NEGARA MADANI Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana yang diatur dan diubah dari Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, bahwa: Kutipan Pasal 113 (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Dr. Idrus Ruslan, M.Ag. NEGARA MADANI Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara SUKA Press NEGARA MADANI: Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara © Idrus Ruslan, 2015 Cover dan Lay out: Avan Cetakan Pertama: Desember 2015 302+x; 15.5 x 23 cm Penerbit: SUKA-Press, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jln. Marsda Adisucipto Yogyakarta Email: [email protected] ISBN 978-602-1326-45-9 All Rights reserved. Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun tanpa ijin tertulis dari penerbit. Pengantar Penulis alah satu tujuan terbentuknya sebuah negara adalah Suntuk memberikan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan setiap warga negaranya secara keseluruhan tanpa ada yang merasa didiskriminasikan. Tentu tidak dapat dibayangkan, seandainya masyarakat hidup secara bebas tanpa ikatan kebersamaan yang dibangun dengan kesadaran secara penuh, karena yang terjadi adalah individu atau kelompok yang merasa kuat akan menghegemoni individu dan kelompok lain. Penciptaan sebuah negara yang baik dan menjalankan norma-norma sosial yang humanis paling tidak bisa dilihat dari dasar atau ideologi negara tersebut. Karena dari sana (baca: ideologi) pula segenap cita-cita akan ditujukan. Indonesia dengan dasar negara Pancasila merupakan pilihan dan konstruksi yang dibangun oleh founding fathers secara brilian karena di samping digali dari nilai-nilai religius yang ada, serta meru- pakan hasil kemufakatan dari berbagai kalangan yang memiliki latar belakang berbeda seperti agama, suku, budaya, serta bahasa. Rumusan ideal yang telah dihasilkan oleh para “Pendiri Bangsa” ini tentu saja menjadi tugas bagi manusia Indonesia saat ini dan nanti untuk senantiasa mengaktualisasikannya. Tanpa itu, maka nilai-nilai ideal dan universal tersebut akan kehilangan Dr. Idrus Ruslan, M.Ag. v NEGARA MADANI signifikansinya. Disebut sebagai nilai ideal dan universal, karena Pancasila merupakan satu-satunya dasar negara yang tepat untuk dijadikan sebagai way of life bagi seluruh warga negara Indonesia. Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari agar terciptakan suatu masyarakat yang mandiri, kuat dan kokoh, tetapi tetap kritis terhadap berbagai kondisi yang dirasa belum dilaksanakan secara maksimal. Keberadaan masyarakat yang mandiri, kuat dan kokoh serta kritis terhadap persoalan kebangsaan itu yang dimaksud berbagai kalangan degan masyarakat madani, sebab masyarakat madani menurut Nurcholish Madjid merupakan masyarakat yang senan- tiasa menjunjung nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan pluralisme. Ketiga hal tersebut bukanlah suatu pilihan, akan tetapi selayaknya berjalan secara bersamaan. Nilai-nilai yang dikandung oleh Pancasila sangat bersesuaian dengan cita-cita masyarakat madani. Sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Pancasila merupakan landasan bagi terbentuk- nya masyarakat madani di Indonesia. Jika seluruh elemen bangsa Indonesia telah menjalankan prinsip kehidupan sesuai dengan spirit Pancasila, maka telah terbentuklah suatu masyarakat yang disebut dengan masyarakat madani. Dan jika masyarakat madani telah terwujud dan teraplikasi secara baik di Indonesia, maka Indonesia disebut sebagai negara madani. Ide tentang “negara madani” bukanlah sebuah utopis, bukan pula sekadar retorika supaya enak didengar, tetapi berdasarkan pemikiran yang mendalam terhadap fenomena-fenomena yang berkembang. Fenomena-fenomena yang penulis maksud adalah masih enggannya sebagian kalangan (khususnya muslim) menerima Pancasila sebagai dasar negara karena dianggap sebagai negara sekuler. Bagi kalangan yang berpikir normatif Binner (hitam-putih); jika sebuah negara tidak atau bukan berdasarkan agama, maka disebut sebagai negara sekuler. vi Dr. Idrus Ruslan, M.Ag. NEGARA MADANI Padahal, menyebut Indonesia sebagai negara sekuler, menurut penulis tidaklah sepenuhnya