KEADILAN SUBSTANTIF DARI MAHKAMAH KONSTITUSI (EDISI REVISI) Oleh : Dr. A. Muhammad Asrun, S.H.,M.H Perhimpunan Pusat Studi Hukum Publik Jakarta 2015 Keadilan Substantif dari Mahkamah Konstitusi Dr. A. Muhammad Asrun, S.H.,M.H. KATA PENGANTAR Perkembangan pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi telah mengubah penerapan ketentuan Pasal 57 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah pada awalnya hanya berwenang menyatakan materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian Undang-Undang tersebut “tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat” terkait gugatan warga negara yang menganggap hak konstitusionalnya dirugikan sebagai akibat pemberlakuan materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang bertentangan dengan UUD 1945. Mahkamah kemudian memperluas kewenangannya dengan memberi suatu materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian Undang-Undang tidak bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat (conditionally constitutional) atau bertentangan dengan UUD 1945 (conditionally unconstitutional). Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi menggunakan metodologi penafsiran tekstual dan kontekstual dalam memberikan putusan yang bersifat “secara bersyarat bertentangan dengan UUD 1945 (conditionally constitutional) atau secara bersyarat tidak bertentangan dengan UUD 1945 (conditionally unconstitutional)“. Kedua varian putusan Mahkamah Konstitusi tersebut dibuat dalam rangka ∞ 2 ∞ Keadilan Substantif dari Mahkamah Konstitusi Dr. A. Muhammad Asrun, S.H.,M.H. memberi keadilan kepada Pemohon pengujian satu bagian atau keseluruhan undang-undangterhadap UUD 1945 tanpa menghilangkan eksistensi peraturan perundang-undangan tersebut. Putusan yang demikian itu bersifat erga omnes. Berikut ini beberapa putusan terkait putusan Mahkamah dengan tafsir sebagai bahan kajian tulisan ini, yaitu: I. Hak Politik Warga Negara dalam Putusan Pengujian UU 1) Hak-hak Politik Bekas Anggota Organisasi Terlarang 2) Pemilu DPR –Presiden Seretak 3) Pemilihan Kepala daerah yang terdiri dari : kewenangan mengadili sengketa hasil pilkada, Pasangan Calon Independen, Pasangan Calon Tunggal. 4) Hak Mantan Narapidana Menduduki Jabatan Publik: i. Putusan Nomor 14-17/PUU-V/2007: Konstitusional bersyarat (conditionally constitutional) tentang syarat tidak pernah dijatuhi pidana penjara ii. Putusan Nomor 4/PUU-VII/2009: Inkonstitusional bersyarat (conditionally unconstitutional) syarat tidak pernah dijatuhi pidana bagi jabatan publik 5) Pembatasan Masa Jabatan Kelapa Daerah i. Putusan Nomor 8/PUU-VI/2008 ii. Putusan Nomor 22/PUU-VII/2009 6) Publikasi Hasil Survei Atau Jajak Pendapat pada Masa Tenang dan Pemungutan Suara i. Putusan Nomor 9/PUU-VII/2009 ii. Putusan Nomor 98/PUU-VII/2009 7) Hak Pilih Warga Negara dalam Pemilu i. Putusan Nomor 102/PUU-VII/2009 ii. Putusan Nomor 85/PUU-X/2012 ∞ 3 ∞ Keadilan Substantif dari Mahkamah Konstitusi Dr. A. Muhammad Asrun, S.H.,M.H. 8) E-voting sebagai salah satu metode dalam Penandaan Pemilu (Putusan Nomor 147/PUU-VII/2009) 9) Pengisian Anggota DPR di Luar Daftar Calon Tetap (Putusan Nomor 27/PUU-VIII/2010) 10) Verifikasi Partai Politik i. Putusan Nomor 15/PUU-IX/2011 ii. Putusan Nomor 35/PUU-IX/2011 iii. Putusan Nomor 