KHAZANAH LEKSIKON KELAUTAN DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SUKADANA Mira Yunika Sari, Ahmad Rabi’ul Muzammil, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Surel:[email protected] Abstract This study focused on marine lexicons in Malay language Sukadana. The research problem was how the form of the lingual unit of marine lexicon, the meaning of the marine lexicon, retains the Sukadana Malay language lexicon on adolescent, adult, and old speakers, as well as the RPP Indonesian alternative model with material on marine class VII Semester I according to the 2013 curriculum. Based on the analysis found 81 data of marine lexicons in Malay language Sukadana which are divided into two research groups, namely the activity of capturing marine products including lexicons of transportation equipment, there are 3 lexicon data, there are 15 lexicon data, there are 37 lexicon data, and part use techniques Fishing gear has 12 lexicon data, while marine processing activities include the name of food processing, there are 4 lexicon data, the name of material processing is 9 lexicon data, and the name of production processing is 1 lexicon data. Understanding of marine lexicons in Sukadana Malay language for adolescents 15-20 years old, adults 21-45, and aged ≥ 46 years for 81 lexicons from the results of research on understanding the lexicon of marine language in Sukadana Malay still persists among those ages. Keywords: Embedding Lexicon,Marine Lexicon, Meaning of Language Supplement Text Indonesia PENDAHULUAN Bahasa Melayu Sukadana merupakan politik dan perdagangan kolonial. Faktor satu di antara bahasa daerah yang ada di sejarah inilah yang melandasi pemilihan Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat. nama Sukadana sebagai sebuah bahasa yang Penutur asli bahasa ini adalah masyarakat merujuk pada dialek Melayu yang ada di yang berada di Kabupaten Kayong Utara. Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Bahasa Melayu Sukadana masih terpelihara Dialek Melayu Sukadana memiliki dengan baik oleh masyarakat penuturnya kedekatan secara fonetis dengan dialek karena digunakan sebagai bahasa sehari-hari Melayu di Ketapang dan Pontianak. Namun, sebagai alat berkomunikasi. memiliki perbedaan fonetis yang cukup Menurut Effendy dkk. Sukadana terang antara dialek Melayu Ketapang dan memang sebuah kawasan yang dikenal Sukadana. Misalnya, huruf e pada akhir kata sebagai sebuah kerajaan Nusantara yang ada jika dibaca secara fonetik tidak mengalami di Pulau Kalimantan. Sukadana sendiri dalam perubahan menjadi “ǝ” jika berada di depan peta sejarah masa kolonial sudah menjadi kata akan berubah menjadi i. contoh pada kawasan penting dan perebutan oleh belanda kata eje dalam bahasa Ketapang yang apabila dari tangan penguasa lokal. Nama megah dibaca secara fonetik adalah [ejǝ] maka kata Sukadana dengan letak geografis yang tersebut dalam bahasa Kayong Utara menjadi strategis membuat Belanda berusaha [ije] atau [ijǝ] apa bila dibaca secara fonetik. menaklukkannya demi mengamankan jalur Begitu juga dengan kata-kata yang lain 1 seperti ember dialek Melayu Ketapang akan Peradaban manusia yang semakin berubah menjadi imber dalam dialek Melayu berkembang terus mengancam lingkungan di Sukadana dengan menhilangkan bunyi r dan sekitarnya, karena semakin banyak manusia memanjangkan bunyi e. semakin sempit ruang geraknya, termasuk Aktivitas kelautan di Desa Teluk Batang lingkungannya. Untuk menyelamatkan masih dilakukan oleh sebagian besar kondisi lingkungan yang memprihatinkan, masyarakat setempat dan menjadi mata masyarakat dituntut untuk merancang pencarian yang masih tetap dipertahankan keberlanjutanya. Lingkungan hendaklah sampai sekarang. Selain aktivitas kelautan, dipandang sebagai alam yang dijaga yang masih dilakukan masyarakat juga kelestariannya. Strategi demikian, pelestarian seperti berkebun, bertani, dan kerja sawit sumber daya lingkungan erat hubungannya yang masih dilakukan sampai sekarang, dengan pelestarian bahasa lokal dalam karena ini adalah salah satu mata pencarian kehidupan masyarakat. masyarakat untuk tetap bertahan hidup. Masyarakat yang berada di lingkungan Adapun aktivitas masyarakat yang berkaitan kelautan jelas memiliki khazanah leksikon dengan kelautan, misalnya alat tangkap ikan kelautan. Leksikon-leksikon tersebut dapat meliputi, rawai yang artinya alat menangkap merujuk pada biota (flora dan fauna) serta ikan berupa tali panjang sekitar 50-100 aktivitas yang berhubungan dengan meter, setiap 1 meter terdapat kail (mata lingkungan kelautan dalam bahasa tertentu. pancing) yang diberi umpan. Joran Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan merupakan alat tangkap yang sangat praktis perubahan makna suatu kata. Kata yang saat digunakan karena terbuat dari batang dipakai dalam lingkungan tertentu sama bambu dan diberi tali panjang diujungnya maknanya