benar, karena Indonesia sangat menghormati dan menjunjung tinggi agama, bahkan agama dimasukkan dalam salah satu Pasal UUD 1945 yaitu Bab XI dengan judul “Agama”. Pasal 29 ayat 1 menegaskan “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Penegasan tersebut, menunjukkan adanya perbedaan dengan negara-negara yang sekuleristik, dalam kehidupan negara Indonesia prinsip-prinsip universal (kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan) harus dihayati dan diwujudkan dengan penuh keyakinan bahwa semuanya itu merupakan wujud negara Indonesia yang religius, suatu ciri khas yang membedakan Indonesia dengan negara-negara lain yang secara terang-terangan mengklaim sebagai negara yang sekuler seperti Amerika, Rusia, dan lain-lain. Formulasi negara madani di sini, di samping berkonotasi positif, karena diambil dari kata “madani” yakni beradab atau berperadaban dan jika digabung dengan kata “masyarakat”, maka bermakna masyarakat yang memiliki peradaban atau masyarakat yang beradab karena menjunjung demokratisasi dan jauh dari kategori masyarakat yang liar (savage society). Atau dengan kata lain, negara madani adalah negara rasional yang ditegakkan berdasarkan prinsip-prinsip konstitusional. Selain itu, kata “madani” juga dapat diterima oleh kalangan non-muslim, sebab menurut mereka kata itu sudah cukup populer di Indonesia, sama halnya dengan kata hakim, hukum, adil, mahkamah, musyawarah dan lain sebagainya yang sesungguhnya merupakan pengindonesiaan dari istilah bahasa Arab. Sama halnya dengan banyak perbendaharaan kata Indonesia yang diambil dari bahasa Sanskerta atau agama Hindu seperti Pancasila, Merdeka Graha, Paripurna, Eka Prasetya Panca Karsa, Dasa Wisma, Dasa Dharma, Sapta Pesona dan lain-lain. Karenanya dapat ditegaskan, bahwa kalangan nonmuslim tidak keberatan dengan penggunaan istilah tersebut, oleh karena itu, meskipun kata madani diambil dari kata bahasa Arab, seharusnya menjadi paradigma berpikir Dr. Idrus Ruslan, M.Ag. vii NEGARA MADANI bersama bahwa kata “madani” bukanlah menjadi klaim umat Islam saja, tetapi sudah mengindonesia sehingga menjadi klaim bersama, setidaknya hal tersebut menjadi kata kunci dalam memahami isi buku ini. Secara jujur penulis harus menyampaikan bahwa kekeliruan dan kealpaan yang ada di dalam buku ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Penulis juga menyampaikan bahwa tidak ada keharusan bagi pembaca untuk setuju terhadap isi buku ini, tetapi jika ada yang merasa memiliki kesamaan visi, maka anda adalah sahabat saya untuk menyebarkan pemikiran ini, pun jika ada yang kurang sepakat, masukan konstruktif dengan terbuka dan senang hati akan penulis terima. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pimpinan IAIN Raden Intan Lampung, segenap kolega dan sejawat Fakultas Ushuluddin, mahasiswa serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala kritik dan masukannya. Selain itu penulis menyampaikan kepada “belahan jiwa” Tunak, S.Ag yang dengan penuh kesabaran menemani penulis di saat-saat pengetikan naskah buku ini. Juga kepada kepada “penyejuk hati” ananda tersayang; Rijal Ulil Abshar, Fata Nabilurrahman, dan Dinda Azkiya Roudotunnur yang dengan caranya masing-masing menumbuhkan motivasi bagi penulis untuk terus berkarya. Semoga ikhtiar dan niat baik kita mendapat rida dari Allah S.W.T., dan mendapat nilai ibadah. Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis, Idrus Ruslan viii Dr. Idrus Ruslan, M.Ag. Daftar Isi Kata Pengantar ............................................................... v Daftar Isi........................................................................ xi Bab 1 Pendahuluan ................................................ 1 A. Wacana Masyarakat Madani .....................................1 B. Agama, Negara, dan Pancasila ..................................4 C. Restorasi Dasar Negara ........................................... 16 Bab 2 Negara dan Dasar Negara............................ 23 A. Negara......................................................................23
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages312 Page
-
File Size-