
Analisis Kebijakan Tax Refund Wisatawan Asing Di Indonesia Oleh : Ragimun1 Abstract Tourism is an important sector in order to increase foreign exchange income. The tourism sector continues to increase its role in supporting the development, among others, by increasing the amount of the budget for infrastructure development that is expected to attract foreign tourists to visit Indonesia. In terms of fiscal support in tax refund) to the foreign tourists who have spent their money in Indonesia. To date since the applied tax refund on April 1, 2010, was still not significant interest to foreign tourists who take advantage of the return or restitution of the Value Added Tax. There are several factors that affect the non optimal tourists who take advantage of fiscal incentives such VAT refunds. This paper provides an overview and analysis of related tax refund policies provided by the government to encourage an increasing number of foreign tourists to Indonesia while increasing local economic activities and other creative industries. Until now, foreign tourists who filed tax refund was about 0.02 percent of total foreign tourists visiting Indonesia, so that the future need to do repair services, socialization, development of infrastructure and the expansion of service tax refund tourist areas such as Yogyakarta, Surabaya, Medan or Bandung tourists who have a very rapid growth in the year 2011. Key words: tourists increases, tax returns, the addition of the service area Abstraksi Pariwisata merupakan sektor penting guna peningkatan penerimaan devisa negara. Sektor pariwisata ini terus ditingkatkan peranannya dalam mendukung pembangunan, antara lain melalui peningkatan besarnya anggaran guna pengembangan sarana dan prasarana yang diharapkan dapat menarik wisatawan asing datang berkunjung ke Indonesia. Dari sisi fiskal dukungan itu berupa pemberian pengembalian pajak (tax refund) kepada turis asing yang telah membelanjakan uangnya di Indonesia. Sampai saat ini sejak diterapkan tax refund pada tanggal 1 April 2010, ternyata masih belum signifikan animo turis asing yang memanfaatkan pengembalian atau restitusi Pajak Pertambahan Nilai tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belum optimalnya turis yang memanfaatkan 1 Peneliti pada Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu RI. Email : [email protected] 1 insentif fiskal restitusi PPN tersebut. Tulisan ini memberikan gambaran, evaluasi dan analisis kebijakan terkait tax refund yang diberikan pemerintah untuk mendorong peningkatan jumlah wisatawan asing masuk ke Indonesia sekaligus meningkatkan kegiatan ekonomi lokal dan industri kreatif lainnya. Hingga saat ini turis asing yang mengajukan tax refund masih sekitar 0,02 persen dari total turis asing yang berkunjung ke Indonesia, sehingga ke depan perlu dilakukan perbaikan pelayanan, sosialisasi, pengembangan infrastruktur serta perluasan daerah pelayanan tax refund wisman seperti Yogyakarta, Surabaya, Medan ataupun Bandung yang mempunyai pertumbuhan turis yang sangat pesat di tahun 2011. Kata kunci: Peningkatan wisatawan, pengembalian pajak, penambahan daerah pelayanan I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata adalah merupakan sektor andalan Pemerintah dalam upaya peningkatan penerimaan devisa negara. Beberapa negara sektor pariwisata merupakan primadona penerimaan negara. Dalam sektor pariwisata di dalamnya tercakup berbagai upaya pemberdayaan, usaha pariwisata, objek dan daya tarik wisata serta berbagai kegiatan dan jenis usaha pariwisata. (Smith 1989, dalam Wardiyanta, 2006) menyatakan bahwa secara substansi pariwisata merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat, yaitu berkaitan dengan cara penggunaan waktu senggang yang dimiliki sesorang. Pariwisata dapat disoroti dari berbagai sudut pandang karena kekompleksitasannya. Kompleksitas yang terkandung dalam pariwisata misalnya pariwisata sebagai pengalaman manusia, pariwisata sebagai perilaku sosial, pariwisata sebagai fenomena geografis, pariwisata sebagai sumber daya, pariwisata sebagai bisnis, dan pariwisata sebagai industri. Sejalan dengan arah kebijakan pengembangan pariwisata ke depan berupa peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) dengan fokus pada upaya-upaya peningkatan efektivitas kelembagaan promosi pariwisata, baik dalam maupun luar negeri, pengembangan jenis dan kualitas produk-produk wisata, seperti pengembangan wisata bahari, wisata 2 belanja, yang potensinya cukup besar. Demikian juga dilakukannya harmonisasi dan simplifikasi berbagai perangkat peraturan yang terkait dalam mendukung pengembangan pariwisata, dan optimalisasi dan sinkronisasi pengelolaan jasa pelayanan pariwisata, terutama yang melibatkan lebih dari satu moda transportasi. Dari sisi fiskal atau perpajakan atau insentif fiskal dengan menerapkan tax refund atau pengembalian pajak