BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki jenis kuliner tradisional yang sangat beragam. Kuliner tradisional Indonesia banyak menggunakan berbagai bumbu dalam proses pembuatannya, teknik olahan, cara pembuatan, hingga proses penyantapannya pun mempunyai ciri khas tersendiri. Salah satu kuliner tradisional Indonesia adalah jajanan tradisional (jajanan pasar) atau camilan, seperti jenis- jenis kue basah dan kue kering, atau jajanan minuman. Kuliner jajanan tradisional cukup berkembang di daerah perkotaan seperti di kota Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan kota besar lainnya. Perkembangan kuliner di daerah perkotaan menjadikan kuliner tradisional banyak yang dimodifikasi untuk dapat bertahan eksistensinya dengan makanan internasional yang banyak bermunculan saat ini. Melihat budaya luar yang masuk ke Indonesia, masyarakat perkotaan sering melakukan inovasi pada suatu produk untuk dapat disejajarkan dengan makanan internasional. Seperti halnya yang terjadi saat ini yaitu jajanan tradisional yang dimodifikasi dengan variasi rasa dan bermacam-macam topping. Terlebih lagi melihat fenomena yang terjadi saat ini, yaitu banyaknya kue jajanan ringan dengan berbagai rasa dan taburan yang sedang digemari oleh masyarakat, khususnya anak muda. Depok merupakan sebuah kota di daerah provinsi Jawa Barat yang terletak antara kota Jakarta dan Bogor. Depok yang telah resmi menjadi Kotamadya/Kota ini, mempunyai berbagai macam jenis kuliner, baik makanan berat maupun makanan ringan. Sebagai daerah yang dekat dengan ibu kota Jakarta, tentunya Depok menjadi salah satu pilihan destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat domestik atau luar (Panduan Pariwisata Kota Depok, 2012). Banyak kuliner khas Jakarta yang menjadi pilihan kuliner di daerah Depok, salah satunya 1 adalah kue pancong. Kue pancong merupakan salah satu jajanan tradisional Jakarta yang terbuat dari tepung beras dan kelapa yang diparut, kue ini mempunyai tekstur renyah dan rasa yang gurih. Namun terdapat kue pancong yang juga terbuat dari tepung terigu dan terdapat kismis diatasnya dengan rasanya yang manis dan gurih. Penyebaran kue pancong biasanya dijajakan oleh pedagang kecil di pinggir jalan atau di kios kecil. Kue pancong juga banyak dijual pada acara kebudayaan maupun festival jajanan khas budaya betawi. Di daerah Depok terdapat Usaha Kecil Menengah (UKM) yang menjajakan kue pancong sebagai menu makanan utamanya. Warung pancong ini berdiri semenjak tahun 1988 oleh Mang Dadang atau kadang disebut juga Mang Kumis. Warung yang berada di Jl. Nusantara raya, Beji, Depok ini memiliki menu kue pancong manis dengan berbagai macam topping semenjak lima tahun kebelakang, dari tahun 2010. Dahulu, warung pancong ini hanya menjual kue pancong polos tanpa ada variasi rasa namun dengan berkembangnya zaman, pemilik melakukan inovasi dengan menambahkan berbagai macam topping. Pelanggan yang datang banyak berasal dari wilayah Depok namun ada juga beberapa yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya. Anak muda hingga orang tua banyak yang datang ke warung ini untuk menikmati kue pancong, namun lebih didominasi oleh anak muda karena sebagai sarana tempat berkumpul. Banyak konsumen yang sering mengunjungi tempat ini karena harganya relatif murah, yaitu berkisar antara Rp 6.000,00 hingga Rp 8.500,00. Namun pelanggan banyak yang mempermasalahkan tentang faktor kebersihan di warung ini dan pemilik ingin meluaskan jangkauan pelanggan agar tidak hanya masyarakat wilayah Depok yang mengenal tempat makan ini. Saat ini banyaknya tempat makan yang lebih menarik menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat dalam memilih tempat untuk makan atau sekedar bertemu. Terlebih lagi dengan nilai gaya hidup yang membuat masyarakat ingin tampil lebih kekinian dengan mengkonsumsi makanan di tempat yang lebih menarik dan modern dibandingkan tempat makan pinggir jalan. Tingkat kepraktisan dan 2 kebersihan juga menjadi salah satu penentu dalam pengambilan keputusan pemilihan tempat berkumpul. Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka perlu adanya suatu tindakan untuk tetap mempertahankan eksistensi jajanan tradisional melalui promosi pada Warung Pancong Mang Dadang dan Mang Kumis, yaitu kue pancong. Warung pancong ini juga dapat dikenal lebih luas, khususnya masyarakat Depok dan sekitar Jakarta. Terlebih lagi pemilik Warung Pancong Mang Dadang dan Mang Kumis ini juga ingin menyebarluaskan target audiensnya agar dapat dikenal lebih luas, maka peneliti tertarik untuk melakukan perancangan tugas akhir dengan judul “Promosi Warung Pancong Mang Dadang dan Mang Kumis sebagai Jajanan Tradisional di daerah Depok” agar masyarakat dapat mengetahui bahwa terdapat jajanan tradisional kue pancong di daerah depok, yaitu Warung Mang Dadang dan Mang Kumis. 