dengan kata yang dipakai di serta kali (mata pancing). Jale artinya jaring lingkungan lain (Djajasudarma 2013:80). yang berbentuk lingkaran dan diberi batu Oleh karena itu, peneliti sebagai penutur kecil di tepi-tepinya, cara menggunakannya asli bahasa Melayu Sukadana sangat tertarik dengan dilempar atau ditebar. Jermal yang untuk melakukan penelitian terhadap artinya alat tangkap ikan yang berbentuk Leksikon Kelautan dalam Bahasa Melayu pagar dari pancang kayu dan diberi pintu Sukadana. Alasan peneliti untuk melakukan semacam bubu dan dibelakangnya diberi jala penelitian tentang Leksikon Kelautan dalam untuk dapat diangkat setelah mendapatkan Bahasa Melayu Sukadana, yaitu: (1) ikan. Leksikon kelautan masih digunakan oleh Kabupaten Kayong Utara 30% masyarakat Melayu Sukadana di Kabupaten wilayahnya termasuk hutan lebat mangrove Kayong Utara, (2) sebagai usaha untuk sekitar 30 tahun yang lalu 35% melestarikan leksikon kelautan dalam bahasa masyarakatnya bergantung pada hutan Melayu Sukadana di tengah perkembangan mangrove tersebut, disamping mereka zaman di Kabupaten Kayong Utara, (3) menggunakan kayu sebagai bahan bakar belum ada yang meneliti Leksikon Kelautan juga dipergunan untuk keperluan lainnya dalam Bahasa Melayu Sukadana di seperti bahan bangunan tempat tinggal, Kabupaten Kayong Utara, dan (4) peneliti membuat perahu motor, dan sebagian dijual ingin mengenalkan kepada masyarakat luar, untuk kebutuhan ekonomi sehari-hari pada agar mereka juga mengetahui leksikon masa itu. Berbagai macam jenis kelautan dalam bahasa Melayu Sukadana. keanekaragaman hayati mangrove di Kayong Alasan peneliti memilih tempat Utara seperti, kayu tumu (bruguiera penelitian di Desa Teluk Batang Utara, gimnorhiza), Bakau (rhizophora apiculate), Kecamatan Teluk Batang, Kabupaten blukup (rhizophora mecronata), nyirih Kayong Utara, yaitu: (1) di Desa Teluk (xylocarpus granatum), dan nipah (nyipa Batang Utara mayoritas mata pencarian frutical). masyarakatnya adalah menangkap hasil laut. Oleh karena itu, peneliti dengan mudah 2 mencari banyak informasi yang berkaitan Menurut Parera (2004:42) semantik dengan leksikon kelautan. (2) peneliti adalah satu studi dan analisis tentang makna- merupakan penduduk asli Desa Teluk Batang makna linguistik. Sedangkan makna menurut Utara dan masyarakat di sana menggunakan Achmad (2013:90) makna adalah pertautan bahasa Melayu Sukadana dalam bertutur yang ada yang ada di antara unsur-unsur sehari-hari, sehingga data yang di dapatkan bahasa itu sendiri. Sejalan dengan pendapat dapat dipahami, diartikan, diterjemahkan, dan tersebut, Lyons menyebutkan bahwa dianalisis ke dalam bahasa Indonesia sesuai mengkaji atau memberikan makna suatu kata dengan tujuan penelitian. ialah memahami kajian kata tersebut yang Kelautan adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan hubungan-hubungan berkaitan dengan laut baik itu menyangkut makna yang membuat kata tersebut berbeda tentang alat-alat yang digunakan untuk dari kata-kata lain. memangkap hasil laut ataupun bagian dari Penelitian terdahulu yang berkaitan laut itu sendiri. Dari tahapan menangkap dengan Bahasa Melayu Sukadana pernah hasil laut yang meliputi aktivitas menangkap dilakukan oleh Elisabet Bota Duan hasil laut yang berupa alat transportasi, alat mahasiswa Program Studi Pendidiakan tangkap, bagian alat, dan teknik penggunaan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan alat. Sedangkan aktivitas pengolahan hasil pada tahun 2018 dengan judul penelitian laut yang meliputi nama pengolahan “Medan Makna Verbal Memukul dalam makanan, nama pengolahan bahan, dan nama Bahasa Melayu Sukadana”. Hasil penelitian pengolahan produksi. ini mendeskripsikan medan makna verba Alasan memilih khazanah leksikon memukul Bahasa Melayu Dialek Sukadana kelautan sebagai subjek penelitian karena (BMDS). Berdasarkan hasil analisis dapat sekarang terdapat beberapa leksikon yang diketahui bahwa analisis komponen makna sudah tidak dikenal oleh generasi muda saat hanya dibatasi pada medan makna verbal ini. Ada beberapa alasan khusus peneliti Memukul yang meliputi komponen makna memilih khazanah leksikon kelautan pada yaitu memukul tanpa alat, memukul masyarakat Melayu Sukadana, yaitu: (1) menggunakan alat, memukul tanpa alat dan untuk memberikan informasi kepada memukul menggunakan alat, fungsi semantik masyarakat luar mengenai khazanah leksikon medan makna verva memukul dan analisis kelautan dalam masyarakat Melayu fungsi semantik medan makna verbal Sukadana. (2) peneliti ingin ikut melestarikan memukul. leksikon kelautan dalam bahasa Melayu Lokasi penelitian ini difokuskan di Desa Sukadana di Kabupaten Kayong Utara. (3) Teluk Batang Utara, Kecamatan Teluk berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Batang, Kabupaten Kayong Utara. peneliti dilingkungan
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages10 Page
-
File Size-