POTENSI KADAR BIOAKTIF YANG TERDAPAT PADA DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol) Potential bioactive content of Kepel leaves (Stelechocarpus burahol) Bayuanggara Cahya Ramadhan, Sandra Arifin Aziz dan Munif Ghulamahdi Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Jalan Raya Darmaga, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 [email protected] (diterima 15 April 2015, direvisi 22 Mei 2015, disetujui 10 Juli 2015) ABSTRAK Kepel (Stelechocarpus burahol) merupakan tanaman yang mempunyai khasiat obat dan hingga saat ini belum banyak informasi mengenai kadar bioaktifnya. Bioaktif yang terdapat pada daun kepel salah satunya flavonoid yang dapat digunakan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan bioaktif daun kepel pada umur daun yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan sejak Juni sampai November 2013 di Arboretum Lanskap IPB (Bogor, Indonesia). Bagian tanaman yang digunakan sebagai sampel yaitu daun muda, sedang dan dewasa. Rata-rata kadar bioaktif daun tanaman kepel pada masing-masing umur daun dibandingkan menggunakan uji t-student’s. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas enzim phenylalanine ammonia lyase (PAL) dan kadar antosianin pada daun muda relatif lebih tinggi dari daun tua dan daun sedang. Daun kepel dewasa memiliki kadar flavonoid dan total klorofil yang paling tinggi dari pada daun sedang dan daun muda. Kadar flavonoid daun kepel menurun, sedangkan kadar antosianin, aktivitas PAL dan total klorofil meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan. Daun kepel yang sudah dewasa dapat digunakan sebagai bahan baku obat. Kata kunci: Stelechocarpus burahol, aktivitas enzim PAL, antosianin, flavonoid, total klorofil ABSTRACT Kepel (Stelechocarpus burahol) is one of the medicinal plants and the which information on the bioactive content was limited. One of bioactive that found in kepel leaves is flavonoid, that used as antioxidant. The objective of this research was to study the bioactive content of Kepel leaves at different leaf age. This research was conducted in June until November 2013 at Arboretum Lanskap IPB (Bogor, Indonesia). Leaf of the plant used as the sample were young, medium and mature leaves. The average of leaves Kepel bioactive content of each leaf age was compared using t- student's test. The results showed phenylalanine ammonia lyase (PAL) enzyme activity and anthocyanins content in young leaves were relatively higher than the mature and the medium leaves. Mature kepel leaves have the highest flavonoid content and total chlorophyll than other leaves. Increased rainfall will decrease the content of flavonoid in kepel leaves, but increased anthocyanin, PAL activity and total chlorophyll. Kepel mature leaves can be used as raw material for medicine. Key words: Stelechocarpus burahol, PAL activity, anthocyanin, flavonoids, total chlorophyll PENDAHULUAN kepel yang digunakan untuk obat diperoleh dari daun, kulit batang dan buah (Heyne, 1987). Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook. Buah kepel biasanya dikonsumsi segar. F. & Th) merupakan salah satu tanaman buah dari Pada bagian daging buah mengandung famili Annonaceae yang berkhasiat obat. Tanaman antioksidan yang cukup tinggi (Tisnadjaja et al., ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Sunardi et komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang al. (2010) daging buah kepel mengandung dapat dimanfaatkan sebagai obat dan kosmetika senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol, (Kusmiyati et al., 2005). Bagian dari tanaman triterpenoid, saponin dan kuinon serta 99 Bul. Littro, Volume 26, Nomor 2, Desember 2015 mempunyai efek antiimplantasi. Daging buah dan inorganik didapatkan lebih tinggi di musim kepel juga berpotensi sebagai deodoran alami kemarau dibandingkan dengan musim hujan melalui mekanisme farmakologis dengan absorbsi (Mualim, 2012). Hal ini menunjukkan dengan aroma kotoran dan meningkatkan pertumbuhan pengaruh musim akan dapat mepengaruhi Bifidobacteria (Darusman et al., 2012). kandungan bioaktif tanaman. Tanaman kepel dapat berbunga setelah Informasi mengenai pemilihan bahan berumur delapan tahun. Bunga biasanya muncul sampel daun kepel yang layak untuk dipanen pada September sampai Oktober. Buah kepel sebagai bahan baku obat sampai saat ini belum dapat dipanen selama enam bulan setelah ada. Umur daun perlu diperhatikan untuk berbunga yaitu pada Maret sampai April (Sunarto, pemilihan daun sampel karena mempengaruhi 1992). Tanaman ini tidak dapat berbuah kadar bioaktif yang terdapat pada daun. Penelitian sepanjang tahun. Alternatif untuk pemanfaatan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dari bagian tanaman ini selain buah adalah bioaktif daun kepel pada umur jaringan yang daunnya. berbeda. Dari hasil penelitian ini diharapkan Daun kepel mengandung senyawa semakin banyak