memberikan buku “From Mobilization to Revolution” (Tilly, 1978), dan Mbak Meta memberikan artikel “Symbolic Power and Organizational Culture” yang berbicara tentang budaya oganisasi sebagai a negotated order (Hallett, 2003). Dari kedua sumber itulah penulis mendapatkan insight tentang teori tindakan kolektif (Tilly) dan pertarungan simbolik (Boudieu) yang kemudian menjadi tulang punggung disertasi ini. Menjadi mahasiswa bimbingan mereka berdua adalah kehormatan dan berkah. Mas Iwan dengan cermat memberikan masukan tertulis di tiap tahap perkembangan penulisan disertasi ini. Sementara Mbak Meta “menghujani” penulis dengan berbagai artikel yang memperkaya bangunan kerangka teoretik yang penulis gunakan sebagai pijakan. Oh ya, yang juga tak mungkin penulis lupakan, Mas Iwan dan Mbak selalu mengingatkan penulis untuk menjaga kesehatan. Bahkan suatu hari Mbak Meta mengirim email berisi lantunan musik yang sungguh menenangkan. Ucapan terimakasih dan salam takzim saya untuk kedua guru saya yang luar biasa ini. Kemudian ada Dr. Anies Rasyid Baswedan sebagai penguji ahli eksternal dan Francisia SSE Seda, Ph.D sebagai penguji ahli internal. Terimakasih Pak Anies. Sungguh sebuah kehormatan Pak Anies bersedia terlibat dalam perjalanan disertasi ini. Terimakasih pula telah mengingatkan bias yang bersumber dari standpoint peneliti sebagai bagian dari Jemaah Tarbiyah/PKS yang menjadi subjek penelitian. Momen-momen ujian bersama Pak Anies adalah peristiwa yang sangat membanggakan bagi penulis. Lalu harus penulis katakan bahwa Mbak Ery Seda adalah guru teori sosiologi yang tak tergantikan. Dari Mbak Ery penulis mendapatkan insight bagaimana membangun kerangka teori yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Dari Mbak Ery pula penulis belajar bahwa setiap ilmu memiliki pakem masing-masing. Tidak lulus dalam kesempatan pertama Ujian Kualifikasi Teori Sosiologi menyadarkan penulis bahwa diperlukan ketangguhan yang tidak main-main untuk belajar menjadi seorang sosiolog. Yang juga tidak kecil artinya adalah momen-momen diskusi informal yang sungguh mencerahkan. Salah satu yang penulis ingat adalah diskusi tentang teori habitus-arena dan pertarungan simbolik Bourdieu, beberapa saat sebelum mengikuti Ujian Seminar Hasil Penelitian. Terimakasih Mbak Ery. Universitas Indonesia iii Ucapan terimakasih berikutnya harus penulis sampaikan kepada Ketua Departemen Sosiologi FISIP UI, Dr. Linda Darmajanti, MT dan Ketua Program Pascasarjana Sosiologi, Lugina Setyawati, Ph.D. Kedua bukan hanya berperan sebagai penguji. Dari keduanya penulis belajar tentang seluk-beluk metodologi kualitatif yang ternyata sama sekali tidak semudah yang semula penulis bayangkan. Khusus untuk Mbak Lugina, penulis juga harus berterimakasih untuk dua hal. Pertama, kesediaan Mbak Lugina memeriksa dengan detil, kalimat demi kalimat, tabel demi tabel, dari draft disertasi penulis, lalu menandainya dengan kertas warna-warni yang sangat mengesankan. Kedua, kisah Mbak Lugina yang tetap mampu menyelesaikan Ph.D di negeri orang walaupun sempat diuji dengan penyakit kanker. Mbak, kisah itu yang membuat saya malu untuk menyerah. Juga ada kata-kata Mbak Linda pada kuliah-kuliah awal matrikulasi Metodologi Penelitian Kualitatif yang tidak mungkin saya lupakan, “Buat saya jatuh- bangunnya saya berproses menyelesaikan kuliah jauh lebih bermakna ketimbang disertasi yang kemudian saya selesaikan dan gelar yang saya raih”. Subhanallah! Berdosa rasanya jika saya tidak secara khusus berterimakasih pada guru saya, Mas Ganda Upaya, MA. Jasa terbesar Mas Ganda adalah membantu saya “berdamai” dengan sosiologi, dan bahkan kemudian mencintai ilmu ini. Di awal kuliah di Program S3 Sosiologi, ketika ilmu ini terasa begitu kusut dan kisruh, dalam sebuah sesi kuliah Mas Ganda mengatakan, “sosiologi itu untuk dipahami, bukan diimani”. Sontak penulis sadar, persoalannya bukan bahwa kita harus setuju dengan berbagai teori yang dipelajari, namun bagaimana kita “menaklukkan” dan kemudian menggunakannya. Terimakasih Mas Ganda. Ucapan Mas Ganda waktu itu membuat sosiologi menjadi jauh lebih ramah dan menyenangkan.
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages484 Page
-
File Size-