52/PUU-X/2012 II. Hak Politik Warga Negara dalam Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 1) Pelanggaran yang Bersifat Sistematis, Terstruktur dan Masif i. Putusan Nomor 41/PHPU.DVI/2008 (PHPU Jawa Timur) ii. Putusan Nomor 190/PHPU.D-VIII/2010 (PHPU Kabupaten Pandeglang) 2) Pelanggaran Persyaratan Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Penjara i. Putusan Nomor 57/PHPU.D-VI/2008 (PHPU Kabupaten Bengkulu Selatan) ii. Putusan Nomor 12/PHPU.D-VIII/2010(PHPU Kota Tebing Tinggi) 3) Pengabaian Putusan PTUN i. Putusan Nomor 196-197-198/PHPU.D- VIII/2010 (PHPU Kota Jayapura) ii. Putusan Nomor 78/PHPU.D-X/2012(PHPU Kabupaten Paniai) Putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat tafsir tersebut telah mengisi kekosongan hukum dalam kerangka praktik hukum demi keadilan bagi seorang pencari keadilan. Putusan Mahkamah Konstitusi yang demikian itu telah ∞ 4 ∞ Keadilan Substantif dari Mahkamah Konstitusi Dr. A. Muhammad Asrun, S.H.,M.H. menempatkan Mahkamah Konstitusi tidak sebagai penafsir tunggal konstitusi (the sole interpreter of the constitution) tetapi juga sekaligus sebagai penjaga hak konstitusional warga negara (the guardian of the citizens’ constitutional rights). Dalam perkembangannya, putusan Mahkamah Konstitusi tersebut telah memberi manfaat tidak saja kepada pemohon tetapi juga kepada pihak-pihak yang membutuhkan putusan tersebut dalam kerangka sifat putusan pengadilan yang “erga omnes” tersebut. Penulis berterima kasih kepada Vivi dan Latifah yang telah membaca ulang naskah ini dan kemudian memberikan koreksi. Penulis berharap buku ini dapat memberi manfaat kepada pembacanya. Terima kasih. Jakarta, 4 April 2015 Dr. A. Muhammad Asrun, S.H.,M.H ∞ 5 ∞ Keadilan Substantif dari Mahkamah Konstitusi Dr. A. Muhammad Asrun, S.H.,M.H. DAFTAR ISI TENTANG PENULIS KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : Mahkamah Konstitusi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia ............................ 1 BAB II : Hak Politik Warga Negara DalamPengujian Undang-Undang ........................................... 27 A. Hak Politik Ex Anggota Organisasi Terlarang.................................................. 27 B. Pemilu DPR-DPD-DPRD-Presiden Serentak 36 C. Pemilu Kepala Daerah C.1. Kewenangan Mengadili Sengketa Hasil Pilkada ................................. 53 C.1.1 Putusan No 072-073/PUU-II/2004... 53 C.1.2 Putusan No. 97/PUU-XI/2013 ...... 63 C.2 Pasangan Calon Independen .......... 71 C.2.1 Putusan Nomor 5/PUU-V/2007 ... 73 C.2.2. Putusan No. 60/PUU-XIII/2015 .... 82 ∞ 6 ∞ Keadilan Substantif dari Mahkamah Konstitusi Dr. A. Muhammad Asrun, S.H.,M.H. C.3 Pasangan Calon Tunggal ............... 90 (Putusan No. 100/PUU-XII/2015 ) D. Hak Mantan Narapidana Menduduki Jabatan Publik ........................................ 99 D.1 Putusan No. 14-17/PUU-V/2007 ... 99 Konstitutional bersyarat (conditionally Constitutional) D.2 Putusan No. 4/PUU-VII/2009 ........ 107 Inkonstitutional bersyarat (conditionally unconstitutional) E. Pembatasan Masa Jabatan KepalaDaerah.. 116 E.1 PutusanNo.8/PUU-VI/2008 ............. 116 E.2 Putusan No.22/PUU-VII/2009 ........ 119 F. Publikasi Hasil Survei Pada Masa Tenang Dan Pemungutan Suara ............................. 126 F.1 Putusan No. 9/PUU-VII/2009 .......... 