masyarakat dapat mengetahui terpenoid dan flavonoid (Purwantiningsih et al., informasi potensi dari tanaman kepel sehingga 2011; Aziz dan Ramadhan, 2013). Berdasarkan tertarik memanfaatkannya. penelitian yang dilakukan Sunarni et al. (2007) BAHAN DAN METODE daun tanaman kepel mengandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan penangkap radikal Penelitian ini dilaksanakan sejak Juni bebas. Hidayat et al. (2011) menambahkan sampai November 2013 di Arboretum Lanskap ekstrak dari daun kepel mengandung senyawa Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan ketinggian flavonoid meliputi auron, flavanon dan flavanol tempat lebih kurang 207 m dpl. Pohon kepel yang digunakan sebanyak lima pohon. Pengamatan yang dapat digunakan untuk antibakteri. awal kandungan bahan bioaktif dilakukan 25 Juni Purwantiningsih el al. (2011) melaporkan 2013 dan pengamatan selanjutnya dilakukan kandungan flavonoid daun kepel dari Samigaluh setiap 75 hari setelah pengamatan sebelumnya. (750-800 mdpl) dan Ambal (5-50) dalam bentuk Pengamatan kadar bioaktif pada daun muda, ekstrak n-heksana yakni 11,543 ± 0,889% dan sedang dan dewasa dilakukan di Laboratorium 9,535 ± 0,331%. Ekstrak etanol dan heksan daun Plants Analysis, Departemen Agronomi dan kepel menurunkan kadar asam urat pada tikus Hortikultura IPB. Kadar bioaktif yang dianalisis (Purwantiningsih et al., 2010) dan ayam (Sutomo, meliputi total klorofil, aktivitas enzim PAL, 2008). flavonoid dan antosianin. Penelitian ini Faktor lingkungan sangat berpengaruh menggunakan lima ulangan. Setiap ulangan terdiri terhadap metabolisme primer dan sekunder yang dari satu tanaman, sehingga jumlah tanaman dihasilkan oleh tanaman. Pembentukan senyawa seluruhnya yang dipakai adalah lima tanaman. metabolit sekunder tanaman dapat dipengaruhi Data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan oleh perubahan lingkungan, misalnya perubahan uji t-student. Kriteria pemilihan daun kepel yang temperatur siang dan malam, curah hujan, dijadikan sampel sebagai berikut: kekeringan, serta lama dan intensitas cahaya 1. Daun muda: daun yang masih ada warna et matahari (Siatka and Kasparova, 2010; Marsic merah atau sampai sekitar 14 hari setelah flush al., 2011). Pada tanaman kolesom metabolit muncul (Gambar 1A). primer (vitamin C) dan sekunder (flavonoid) yang 2. Daun sedang: warna merah sudah mulai bersifat antioksidan dengan pemupukan organik menghilang dan berganti menjadi hijau muda 100 Bayuanggara Cahya Ramadhan et al. : Potensi Kadar Bioaktif yang Terdapat Pada Daun Kepel (Stelechocarpus burahol) atau sekitar 14-28 hari setalah flush muncul cara daun kolesom (0,1 g) ditambahkan buffer (Gambar 1B). ekstrak (1 ml; 100 mmol l-1 Tris - HCl, pH 7,5; 1 -1 -1 3. Daun dewasa: daun yang sudah berwarna hijau mmol l EDTA; 5 mmol l MgCl2, 0,05% Triton X- tua atau daun yang berumur lebih dari 28 hari 100; 2,5 mmol l-1 dithiothreitol) dan dihaluskan setelah flush muncul (Gambar 1C). menggunakan mortar. Selanjutnya, campuran disentrifugasi dua kali masing-masing dengan A B C kecepatan 10.000 rpm (10 menit) dan 15.000 rpm (15 menit) suhu 4oC untuk mendapatkan supernatan. Supernatan (0,1 ml) ditambahkan larutan L-Phe [2,4 ml; 0,5 mol (m) Tris-HCl buffer (pH 8,5) yang mengandung 6 µm L-Phenylalanine]; kemudian diinkubasi (370C, 1 jam). Hasil inkubasi ditambahkan HCl (0,5 ml; 5 M). Absorbansi campuran diukur pada panjang gelombang 290 nm. Persamaan kurva standar yang digunakan adalah y = 8,38 x + 1,69 (R2= 0,99). Analisis protein menggunakan metode Lowry (Waterborg and Mathews, 2002). Gambar 1. Daun kepel: (A) daun muda; (B) daun sedang; (C) daun dewasa. Supernatan (0,1 ml) ditambahkan air destilata Figure 1. Kepel leaves: (A) young leaf; (B) medium leaf; sampai 1 ml. Selanjutnya, campuran tersebut (C) mature leaf. ditambahkan 0,9 ml pereaksi A (7 mM K-Na Tartrate.4H O (Garam Rochelle); 0,81 M Na CO Analisis total klorofil dan antosianin 2 2 3 dalam 500 mL NaOH 1N; H O sampai 1 l); kocok dilakukan dengan menggunakan metode Sims dan 2 dengan vorteks kemudian inkubasi (50oC, 10 Gamon (2002). Sampel daun segar dihaluskan, menit). Kemudian campuran didinginkan pada ditambahkan dengan asetris (2 ml), dan suhu ruang, kemudian tambahkan pereaksi B (0,1 disentrifus (14.000 rpm, 10 menit). Selanjutnya, ml; 70 mM K-Na Tartrate.4H2O; 40 mM supernatan (1 ml) ditambahkan dengan asetris (3 CuSO4.5H2O dalam 10 ml NaOH 1N; H2O sampai ml) dan dicampur rata. Absorbansi campuran 100 ml); kocok dan inkubasi pada suhu ruang. diukur pada panjang gelombang 663, 647 dan 537 Tambahkan pereaksi C (3 ml; 1 ml Folin-Ciocalteau nm. Kandungan total antosianin (µmol g-1) = dilarutkan dengan 15 ml H2O); kocok dan inkubasi [(0.08173 x Abs 537) - (0.00697 x Abs 647) - o (50 C, 10 menit). Absorbansi campuran diukur (0.002228 x Abs 663) x fp x v)] bobot-1
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages10 Page
-
File Size-