JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor1,Juni 2015,hlm.1-164 Terbit dua kalisetahun pada bulan Juni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan sub-sistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Penanggung Jawab Rektor ISI Padangpanjang Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang Pengarah KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang Ketua Penyunting AfrizalHarun Tim Penyunting Elizar Sri Yanto Surherni Adi Krishna Emridawati Harisman Rajudin Penterjemah Novia Murni Redaktur Saaduddin Liza Asriana Ermiyetti Tata Letak danDesainSampul Yoni Sudiani Web Jurnal Ilham Sugesti ______________________________________________.________________________________ _ Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan Padangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803; e-mail; [email protected] Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis. Diterbitkan Oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang i JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor1,Juni 2015,hlm.1-164 DAFTAR ISI PENULIS JUDUL HALAMAN Hasan Fungsi Sandiwara Amal di Masyarakat Desa 1- 19 Saaduddin Pulau Belimbing, Kec Bangkinang Barat, Kab Kampar Provinsi Riau. Fridolin L. Muskitta Kehidupan Musik Tahuri Masyarakat Negeri 20– 40 Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan, Kotamadya Ambon dalam Konteks Budaya Dewi Susanti Penerapan Metode Penciptaan Alma 41– 56 Hawkins dalam Karya Tari Gundah Kancah Hardi Karakteristik Karya Tari Syofyani dalam 57–70 Berkreativitas Tari Minangkabau di Sumatera Barat Nicolson Roxi Eksplorasi Pasir Sebagai Teknik City Scape 71– 82 Thomas Lukisan Feri Firmansyah Bentuk dan Struktur Musik Batanghari 83 – 102 Sembilan Asri Musik Melayu Ghazal Riau Dalam Kajian 103–114 Estetika Misselia Nofitri Bentuk Penyajian Tari Piring Di Daerah 115–128 Guguak Pariangan Kabupaten Tanah Datar Riki Rikarno Film Dokumenter Sebagai Sumber Belajar 129–149 Siswa Muhammad Zulfahmi Fungsi Musikal Dedeng Pada Masyarakat 150-164 Etnik Melayu Langkat Propinsi Sumatera Utara _______________________________________________________________________ Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. Jurnal Ekspresi Seni Terbitan Vol. 17, No. 1 Juni 2015 Memakaikan Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut. ii FUNGSI SANDIWARA AMAL DI MASYARAKAT DESA PULAU BELIMBING, KEC BANGKINANG BARAT, KAB KAMPAR PROVINSI RIAU Hasan Saaduddin Prodi Sendratasik- FKIP Prodi Seni Teater, Fakultas Seni Pertunjukan Universitas PGRI Palembang Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang [email protected] [email protected] ABSTRAK Sandiwara Amal merupakan bentuk pertunjukan teater yang hidup di tengah masyarakat Desa Pulau Belimbing, Kecamatan Bangkinang Barat, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Sebagai teater Rakyat yang hadir pasca kemerdekaan Republik Indonesia, kesenian ini terus dipertunjukkan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Desa tersebut. Sebagai media pertemuan masyarakat pasca perayaan Idul Fitri maupun dalam kegiatan sosial, kesenian ini diteliti untuk menemukan fungsi dari pertunjukan tersebut. Penelitian ini penulis telaah dalam kontek fungsi sosial, merujuk pada pemikiran Talcot Parsons yang dilihat dari proses sosial dikehidupan masayarakat sebagai bentuk makna, simbol dan informasi. Menggunakan data kualitatif, penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Kata kunci: Sandiwara Amal, Teater, Fungsi. ABSTRACT Sandiwara Amal is a theater performance that live in Belimbing Island Village, District Bangkinang, West-Kampar, Riau Province. As a peoples’ theater which was born after Indonesian independent day, this art was researched out to find it performance functions. This research was analyzed in social functional context based on Talcot Parsons thought which was seen from social live process of the society as the meaning form, symbol, and information. Using qualitative data, this research was analyzed in descriptive way. Keywords: Sandiwara Amal, Theatre, Function. 