AMFIBI DAN REPTIL SUMATERA SELATAN: AREAL SEMBILANG-DANGKU DAN SEKITARNYA MIRZA D. KUSRINI AMFIBI DAN REPTIL SUMATERA SELATAN: Areal Sembilang-Dangku dan Sekitarnya Penulis: Mirza Dikari Kusrini Desain Sampul dan Tata letak: Nathan Rusli, Arief Tajalli Foto: Mirza D. Kusrini, kecuali disebutkan yang lainnya Korektor Bahasa: Meutia Esti Handini, Nathan Rusli Cetakan pertama, April 2020 Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit Foto Sampul Depan: Gonocephalus liogaster ©Arief Tajalli Foto Sampul Dalam: Dendrelaphis pictus ©Arief Tajalli Foto Sampul Belakang: Polypedates leucomystax ©Fata Habibburahman Faz PUSTAKA MEDIA KONSERVASI Diterbitkan oleh Fakultas Kehutanan IPB dan Penggalang Perhim- punan Herpetologi (PHI) bekerjasama dengan Program Kelola Sen- dang, ZSL Indonesia Program ISBN: 978-623-92487-3-4 AMFIBI DAN REPTIL SUMATERA SELATAN: AREAL SEMBILANG-DANGKU DAN SEKITARNYA MIRZA DIKARI KUSRINI DAFTAR ISI Tentang Buku ini 01 Tentang Amfibi dan Reptil 02 Habitat Amfibi dan Reptil 10 Ekosistem di Sumatera Selatan 18 Mencari Amfibi dan Reptil 2 Amfibi dan Reptil di Areal Sembilang-Dangku dan Sekitarnya 26 Jenis-jenis Amfibi 30 Jenis-jenis Reptil 48 Pelatihan dan GO ARK 2019 70 Daftar Pustaka 81 UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada para pihak yang telah mem- bantu pembuatan buku ini terutama kepada para fotografer yang menyumbangkan foto-foto menawan, antara lain Arief Tajalli, Aria Nusantara, Aristyo Dwi Putro, Akbar Surya, Doni Setiawan, Fata Habiburahman Faz, Fitri Kusriyanti, Heru Kurniawan, Mediyansyah, M. Alif, M. Irfansyah Lubis, M. Yusuf, Milla Rahmania, Nathan Rusli, Rahmat Hidayat, Umar Fadli Kennedi, dan Pramitama Bayu Saputro. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para pelatih pada pe- latihan amfibi Reptil Kita di Palembang dan PT GAL: Awal Riyanto (LIPI), Amir Hamidy (LIPI), Arief Tajalli, Yusratul Aini, dan M. Alif serta pelatih lapang dari pihak Universitas Sriwijaya. Yusratul Aini juga telah mem- bantu dalam pengumpulan bahan dan pembuatan peta penyebaran amfibi dan reptil. Meutia Esti Handini dan Nathan Rusli membantu dalam pengeditan buku. Penghargaan sebesar-besarnya saya berikan kepada para peserta Gerakan Observasi Amfibi Reptil Kita tahun 2019 yang memungkinkan terkumpulnya data di banyak tempat. Terakhir, ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak ZSL-Indonesia Program yang telah memfasilitasi pelatihan, kegiatan GO ARK dan pembuatan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat. Mirza D. Kusrini Kiri: Kantung semar di hutan gambut dataran rendah. ©Arief Tajalli Mengenal kemitraan pengelolaan lanskap Sembilang Dangku (KELOLA Sendang) Sebagai proyek percontohan di tingkat lanskap, KS bertujuan untuk mengarusutamakan nilai-nilai konservasi pada pembangunan melalui pembangunan hijau yang meliputi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan kesejahteraan masyarakat, konservasi keaneka- ragaman hayati, konservasi hutan dan lahan gambut, serta pen- cegahan kebakaran hutan dan lahan, memperkuat kelembagaan yang dikombinasikan dengan pengembangan kebijakan yang semuanya diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca berbasis lahan. Tata kelola pendekatan lanskap menempatkan pemerintah sebagai pihak yang memimpin (government-led) karena pendekatannya yang holistic dan mencakup aspek kebijakan yang menjadi pilar bagi terlaksananya kegiatan-kegiatan di tingkat tapak. Pemerintah merupakan pihak yang memiliki kewenangan dalam penataan ruang wilayah dan perencanaan pembangunan di suatu wilayah. Di tingkat pusat, proyek ini diarahkan oleh Project Steering Committe (PSC) yang terdiri dari unsur Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badang Restorasi Gambut (BRG), Kepala BAPPEDA Provinsi Sumsel, Perwakilan Kabupaten, Perwakilan Konsorsium (ZSL) dan perwakilan lembaga donor (UKCCU). Komite Pengarah Proyek KELOLA Sendang ini berwenang untuk: mengesahkan Rencana Induk Proyek KELOLA Sendang beserta target-target pencapaian proyek per- tahunnya (project milestones); mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran tahunan proyek; memastikan kegiatan proyek terkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah terkait, baik di tingkat provinsi maupun nasional, lembaga donor, dan sektor swasta yang relevan selama proyek berlangsung; dan mengadakan rapat untuk melakukan evaluasi tentang perkembangan/ kemajuan proyek. Di tingkat provinsi, Proyek KELOLA Sendang bermitra dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Tim Project Super- visory Unit dan Project Implementation Unit (PSU/ PIU) KELOLA i Sendang. Tim ini dibentuk dengan SK Gubernur Sumatera Selatan 332/KPTS/BAPPEDA/2017. Anggota dari tim ini adalah perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Sumatera Selatan yang terkait langsung dengan pengelolaan Lansekap dan perwakilan pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin. Tim ini bekerjasama dengan proyek dalam perencanaan, implementasi serta monitoring dan evaluasi program dan kegiatan proyek di Lansekap Sembilang Dangku. Keterlibatan pemerintah juga menjadi penting bagi keberlanjutan dari kegiatan di tingkat tapak dengan memasukkan program ke- dalam RPJMD. Landscape governance yang dimaksud disini adalah keberadaan sebuah “governing body” di tingkat lanskap yang menjadi ruang dialog antara pemerintah pusat-daerah, lintas sektor dimana semua isu terkait lanskap bisa dibicarakan bersama. Perencanaan yang disusun oleh PSU/ PIU melalui diskusi dengan multipihak, dituangkan dalam dokumen Master- plan KELOLA Sendang 2018-2020 yang disahkan oleh PSC pada tahun 2018. ii 01 02 TENTANG BUKU INI POTRET KEANEKARAGAMAN HAYATI AMFIBI DAN REPTIL DI PROVINSI SUMATERA SELATAN, TERUTAMA AREAL SEMBILANG-DANGKU DAN SEKITARNYA Wilayah Sumatera Selatan bisa dikatakan sebagai wilayah yang banyak mendapat tekanan dari kegiatan manusia. Tekanan terbesar terutama pada daerah dataran rendah seperti pada lansekap Sembilang-Dangku yang terdiri dari mozaik hutan gambut, kebun kelapa sawit, hutan tanaman industri, tambang, pemukiman dan kawasan konservasi. Walaupun demikian, wilayah ini adalah rumah bagi berbagai satwa liar. Bukan saja satwa liar besar dan karismatik seperti gajah dan harimau, namun juga berbagai jenis amfibi dan reptil. Pada pertengahan tahun 2019 (20 - 25 Juli 2019), telah dilaksanakan pelatihan pengenalan dan penelitian amfibi dan reptil di Universitas Sriwijaya serta PT GAL (PT Global Alam Lestari). Kegiatan ini dilanjutkan dengan pengambilan data pada bulan Agustus 2019 oleh 4 kelompok di wilayah Sembilang-Dangku dan sekitarnya melalui program Gerakan Observasi Amfibi Reptil Kita (GO ARK) yang merupakan kegiatan citizen science yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Buku ini menyajikan hasil kegiatan pelatihan dan GO ARK khusus untuk wilayah Sumatera Selatan, terutama di areal Sembilang-Dangku dan sekitarnya. Jenis amfibi dan reptil yang tersaji di sini bisa saja tidak mencakup ke- seluruhan jenis yang ada di Sumatera Selatan ataupun di areal Sembilang- Dangku, namun demikian dipastikan jenis-jenis yang tercantum di sini adalah jenis yang umum ditemukan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendapatkan jenis-jenis lain. 02 04 TENTANG AMFIBI DAN REPTIL AMFIBI Amfibi merupakan vertebrata yang di dalamya terdapat tiga ordo (bangsa) yaitu Anura, Caudata dan Gymnophiona. Ordo Anura adalah ordo yang paling banyak dikenal di Indonesia dan biasanya disebut sebagai kodok atau katak. Bentuk dewasa dari ordo ini memiliki empat tungkai dan tidak memiliki ekor. Caudata atau salamander merupakan ordo amfibi yang bentuk dewasanya memiliki ekor dan bertungkai empat, namun tidak tersebar di Indonesia. Gymnophiona atau sesilia, adalah ordo amfibi yang tidak memiliki tungkai dan bentuk dewasanya masih berekor. Beberapa jenis Gymnophiona tersebar di Indonesia namun jarang terlihat karena gaya hidupnya yang fosorial (tersebunyi di dalam tanah). Identifikasi amfibi biasanya dilakukan dengan membandingkan ciri-ciri fisik (morfologi). Ini dapat dilakukan dengan bantuan buku identifikasi, misalnya Kusrini (2013) untuk jenis yang ada di Jawa Barat. Sesilia merupakan amfibi yang tidak memiliki tungkai (kaki) dan memiliki ekor. Secara sekilas mirip seperti cacing dan secara formal disebut sebagai ©Nathan Rusli Gymnophiona (’ular telanjang’) atau Apoda (‘tanpa kaki’). 03 03 Timpanum Bagian telinga luar. Biasanya terletak di belakang mata dan dikelilingi oleh sebuah ling- karan dan hampir seperti kulit. Jari Kaki Katak pohon memiliki ujung jari yang menebal ©Nathan Rusli serta selaput antar jari di kaki belakang yang berfungsi untuk mem- bantu katak bergerak Kaki Anura mempunyai 4 buah tungkai dengan 4 jari di kaki depan dan 5 jari di kaki belakang. Ukuran dan Bentuk Tubuh Pada umumnya kaki belakang lebih panjang Betina pada umumnya lebih besar dari jantan, daripada kaki depan walaupun ada beberapa jenis yang tidak ter- dapat perbedaan ukuran. Jenis-jenis fosorial (hidup di dalam tanah) cenderung tubuhnya bulat dengan mon- cong pendek, kepala lebih tinggi dan tungkai pendek. Jenis-jenis yang hidup di teresterial dan scansorial (hidup di tanah namun beradap- tasi untuk memanjat) cenderung memiliki tubuh lebih memanjang dengan moncong lebih tajam, kepala yang pipih dan tungkai lebih panjang. Sementara itu, jenis-jenis arboreal (hidup di pepohonan) umumnya memiliki tubuh beruku- ran sedang dengan moncong yang agak bulat, kepala agak pipih dan kaki yang cukup panjang. 04 06 SIKLUS HIDUP AMFIBI 05 05 06 08 REPTIL Reptil memiliki kulit bersisik tanpa bulu, rambut atau kelenjar susu seperti pada mamalia. Ciri
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages93 Page
-
File Size-