127 F.2 Putusan No.98/PUU-VII/2009 ......... 137 G. Hak Pilih Warga Negara dalam Pemilu G.1 Putusan No. 102/PUU-VII/2009 ...... 142 ∞ 7 ∞ Keadilan Substantif dari Mahkamah Konstitusi Dr. A. Muhammad Asrun, S.H.,M.H. G.2 Putusan No. 85/PUU-X/2012 ........... 152 H. E-voting Sebagai Salah Satu Metode Dalam Penandaan Pemilu ...................................... 159 (Putusan No. 147/PUU-VII/2009) I. Pengisian Anggota DPR di Luar Daftar Calon Tetap ................................................ 166 (Putusan No. 27/PUU-VII/2010) J. Verifikasi Partai Politik J.1 Putusan No. 15/PUU-IX/2011.......... 175 J.2 Putusan No. 35/PUU-IX/2011 ......... 183 J.3 Putusan No. 52/PUU-X/2012........... 195 BAB III : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum A. Pelanggaran Bersifat Sistematis, Terstruktur, dan Masif A.1 Putusan No. 41/PHPU.DVI/2008 (PHPU Prov. Jawa Timur) ................. 217 A.2. Putusan No.190/PHPU.D-VIII/2010 (PHPU Kabupaten Pandeglang).......... 229 B. Pelanggaran Persyaratan Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Penjara ............................ 239 B.1. Putusan No.57/PHPU.D-VI/2008 ∞ 8 ∞ Keadilan Substantif dari Mahkamah Konstitusi Dr. A. Muhammad Asrun, S.H.,M.H. (PHPUKab. Bengkulu Selatan) ......... 241 B.2. Putusan No.12/PHPU.D-VIII/2010 (PHPUKota Tebing Tinggi) ............... 255 C. Pengabaian Putusan PTUN ..................... 261 C.1. 196-197-198/PHPU.D-VIII/2010 (PHPUKota Jayapura) ..................... 266 C.2. Putusan Nomor 78/PHPU.D-X/2012 (PHPUKabupaten Paniai) ................. 279 BAB IV : KEADILAN SUBSTANSTIF DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI A. Perlindungan Hak Asasi Manusia............. 290 B. Peletak Dasar Pembaruan Hukum............ 292 C. Kontrol Menyeluruh Terhadap Pelaksana Pemilukada ............................................. 293 D. Perluasan Putusan: ................................... 298 Daftar Pustaka ............................................................ 301 Tentang Penulis …………………………………………….… 305 ∞ 9 ∞ Keadilan Substantif dari Mahkamah Konstitusi Dr. A. Muhammad Asrun, S.H.,M.H. BAB I : Mahkamah Konstitusi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia A. Pergeseran Kekuasaan Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945 Sejarah perjalanan bangsa Indonesia dibawah pimpinan Pemerintahan Orde baru dibawah pimpianan Presiden Soeharto dan Pemerintahan Demokrasi Terpimpin dibawah pimpinan Presiden Soekarno memberikan pelajaran yang sangat berharga, yaitu betapa pentingnya menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara didalam semangat Negara hukum yang demokratis (demokratische rechstaats), Pada kedua era pemerintahan tersebut memperlihatkan bahwa pemerintahan dijalankan tidak atas dasar prinsip the rule of law, tetapi atas dasar the rule by law. Pada kedua era pemerintahan tersebut, parlemen banyak membuat undang-undang, tetapi secara substansi produk hukum tersebut tidak memenuhi prasyarat Negara Hukum, alasannya, undang-undang diadakan untuk kepentingan kegiatan pemerintahanan, bukan undang-undang untuk memberi kepastian hukum dan keadilan bagi warganegara. Hukum telah menjadi alat retorika revolusi
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages337 Page
-
File Size-