1 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 PENDAHULUAN bentuk kesenian yang tumbuh dan Sandiwara Amal merupakan dihidupkan oleh masyarakat seperti perwujudan ekspresi seni teater rakyat Randai di Minangkabau, Lenong di yang hidup di tengah masyarakat Desa Betawi Jakarta, Longser di Jawa Barat, Pulau Belimbing, Kecamatan Ludruk di Jawa Timur dan lain-lain. Bangkinang Barat, Kabupaten Teater Rakyat Sandiwara Amal Kampar, Provinsi Riau. Sebagai teater diproduksi berdasarkan konteks tradisi rakyat, Sandiwara Amal yang Masyarakat Ocu1 di Kampar. Bentuk berkembang di kawasan Desa Pulau garapan Teater Rakyat Sandiwara Amal Belimbing menjadi kekhasan daerah pada dasarnya terinspirasi pada konsep yang tumbuh semenjak tahun 1950-an. main-main siang atau main alek-alek2. Hal ini dikuatkan dengan proses Permainan ini di transformasi menjadi wawancara yang penulis lakukan bentuk pementasan Sandiwara Amal dengan seorang pelaku Sandiwara oleh masyarakat Ocu di Kampar. Agar Amal yaitu Arsad (berusia 72 tahun). garapan Sandiwara Amal bisa diterima Dalam proses wawancara tersebut, dan dipahami oleh komponen Arsad menyatakan bahwa kemunculan masyarakat (generasi muda-generasi Sandiwara Amal yang terdapat di Desa muda), maka secara penggarapan, Pulau Belimbing, Kecamatan Sandiwara Amal menghadirkan tematik Bangkinang Barat, Kabupaten cerita yang fleksibel, menghibur namun Kampar, Provinsi Riau diperkirakan pesan cerita tetap menjadi poin pokok sejak tahun 1950-an (wawancara dalam penggarapan Sandiwara Amal. dengan Arsad, 11 Mei 2014). Kegiatan pementasan Kehadirannya sampai saat sekarang Sandiwara Amal pada masyarakat Desa belum dikenal secara luas oleh publik Pulau Belimbing di Kabupaten Kampar di Indonesia. dilaksanakan seiring dengan kegiatan Teater Rakyat Sandiwara Amal keagamaan di akhir Bulan Ramadhan merupakan salah satu bentuk seni pementasan seperti halnya seni 1 Ocu, merupakan sebutan laki-laki muda pada pementasan yang juga berkembang di Masyarakat Kampar 2 main-main siang atau main alek-alek tempat-tempat lain di Indonesia sebagai merupakan bentuk permainan anak-anak pada Masyarakat Kampar dalam bentuk bercerita 2 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 dari hari Raya Idul Fitri pertama desa mereka yakni Desa Pulau sampai hari Raya Idul Fitri ke enam. Belimbing. Kegiatan prosesi pementasan Sandiwara Amal dilaksanakan di samping seiring kegiatan keagamaan juga menjadi kegiatan hiburan dan sosial. Sehingga, dampak secara sosial yang terjadi dalam peristiwa tahunan Sandiwara Amal telah menjadi salah satu media bertemunya seluruh Gambar 1. Pementasan Sandiwara Amal Desa Pulau masyarakat Desa Pulau Belimbing baik Belimbing Kabupaten Kampar (Foto: Saaduddin, 2015) yang pulang dari rantau maupun masyarakat yang tinggal dapat Ketertarikan penulis terhadap berkumpul bersama-sama menyaksikan Sandiwara Amal dalam penelitian ini, pementasan Sandiwara Amal. pertama; bahwa bentuk pementasan Seni pementasan Sandiwara Sandiwara Amal bisa disebutkan Amal, di samping sebagai media sebagai seni pementasan yang khas ineraksi juga menjadi media milik masyarakat Desa Pulau pengumpulan dana sosial dengan Belimbing karena kegiatan pementasan diberlakukan sistem penjualan tiket Sandiwara Amal ini tidak ditemukan tontonan selama enam malam. ditempat lain, kedua; keunikan dari Diperkirakan dihadiri oleh 2000 kegiatan pentas Sandiwara Amal adalah penonton selama enam malam. Puncak dilaksanakan pada pasca bulan dari kegiatan pementasan Sandiwara Ramadhan yaitu pada enam malam Amal, telah menjadi kebiasaan ketua berturut-turut di hari Raya Idul Fitri, pemuda sebagai penyelenggara dan ketiga; Sandiwara Amal memiliki kegiatan membacakan hasil dari fungsi yang signifikan dalam penjualan tiket. Dana yang terkumpul kehidupan Desa masyarakat Pulau dari penjualan tiket, kemudian Belimbing. Kegiatan tersebut mampu disumbangkan untuk pembangunan menjadi salah satu media untuk menciptakan atmosfir interaksi sosial 3 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 yang dinamis, dapat dijadikan media membuat Sandiwara Amal tetap eksis dalam mengatasi setiap persoalan yang di Desa Pulau Belimbing. terjadi pada masyarakat. Selain Sandiwara Amal yang penulis memiliki fungsi hiburan dan telaah dalam kontek fungsi sosial, pengumpulan dana sosial, Sandiwara merujuk pada pemikiran Talcot Parsons Amal tetap bertahan dan berkembang di dalam Craib mengatakan bahwa : masyarakatnya dengan fungsi dan Sistem sosial memiliki norma-norma yang jelas. Norma- peranannya yang juga ikut norma adalah berbagai peraturan menyesuaikan dengan perkembangan yang secara sosial diterima dan berguna dalam mengambil dan zaman. memutuskan tindakan-tindakan. Para pelaku pementasan Nilai-nilai secara tepat dapat dilukiskan sebagai kepercayaan- didukung oleh kaum muda setempat. kepercayaan mereka bagaimana Para pemeran dalam pementasan seharusnya dunia itu menentukan sesuatu terhadap tindakan- Sandiwara Amal dibawakan oleh laki- tindakan orang. Proses-proses laki. Pemeran laki-laki di dalam sosial yang paling penting dilihat sebagai komunikasi dari makna, Sandiwara Amal sekaligus juga simbol-simbol dan informasi memerankan tokoh Ibu, nenek, dan (1984: 57). gadis. Kehadiran sosok peran Ibu, Seniman Sandiwara Amal nenek, dan gadis yang ditampilkan oleh mencoba menawarkan konsep sistem laki-laki inilah sebenarnya yang sosial melalui Sandiwara Amal sebagai menjadi penyegar
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages27 Page
-
File Size-