1.2 Masalah Perancangan 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis menuliskan identifikasi masalah sebagai berikut. 1. Masyarakat yang lebih mengkonsumsi makanan yang lebih modern. 2. Adanya kebutuhan media promosi jajanan tradisional kue pancong pada Warung Pancong Mang Dadang dan Mang Kumis. 3. Belum adanya informasi yang jelas dan identitas produk yang memudahkan pelanggan untuk mengetahui tentang keberadaan Warung Pancong Mang Dadang dan Mang Kumis. 1.2.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut. 3 1. Bagaimana merancang sebuah promosi pada Warung Mang Dadang dan Mang Kumis agar dapat lebih dikenal oleh masyarakat sekitar Depok dan Jakarta? 2. Bagaimana pendekatan visual yang sesuai untuk khalayak sasaran ingin mengkonsumsi jajanan tradisional agar pesan dari promosi yang dilakukan tersebut dapat diterima dengan baik? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Agar pembahasan lebih terarah, maka penulis membatasi ruang lingkup masalah pada penelitian ini, maka penulis hanya meneliti : 1.3.1 Apa Promosi Warung Pancong Mang Dadang dan Mang Kumis di wilayah Depok 1.3.2 Siapa Masyarakat Depok dan Jakarta sekitarnya yang belum mengetahui tentang Warung Pancong Mang Dadang dan Mang Kumis. 1.3.3 Kapan Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus tahun 2015. 1.3.4 Dimana Warung pancong ini merupakan usaha kecil menengah yang berada di Jl. Nusantara Raya, Beji, Depok. 1.3.5 Mengapa Karena promosi merupakan peranan penting dalam menginformasikan barang atau jasa kepada konsumen serta meyakinkan mereka mengenai manfaat dari barang atau jasa tersebut dalam memenuhi kebutuhan konsumen. 1.3.6 Bagaimana Menginformasikan warung pancong Mang Dadang dan Mang Kumis dengan cara melakukan media promosi. 1.4 Tujuan Perancangan Adapun tujuan dari perancangan ini dari keseluruhan rumusan masalah adalah sebagai berikut : 4 1. Merancang promosi pada Warung Mang Dadang dan Mang Kumis agar dapat lebih dikenal oleh masyarakat sekitar Depok dan Jakarta 2. Merancang pendekatan visual yang sesuai untuk khalayak sasaran agar ingin mengkonsumsi jajanan tradisional agar pesan dari promosi yang dilakukan tersebut dapat diterima dengan baik. 1.5 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode kualitatif. Proses pendekatan secara ilmiah mengenai gejala sosial dengan mendeskripsikannya secara benar dalam bentuk kata-katanberdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan (Satori, 2014: 25). 1.5.1 Metode Pengumpulan Data Metode analisis yang digunakan dalam perancangan ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Peneliti melakukan wawancara langsung dengan cara bertatap muka (face to face) dengan narasumber terkait dalam permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Peneliti telah melakukan wawancara mendalam dengan seorang ibu salah satu pemilik kedai makan, Ibu Sena, orang asli betawi di Setu Babakan mengenai kue pancong yang merupakan asli jajanan tradisional dari betawi pada tanggal 7 Maret 2015. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pemilik Warung Pancong Mang Dadang Kumis pada tanggal 25 Maret 2015, mengenai asal usul warung pancong tersebut. Peniliti juga memanfaatkan sosial media, pesan elektronik ataupun telepon, hal ini dilakukan sebagai kelengkapan data. Serta peneliti juga melakukan wawancara dengan target audiens di Warung Pancong Mang Dadang Kumis pada tanggal 28 - 29 Maret 2015 dan 10-11 April 2015 terkait dengan jajanan tradisional kue pancong. 5 2. Observasi Peneliti melakukan pengamatan langsung di lapangan, yaitu mengamati perilaku konsumen dan aktivitas pada khalayak sasaran di Warung Pancong Mang Dadang Kumis untuk tersebut. Peneliti melakukan observasi khalayak sasaran selama dua minggu, yaitu pada tanggal 28 Maret – 11 April 2015. 3. Studi Literatur Data yang didapatkan dana dikumpulkan dengan cara melakukan kajian teori yang berkaitan dengan topik yang diangkat oleh peneliti. Teori diperoleh dari buku, jurnal, skripsi, thesis dan sumber lainnya yang terkait dengan topik yang diangkat. 1.6 Kerangka Perancangan Kerangka perancangan berikut ini adalah merupakan serangkaian flowchart yang mendeskripsikan alur dari proses perancangan dalam pembuatan media promosi yang berbasi kampanye budaya jajanan tradisional khas betawi yaitu kue pancong. Berikut adalah gambar kerangka perancangan : 6 1.1 Kerangka Perancangan (Sumber: Data penulis) 7 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan terdiri atas lima bab yang merupakan kesatuan dari seluruh penulisan. Sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan Berisikan latar belakang masalah, masalah perancangan yang terdiri dari identifikasi masalah dan rumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan perancangan, metode pengumpulan data dan analisis, kerangka
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages8 Page
-
File Size-