bagi wisman yang datang ke Indonesia. Pada tahun 2011 jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia meningkat 8,5 persen dibanding dengan tahun 2010. Selain itu pengeluaran yang mereka habiskan di Tanah Air juga meningkat dari US$ 1.085,75 di tahun 2010 menjadi US$ 1.118, 26 per orang per kunjungan tahun 2011. Hal tersebut berpengaruh pada naiknya perolehan devisa pariwisata dari US$ 7,6 miliar menjadi US$ 8,5 miliar, atau tumbuh 11,8% dibanding tahun 2010. (data bulanan per Januari 2011). Pada tahun 2012 terjadi peningkatan pengeluaran wisata pada wisatawan nusantara (wisnus). Tahun 2010 pengeluaran rata-ratanya adalah Rp641.760, dan meningkat menjadi Rp 662.680 per orang per perjalanan. Sehingga pada triwulan ketiga (angka estimasi) ini pengeluaran wisnus mencapai Rp114,64 triliun dari 172,994 juta perjalanan, sedangkan tahun 2010 sebesar Rp 150,41 triliun. Tantangan pariwisata ke depan akan mengalami kesulitan karena prediksi ekonomi akan terjadi pelemahan ekonomi. Sehingga untuk mengupayakan agar terjadi peningkatan kunjungan wisatawan asing diperlukan kebijakan pemerintah guna mendukung kunjungan wisatawan dimaksud termasuk kebijakan tax refund yang telah dilakukan pertama kali pada 1 April 2010. Disadari bahwa kebijakan ini akan menimbulkan potential loss atau penurunan pendapatan negara dari pajak, tetapi dalam jangka panjang kebijakan ini akan meningkatkan penerimaan pemerintah terutama dari Pajak Penghasilan (PPh). Untuk itu guna mendorong peningkatan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonseia maka dari sisi kebijkan fiskal pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tax refund yang tertuang dalam Undang-undang nomor 42 tahun 2009. Kebijakan ini diharapkan dapat menarik wisman sekaligus mendorong minat wisman berbelanja di Indonesia. Dampak ini tentu saja akan mempunyai nilai 3 positif terhadapat perkembangan ekonomi lokal dan menumbuhkan industri kreatif lainnya di tanah air. 1.2 Perumusan Masalah Beberapa masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Untuk mendorong dan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia maka dilakukan beberapa upaya kebijakan. Dari sisi perpajakan maka kemudian diterapkannya kebijakan tax refund yang dimulai pada tahun 2010. Namun, ternyata selama ini wisatawan asing belum sepenuhnya menggunakan fasilitas pelayanan kebijakan fiskal ini. 2. Dalam pelayanan tax refund baru ada 2 bandara yang dapat melayani fasilitas tersebut sehingga beberapa bandara yang mempunyai potensi dan kecenderungan kunjungan wisman tinggi tidak memiliki fasilitas pelayanan tax refund ini. 3. Kebijakan ini dalam jangka pendek akan mengurangi penerimaan negara dari sektor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) namun dalam jangka panjang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan asing yang sekaligus dapat mempengaruhi perekonomian di daerah wisata tersebut. Oleh karena itu kebijakan ini perlu dilakukan evaluasi terkait dengan upaya-upaya perluasan dan pengembangan fasilitas pelayanan tax refund di daerah yang mempunyai kunjungan wisata tinggi ataupun cenderung meningkat. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan tax refund bagi wisatawan asing yang telah diberlakukan sejak tangga 1 April 2010. Dari analisis ini akan dapat diketahui besarnya wisman yang memanfaatkan fasilitas tax refund, serta dapat diketahui beberapa faktor penyebabnya. Demikian juga dapat diketahui beberapa daerah yang perlu dilakukan penambahan fasilitas tax refund. Dari hasil analisis dapat diperoleh rekomendasi kebijakan perbaikan tax refund pada wisman tersebut. 4 1.4 Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi penerapan kebijakan tax refund di Indonesia adalah metode atau pendekatan deskriptif eksploratif. Pendekatan deskriptif eksploratif (Philip, Kotler & Kevin L. Keller, 2006) adalah metode penelitian yang bertujuan menghimpun informasi awal yang akan membantu upaya menetapkan masalah dan merumuskan pemecahan masalahnya. Sedangkan pendekatan deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan memaparkan (mendeskripsikan) berbagai hal. Jadi pendekatan ini bertujuan untuk mendalami, mengevaluasi dan menganalisis kebijakan penerapan tax refund di Indonesia, termasuk membandingkan dengan penerapan tax refund dari negara lain. Dalam mengevalusasi dan menganalisis penambahan pelayanan pada beberapa bandara yang perlu dilakukan dalam fasilitas tax refund diperlukan data kedatangan jumlah wisman. Demikian juga dilihat potensi perkembangan daerah serta ekonomi daerah yang bersangkutan. Sedangkan peningkatan fasilitas, teknologi dan pelayanan tax refund serta infrastruktur yang diperlukan dapat mencontoh penerapan (lesson learn) dari negara lain. Adapun bahan-bahan penulisan berasal dari berbagai sumber
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages26 Page
-
File Size-